Professional Documents
Culture Documents
2 PB
2 PB
2 PB
php/jsinbis 121
DOI : 10.21456/vol9iss2pp121-132
Abstract
Marine aquaculture center-Ambon (Balai Perikanan Budidaya Laut/BPBL-Ambon) is a technical implementing unit under
supervision of Directorate General of Aquaculture, Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia. Based
on report of government’s internal control system (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah/SPIP) specifically at the third
quarter, some crucial organizational disadvantages have been identified in BPBL-Ambon, particularly related to the
communication and coordination between divisions and technical staffs. To deal with this problem, there is a need to analyze
and map the roles of interactions between employees in social networks. This study aims to analyze the patterns of interaction
between staffs in the social networks. In this work, social network analysis (SNA) was used, which is based on formal and
informal interactions on BPBL-Ambon, enabling to identify the key actors potentially able to act as alternative actors for
information access to facilitate communication. The collection of individual data, as well as formal and informal interactions,
was carried out using questionnaire and interview, involving entire population (saturation sampling). The collected data were
then filetered and tabulated symmetric matrix, as preliminary steps for analysis following exported. SNA approach focuses on
determining degree centrality, closeness centrality, and betweenness centrality. As a result, our experimental data suggested
that most divisions alreadyshowed an appreciable collaboration in terms of communication; however, the remaining divisions
showed 0 value in terms of their relationship with other divisions. Based on these findings, we could solve the problem through
acting the alternative actors having the highest indegree value apart from stakeholders from a division capable of acting as
alternative sources of information. The involvement of alternative actors could be a meaningful attempt in order to solve
communication and coordination problems present in BPBL-Ambon.
Abstrak
Balai Perikanan Budidaya Laut-Ambon (BPBL Ambon) adalah Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan Laporan Sistem Pengendalian Interm
Pemerintah (SPIP) Triwulan III pada BPBL Ambon menjelaskan bahwa kurangnya komunikasi dan koordinasi dari beberapa
divisi dan pelaksana kegiatan diakui sebagai salah satu masalah yang terdapat pada BPBL Ambon. Agar dapat menyelesaikan
permasalahan ini diperlukan metode yang mampu menganalisis dan memetakan peran serta interaksi para pegawai dalam
jaringan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola interaksi dari jaringan dalam rangka penyelesaian masalah
komunikasi dan koordinasi. Penggunaan social network analysis (SNA) berdasarkan interaksi formal dan informal pada BPBL
Ambon diharapkan dapat memberikan hasil analisis penelitian berupa aktor-aktor yang mampu menjadi alternatif aktor dalam
rangka akses informasi dalam upaya melancarkan komunikasi. Data individu serta interaksi formal dan informal mereka dalam
jaringan di dapat dengan metode kusioner dan wawancara dengan sampel keseluruhan anggota populasi (Saturation Sampling).
Data tersebut kemudian disaring dan ditabulasikan kedalam metriks simetris sehingga dapat diekspor untuk dianalisis. Proses
analisis menggunakan metode SNA untuk mengukur sentralitas antar aktor, yaitu degree centrality, closeness centrality,
betweenness centrality. Dari penelitian ini dipahami bahwa sebagian besar divisi telah melakukan kolaborasi komunikasi
namun ada beberapa divisi yang memiliki nilai 0 dalam hal relasinya dengan deivisi lain. Dari temuan ini diperlukan solusi,
Alternatif aktor yang merupakan Aktor yang memiliki nilai indegree tertinggi selain pemangku kepentingan dari suatu divisi
dapat dijadikan sebagai aktor alternatif sumber informasi. Hal ini dapat menjadi solusi yang dapat menyelesaikan masalah
komunikasi dan koordinasi dari BPBL Ambon.
beberapa bagian namun pada penelitian ini menentukan keanggotaan aktor lain dalam jaringan.
menggunakan tiga sentralitas, yaitu : Degree Rumus yang digunakan pada betweenness centrality
Centrality, Closeness centrality, Betweness adalah sebagai berikut:
𝑔𝑖𝑗 𝑃𝑘
Centrality (Eriyanto, 2014)
𝑔𝑖𝑗
𝑪𝑏 = (3)
2.1.1. Degree Centrality 𝑛2 − 3𝑛 + 2
Degree Centrality digunakan melihat tingkat
popularitas suatu aktor dalam sebuah jaringan sosial, Dimana, Cb merupakan betweenness centrality,
sentralitas ini berguna untuk mencari aktor yang gijPk jumlah jalur terpendek dari aktor, gij merupakan
memiliki peranan penting dalah hal kolaborasi jumlah jalur dalam jaringan, dan n 2 -3n+2 merupkan
komunikasi, hal ini ditentukan dari jumlah link dari nilai maksimum. Nilai betweenness centrality berada
dan ke aktor. Pada pola jaringan yang bersifat pada angka 0 hingga 1.
asimetris, sentralitas dapat berupa indegree (jumlah
link yang mengarah ke aktor) dan outdegree (jumlah 2.2. Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
link yang keluar dari aktor), sedangkan untuk pola Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon (BPBL
jaringan yang bersifat simetris, hanya terdapat satu Ambon) adalah Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat
nilai degree. Degree centrality berada pada nilai 0 Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan
hingga 1. Angka 0 menunjukkan bahwa aktor tidak dan Perikanan. Sebagai unit pelaksana teknis
saling terhubung dengan aktor lain. Sedangkan angka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB),
1 menunjukkan semua aktor menghubungi atau BPBL Ambon bertanggung jawab untuk
dihubungi. Berikut adalah rumus pada degree menyelenggarakan uji terap teknik budidaya,
centrality: produksi, pengujian laboratorium kesehatan ikan dan
𝑑1 lingkungan serta bimbingan teknis perikanan
𝑪𝑑 = ∑ (1) budidaya laut. Semua hal itu dilakukan dalam rangka
𝑁−1
pembangunan perikanan di lingkup wilayah kerjanya,
Dimana, Cd merupakan degree centrality, d adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
jumlah link dari dan ke aktor dan N adalah jumlah Perikanan nomor : 6/PERMEN-KP/2014.
anggota populasi. Dalam menjalankan tugasnya, BPBL Ambon
dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu oleh
2.1.2. Closeness Centrality Kepala sub bagian, Kepala seksi, serta kelompok
Closeness centrality digunakan untuk jabatan fungsional untuk mewujudkan tercapainya
menggambarkan seberapa dekat aktor dengan semua visi dan misi BPBL Ambon. Lingkup wilayah kerja
aktor lain didalam jaringan sosial. Ukuran sentralitas BPBL Ambon cukup luas yakni mencakup indonesia
ini penting untuk diketahui sebagai bahan bagian timur, dimana wilayah kerjanya meliputi
pertimbangan penentuan aktor penting dalam wilayah Maluku, Sulawesi, Papua dan Papua Barat.
jaringan. Kedekatan diukur dari berapa langkah atau Adapun struktur organisasi BPBL AMBON tahun
path seorang aktor bisa menghubungi atau 2018 dapat dilihat pada gambar 1.
sebaliknya, dihubungi dari aktor lain didalam KPA
KEPALA BALAI
𝑁−1 PENGUJIAN & DUKUNGAN TEKNIS UJI TERAP TEKNIK & KERJASAMA
nilai betweenness centrality yang tinggi mengakibatkan terjadinya delay pencatatan barang
mengindikasikan bahwa mereka memiliki dan persedian di Sistem Informasi Manajemen dan
mengendalikan banyak sumber informasi. Sedangkan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
untuk closeness centrality jika suatu aktor memiliki Pengumpulan Data: Teknik pengumpulan data
nilai terendah, maka bisa dikatakan mereka berada ialah saturation sampling, dimana data dikumpulkan
pada posisi utama dari jaringan tersebut. Hal ini dari seluruh individu dalam jaringan. Data berupa
menjelaskan bahwa SNA mampu mengukur tingkat pola komunikasi formal dan informal dari tiap
kolaborasi tiap aktor dari dalam jaringan sosial. responden. Keuntungannya ialah, memungkinkan
Iriani (2013) dalam penelitiannya menjelaskan untuk mengananalisis secara rinci data dari seluruh
bahwa dengan menggunakan 3 ukuran sentralitias, individu yang berada dalam jaringan begitu pula
yaitu degree centrality, betweenness centrality dan dengan atribut yang menyertainya. Data dari
closeness centrality. SNA juga mampu menganalisis penelitian ini terdiri dari data 84 responden dimana
dan memetakan pola tersembunyi yang ada didalam keseluruhannya merupakan Sumber Daya Manusia
interaksi yang terjadi di suatu jaringan sosial. (SDM) dari BPBL Ambon.
Tuhuteru (2018), memberikan pendapatnya Filterterisasi dan Tabulasi Data: Setelah
tentang penggunaan 3 ukuran sentralitias, yaitu dikumpulkan, data tersebut kemudian disaring dan
dengan mengetahui nilai degree centrality, ditabulasikan kedalam metriks simetris berdasarkan
betweenness centrality dan closeness centrality dari hubungan yang terjadi antar aktor.
suatu aktor di tambah dengan atribut yang sesuai Analisis: Data yang telah ditabulasikan kedalam
dapat digunakan untuk mendeskripsikan hubungan bentuk metriks kemudian dianalisis menggunakan
kolaborasi antar aktor dalam suatu grup berdasarkan program UCINET (Borgatti et al., 2002) dan
atributnya masing-masing. Dimana hasilnya dapat divisualisasikan dengan menggunakan program
menunjukkan secara spesifik hubungan kolaborasi NetDraw (Borgatti, 2002). Proses analisis
antar grup maupun hubungan kolaborasi antar menggunakan metode SNA untuk mengukur
perorangan. sentralitas antar aktor, yaitu degree centrality,
closeness centrality, betweenness centrality. Data
3. Metode atribut digunakan untuk mendeskripsikan hubungan
kolaborasi antar aktor berdasarkan atributnya
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan masing-masing, yaitu gender dan divisi. Validasi data
mulai dari proses identifikasi masalah yang terjadi sentralitas dihitung manual menggunakan Ms Excel
pada BPBL Ambon, pengumpulan data, filterisasi & dengan menggunakan rumus dari masing-masing
tabulasi data, analisis dan pembahasan hingga pada sentralitas.
akhrinya proses penarikan kesimpulan. Seluruh Hasil analisis kemudian di interpretasikan sesuai
tahapan dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar dengan nilai sentralitas antar aktor serta hubungan
2. berdasarkan divisi.
Identifikasi Masalah
4. Hasil Dan Pembahasan
masing aktor. Dimana Diketahui ada 8 divisi dalam menunjukkan presentasi hubungan dibawah 50%
organisasi, Node dengan warna merah untuk Kepala maka dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi
Balai, node warna kuning untuk divisi Pengolahan dalam jaringan sosial BPBL Ambon termasuk
Kesehatan Ikan dan Lingkungan, node warna hijau hubungan yang lemah (Weak Ties).
untuk divisi Ikan Hias, node warna biru untuk divisi
Pakan Alami dan Kultur Jaringan, node warna merah 4.1. Degree Centrality
muda untuk divisi Produksi Benih Ikan Konsumsi, Out-Degree Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil dari
node warna orange untuk divisi Produksi Calon Induk penggunaan UCINET. Dimana dari hasil ini
Ikan Konsumsi, node warna coklat untuk divisi diperoleh informasi bahwa Aktor #25 memiliki nilai
Pengujian dan Dukungan Teknis, node warna biru Out-Degree tertinggi. Terlepas dari informasi apa
cyan untuk divisi Tata Usaha, dan yang terakhir node yang diberikan dan untuk siapa informasi itu
warna ungu untuk divisi Uji Terap dan Kerjasama. diberikan, aktor ini dapat dianggap sebagai aktor
Diketahui pula berturut node dengan id 3, 8, 15, 36, yang paling berpengaruh di seluruh jaringan.
52, 57, 71, dan 82 merupakan pemangku kepentingan Diketahui juga aktor #25 bukanlah salah satu dari
dari masing-masing divisi. pemangku kepentingan yang ada dalam organisasi.
Secara keseluruhan, berdasarkan Tabel 1, Hal ini menunjukkan bahwa dalam jaringan sosial
diperoleh informasi bahwa hubungan yang terbangun aktor #25 dapat berperan sebagai alternatif sumber
dalam jaringan berjumlah 827 dengan rata-rata informasi dari pada divisi Pakan Alami dan Kultur
hubungan yang ada sebesar 0.119 atau 11.9% yang Jaringan.
In-Degree Pada Tabel 2, aktor #36 ialah aktor NrmDegOut dan NrmInDeg menunjukkan
yang memiliki nilai In-degree tertinggi hal ini normalisasi Degree Centrality, yaitu Degree
menunjukkan bahwa aktor #36 merupakan aktor yang Centrality dibagi dengan jumlah aktor dalam jaringan
paling dikenal dan diakui dalam jaringan. Terlepas dikurangi satu (84-1 = 83). Normalisasi Out-Degree
dari informasi apa yang diterima dan dari siapa (NrmOutDeg) dari Aktor #25 adalah 26 %, sementara
informasi itu diterima, aktor ini dapat dianggap normalisasi In-Degree (NrmInDeg) dari aktor #36
sebagai aktor yang memiliki kesediaan informasi adalah 59%.
untuk aktor lain dalam jaringan. Kesediaan mereka Statistik deskriptif dari degree centrality
menunjukkan tindakan pengakuan atau ditunjukkan pada tabel 3. Rata-rata dari nilai degree
penghormatan terhadap posisi aktor. secara keseluruhan didalam jaringan, yaitu 9.845.
126 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02 (2019) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
Jika dibagi per aktor, maka dapat dikatakan masing- untuk InDegree jauh lebih tinggi dari nilai sentralisasi
masing aktor pada jaringan memiliki kira-kira 9 link. untuk OutDegree. Ini menunjukkan bahwa dalam
Minimum dan Maximum menunjukkan nilai terendah jaringan ini ada kepincangan komunikasi dalam hal
dan nilai tertinggi pada degree centrality, Jumlah kolaborasi informasi, aktor lebih suka menerima
koneksi maksimum ke luar (out-degree) dalam daripada memberikan informasi. Dengan kata lain,
jaringan ini adalah 22 yang dimiliki oleh aktor #25, jumlah aktor yang menerima informasi lebih dari
sedangkan jumlah minimum ke luar (out-degree) jumlah aktor yang memberikan informasi.
adalah 6. Selain itu untuk koneksi maksimum dari Pada Gambar 4 dapat terlihat dengan jelas
hubungan yang masuk (in-degree) nilai sociogram berdasarkan Degree Centrality
maksimumnya adalah 49 yang dimiliki oleh aktor #36 keseluruhan aktor pada jaringan. Aktor #25 dengan
dan nilai minimum hubungan yang masuk (in-degree) out-degree centrality tertinggi merupakan aktor pria
adalah 0. Ini berarti bahwa ada aktor yang hanya yang berasal dari divisi Pakan Alami dan Kultur
memberikan informasi tetapi tidak menerima Jaringan. Sedangkan aktor #36 yang memiliki nilai
informasi dari pihak lain. in-degree centrality tertinggi merupakan aktor pria
Dari nilai sentralisasi OutDegree dan nilai yang berasal dari divisi Produksi Benih Ikan
sentralisasi InDegree dari jaringan sosial yang Konsumsi.
berturut sebesar 15% dan 47%, nilai sentralisasi
Inclosesness aktor #36 memiliki posisi yang disukai Outcloseness tertinggi ialah aktor #25, artinya aktor
di jaringan, karena aktor ini dapat dihubungi dengan ini punya kecendrungan untuk menjangkau aktor lain
mudah atau lebih cepat. Sedangkan nilai dengan cepat dalam jaringan sosial.
Dari hasil statistik Tabel 5, dapat dilihat bahwa In- Pada Gambar 5 dapat terlihat dengan jelas
closeness centrality memiliki nilai yang jauh berbeda sociogram berdasarkan Clossness Centrality
dengan nilai Out-closeness centrality sebagaimana di keseluruhan aktor pada jaringan. Diketahui aktor #25
indikasikan oleh jaringan In-closeness centrality dengan Out-closeness centrality tertinggi merupakan
bernilai (66,20%) dan jaringan Out-closeness aktor pria yang berasal dari divisi Pakan Alami dan
centrality (22,28%). Ini berarti ada ketidak Kultur Jaringan. Sedangkan aktor #36 yang memiliki
seimbangan jarak antara satu aktor ke aktor lain, juga nilai In-closeness centrality tertinggi merupakan
jarak antar aktor lain dengan aktor tertentu dalam aktor pria yang berasal dari divisi Produksi Benih
jaringan. Gambar 5 menunjukkan Sociogram Ikan Konsumsi. Kemudian dari 10 aktor dengan nilai
berdasarkan Clossness Centrality. Ukuran dari node Clossness Centrality tertinggi. selain aktor #25 dan
sebanding dengan nilai-nilai Clossness Centrality aktor #9, 8 aktor lainnya merupakan aktor yang dapat
dari masing-masing aktor. dikategorikan sebagai pemangku kepentingan dalam
128 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02 (2019) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
jaringan karena menjabat sebagai kordinator dari mengindikasikan bahwa aktor-aktor ini merupakan
setiap divisi. Mulai dari aktor #36 merupakan aktor favorit didalam jaringan karena memiliki
kordinator dari divisi Pakan Alami dan Kultur kemampuan untuk menjadi perantara atau
Jaringan, aktor #71 merupakan aktor pria yang juga penghubung antar aktor pada jaringan kolaborasi
menjabat kordinator divisi Tata Usaha, aktor #15 informasi seperti yang terlihat pada Tabel 6. Fakta ini
merupakan aktor pria yang juga menjabat kordinator juga menunjukkan bahwa aktor-aktor ini yang paling
divisi Pakan Alami dan Kultur Jaringan, aktor #57 banyak melakukan kolaborasi dengan aktor lain.
merupakan aktor wanita yang juga menjabat
kordinator divisi Pengujian Dukungan Teknis, aktor Tabel 7.Statistik Betweenness Centrality
#82 merupakan aktor pria yang juga menjabat Betweenness nBetweenness
kordinator divisi Uji Terap dan Kerjasama, aktor #52 1 Mean 118.179 1.736
merupakan aktor pria yang juga menjabat kordinator 2 Std Dev 127.716 1.877
divisi Produksi Calon Induk Ikan Konsumsi, aktor 3 Sum 9927 145.857
#16 merupakan aktor pria yang juga menjabat 4 Variance 16311.37 3.521
kordinator Jabatan Fungsional, aktor #8 merupakan 5 SSQ 2543313 549.055
aktor pria yang juga menjabat kordinator divisi Ikan 6 MCSSQ 1370155 295.792
Hias. 7 Euc Norm 1594.777 23.432
8 Minimum 0 0
4.3. Betweenness Centrality 9 Maximum 821.795 12.075
Betweenness centrality merupakan pengukuran 10 N of Obs 84 84
posisi sejauh mana seorang aktor disukai posisinya Network Centralization Index = 10.46%
untuk dijadikan jalur antara pasangan aktor lain
dalam jaringan. Dengan kata lain, semakin banyak Dari hasil Statistik deskriptif dari betweenness
orang bergantung pada seorang aktor untuk membuat centrality ditunjukkan pada tabel 7. Nilai rata-rata
koneksi dengan orang lain, semakin banyak kekuatan dari betweenness Centrality secara keseluruhan
yang dimiliki sang aktor. didalam jaringan, yaitu 118.179. Nilai Minimum dan
Hasil pengukuran betweenness centrality dari 10 Maximum menunjukkan nilai terendah dan nilai
aktor dengan nilai tertinggi dari jaringan kolaborasi tertinggi pada betweenness Centrality, yaitu masing-
ditunjukkan pada Tabel 6. masing 0 dan 821.795. Jumlah aktor yang diteliti
adalah 84, sedangkan jumlah total nilai betweeness,
Tabel 6. Nilai Betweenness Centrality untuk beberapa yaitu sebesar 9927 yang dinormalisasikan menjadi
aktor 145.857. Sentralisasi jaringan sosial pada
No ID Betweenness nBetweenness betweenness centrality, yaitu sebesar 10.46% dimana
1 36 821.795 12.075 hal ini menggambarkan hubungan secara keseluruhan
2 25 474.88 6.977 pada jaringan yang rendah diantara sesama aktor
3 15 449.182 6.6 dalam hubungannya sebagai perantara. Gambar 6
4 52 357.738 5.256 menunjukkan Sociogram berdasarkan Betweenness
5 32 342.46 5.032 Centrality. Ukuran dari node sebanding dengan nilai-
6 71 331.01 4.864 nilai betweenness centrality dari masing-masing
7 57 316.834 4.655 aktor.
8 82 277.813 4.082 Pada Gambar 6 dapat terlihat dengan jelas
9 16 271.173 3.984 sociogram berdasarkan Betweenness Centrality dari
10 8 246.666 3.624 keseluruhan aktor pada jaringan. Diketahui bahwa
aktor #25 dari divisi Produksi Benih Ikan Konsumsi
Berdasarkan hasil dari tabel tersebut, diketahui memiliki nilai betweenness centrality yang tinggi.
bahwa aktor #36 dari divisi Produksi Benih Ikan Pada hasil sociogram ini pula aktor #25 digambarkan
Konsumsi memiliki nilai betweenness centrality yang dengan ukuran node yang besar untuk memperjelas
tinggi, yaitu 821.795. Kemudian diikuti oleh aktor pengaruh dari aktor #25 dalam perannanya sebagai
#25 dan #15 yang sama-sama dari divisi Pakan Alami perantara dan menjadi aktor favorit dalam melakukan
dan Kultur Jaringan dengan nilai betweenness kolaborasi informasi.
masing-masing 474.88 dan 449.182. Hal ini
Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02 (2019) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis 129
Berdasarkan tabel 8, Walaupun sebagian besar hubungan kolaborasi komunikasi artinya masing-
divisi telah melakukan kolaborasi komunikasi namun masing divisi tidak melakukan kolaborasi sama
ada beberapa divisi yang memiliki nilai 0 dalam sekali. Hal ini jelas menunjukan letak permasalahan
130 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02 (2019) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
komunikasi dan koordinasi dari BPBL Ambon. Dari dalam rangka akses infromasi dari id divisi #2 yaitu
tabel 8 dapat diketahui bahwa ada beberapa divisi divisi Ikan Hias, Aktor #16 dapat dijadikan aktor
yang perlu meningkatkan kolaborasi komunikasi alternatif dalam rangka akses infromasi dari id divisi
diantaranya ialah : Divisi Ikan Hias terhadap Divisi #3 yaitu divisi Pakan Alami dan Kultur Jaringan,
Pengolahan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan dan Aktor #41 dapat dijadikan aktor alternatif dalam
Divisi Tata Usaha, kemudian Divisi Produki Calon rangka akses infromasi dari id divisi#4 yaitu divisi
Induk Ikan Konsumsi terhadap Divisi Pengolahan Produksi Benih Ikan Konsumsi, Aktor #53 dapat
Kesehatan Ikan Dan Lingkungan. dijadikan aktor alternatif dalam rangka akses
infromasi dari id divisi #5 yaitu divisi Produksi Calon
4.5. Aktor Alternatif Tiap Divisi Induk Ikan Konsumsi, Aktor #58 dapat dijadikan
Permasalahan komunikasi dan koordinasi antar aktor alternatif dalam rangka akses infromasi dari id
divisi pada BPBL Ambon disebabkan karena divisi #6 yaitu divisi Pengujian dan Dukungan
kurangnya kolaborasi komunikasi antar beberapa Teknis, Aktor #66 dapat dijadikan aktor alternatif
divisi dan delay informasi dari pemangku dalam rangka akses infromasi dari id divisi #7 yaitu
kepentingan, untuk menyelesaikan permasalahan ini divisi Tata Usaha, dan yang terakhir Aktor #83 dapat
diperlukan sumber informasi alternatif dari tiap divisi dijadikan aktor alternatif dalam rangka akses
dalam rangka akses informasi. Mencari aktor yang infromasi dari id divisi #8 yaitu divisi Uji Terap dan
dapat dijadikan alternatif sumber informasi dari tiap Kerjasama.
divisi selain aktor pemangku kepentingan perlu Dengan informasi ini permasalahan komunikasi
dilakukan sorting nilai indegree dari tiap aktor dalam dan koordinasi antar tiap divisi dapat di minimalisir.
jaringan. Nilai indegree sendiri merupakan jumlah Karena, bila delay kebutuhan informasi dari suatu
koneksi dari luar ke dalam, nilai ini menunjukkan divisi dikarenakan kurangnya koneksi terhadap
posisi aktor sebagai penerima informasi dari luar, pemangku kepentingan yang merupakan sumber
terlepas dari informasi apa yang diterima dan dari informasi utama dari divisi tersebut dapat dicegah
siapa informasi tersebut diterima. Aktor yang dengan menghubungi aktor alternatif dalam rangka
memiliki nilai indegree tinggi merupakan aktor yang mengakses informasi dari divisi tersebut. Sehingga
bisa dikatakan mempunyai ketersedian informasi dalam rangka penyelesaian tugas pencatatan hanya
untuk aktor lain dalam jaringan. Aktor yang memiliki perlu mengecek informasi dari alternatif aktor tidak
nilai indegree tertinggi kedua setelah pemangku perlu sampai melakukan pengecekan rutin maupun
kepentingan dengan dukungan nilai betweenness berkala terhadap aktor pemangku kepentingan dalam
centrality yang tinggi diyakini dapat menjadi hal ini kordinator/kepala divisi.
alternatif sumber informasi dikarenakan, aktor
dengan nilai betweenness centrality yang tinggi 4.6. Generalisasi
memiliki peran penting dalam sebuah jaringan karena Setelah dilakukan analisis kolaborasi komunikasi
berperan sebagai penghubung dua kelompok jaringan terhadap pola komunikasi pada jaringan sosial BPBL
yang berbeda, dapat mengontrol informasi, dan juga Ambon, metode ini dapat digeneralisasi terhadap
memanipulasi informasi (Eriyanto, 2014). Hasil kasus-kasus yang terdapat pada kelompok jaringan
sorting nilai indegree dan betweenness centrality sosial lain. Metode ini dapat diterapkan pada kasus-
untuk alternatif aktor dari tiap divisi dapat dilihat kasus dengan kriteria sebagai berikut :
pada Tabel 9. Terdiri dari Individu (aktor) atau kelompok (grup)
yang memiliki hubungan satu dengan yang lain
Tabel 9. Aktor alternatif dari tiap divisi berdasarkan sehingga dapat untuk mengukur tingkat
nilai indegree. kolaborasi.
Id_Divisi Id_Aktor InDegree Betweenness Setiap aktor dalam hubungannya memiliki
1 4 13 104.839 informasi yang berbeda dengan aktor lainnya.
2 9 21 144.046 Adanya pertukaran informasi antar aktor sehingga
3 16 24 271.173
4 41 13 167.766
dapat dilihat seberapa besar tingkat kolaborasi
5 53 12 188.114 antar aktor serta seberapa penting peran aktor dan
6 58 19 128.467 pengaruhnya terhadap penyebaran sebuah
7 66 10 153.598 informasi dalam jaringan komunikasi.
8 83 12 245.579 Pada Gambar 8 merupakan keseluruhan dari
aktivitas analisa kolaborasi komunikasi pada BPBL
Dari Tabel 9 dapat dilihat hasil sorting nilai Ambon menggunakan SNA, Proses ini dapat
indegree dan betweenness centrality untuk tiap aktor, memperlihatkan adanya kekurangan kolaborasi dari
diketahui bahwa Aktor #4 dapat dijadikan aktor beberapa divisi serta proses pencarian aktor alternatif
alternatif dalam rangka akses infromasi dari id divisi yang merupakan solusi yang direkomendasikan dari
#1 yaitu divisi Pengolahan Kesehatan Ikan dan hasil penelitian.
Lingkungan, Aktor #9 dapat dijadikan aktor alternatif
Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02 (2019) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis 131
Data
Kusioner
IDENTIFIKASI Degree
Process SNA Popularitas Aktor Centrality
IDENTIFIKASI Clossness
Kedekatan Antar Aktor Centrality
IDENTIFIKASI Betweness
Aktor Perantara Centrality
Komunikasi
RELASI ANTAR
Output DEVISI
AKTOR
ALTERNATIVE
Proses Analisis pola interaksi menggunakan SNA kolaborasi komunikasi antar divisi pada jaringan
pada BPBL Ambon, tidak hanya dapat menunjukan sosial BPBL Ambon. Aktor #4 dari Divisi
secara umum kekurangan pada kolaborasi informasi Pengelolaan Kesehatan Ikan Dan Lingkungan dan
namun juga memberikan informasi lebih lengkap aktor #66 dari Divisi Tata Usaha dapat dijadikan
terkait seberapa besar kepincangan dari kolaborasi alternatif aktor untuk permasalah hubungan
informasi yang ada dalam jaringan. Serta, dengan komunikasi dari Divisi Ikan Hias dan Divisi Produksi
penggunaan atribut dari setiap aktor Analisis ini dapat Calon Induk Ikan Konsumsi dalam hal mencari
menjleaskan secara khusus kekurangan kolaborasi informasi dari Divisi Pengelolaan Kesehatan Ikan
antar divisi. Dan Lingkungan dan Divisi Tata usaha.
Hasil analisis Pola interaksi dari penelitian ini
dapat digunakan oleh Pihak BPBL Ambon untuk Daftar Pustaka
melakukan penilaian serta peningkatan dalam hal
kolaborasi komunikasi. Hasil Analisis data diperoleh Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, 2017.
bahwa kepincangan kolaborasi komunikasi Rencana Strategis Perubahan Balai Perikanan
diakibatkan oleh tidak seimbangnya presentasi nilai Budidaya Laut Ambon Tahun 2017-2019.
sentralisasi jaringan. Dimana, nilai InDegree jauh [Online]. Website: http://bpblambon-kkp.org/wp-
lebih tinggi dari pada nilai OutDegree yang mana content/uploads/2017/05/Rencana-Strategis-
Nilai InDegree bernilai 47% dan OutDegree bernilai Perubahan-BPBLA-2017-2019.pdf, Diakses
15%. tanggal 5october 2018.
Permasalahan Komunikasi dan koordinasi dari Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, 2017.
beberapa divisi secara spesifik ditemukan Laporan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
berdasarkan hasil analisis relasi antar divisi. Dimana, (SPIP) Triwulan III. [Online]. Website :
diketahui ada beberapa divisi yang memiliki nilai 0 http://bpblambon-kkp.org/wp-
dalam hal hubungan kolaborasi komunikasi. Artinya content/uploads/2017/11/Laporan-SPIP-TW-3-
dengan data atribut yang sesuai dari masing-masing 2017.pdf. Diakses tanggal 5 october 2018.
aktor, dapat mengukur serta melihat keberadaan Borgatti, S.P., Everett, M.G. and Freeman, L.C.,
koneksi antar aktor yang telah dikelompokan ke 2002. UCINET 6 for Windows: Software for
dalam grup sesuai dengan atributnya. Sehingga data social network analysis (Version 6.102), Harvard,
atribut memiliki peranan penting dalam hal mencari MA: Analytic Tecnologies. 10 – 47.
koneksi tersembunyi dalam kelompok maupun antar Borgatti, S.P., 2002. NetDraw Software for Network
kelompok di dalam jaringan sosial. Visualization. Analytic Technologies: Lexington,
Dari temuan ini diperlukan alternatif aktor KY
sebagai solusi, Alternatif aktor didapat dari hasil Eriyanto, 2014. Analisis Jaringan Komunikasi :
sorting nilai indegree dan betweenness centrality Strategi Baru Dalam Penelitian Ilmu Komunikasi
tertinggi kedua setelah stakeholder/pemangku Dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prendada
kepentingan dari seluruh aktor dalam divisi. Media Group. Jakarta.
Alternatif aktor diharapkan dapat menjadi alternatif Iriani, A., 2013. Using social network analysis to
sumber informasi dari tiap divisi. Alternatif aktor analyze collaboration in batik smes, Journal of
merupakan upaya penyelesaian masalah kurangnya
132 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02 (2019) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
Knowledge Management, Economics and Soemirat, S., Ardianto, E., Suminar, Y.R., 2016.
Information Technology., vol. 3, no. 6, 2–18. Komunikasi organisasional In: Dasar-dasar
Muhamad, R., Bungin, B., 2015. Audit Komunikasi Komunikasi Organisasional: Pengertian, Ruang
Pendekatan dan Metode Asesmen Sistem Lingkup, dan Peranan Komunikasi. Universitas
Informasi Komunikasi Dalam Organisasi, Terbuka, Jakarta, 1-6.
Prenada Media Group, Jakarta. 82-85 Tsvetovat, M., Kouznetsov, A., 2011. Social Network
Muhammad, A., 1995. Komunikasi Organisasi, Bumi Analysis for Startups. O’reilly Media. California,
Aksara, Jakarta, 67-102. United States of America. 10-185
O’Malley, A.J., Marsden, P.V., 2008. The analysis of Tuhuteru, H., Iriani, A., 2018. Analisis Kolaborasi
social networks, Health Serv Outcomes Res Penelitian Ilmiah Dosen Fakultas X dengan Social
Method, Springer, 222–269. Network Analysis,Jurnal Teknik Informatika dan
Pengestu, M., 2015. Jaringan Komunikasi di The Sistem Informasi, Vol 4. Bandung. 149-158.
Piano Institute Surabaya, E- Komunikasi vol. 3, Wu, Y., Duan, Z., 2015. Social network analysis of
Univ. Kristen Petra Surabaya, 1–12. international scientific collaboration on
Salamati, P., Soheili, F., 2016. Social network psychiatry research. International Journal of
analysis of Iranian researchers in the field of mental health system, Vol 9. Article Number 2. 1-
violence. Chinese Jurnal of Traumatology. vol. 10
19, ScienceDirect, 264–270.