Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS USAHA PENGGILINGAN DAGING SAPI

(STUDI KASUS DI PUSAT PELATIHAN PERTANIAN


PEDESAAN DAN SWADAYA (P4S)
CAHAYA PURNAMA DI DESA TEPIAN BARU
KECAMATAN BENGALON KABUPATEN KUTAI TIMUR)

Al Hibnu Abdillah1, Juraemi2


1
Program Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur
Email : alhibnu_abdillah@stiperkutim.ac.id
2
Program Studi Agribisnis Universitas Mulawarman

ABSTRACT
Since it was operated in the beginning of 2016, the meat grinding business, which
included meat grinding service and meat ball processing at the Rural Agricultural Training
Center had never been evaluated in relation to income analysis. This research aimed to
analyze the meat grinding business activity (A case study at the Rural Agricultural
Training Center of Cahaya Purnama in Tepian Baru Village, Bengalon Sub-district, East
Kutai District). This research was conducted from February to March 2018, at the
Agricultural Training Center of Cahaya Purnama in Tepian Baru Village, Bengalon Sub-
district, East Kutai District. The instruments for financial analysis i used to analyze the
data were income analysis, B/C Ratio, and Payback Period. These business activities
were then divided into three divisions, meat grinding, grinding service, and meat ball
processing. Based on the result of income feasibility analysis, there was a surplus
income with the amount of Rp. 389,096,667. This means that this business was feasible
to run and it should be continued. The value of B/C ratio was 1.28, which means that it
was higher than 1. The value of Payback Period was 1.004 or 1 year, meaning that this
business was feasible viewed from the period of the business, namely 2 years. Based on
the above criteria, it was found that this business was feasible, so that it should be
continued to increase the income of the agricultural training center of Cahaya Purnama.
Keywords: meat grinding, grinding service, meat balls, income analysis

ABSTRAK
Sejak awal berproduksi pada awal tahun 2016, usaha penggilingan daging sapi,
jasa penggilingan daging, dan pengolahan pentol bakso di Pusat Pelatihan Pertanian
Pedesaan dan Swadaya (P4S) belum pernah dilakukan evaluasi analisis pendapatan.
Tujuan penelitian adalah evaluasi analisis usaha penggilingan daging sapi (studi kasus di
Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya Purnama di Desa
Tepian Baru Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur). Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Februari hingga Maret 2018, di P4S Cahaya Purnama Desa Tepian Baru
Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur. Alat analisis finansial yang digunakan
adalah analisis pendapatan, B/C Ratio, dan Payback Period. Usaha terbagi menjadi tiga
bagian, yakni penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso.
Berdasarkan analisis kelayakan pendapatan, nilai pendapatan memperoleh surplus
sebesar Rp 389.096.667. Ini berarti usaha tersebut layak dan perlu diteruskan. Nilai B/C
Ratio 1,28, yang artinya lebih besar dari 1. Nilai Payback Period 1,004 atau 1 tahun
artinya usaha ini akan layak ditinjau dari waktu usaha selama ini yakni 2 tahun.
Berdasarkan kriteria diatas maka usaha ini layak, sehingga perlu diteruskan untuk
menambah pemasukan bagi P4S Cahaya Purnama.
Kata kunci : penggilingan daging, jasa penggilingan, pentol bakso, analisis pendapatan
2

1. PENDAHULUAN
Daging sapi adalah produk pertanian yang menjanjikan dan memiliki daya
minat yang tinggi. Komposisi daging sapi terdiri atas air, lemak, protein, mineral,
dan karbohidrat. Kandungan gizi yang lengkap dan keanekaragaman produk
olahannya menjadikan daging sapi sebagai bahan pangan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia (Prasetyo, et.al,. 2013).
Kecamatan Bengalon merupakan satu dari delapan belas kecamatan di
Kabupaten Kutai Timur. Konsumsi daging sapi penduduk di Kecamatan
Bengalon mengalami fluktuatif. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Kutai Timur (2016), peningkatan konsumsi terjadi pada
tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 9.455,10 kg menjadi 21.907,67 kg. Tahun
2014 dan 2015 konsumsi daging sapi menurun menjadi 18.313,07 kg dan 11.725
kg. Jumlah konsumsi sedemikian besar ini tentunya harus diimbangi dengan
jumlah produksi daging sapi yang tinggi. Kondisi fluktuatif juga dialami jumlah
produksi daging sapi. pada tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 9.952 kg menjadi
23.060,70 kg. Tahun 2014 dan 2015 konsumsi daging sapi menurun menjadi
19.276,92 kg dan 12.342,11 kg (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Kutai Timur, 2016). Kondisi ini harus diwaspadai melihat jumlah produksi daging
sapi yang menurun pada tahun 2014 dan 2015. Hal ini untuk mengimbangi
jumlah konsumsi daging sapi penduduk Kecamatan Bengalon yang dipastikan
meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya.
Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya
Purnama Desa Tepian Baru adalah satu dari beberapa P4S yang tersebar di
daerah Kalimantan Timur. Bermula dari kelompok tani yang kemudian melakukan
penggabungan menjadi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), hingga
kemudian mengusulkan pembentukan P4S. P4S ini bergerak dalam bidang
kegiatan agribisnis yang berfokus pada integrasi kelapa sawit dengan sapi.
Sistem ini selalu digalakkan oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur, dan
telah mendapatkan respon yang positif sehingga banyak diterapkan oleh para
pekebun kelapa sawit.
Penggilingan daging sapi adalah salah satu cabang usaha milik P4S
Cahaya Purnama. Pihak P4S menerapkan dua anak cabang usaha terkait
penggilingan daging sapi, yakni penggilingan daging, dan pengolahan pentol
daging. Usaha ini diharapkan pihak pengelola untuk meningkatkan pendapatan,
3

serta memaksimalkan pemanfaatan peternakan dari sektor hulu hingga hilir.


Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, daging
banyak diolah menjadi produk makanan yang menarik. Pengolahan produk
daging tersebut mampu meningkatkan harga jual. Bahan makanan yang berasal
dari produk olahan daging antara lain bakso daging, korned, dendeng, dan abon.
(Hanif, 2011) dalam Nasaruddin (2015). Salah satu produk peternakan yang
berasal dari daging adalah bakso. Produk ini sudah dikenal umum dilapisan
masyarakat. Selain memiliki cita rasa yang lezat, makanan ini memiliki harga
yang relatif terjangkau.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis usaha penggilingan daging
sapi (studi kasus di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S)
Cahaya Purnama di Desa Tepian Baru Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai
Timur).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung dari bulan Februari
sampai bulan Maret 2018, dengan obyek penelitian adalah data produksi daging
sapi yang dikelola. Lokasi penelitian di P4S Cahaya Purnama, Desa Tepian
Baru, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Alat perhitungan analisis usaha berdasarkan studi kelayakan
menggunakan analisis deskritif dengan menggunakan standar kelayakan bisnis,
yang mana tiap-tiap komponen bisa dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
2.1 Total Cost
Menurut Rosyidi (2014), Total Cost merupakan penjumlahan seluruh biaya
yang dikeluarkan, baik untuk biaya tetap (fixed cost) maupun untuk biaya variabel
(variable cost). Menurut Rahardja (2010), biaya total sama dengan biaya tetap
ditambah biaya variabel. Rumusnya sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC : Total Cost
TFC : Total Fixed Cost
TVC : Total Variable Cost
4

2.2 Total Revenue


Menurut Rosyidi (2014), Total Revenue merupakan penerimaan total
yang diterima oleh produsen dari penjualan output-nya. Jumlah ini tentu sama
besarnya dengan pengeluaran seluruh konsumen yang membeli output-nya.
Rumusnya sebagai berikut:
TR = P x Q
Keterangan:
TR : Total Revenue
P : Price (Harga)
Q : Quantity (Jumlah unit)
2.3 Income (Laba)
Menurut Rosyidi (2014), income merupakan selisih antara hasil penjualan
output dikurangi biaya untuk menghasilkan output tersebut. Rumusnya sebagai
berikut:
I = TR - TC
Keterangan:
I : Income
TR : Total Revenue
TC : Total Cost
2.4 Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
Menurut Siregar (2012), B/C Ratio adalah ukuran perbandingan antara
pendapatan dengan Total Biaya. Dalam batasan besaran nilai B/C dapat
diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Rumusnya sebagai berikut:
B/C Ratio = B / C
Kriteria pengujian:
Jika B/C > 1 maka usaha sapi potong layak untuk dikembangkan
Jika B/C < 1 maka usaha sapi potong tidak layak untuk dikembangkan
Jika B/C = 1 maka usaha sapi potong itu marginal (tidak untung dan tidak rugi).
TR : Total Revenue
P : Price (Harga)
Q : Quantity (Jumlah unit)
5

2.5 Payback Period


Menurut Kadariah (1990) dalam Handayanta, et al., (2013), Payback
Period (PBP) dapat dihitung dengan rumus:
I
Payback Period =
Ab
Keterangan:
I = Besarnya biasa investasi yang diusahakan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh usaha pada setiap tahunnya
Kriteria penilaiannya yaitu jika payback period lebih pendek dari maksimum
payback period-nya, maka usaha dapat diterima. Proyek akan ditolak jika
payback period lebih lama dari maksimum payback period-nya (Riyanto, 2001,
dalam Handayanta, et al., 2013).
2.6 Asumsi-Asumsi Yang Digunakan Dalam Penelitian
Asumsi yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Periode perhitungan dilakukan setiap bulan terhitung dari Januari hingga
Desember tahun 2016
2. Output yang dihasilkan oleh usaha ini berupa daging giling, jasa penggilingan,
dan pentol bakso
3. Penggilingan daging dilakukan setiap hari dengan produksi harian secara
tetap, yakni sebesar 35 kg/hari
4. Pengolahan pentol bakso selama tiga hari sekali memproduksi 5 kg. Dalam
sebulan memproduksi secara tetap sebanyak 10 kali produksi
5. Diasumsikan produk pentol bakso dibagi menjadi dua jenis, yakni pentol
bakso kelas ekonomis sebesar 80%, dan pentol bakso kelas super sebesar 20%,
dari total produksi pentol bakso
6. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang, dengan jam kerja 3-4 jam
per hari
7. Biaya adalah nilai yang harus dikeluarkan/dibayarkan untuk dapat
menghasilkan output (Rp)
8. Harga adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang
bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain (Rp)
9. Kriteria keuntungan usaha didasarkan pada nilai Income, B/C Ratio, dan
Payback Period
6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya
Purnama Desa Tepian Baru adalah satu dari beberapa P4S yang tersebar di
daerah Kalimantan Timur. Bermula dari beberapa kelompok tani yang kemudian
melakukan penggabungan menjadi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).
GAPOKTAN didirikan oleh Bapak Patemo, berdiri pertama kali pada 22 Februari
2008, diketuai oleh Bapak Patemo. Seiring berjalannya waktu dengan
mempertimbangkan perluasan usaha GAPOKTAN yang telah ada, diusulkanlah
untuk menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan Pelatihan Terpadu (P4S) pada
3 Maret 2015, dengan usulan Ketua P4S Bapak Patemo, Sekretaris Bapak Rudi
Hartono, dan Bendahara Suhardin. Pada 30 Desember 2015 terbitlah Surat
Keputusan (SK) dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Provinsi
Kalimantan Timur, dengan nomor 420.1538/SK.P4S/PENY-BKPP, yang
menetapkan berdirinya P4S Cahaya Purnama Tepian Baru dan menetapkan
Bapak Patemo sebagai pengelola P4S Cahaya Purnama Tepian Baru sejak surat
SK ditetapkan. P4S Cahaya Purnama memiliki usaha pembesaran sapi Bali
sebagai usaha utama, serta pengolahan pupuk kandang sebagai usaha
sampingan. Sebagaimana yang telah disampaikan diatas bahwa usaha
penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso
merupakan anak usaha, yang berarti ketiga usaha tersebut adalah bagian dari
usaha sampingan dari P4S Cahaya Purnama.
3.1 Usaha Penggilingan Daging Sapi
Biaya Tenaga Kerja
Pengelola P4S Cahaya Purnama mempekerjakan sebanyak 2 orang,
dengan jam kerja selama 3-4 jam/hari. Upah per hari sebesar Rp 87.500.
Pekerjaan dilakukan setiap hari dalam sebulan. Kondisi ini dikarenakan
konsumen datang setiap hari untuk membeli daging. Biaya tenaga kerja bisa
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Biaya tenaga kerja Biaya tenaga
Bulan
(harian) kerja (bulanan)
Januari 175.000 5.250.000
Februari 175.000 5.250.000
Maret 175.000 5.250.000
April 175.000 5.250.000
Mei 175.000 5.250.000
Juni 175.000 5.250.000
Juli 175.000 5.250.000
7

Agustus 175.000 5.250.000


September 175.000 5.250.000
Oktober 175.000 5.250.000
November 175.000 5.250.000
Desember 175.000 5.250.000
Jumlah - 63.000.000
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Biaya Operasional
Ternak yang baik memiliki konidisi sehat dan memiliki kondisi yang kuat.
Agar mencapai hal itu diperlukan pemeliharaan yang rutin. Pengelola
mengeluarkan biaya biaya pada tabel berikut.
Tabel 5. Biaya Operasional Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Bahan Baku Solar
Bulan Daging Sapi Jumlah
Pentol Diesel
Januari 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Februari 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Maret 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
April 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Mei 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Juni 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Juli 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Agustus 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Septembe
99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
r
Oktober 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
November 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
Desember 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000
1.197.000.00 1.357.920.00
Jumlah 86.400.000 11.520.000
0 0
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)
Biaya Alat
Alat adalah benda yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional
yang bersifat tidak habis pakai dalam sekali penggunaan. Berbeda dengan
bahan yang digunakan sekali pakai dan dalam waktu yang sebentar, alat
memiliki ketahanan waktu yang lama dan bisa digunakan berulang-ulang kali.
Kegiatan pengelolaan sapi potong menggunakan alat-alat sebagai berikut.
Tabel 6. Biaya Alat Usaha Ternak Sapi Bali (Rp)
Alat
Rincian Kedai Freezer Genset Baskom Pisau Timbangan
Penggilingan
Biaya Alat 50.000.000 75.000.000 14.000.000 8.000.000 100.000 100.000 150.000

Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)


Penyusutan Alat
Penyusutan adalah perhitungan untuk mengetahui berapa besar nilai alat
mengalami susut dalam tiap tahunnya. Penyusutan alat adalah hal yang wajar
8

karena alat memiliki ketahanan dalam jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu,
analisis data menggunakan nilai penyusutan bukan berdasarkan nilai asli suatu
alat seperti halnya data diatas. Untuk mengetahui penyusutan bisa
menggunakan rumus berikut :
Jumlah alat
Penyusutan = x nilai produk
Usia ekonomis
Tabel 7. Biaya Penyusutan Usaha Ternak Sapi Bali (Rp)
Alat
Rincian Kedai Freezer Genset Baskom Pisau Timbangan Jumlah
Penggilingan
Januari 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Februari 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Maret 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

April 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Mei 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Juni 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Juli 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Agustus 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

September 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Oktober 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

November 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Desember 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028


3.333.33 1.400.00
Jumlah 7.500.000 800.000 100.000 100.000 75.000 13.308.333
3 0
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)
Total Biaya Usaha Penggilingan Sapi
Secara keseluruhan biaya untuk usaha penggilingan daging sapi telah
diketahui. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan secara keseluruhan nilai
jumlah untuk tiap sub bagian yang telah dibagi sebelumnya. Detail perhitungan
ada pada tabel dibawah ini.
Tabel 8. Total Biaya Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Biaya Tenaga Biaya Biaya
Bulan Jumlah
kerja Operasional Penyusutan
Januari 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Februari 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Maret 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
April 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Mei 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Juni 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Juli 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Agustus 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
September 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Oktober 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
November 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Desember 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278
Jumlah 63.000.000 1.357.920.000 13.383.333 1.371.303.333
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)
9

Penerimaan
Sebagaimana dipaparkan pada asumsi diatas bahwa ada tiga output yang
dihasilkan dari pengolahan daging sapi, yakni penggilingan daging, jasa
penggilingan, dan pengolahan pentol bakso. Daging giling dijual seharga Rp
120.000/kg, dalam sehari rata-rata habis terjual sebanyak 35 kg. Dalam sehari
penerimaan penjualan daging sebesar Rp 4.200.000. Maka dalam sebulan
penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 126.000.000.
Jasa penggilingan daging dikenakan harga sebesar Rp 10.000/kg. Jasa
penggilingan daging mengikuti jumlah daging yang terjual yakni 35 kg/hari.
Dalam sehari penerimaan dari jasa penggilingan daging sebesar Rp 350.000.
Penerimaan dalam sebulan sebesar Rp 10.500.000.
Pentol bakso kelas ekonomi seharga Rp 1.000.000/5 kg, sedangkan kelas
super seharga Rp 1.100.000/5 kg. Penjualan pentol bakso kelas ekonomi rata-
rata per bulan sebanyak 40 kg, yang jika di Rupiahkan sebesar Rp 8.000.000.
Penjualan pentol bakso kelas super rata-rata per bulan sebanyak 10 kg, atau
sebesar Rp 2.200.000.
Data pemasukan penjualan dan pendapatan usaha penggilingan daging
sapi terlampir dibawah ini.
Tabel 9. Penerimaan Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Penggilingan Jasa
Bulan Pentol Bakso Jumlah
Daging Penggilingan
Januari 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Februari 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Maret 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
April 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Mei 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Juni 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Juli 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Agustus 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
September 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Oktober 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
November 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Desember 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000
Jumlah 1.512.000.000 126.000.000 122.400.000 1.760.400.000
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)
Tabel 10. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Bali (Rp)
Bulan Penerimaan Biaya Pendapatan
Januari 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Februari 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Maret 146.700.000 114.275.278 32.424.722
April 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Mei 146.700.000 114.275.278 32.424.722
10

Juni 146.700.000 114.275.278 32.424.722


Juli 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Agustus 146.700.000 114.275.278 32.424.722
September 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Oktober 146.700.000 114.275.278 32.424.722
November 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Desember 146.700.000 114.275.278 32.424.722
Jumlah 1.760.400.000 1.371.303.333 389.096.667
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)
3.2 Analisis Kelayakan Usaha Daging Sapi
Analisis ini merupakan analisis gabungan dari usaha pengolahan daging
sapi, yakni penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol
bakso. Tujuannya adalah mengetahui apakah usaha penggilingan daging di P4S
telah menguntungkan atau belum.
Berikut adalah analisis usahanya.
Tabel 11. Analisis Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Analisis
Nilai Kriteria Hasil
Pendapatan
Pendapatan 389.096.667 Pendapatan > 0 Layak
B/C Ratio 1,28 B/C Ratio > 1 Layak
Payback Period 1,004 atau 1 tahun Payback Period < usaha = layak Layak
Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)
Jika memperhatikan pada tabel diatas diketahui bahwa nilai pendapatan
memperoleh surplus sebesar Rp 389.096.667. Ini berarti usaha tersebut layak
dan perlu diteruskan. Nilai B/C Ratio 1,28, yang artinya lebih besar dari 1. Nilai
Payback Period 1,004 atau 1 tahun artinya usaha ini akan layak ditinjau dari
waktu usaha selama ini yakni 2 tahun. Berdasarkan kriteria diatas maka usaha ini
layak, sehingga perlu diteruskan untuk menambah pemasukan bagi P4S Cahaya
Purnama.
4. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka diperoleh
kesimpulan bahwa usaha penggilingan daging sapi adalah salah satu usaha P4S
Cahaya Purnama, selain usaha pembesaran sapi Bali dan pengolahan pupuk
kandang. Usaha ini kemudian terbagi lagi menjadi tiga bagian, yakni
penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso.
Berdasarkan analisis kelayakan pendapatan, nilai pendapatan memperoleh
surplus sebesar Rp 389.096.667. Ini berarti usaha tersebut layak dan perlu
diteruskan. Nilai B/C Ratio 1,28, yang artinya lebih besar dari 1. Nilai Payback
Period 1,004 atau 1 tahun artinya usaha ini akan layak ditinjau dari waktu usaha
selama ini yakni 2 tahun. Berdasarkan kriteria diatas maka usaha ini layak,
11

sehingga perlu diteruskan untuk menambah pemasukan bagi P4S Cahaya


Purnama.
Berikut ini adalah saran-saran yang perlu mendapat perhatian adalah:
1. Pengelola perlu menaikkan produksi daging dari yang sebelumnya 35 kg/hari.
Hal ini melihat jika dengan jumlah produksi harian sudah mampu untuk
mendapatkan untung yang besar, maka jika kedepannya produksi harian naik
tentu akan membuka peluang untung yang lebih besar lagi.
2. Jika kedepannya pengelola menambah kapasitas produksi penggilingan
daging lebih dari 35 kg/hari, pengelola perlu mempertimbangkan menambah
tenaga kerja sebanyak satu orang untuk mempercepat proses produksi daging.
Daftar Pustaka
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2012. DataTernak
Kabupaten Kutai Timur 2011. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2013. Data Ternak
Kabupaten Kutai Timur 2012. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2014. Data Ternak
Kabupaten Kutai Timur 2013. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2015. Data Ternak
Kabupaten Kutai Timur 2014. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2016. Data Ternak
Kabupaten Kutai Timur 2015. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Kutai Timur, Sangatta

Handayanta, E., Rahayu, E.T., dan Sumiyati, M. 2016. Analisis Finansial Usaha
Peternakan Pembibitan Sapi Potong Rakyat Di Daerah Pertanian Lahan
Kering, Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Semin, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sains Peternakan. 14 (1)
“http://bit.ly/2v0mcBe” diakes pada 6 Juni 2017

Nasaruddin, M., Utama, S.P., dan Andani, A. 2015. Nilai Tambah Pengolahan
Daging Sapi Menjadi Bakso Pada Usaha Al-Hasanah di Kelurahan Rimbo
Kedui Kecamatan Seluma Selatan. AGRISEP. 14 (1) “http://bit.ly/2sItjie”,
diakses pada 20 Feburari 2018

Prasetyo, H., Padaga, M.C., dan Sawitri, M.E. 2013. Kajian Kualitas Fisiko Kimia
Daging Sapi di Pasar Kota Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.
8 (2) “http://bit.ly/2tEnoqx”, diakses pada 19 Juli 2017
12

Rahardja, P., dan Manurung, M. 2010. Teori Ekonomi Mikro; Suatu Pengantar.
Universitas Indonesia, Jakarta

Rosyidi, S. 2014. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi


dan Makro. Rajawali Pers, Jakarta

Siregar, G. 2012. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak


Sapi Potong. Agrium. 17 (3) “http://bit.ly/2okD6FT”, diakses pada 20
Februari 2018

You might also like