Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.

2, Desember 2017

ADAPTASI KOMUNITAS ADAT KAMPUNG KUTA TERHADAP


LINGKUNGAN SOSIALNYA
DI KABUPATEN CIAMIS

R. Enkeu Agiati
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
E-mail: agiatienkeu@yahoo.co.id

Abstract

Adaptation is the process of living things to adapt to their surroundings. The purpose of this
research is to examine process, strategy of adaptation, and the patterns of adaptation developed by
tradisional communities of Kampung Kuta members at Ciamis. The method of the research used the
qualitative with data collection technique employed was in-depth interviews, participation
observation, and document study. As is subject used purposive. The research data were analyzed in
qualitative way. The study showed that the process of adaptation of Kampung Kuta members in
responding the environment change was seen from their activities patterns in fulfiling their life
needs. The capability of adaptations of both traditionally the environment change was indicated by
their efforts to try, manage, and survive in their environment condition. Overcoming the change
occurring in their environment condition both traditional community had the most effective strategy
of adaptation, the strategy to apply the development by keeping maintaining their living tradition
and custom. The patterns of adaptation developed by the traditional communities of Kampung Kuta
members were maintaining their old tradition and value system as well as adapting to the new thing.
However their belief does not change drastically.

Keywords: adptation, life sustainability, tradisional communities

Abstrak

Adaptasi merupakan proses makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengkaji proses, strategi, dan pola adaptasi komunitas adat Kampung
Kuta di Ciamis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan studi dokumentasi.
Subjek ditentukan secara puporsive. Hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisa data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan proses adaptasi warga Kampung Kuta dalam merespon perubahan
lingkungannya terlihat dari pola aktivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan
komunitas adat dapat beradaptasi ditunjukkan oleh usahanya untuk mencoba mengelola, dan
bertahan dalam kondisi lingkungannya. Dalam menghadapi kondisi lingkungan yang berubah,
komunitas adat Kampung Kuta memiliki strategi adaptasi yang dipandang paling efektif yaitu
menerapkan strategi kemajuan melalui tradisi dan adat mereka. Pola adaptasi yang dikembangkan
adalah dengan cara mempertahankan tradisi, sistem nilai nenek moyang dan leluhurnya serta
menyesuaikan diri terhadap hal baru dan keyakinan tidak secara drastis berubah.

Kata kunci: adaptasi, kelangsungan hidup, komunitas adat

380
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

Pendahuluan
Kajian adaptasi pada warga Kampung Kuta
Kompleksitas pranata kebudayaan suatu menarik untuk diteliti, karena komunitas ini
masyarakat tergantung pada kebutuhan dan dilihat dari latar belakang suku bangsa adalah
lingkungan hidup masyarakat itu, karena suku bangsa sunda yang mengakui beragama
lingkungan terus menerus berubah, maka Islam, tetapi memiliki ciri-ciri khas yang
gejala dan perubahan yang terjadi itu dalam masih dipertahankan. Kehidupan Warga
lingkungannya perlu terus diintervensi sesuai Kampung Kuta menunjukkkan realitas sosial
dengan waktunya. Apabila suatu kelompok yang memang ada serta memiliki kekhasan,
masyarakat mendukung suatu unsur budaya seperti: dalam pewarisan tradisi Komunitas
dan menganggap adaptasi yang dilakukan Kuta secara terstruktur yang dijalankan tokoh-
sebelumnya kurang tepat maka cara itu akan tokoh adat melakukan enkulturasi tradisi yang
digantikan dengan cara lain yang dianggap dilakukan secara kelompok dan perorangan
sesuai kebutuhan masyarakat dalam yang dapat dikatakan telah menunjukkan ciri
memanfaatkan lingkungan masyarakat dalam kumpulan norma perilaku, sikap, ritual,
tersebut. dan ideologi generassi pewaris telah menerima
tujuan yang dikehendaki oleh tokoh adat.
Adaptasi manusia itu tidak semata-mata
ditentukan oleh keinginan, kebutuhan, dan Warga Kampung Kuta merupakan komunitas
tujuan masyarakat melainkan juga ditentukan manusia yang mendiami suatu wilayah, hidup,
oleh situasi lingkungan setempat. Demikian dan bekerja sama sejak dahulu sampai
pula halnya dengan warga Kampung Adat sekarang, serta mengembangkan satu sistem
Kuta yang dalam usaha mempertahankan pergaulaulan, kekerabatan, dan adat istiadat,
lingkungan kelangsungan hidupnya memiliki menyusun nilai-nilai moral sebagai pedoman
perangkat pengetahuan yang dapat diterapkan, tingkah laku warga Kampung Kuta serta
dikembangkan, dan diwariskan kepada warga mempunyai konsensus dan komitmen diantara
masyarakat berikutnya untuk memanfaatkan warganya dalam berbagai hal penting karena
dan mengelola sumber daya alam. Warga itu memiliki rasa senasib sepenanggungan.
Kampung Kuta selalu beradaptasi terhadap Kehidupan komunitas adat Kampung Kuta
lingkungannya atau tempat baru yang dapat dalam interaksi dengan lingkungan mereka
memungkinkan bertahan hidup. Adaptasi menggunakan pengetahuan tradisional
merupakan proses pertahanan menuju terutama dalam pengelolaan lingkungannya.
tindakan ke tingkat individual yang bertujuan
memanfaatkan kesempatan hidup dan untuk Aktivitas warga Kampung Kuta memperlihatkan
dapat memanfaatkan kesempatan hidup sangat patuh terhadap ajaran nenek
tersebut warga Kampung Kuta menggunakan moyangnya (karuhun) dan “Kuncen” yang
strategi serta pola tertentu untuk pertahanan dianggap memiliki pengaruh yang sangat kuat.
hidup. Hal ini terlihat bahwa warga Kampung Kuta
masih taat terhadap larangan-larangan yang
Suatu komunitas dalam melalukan adaptasi begitu ketat, mereka menjalani tanpa
terhadap lingkungannya tentu saja memiliki pertimbangan logis dan seandainya melanggar
konsekuensi tertentu baik yang diharapkan larangan yang ditentukan dan diakui
atau tidak diharpakan. Oleh karena itu dalam komunitas adat Kampung Kuta, akan
rangka mempertahankan hidupnya dilakukan mendatangkan malapetaka sebagai sanksi.
melalui proses adaptasi besar dan
kemungkinan ada kendala yang dihadapi dan Penelitian ini difokuskan pada studi tentang
dalam kondisi ini harus mencari strategi ekologi manusia yang memahami bagaimana
adaptasi yang bagaimana yang dianggap manusia mengatasi lingkungan yang
sesuai dan dapat memaksimalkan hidup menggunakan konsep adaptasi Anderson
mereka. (dalam Basrowi: 2014) bahwa karakteristik

381
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

pendekatan ekologi budaya menganggap menjelaskan bahwa strategi adaptasi yang


adaptasi sebagai proses yang utama dalam dilakukan oleh mahasiswa Papua untuk
perubahan kebudayaan. Kemajuan suatu betahan hidup di Unnes adalah: 1) Akomodasi
kebudayaan merupakan hasil dari adaptasi dan bahasa dan makanan; 2) Melakukan hobi yang
seleksi, kemajuan adalah adaptasi itu sendri disukai; dan 3) Motivasi untuk lulus dari
atau budaya kompleks memiliki all round Unnes dan sikap positive thinking. Selanjutnya
adaptability. penelitian Audina Amanda Prameswari Tahun
2015 tentang Strategi Adaptasi Masyarakat
Penelitian yang dilakukan ini memang berbeda Nelayan dalam Menghadapi Ketidakpastian
dengan penelitian lainnya sebagaimana Cuaca, menjelaskan bahwa untuk tetap
ditunjukkan pada fokus penelitian tentang bertahan hidup, masyarakat nelayan perlu
proses dan strategi adaptasi komunitas adat menerapkan strategi-strategi khusus untuk
Kampung Kuta terhadap lingkungan luar mampu menyesuaikan diri dengan
kampungnya, serta mengkaji pola strategi ketidakpastian cuaca. Strategi tersebut dikenal
yang dikembangkan pada komunitas adat dengan strategi adaptasi. Strategi adaptasi
Kampung Kuta ini agar tetap survive. yang diterapkan oleh masyarakat nelayan akan
berbeda satu dengan lainnya, dipengaruhi oleh
Rumusan masalah penelitian ini adalah sumber daya yang dimiliki nelayan yang
“Bagaimana adaptasi komunitas adat diwujudkan dari posisi nelayan pada kelas
Kampung Kuta terhadap lingkungan sosial. tertentu. Strategi adaptasi ini juga dipengaruhi
Selanjutnya penelitian ini difokuskan pada: 1) oleh tingkat kerentanan dan komponennya.
bagaimana proses adaptasi komunitas adat
Kampung Kuta, 2) bagaimana strategi adaptasi Merujuk pada penelitian-penelitian tersebut
komunitas adat Kampung Kuta, dan 3) maka manusia sebagai makhluk hidup
bagaimana pola adaptasi yang dikembangkan memiliki kekuatan yang besar untuk
komunitas adat Kampung Kuta. menguasai, mengawasi, serta untuk tetap
hidup dalam lingkungannya. Pada Proses
Maksud penelitian ini adalah ingin memahami adaptasi manusia sebagai unsur aktif yang
dan melakukan analisis aktivitas dan perilaku berperan penting dalam terjadinya perubahan.
komunitas adat Kampung Kuta dalam Oleh karena itu adaptasi sangat diperlukan
melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang oleh makhluk hidup untuk mempertahankan
mengalami perubahan terutama pada aspek hidupnya.
mata pencaharian (ekonomi), pranata sosial,
organisasi atau kelembagaan sosial dan Adaptasi adalah cara makhluk hidup untuk
teknologi yang digunakan. Tujuan penelitian menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup
ini adalah untuk mengkaji dan melakukan dimana mereka tinggal. Adaptasi ini
analisis terhadap: 1) proses adaptasi komunitas diperlukan oleh makhluk hidup di bumi,
adat Kampung Kuta, 2) strategi adaptasi karena setiap lingkungan di bumi memiliki
komunitas adat Kampung Kuta, dan 3) pola karakteristik sendiri. Misalkan di kutub
adaptasi yang dikembangkan komunitas adat suhunya sangat dingin serta banyak terdapat
Kampung Kuta. air sedangkan sebaliknya di daerah gurun
suhunya panas, gersang, dan sulit untuk
Penelitian tentang adaptasi telah banyak mendapatkan air. Proses adaptasi manusia
dilakukan, walaupun pada objek dan lokasi tidak sekedar melakukan penyesuaian secara
yang berbeda. Sebagaimana penelitian yang fisik, melainkan berbuat lebih dari itu, karena
dilakukan Norisma Rizky Ariani Tahun 2015 itu manusia dilengkapi dengan suatu sistem
tentang Strategi Adaptasi Sosial Budaya adaptasi yang dinamakan kebudayaan. Pada
Mahasiswa Papua Penerima Beasiswa perspektif ini proses perkembangan
Afirmasi Dikti (Adik) Tahun 2013 di kebudayaan tidak lagi dilihat suatu eolusi
Universitas Negeri Semarang (Unnes), struktur pemikiran manusia, tetapi lebih

382
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

dipahami sebagai proses dinamika diri saling sistem pemeliharaan. Pola tingkah laku ini
ketergantungan antara manusia dengan merupakan respon terhadap tingkah laku
lingkungannya dan merupakan latar belakang tertentu sedangkan sistem pemeliharaan
terbentuknya suatu sistem kebudayaan adalah tingkah laku yang dirancang sebagai
spesifik. upaya penyesuaian diri terhadap kondisi yang
muncul.
Kondisi ini terjadi pada komunitas adat
Kampung Kuta, dimana komunitas Kampung A.Aziz Alimul Hidayat (2007) adaptasi
Kuta ini melakukan adaptasi terhadap merupakan suatu proses perubahan yang
lingkungan di luar komunitasnya, karena menyertai individu dalam berespon terhadap
lingkungan sekitarnya termasuk pada wilayah perubahan yang ada di lingkungan dan dapat
kota kecamatan yang laik dengan perubahan mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara
dan perkembangan. Warga komunitas adat fisiologis dan psikologis yang akan
Kampung Kuta melakukan proses penyesuaian, menghasilkan perilaku adiptif. Hal ini
agar mereka dapat melangsungkan hidupnya. ditunjukkan komunitas adat komunitas
Namun demikian walaupun komunitas adat Kampung Kuta, dimana warga komunitas ini
Kampung Kuta melakukan adaptasi untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan
perubahan hidup mereka, tetapi tetap sosialnya sebagai respon terhadap perubahan
menjalankan adat istiadat, kebiasaan dan lingkungan di luar komunitas adat Kampung
tradisi nenek moyangnya yang dipegang Kuta dan menimbulkan perubahan secara fisik
sebagai pedoman hidup mereka. Sehubungan seperti warga mengakses pelayanan sosial
dengan hal tersebut maka kondisi demikian dasar (kesehatan, pendidikan) dan secara
menunjukkan bahwa proses adaptasi manusia fisiologis mempengaruhi dalam cara
tidak sekedar melakukan penyesuaian secara berpakaian, aksesoris yang dipakai (kacamata,
fisik, melainkan berbuat lebih dari itu, karena tas, sandal, sepatu, topi, dan lain sebagainya.
itu manusia dilengkapi dengan suatu sistem Namun demikian tetap komunitas ini
adaptasi yang dinamakan kebudayaan, dan mempertahankan adat istiadat, kebiasaan, dan
kebudayaan ini tetap dipertahankan. tradisi leluhurnya.

Manusia dalam beradaptasi memerlukan suatu Adaptasi adalah cara bagaimana organisme
strategi yang diperolehnya dari hasil proses mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya
belajar atau pengalaman empiriknya. Adaptasi untuk bertahan hidup. Organisme yang
adalah cara yang dipakai manusia untuk mampu beradaptasi terhadap lingkungannya
mengatasi rintangan dalam memperoleh mampu untuk: 1) memperoleh air, udara, dan
keseimbangan positif dengan kondisi-kondisi nutrisi (makanan), 2) mengatasi kondisi fisik
yang ada. Setiap adaptasi memerlukan cara lingkungan seperti temperatur, cahaya dan
tertentu menurut kadar kemampuan individu, panas, 3) mempertahankan hidup dari musuh
kelompok atau komunitas dalam upaya alaminya, 4) bereproduksi, dan 5) merespon
memperoleh keseimbangan dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya.
lingkungannya. Dalam meningkatkan kualitas
dirinya, manusia juga akan selalu Adaptasi pada komunitas adat menunjukkan
berhubungan dengan lingkungannya baik upaya komunitas adat dalam mempertahankan
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dan neningkatkan kualitas hidup dengan
dalam hubungan tersebut manusia selalu mempertahankan nilai, tradisi yang ada dan
berinteraksi dengan bentuk pola tingkah laku selalu berhubungan dengan lingkungan baik
sebagai respon terhadap terlembagakan dan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Di
menghasilkan suatu sistem adaptasi yang dalam hubungan tersebut manusia selalu
berpola dan merupakan bagian dari sistem berinteraksi dalam suatu bentuk pola tingkah
yang lebih besar, yaitu kebudayaan. Adaptasi laku sebagai respon terhadap terlembagakan
dapat dipahami sebagai pola tingkah laku dan dan menghasilkan suatu sistem yang lebih

383
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

besar yaitu kebudayaan. Adaptasi dapat yang dipakai oleh suatu komunitas untuk
dipahami sebagai pola tingkah laku dan sistem mengatasi rintangan-rintangan yang mereka
pemeliharaan, pola tingkah laku merupakan hadapi dan untuk memperoleh keseimbangan-
respon terhadap perubahan tingkah laku keseimbangan positif dengan kondisi latar
tertentu. Sedangkan sistem pemeliharaan belakang komunitas. Sedangkan kata budaya
adalah tingkah laku yang dirancang sebagai atau kebudayaan adalah segala daya dan
upaya penyesuaian terhadap kondisi yang kegiatan manusia untuk mengolah dan
muncul. Organisme yang mampu beradaptasi mengubah alam.
akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak
mampu beradaptasi akan menghadapi Adaptasi terhadap lingkungan merupakan
kepunahan atau kelangkaan jenis. kemapuan komunitas untuk merespon
tantangan lingkungan agar tetap hidup dan ini
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: adaptasi merupakan proses sosial. Proses sosial di
morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. dalam realitas sosial anggota-anggota
Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang masyarakatnya dalam keadaan harmoni yang
meliputi bentuk tubuh. Adaptasi morfologi mengarah pada pola-pola kerja sama. Harmoni
dapat dilihat dengan jelas. Adaptasi fisiologi sosial ini menciptakan kondisi sosial yang
adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat teratur atau disebut social order. Di dalam
tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang realitas sosial terdapat seperangkat tata aturan
dihasilkan suatu organisme. Adaptasi tingkah yang mengatur perilaku para anggotanya.
laku adalah penyesuaian organisme terhadap Apabila anggota masyarakat atau warga suatu
lingkungan dalam bentuk tingkah laku. Jenis komunitas dalam keadaan mematuhi tata
adaptasi ini mudah untuk diamati. aturan ini, maka pola-pola harmoni sosial yang
mengarah pada kerja sama antaranggota
Dalam kehidupannya manusia tak pernah masyarakat akan tercipta.
terlepas dari orang lain, karena manusia
membutuhkan orang lain sebagai pelengkap Manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis
dalam hidup, tetapi sebelum manusia seringkali tidak dapat menghindari keadaan
mengenal orang lain dan bagaimana harus yang memaksa mereka untuk memasuki
beradaptasi telebih dahulu. Individu sebuah lingkungan atau budaya yang baru
merupakan organisme tunggal, tanpa bantuan serta berinteraksi dengan anggota masyarakat
dari orang lain maka tidak bisa hidup dari lingkungan dan budaya baru tersebut.
sempurna. Adaptasi merupakan bentuk Padahal untuk memasuki dan memahami
penyesuaian yang dilakukan makhluk hidup lingkungan dari budaya yang baru merupakan
agar bisa betahan hidup dalam lingkungannya, hal yang tidak mudah.
terlebih lingkungan yang baru, bukan hanya
pada manusia saja tetapi juga pada hewan dan Banyak kendala atau hambatan yang akan
juga tumbuhan, mereka harus bisa beradaptasi timbul dalam proses adaptasi yang terjadi.
dengan lingkungan dimana mereka berada, Dalam proses awal terjadinya adaptasi sosial
demi mempertahankan kelangsungan hidup budaya akan dihadapi beberapa hambatan-
atau dalam mempertahankan hidupnya. hambatan. Hambatan-hambatan tersebut
sangat wajar dihadapi karena dalam
Adaptasi pada suatu masyarakat atau penyesuaian (adaptasi) itu terjadi
komunitas tidak terlepas dari kebudayaan yang pertimbangan-pertimbangan. Hal ini juga
dianut masyarakat atau komunitas tersebut. merupakan kemampuan untuk merespon
Adaptasi budaya adalah kemampuan atau perubahan yang terjadi di lingkungan.
kecenderungan makhluk hidup dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh
untuk dapat tetap hidup dengan baik, adaptasi terhadap manusia, dimana ketika manusia
juga disini dapat diartikan sebagai cara-cara merespon terhadap perubahan kondisi

384
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

lingkungannya tersebut dinyatakan sebagai Keraf (2010:361), komunitas adat adalah


tindakan terhadap lingkungan sebagai bentuk komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul
penyesuaian manusia terhadap lingkungan. secara turun-temurun di atas suatu wilayah
Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme adat yang memiliki kedaulatan atas tanah dan
dengan lingkungannya yang merupakan kekayaan alam, serta kehidupan sosial budaya
produk masa lalu. Organisme yang ada kini yang diatur oleh hukum adat dan lembaga adat
dapat hidup pada lingkungannya karena yang mengelola keberlangsungan masyarakat.
kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama Selanjutnya Keraf (2010:362) menyebutkan
dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya. beberapa ciri yang membedakan masyarakat
Mekanisme Adaptasi dimiliki oleh suatu adat dari kelompok masyarakat lain, yaitu: 1)
komunitas yang ada sekarang merupakan sifat Mereka mendiami tanah-tanah milik nenek
yang diturunkan dari generasi ke generasi. moyangnya, baik seluruhnya atau sebagian, 2)
Dengan kata lain populasi yang ada sekarang Mereka mempunyai garis keturunan yang
merupakan populasi yang lolos dari seleksi sama, yang berasal dari penduduk asli daerah
alam. tersebut, 3) Mereka mempunyai budaya yang
khas, yang menyangkut agama, sistem suku,
Prinsip-prinsip adaptasi sangat penting untuk pakaian, tarian, cara hidup, peralatan hidup
bertahan hidup pada lingkungan baru atau jika sehari-hari, termasuk untuk mencari nafkah, 4)
ada perubahan lingkungan habitatnya. Kondisi Mereka mempunyai bahasa sendiri, dan 5)
inipun akan terjadi pada komunitas adat yang Biasanya hidup terpisah dari kelompok
patuh terhadap aturan nenek moyang masyarakat lain dan menolak atau bersikap
(leluhurnya). hati-hati terhadap hal-hal baru yang berasal
dari luar komunitasnya.
Komunitas adat adalah kelompok orang yang
hidup dalam kesatuan sosial budaya yang Dalam mengkaji adaptasi komunitas adat
bersifat lokal dan terpencar, serta kurang atau Kampung Kuta didasari pendekatan sosiologi-
belum terlibat dalam jaringan pelayanan baik antropologi ekologi, pendekatan struktural
sosial, ekonomi, serta politik. fungsional, serta pendekatan interaksi dan
lingkungan. Ketiga pendekatan ini digunakan
Komunitas adat memiliki asal-usul leluhur untuk menganalisis juga merupakan grand
secara turun temurun yang hidup di wilayah theory penelitian adaptasi suatu komunitas
geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, dalam merespon lingkungan yang selalu
ideologi ekonomi, politik, budaya dan sosial mengalami perubahan.
yang khas”. Komunitas ini masih memegang
nilai-nilai tradisi dalam sistem kehidupannya. Pendekatan sosiologi-antropologi ekologi
Komunitas adat memiliki ciri-ciri: 1) adanya berorientasi pada asumsi bahwa perilaku
kesadaran bahwa anggotanya berasal dari manusia diperoleh dari interaksinya dengan
keturunan atau tradisi tertentu, 2) mempunyai lingkungan, baik lingkungan alam, sosial,
wilayah tertentu, 3) adanya interaksi ekonomi, maupun lingkungan budaya. Salah
antaranggota komunitas, dan 4) adanya satu konsep dasar untuk mengkaji adaptasi
pengakuan dari luar komunitas. Berdasarkan dengan pendekatan sosiologi-antropologi
hal ini, yang dimaksud dengan komunitas adat ekologi ini merujuk pada proses terjadinya
adalah kesatuan sosial yang menganggap hubungan timbal balik antara mansia dengan
dirinya memiliki ikatan geneologis atau lingkungannya dan adaptasi memiliki
memiliki ikatan geneologis dengan kelompok, pengertian yang berbeda bagi setiap anggota
kesadaran wilayah sebagai daerah teritorial suatu komunitas.
dan adanya identitas soaial dalam interaksi
yang berdasarkan nilai-nilai, norma dan Pendekatan struktural fungsional menekankan
aturan-aturan adat, baik tertulis maupun tidak pada fungsi struktur sosial, sebagaimana
tertulis. dikatakan George Ritzer (2011) bahwa

385
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

struktural fungsional berkencederungan untuk konteks khusus yang alamiah dan dengan
memusatkan perhatian pada fungsi suatu fakta memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
sosial terhadap fakta sosial lain. Teori ini
menekankan pada ketidakteraturan, Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,
goncangan, dan konflik, serta perubahan 2012:4) mengemukakan bahwa metodologi
dalam masyarakat. Pendekatan ini membahas kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
struktur masyarakat bahwa masyarakat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
merupakan organism hidup. tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Sesuai dengan
Pendekatan interaksi dan lingkungan pendapat tersebut maka metode penelitian
menjelaskan bahwa konsep dasar dari ilmu- kualitatif yang digunakan tepat untuk
ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk mengkaji mengenai Adaptasi Komunitas Adat
sosial yang anggota masyarakat yang satu Kampung Kuta terhadap Lingkungan Sosial.
dengan anggota masyarakat yang lain akan
melakukan hubungan timbal balik dalam Sumber data yang digunakan adalah sumber
rangka mempertahankan hidupnya. Interaksi data primer, yaitu data yang diperoleh secara
sosial merupakan suatu hubungan dua atau langsung dari informan penelitian melalui
lebih individu manusia. Tingkah laku individu teknik penelitian wawancara mendalam (in-
yang satu akan mempengaruhi, mengubah, depth interview), observasi partisipasif
atau memperbaiki tingkah laku individu yang terutama terhadap aktivitas warga Komunitas
lain. Interaksi sosial ini merupakan dasar dari Kampung Kuta, dan studi dokumentasi.
proses-proses sosial dan akan terjadi apabila Sumber data sekunder, yaitu data yang
ada kontak secara timbal balik (interstimulasi) diperoleh dari hasil studi dokumentasi, data
dan respon antara individu, kelompok dalam tersebut yang berhubungan dengan masalah
suatu masyarakat. adaptasi komunitas adat kampung kuta
terhadap lingkungan sosial. Informan dalam
Tujuan penelitian ini adalah Ketua Adat Kampung
Kuta, Kuncen, dan tiga orang warga
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan Komunitas Kampung Adat Kuta yang
melakukan analisis terhadap: 1) proses ditentukan dengan purposive sesuai dengan
adaptasi komunitas adat Kampung Kuta, 2) kriteria terpilih yang relevan dengan masalah
strategi adaptasi komunitas adat Kampung penelitian, yaitu adaptasi pada Komunitas
Kuta, dan 3) pola adaptasi yang dikembangkan Adat Kampung Kuta. Kriteria untuk
komunitas adat Kampung Kuta. menentukan informan ini adalah: 1) Memiliki
kedudukan sebagai tokoh komunitas adat
Metode Kampung Kuta (ketua adat, Kuncen, dan
tokoh masyarakat), 2) memahami sejarah
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, Kampung Kuta, 4) sudah tinggal 15 tahun di
metode kualitatif digunakan karena penelitian kampung Kuta, dan 5) memiliki komitmen
ini bertujuan untuk mengkaji tentang Adaptasi terhadap adat Kampung Kuta.
Komunitas Adat Kampung Kuta terhadap
Lingkungan Sosial di Kabupaten Ciamis. Bungin (dalam Moleong 2012), informan
Metode penelitian kualitatif menurut menurut penelitian adalah:
Moleong (2012:6) adalah: “subjek yang memahami informasi objek
“Penelitian yang bermaksud untuk memahami penelitian sebagai pelaku maupun orang lain
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek yang memahami objek penelitian. Seseorang
penelitian misalnya perilaku, persepsi, atau sesuatu diambil sebagai sampel karena
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara peneliti menganggap bahwa seseorang atau
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam sesuatu tersebut memiliki informasi yang
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu diperlukan bagi penelitian. Memiliki informasi
dalam artian memiliki pengetahuan,

386
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

pengalaman, dan memahami permasalahan. Kecukupan referensi menurut Eisner yang


Teknik ini memberikan kemudahan kepada dikutip oleh Lincoln dan Guba dalam Lexy
peneliti untuk menentukan informan yang Moleong (2012:181) digunakan sebagai alat
akan diwawancarai sesuai dengan tujuan untuk menampung dan menyesuaikan dengan
penelitian”. kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Bahan
terekam/tercatat (recorded materials) dapat
Berdasarkan pendapat tersebut maka informan digunakan sebagai patokan untuk menguji
dalam penelitian ini dipandang cukup dapat pada waktu diadakan analisis dan penafsiran
memberikan informasi tentang Adaptasi data tentang adaptasi Komunitas Adat
Komunitas Adat Kampung Kuta terhadap Kampung Kuta terhadap Lingkungan Sosial.
Lingkungan Sosial. Informasi dari informan Selanjutnya data dari lapangan dianalisis
penelitian ini digunakan untuk menjawab dengan analisis kualitatif, menurut Lexy J.
tentang: 1) proses adaptasi komunitas adat Moleong (2012), teknik analisis data ini
Kampung Kuta, 2) strategi adaptasi komunitas dimaksudkan untuk mengorganisasikan data
adat Kampung Kuta, dan 3) pola adaptasi yang dengan cara mengatur, mengurutkan,
dikembangkan komunitas adat Kampung mengelompokkan, memberi kode dan
Kuta. mengkategorisasikan, sehingga sesuai dengan
prinsip pokok penelitian kualitatif yaitu
Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan menemukan teori dari data. Analisis data pada
data dengan menggunakan uji kredibilitas penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
(credibility), keteralihan (transferability), memasuki lapangan, selama di lapangan, dan
ketergantungan (dependability), dan kepastian setelah selesai di lapangan.
(confirmability). Teknik yang digunakan
adalah perpanjangan keikursertaan, yaitu: Miles and Huberman (dalam Sugiyono: 2012)
teknik ketekunan pengamatan dilakukan menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis
dengan mengadakan pengamatan secara lebih data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
cermat dan berkesinambungan untuk berlangsung terus menerus sampai tuntas,
menemukan ciri dan unsur dalam situasi yang sehingga datanya jenuh. Dalam penelitian ini
relevan dengan isu yang sedang dicari aktivitas yang dilakukan adalah: 1) Data
mengenai adaptasi Komunitas Adat Kampung reduction (reduksi data), yaitu mereduksi data
Kuta terhadap Lingkungan Sosial di berarti merangkum, memilih hal-hal yang
Kabupaten Ciamis, dimana peneliti melakukan pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
pengamatan secara berkesimambungan kepada penting, dicari tema dan polanya. Dengan
subjek untuk mendapatkan data yang demikian data yang telah direduksi dapat
dibutuhkan. memberikan gambaran yang lebih jelas dalam
mempermudah peneliti untuk melakukan
Triangulasi, yaitu, dalam penelitian ini peneliti pengumpulan data selanjutnya, dan
menggunakan triangulasi sumber dan mencarinya apabila diperlukan. Setelah
triangulasi waktu untuk menghimpun data wawancara dilakukan maka peneliti memilih
yang tidak hanya berasal dari subjek namun data dari semua data yang diperoleh dan
juga pihak kelurahan, kecamatan. Triangulasi relevan untuk menggambarkan adaptasi
sumber yang dilakukan kepada lurah dan komunitas adat Kampung Kuta terhadap
aparat camat yang dijadikan sebagai bahan lingkungan sosial, 2) Data display (penyajian
pembanding terhadap data yang diperoleh data); setelah data direduksi maka selanjutnya
sebelumnya dari subjek. Sedangkan triangulasi yang dilakukan adalah menyajikan data.
waktu dilakukan dengan menanyakan Penyajian dapat berupa uraian naratif, bagan,
pertanyaan yang sama kepada subjek pada maupun menghubungkan antarkategori.
waktu yang berbeda. Dengan menyajikan data maka akan mudah
memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

387
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

apa yang telah dipahami tersebut, dan 3) yang sedang berhalangan/datang bulan tidak
Conclusion drawing or verification, yaitu diperkenankan untuk masuk ke Leuweung
dalam analisis data kualitatif menurut Miles Gede tersebut. Di hutan keramat Leuweung
and Huberman dalam Sugiyono (2012) tahap Gede dilarang menebang pohon, mengambil
ini merupakan penarikan kesimpulan dan ranting, tanaman, binatang, menangkap
verifikasi. Kesimpulan awal yang burung yang ada di dalamnya. Kayu bakar
dikemukakan masih bersifat sementara, dan untuk kebutuhan memasak diambil dari kayu
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti dan ranting-ranting pohon di ladang dan
yang kuat yang mendukung pada tahap kebun. Apabila larangan ini dilanggar maka
pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila akan ada sanksinya berupa teguran atau
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap berupa malapetaka.
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan Kampung Kuta dikategorikan sebagai
mengumpulkan data maka kesimpulan yang kampung adat yang dipimpin oleh seorang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang ketua adat. Selain ketua adat, ada kuncen dan
kredibel. sesepuh yang dihormati warganya. Dalam
pengambilan keputusan, musyawarah menjadi
Hasil dan Pembahasan cara untuk mencapai mufakat, termasuk dalam
Hasil memilih sesepuh. ‘Sesepuh’ ini yang dianggap
paling nyaho (tahu) aman tidaknya warga
Gambaran Lokasi Kampung Kuta, yang bertanggung jawab
Kampung Kuta merupakan hamparan yang kapan mulainya menanam padi sampai jadi
terletak pada sebuah cekungan dan dikelilingi beras. Bahkan sampai beras itu dimasak jadi
tebing-tebing Kuta dengan kemiringan yang nasi”.
tajam. Dilihat dari topografi berada pada
ketinggian ± 500 m di atas permukaan laut Letak Kampung Kuta berbatasan dengan
dengan suhu rata-rata 28-30 C. Luar Kampung Kampung Cibodas di sebelah utara dan di
Kuta sekitar 97,40 Ha, terdiri atas 40 Ha sebelah barat berbatasan dengan Margamulya,
hutang lindung yang disebut Leuweung Gede dusun Pohat sebelah selatan dan sebelah timur
dan 57,40 m diperuntukkan untuk sawah, berbatasan dengan Sungai yang juga
pemukiman, tegalan, dan kolam. Leuweung merupakan batas Provinsi Jawa Barat dengan
Gede ini adalah hutan yang dianggap keramat Jawa Tengah. Kampung Kuta terletak di
dan terjaga kelestariannya dari dahulu hingga sebelah timur wilayah Kabupaten Ciamis
kini. Hal itu disebabkan warga Kampung Kuta berjarak sekitar 55 km dari ibukota kabupaten.
menganggap hutan tersebut dihuni oleh Tepatnya Kampung Kuta berada ± 32 km dari
makhluk gaib dan dianggap keramat. jalan Negara yang menghubungkan Provinsi
Kekeramatan hutan itu sering dimanfaatkan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, untuk
oleh orang-orang yang berniat mendapatkan mencapai Kampung Kuta setelah menyusuri
kesuksesan dengan cara melakukan sejumlah jalan Negara (20 km) yang beraspal kemudian
ritual. Terhadap Leuweung Gede ini ada memasuki jalan kabupaten dan jalan desa yang
pantangan yang harus diikuti jika seseorang kondisinya cukup baik serta dapat dilalui
ingim memasuki Leuweung Gede, yaitu tidak kendaraan bermotor. Kebutuhan transportasi
boleh memakai alas kaki, tidak boleh Warga Kamupung Kuta adalah kendaraan
meludah, dilarang merusak dan tidak boleh beroda empat belum memadai, sehingga ojeg
memanfaatkan sumber hutan. Selain itu untuk merupakan kendaraan transportasi utama.
memasuki Leuweung Gede ini tidak boleh Namun apabila warga Kampung Kuta akan
memakai baju dinas, baju berwarna hitam- mengirimkan hasil produksinya, Bandar akan
hitam, tidak boleh membawa tas, dan membawa kendaraan atau warga secara
memakai alas kaki, memakai perhiasan emas khusus akan menyewa kendaraan dan hal itu
serta melakukan kegaduhan, bagi perempuan

388
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

dilakukan pada siang hari, mengingat kondisi kondisinya sangat labil. Kearifan lokal budaya
Kampung Kuta yang tidak memungkinkan. “pamali memiliki dampak postif bagi
kelestarian sumberdaya alam di Kampung
Kelompok warga Kampung Kuta sangat kental Kuta. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya
dengan adat istiadat dan kearifan lingkungan. penghargaan Kalpataru dalam hal pelestarian
Beberapa adat yang perlu dijaga antara lain: lingkungan pada tahun 2002. Sumber daya air
bentuk rumah yang berbentuk tradisional, yang berada di Kampung Kuta dimanfaatkan
yaitu berbentuk rumah panggung, bentuknya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
persegi panjang dan atapnya dari rumbia atau seperti: untuk minum, masak, MCK (mandi,
ijuk. Di rumah tidak boleh membuat sumur cuci, kakus), mengairi sawah, kolam ikan, dan
bor, untuk mandi dilakukan di kolam yang ada memenuhi kebutuhan hewan ternak. Sumber
pancuran air. Sarana air bersih memanfaatkan daya air diambil dari sumber air bersih yang
4 sumber mata air, yaitu Cibangbara, Ciasihan, berasal dari empat mata air, yaitu Cibungur,
Cinangka dan Cipanyipuhan yang dialirkan Ciasihan, Cinangka dan Cipanyipuhan. Selain
dengan slang plastik dan bambu ke tempat itu, sumber daya air yang berada di dalam
pemandian umum. Tujuan pelarangan Hutan Keramat “Leuweung Gede” hanya
penggalian sumur adalah agar tanah terjaga dimanfaatkan untuk ritual nyipuh (ritual
dengan baik. membersihkan diri).

Warga Kampung Kuta sangat ‘memegang Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kampug
amanah nenek moyangnya dulu (karuhun)’ Kuta ada 160-an. Hal ini disebabkan banyak
dan jika ada yang melanggar, atau yang orangtua yang sudah meninggal dan tidak ada
dikenal dengan sebutan “pamali” maka akan penerusnya. Ada juga yang memiliki anak,
ada akibat yang harus ditanggung. Amanah kemudian anaknya memilih untuk tinggal di
karuhun itulah yang terus menerus diturunkan luar Kampung Kuta. Kampung Kuta sendiri
kepada anak-cucu dan mempertahankan adat sebenarnya terbuka untuk orang luar yang
ini, menurut Karman itu sudah berlangsung ingin tinggal di sana, asalkan mau mematuhi
ratusan tahun lamanya serta tidak boleh adat yang berlaku. Warga komunitas kampung
diubah. Kuta sangat patuh menjaga aturan-aturan adat
yang dibuat dan dikeluarkan oleh seorang
Kebiasaan warga Kampung Kuta, apabila ada Kuncen. “Kuncen” adalah seorang keturunan
warga yang meninggal juga tidak boleh langsung dari pendiri Kampung Kuta. Seorang
dikuburkan di Kampung Kuta, tetapi harus Kuncen mempunyai kedudukan dan tempat
dibawa ke Cibodas. Hal ini ada kepercayaan tersendiri dalam proses penentuan aturan-
Komunitas Kampung Kuta agar tanah di aturan adat. Selain karena sebagai keturunan
Kampung Kuta tidak tercemar zat-zat pendiri Kampung Kuta, kedudukannya
berbahaya dari jenazah dan untuk menjaga diperkuat oleh adanya mitos-mitos tertentu.
kesucian tanah. Posisi dan kedudukan “kuncen” diperkuat
melalui adanya larangan-larangan atau
Implementasi kearifan lokal dalam pantangan-pantangan tersebut khususnya yang
pengelolaan sumberdaya air di Kampung Kuta berkaitan dengan sistem kepercayaan
terlihat juga dari adanya aturan “pamali” yang komunitas Kampung Kuta. Selain itu
melarang warga untuk membuat sumur. “Kuncen” berkedudukan sebagai satu-satunya
Dengan adanya pelarangan pembuatan sumur perantara dalam menghubungkan antara
di Kampung Kuta maka sumberdaya air “dunia nyata” dengan “dunia supra-natural”
termanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan keyakinan komunitas Kampung Kuta.
bagi kehidupan masyarakat Kampung Kuta. Sehubungan dengan itu “Kuncen” pada
Pelarangan penggalian sumur ini untuk komunitas Kampung Kuta menjadi sangat
menjaga kondisi air bawah tanah agar selalu penting dan berpengaruh. Pengaruh yang
baik, bersih dan untuk menjaga tanah yang sangat kuat dalam hal yang berkaitan aturan-

389
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

aturan adat yang ada dan berlaku di Kampung tetap bertahan hidup dalam kondisi lingkungan
Kuta yang menjadikan seorang “Kuncen” yang ada. Hal ini sebagaimana dikatakan T
sebagai satu-satunya aktor dalam pembuatan (56 Tahun):
dan penetapan aturan-aturan tersebut. “abdi mah upami nuju halodo, teu aya
“Kuncenlah” yang menyampaikan kepada garappeun sawah sareng teu tiasa ngahuma
warga tentang akibat yang akan menimpa nya mios we ka kota milarian damel nya
warga Kampung Kuta, jika ada anggota buburuh janten laden bangunan da kumaha
Kampung Kuta melanggar aturan-aturan. atuh kedah hirup sareng ngaresikoan
Sebagaimana diungkapkan Karman: ketika keluarga.” (Saya apabila lagi musim kemarau
ada yang membuat rumah dari bahan tembok sudah tidak ada yang harus dikerjakan
dan atap genting beberapa hari kemudian yang menggarap sawah atau “ngahuma” maka pergi
bersangkutan tiba-tiba sakit keras sampai ke kota untuk mencari pekerjaan sebagai buruh
bangunan, ini untuk tetap hidup dan
akhirnya meninggal dunia. Dalam fenomena
memberikan risiko kebutuhan keluarga).
ini Kuncen menyatakan bahwa itu merupakan
akibat dari yang bersangkutan tersebut
Apabila penghasilan mereka masih belum
melanggar salah satu aturan adat dimana
mencukupi karena keterbatasan maka warga
aturan adat melarang pembuatan rumah dari
kembali ke Kampung Kuta berusaha
bahan tembok dan atap genting.
semaksimal mungkin mendapatkan
penghasilan dari membuat anyaman untuk
Proses Adaptasi Komunitas Kampung Kuta
dibuat ‘boboko’, ‘ayakan’ dan lain-lain,
Proses adaptasi komunitas adat dalam walaupun penghasilan yang akan diperoleh
merespon perubahan lingkungannya terlihat harus menunggu kerajinan tersebut selesai.
dari pola aktivitas warga komunitas dalam Ada sebagian warga Kampung Kuta berusaha
memenuhi kubutuhan hidupnya yang dengan menanam bunga dari hutan yang
terbemtuk sebagai akibat dari perubahan yang ditanam di atas pot karena ada larangan
terjadi pada kehidupan komunitas tersebut. menggali tanah dan tanaman tersebut dijual,
Kondisi ini mengakibatkan komunitas adat ini baik kepada orang yang datang ke Kampung
melakukan penyesuaian diri terhadap Kuta atau ditawarkan ke luar Kampung Kuta.
lingkungannya agar tetap dapat melangsungkan Hal ini dilakukan karena bagaimana warga
kehidupan. Proses adaptasi terhadap harus berusaha memenuhi kebutuhan
perubahan lingkungan ini untuk dapat menjaga hidupnya dan bertahan dari kekeringan akibat
hubungan timbal balik yang seimbang dan kemarau. Kondisi ini sesuai yang diungkapkan
tetap survival. E (48 Tahun):
“Kumahanya euceu mah da kedah neda,
Komunitas Kampung Kuta yang pada
barudak ongkos sakola nya ngabantosan salaki
umumnya memiliki mata pencaharian petani, atuh sok melak kekembangan lumayan diical
buruh tani. Oleh karena perubahan cuaca dan kanu dongkap ka Kuta atanapi sok diderkeun
lingkungan akibat musim kemarau yang wae ka luar Kampung Kuta”. (Bagamimana
semakin meningkat maka komunitas adat ini kan keluarga harus makan, anak-anak harus
berusaha untuk bertahan dan memperjuangkan sekolah maka untuk membantu suami menanam
hidupnya dengan cara melakukan adaptasi. bunga yang lumayan untuk dijual kepada orang
Warga Kampung Kuta dalam yang datang ke Kampung Kuta atau ditawarkan
mempertahankan hidupnya ketika tidak dapat ke Luar Kampung Kuta).
lagi menggarap sawah, mereka melakukan
pekerjaan lain seperti: menyadap gula Kapasitas komunitas Kampung Kuta ini untuk
kawung, beternak, dan bahkan ada warga yang beradaptasi ditunjukkan dengan berusaha
keluar Kampung Kuta untuk menjadi buruh mencoba mengelola, bertahan dalam kondisi
bangunan, kuli atau berjualan. Kondisi ini lingkungan yang sedang tidak mendukung,
membuktikan bahwa proses adaptasi yang dan kemampunan warga beradaptasi ini
dilakukan komunitas Kampung Kuta agar merupakan nilai penting bagi kelangsungan

390
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

hidup. Apabila lingkungan yang ada telah cara-cara yang mampu menghadapi perubahan
direspon dengan cara melakukan proses lingkungan dan mengadopsi cara-cara baru
adaptasi masih belum dapat memaksimalkan yang dianggap dapat mendukung dan
kehidupan warga maka terus memilih strategi mempermudah melakukan penyesuaian cara-
adaptasi yang paling efektif sesuai dengan cara yang lama. Adaptasi yang dilakukan,
kemampuan warga untuk memaksimalkan seperti: strategi dalam penggunaan bahan-
lingkungan. bahan bangunan untuk pembuatan rumah
warga yang tadinya memakai alang-alang
Proses adaptasi merupakan dinamika yang (eurih), tetapi ada sebagian warga
tinggi, karena lingkungan dan manusia terus menggunakan “genteng tanah”. Hal ini
menerus berubah dan adaptasi juga merupakan dilakukan selain lebih murah juga mudahkan
suatu proses yang berhubungan antara dan mempercepat pembuatan rumah. Walaupun
manusia dengan lingkunga fisik. Dalam arti tindakan ini dianggap melanggar aturan, tetapi
bahwa manusia selalu berusaha untuk warga melakukan dengan sadar dan mau
menyesuaikan tingkah laku sesuai dengan menerima risikonya, serta warga yang lain,
tantangan lingkungan fisik maka jika “lawang”, Ketua Adat, dan “kuncen”
lingkungan berubah, tingkah laku manusia juga menyerahkan saja sanksi dan akibat yang akan
akan mengalami perubahan menyesuaikan diterima oleh warga yang melanggar.
dengan perubahan lingkungan fisik tersebut.
Pada komunitas Adat Kuta proses mengatasi Tampaknya adaptasi tidak hanya berasal dari
halangan dan kendala dari lingkungan yang kehidupan warga Kampung Kuta sendiri,
mengalami perubahan juga dilakukan dengan tetapi juga berasal dari dalam kebudayaan dan
cara warga melakukan penyesuaian diri pranata sosialnya akibat pengaruh lingkungan
terhadap lingkungan meskipun harus bergeser di luar Kampung Kuta. Perubahan ini terjadi
dari adat dan tradisi nenek moyang yang dalam lingkungan hidup yang harus
dianutnya, yaitu ke luar dari kampung Kuta diantisipasi oleh kebudayaan dan pranata
walaupun untuk sementara waktu. sosial mereka. Hal tersebut terlihat dalam
aspek mata pecaharian, organisasi sosial atau
Strategi Adaptasi Komunitas Kampung kelembagaan lokal, dan teknologi yang
Kuta digunakan warga Kampung Kuta seperti
menanam bunga di Pot dari bekas kaleng susu,
Warga Kampung Kuta dalam menghadapi menutup kran air dengan bekas tutup odol atau
perubahan lingkungan, agar tetap dapat pasta gigi. Strategi adaptasi yang dilakukan
melangsungkan hidupnya, mereka melakukan warga Kampung Kuta ini tidak lain untuk
penyesuaian diri dengan memilih strategi mempercepat dan mempermudah, serta
adaptasi yang paling memberikan mengikuti kemajuan dalam rangka merespon
kemungkinan untuk kehidupan, terutama perubahan lingkungan dan meningkatkan
dalam memanfaatkan lingkungan. Strategi kualitas hidup warga. Keadaan ini
adaptasi dilakukan untuk mencari sumber lain sebagaimana diungkapkan oleh K (64 tahun):
sebagai sub sistem sumber pemenuhan “Ayeuna mah warga Kampung Kuta teh tos
kebutuhan mereka, keputusan mengenai seueur bumina nu nganggo kenteng, sanaos aya
strategi adaptasi ini juga merupakan sanksi arajeunna tanggel waler kana matak
penggunaan kesempatan untuk mengelola sareung akibatna, da kumaha ayeuna mah
eurih teh rada sesah”. (Sekarang warga
sumber daya semaksimal mungkin agar tetap
Kampung Kuta sudah banyak yang rumahnya
bertahan hidup. memakai genteng, walaupun ada sanksi mereka
bertanggung jawab terhadap akibatnya, karena
Strategi yang dipilih komunitas adat Kampung bagaimana lagi sekarang eurih agak susah
Kuta ini adalah strategi adaptasi yang paling diperoleh).
menguntungkan, dimana pemilihan strategi
adaptasi ini didasarkan pada memanfaatkan

391
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

Demikian pula yang dikatan aki K (76 tahun), pencaharian selain petani, seperti: pedagang,
bahwa untuk mengalirkan air dari sumber air ibu rumahtangga biasa atau buruh bangunan.
sudah banyak yang menggunakan paralon: Aktivitas warga Kampung Kuta ini merupakan
“Kabutuhan cai herang kangge ngaleueut,
masak sanaos ti sumber mata cai ayeuna mah
upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup
gampil dialirkeun na nganngo paralon wae”. mereka, ketika mereka berada pada tingkat
(Kebutuhan akan air bersih untuk minum, kesulitan. Apabila upaya ini masih belum
memasak walaupun berasal dari sumber mata berhasil memenuhi kebutuhan warga maka
air sekarang mudah dialirkan dengan komunitas ini melakukan adaptasi dengan
menggunakan paralon). masyarakat luar Kampung Kuta yang
bermanfaat untuk mengembangkan dan
Kondisi ini menunjukkan bahwa Komunitasi memelihara hubungan sosial yang membentuk
adat Kampung Kuta telah menggunakan suatu jaringan sosial dalam wujud, seperti:
bahan-bahan dari luar Kampung Kuta yang menjadi anggota Posyandu, bekerja sebagai
bahannya dari hasil teknologi. Hal ini juga sukarelawan desa, dan perkumpulan-
menunjukkan bahwa untuk tetap bertahan perkumpulan lain. Jaringan tersebut dapat
hidup komunitas Kampung Kuta memiliki memudahkan warga untuk mengakses sumber
strategi adaptasi tertentu dengan menggunakan daya ekonomi, pelayanan sosial dasar yang
teknologi baru. Strategi adaptasi pada tersedia di luar lingkungan Kampung Kuta.
komunitas Kampung Kuta dengan demikian
tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan Proses adaptasi komunitas adat seperti ini
bahan-bahan dari lingkungan Kampung Kuta, memungkinkan terbentuknya pola perilaku
melainkan juga berasal dari luar Kampung yang berakhir pada pola adaptasi warga
Kuta. Sehubungan dengan hal tersebut terhadap perubahan sosial. Pola adaptasi yang
komunitas Kampung Kuta tidak tertutup dikembangkan pada komunitas Kampung
dengan perubahan sosial dan dapat melakukan Kuta, walaupun masih tetap menganut nilai
adaptasi terhadap hal baru, sehingga warga dan tradisi leluhurnya atau “karuhun”, tetapi
merasakan interaksi sosial dengan lingkungan pola adaptasi yang dikembangkan identik
di luar Kampung Kuta, tetapi tetap dengan transformasi yang mengarah pada
mempertahankan ajaran lehulurnya. orientasi keterlibatan didasarkan pada
manfaat.
Pola Adaptasi Komunitas Kampung Kuta
Perubahan pola hubungan pada komunitas ini
Implikasi dari perubahan lingkungan pada tercermin dalam proses adaptasi yang
Komunitas Adat Kampung Kuta sedikitnya terinternalisasi, sehingga berdampak pada
mempengaruhi terhadap berbagai kepentingan upaya pemenuhan kebutuhan dan kepemilikan
dan kebutuhan warga dalam aktivitas yang didorong oleh keinginan untuk
kehidupan sehari-hari. Hal ini berhubungan memperoleh status sosial. Kondisi tersebut
antara warga satu dengan warga yang lain, tanpak pada warga komunitas Kampung Kuta.
sehingga tejadi pergeseran. Adaptasi Pola adaptasi yang berbentuk pola perilaku
dipandang sebagai proses penyesuaian seperti perubahan dalam strategi mata
terhadap hal baru yang lebih menguntungkan pencaharian, dengan mencari sumber-sumber
dari lingkungan, tetapi ini juga berakibat pada penghasilan lain di luar pertanian yang
pola perilaku dan pola hubungan warganya. dipandang lebih dapat memenuhi kebutuhan
Pola perilaku tersebut apabila sudah hidup warga. Menurut Bennet (dalam Keraf:
terlembagakan akan menjadi pola adaptasi 2011) menyatakan keputusan terhadap
warga Kampung Kuta terhadap tindakan yang tepat dan realistis ini
lingkungannya. Kondisi demikian dipengaruhi tingkat kesempatan (ooportunity
menciptakan kelompok-kelompok warga cost), apabila opportunity cost kerja rendah
komunitas yang bekerja sebagai petani saja maka akan terus mengerahkan tenaga sampai
atau kelompok yang memiliki mata kesempatan untuk mencapai survival. Hal ini

392
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

sangat menarik bahwa adaptasi yang dianut komunitas ini digunakan sebagai
dikembangkan oleh komunitas adat Kampung strategi adaptasi untuk merespon perubahanan
Kuta dalam merespon perubahan waga lingkungan, sehingga perkembangan
komunitas tampak lebih terbuka terhadap merupakan bentuk keterbukaan komunitas ini
sesuatu yang baru termasuk perubahan sebagai terhadap perubahan, namun masih tetap
akibat pengaruh dari luar Komunitas mempertahankan nilai dan tradisi yang ada.
Kampung Kuta dan Komunitas Kampung Sekalipun menghadapi situasi yang sangat
Kuta ini menerapkan berbagai strategi untuk sulit seperti kekeringan karena musim
beradaptasi terhadap berbagai kondisi kemarau yang panjang, komunitas adat ini
lingkungan dan mampu mengambil keputusan mengidentifikasi berbagai pilihan strategi
untuk memperoleh kesempatan meningkatkan yang dapat dilakukan untuk merespon situasi
kualitas hidupnya. Kondis ini ditunjukkan ini, sehingga nilai, tradisi yang dianut tetap
dengan tingginya mobilitas setiap warga untuk diperhitungkan mengingat ajaran nenek
mencari dan melakukan pekerjaan yang dapat moyang yang tidak boleh dilanggar.
memberikan keuntungan guna memenuhi
kebutuhan hidup. Strategi yang dipilih dan digunakan terus
menerus ketika kesulitan datang maka
Pembahasan membentuk pola perilaku komunitas
Kampung Kuta dalam menjalankan kehidupan
Adaptasi komunitas Kampung Kuta tidak dan memenuhi kebutuhan. Namun adat, aturan
terlepas dari kebudayaan yang dianut, hidup, dan kepercayan dari nenek moyang
Kebudayaan dalam beradaptasi merupakan “pikukuh” tetap sebagai pedoman strategi
arah dan prinsip dalam mencapai kualitas adaptasi dalam memenuhi kebutuhan mereka.
hidup yang lebih baik. komunitas adat Strategi adaptasi yang dilakukan tersebut
Kampung Kuta menggunkan keseluruhan karena tidak lepas dari pemuka adat yang
kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki mengawasi ketaatan pelaksanaan dan
sebagai sistem pola perilaku yang disalurkan penegakan “pikukuh” agar tidak ke luar dari
secara sosial untuk menghubungkan warga koridor adat istiadat komunitas adat Kampung
komunitas dengan lingkungannya. Dalam Kuta.
pola tindakan kehidupan sosial komunitas ini
menggunakan strategi adaptasi yang dapat Hasil penelitian menunjukkan kemampuan
dilihat dari hubungan kegiatan ekonomi, pola adaptasi komunitas Kampung Kuta
penggunaan teknologi dalam kebutuhan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
sehari-harinya. Berkaitan dengan proses dan status sosial ekonomi mereka. Hal ini sebagai
strategi komunitas Kampung Kuta ini dalam bukti kemampuna adaptasi ketika komunitas
beradaptasi terhadap lingkungan yang Kampung Kuta mengalami kesulitan karena
mengalami perubahan, anggota warga kekeringan, mereka mengalihkan fungsi
melakukan tindakan, aktivitas-aktivitas aktivitas dari bertani ke pekerjaan berdagang
dengan memperhitungkan eksistensi hasil kebun dan gula merah. Perubahan yang
kebudayaan yang dianutnya. Mengingat terjadi dalam kehidupan warga Kampung Kuta
kebudayaan komunitas adat Kampung Kuta ini membawa perubahan pula pada pola perilaku
unik maka usaha dan kemampuan beradaptasi mereka yang tidak terlepas dari nilai-nilai
dalam rangka mempertahanakan kelangsungan kepercayaan dan tradisi yang dianut oleh
hidupnyapun dipahami berbeda dengan komunitas Kampung Kuta. Kemampuan
masyarakat umumnya. adaptasi komunitas adat ini mencerminkan
kecerdikan dalam merespon perubahan
Kemampuan berdaptasi komunitas adat lingkungan yang mengalami perubahan.
Kampung Kuta menunjukkan adanya
penyesuaian dengan cara sebagaimana Faktor-faktor yang memberikan kontribusi
masyarakat umumnya. Kebudayaan, nilai yang terhadap proses dan strategi adaptasi pada

393
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

komunitas adat Kampung Kuta adalah nilai- kecerdikan berjuang mengalahkan lingkungan
nilai (value) yang dianut. Oleh karena itu yang tidak mendukung menggantikan dengan
proses adaptasi yang dilakukan dan strategi lingkungan baru yang lebih baik dan
yang dipilih komunitas ini terarah dengan menguntungkan.
memperhatikan tradisi dan kebudayaan
mereka. Daya juang dan kecerdikan dalam Sehubungan dengan hal tersebut proses dan
mengelola lingkungan (dari bertani mengganti strategi adaptasi pada komuntas adat
dengan “ngahuma”) merupakan faktor yang Kampung Kuta dapat dilihat terutama pada: 1)
mempengaruhi kemampuan adaptasi, karena mempertahankan dan meningkatkan kualitas
faktor-faktor ini merupakan energi yang hidup, 2) memilih cara bekerja dan lapangan
sangat penting dalam mengantarkan pekerjaan, dan 3) memiliki strategi adaptasi
komunitas Kampung Kuta berdaptasi terhadap yang menguntungkan. Selanjutnya proses dan
lingkungannya. strategi adaptasi mereka dalam merespon
perubahan lingkungan juga terlihat dari pola
Proses dan strategi adaptasi komunita adat aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup
Kampung Kuta dapat dilihat dari kerja keras mereka yang terbentuk sebagai perubahan
dan perjuangan yang kuat dalam yang terjadi pada komunitas adat Kampung
mempertahankan kelangsungan hidup. Hal ini Kuta.
tampak pada responsifnya komunitas ini
dalam penyesuaian terhadap alam, lingkungan Simpulan
yang banyak mengalami perubahan tanpa
menghilangkan tradisi mereka. Sebagai Proses adaptasi komunitas adat Kampung
perubah aktif dalam proses adaptasi Kuta menunjukkan adanya aktivitas dan
kebudayaan yang dianut komunitas adat ini perilaku penyesuaian terhadap lingkungan
tetap dipertahankan sambil menyesuaikan tanpa perubahan radikal pada aturan, kaidah
dengan keadaan lingkungan yang selalu tigkah laku, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berubah. menimbulkan goncangan kehidupan warga
Kampung Kuta. Proses adaptasi komunitas
Namun demikian proses dan strategi adaptasi Kampung Kuta muncul karena adanya
pada komunitas Kampung Kuta dapat ketidakseimbangan antara sistem sumber yang
digambarkan eksistensinya dengan memahami ada dan keterbatasan lingkungan, sehingga
segala upaya dan aktivitas mereka dalam komunitas ini melakukan perubahan dan
mengatasi rintangan-rintangan yang menimbulkan melakukaan adaptasi terhadap perubahan
pemasalahan dalam kelangsungan hidup tersebut.
komunitas ini. Cara komunitas adat Kampung
Kuta dalam mengatasi rintangan-rintangan Strategi adaptasi yang dipilh oleh komunitas
tersebut merupakan upaya mereka dalam adat Kampung Kuta dalam memenuhi
merespon lingkungan dengan strategi adaptasi kebutuhan dilakukan agar tetap survive adalah
yang dipilih. straregies design, yaitu strategi yang
menggunakan logika kebiasaan yang
Keadaan ini merefleksikan kemampuan tercermin pada perilaku yang lebih
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan mengutungkan komunitas dan strategies wih
dengan terus berusaha memanfaatkan immediate effect or return, yaitu strategi yang
lingkungan secara optimal dengan cara relatif cepat memberikan hasil dan memiliki
memprtahankan dan merubah bagian-bagian risiko rendah. Strategi ini ditempuh
tertentu yang dapat dimanfaatkan bagi berdasarkan sumber yang tersedia dan
kelangsungan hidup. Perjuangan dalam hasilnya telah diketahui dan merujuk pada
mempertahankan kelangsungan hidup ini tradisi, nilai yang berlaku.
menjadikan komunitas Kampung Kuta
menjadi perubah aktif dan dengan segala

394
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

Pola adaptasi yang dikembangkan komunitas akhirnya menjadi suatu pola perilaku
adat Kampung Kuta masih mempertahankan komunitas ini dalam merespon lingkungan.
tradisi nenek moyang (leluhur), sistem nilai
yang lama dan menyesuaikan terhadap hal-hal Pola perilaku komunitas adat ini cenderung
yang baru dan dapat membawa kemajuan dan berubah, karena dituntut untuk memenuhi
dapat memenuhi kebutuhan komunitas ini. Hal kebutuhan hidupnya agar mereka tetap
ini terutama berlangsung pada generasi baru survive. Hal ini penting karena dengan
komunitas adat Kampung Kuta agar tradisi mempertahankan hidupnya komunitas ini
dan keyakinan mereka tidak secara drastis akan mampu bertahan dan melestarikan
mengalami perubahan. lingkungan dengan mengindahkan tradisi,
nilai-nilai yang ada. Adaptasi komunitas adat
Kemampuan adaptasi komunitas Kampung Kampung Kuta ini merupakan konsekuensi
Kuta lebih cepat merespon hal-hal baru yang dari pola kehidupan komunitas yang tidak
berasal dari luar lingkungannya dikarenakan terlepas dari konteks kebudayaan, karena pola
warga Komunitas adat ini sudah berinteraksi kehidupan komunitas Kampung Kuta pada
dengan luar lingkungan komunitas Kampung dasarnya merujuk pada bagaimana kebiasaan
Kuta, bahkan anak-anak dari Kampung Kuta mereka dalam menyikapi kehidupannya.
sudah banyak yang sekolah di Kecamatan.
Meskipun warga komunitas Kampung Kuta Adaptasi merupakan konsep penting yang
telah berinteraksi dengan lingkungan luar dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
Kampung Kuta, namun tetap menjaga ajaran, antara manusia dengan lingkungan, karena
aturan, dan tradisi nenek moyang (leluhur) dengan proses inilah hubungan yang
mereka karena kalau tidak maka ada sanksi menguntungkan antara manusia dan
yang menimpa warga komunitas Kampung lingkungan terjadi dalam rangka
Kuta. mempertahankan hidupnya atau tetap survive.

Disadari bahwa dalam setiap komunitas tidak Adaptasi juga merujuk pada proses terjadinya
dapat dihindari adanya perubahan, baik interaksi antara manusia dan lingkungannya,
perubahan yang direncanakan maupun sesuai dengan pendapat Bennet (dalam Ritzer
perubahan yang tidak direncanakan. 2011:58) bahwa ada saling interaksi antara
Komunitas yang melakukan perubahan yang manusia dengan lingkungan dan perubahan
direncanakan merujuk pada ciri khas yang terjadi merupakan konsekunsi dari
komunitas yang dinamis terhadap perubahan. interaksi tersebut. Oleh karena itu manusia
Namun sering terjadi perubahan yang tidak harus melakukan adaptasi dan dalam proses
direncanakan. Demikian juga yang terjadi adaptasi ini manusia mempunyai alternatif
pada komunitas Kampung Kuta tidak dapat pilihan strategi adaptasi. Strategi adaptasi yng
dihindari adanya perubahan yang dipilih komunitas Kampung Kuta merupakan
direncanakan (pembangunan) atau perubahan kemampuan komunitas ini untuk mengatasi
yang tidak direncanakan. Oleh karena itu rintangan dan cara dalam memperoleh
dalam rangka untuk mempertahankan hidup, keseimbangan kondisi yang dihadapi. Proses
adaptasi dilakukan tetapi tetap menjaga dan strategi adaptasi komunitas adat Kampung
kelestarian tradisi, nilai-nilai yang ada serta Kuta juga merujuk pada kemampuan dan
tidak tertinggal dari proses perubahan dan keunggulan komunitas ini merespon
pembangunan. Strategi yang diupayakan untuk perubahan tanpa meninggalkan unsur-unsur
pengelolaan lingkungannya akibat dari kebudayaan komunitas Kampung Kuta.
merespon perubahan tersebut perilaku yang
muncul disesuikan dengan kondisi yang
sedang mengalami perubahan, dan perilaku
tersebut dilakukan secara terus menerus

395
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.16 No.2, Desember 2017

Daftar Pustaka

A. Aziz Alimul Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Abdulsyani. 2012. Sosiologi-Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anwar, Yesmil, dan Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT. Refika Aditama.

Basrowi. 2014. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Creswell, John W. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daryanto. 2012. Perubahan Pendidikan dalam Masyarakat Sosial Budaya. Bandung: Sarana Tutorial
Nurani Sejahtera.

Keraf, A.S. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas.

Moleong, Lexi J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ketigapuluh. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ritzer, George. Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group.

___________. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sogiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

S.Maharani dan DS Hadmoko. Adaptasi Penduduk dan Arahan Mitigasi pada Daerah Banjir Lahar
Hujan di Bantaran Sungai Code (Kasus Sungai Code, Antara Arteri Utara Hingga Jembatan
Kewek). Jurnal Bumi Indonesia (lib.geo.ugm.ac.id.2012).
T.Bahfiarti–Kareba. Pengelolaan Kesan Etnik Bugis dalam Adaptasi Diri dengan Budaya Sunda.
jurnalunhas.ac.id (2016).

396

You might also like