Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

KOMUNIKASI POLITIK TOKOH MUHAMMADIYAH KH.

AHMAD BADAWI

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) pada Mata
Kuliah Komunikasi Politik yang di ampu oleh Bapak Dr. H. Cecep Suryana, M.Si

Oleh:

Syintia Nurfitria
NIM: 2200100032

PRODI PASCASARJANA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020/2021
ABSTRACT
Muhammadiyah is a large Islamic organization in Indonesia. The name of this
organization is taken from name of the Prophet Muhammad SAW, so that
Muhammadiyah can also be known as people who are followers of the Prophet
Muhammad. In the development of its organization, Muhammadiyah has had figures
who have a role in the world of communication, especially in political field. One of the
greatest contributions ever made was by KH Ahmad Badawi. KH Ahmad Badawi (born
in Yogyakarta, February 5, 1902 - died in Yogyakarta, April 25, 1969 at the age of 67
years), was the former General Chairperson of the Muhammadiyah Central Executive
for the period 1962-1965.
He was studied in several times such as Santri at the Lerab Islamic Boarding
School, Karanganyar, 1908-1913; Santri at the Termas Islamic Boarding School,
Pacitan (K.H. Dimyati), 1913-1915; Santri at the Besuk Islamic Boarding School,
Wangkal Pasuruan, 1915-1920; Santri at the Kauman Islamic Boarding School and the
Pandean Islamic Boarding School in Semarang in 1920-1921, and Madrasah
Muhammadiyah Standard School.
His career in political also make him be greatest: Personal Advisor to President
Soekarno in the field of religion (1963); Imam III of the Armed Forces of the Sabil
(APS), 1947-1949; Part of the people's army (instructions of Sri Sultan Hamengku
Buwono; Deputy Chairman of the Syuro Masjumi Council in Yogyakarta, 1950;
Section of the Supreme Advisory Council, 1968; Chairman of the Muhammadiyah
Central Leadership Tablighi Council, 1933; Principal of Zai'mat Madrasa, 1942; At the
35th Muhammadiyah congress in Jakarta, Badawi was elected as Chairman of the
Muhammadiyah Central Executive for the period 1962-1965, and The 36th
Muhammadiyah congress in Bandung was re-elected as Chairman of the
Muhammadiyah Central Executive for the period 1965-1968.
PENDAHULUAN
Soekanto (2001:06) menjelaskan bahwa interaksi tersebut merupakan bagian dari
kehidupan sosial, dimana dalam proses tersebut terjadi hubungan sosial yang dinamis
baik antara individu maupun antara kelompok. Komunikasi merupakan bagian dari
kehidupan manusia dalam proses berinteraksi dengan makhluk lainnya. Komunikasi
yang terjadi dapat terjalin antara individu dengan individu atau individu dengan
kelompok lainnya yang membentuk suatu sistem yang sama dalam lingkungannya.
Dalam tatanan kehidupan global, manusia memiliki peranan penting dalam
menghubungkan antara satu pemahaman dengan pemahaman lainnya. Salah satu upaya
untuk mewujudkan interaksi tersebut dalam suatu tatanan masyarakat, dapat dilakukan
dengan cara membentuk organisasi keagamaan. Organisasi Keagamaan merupakan salah
satu bentuk kemasyarakatan yang dibentuk atas dasar kesamaan baik kegiatan maupun
profesi agama. Organisasi dan interaksi merupakan suatu hal yang tidak bisa di
pisahkan. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Puspito (1983:196) bahwa salah satu
fungsi organisasi agama adalah memupuk tali persaudaraan umat manusia.
Indonesia merupakan negara majemuk (multikultural) yang terdiri dari berbagai
macam suku, budaya, bahasa dan agama. Perbedaan-perbedaan ini sering kali
menimbulkan konflik-konflik terutama perbedaan antara organisasi agama Islam yang
sebagian besar disebabkan oleh sikap saling curiga, sikap salah faham dari penganut
organisasi agama Islam, serta prilaku komunitas Islam lain.
Seperti diketahui, Islam merupakan salah satu agama yang banyak dianut oleh
masyarakat Indonesia. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia. Banyaknya masyarakat muslim di Indonesia, tentu menjadi salah satu
alasan berdirinya organisasi Islam di negara ini. Dalam hal ini, Indonesia mempunyai
dua organisasi Islam terbesar yaitu Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kedua
organisasi ini tentu saja ada untuk membantu pengaturan berbagai hal yang berkaitan
dengan peribadahan di masyarakat. Seperti pelaksanaan ibadah puasa dan salat tarawih
di bulan Ramadan, berbagai perayaan ibadah seperti Idul fitri, Idul adha, Isra miraj, dan
lain sebagainya. Kedua organisasi islam ini juga membantu pengaturan berbagai hal
penting lainnya bagi masyarakat muslim yang ada di Indonesia.
Miswanto (2020) Kesinambungan sebuah organisasi membutuhkan
kepemiminan yang baik dalam rangka untuk mengorganisasikan seluruh sumber daya
organisasi yang ada. Suliswiyadi (2015) kepemimpinan yang profesional (Professional
Leadership), memiliki visi dan tujuan bersama (Shared Vision and Goals), lingkungan
belajar (a Learning Environment), konsentrasi pada belajar mengajar (Concentration on
Learning and Teaching), memiliki harapan yang tinggi (High Expectation), penguatan/
pengayaan/pemantapan yang positif (Positive Reinforcement), pemantauan kemajuan
(Monitoring Progress), hak dan tanggung jawab peserta didik (Pupil Rights and
Responsibility), pengajaran penuh makna (Purposeful Teaching), organisasi pembelajar
(a Learning Organization), kemitraan keluarga-sekolah (Home-School Partnership).
Meskipun begitu, kedua organisasi ini mempunyai sejarah dan latar belakang
yang berbeda. Khususnya pada organisasi Muhammadiyah, awalnya didirikan oleh Kiai
Haji Ahmad Dahlan yang ingin memurnikan ajaran Islam dari berbagai pengaruh hal-hal
mistik ada di masyarakat Indonesia pada zaman dahulu. Dalam hal ini, organisasi
Muhammadiyah ada untuk mendukung gerakan KH Ahmad Dahlan tersebut melalui
kegiatan dakwah di masyarakat.
Asas Muhammadiyah adalah Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Adapun maksud dan tujuannya ketika berdiri adalah (a) Menyebarkan
pengajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera, di dalam residensi
Yogyakarta, dan (b) Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Redaksional maksud dan tujuan Muhammadiyah tersebut mengalami beberapa kali
perubahan, dan terakhir dirumuskan sebagai berikut:”Menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah SWT” (Pasha dan Ahmad Adabi Darban: 2000: 81-83).

HASIL/PEMBAHASAN
Biografi KH. Ahmad Badawi
Kiai Haji Ahmad Badawi lahir di Yogyakarta, 5 Februari 1902 dan meninggal di
Yogyakarta, 25 April 1969 pada umur 67 tahun. KH. Ahmad Badawi dikenal sebagai
seorang Kyai Birokrat. Beliau sangat dekat dengan kekuasaan dan pernah menjadi salah
seorang penasehat dari presiden Soekarno pada masa orde lama. Beliau menjadi Ketua
PP Muhammadiyah pada tahun 1962-1965 pada saat dunia perpolitikan nasional sedang
dalam masa darurat kritis. Berkat kemampuan beliau dan kedekatannya dengan
pemimpin Negara ini, beliau dikenal sebagai sosok yang pada akhirnya dapat
menyelematkan Muhamadiyah dari berbagai tekanan dan intimidasi komunisme pada
saat itu.
Dalam keluarga Ahmad Badawi, nilai-nilai agama sangat kental untuk
ditanamkan. hal tersebut sangat mempengaruhi perilaku hidup dan etika keseharian
beliau. Ahmad Badawi memiliki kelebihan, yaitu senang berorganisasi. Usia kanak-
kanak dilalui dengan belajar mengaji pada ayah beliau sendiri. pada tahun 1908-1913
Ahmad Badawi menjadi santri di Pondok Pesantren Lerab Karanganyar untuk belajar
tentang nahwu dan sharaf. pada tahun 1913-1915 Ahmad Badawi belajar kepada K.H.
Dimyati di Pondok Pesantren Termas, Pacitan. Di Pesantren tersebut beliau dikenal
sebagai santri yang pintar berbahasa Arab (nahwu dan sharaf) yang telah didapatkan di
Pondok Pesantren Lerab.
Politik dan Agama Untuk Kebahagiaan Dunia Akhirat
Ahmad Badawi merupakan putra Kauman Yogyakarta yang masih keturunan
Panembahan Senopati dan pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung
Republik Indonesia (1968) sebagai Penasehat Presiden Bidang Agama Islam. Pada masa
awal Kemerdekaan RI, beliau terlibat dalam pergerakan politik perjuangan bangsa.
Beliau bergabung dalam Angkatan Perang Sabil (APS), beroperasi didaerah Sanden,
Bantul, Tegalayang, Bleberan, Kulonprogo. Pada tahun 1947, beliau diangkat sebagai
Imam III APS. Beliau pernah menjadi anggota Lasykar Rakyat Mataram dan bergabung
dengan Batalyon Pati dan Resimen Wirata MPP Gedongan. Politik dan agama menjadi
dua hal yang tak bisa dilepaskan dari sosok KH Ahmad Badawi. Dalam sebuah pidato
di Peneleh Surabaya (1958), KH Ahmad Badawi mengatakan bahwa perkembangan
dunia sekarang yang menjadi perhatian masyarakat adalah mengenai kebendaan atau
keduniaan baik yang berupa politik, ekonomi, sosial maupun aliran-aliran yang
tampaknya merupakan aliran keagamaan.
KH. Ahmad Badawi mengawali karir politik bergabung dengan Partai Masyumi
pada tahun 1950, dan beliau menjadi Wakil Ketua Majelis Syuro Masyumi di
Yogyakarta. Selanjutnya, Ahmad Badawi memfokuskan diri untuk bereaktivitas dakwah
di persyarikatan Muhammadiyah, menjadi guru di madrasah milik Muhammadiyah.
Sikap istiqamahnya di bidang tabligh membuatnya diberi amanah sebagai Ketua Majelis
Tabligh PP Muhammadiyah (1933). Seiring dengan berjalannya waktu, amanah yang
diberikan kepadanya terus bertambah serta karena kiprahnya di Muhammadiyah
membuat Ahmad Badawi diberi amanah untuk duduk dalam kepemimpinan puncak
Muhammadiyah hingga menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1962-
1968. Pada periode 1969-1971, KH. Ahmad Badawi diangkat menjadi penasehat PP
Muhammadiyah.

PENUTUP
Dengan ajaran Islam, Muhammadiyah membangun dan memajukan dalam
bidang kesadaran beragama dan ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan masyarakat,
Muhammadiyah merindukan tumbuh dan berkembangnya jiwa persatuan dengan segala
keikhlasan, antara sesama kaun Muslimin maupun seluruh komponen bangsa, tanpa
memaksakan paham ideologi dan agama. Menurut kepribadian Muhammadiyah,
beribadat kepada Allah tidaklah terbatas kepada shalat di masjid, tidak terbatas kepada
hubungan individu kepada Allah, tetapi berbuat islah, berbuat maju dan membangun
masyarakat adalah pula beribadat kepada Allah, dan karena itu Muhammadiyah merasa
wajib untuk melaksanakan tanpa ada pamrih dan ambisi-ambisi rendah. Pancasila
adalah Dasar Negara, Islam yang menjadi dasar menuntun dan memerintahkan beramal
dan berusaha dengan amalan-amalan dan usaha-usaha yang sifatnya dapat mengisi
kepada Pancasila serta mempertegas garis-garis besar haluan Negara.
Salah satu tokoh yang paling berjasa dalam mengembangkan dan melebarkan
sayap organisasi kemuhammadiyahan hingga saat ini adalah KH. Ahmad Badawi.
Beliau adalah saah satu tokoh setia Muhammadiyah yang senantiasa menggunakan
kelebihan dalam bidang politiknya selain untuk menjaga keutuhan bangsa dan Negara,
juga demi menjaga agar manusia tetap memurnikan keyakinannya kembali pada ajaran
islam yang sesungguhnya yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

DAFTAR PUSTAKA
- Asep Daud Kosasih dan Suwarno. 2010. POLA KEPEMIMPINAN
ORGANISASI MUHAMMADIYAH. ISLAMADINA, Vol.IX, No.1.
- Hendro, Puspito. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, h. 169.
- Miswanto, Agus. 2020. Peran Pesantren dalam Melahirkan Kepemimpinan
Muhammadiyah: Analisis Historis Terhadap Profil Ketua Umum Pimpinan
Pusat Tahun 1912-2020. Jurnal Tarbiyatuna Vol. 11 No. 1.
- Nasher, Haedar, dkk. 2018. PERCIK PEMIKIRAN TOKOH MUHAMMADIYAH
UNTUK INDONESIA BERKEMAJUAN. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan
Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
- Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Raja Garafindo
Persada), cet. Ke-32, h. 6.
- Suliswiyadi, S. 2015. Menumbuhkan dan Mengembangkan Mutu Sekolah
Unggul di Kabupaten Magelang. Jurnal Tarbiyatuna, Vol. 6 No.2.

You might also like