TEMPLATE Manuscript Prodi D3 Farmasi

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 17

Template Manuscript

Prodi D3 Farmasi
P-ISSN : ...................................
E-ISSN: ...............................

EVALUATION HEALTH CENTER, BENGKULU CITY


FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT DARI EKSTRAK DAUN
JAMBU BIJI (Psidium guajava linn)

Krisyanella, M. Farm.,Apt1), Dira Irnameria,S.Si.,M.Si2), Mellitri Prahara Haxari3)

D-3 Farmasi, Potekkes Kemenkes Bengkulu


E-mail:

ABSTRACT

Background: Cleanliness is very important because of the increasing number of diseases


that arise due to bacteria and germs and other things that make the body dirty. Even in this
day and age, soap is not only used for self-cleaning, but there are also several soaps that
also function to soften the skin, whiten the skin, and maintain healthy skin. In making soap,
various fats or oils are often used as raw materials. The types of oil or fat used in the
manufacture of this soap will affect the properties of the soap, both in terms of hardness,
the amount of foam produced, as well as its effect on the skin.
Objective: To find out the best formulation to be used as bath soap. Solid Guava Leaf
Extract (Psidium guajava Linn)
Methods: The research was conducted using experimental methods in the laboratory.
Results: The results of the characteristic test of solid bath soap in Formula 0 soap base,
Formula 1 (2 gram extract), have met the requirements of organoleptic test, pH, high foam
set by SNI and do not cause skin irritation. For FII (4 gram extract) the foam height is
unstable and does not meet the requirements for foam stability and for FIII (6 gram
extract) it has a high pH range of soap and does not meet the SNI pH standard of 9-11.
Conclusion: Based on the research that has been done, of the four formulations of solid
soap preparations guava leaf extract for soap base F0 and F1 (2 gram extract) meet the
requirements of Organoleptic test, pH test, foam stability test, irritation test meets the
characteristics of solid soap.
Keywords: Psidium guajava linn, Solid soap, Characteristics Test.
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

ABSTRAK

Latar belakang: Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya penyakit yang
timbul karena bakteri dan kuman dan hal-hal lain yang membuat tubuh menjadi kotor. Bahkan di zaman
sekarang ini sabun bukan hanya digunakan untuk membersihkan diri, tetapi juga ada beberapa sabun yang
sekaligus berfungsi untuk melembutkan kulit, memutihkan kulit, maupun menjaga kesehatan kulit. Dalam
pembuatan sabun sering digunakan bermacam-macam lemak ataupun minyak sebagai bahan baku. Jenis-jenis
minyak ataupun lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun ini akan mempengaruhi sifat-sifat sabun
tersebut, baik dari segi kekerasan, banyaknya busa yang dihasilkan, maupun pengaruhnya bagi kulit.
Tujuan: Diketahuinya formulasi yang paling baik untuk dijadikan sabun mandi Padat Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava linn)
Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen di Laboratorium.
Hasil: Hasil uji karakteristik sediaan sabun mandi padat pada Formula 0 basis sabun, Formula 1 (ekstrak 2
gram), telah memenuhi syarat uji organoleptis, pH, tinggi busa yang ditetapkan oleh SNI serta tidak
menyebakan iritasi pada kulit. Untuk FII (ekstrak 4 gram) tinggi busanya tidak stabil dan belum memenuhi
syarat stabilitas busa dan untuk FIII (ekstrak 6 gram) memiliki pH sabun dengan rentang yang tinggi dan
belum memenuhi standar SNI pH yaitu 9-11.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Dari ke empat formula sediaan sabun mandi padat
ekstrak daun jambu biji untuk F0 basis sabun dan F1 (ekstrak 2 gram) memenuhi syarat uji Organoleptis, uji
pH, uji stabilitas busa, Uji iritasi memenuhi karakteristik sabun padat.
Kata kunci: Psidium guajava linn, Sabun padat, Uji Karakteristik.

Author(s) |2
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

PENDAHULUAN

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting karena semakin banyaknya


penyakit yang timbul karena bakteri dan kuman dan hal-hal lain yang membuat
tubuh menjadi kotor. Bahkan di zaman sekarang ini sabun bukan hanya digunakan
untuk membersihkan diri, tetapi juga ada beberapa sabun yang sekaligus berfungsi
untuk melembutkan kulit, memutihkan kulit, maupun menjaga kesehatan kulit.
Dalam pembuatan sabun sering digunakan bermacam-macam lemak ataupun
minyak sebagai bahan baku. Jenis-jenis minyak ataupun lemak yang digunakan
dalam pembuatan sabun ini akan mempengaruhi sifat-sifat sabun tersebut, baik dari
segi kekerasan, banyaknya busa yang dihasilkan, maupun pengaruhnya bagi kulit
(Maripa 2018).
Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut padat (batang) karena
sejarah dan bentuk umumnya. Keunggulan dari sabun padat yaitu lebih ekonomis,
lebih cocok untuk kulit berminyak, kadar pH lebih tinggi dibandingkan dengan
sabun cair, lebih mudah membuat kulit kering, sabun padat ini juga memiliki
kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah kulit (Effendi,
2019).
Sedangkan menurut (Badan Standarisasi Nasional 1994) Sabun mandi adalah
senyawa natrium dan kalium dengan asam lemak dari minyak nabati dan atau
lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan sebagai
pembersih, dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak
membahayakan kesehatan (Sukawaty 2010).
Saat ini sabun mandi yang mengandung antibakteri sangat diminati oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan karena dipercaya dapat membersihkan kulit yang
kotor dan juga dapat mengobati dan atau mencegah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri dan masalah kulit lainnya (Sukawaty 2010). Salah satu tanaman yang dapat
dijadikan sabun antibakteri adalah tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava Linn)
yang mengandung senyawa antibakteri pada daunnya. Daun jambu biji diketahui
mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat
(Depkes, 1989).
Dari dulu sampai sekarang Daun jambu biji sering digunakan masyarakat
sebagai obat herbal yang mempunyai khasiat sebagai antidiare, astringen, sariawan
dan menghentikan pendarahan (Nuryani 2017). Setelah diteliti lagi ternyata daun
jambu biji bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiare tetapi juga dapat
dimanfaatkan untuk membersihkan kulit dan mencegah timbulnya jerawat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indriani tahun 2006 bahwa
Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) mengandung golongan senyawa seperti
polifenol, flavonoid, saponin dan tanin. Daun jambu biji mempunyai khasiat
sebagai anti-inflamasi, anti-mutagenik, anti-mikroba dan analgesik. Senyawa yang
turut berperan sebagai antiseptik yaitu polifenol (Azwariah 2017). Adapun

Author(s) |3
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

penelitian lainnya penelitian dari Yulianti tahun 2015 telah dilaporkan bahwa
aktivitas antibakteri pada ekstrak daun Jambu Biji dipengaruhi karena adanya
kandungan tanin, triterpenoid, dan glikosida flavonoid yang terdapat pada daunnya
(Gunarti 2011).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunarti (2018), pembuatan
sediaan gel facial wash anti jerawat ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
linn) yang diuji secara mikrobiologi didapatkan hasil bahwa gel facial wash dengan
ekstrak daun jambu biji memiliki aktivitas anti bakteri yang kuat terhadap bakteri
Propinilbacterium acnes, terbukti pada konsentrasi ekstrak 2,5%, 5%, 7,5%
(Gunarti 2011). Berdasarkan uraian di atas melatarbelakangi peneliti untuk
melakukan penelitian tentang “Formulasi Sediaan Sabun Padat Ekstrak Etanol
Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn)”.
Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen di
laboratorium. Yang berjudul “Formulasi sediaan sabun mandi padat ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava linn)”. Kondisi optimum diperoleh dengan
memvariasikan jumlah penambahan ekstrak daun jambu biji. Pada pembuatan
sabun mandi padat variabel yang dianalisa adalah uji organoleptik, uji pH, uji
Stabilitas busa, dan Uji iritasi kulit (Effendi, 2019).
Variabel Penelitian
Variable Independent (Variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat.
Pada penelitian ini yang menjadi variable Independen adalah konsentrasi ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava linn).
Variable Dependent (Variable terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang
menjadi variable dependent nya adalah mutu fisik sediaan sabun mandi padat
ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava linn).

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan mulai dari bulan Januari
tahun 2021 sampai dengan bulan Juni tahun 2021 dilaksanakan Di Laboratorium
Terpadu Poltekkes kemenkes Bengkulu.

Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Pra Analitik
Pra Perizinan
Pengurusan perizinan dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa. Ada beberpa
tahap yang perlu dilakukan. Pertama, mahasiswa harus mendaftar secara online di
web resmi Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Setelah selesai menginput data
mengenai penelitian maka mahasiswa dapat lansung datang ke bagian Administrasi
Akademik (ADAK) Poltekkes Kemenkes Bengkulu untuk mencetak surat pra

Author(s) |4
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

penelitian. Setelah dicetak, surat pra penelitian dapat diambil dan digunakan
sebagaimana semestinya.
Persiapan Alat Dan Bahan
Alat
Beaker glass 250 mL (pyrex, iwaki), gelas ukur 25 mL(iwaki),
tabung reaksi (iwaki), labu ukur 100 mL (iwaki), Erlenmeyer (iwaki),
corong, kaca arloji, spatula/batang pengaduk, pipet tetes, bejana maserasi
(bejana kaca), kain flannel, kertas saring, cetakan sabun, pot obat, literan,
kertas indikator universal (Nesco), mistar, Rak tabung reaksi, hand blender
(sokany), neraca analitik/timbangan digital (labtech), rotary evaporator.
Bahan
Ekstrak Daun Jambu Biji, VCO (Alkanzu), gliserin (merck), etanol
70% (onemed), aquadest, NaCl, Pengaroma (natuna essential oil), NaOH
50% (merck).
Tahap analitik
Penyiapan Simplisia
1. Pengumpulan Bahan Baku
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa Daun Jambu Biji
(Psidium guajava linn). Daun jambu biji ini diambil dikebun rumah yang
ada di Bengkulu dengan kriteria daun masih hijau segar tidak terlalu tua
dan tidak terlalu muda.
2. Sortasi Basah dan Pencucian
Daun Jambu Biji yang didapat segera dipisahkan dari kotoran-kotoran,
kemudian daun Jambu Biji. Dibersihkan dengan air mengalir.
3. Perajangan dan Pengeringan
Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn) yang sudah dicuci kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena sinar
matahari langsung, tidak bertumpukan dan diperhatikan hingga benar-
benar kering.
4. Sortasi kering
Dipisahkan simplisia yang sudah kering dari bahan pencemar yang masih
melekat. kemudian diserbukkan untuk mendapatkan derajat halus yang
sesuai lalu ditimbang dan dihitung persentasi rendemen ekstrak
(Departemen Kesehatan RI, 1985).

Rendemen serbuk simplisia = x 100%

Proses Ekstraksi Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn)


Daun Jambu Biji ditimbang sebanyak 500 gram direndam dengan
menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 3 liter dalam wadah yang tertutup
rapat dan diaduk setiap 24 jam. Larutan direndam selama 5 hari pada suhu
ruangan dengan diaduk satu kali setiap 24 jam, kemudian larutan difiltrasi,

Author(s) |5
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

sehingga diperoleh filtrat dan ditampung di dalam botol kaca. Filtrat diuapkan
menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental lalu
dilakukan remaserasi (Andasari, 2020).
Formulasi sediaan sabun

Author(s) |6
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

Tabel 3.2 Susunan Formula


a. Komposisi Formula (Gram) Fungsi
A B C D

Ekstrak Daun 0 2 4 6 Zat aktif


Jambu Biji

VCO 20 20 20 20 Surfaktan
Gliserin 13 13 13 13 Humektan
Etanol 70% 15 15 15 15 Pelarut
NaCl 3 3 3 3 Pengeras sabun
Parfum 1 1 1 1 Pengaroma
NaOH 50% 18 18 18 18 Pembentuk sabun
Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 Pelarut
mL mL mL mL
Prosedur Kerja
Aplikasi pada produk sabun mandi dilakukan dengan penambahan Ekstrak Daun
Jambu Biji dengan variasi konsentrasi. Prosedur pembuatan produk sabun mandi padat
ekstrak etanol daun jambu biji adalah sebagai berikut:
1) Masing- masing bahan yang akan digunakan dalam formulasi ditimbang kemudian
dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan dalam air dan dalam minyak).
2) Larutan NaOH 50% dicampurakan dengan minyak VCO dituangkan secara
perlahan- lahan sambil diaduk sampai homogen (massa 1) .
3) Gliserin, aquadest dan NaCl merupakan fase air dicampurkan dalam wadah yang
berbeda sambil dilakukan pengadukan (massa 2).
4) Masaa 1 dan 2 dicampurkan sambil terus diaduk pada putaran penuh. Pengadukan
dilakukan sampai terbentuk emulsi cairan yang halus (massa 3).
5) Kedalam massa 3 kemudian ditambahkan pengaroma dan ekstrak daun jambu biji
dengan variasi konsentrasi yang telah dilarutkan dengan etanol 70% ditambahkan
sambil terus dilakukan pengadukan
6) lalu ad aquadest hingga volumenya 100 mL dan dilakukan pengadukan sampai
terbentuk massa cair sabun yang siap di cetak.
7) Setelah proses pembuatan sabun selesai dituang pada wadah cetakan sabun dan
didiamkan selama 1 hari/24 jam. Dilanjutkan sabun yang sudah mengeras
dipisahkan dari wadahnya (Effendi, 2019).
b. Tahap Pasca Analitik
1) Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif yaitu menggambarkan hasil dari uji evaluasi
yang dilakukan dalam bentuk Tabel. Pemeriksaan pasca analitik pada sabun mandi padat
dilakukakan dengan cara metode Uji Organoleptik, Pengujian pH dan Uji Daya Busa.
a) Uji Organoleptis

Author(s) |7
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

Uji organoleptis dilakukan untuk mengetahui kestabilan fisik sediaan dengan cara
melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, dan bau sediaan yang telah dibuat
(Nurcahyati , 2019).
b) Uji pH
Nilai Uji pH dilakukan dengan cara melarutkan 1 gram sabun dalam 10 ml aquadest,
dan mengukurnya dengan kertas indikator universal. Dan harus sesuai dengan pH sabun yaitu
9-11 (Nurcahyati, 2019).
C) Uji Stabilitas Busa
Uji tinggi busa terhadap air suling bertujuan untuk mengukur kestabilan sabun dalam
bentuk busa. Uji tinggi busa dilakukan dengan cara mengukur ketinggian busa yang
berbentuk busa dalam tabung reaksi. Sampel sabun padat sebanyak 1 g dimasukkan dalam
tabung reaksi yang berisi 10 mL aquadest dan dikocok selama 60 detik dengan cara beraturan
dan ukur tinggi busa yang terbentuk. Kemudian diamkan selama 30 menit lalu ukur kembali
tinggi busa untuk standar tinggi busa sabun yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia
(SNI) yaitu 1,3-22 cm. Sabilitas busa dihitung dengan rumus (Nurcahyati and Herliningsih
2019).

Stabilitas Busa = 100% - % Busa Yang Hilang


% Busa Yang Hilang = Tinggi busa awal-Tinggi busa akhir x 100%
Tinggi busa awal

c) Uji Iritasi
Penggunaan sabun padat dapat menyebabkan berbagai reaksi (efek samping)
pada kulit. Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping tersebut maka
dilakukan uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan. Percobaan dilakukan terhadap 6
orang sukarelawan usia 18-25 tahun. Sediaan sabun dioleskan pada telinga bagian
belakang sukarelawan, kemudian dibiarkan selama 24 jam, dan dilihat perubahan yang
terjadi, berupa kemerahan, gatal, dan kasar pada kulit (Chan, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jalannya Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes


Bengkulu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui formula sabun padat dari ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava linn) yang memenuhi karakteristik sediaan sabun padat.

Hasil Penelitian

1. Identifikasi Tanaman

Identifikasi tanaman telah dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA


Universitas Bengkulu. Hasil identifikasi menyatakan bahwa taksonomi tanaman dalam
penelitian ini adalah:
a. Ordo : Myrtales

Author(s) |8
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

b. Famili : Myrtaceae
c. Nama Ilmiah : Psidium guajava linn
d. Nama Daerah : Daun Jambu Biji
Hasil identifikasi ini disahkan dengan surat hasil identifikasi laboratorium dengan nomor
50/UN30.12.LAB.BIOLOGI/PM/2021.
2. Ekstraksi
Ekstrak etanol daun jambu biji dibuat menggunakan 500 gram serbuk simplisia
dengan menggunakan pelarut etanol 70% dipekatkan menggunakan rotary evaporator
menghasilkan ekstrak kental yang berwarna hijau kehitaman dengan aroma khas daun
jambu biji. Hasil ekstraksi yang didapatkan sebanyak 29,74 gram dan rendamen ekstrak
sebanyak 5,94 %.Lihat tabel berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Ekstraksi Daun Jambu Biji


Berat Pelarut (%)
Berat Daun Hasil Berat
Serbuk Etanol Rendeme
Segar Maserat Ekstrak
Simplisia 70% n
1900 gram 500 gram 2L 1300 mL 29,74 g 5,94

3. Karakteristik Sabun Mandi tinggi busa. Uji karakteristik


Pengamatan yang dilakukan dilakukan untuk mengetahui
selama 2 minggu yaitu hari ke-1, kelayakan dari sediaan berdasarkan
hari ke-7, dan hari ke-14. pengamatan yang dilakukan selama
Karakterisitik sabun yang diuji 2 minggu yaitu hari ke-1, hari ke-7,
meliputi organoleptis, pH, dan dan hari ke-14.

Tabel 4.2– 4.6 Berikut Menunjukkan Uji Karakteristik Sabun


Mandi Tabel 4.2 Hasil Uji Organoleptis
Hari ke-
Formula Organoleptis
1 7 14
a. Bentuk Padat Padat Padat
F0 b. Bau Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk
c. Warna Putih Putih Putih
a. Bentuk Padat Padat Padat
FI b. Bau Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk
c. Warna Coklat Cream Cream
a. Bentuk Padat Padat Padat
Khas jeruk +
khas Ekstrak
FII b. Bau Khas jeruk Khas jeruk
Daun Jambu
Biji
c. Warna Coklat Tua Coklat Coklat
FIII a. Bentuk Padat Padat Padat

Author(s) |9
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

Khas jeruk +
khas Ekstrak
b. Bau Khas jeruk Khas jeruk
Daun Jambu
Biji
Coklat
c. Warna Coklat Tua Coklat Tua
Kehitaman

Keterangan :
F0 = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (0 g )
FI = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (2 g)
FII = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (4 g )
FIII = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (6 g)

Author(s) | 10
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji pH


Hari ke-
Formula Mean±SD
1 7 14
F0 9 9 9 9±0
FI 10 10 9 9,66±0,57
FII 11 11 10 10,66±0,57
FIII 12 11 11 11,33±0,57

Keterangan :
F0 = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (0 g )
FI = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (2 g)
FII = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (4 g )
FIII = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (6 g)

Tabel 4.4 Tabel Hasil Uji Tinggi Busa


Hari ke-
1 7 14
Formula
Tinggi Busa (cm) Terhadap Menit
t0 t30 t0 t30 t0 t30
F0 9 4,3 10 6,5 10 6,7
FI 9 5 10 6,5 10 6,9
FII 8,5 4,5 8,9 4 9 5
FIII 9 5 8,5 5 9 6

Tabel 4.5 Hasil Uji Stabilitas Busa


Hari ke-
1 7 14
Formula Mean±SD
Stabilitas Busa

F0 47,78% 65% 67% 59,92±10,56


FI 55,56% 65% 69% 63,18±6,90
FII 52,95% 44,95% 55,56% 51,15±5,52
FIII 55,56% 58,83% 66,67% 60,35±5,70

Keterangan :
F0 = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (0 g )
FI = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (2 g)
FII = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (4 g )
FIII = Formula Sabun Padat dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji (6 g)

Tabel 4.6 Hasil Uji Iritasi

Author(s) | 11
Template Manuscript
Prodi D3 Farmasi VOL. x (x). xxxx : xx –xx

Sukarelawan
Pernyataan
1 2 3 4 5 6

Kulit Kemerahan - - - - - -

Kulit Kasar - - - - - -

Kulit Gatal - - - - - -

Keterangan :
(−) = Tidak Terjadi Iritasi (+) = Terjadi Iritasi

Author(s) | 12
Pembahasan
1. Ekstraksi Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn)
Dalam pembuatan ekstrak daun jambu biji, daun yang digunakan didapat
dari daerah kebun tebeng kota Bengkulu daun dibersihkan dari kotoran yang
menempel, dicuci bersih dengan air mengalir, dirajang, lalu dikeringkan dengan
cara di angin anginkan hingga mengering, lalu disortasi kering dan di haluskan
timbang simplisia sebanyak 500 gram dan dimaserasi dengan cara direndam dengan
etanol 70% hingga terendam lalu dilakukan remaserasi, remaserasi dilakukan
sebanyak dua kali pengulangan. Setelah itu dilakukan pemisahan antara ekstrak dan
pelarut menggunakan rotary evaporator, didapatkan ekstrak kental sebanyak 29,74
gram.
2. Formulasi Sediaan Sabun Padat Daun Jambu Biji (Psidium guajava linn)
Bahan-bahan yang digunakan pada Proses pembuatan sabun Mandi Padat Ekstrak Daun
Jambu Biji memiliki fungsi masing-masing. Ekstrak etanol daun jambu biji berperan
sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai antibakteri. Minyak sebagai bahan baku utama
didalam penelitian ini menggunakan VCO. VCO dibuat dengan cara fermentasi sari pati
kelapa, VCO memiliki kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan
asam lemak lainnya. Asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik,
oleh karenanya asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan produk sabun. Selain
menggunakan VCO sabun juga menggunakan gliserin. Gliserin merupakan humektan
sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit (Arita 2009). Menurut (Ansel, 1989)
gliserin juga bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan
sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol (fitriyanawati,
2018).
Sabun yang dihasilkan dari asam laurat memiliki ketahanan tidak terlalu besar,
artinya sabun batang yang dihasilkan tidak cukup keras sehingga harus dikombinasikan
dengan NaCl. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun
akan mengendap. (Wenang, 2010) dalam (Handarini 2016).
Uji Karakteristik Sediaan Sabun Padat Daun Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
linn)
a. Uji Organoleptis Sediaan Sabun Padat Daun Jambu Biji (Psidium Guajava linn)
Pengujian organoleptis dilakukan selama waktu penyimpanan dilakukan pada hari
ke-1, ke-7 dan ke-14 untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil selama waktu
penyimpanan. Pengamatan organoleptik berupa pengamatan secara visual yang meliputi
bentuk, warna, dan aroma dari sabun. Standar yang ditetapkan SNI, standar untuk uji
organoleptik sabun padat, bentuk yaitu padat, bau dan warna yaitu memiliki bau dan
warna yang khas. Tujuan pengamatan untuk mengetahui perubahan bentuk fisik sediaan
sabun mandi padat selama 2 minggu penyimpanan.
Pengujian organoleptis dilakukan menggunakan indra penglihatan, peraba dan
penciuman. Pada F0, FI, FII dan FIII menghasilkan warna yang berbeda disetiap
sediaannya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penambahan ekstrak daun jambu biji dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Bentuk yang dihasilkan dari sabun padat ini adalah padat.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya penambahan NaOH dan NaCl. Sedangkan bau yang
dihasilkan dari sediaan sabun padat adalah khas jeruk sesuai dengan pengaroma yang
digunakan dengan bau khas ekstrak daun jambu biji. Berdasarkan warna, bau dan bentuk,
F0, FII, FIII memliki bentuk, bau, warna yang baik sedangkan FI memiliki bentuk yang
sedikit tidak rata karena peneliti kurang meratakan sediaan sabun tetapi FI memiliki warna
yang menarik dan bau jeruk karena penambahan pengaroma jeruk. Untuk uji organoleptis
sediaan yang paling baik peneliti memilih FI dengan konsentrasi ekstrak 2 gram yang
memiliki bau, bentuk, dan warna yang memenuhi standar.
b. Uji pH Sediaan Sabun Sabun Padat Daun Jambu Biji (Psidium Guajava linn)
Nilai pH pada sediaan sabun mandi padat merupakan hal penting, karena nilai
pH menentukan apakah sabun mandi padat layak digunakan atau tidak. Nilai pH yang
sangat tinggi atau sangat rendah dapat memungkinkan kulit teriritasi. Adapun pH yang
ditetapkan oleh SNI untuk sabun mandi padat yaitu 9-11 (Sukawaty, Warnida, and
Artha 1994). Diantara ke empat formula yang dibuat F0-FII memiliki pH yang sesuai
standar ketetapan, tetapi untuk FIII memiliki pH dengan rentang yang agak tinggi.
Menurut penelitian sebelumnya pH yang semakin meningkat dapat dipengaruhi oleh
penambahan ekstrak (Effendi and Ompusunggu 2019).
c. Uji Stabiitas Busa Sediaan Sabun Sabun Padat Daun Jambu Biji (Psidium guajava
linn)
Busa merupakan salah satu parameter yang dapat menjadi daya Tarik dalam
pembuatan sediaan sabun padat (Kasenda, Yamlean, and Lolo 2016). Tidak ada standar
khusus untuk tinggi busa, tetapi menurut Harry (1973) syarat tinggi busa yaitu 1,3-22
cm (Apgar, 2010). Untuk stabilitas busa tidak ada syarat dan ketentuannya, hanya saja
semakin besar hasil stabilitas busanya maka semakin baik (Nurcahyati and
Herliningsih 2019). Dari pengujian tinggi busa, sabun mandi padat F0 dengan
konsentrasi ekstrak 0 gram dan FI dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji 2 g
memiliki rata-rata busa yang paling tinggi, Dan untuk stabilitas busa yang meningkat
setiap minggunya adalah formula F0, FI, FIII.
Sedangkan FII memiliki stabilitas busa yang cenderung menurun busa yang
tidak stabil disebabkan busa tersebut lebih mudah pecah. Pecahnya busa dikarenakan
lapisan atau dinding busa menguap dan daya gravitasi menarik air dibagian atas ke
arah bawah. Semakin sedikit molekul yang tidak cepat menguap, maka semakin mudah
busa pengalami penguapan sehingga lebih cepat pecah. Busa akan lebih stabil bila
dilapisi oleh lapisan yang tidak menguap dengan cepat (Suryakusumah, 2006). Dan
Juga ketidakstabilan busa sabun dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain
komposisi bahan yang tidak tepat atau kecepatan dan waktu pencampuran yang tidak
tepat (Cicilia, 2012) dalam (Widyasanti, 2018).
d. Uji Iritasi Sediaan Sabun Mandi Padat Daun Jambu Biji (Psidium Guajava linn)
Uji iritasi kulit dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping
dengan melihat apakah ada tanda kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit
sukarelawan. Berdasarkan hasil uji iritasi diatas, tidak terlihat adanya efek samping
berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan.
e. Kelemahan penelitian
Pada maserasi pertama peneliti melakukan kesalahan dengan melakukan
penyaringan menggunakan kain flannel tidak menggunakan kertas saring dan
mengakibatkan rendamen halus tidak tersaring dan tercampur pada dihasil rotary
evaporator maserasi pertama mendapatkan filtrat 1 sebanyak 1800 mL dengan cara
merendam 500 gram ekstrak daun jambu biji kedalam 3 liter etanol 70%. Peneliti
memutuskan melakukan remaserasi, pada hasil remaserasi 1 dan 2 mendapatkan filtrat
2 sebanyak 600 mL dan filtrat 3 sebanyak 700 mL setelah digabung mendapatakan
filtrat sebanyak 1300 mL dan mendapatkan ekstrak kental 29,74 gram. Hasil maserasi
kurang maksimal karena filtrat dari hasil maserasi yang pertama tidak tercampur
dengan hasil rotary evaporator dari remaserasi ekstrak daun jambu biji.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari ke empat Formula sediaan sabun mandi padat ekstrak daun jambu biji untuk F0
basis sabun dan F1 (ekstrak 2 gram) memenuhi syarat uji Organoleptis, uji pH, uji
stabilitas busa, Uji iritasi memenuhi karakteristik sabun padat. Untuk FII (ekstrak 4
gram) tinggi busanya tidak stabil dan belum memenuhi syarat stabilitas busa dan untuk
FIII (ekstrak 6 gram) memiliki pH sabun dengan rentang yang tinggi dan belum
memenuhi standar SNI pH yaitu 9-11.
B. Saran
1. Kepada Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi bidang formulasi sediaan sabun mandi padat di
perpustakaan sehingga mempermudah dan menambah wawasan dalam mencari
referensi baru untuk bisa melanjutkan peneltian bidang formulasi terkhusus tentang
sabun mandi padat.
2. Kepada Masyarakat
Dari penelitian ini disarankan pada masyarakat untuk dapat menggunakan daun
jambu biji sebagai alternatif sabun padat pembersih dalam kegiatan sehari-hari.
3. Kepada Peneliti Lain
Melakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi konsentrasi ekstrak daun jambu
biji (Psidium guajava linn) untuk mendapatkan formulasi sabun padat yang memenuhi
karakteristik organoleptis dan pH yang baik, untuk stabilitas busa dapat ditambahkan
stabilizer atau penstabil busa seperti Cocaimid DEA dan perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait uji aktivitas antibakteri dari formulasi sediaan agar diketahui
efektivitas antibakteri yang dimiliki sediaan sabun padat ketika digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Ratna. 2018. Efektitifitas Jambu Biji (Psidium Guajava L) Terhadap Bakteri
Aeromonas Hydrophila Secara In Vitro.
Andasari, Dkk. 2020. “Perbandingan Hasil Skrining Fitokimia Daun Melinjo (Gnetum
Gnemon L.) Dengan Metode Maserasi Dan Sokhletasi.” Cerata Jurnal Ilmu Farmasi
11(2): 27–31.
Arita, Dkk. 2009. “Pemanfaatan Gliserin Sebagai Produk Samping Dari Biodiesel Menjadi
Sabun Transparan.” Jurnal Teknik Kimia 16(4): 50–53.
Azwariah, Adek Chan. 2017. “Formulasi Masker Krim Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium Guajava Linn).” Jurnal Dunia Farmasi 2(1): 29–39.
Badan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Nasional Indonesia Tentang Sabun Mandi
Cair. Sni.
Cahyani, Mariatik. 2017. “Formulasi Dan Uji Pelepasan Kuersetin Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium Guajava L.) Pada Mikroemulsi Dalam Basis Gel Menggunakan Virgin
Coconut Oil (Vco) Sebagai Faseminyak.”
Effendi, Teguh, And Febrina Ompusunggu. 2019. “Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun
Kelor Terhadap Warna , Aroma , Tekstur , Daya Buih , Dosen Pnsd Dpk Program
Studi Teknik Kimia Universitas Pgri Palembang.” 4: 44–51.
Endang Purwati, Dkk. 2009. “Sabun Susu Kambing Virgin Coconut Oil Dapat
Meningkatkan Kesehatan Kulit Melalui Ph Dan Bakteri Baik (Bakteri Asam Laktat)
Serta Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Endang.” 1(1): 2374–76.
Fadhilah, Annisa. 2018. “Karakterisasi Tanaman Jambu Biji (Psidium ) Di Desa Namoriam
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.” Prosiding Seminar Nasional
Biologi Dan Pembelajarannya: 1670.
Fitriyanawati. 2018. “Optimasi Formulasi Sediaan Sabun Padat Scrub Cinnamomum
Burmannii Dengan Basis Coconut Oil, Palm Oil, Dan Soybean Oil.”
Gunarti, Neni Sri. 2011. “Pemanfaatan Ekstrak Daun Jambu Biji ( Psidium Guazava )
Sebagai Gel Facial Wash Antijerawat.” Jurnal Sains Dan Ilmu Farmasi: 199–205.
Handarini, Winda Dinniyah. 2016. “Pengaruh Komposisi Lemak Abdomen Sapi (Taujdw)
Dan Minyak Jelantah Terhadap Kualitas Sabun Padat Dengan Proses Saponifikasi
Naoh Diajukan.”
Kasenda, Jessica Ch, Paulina V Y Yamlean, And Widya Astuty Lolo. 2016. “Formulasi
Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Ekor Kucing
(Acalypha Hispida Burm.F) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus.”
Pharmacon 5(3): 40–47.
Maripa. 2018. “Pengaruh Konsentrasi Naoh Terhadap Kualitas Sabun Padat Dari Minyak
Kelapa (Cocos Nucifera) Yang Ditambahkan Sari Bunga Mawar (Rosa L.).” Journal
Of Chemical Information And Modeling 53(9): 1689–99.
Niazi, Sarfaraz K. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulations.
Nurcahyati, Desi, And Herliningsih. 2019. “Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dari
Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) Dengan Variasi Konsentrasi
Minyak Kelapa.” Jurnal Herbal Dan Farmakologis 1(1): 11–16.
Nuryani, Siti. 2017. “Pemanfaatan Ekstrak Daun Jambu Biji ( Psidium Guajava Linn )
Sebagai Antibakteri Dan Antifungi.” Jurnal Teknologi Laboratorium
(Www.Teknolabjournal.Com) 6(2): 41–45.
Sukawaty. 2010. “Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Ekstrak Etanol Umbi Bawang
Tiwai ( Eleutherine Bulbosa).” Media Farmasi 13: 14–22.
Sukawaty, Yullia, Husul Warnida, And Ananda Verranda Artha. 1994. “Formulasi Sediaan
Sabun Mandi Padat Ekstrak Etanol Umbi Bawang Tiwai ( Eleutherine Bulbosa
( Mill .) Urb .) Formulation Of Bar Soap With Bawang Tiwai ( Eleutherine Bulbosa
( Mill .) Urb .) Bulbs Ethanol Extract.” : 14–22.
Widyasanti, Asri, And Cindy Almas Ramadha. 2018. “Pengaruh Imbangan Aquadest
Dalam Pembuatan Sabun Mandi Cair Berbahan Virgin Coconut Oil (Vco).”
Agrisaintifika: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 2(1): 35.

You might also like