Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 28

Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

ASPEK HUKUM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH


KORPORASI DALAM BIDANG PERPAJAKAN
(Legal Aspect of Eradication of Corruption Criminal Act in Taxation)

Marulak Pardede
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum
Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta
marulakp@yahoo.com

Tulisan Diterima: 04-07-2020; Direvisi: 09-08-2020; Disetujui Diterbitkan: 14-08-2020


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2020.V20.335-362

ABSTRACT
The purpose of this research is to identify and analyze how the criminal law enforcement against corporations
as tax crime perpetrators; as well as what efforts need to be made to tackle criminal acts of corruption in
the tax field. By using research methods: This type of research is descriptive analytical, normative juridical
approach. Types and sources of document data or library materials obtained and analyzed; The data analysis
technique is qualitative. The result of the research shows that law enforcement against corporations as tax
offenders cannot be done optimally, because they are faced with a legal system that determines the success
or failure of good law enforcement, namely: Legal content / material; Legal Structure; and Legal Culture.
The regulation of criminal law enforcement aspects against corporations as perpetrators of criminal acts in
the field of taxation has not been explicitly regulated in statutory regulations, but is only regulated in special
criminal regulations. This aspect of law enforcement is faced with juridical obstacles; lex specialis principle of
Taxation Legislation; often clash with tax court decisions. To overcome these obstacles, it is suggested, among
others: efforts to strengthen the function and role of investigators for criminal acts of corruption; regulation
of the whistleblowing system mechanism and justice collaborator in the criminal justice system; application
of the mechanisms for seizure of corruptors’ assets and reverse proof; application of laws and regulations in
the field of anti money laundering.
Keywords: law enforcement; corruption; corporations; taxation

ABSTRAK

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah penegakan
hukum pidana terhadap korporasi sebagai pelaku tindak pidana perpajakan; serta upaya apakah yang perlu
dilakukan untuk menanggulangi tindak pidana korupsi dalam bidang perpajakan. Dengan menggunakan
metode penelitian: Jenis penelitian ini deskriptif analitis, pendekatan yuridis normatif. Jenis dan sumber data
dokumen atau bahan pustaka, eroleh kemudian dianalisis; Teknik analisis data, adalah kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan, bahwa penegakan hukum terhadap korporasi sebagai pelaku tindak pidana perpajakan, belum
dapat dilakukan secara optimal, karena dihadapkan dengan sistem hukum yang menentukan berhasil tidaknya
penegakan hukum yang baik, yaitu: Isi/materi Hukum; Struktur Hukum; dan Budaya Hukum. Pengaturan
aspek penegakan hukum pidana terhadap korporasi sebagai pelaku tindak pidana dalam bidang perpajakan,
belum diatur secara tegas di dalam peraturan perundang-undangan, akan tetapi hanya diatur dalam peraturan
tindak pidana khusus. Aspek penegakan hukum ini dihadapkan kepada kendala yuridis; asas lex specialis
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan; sering berbenturan dengan putusan peradilan pajak. Untuk
menanggulangi kendala tersebut, disarankan antara lain : perlu dilakukan upaya penguatan fungsi dan peran
penyidik atas tindak pidana korupsi; pengaturan mekanisme whistleblowing system dan justice collaborator
dalam sistem peradilan pidana; penerapan mekanisme perampasan aset koruptor dan pembuktian terbalik;
penerapan peraturan perundang-undangan di bidang anti pencucian uang.
Kata kunci: penegakan hukum; korupsi; korporasi; perpajakan

335
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

PENDAHULUAN dan Humas Mahkamah Agung Republik Indonesia


Penegakan hukum pidana dalam tindak Ridwan Mansyur, dapat dikemukakan tentang
pidana korupsi oleh korporasi dalam bidang contoh kasus penggelapan pajak oleh Wajib Pajak
perpajakan, tampaknya belum memberikan (perorangan dan badan hukum) yang telah
diputuskan oleh Majelis Hakim Agung Mahkamah
efek jera kepada Wajib Pajak untuk melakukan
Agung Republik Indonesia. Di Indonesia,
pelanggaran dan atau kejahatan dalam bidang
perpajakan. Seperti penghindaran/ penggelapan pertanggungjawaban badan hukum atau yang ada
pajak, pada hal telah dilakukan reformasi di bidang dalam akademis juga disebut pertanggungjawaban
perpajakan sejak tahun 1983. Menurut Teori korporasi, melalui penyelenggaraan seminar
nasional kejahatan korporasi tanggal 23-
Sistem Hukum, sebagaimana dikemukakan oleh
24 November 1989 di Fakultas Hukum
Lawrence Meir Friedman, seorang ahli sosiologi
hukum dari Stanford University, ada tiga elemen Universitas Diponegoro, Semarang, Mardjoeno
utama dari sistem hukum (legal system), yang Reksodieputro, sebagaimana dikutip dari Kartono3,
menentukan berhasil tidaknya penegakan hukum antara lain menjelaskan, bahwa sekalipun konsep
yang baik, yaitu: Isi Hukum (Legal Substance); pertanggungjawaban pidana korporasi atau badan
Struktur Hukum (Legal Structure); dan Budaya usaha telah diadopsi oleh berbagai undang-undang
Hukum (Legal Culture)1. pidana Indonesia diluar Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) dimana kasus-kasus
Belum optimalnya penegakan hukum pidana pidana yang dilakukan oleh korporasi, pengadilan
terhadap korporasi sebagai pelaku tindak pidana di Indonesia belum pernah menjatuhkan hukuman
korupsi di bidang perpajakan tersebut, karena pidana kepada korporasi. Untuk memberikan
dihadapkan dengan berbagai kendala, baik dari gambaran mengenai pertanggungjawaban pidana
segi substansi, Aparatur maupun budaya hukum. korporasi dalam tindak pidana pajak saat ini,
Ditinjau dari segi substansi hukum (legal beberapa contoh kasus tindak pidana pajak yang
substance) / materi peraturan perundang- sudah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
undangan, antara lain dapat dikemukakan bahwa: tertuang dalam putusan Mahkamah Agung, antara
Sesuai penjelasan Undang-Undang Nomor lain:
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata 1. Kasus dengan terdakwa Suwir Laut alias
Cara Perpajakan Pasal 38 sebagaimana telah Lie Che Sui dengan Nomor: 2239.K/Pid.
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor Sus/2012 Mahkamah Agung menghukum
16 Tahun 2009 (UU KUP), diatur bahwa terdakwa selama 2 (dua) tahun percobaan
pelanggaran terhadap suatu kewajiban perpajakan 3 (tiga) tahun dengan syarat khusus agar
yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang perusahaan yang tergabung dalam Asian
menyangkut tindakan administratif perpajakan, Agri Group membayar denda senilai 2x Rp.
dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan 1.259.977.695.652 = 2.519.955.391.304”.4
Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak.
2. Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K/
Sedangkan yang menyangkut tindak pidana pajak
P1D.SUS/2012, dengan Terdakwa SUWIR
dikenai sanksi pidana. Dengan demikian perbuatan
LAUT alias LIU CHE SUI alias ATAK dalam
yang diancam dengan sanksi pidana adalah
Kasus Tindak Pidana di Bidang Perpajakan
perbuatan atau tindakan yang bukan pelanggaran
(Asian Agri Group);
administratif melainkan merupakan tindak pidana
di bidang perpajakan, yaitu suatu perbuatan yang 3. Putusan Mahkamah Agung Nomor: 54 L/
melanggar peraturan perundang-undangan pajak PID.SUS/2014 dalam perkara Terdakwa Dra.
yang menimbulkan kerugian keuangan negara Budiati, dalam kasus tindak pidana bidng
pelakunya diancam dengan hukuman pidana2. perpajakan.
Berdasarkan penjelasan Kepala Biro Hukum

3 Takdir Rahmdi, Hukum Lingkungan Di Indonesia


1 Lawrence M Friedmann, Teori-Teori Hukum Klasik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, n.d.).
Dan Kontemporer (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011). 4 Ridwan Mansyur, “PT Asian Agri Telah Diputuskan
2 Muhammad Djafar Saidi, Djafar, and Eka Oleh Mahkamah Agung Untuk Membayar Denda
Merdekawati, Kejahatan Di Bidang Perpajakan Ke Negara Sebesar Rp 2,5 Triliun. Apa Reaksi Asian
(Jakarta: PT Rajagafindo Persada, 2011). Agri?,” Kompas.Com (Jakarta, December 29, 2012).

336
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Komariah Emong Saparjaya, berpendapat ada aturan yang mengaturnya”. Dalam kondisi
bahwa pada mulanya memang sulit diterima bahwa existing saat ini, belum ada peraturan perundang-
Badan Hukum dapat melakukan tindak pidana, undangan pidana yang secara tegas mengatur
karena badan hukum bukanlah subjek hukum dari suatu korporasi (badan hukum) dapat dipidana.
hukum pidana. Sejak KUHP dibuat sudah terlihat Sehingga bisa atau tidaknya suatu perbuatan
bahwa subjek hukum pidana hanyalah orang dikenakan sanksi hukum apabila perbuatan
pribadi (alami). Hal tersebut disebabkan bukan tersebut telah ada pengaturannya dalam peraturan
saja karena rumusan tindak pidana dalam KUHP perundang-undangan.
dimulai dengan perkataan barang siapa, Dilihat dari kondisi existing saat ini,
melainkan juga karena bunyi KUHP Pasal 59 yang keberhasilan penegakan hukum ini juga erat
membatasi diri kepada pengurus atau komisaris kaitannya dengan struktur hukum, yaitu kerangka
secara pribadi, yang menyatakan: Dalam hal bentuk yang permanen dari sistem hukum yang
dimana karena pelanggaran ditentukan pidana menjaga proses tetap berada di dalam batas-
terhadap pengurus, anggota badan pengurus atau batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah serta ukuran
komisaris maka yang ternyata tidak ikut campur pengadilan, yurisdiksinya (jenis perkara yang
pun melakukan pelanggaran, tidak dipidana5. diperiksa serta hukum acara yang digunakan),
Mardjono Reksodiputro berpendapat senada termasuk di dalam struktur ini juga mengenai
dengan Oemar Seno Adjie yang berpendapat penataan badan legislative.
bahwa KUHP Indonesia masih menganut asas Teori Lawrence Meir Friedman tentang
umum karena suatu tindak pidana hanya dapat struktur hukum/pranata hukum, menentukan bisa
dilakukan oleh manusia (natuurlijk person) atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan
sehingga fiksi badan hukum (rechts person) baik. Penyimpangan prinsip utama hukum pidana
tidaklah berlaku dalam hukum pidana, kecuali umum dalam perundang-undangan pajak dewasa
peraturan perundang-undangan diluar KUHP6. ini: Pengampunan (pemutihan) pajak, yaitu
Selengkapnya, KUHP Pasal 59 menyatakan: pemajakan atas sesuatu yang batal karena hukum
“Dalam hal menentukan hukuman karena dengan cara membuka kesempatan dalam jangka
pelanggaran terhadap pengurus, anggota salah waktu tertentu untuk mendaftarkan harta benda
satu pengurus atau komisaris maka hukuman wajib pajak (yang diperoleh secara melanggar
tidak dijatuhkan atas pengurus atau komisaris, hukum) untuk ditetapkan sebagai objek pajak
jika nyata bahwa pelanggaran telah terjadi diluar tanpa pengusutan pidana.
tanggungan”7.
Dalam hukum pidana tidak ada tuntutan apa
Selain itu, dari segi substansi hukum, sebagai pun terhadap orang yang sudah meninggal. Akan
negara yang masih menganut civil law system tetapi, dalam hukum pajak masih berkemungkinan
atau sistem eropa kontinental (meski sebagian mengharuskan pihak ahli waris membayar denda/
peraturan perundang-undangan juga telah biaya penyitaan atas dasar hukum pidana fiskal.
menganut common law system atau anglo saxon) Artinya, dalam hukum pidana fiscal dapat
dikatakan hukum adalah peraturan-peraturan dijatuhkan hukuman yang tidak berdasar atas
yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang kesalahan si terhukum sendiri. Dalam hukum
tidak tertulis bukan dinyatakan hukum. Sistem ini pidana umum, sasarannya hanya orang-orang
mempengaruhi sistem hukum di Indonesia, yaitu: pribadi, sedangkan hukum pidana fiskal dapat
asas legalitas dalam KUHP Pasal 1 Ayat 1 KUHP menjatuhkan hukuman pidana berupa denda
dikenal asas legalitas; Nullum Dilectum Nula terhadap badan hukum.
Poena Sine Previalege…….“tidak ada suatu Struktur hukum berdasarkan UU Nomor
perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak 8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari Kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana
Pidana (Lapas). Kewenangan lembaga penegak
5 Komariah Emong Sapardjaya, Buku Ajar Pelatihan
Penegakan Hukum Terpadu, Lingkungan Hidup
hukum dijamin undang-undang. Sehingga dalam
Dan Sumber Daya Alam, Redd + (Jakarta, 2012). melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
6 Ibid. terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
7 R Soesilo, Kitab Undang–Undang Hukum Pidana pengaruh lain. Hukum tidak dapat berjalan atau
(KUHP) Serta Komentar–Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal (Bogor: Bogor Politeia, 1980).
tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang

337
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa tindak pidana pajak. Selain itu ada juga Surat
bagusnya suatu peraturan perundang-undangan Edaran Jaksa Agung Nomor SE-001/1.A/5/2000
bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana di
yang baik maka keadilan hanya angan-angan. Sektor Perpajakan yang antara lain menyatakan
Lemahnya mentalitas aparat penegak bahwa kasus-kasus menyangkut masalah
hukum mengakibatkan penegakan hukum tidak perpajakan pada dasarnya akan diselesaikan
berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor oleh aparat Ditjen Pajak melalui prosedur teknis
yang mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat perpajakan sesuai ketentuan perundang-undangan
penegak hukum diantaranya lemahnya perpajakan yang berlaku.
pemahaman hukum, ekonomi, proses rekrutmen Di dalam Undang-undang tentang
yang tidak transparan dan lain sebagainya. Pengadilan Pajak Pasal 33, yang diperkuat oleh
Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak Pasal 77 Undang-Undang tentang Pengadilan
hukum memainkan peran penting dalam Pajak, menyatakan bahwa putusan Pengadilan
memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai
baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah maka kekuatan hukum tetap. Selain itu, Pengadilan
akan ada masalah. Demikian juga, apabila Pajak tidak mengenal kata banding dan kasasi.
peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak Undang-undang tentang Pengadilan Pajak Pasal
hukum baik, kemungkinan munculnya masalah 80 Ayat (2) menjelaskan bahwa sebagai pengadilan
masih terbuka. Masalah yang ditimbulkan dari tingkat pertama dan terakhir, pemeriksaan atas
struktur hukum yaitu sekarang banyak kasus sengketa pajak hanya dilakukan oleh Pengadilan
penyelewengan kewenangan di ranah penegak Pajak. Terhadap putusannya tidak dapat lagi
hukum kepolisian yang banyak melakukan diajukan gugatan, banding atau kasasi. Dengan
pelanggaran contohnya, banyak polisi lalu lintas demikian, Undang-Undang Pengadilan Pajak
yang menyalahi aturan seperti melakukan tilang telah memposisikan pengadilan ini sebagai badan
tapi akhirnya, jalan damai dengan minta uang. peradilan yang berdiri sendiri, tanpa melibatkan
Sebagai penegak hukum seharusnya bisa menjadi peranan Mahkamah Agung (MA). MA hanya
wadah penampung aspirasi masyarakat, malah dilibatkan di dalam mekanisme Peninjauan
menjadi musuh nyata bagi masyarakat, sehingga Kembali (PK) yang merupakan upaya hukum luar
masyarakat tidak lagi mempercayai eksistensi biasa dengan syarat yang sangat limitatif. Hal ini
penegak hukum. tentunya sangat bertentangan dengan syitem
Penyidikan diatur dalam KUHAP Pasal 1 peradilan pidana (criminal justice system).
butir 2. Kewenangan penyidikan diatur dalam Selanjutnya, bagi wajib pajak yang
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang dinyatakan melanggar ketentuan sebagaimana
Kepolisian Negara RI Pasal 14 Ayat (1) huruf g, dimaksud dalam Undang-undang tentang KUP
yang menyatakan bahwa Kepolisian bertugas Pasal 38, selama belum dilimpahkan ke pengadilan,
menyelidik dan menyidik semua tindak pidana sekalipun telah dilakukan penyidikan dan wajib
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan pajak telah mengungkapkan kesalahannya dan
perundang-undangan lainnya (KUHAP Pasal 7 sekaligus melunasi jumlah pajak yang sebenarnya
Ayat (1)). Namun disisi lain, KPK juga berwenang terutang beserta sanksi administrasi berupa denda
menyidik kasus korupsi, termasuk di bidang sebesar 2 kali dari jumlah pajak yang kurang
perpajakan (Undang-Undang Nomor 30 Tahun dibayar, maka terhadapnya dapat dilakukan
2002 tentang KPK Pasal 6 huruf c). penghentian penyidikan. Tentunya hal ini
Berbeda halnya dengan penyidikan tindak bertentangan dengan proses hukum acara pidana
pidana korupsi di sektor pajak, untuk penyidikan (KUHAP).
tindak pidana pajak hanya dapat dilakukan oleh Penegakan hukum pidana terhadap korporasi
Penyidik Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak sebagai pelaku tindak pidana korupsi bidang
(Undang-Undang tentang KUP Pasal 44 Ayat perpajakan, juga sangat dipengaruhi oleh budaya
(1)): penyidikan tindak pidana pajak hanya dapat hukum (legal culture), yang dimaknai sebagai
dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang
tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak menentukan bagaimana hukum digunakan,
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik dihindari, atau disalahgunakan. Lawrence Meier

338
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Friedman, merumuskan budaya hukum sebagai Patut dicermati, bahwa banyak pelanggaran
sikap-sikap dan nilai-nilai yang ada hubungan hukum yang termasuk tindak pidana perpajakan
dengan hukum dan sistem hukum, berikut sikap- tidak terungkap sampai ke persidangan, karena
sikap dan nilai-nilai yang memberikan pengaruh penyelesaian kasusnya selalu diupayakan secara
baik positif maupun negatif kepada tingkah administrasi dengan sanksi tambahan berupa
laku yang berkaitan dengan hukum. Demikian denda, bunga maupun kenaikan dari pajak yang
juga kesenangan atau ketidaksenangan untuk terutang, dimana sanksi ini diberikan oleh petugas
berperkara adalah bagian dari budaya hukum. pajak sendiri. Berdasarkan Pasal 44B Ayat (1)
Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang Undang-Undang tentang KUP, Jaksa Agung dapat
disebut budaya hukum adalah keseluruhan sikap menghentikan penyidikan tindak pidana di sektor
dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada perpajakan dengan alasan untuk kepentingan
dalam masyarakat yang akan menentukan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, paling
bagaimana seharusnya hukum itu berlaku dalam lama 6 bulan sejak tanggal surat permintaan.
masyarakat yang bersangkutan. Dalam penjelasan Pasal 44B Ayat (1) tersebut
Dikaitkan dengan sistem hukum di bahwa penghentian penyidikan tindak pidana
Indonesia, Teori Friedman tersebut dapat perpajakan dapat dilakukan sepanjang perkara
kita jadikan patokan dalam mengukur proses pidana tersebut belum dilimpahkan ke pengadilan.
penegakan hukum di Indonesia. Polisi adalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, dipandang
bagian dari struktur bersama dengan organ jaksa, perlu untuk melakukan penelitian hukum tentang
hakim, advokat, dan lembaga permasyarakatan. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam
Interaksi antar komponen pengabdi hukum ini bidang perpajakan. Adapun pokok permasalahan
menentukan kokoh nya struktur hukum. Walau dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah
demikian, tegaknya hukum tidak hanya ditentukan penegakan hukum pidana terhadap korporasi
oleh kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan sebagai pelaku tindak pidana perpajakan? Dan
kultur hukum di dalam masyarakat. Namun upaya apakah yang perlu dilakukan untuk
demikian, hingga kini ketiga unsur sebagaimana memberantas tindak pidana korupsi dalam bidang
dikatakan oleh Friedman belum dapat terlaksana perpajakan?
dengan baik, khususnya dalam struktur hukum dan Tujuan Penelitian
budaya hukum. Sebagai contoh, dalam struktur 1. Untuk menganalisis bagaimana aspek hokum
hukum, anggota polisi yang diharapkan menjadi
penegakan hokum pidana terhadap korporasi
penangkap narkoba, polisi sendiri ikut terlibat
sebagai pelaku tindak pidana pajak.
dalam jaringan narkoba. Jaksa, sampai saat ini
masih sangat sulit mencari jaksa yang benar-benar 2. Untuk menganalisis bagaimanakah upaya
jujur, demikian juga dengan hakim pengadilan. yang harus dilakukan untuk penanggulangan
Kesemuanya pelanggarnya selalu disebut dengan tindak pidana oleh korporasi sebagai pelaku
oknum, institusinya tidak bertanggung jawab. tindak pidana perpajakan.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2011 Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
menuntut terlaksananya penegakan hukum bagi memperkaya pemahaman filosofis dan teoritik
para pelaku yang terlibat dalam kasus hukum tentang asas-asas hukum pidana dalam tindak
dan penyimpangan pajak, termasuk pada kasus pidana pajak di Indonesia.
Gayus Tambunan. Tindakan itu dilakukan agar Hasil penelitian ini, diharapkan akan dapat
memunculkan efek jera dan membawa keadilan memberikan jawaban praktis atas berbagai
dalam upaya pemberantasan mafia hukum kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum
dan mafia pajak. Terkait praktik mafia hukum tindak pidana korporasi terhadap tindak pidana
dalam penanganan kasus Gayus pada 2009, perpajakan dalam kerangka sistem undang-undang
pelaku-pelaku terkait, baik oknum aparat dari perpajakan yang nantinya akan bermanfaat bagi
Polisi Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan, pembuat undang-undang, maupun Penyidik atau
Kehakiman, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak, Polri, Penyidik Pegawai Negeri Sipil-Perpajakan,
advokat, konsultan pajak maupun dari pihak Penuntut Umum atau Kejaksaan, Hakim dan
swasta, telah dituntut secara hukum, dan telah Penasihat Hukum.
dijatuhi sanksi oleh pengadilan.

339
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Dalam hukum pidana, terkandung dua teori colour crime tidak mudah dapat dilihat oleh orang
penegakan hukum yaitu ajaran sifat melawan sebagaimana suatu tindak pidana pada umumnya.
hukum (werechttelijkhheid) dan ajaran kesalahan Terdapat kesulitan-kesulitan dalam menentukan
(schuld)8. Dalam teori/ ajaran sifat melawan hukum kesalahan (mens rea) korporasi, karena aktifitas
diuraikan bahwa sifat melawan hukum melekat korporasi dapat ditunjukkan oleh aktifitas pemilik
pada tindakan atau perbuatan yang dinyatakan atau pemegang saham, manajer puncak dan
sebagai tindakan atau perbuatan yang terlarang karyawan. Namun, penentuan kesalahan (schuld/
dan diancam dengan pidana oleh peraturan mens rea) korporasi tidak mudah karena terdapat
perundang-undangan pidana. Hal ini terkait hubungan yang begitu kompleks dalam tindak
dengan asas legalitas dalam hukum pidana pada pidana organisasi (organizational crime) diantara
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dewan direksi, eksekutif dan manajer pada sisi dan
Pasal 1 Ayat (1). Namun demikian tidaklah serta perusahaan induk, demikian juga dengan devisi-
merta pelaku dapat dipidana semata-mata atas devisi cadibang dan anak-anak perusahaan, yang
dasar legalitas tersebut, tetapi juga pelaku harus demikian kompleksnya. Ernest Freund (1897)
memiliki kesalahan yang disebut sebagai asas tiada berpendapat, A corporate crime should there or
pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld). be based upon collective wrong and admitted only
Diterimanya korporasi sebagai subjek tindak where the latter can be established in former times
pidana akan menimbulkan permasalahan dalam therefore a collective wrong was perhaps more
hukum pidana kita, khususnya yang menyangkut easlly assumed than now11.
masalah Penegakan hukum pidana pada korporasi, Dalam rangka penegakan hukum yang baik,
apakah unsur kesalahan tetap dapat dipertahankan berdasarkan Teori Sistem Hukum, sebagaimana
seperti halnya pada manusia. dikemukakan oleh Lawrence Meir Friedman,
Sauer Wilhelm dalam Grundlagen des seorang ahli sosiologi hukum dari Stanford
Strafrecht9 menyatakan ada tiga pengertian dasar University, mengatakan bahwa: bekerjanya
dalam hukum pidana yaitu, Sifat melawan hukum hukum dengan baik, sangat ditentukan tiga elemen
(un recht, kesalahan (schuld), dan pidana (strafe), utama dari sistem hukum (legal system), yaitu: isi
sehingga secara dogmatis dapat dikatakan bahwa hukum (legal substance); struktur hukum (legal
dalam hukum pidana unsur kesalahan harus ada structure); dan budaya hukum (legal culture).
sebagai dasar untuk mempidana si pembuat10.
Prospek tentang tanggung jawab korporasi dalam METODE PENELITIAN
hukum pidana seperti yang terdapat di negara-
Metode yang dipergunakan dalam penelitian
negara Anglo Saxon (Inggris), dengan syarat
ini adalah metode deskriptif analitis dengan
adanya kesalahan sebagai prinsip umum untuk
pendekatan yuridis normatif. Jenis dan sumber
adanya tanggung jawab pidana, dikenal adanya
data: dokumen atau bahan pustaka, berupa:
asas mens rea yang menurut doktrin dikenal
bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui
adanya stricht liability dan vicarious liability,
studi kepustakaan. Bahan hukum yang ditelaah
yaitu prinsip pertanggungjawaban pidana tanpa
dalam penelitian ini: bahan hukum primer, yaitu:
harus mensyaratkan unsur kesalahan pada si
bahan hukum berupa peraturan perundang-
pelaku tindak pidana, apakah dapat diterapkan
undangan; bahan hukum sekunder, yaitu: literatur,
dalam hukum pidana KUHP.
tulisan dan makalah seminar, serta pendapat dari
Pembahasantentangpenerapanteoritanggung beberapa pakar hukum; bahan hukum tersier,
jawab pidana korporasi ajaran kesalahan menjadi yaitu: kamus hukum, ensiklopedia hukum12.
titik sentral analisis. Tindak pidana korporasi Teknik pengumpulan data, data yang diperoleh
(corporate crime) sebagai bagian dari white berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier,

8 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan 11 Muladi, Bahan Ajar Penegakan Hukum Dibidang
Pertanggungjawaban Pidana Dua Pengertian Dasar Sumber Daya Alam Dengan Pendekatan Multidoor,
Dalam Hukum Pidana (Jakarta: Akasara Baru, Bagian Tindak Pidana Korporasi, Redd+ (Jakarta,
1983). 2012).
9 Sudarto, Hukum Dan Perkembangan Masyrakat 12 James A. Black and Dean J. Champion, Metode Dan
(Bandung: Sinar baru, 1983). Masalah Penelitian Sosial, Terjemahan E. Koswara
10 Muladi dan Dwidjo Prianto, Opcit. hlm 5 et. All., III. (Bandung: Refika Aditama, 2001).

340
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

dianalisis; tekhnik analisis data: kualitatif.13 perusahaan atau korporasi sebagai subjek
tindak pidana dan karenanya dapat diancam
PEMBAHASAN DAN ANALISIS dengan pidana. Pengertian barang siapa, tidak
mencerminkan secara tersirat bahwa di dalam
Penegakan hukum pidana terhadap korporasi
pengertian itu, suatu perusahaan atau korporasi
sebagai pelaku tindak pidana korupsi di bidang
sebagai subjek yang dapat melakukan tindak pidana
perpajakan di Indonesia, dirasakan belum optimal
dan dapat diancam pidana. Pengakuan korporasi
sebagaimana diharapkan, karena dihadapkan
sebagai “subjek hukum pidana” tersirat dalam
dengan berbagai kendala, baik dari substansi,
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Aparatur maupun budaya hukum. Pasal 5914 sekalipun tidak eksplisit dan maksud
Untuk membahas dan menganalisis pembentuk KUHP sesungguhnya “melindungi”
pokok permasalahan tentang penegakan hukum pengurus yang beritikad baik, dalam kalimat Pasal
pidana terhadap korporasi sebagai pelaku 59 disebut “tidak turut campur...”. KUHP Pasal 59,
tindak pidana korupsi di bidang perpajakan, bukan ketentuan penegasan bahwa pengurus juga
sebagaimana dikemukakan diatas, digunakan adalah serta merta penanggung jawab atas tindak
sebagai pisau analisis berdasarkan Teori Sistem pidana yang dilakukan oleh salah satu anggotanya
Hukum, Lawrence Meir Friedman, seorang ahli dan pembentuk KUHP masih terpengaruh oleh
sosiologi hukum dari Stanford University, yang doktrin klasik “universitas delinquere no potest”.
mengatakan, bahwa penegakan hukum yang baik Pasal di atas selain mengakui kemungkinan
ditentukan oleh tiga elemen utama dari sistem celah hukum bagi tanggung jawab pidana
hukum (legal system), yaitu: substansi/ isi hukum korporasi akan tetapi pertanggungjawaban itu di
(legal substance); struktur/pranata hukum (legal batasi, hanya pada pelaku (dader) langsung dalam
structure); dan budaya hukum (legal culture). perbuatan korporasi, dan menjadi pertanyaan
A. Penegakan Hukum Pidana terhadap apakah kemudian menjadi tertutup penerapan
Korporasi sebagai Pelaku Tindak Pidana ketentuan KUHP Pasal 55 dan 56? Ketentuan Pasal
Korupsi Bidang Perpajakan. 59 KUHP yang lahir pada Tahun 1818, tentu tidak
Pemberantasan korupsi di sektor perpajakan cocok lagi dengan status hukum suatu perseroan
telah dilakukan oleh pemerintah dengan terbatas saat ini, yaitu memiliki organ perseroan
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun (Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan
2011 dan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun anggota Dewan Komisaris)15 di mana RUPS
2011. Kedua instrumen hukum tersebut merupakan organ tertinggi dalam suatu perseroan
merupakan upaya sistimatis untuk mencegah dan terbatas. Pertanyaan muncul adalah apakah
memberantas tindak pidana korupsi di sektor mungkin dalam suatu perseroan, salah seorang
perpajakan. Namun dalam pelaksanaannya upaya anggota pengurus (direksi) atau anggota dewan
tersebut belum maksimal karena menghadapi komisaris, dapat terhindar dari “turut campur”
berbagai kendala, antara lain sebagai berikut: dalam setiap keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)? Pertanyaan di atas, merupakan
1. Substansi Hukum (Legal Substance).
juga alasan mengapa pembentuk Undang-undang
Dilihat dari segi Substansi, materi, isi Nomor 40 Tahun 2007 memasukkan ketentuan
hukum, penegakan hukum pidana terhadap Pasal 155 sebagai bentuk tanggung jawab renteng
korporasi sebagai pelaku tindak pidana korupsi di baik secara hukum perdata maupun hukum
bidang perpajakan, dihadang oleh kendala yuridis, pidana16.
antara lain:
1.1. Belum ada Pengaturan Korporasi Sebagai
14 Pasal 59 KUHP:”:” Dalam hal-hal dimana karena
Pelaku Tindak Pidana Perpajakan
pelanggaran ditentukan pidana terhadap pengurus,
Sejak diberlakukan KUHP Belanda (1818), anggota-anggota dan pengurus atau komisaris-
dan melalui asas konkordansi diberlakukan di komisaris, maka pengurus, anggota badan pengurus
atau komisaris yang ternyata tidak ikut capmur
seluruh Indonesia dengan UU RI Nomor 73 Tahun
melakukan pelanggaran tidak dipidana”
1958, belum mengakui secara komprehensif, 15 Pasal 1 angka 2 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
16 Pasal 155 UU RI Nomor 40 Tahun 2007
13 Peter Mahmud Marzuki, op.cit., hlm. 172-202 berbunyi:”Ketentuan mengenai tanggung jawab

341
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Perkembangan pemikiran bahwa suatu Perseroan Terbatas, dalam praktik sering


korporasi sebagai subjek tindak pidana dan dapat dipertanyakan bukan masalah tanggung jawab
dipertanggungjawabkan secara pidana dilandaskan keperdataannya melainkan tanggung jawab
pada pemikiran abstraksi-logis merujuk pada pidana, yang sering tumpang tindih sehingga
pengalaman empiris di mana korporasi telah menimbulkan wilayah abu-abu (grey-area)
digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan tentang kapan (tempus delicti) tindakan atau
suatu tindak pidana atau digunakan sebagai sarana keputusan direksi dapat dipertanggungjawabkan
untuk menampung hasil suatu tindak pidana dan berdasarkan hukum pidana dan juga secara
korporasi dianggap telah memperoleh keuntungan perdata dan siapa serta bagaimana korporasi harus
dari tindak pidana tersebut17. Perkembangan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
pemikiran di atas mengenyampingkan doktrin Dalam praktik hukum di Indonesia belum
klasik, “universitas delinquere non potest” dan ada solusi yang diterima secara utuh oleh para
memperkuat teori identifikasi atau teori pelaku praktisi dan akademisi hukum karena disatu sisi
fungsional (functionele dader). Di dalam era sering menimbulkan sengketa berkepanjangan
perkembangan ekonomi global abad 21, dari para pihak, dan di sisi lain, telah melibatkan
tampaknya kedua teori tersebut memperoleh penyidik dan terkadang tampak jauh melebihi
kepercayaan masyarakat internasional18 terutama batas kewenangannya berdasarkan peraturan
terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan perundang-undangan yang berlaku21.
pengelolaan sumber daya alam, ekspor dan impor, Tanggung jawab pidana korporasi di
perbankan, serta sumber pendapatan negara
Indonesia telah diakui sejak Tahun 1955, melalui
terutama pajak. Dalam kedua konsep hukum
UU RI Nomor 7/Drt/1955 jo UU Nomor 1
tanggung jawab korporasi tersebut terkait konsep
Tahun 1961 tentang Pengusutan, Penuntutan
hukum keperdataan yang dikenal dengan, “Ultra
dan Pengadilan Tindak Pidana Ekonomi sampai
Vires”.19
saat ini. Penempatan tanggung jawab pidana
Perkembangan sistem hukum pidana korporasi di dalam undang-undang pidana di
Indonesia tersebut berpijak pada kenyataan bahwa luar KUHP merupakan penghalusan hukum
sering korporasi dijadikan tameng perbuatan terhadap ketentuan KUHP Pasal 59 yang masih
korporasi yang digunakan sebagai sarana untuk mengandung keragu-raguan dan pembatasan
melakukan tindak pidana atau merupakan organ sebagaimana pernyataan saya pada awal tulisan
yang menampung hasil tindak pidana20. ini. Sejak penempatan korporasi sebagai subjek
Merujuk pada tanggung jawab korporasi tindak pidana dalam Undang-undang Darurat (UU
di dalam UU RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Drt) tersebut, di dalam beberapa undang-undang
pidana khusus lain (lex specialis) ditetapkan
kemudian korporasi sebagai subjek tindak pidana.
Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris atas
kesalahan dan kelalaiannya yang diatur dalam Secara faktual ternyata korporasi sebagai
Undang-Undang ini tidak mengurangi ketentuan subjek hukum pidana, dengan melihat kepada
yang diatur dalam Undang-Undang tentang Hukum perkembangan masyarakat sudah dikenal,
Pidana”.
Kasus perbankan Hendra Rahardja dan kasus
walaupun perkembangan sebagai subjek tindak
17
Nazarudin dalam perkara wisma atlet; serta kasus pidana belum begitu lama dikenal. Sebagai contoh
BLBI dan kasus Century. Kasus terakhir dan di Amerika, korporasi diterima sebagai subjek
mengemuka adalah perkara penggelapan pajak PT hukum pidana sejak tahun 1909 dalam kasus New
MG York Central and River R.R.v. United States22.
18 Kasus Enron dan World.com; kasus Goldman &
Sachs; kasus British Petroleum (BP) dan kasus Sejak tahun 1951 dalam Undang-undang
Lockheed di Belanda. Penimbunan Barang-barang, dan baru secara luas
19 Ultra Vires:”Unauthorized, beyond the scope of dikenal dalam Undang-Undang No. 7 Drt
power allowed or granted by a corporate charter or
by law; the officer was liable for the firm’s ultra vires
actions”..(Black’s Law Dictionary, 1996, page 730).
20 Kasus Hambalang dan kasus pengadaan alat 21 Contoh putusan Pengadilan Tipikor dalam perkara
laboratorium di beberapa Universitas oleh PT Hotasi Nababan —kasus pesawat Merpati
Group Permai; kasus BLBI (Tahun 1998) dan kasus 22 Muladi and Dwidja Prayitno, Pertanggungjawaban
Century (Tahun 2008). Terbanyak kasus perbankan Pidana Korporasi (Bandung: Prenada Media Group,
dengan alasan kredit macet 2010).

342
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi23. Sehubungan dengan asas “tiada pidana tanpa
Akan tetapi secara umum, sebagaimana yang kesalahan”, Roeslan Saleh berpendapat: “...dasar
tercantum dalam KUHP (Pasal 59), subjek tindak daripada adanya perbuatan pidana adalah asas
pidana korporasi belum dikenal, dan yang diakui legalitas, yaitu asas yang menentukan bahwa
sebagai subjek hukum dalam tindak pidana secara sesuatu perbuatan adalah terlarang dan diancam
umum adalah “orang”24. Adalah merupakan realita dengan pidana barang siapa yang melakukan nya,
bahwa dewasa ini korporasi semakin memegang sedangkan dasar dipidananya pembuat adalah asas
peranan penting dalam kehidupan masyarakat, “tidak dipidana jika tidak ada kesalahan.”
khususnya dalam bidang perekonomian. Keraguan Status hukum suatu perseroan terbatas saat
menempatkan korporasi sebagai subjek hukum ini, yaitu memiliki organ perseroan (Rapat
pidana yang dapat melakukan tindak pidana dan Umum Pemegang Saham, Direksi dan anggota
sekaligus dapat dipertanggungjawabkan dalam Dewan Komisaris)29 dan RUPS merupakan organ
hukum pidana sudah bergeser. tertinggi dalam suatu perseroan terbatas. Apakah
Doktrin yang mewarnai W.V.S Belanda mungkin dalam suatu perseroan, salah seorang
1886, yakni “universitas delinguere non potest” anggota pengurus (direksi) atau anggota dewan
atau “societas delinguere non potest” (badan komisaris, dapat terhindar dari setiap keputusan
hukum tidak dapat meakukan tindak pidana), RUPS? Mengapa pembentuk UU RI Nomor
sudah mengalami perubahan sehubungan dengan 40, memasukkan aspek hukum pidana ke dalam
diterimanya konsep pelaku fungsional (functioneel urusan hukum perdata tergambar dari ketentuan
dadershap)25 Menurut Rowling, pembuat delik KUH Perdata, bab kedua tentang Perikatan,
memasukan korporasi ke dalam functioneel khususnya Pasal 1320 dan Pasal 1321. KUH
dadershap, oleh karena korporasi dalam dunia Perdata Pasal 1321, yang menyatakan bahwa:
modern mempunyai peranan penting dalam kesepakatan suatu perjanjian menjadi tidak sah
kehidupan ekonomi yang mempunyai banyak jika terdapat kekhilafan atau diperoleh karena
fungsi yaitu sebagai pemberi kerja, produsen, paksaan atau penipuan. Dengan UU RI Nomor
penentu harga, pemakai devisa, dan lain-lain26. 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas, telah
Asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (nulla dimasukkan ketentuan Pasal 155 sebagai bentuk
poena sine culpa; geen straaf zonder schuld; tanggung jawab renteng-kolektif, direksi dan
actus non facit reum) sampai saat ini masih anggota dewan komisaris dari tanggung jawab
berlaku sebagai prinsip umum di berbagai negara, hukum pidana30.
termasuk Indonesia27. Pertanggungjawaban Perihal korporasi sebagai subjek hukum
pidana hanya dapat dimintakan terhadap orang terkait tanggung jawab pidana di Indonesia telah
yang nyata-nyata melakukan kesalahan, jika ia diakui sejak tahun 1955, melalui UU RI Nomor
melakukan suatu tindak pidana. Dalam konsep 7/Drt/1955 jo UU No. 1 tahun 1961 tentang
pertanggungjawaban pidana (criminal liability), Pengusutan, Penuntutan dan Pengadilan Tindak
terkandung ajaran kesalahan (schuld, mens rea)28. Pidana Ekonomi sampai saat ini. Penempatan
tanggung jawab pidana korporasi di dalam
23 Andi Hamzah, Tanggung Jawab Korporasi Dalam
undang-undang pidana di luar KUHP merupakan
Tindak Pidana Lingkungan Hidup (Jakarta, 1989). penghalusan hukum terhadap ketentuan KUHP
24 Pasal 59 KUHP menyatakan: Dalam hal-hal dimana Pasal 59 yang masih mengandung keragu- raguan
karena pelanggaran ditentukan pidana terhadap dan pembatasan sebagaimana pernyataan penulis
pengurus, anggota-anggota badan pengurus, atau
komisaris-komisaris, maka pengurus, anggota
pada awal tulisan ini. Sejak penempatan
badan pengurus atau komisaris yang ternyata
tidak ikut campur melakukan pelanggaran tindak
Pertanggungjawaban Pidana (Jakarta: Aksara Baru,
pidana.
1983).
25 Muladi, “Fungsionalisasi Hukum Pidana Di
29 Pasal 1 angka 2 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Dalam Kejahatan Yang Dilakukan Oleh Korporasi”
Perseroan Terbatas.
(Universitas Diponegoro, 1989).
30 Pasal 155 UU RI Nomor 40 Tahun 2007 berbunyi:
26 A.Z. Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana (Jakarta:
“Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi dan/
Pradnya Paramita, 1983).
atau anggota Dewan Komisaris atas kesalahan dan
27 Moeljatno, Perbuatan Pidana Dan kelalaiannya yang diatur dalam Undang-Undang
Pertanggungjawaban Pidana (Jakarta: Bina Aksara, ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam
1983).
Undang-Undang tentang Hukum Pidana”.
28 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana Dan

343
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

korporasi sebagai subjek tindak pidana dalam UU perundang-undangan pidana tersebut di atas telah
Drt tersebut, di dalam beberapa undang-undang dicantumkan bahwa pengertian “setiap orang”
pidana khusus lain (Lex Specialis) ditetapkan adalah orang perorangan atau korporasi baik
kemudian korporasi sebagai subjek tindak pidana. berbadan hukum atau tidak berbadan hukum;32
Di dalam setiap undang-undang pidana sehingga dalam sistem hukum pidana Indonesia,
pasca reformasi telah diakui bahwa korporasi korporasi eksplisit diakui sebagai subjek tindak
termasuk subjek hukum yang dapat dimintakan pidana dan tidak ada lagi keragu-raguan mengenai
pertanggungjawaban pidana, seperti di dalam UU hal tersebut.
RI Nomor 31 tahun 1999 yang diubah dengan UU Perkembangan sistem hukum pidana
RI Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Indonesia tersebut berpijak pada kenyataan bahwa
Tindak Pidana Korupsi, UU RI Nomor 8 tahun sering korporasi dijadikan “kedok” (shields)
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan perbuatan korporasi yang digunakan sebagai
Tindak Pidana Pencucian Uang, UU RI Nomor 35 sarana untuk melakukan tindak pidana atau
tahun 2009 tentang Pemberantasan Tindak Pidana merupakan organ yang menampung hasil tindak
Terorisme, dan UU RI Nomor 9 tahun 2015 pidana33.
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Korporasi dapat melakukan perbuatan
Terorisme. Subjek hukum korporasi yang dapat yang bersifat tercela, sehingga korporasi patut
dipertanggungjawabkan secara administratif dan diminta pertanggungjawaban pidana, bagaimana
secara pidana terdapat di dalam berbagai undang- bentuk pertanggungjawaban pidana suatu
undang administratif yang diperkuat sanksi pidana korporasi, doktrin hukum pidana telah mengakui,
atau hukum pidana administratif-administrative “respondeat superior” dan “vicarious liability”34
penal law, seperti UU RI Nomor 6 tahun 1983 dengan dasar teori identifikasi. Selalin dua bentuk
yang diubah keempat kalinya dengan UU RI pertanggungjawaban pidana koirporasi tersebut,
Nomor 16 tahun 2009, UU RI Nomor 6 tahun juga perbuatan korporasi yang bersifat “ultra
2011 tentang Keimigrasian, dan UU RI Nomor 23 vires” dapat dikonstruksikan sebagai perbuatan
tahun 2012 tentang Administrasi Kependudukan. melawan hukum perdata (onrechtmatige daad)35
Selain itu, di dalam berbagai UU terkait keuangan atau dalam konteks organisasi pemerintah,
dan perbankan seperti UU RI Nomor 5 tahun 1985 disebut perbuatan melawan hukum pemerintah
tentang Pasar Modal, UU RI Nomor 11 tahun 2008 (onrechtmatige overheids daad)36.
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Ditinjau dari segi substansi hukum (Legal
Pertanggungjawaban suatu korporasi Substance)/materi peraturan perundang-undangan,
sebagai subjek tindak pidana dan dapat antara lain menyatakan, bahwa sesuai penjelasan
dipertanggungjawabkan secara pidana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
dilandaskan pada pemikiran abstraksi-logis Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
merujuk pada pengalaman empiris bahwa
korporasi telah digunakan sebagai sarana untuk
melaksanakan suatu tindak pidana atau digunakan 32 Pengertian “setiap orang” juga dicantumkan dalam
sebagai sarana untuk menampung hasil suatu Pasal 205 RUU KUHP, dan di dalam peraturan
tindak pidana dan korporasi dianggap telah perundang-undangan pidana khusus dan
administratif.
memperoleh keuntungan dari suatu perbuatan 33 Kasus Hambalang dan kasus pengadaan alat
yang telah merugikan kepentingan orang lain atau laboratorium di beberapa Universitas olah PT
korporasi lain31. Perkembangan pemikiran di atas Group Permai; kasus BLBI (Tahun 1998) dan kasus
sekaligus mengenyampingkan doktrin klasik, Century (Tahun 2008). Terbanyak kasus perbankan
dengan alasan kredit macet.
“societas delinquere non potest”, dan 34 “Respondeat Superior”: The doctrine holding an
memperkuat teori identifikasi atau teori pelaku employer or principal liable for the employee’s or
fungsional (functionele dader). Di dalam peraturan agent’s wrongful act committed within the scope of
the employment or agency” (Blak’s Law Dictionary,
1996, hlm. 609).
31 Kasus perbankan Hendra Rahardja dan kasus 35 Marjanne, Termorhuizen, “Kamus Hukum Belanda-
Nazarudin dalam perkara wisma atlet; serta kasus Indonesia; Pradnja Paramita,... Perbuatan Melawan
BLBI dan kasus Century. Kasus terakhir dan Hukum (onrechtmatige daad):....
mengemuka adalah perkara penggelapan pajak PT 36 Mertokusumo, Sudikno, “Perbuatan Melawan
AAG. Hukum Pemerintah”;....

344
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Pasal 38 sebagaimana telah diubah terakhir tindak pidana pajak, berikut akan diuraikan
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 contoh kasus tindak pidana pajak yang sudah
(UU KUP), diatur bahwa pelanggaran terhadap mempunyai kekuatan hukum tetap yang tertuang
suatu kewajiban perpajakan yang dilakukan dalam Putusan Mahkamah Agung, yaitu: 1. Kasus
oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut dengan terdakwa Suwir Laut alias Lie Che Sui
tindakan administratif perpajakan, dikenai sanksi dengan Nomor: 2239.K/Pid. Sus/2012 Mahkamah
administrasi dengan menerbitkan Surat Ketetapan Agung menghukum terdakwa selama 2 (dua)
Pajak dan Surat Tagihan Pajak. Sedangkan yang tahun percobaan 3 (tiga) tahun dengan syarat
menyangkut tindak pidana pajak dikenai sanksi khusus agar perusahaan yang tergabung dalam
pidana. Asian Agri Group membayar denda senilai 2x
Dengan demikian perbuatan yang diancam Rp. 1.259.977.695.652 = 2.519.955.391.304”39. 2.
dengan sanksi pidana adalah perbuatan atau Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2239 K/P1D.
tindakan yang bukan pelanggaran administratif SUS/2012, dengan Terdakwa SUWIR LAUT alias
melainkan merupakan tindak pidana di bidang LIU CHE SUI alias ATAK dalam Kasus Tindak
perpajakan, yaitu suatu perbuatan yang Pidana di Bidang Perpajakan (Asian Agri Group);
melanggar peraturan perundang-undangan pajak 3.Putusan Mahkamah Agung Nomor: 54 L/PID.
yang menimbulkan kerugian keuangan negara SUS/2014 dalam perkara Terdakwa Dra. Budiati,
pelakunya diancam hukuman pidana37. dalam kasus tindak pidana bidng perpajakan.
Kepala Biro Hukum dan Humas Mahkamah Komariah Emong Saparjaya, berpendapat
Agung Republik Indonesia Ridwan Mansyur bahwa pada mulanya memang sulit diterima
menjelaskan tentang contoh kasus penggelapan bahwa badan hukum dapat melakukan tindak
Pajak oleh Wajib Pajak (perorangan dan badan pidana, karena badan hukum bukanlah subjek
hukum) yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim hukum dari hukum Pidana. Sejak KUHP dibuat
Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia. sudah terlihat bahwa subjek hukum pidana
hanyalah orang pribadi (alami). Hal tersebut
Di Indonesia, pertanggungjawaban badan
disebabkan bukan saja karena rumusan tindak
hukum atau yang ada dalam akademis juga
pidana dalam KUHP dimulai dengan perkataan
disebut pertanggungjawaban korporasi, melalui
barang siapa, melainkan juga karena bunyi KUHP
penyelenggaraan seminar nasional kejahatan
Pasal 59 yang membatasi diri kepada pengurus
korporasi tanggal 23-24 November 1989 di
atau komisaris-komisaris secara pribadi, yang
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
menyatakan: Dalam hal-hal dimana karena
Semarang Mardjoeno Reksodieputro, sebagaimana
pelanggaran ditentukan pidana terhadap pengurus,
dikutip dari Kartono38, antara lain menjelaskan,
anggota-anggota badan pengurus atau komisaris-
bahwa sekalipun konsep pertanggungjawaban
komisaris maka yang ternyata tidak ikut campur
pidana korporasi atau badan usaha telah diadopsi
pun melakukan pelanggaran, tidak dipidana40.
oleh berbagai undang-undang pidana Indonesia
diluar KUHP, kasus-kasus pidana yang dilakukan Mardjono Reksodiputro berpendapat senada
oleh korporasi. dengan Oemar Seno Adjie yang berpendapat
bahwa KUHP Indonesia masih menganut asas
Pengadilan di Indonesia belum pernah
umum karena suatu tindak pidana hanya dapat
menjatuhkan hukuman pidana kepada Korporasi.
dilakukan oleh manusia (natuurlijk person)
Hal ini dapat dilihat sebagaimana contoh
sehingga fiksi badan hukum (rechts person)
beberapa kasus tindak pidana korupsi dalam
tidaklah berlaku dalam hukum pidana, kecuali
bidang perpajakan yang dilakukan oleh korporasi.
peraturan perundang-undangan diluar KUHP41.
Untuk memberikan gambaran mengenai
Selengkapnya, KUHP Pasal 59 menyatakan:
pertanggungjawaban pidana korporasi dalam
39 Mansyur, “PT Asian Agri Telah Diputuskan Oleh
37 Muhammad Djafar Saidi, Djafar, and Merdekawati, Mahkamah Agung Untuk Membayar Denda Ke
Kejahatan Di Bidang Perpajakan. Negara Sebesar Rp 2,5 Triliun. Apa Reaksi Asian
38 Kartono, tanggung jawab Pidana Perusahaan Agri?”
Industri dalam Tindak Pidana Pajak, Thesis Magister 40 Emong Sapardjaya, Buku Ajar Pelatihan Penegakan
Program Pascasarjana Universitas Erlangga, hlm Hukum Terpadu, Lingkungan Hidup Dan Sumber
35 – 55 Dalam Rahmdi, Hukum Lingkungan Di Daya Alam, Redd +.
Indonesia. 41 Ibid.

345
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

“Dalam hal menentukan hukuman karena pidana, bahwa crimes are early commited for
pelanggaran terhadap pengurus, anggota salah the corporate, and not against, yang kedua
satu pengurus atau komisaris maka hukuman tidak sering dinamakan employee crimes sedangkan
dijatuhkan atas pengurus/komisaris, jika nyata yang ketiga merupakan korporasi yang sengaja
pelanggaran itu telah terjadi diluar tanggungan”42. dibentuk dan dikendalikan untuk melakukan
Istilah pertanggungjawaban baik yang kejahatan46 pidana, dengan menggolongkannya
merupakan for corporation maupun corporate menjadi; (1) crime for corporation, (2) crime
criminal (corporaties misdaad) meningkat43. against corporation dan (3) criminal corporatin,
Istilah pertanggungjawaban pidana korporasi yang kesemuanya tersebut, sebenarnya merupakan
merupakan padanan atau terjemahan dari istilah kejahatan korporasi (corporate crime), dalam hal
dalam bahasa inggris yaitu criminal liabillty, yang ini dapat dikatakan istilah-istilah tersebut
dalam ranah hukum pidana berkaitan dengan mempunyai persamaan yaitu berkaitan dengan
bidang pertanggungjawaban pidana yang semula kejahatan korporasi, namun dapat dibedakan
hanya manusia sebagai subjek tindak pidana dengan mendasarkan pelaku dan hasil kejahatan
artinya hanya manusia yang dapat dibebani diperoleh.
dengan pertanggungjawaban pidana dan karena itu Komariah Emong Sapardjaya, berpendapat
dapat dijatuhi pidana. Tetapi dalam perkembangan bahwa korporasi sebagai subjek tindak pidana,
hukum pidana di Indonesia telah timbul pemikiran mengalami perkembangan secara bertahap,
dari kalangan ahli hukum akademisi dan dari yang pada awal perkembangannya ditandai
kalangan pembentuk undang-undang atau dengan usaha-usaha agar sifat tindak pidana
parlemen, bahwa sebaiknya bukan hanya manusia yang dilakukan korporasi dibatasi pada
yang dapat dijatuhi sanksi pidana melainkan juga perorangan (naturelijk person), sehingga tindak
korporasi. pidana korporasi dianggap dilakukan pengurus
Dalam pengertian sempit yang dimaksud korporasi47. Korporasi sebagai subjek atau pelaku
korporasi adalah badan hukum atau badan usaha44 tindak pidana sebenarnya juga telah dikenalkan
dan dalam pengertian yang luas korporasi tidak dalam peraturan perundang-undangan Indonesia
terbatas pada badan hukum saja melainkan juga sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 17
termasuk kelompok yang terorganisasi. tahun 195148.
Membahas tentang kejahatan korporasi atau 1.2. Asas Legalitas.
badan hukum akankah tetap membuka adanya Ditilik dari segi Substansi Hukum teori
kemungkinan untuk menuntut dan mempidanakan Lawrence Meir Friedman, disebut sebagai sistem
individu-individu, termasuk para pengurus atau substansial yang menentukan bisa atau tidaknya
manajer disamping badan hukum itu sendiri? hukum itu dilaksanakan. Substansi juga berarti
Namun demikian peran manusia atau individu- produk yang dihasilkan oleh orang yang berada
individu tetap penting, dan oleh karena itu mereka dalam sistem hukum yang mencakup keputusan
tetap perlu atau menjadi sasaran penuntutan45. yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka
Muladi dan Dwijo Priyatno menyatakan susun. Substansi juga mencakup hukum yang
bahwa korporasi dapat melakukan tindak hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada
dalam kitab undang-undang (law books). Sebagai
negara yang masih menganut sistem Civil Law
42 Soesilo, Kitab Undang–Undang Hukum Pidana Sistem atau sistem Eropa Kontinental (meski
(KUHP) Serta Komentar–Komentarnya Lengkap sebagian peraturan perundang-undangan juga
Pasal Demi Pasal.
43 Muladi, Bahan Ajar Penegakan Hukum Dibidang telah menganut Common Law System atau Anglo
Sumber Daya Alam Dengan Pendekatan Multidoor,
Bagian Tindak Pidana Korporasi, Redd+. 46 Muladi and Prayitno, Pertanggungjawaban Pidana
44 Dalam UU No.32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Korporasi.
Lingkungan Hidup, korporasi disebut sebagai 47 Komariah Emong Sapardjaya, Tanggung Jawab
badan usaha, Pasal 1 butir 32 atau Pasal 116 s/d 119 Pidana Badan Hukum Korporasi Bahan Ajar
UU No. 32 Tahun 2009 korporasi disebut sebagai Penegakan Hukum Terpadu Dengan Pendekatan
badan usaha, Pasal 1 butir 32 atau Pasal 116 s/d Multidoor Dalam Penanganan Sumber Daya Alam
119 UU No. 32 Tahun 2009, himpunan peraturan – Lingkungan Hidup Di Atas Hutan Dan Lahan
perundang – undangan, fokus media, Jakarta, Gambut, Redd +, (Jakarta, 2012).
45 Rahmdi, Hukum Lingkungan Di Indonesia. 48 Ibid.

346
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Saxon) dikatakan hukum adalah peraturan yang hukum yang menentukan dalam tahap aplikasi.
tertulis sedangkan peraturan yang tidak tertulis Dalam hal ini, asas ini menjadi penting bagi aparat
bukan dinyatakan hukum. penegak hukum untuk menentukan aturan mana
Sistem ini mempengaruhi sistem hukum akan diterapkan terhadap suatu peristiwa. Aparat
di Indonesia, yaitu: asas legalitas dalam KUHP penegak akan melihat pada aturan-aturan yang ada
Pasal 1 Ayat 1 dikenal Asas Nullum Dilectum dan berlaku, mana yang bersifat umum dan mana
Nula Poena Sine Previalege…….“tidak ada suatu yang bersifat khusus49.
perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak Dalam hukum pidana Indonesia, asas ini
ada aturan yang mengaturnya”. terkandung dalam KUHP Pasal Ayat (2), “jika
Dalam kondisi existing saat ini, belum ada suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan na
peraturan perundang-undangan pidana yang secara yang umum, diatur pula dalam aturan pidana yang
tegas mengatur suatu korporasi (badan hukum) khusus, yang khusus itulah yang diterapkan”. Pasal
dapat dipidana. Sehingga bisa atau tidaknya ini menegaskan perlakuan (validitas) aturan pidana
suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum apabila yang khusus ketika mendapati ‘perbuatan’ yang
perbuatan tersebut telah diatur dalam peraturan masuk baik ke dalam aturan pidana yang umum
perundang-undangan. dan aturan pidana yang khusus50. Pemberlakuan
asas ini bukan hanya terhadap adanya undang-
Selain itu, dalam penegakan hukum pidana
terhadap korporasi sebagai pelaku tindak undang khusus, tetapi juga terhadap undang-
undang administratif di dalamnya memuat aturan
pidana korupsi di bidang perpajakan ini, terjadi
pidana (administratiefstrafrecht). Termasuk aturan
penyimpangan prinsip utama hukum pidana
tentang tindak pidana pertanggungjawaban pidana
umum dalam perundang-undangan pajak, yaitu:
dan pemidanaan yang tercantum dalan Undang-
pengampunan/pemutihan pajak, yaitu pemajakan
Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana
atas sesuatu yang batal, karena hukum dengan
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
cara membuka kesempatan dalam jangka waktu
16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
tertentu untuk mendaftarkan harta benda wajib
Cara Perpajakan (Undang-Undang tentang KUP).
pajak (yang diperoleh secara melanggar hukum)
untuk ditetapkan sebagai objek pajak tanpa Ketetuan tindak pidana yang berkaitan
pengusutan pidana. dengan masalah perpajakan di dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan juga terdapat di
Dalam penegakan hukum pidana, tidak
dalam KUHPtidak secara komprehensif membahas
ada tuntutan apapun terhadap orang yang sudah
mengeni ketentuan perpajakan, seperti ketentuan
meninggal. Sedangkan dalam hukum pajak masih
mengenai Pemalsuan pada Pasal 263 Ayat (1)
dimungkinkan mengharuskan pihak ahli waris
KUHP dan ketentuan mengenai Penggelapan pada
membayar denda/biaya penyitaan atas dasar
Pasal 372 dan Pasal 374 KUHP51.
hukum pidana fiskal. Artinya, dalam hukum
pidana fiskal dapat dijatuhkan hukuman yang Penerapan delik korupsi terhadap
tidak berdasar atas kesalahan si terhukum sendiri. pelanggaran sektor perpajakan, tidak terlepas dari
Selain itu, dalam hukum pidana, sasarannya hanya adanya keuangan negara yang dirugikan, baik dari
orang-orang pribadi, sedangkan dalam hukum sektor perpajakan maupun korupsi, sehingga unsur
pidana pajak/fiskal dapat menjatuhkan hukuman kerugian negara mutlak harus ada. Mengenai hal ini,
pidana berupa denda terhadap badan hukum. terdapat tata cara yang berbeda tentang “kerugian
keuangan negara”, yaitu meskipun perbuatannya
1.3. Asas Lex Specialis Peraturan Perundang-
merugikan keuangan negara atau dapat merugikan
undangan Perpajakan.
keuangan negara, kesalahan baik pihak terafiliasi
Salah satu asas penting di dalam hukum yang yang terdiri wajib pajak, kuasa dan petugas pajak,
mempengaruhi penerapan aturan-aturan hukum tidak dapat dijerat oleh undang undang pidana
adalah asas “specialis derogat legi generali”,
yang secara sederhana berarti aturan yang bersifat
khusus (specialis) mengkesampingkan aturan 49 Triyono Martanto, “Penerapan Sanksi Pidana Atas
Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan
yang bersifat umum (generali). Sebagai asas Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”
yang mengatur penggunaan kewenangan, “lex (Universitas Padjajaran, 2010).
specialis derogat legi generali” merupakan asas 50 Ibid.
51 Ibid.

347
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

lain (Undang-Undang tentang Tipikor), selain undang ini sebagai tindak pidana korupsi”. Oleh
undang-undang pajak, karena merupakan lex karenanya, pidana yang diatur dalam undang-
specialis. Profesor Andi Hamzah menyatakan undang perpajakan tidak dapat menjadi tindak
bahwa dengan sengaja melaporkan SPT yang pidana korupsi apabila dalam undang-undang
tidak benar sehingga merugikan negara adalah tersebut tidak mencantumkan ketentuan yang
perbuatan melawan hukum. Undang-Undang menyatakan bahwa “pelanggaran terhadap
tentang perpajakan telah mengaturnya sebagai ketentuan undang-undang tersebut sebagai tindak
delik tersendiri dan merupakan lex specialis yang pidana korupsi”54. Dalam Undang-Undang Nomor
menyingkirkan ketentuan yang bersifat umum 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan
yaitu Undang-Undang tentang Pemberantasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Tindak Pidana Korupsi. Merujuk pada pendapat Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan telah
Profesor Andi Hamzah, maka Undang-undang dimuat ketentun yang isinya sama dengan materi
pajak dapat dikategorikan sebagai lex specialis yang dimaksud Undang-Undang tentang
systematic, yaitu lex specialis ditujukan terhadap Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 14,
subjek hukum tertentu, wajib pajak dan pegawai yaitu dimuat dalam Pasal 36A Ayat (3) dan Pasal
pajak52. 43A Ayat (4).
Undang-undang tentang perpajakan secara 2. Struktur/Pranata, Aparatur Hukum
tegas menyatakan bahwa tindak pidana perpajakan (Legal Structure)
“dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Dilihat dari kondisi existing saat ini,
negara”, sementara Undang-Undang Tipikor keberhasilan penegakan hukum ini juga erat
sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 2 Ayat (1) kaitannya dengan struktur hukum, yaitu kerangka
dan Pasal 3 juga merumuskan timbulnya akibat bentuk yang permanen dari sistem hukum yang
yaitu” dapat merugikan keuangan negara atau menjaga proses tetap berada di dalam batas-
perekonomian negara”. Oleh karenanya sesuai batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah serta ukuran
dengan asas penerapan hukum pidana terhadap pengadilan, yurisdiksinya (jenis perkara yang
undang-undang yang mengatur tindak pidana diperiksa serta hukum acara yang digunakan),
dengan objek yang sama, diberlakukan hukum termasuk di dalam struktur ini juga mengenai
yang secara khusus mengatur materi tindak penataan badan legislatif.
pidana tersebut. Keuangan negara menjadi objek
Teori hukum, Lawrence Meir Friedman
tindak pidana perpajakan adalah keuangan sektor
tentang Struktur Hukum/Pranata Hukum: Dalam
perpajakan, maka diberlakukan tindak pidana
teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut
di sektor perpajakan. Adapun keuangan negara
sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa
yang bersumber dari dana pajak telah masuk ke
atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan
dalam inventaris keuangan negara (APBN/APBD)
baik. Struktur hukum berdasarkan UU Nomor
adalah keuangan negara yang sudah tidak menjadi
8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari Kepolisian,
domain dalam tindak pidana perpajakan. Jadi
Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana
keuangan negara tersebut menjadi domain hukum
Pidana (Lembaga Pemasyarakatan).
pidana lain, seperti KUHP dan tindak pidana
khusus lainnya sesuai dengan jenis dan bentuk Kewenangan lembaga penegak hukum
tindak pidananya53. dijamin undang-undang. Sehingga dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
Pelanggaran ketentuan pidana dalam undang-
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
undang perpajakan apabila akan ditarik menjadi
pengaruh lain. Hukum tidak dapat berjalan atau
tindak pidana korupsi, maka Undang-Undang
tegak, bila tidak ada aparat penegak hukum yang
Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 14 sebagaimana telah
kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perantasan Tindak Pidana Korupsi, bagusnya suatu peraturan perundang-undangan
mensyaratkan adanya ketentuan yang menyatakan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum
bahwa “pelanggaran terhadap ketentuan undang- yang baik maka keadilan hanya angan-angan.
Lemahnya mentalitas aparat penegak
hukum mengakibatkan penegakan hukum tidak
52 Ibid.
53 Mudzakkir, Op.Cit., hlm. 61 54 Mudzakkir, Op.Cit., hlm. 63

348
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan dan
yang mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan
penegak hukum diantaranya lemahnya pemahaman (BPKP) yang berkoordinasi dengan Komisi
hukum, ekonomi, proses rekrutmen yang tidak Pemberantasan Korupsi telah menyelesaikan
transparan dan lain sebagainya. Sehingga audit investigasi atas penanganan pemeriksaan,
dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum keberatan dan banding pajak terhadap 40 wajib
memainkan peran penting dalam memfungsikan pajak yang pernah ditangani Gayus Tambunan,
hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi yang mencakup 61 putusan Pengadilan Pajak dan
kualitas penegak hukum rendah maka akan ada 2 wajib pajak terkait sunset policy. Dari hasil audit
masalah. Demikian juga, apabila peraturannya itu, 3 wajib pajak dilimpahkan ke KPK, 6 wajib
buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, pajak diusulkan pemeriksaan bukti permulaan
kemungkinan munculnya masalah masih terbuka. pajak dan pemeriksaan ulang, serta sisanya
Masalah yang ditimbulkan dari struktur/ dilakukan upaya administrasi55.
pranata hukum yaitu, sekarang banyak kasus Hal lainnya, bagi wajib pajak yang dinyatakan
penyelewengan kewenangan di ranah penegak melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
hukum kepolisian yang banyak melakukan dalam Undang-undang tentang KUP Pasal 38,
pelanggaran contohnya, banyak polisi lalu lintas selama belum dilimpahkan ke pengadilan,
yang menyalahi aturan seperti melakukan tilang sekalipun telah dilakukan penyidikan dan wajib
tapi akhirnya minta uang, dan melakukan razia, pajak telah mengungkapkan kesalahannya dan
tetapi tidak ada surat tugas, izin dan lain sekaligus melunasi jumlah pajak yang sebenarnya
sebagainnya. Sebagai Penegak hukum seharunya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda
bisa menjadi wadah penampung aspirasi sebesar 2 kali dari jumlah pajak yang kurang
masyarakat, yang terjadi malah menjadi musuh dibayar, maka terhadapnya dapat dilakukan
masyarakat. Hal ini telah menimbulkan rendahnya penghentian penyidikan. Hal ini tentunya
tingkat kepercayaan masyarakat akan eksintensi bertenyangan dengan Undang-Undang Nomor 8
penegak hukum. Tahun 1981 tentang KUHAP.
Di dalam Undang-undang tentang Pelanggaran hukum yang termasuk tindak
Pengadilan Pajak Pasal 33, yang diperkuat oleh pidana perpajakan, seringkali bersinggungan
Undang-Undang tentang Pengadilan Pajak Pasal dengan pelanggaran tindak pidana lain yang
77, menyatakan bahwa, putusan Pengadilan mempunyai kaitan dengan tindak pidana
Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai perpajakan. Tindak pidana lain yang dimaksud
kekuatan hukum tetap. Selain itu, Pengadilan adalah yang dimuat di dalam KUHP dan Undang-
Pajak tidak mengenal kata banding dan kasasi. Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diubah
Undang-undang tentang Pengadilan Pajak Pasal 80 dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Ayat (2) menetapkan, bahwa sebagai pengadilan tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
tingkat pertama dan terakhir, pemeriksaan atas serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
sengketa pajak hanya dilakukan oleh Pengadilan tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pajak. Terhadap putusannya tidak dapat lagi Pidana Pencucian Uang.
diajukan gugatan, banding atau kasasi. Dengan Perbedaan yang sangat tipis antara tindak
demikian, Undang-undang Pengadilan Pajak pidana perpajakan dengan tindak pidana lain yang
telah memposisikan pengadilan ini sebagai badan berkaitan dengan perpajakan, menyebabkan dalam
peradilan yang berdiri sendiri, tanpa melibatkan penerapannya, para aparatur penegak hukum
peranan Mahkamah Agung (MA). MA hanya dituntut kecerdasan pengetahuan, kecermatan
dilibatkan di dalam mekanisme Peninjauan dan kehati-hatiannya, terutama bila akan menarik
Kembali (PK) yang merupakan upaya hukum luar perbuatan pelanggaran ketentuan pidana dalam
biasa dengan syarat yang sangat limitatif. Hal ini perundang-undangan perpajakan sebagai tindak
tntunya bertentangan dengan Undang Undang pidana lain, seperti tindak pidana korupsi.
tentang Kekuasaan Kehakiman.
Sejak diterbitkannya Instruksi Presiden
1/2011 tentang Percepatan Penyelesaian Kasus 55 Wiyoso Hadi, “Saat Bangsa Indonesia Bersama-
Hukum dan Penyimpangan Pajak, Tim Gabungan Sama Berjuang Anti Korupsi Pajak,” Www.Pajak.
Go.Id, www.pajak.go.id.

349
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Tindak pidana perpajakan adalah produk Jenderal Pajak.57 Berdasarkan survey Transparansi
perundang-undangan administrasi yang memiliki Internasional pada tahun 2007, Direktorat Jenderal
sanksi pidana, oleh karenanya problem hukum Pajak tidak masuk lagi sebagai institusi yang
yang muncul terkait dengan pelanggaran dipersepsikan terkorup.58
ketentuan pidana dalam Undang-undang 3. Budaya Hukum (Legal Culture)
Perpajakan, penegakan hukumnya dilakukan
Budaya hukum dalam penegakan hukum,
melalui mekanisme penyelesaian hukum
oleh Lawrence Meier Friedmann, dimaknai
administrasi. Perbuatan pelanggaran tindak pidana
sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial
perpajakan yang terkait dengan rumusan tindak
yang menentukan bagaimana hukum digunakan,
pidana seperti yang tercantum di dalam KUHP
dihindari, atau disalahgunakan. Lawrence Meier
dan Undang-undang tentang Tindak Pidana
Friedman merumuskan budaya hukum sebagai
Korupsi, pelesaiannya harus dilakukan dengan
sikap dan nilai yang ada hubungan dengan hukum
menggunakan dasar hukum Undang-Undang
dan sistem hukum, berikut sikap dan nilai yang
tentang Perpajakan56.
memberikan pengaruh baik positif maupun negatif
Selain itu, putusan pengadilan umum, sering kepada tingkah laku yang berkaitan dengan
Berbenturan dengan Putusan Peradilan Pajak. hukum.
Pengadilan pajak dibentuk berdasarkan Undang-
Demikian juga kesenangan atau ketidak
Undang Nomor 14 Tahun 2002 (Undang-Undang
senangan untuk berperkara adalah bagian dari
tentang Pengadilan Pajak), sebagai badan peradilan
budaya hukum. Oleh karena itu, apa yang
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi
disebut dengan budaya hukum itu tidak lain dari
wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari
keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana
keadilan terhadap sengketa pajak.
sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis
Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam kerangka budaya milik masyarakat umum.
dalam sektor perpajakan antara wajib pajak atau Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang
penanggung pajak dengan pejabat yang disebut budaya hukum adalah keseluruhan sikap
berwenang sebagai akibat dikeluarkannya dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada
keputusan yang dapat diajukan banding atau dalam masyarakat yang akan menentukan
gugatan kepada Pengadilan Pajak. berdasarkan bagaimana seharusnya hukum itu berlaku dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan, masyarakat yang bersangkutan.
termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan
Hubungan antara tiga unsur sistem hukum
berdasarkan Undang-Undang Penagihan Pajak
itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan mekanik.
dengan Surat Paksa.
Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi
Dugaan terjadinya praktik-praktik korupsi adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh
memang ditengarai banyak terjadi pada proses mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja
banding di Pengadilan Pajak. Menurut Indonesian atau siapa saja yang memutuskan untuk
Corruption Watch (ICW), selama tahun 2002- menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta
2009, putusan paling banyak dimenangkan oleh memutuskan bagaimana mesin itu digunakan.
wajib pajak. Total keseluruhan berkas gugatan
Dikaitkan dengan sistem hukum di Indonesia,
dan banding yang masuk ke Pengadilan Pajak
Teori Friedman tersebut dapat dijadikan patokan
selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2009
dalam mengukur proses penegakan hukum di
adalah sebanyak 22.249 berkas, dimana hanya
Indonesia. Polisi adalah bagian dari struktur
sebanyak 16.9 (76,2 %) berkas gugatan/banding
bersama dengan organ jaksa, hakim, advokat, dan
dapat diterima secara formal dan sisanya ditolak,
lembaga permasyarakatan. Interaksi antar
dari keseluruhan berkas yang diputus, diantaranya
komponen pengabdi hukum ini menentukan
sebanyak 13.672 putusan (81%) mengabulkan
kokohnya struktur hukum. Walau demikian,
gugatan/banding dari wajib pajak atau
membatalkan Surat Keputusan dari Direktorat
57 Firdaus, Ilyas, Menyoal Transparansi Pengelolaan
Pajak Negara, antara Markus dan Gayus, Presentasi
56 Mudzakkir, “Pengaturan Hukum Pidana Di Bidang disampaikan pada Pertemuan Ahli Penelitian
Perpajakan Dan Hubungannya Dengan Hukum Komisi Hukum Nasional, 5 Maret 2013, hlm. 2
Pidana Umum Dan Khusus,” Jurnal Legislasi 58 Memberantas Mafia Pajak (1): Memahami Korupsi
Indonesia 8, no. 1 (2011): 56–60. Pajak oleh Gede Suarnaya, 24 Juni 2012.

350
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

tegaknya hukum tidak hanya ditentukan oleh Kondisi ini berbeda halnya dengan
kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan penyidikan tindak pidana korupsi di sektor pajak,
kultur hukum di dalam masyarakat. maka untuk penyidikan tindak pidana pajak hanya
Namun demikian, hingga kini ketiga unsur dapat dilakukan oleh Penyidik Ditjen Pajak.
sebagaimana dikatakan oleh Friedman belum Pengaturan mengenai penyidikan tindak pidana
dapat terlaksana dengan baik, khususnya dalam pajak ini didasarkan pada Undang-Undang
struktur hukum dan budaya hukum. Sebagai tentang KUP Pasal 44 Ayat (1) yang menyatakan
contoh, dalam struktur hukum, Anggota polisi bahwa penyidikan tindak pidana pajak hanya
yang diharapkan menjadi penangkap narkoba, dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil
polisi sendiri ikut terlibat dalam jaringan narkoba. tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
Demikian halnya para jaksa, sampai saat ini yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
masih sangat sulit mencari jaksa yang benar- tindak pidana pajak. Selain itu ada juga Surat
benar jujur. Semua pelanggaran aparatur tersebut, Edaran Jaksa Agung Nomor SE-001/1.A/5/2000
selalu disebut sebagai perbuatan oknum, bukan tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana di
atas nama institusi, sehingga lembaganya tidak Sektor Perpajakan yang antara lain menyatakan
bertanggung jawab. bahwa kasus-kasus menyangkut masalah
perpajakan pada dasarnya akan diselesaikan
Disamping itu, yang menjadi kendala dalam
penegakan hukum pidana dalam kejahatan indak oleh aparat Ditjen Pajak melalui prosedur teknis
pidana korupsi di bidang perpajakan ini, adalah perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-
kendala dalam penyidikan. Penyidikan menurut undangan perpajakan.
KUHAP Pasal 1 butir 2 adalah “serangkaian Setelah proses penyidikan yang dilakukan
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di
yang diatur dalam Undang-undang untuk mencari sektor perpajakan selesai dan dianggap cukup,
serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu maka penyidik akan segera menyerahkan
membuat terang tentang tindak pidana yang hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum.
terjadi dan guna menemukan tersangkanya”. Berdasarkan ketentuan Kitab Undang-undang
Kewenangan penyidikan berdasarkan Pasal 14 Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 8 Ayat
Ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 2 Tahun (3) , penyerahan berkas perkara hasil penyidikan
2002 tentang Kepolisian Negara RI, ada pada dilakukan melalui 2 tahap, yaitu: tahap pertama,
Kepolisian, yang menyatakan bahwa Kepolisian Penyidik hanya menyerahkan berkas perkara,
bertugas menyelidik dan menyidik semua tindak kemudian apabila penyidik sudah dianggap selesai,
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan maka penyidik menyerahkan tanggung jawab
peraturan perundang-undangan lainnya. atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut
Kewenangan penyidik Polri diatur dalam KUHAP umum. Selanjutnya memasuki tahap penuntutan,
Pasal 7 Ayat (1) . yaitu suatu tindakan oleh penuntut untuk
Di sisi lain, kewenangan KPK untuk melimpahkan perkara pidana sektor perpajakan
menangani kasus korupsi diatur Undang- ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal
dan menurut cara yang diatur dengan undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
undang dengan permintaan supaya diperiksa dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6
diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Penuntut
huruf c. Dengan demikian baik Polri maupun
Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang
KPK, keduanya memang memiliki kewenangan
untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan
untuk menyidik tindak pidana korupsi. Termasuk
penetapan atau putusan hakim.
tindak pidana korupsi di perpajakan. Namun
KPK memiliki kewenangan tambahan, yaitu Seperti yang telah diuraikan pada bagian
dapat mengambil alih perkara korupsi walaupun sebelumnya bahwa tindak pidana korupsi di
sedang ditangani oleh Kepolisian atau Kejaksaan sektor perpajakan adalah pelanggaran terhadap
(Undang-Undang tentang KPK Pasal 8 Ayat (2)). aturan perpajakan yang membawa kerugian
Akan tetapi pengambilalihan perkara korupsi kepada negara dan/atau tindakan-tindakan
tersebut harus dengan alasan yang diatur dalam yang memenuhi persyaratan perbuatan Korupsi
Undang-Undang tentang KPK Pasal 9. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
tentang Tindak Pidana Korupsi. Berkaitan dengan

351
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

itu maka peluang untuk melakukan korupsi selalu B. Upaya yang perlu dilakukan untuk
ada dalam setiap kegiatan perpajakan, terutama memberantas tindak pidana korupsi
terjadi sengketa pajak, dimana dalam proses dalam bidang perpajakan
penyelesaian sengketa pajak tersebut, timbul Upaya pemberantasan korupsi di sektor
negosiasi wajib pajak dengan petugas pajak. perpajakan telah dilakukan oleh pemerintah
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2011 dengan mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor
menuntut terlaksananya penegakan hukum bagi 1 Tahun 2011 dan Instruksi Presiden Nomor 17
para pelaku yang terlibat dalam kasus hukum Tahun 2011. Kedua instrumen hukum tersebut
dan penyimpangan pajak, termasuk pada kasus merupakan upaya sistimatis untuk mencegah
Gayus Tambunan. Tindakan itu dilakukan agar dan memberantas tindak pidana korupsi di
memunculkan efek jera dan membawa keadilan sektor perpajakan. Untuk pemberantasan tindak
dalam upaya pemberantasan mafia hukum dan pidana korupsi dalam bidang perpajakan dimasa
mafia pajak. Terkait praktik mafia hukum dalam mendatang, perlu diupayakan langkah-langkah
penanganan kasus Gayus pada 2009, pelaku- antara lain, sebagai berikut:
pelaku terkait, baik oknum aparat dari Polri, 1. Substansi/Materi Hukum (Legal Subtance)
Kejaksaan, Kehakiman, Direktorat Jenderal
Dari segi substansi, Materi, Isi Hukum (Legal
(Ditjen) Pajak, advokat, konsultan pajak maupun
dari pihak swasta telah dan sedang disidik dan Substance), upaya yang perlu dilakukan:
dituntut secara hukum. Sebagian dari mereka 1.1. Perlu Pengaturan Korporasi Sebagai
bahkan telah dijatuhi sanksi oleh pengadilan. Pelaku Tindak Pidana Korupsi
Penting untuk dicermati, bahwa banyak Perpajakan Dalam RUU KUHP.
pelanggaran hukum yang termasuk tindak pidana Pembahasan korporasi sebagai subjek tindak
perpajakan tidak terungkap sampai ke persidangan, pidana dan memiliki tanggung jawab pidana telah
karena penyelesaian kasusnya selalu diupayakan dimulai sejak penyusunan draft RUU KUHP oleh
secara administrasi dengan sanksi tambahan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),
berupa denda, bunga maupun kenaikan dari pajak Departemen Kehakiman ketika itu (1987/1988).
yang terutang, dimana sanksi ini diberikan oleh Draft RUU KUHP tersebut mencantumkan
petugas pajak sendiri. Berdasarkan Pasal 44B korporasi sebagai subjek tindak pidana (Pasal 42)
Ayat (1) Undang-Undang tentang KUP, jaksa dan tanggung jawab pidana korporasi (Pasal 43).
Agung dapat menghentikan penyidikan tindak Penguatan korporasi sebagai subjek tindak
pidana di sektor perpajakan dengan alasan untuk pidana dilanjutkan di dalam Ran cangan UU
kepentingan negara, atas permintaan Menteri KUHP (2012), Ketentuan Bab II, Paragraf 6
Keuangan, paling lama 6 bulan sejak tanggal surat Korporasi). RUU KUHP (2012) dan rancangan
permintaan. Di jelaskan kembali dalam KUHP ini telah diajukan Presiden RI kepada
penjelasan Pasal 44B Ayat (1) tersebut bahwa Ketua DPR RI tertanggal 11 Desember 2012.
penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan Ketentuan mengenai “vicarious liability”
dapat dilakukan sepanjang perkara pidana tersebut telah dicantumkan dalam RUU KUHP (2012)
belum dilimpahkan ke pengadilan. yaitu, Pasal 38 Ayat (2):
Bagi wajib pajak yang dinyatakan melanggar “Dalam hal ditentukan oleh Undang-
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Undang, setiap orang, dapat dipertanggung
38 Undang-undang tentang KUP, selama belum jawabkan atas tindak pidana yang dilakukan orang
dilimpahkan ke pengadilan, sekalipun telah lain”. Penjelasan Pasal tersebut menyatakan:
dilakukan penyidikan dan wajib pajak telah “bahwa ketentuan ini merupakan pengecualian
mengungkapkan kesalahannya dan sekaligus dari asas “tiada pidana tanpa kesalahan” dan
melunasi jumlah pajak yang sebenarnya terutang merupakan pendalaman asas regulatif dari yuridis
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar moral yaitu dalam hal-hal tertentu tanggung jawab
2 kali dari jumlah pajak yang kurang dibayar, seseorang dipandang patut diperluas sampai pada
maka terhadapnya dapat dilakukan penghentian tindakan bawahannya yang melakukan pekerjaan
penyidikan. atau perbuatan untuknya atau dalam batas-batas
perintahnya”.

352
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Ketentuan Pasal 38Ayat (2) dan penjelasannya 2.1. Perlu Pengaturan Penguatan Fungsi dan
tidak memberikan kepastian hukum mengenai Peran Penyidik Atas Tindak Pidana
batas-batas pertanggungjawaban atasan terhadap Korupsi Dalam RUU KUHAP.
perbuatan bawahannya sehingga seharusnya Selain karena tertangkap tangan tengah
memasukkan konsep hukum “ultra vires” ke melakukan transaksi suap terhadap aparat
dalam ketentuan tersebut sebagai rambu-rambu perpajakan, atau karena adanya temuan transaksi
“pembatas” pertanggungjawaban seorang atasan. mencurigakan oleh PPATK yang kemudian
Doktrin tersebut di atas telah dicantumkan mengarah pada tindak pidana korupsi di sektor
dalam beberapa peraturan perundang-undangan pajak serta pencucian uang, unsur tindak pidana
pidana Indonesia baik yang bersifat khusus (lex korupsi di sektor pajak dapat juga ditemukan
specialis) maupun dalam undang-undang pidana dalam pemeriksaan bukti permulaan yang
administratif (lex specialis systematische)59 Di dilakukan oleh unit pemeriksa internal Ditjen
dalam peraturan perundang-undangan pidana, Pajak. Mengenai hal ini dinyatakan secara tegas
telah dicantumkan bahwa pengertian “setiap di dalam Pasal 43A Undang-Undang tentang
orang” adalah orang perorangan atau korporasi KUP, dimana apabila dalam pemeriksaan bukti
baik berbadan hukum atau tidak berbadan hukum;60 permulaan ditemukan unsur tindak pidana
sehingga dalam sistem hukum pidana Indonesia, korupsi, maka pegawai Direktorat Jenderal Pajak
korporasi eksplisit diakui sebagai subjek tindak yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan
pidana dan tidak ada lagi keragu-raguan mengenai hukum tindak pidana korupsi. Penegasan ini hanya
hal tersebut. diberlakukan terhadap pegawai Ditjen Pajak, tidak
Dalam RUU KUHP Pasal 54, menyatakan: ada penegasan terhadap wajib pajak.
Alasan pemaaf atau alasan pembenar yang dapat Undang-Undang Perpajakan adalah
diajukan oleh pembuat yang bertindak untuk dan/ Undang-undang Administratif, yang didalamnya
atau atas nama korporasi, dapat diajukan oleh memuat norma-norma yang sifatnya “mengatur”
korporasi sepanjang alasan tersebut langsung perpajakan. Dengan demikian, Undang-Undang
berhubungan dengan perbuatan yang didakwakan Perpajakan diprioritaskan untuk mengatur para
kepada korporasi.61 wajib pajak agar mentaati berbagai ketentuan
2. Struktur/Pranata, Aparatur Hukum perundang-undangan yang telah ditetapkan.
(Legal Structure) Dengan demikian, ketentuan pidana yang terdapat
dalam undang-undang perpajakan sebenarnya
Ditinjau dari segi Struktur, pranata, aparatur
ditujukan agar norma hukum administratif yang
hukum, maka upaya yang perlu dilakukan untuk
terdapat di dalam undang-undang tersebut ditaati
keberhasilan penegakan hukum pidana terhadap
oleh wajib pajak, dan penerapan sanksi pidana
korporasi sebagai pelaku tindak pidana korupsi
pada dasarnya diterapkan sebagai upaya terakhir
dalam bidang perpajakan ini, adalah:
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Rumusan tindak pidana perpajakan yang
dilakukan oleh wajib pajak dan penanggung pajak
diatur dalam Undang-undang tentang KUP Pasal
38, 39 dan 39A. Dalam kaitannya dengan tindak
pidana korupsi, kata “merugikan pada pendapatan
59 UU KUP Tahun 1983 Jo UU KUHP Tahun 2007; UU negara” seperti yang terdapat dalam Undang-
RI Nomor 5 Tahun 1985 tentang Pasal Modal; UU
RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; UU
undang tentang KUP Pasal 38 dan 39 adalah
RI Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan atas UU RI merupakan kerugian negara dari sisi hak negara
Nomor 31 Tahun 1999; dan UU RI Nomor 8 Tahun yang diatur secara khusus dalam undang-undang
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan tentang KUP. Oleh karenanya, berdasarkan asas lex
Tindak Pidana Pencucian Uang dan UU RI Nomor
specialis systematic tidak dapat diklasifikasikan
7 Tahun 1992 yang diubah UU RI Nomor 19 Tahun
1998 tentang Perbankan (Bab VIII). sebagai kerugian negara sebagaimana diatur dalam
60 Pengertian “setiap orang”juga dicantumkan dalam undang-undang pemberantasan tindak pidana
Pasal 205 RUU KUHP korupsi, melainkan berlaku ketentuan khusus
61 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, yang diatur dalam undang-undang tentang KUP.
Rancangan Undang-undang Hukum Pidana Tahun
2015, Jakarta, hlm. 10

353
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Dengan kata lain, perbuatan-perbuatan mencari bukti permulaan apabila ada wajib pajak
wajib pajak yang dilarang dalam Pasal 38 atau pihak ketiga yang terindikasi telah melakukan
dan 39 Undang-undang tentang KUP, seperti tindak pidana korupsi. Dalam hal pengembangan
tidak menyampaikan surat pemberitahuan, dan analisis informasi, data, laporan dan pengaduan
menyampaikan surat pemberitahuan, tetapi isinya yang diterima oleh Dirjen Pajak dan kegiatan
tidak benar atau tidak lengkap, tidak mendaftarkan penyidikan diperlukan adanya tambahan data dan/
diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib atau informasi yang hanya dapat diperoleh melalui
Pajak, menyalahgunakan atau menggunakan kegiatan intelejen perpajakan. Kegiatan intelejen
tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, menolak pajak di sini tidak harus dilakukan hanya oleh
untuk dilakukan pemeriksaan, memperlihatkan Dirjen Pajak sendiri tetapi dapat berkoordinasi
pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang dengan lembaga penegak hukum lainnya seperti
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, tidak Kepolisian, Kejaksaan, KPK.
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan Terhadap wajib pajak, negara perlu
di Indonesia dan lain-lain yang merugikan pada meningkatkan pengawasan yang lebih kepada
pendapatan negara tidak dapat diklasifikasikan wajib pajak badan atau perusahaan yang bergerak
sebagai kerugian negara sebagaimana diatur di sektor sumber daya alam, seperti pertambangan
dalam undang-undang pemberantasan tindak dan migas. Sumber daya alam negara yang
pidana korupsi. Namun tindak pidana korupsi seharusnya mendatangkan kemakmuran bagi
tidak saja dilakukan oleh pegawai Ditjen Pajak, masyarakat Indonesia, saat ini banyak dikelola
tapi bisa juga dilakukan oleh wajib pajak dan oleh perusahaan yang sebagian besar merupakan
pihak ketiga. Wajib pajak atau pihak ketiga yang perusahaan asing atau multinasional. Sebagian
melakukan pelanggaran di sektor perpajakan keuntungan dari pengelolaan sumber daya alam
dapat dikualifikasikan melakukan tindak pidana seharusnya sumber pendapatan negara melalui
korupsi apabila melanggar ketentuan Undang- pajak.
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2.2. Perlu Penerapan Mekanisme Perampasan
Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, dan Pasal 13 . Karena tidak ada penegasan di Aset Koruptor dan Pembuktian Terbalik
dalam Undang-Undang KUP untuk tindak pidana Salah satu unsur mendasar dalam tindak
korupsi yang dilakukan oleh wajib pajak dan pidana korupsi umumnya dan korupsi di sektor
pihak ketiga, maka menjadi tugas dari penyidik perpajakan pada khususnya ialah adanya kerugian
pajak untuk memeriksa apakah wajib pajak atau negara. Konsekuensinya pemberantasan tindak
pihak ketiga tersebut telah melanggar ketentuan- pidana korupsi tidak semata-mata bertujuan agar
ketentuan dari pasal-pasal di dalam Undang- koruptor dijatuhi pidana penjara (deference
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi effect), tetapi harus juga dapat mengembalikan
sebagaimana disebutkan di atas. kerugian negara yang telah dikorupsinya. Proses
pengembalian aset berdasarkan pendekatan
Oleh karenanya, jika terdapat indikasi tindak
pidana korupsi yang dilakukan oleh wajib pajak konvensional hukum pidana merupakan salah
dan telah ditemukan bukti permulaan mengenai satu bentuk pemidanaan, khususnya dalam tindak
unsur tindak pidana korupsi, wajib pajak yang pidana yang berkaitan dengan keuangan negara atau
tersangkut wajib diproses menurut ketentuan yang bertujuan memperoleh keuntungan materiil.
Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Salah satu upaya untuk mencegah, melindungi dan
Pidana Korupsi. Wajib pajak yang terindikasi mengembalikan hak-hak masyarakat dari akibat
telah melakukan penyuapan terhadap pegawai tindak pidana korupsi adalah melalui lembaga
Ditjen Pajak misalnya, wajib diproses menurut pemidanaan dalam bentuk perampasan aset hasil
ketentuan Undang-Undang tentang Pemberantaan tindak pidana korupsi, yaitu berupa pengembalian
Tindak Pidana Korupsi, dalam hal ini oleh penegak aset hasil tindak pidana korupsi.
hukum yang memiliki kompetensi untuk Undang-Undang Pemberantasan Korupsi
melakukan penyidikan dan penuntutan tindak sebenarnya sudah cukup baik dan efektif untuk
pidana korupsi yaitu Polisi, Jaksa dan KPK. menjerat pelaku korupsi. Aparat penegak hukum
Berkaitan dengan proses penyidikan ini, saja yang harus mempunyai keberanian yang kuat
perlu diperkuat peran intelejen pajak dalam rangka dalammemberantaskorupsisesuaidenganUndang-
Undang Pemberantasan Korupsi. Undang-Undang

354
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

tersebut adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun barang-barang tersebut. Pasal 18 Ayat (1)
1999 yang diperbaharui dengan Undang-Undang huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Tindak Pidana Korupsi. Dalam Undang-Undang 2001).
Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor  Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya
20 Tahun 2001 mengatur berbagai ancaman sebanyak-banyaknya sama dengan harta
hukuman, baik hukuman penjara, hukuman denda, benda yang diperoleh dari tindak pidana
dan juga hukuman pengembalian aset. Aturan yang korupsi. Jika terpidana tidak membayar uang
mengenai pengembalian aset hasil tindak pidana pengganti sebagaimana dimaksud dalamAyat
korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu)
Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun bulan sesudah putusan yangtelahmemperoleh
2001 mengatur baik melalui jalur keperdataa (civil kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya
procedure) berupa gugatan perdata maupun jalur dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk
kepidanaan (criminal procedure). menutupi uang pengganti tersebut. Dalam
Pengembalian aset (asset recovery) pelaku hal terpidana tidak mempunyai harta yang
tindak pidana korupsi melalui gugatan perdata mencukupi untuk membayar uang pengganti
secara runtun diatur dalam ketentuan Pasal 32, sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) huruf
Pasal 33 dan Pasal 34 serta Pasal 38C Undang- b, maka dipidana dengan pidana penjara
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang- yang lamanya tidak melebihi ancaman
Undang Nomor 20 Tahun 2001. Dalam Undang- maksimum dari pidana pokoknya sesuai
Undang ini mengatur pula “hak negara untuk dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini
mengajukan gugatan perdata terhadap harta benda lamanya pidana tersebut sudah ditentukan
terpidana yang disembunyikan atau tersembunyi dalam putusan pengadilan. (Pasal 18 Ayat (1)
dan baru diketahui setelah putusan pengadilan huruf b, Ayat (2), Ayat (3) Undang-Undang
memperoleh kekuatan hukum tetap”62. Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang
Kemudian melalui jalur kepidanaan Nomor 20 Tahun 2001).
sebagaimana ketentuan Pasal 38 Ayat (5), Pasal  Pidana denda dimana aspek ini dalam
38 Ayat (6) dan Pasal 38B Ayat (2) dengan proses Undang-Undang pemberantasan Tindak
penyitaan dan perampasan. Ketentuan-ketentuan Pidana Korupsi mempergunakan perumusan
sebagaimana tersebut di atas memberikan sanksi pidana (strafsoort) bersifat kumulatif
kewenangan kepada Jaksa Pengacara Negara (pidana penjara dan atau pidana denda).
atau instansi yang dirugikan untuk mengajukan  Penetapan perampasan barang-barang yang
gugatan perdata kepada terpidana dan atau ahli telah disita dalam hal terdakwa meninggal
warisnya baik ditingkat penyidikan, penuntutan dunia (peradilan in absentia) sebelum
atau pemeriksaan pada sidang pengadilan. putusan dijatuhkan dan terdapat bukti yang
Pidana tambahan dapat dijatuhkan hakim cukup kuat bahwa pelaku telah melakukan
dalam kapasitasnya yang berkorelasi dengan tindak pidana korupsi. Penetapan hakim
pengembalian aset melalui prosedur pidana ini atas perampasan ini tidak dapat dimohonkan
dapat berupa: upaya hukum banding dan setiap orang yang
 Perampasan barang bergerak yang berwujud berkepentingan dapat mengajukan keberatan
atau tidak berwujud atau barang yang tidak kepada pengadilan yang telah menjatuhkan
bergerak yang digunakan untuk atau yang penetapan tersebut dalam waktu 30
diperoleh dari tindak pidana korupsi, (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
termasuk perusahaan milik terpidana dimana pengumuman. (Pasal 38 Ayat (5), (6), (7)
tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula Undang-Undang Normor 31 Tahun 1999 jo.
harga dari barang yang menggantikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001).
 Putusan perampasan harta benda untuk
negara dalam hal terdakwa tidak dapat
62 Adam Chazawi, Lampiran Hukum Pidana Materiil membuktikan bahwa harta benda tersebut
Dan Formil Korupsi Di Indonesia, Untuk Mahasiswa diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi
Dan Praktisi Hukum (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005). yang dituntut oleh Penuntut Umum pada saat

355
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

membacakan tuntutan dalam perkara pokok. penuntut umum tetap membuktikan dakwaannya.
(Pasal 38B Ayat (2), (3) Undang-Undang Sistem pembuktian terbalik ini sudah ditentukan
Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang dalam Pasal 37, Pasal 37A, Pasal 38A, Pasal
Nomor 20 Tahun 2001). 38B Undang-Undang Nomor 31 Tahun jo. 1999
 Pengembalian aset tindak pidana korupsi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
melalui jalur keperdataan dapat dilakukan Berdasarkan Undang-Undang setiap orang yang
melalui aspek-aspek sebagai berikut: diduga melakukan tindak pidana korupsi di sektor
 Gugatan perdata kepada seseorang yang pajak dapat membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah dengan asal usul harta yang halal.
tersangkut perkara korupsi. Ketentuan Pasal
32 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun Sebenarnya sistem pembuktian seperti itu
1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun merupakan suatu penyimpangan dari KUHAP yang
2001 menentukan bahwa dalam hal penyidik menentukan bahwa jaksa yang wajib membuktikan
menemukan dan berpendapat bahwa satu dilakukannya tindak pidana, jadi bukan terdakwa
atau lebih unsur tindak pidana korupsi tidak yang membuktikannya. Akan tetapi, Undang-
terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-
telah ada kerugian keuangan negara, maka Undang Nomor 20 Tahun 2001 menentukan
penyidik segera menyerahkan berkas perkara terdakwa berhak melakukannya. Apabila ia
hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa dapat membuktikan bahwa tindak pidana korupsi
Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan tidak terbukti, tetap saja penuntut umum wajib
perdata atau diserahkan kepada instansi yang membuktikan dakwaannya. Menurut Soedirjo,
dirugikan untuk mengajukan gugatan. “pembuktian yang berarti bukti yang cukup untuk
 Gugatan perdata kepada ahli waris dalam memperlihatkan kebenaran suatu peristiwa63. Hal
hal tersangka meninggal dunia pada saat inilah yang disebut sistem pembuktian terbalik
dilakukan penyidikan, sedangkan secara yang terbatas. Pembuktian terbalik diberlakukan
nyata telah ada kerugian keuangan negara, pada tindak pidana berkaitan dengan gratifikasi
maka penyidik segera menyerahkan berkas dan tuntutan harta benda terdakwa yang diduga
perkara hasil penyidikan kepada Jaksa berasal dari hasil korupsi.
Pengacara Negara atau diserahkan kepada 2.3. Perlu Diterapkan Peraturan Perundang-
instansi yang dirugikan untuk dilakukan undangan Tentang Anti Pencucian Uang
gugatan perdata kepada ahli warisnya. (Pasal (Money Laundering)
Pasal 38B Ayat (2), (3) Undang-Undang Sesuai dengan sifat tindak pidana korupsi
Nomor 31 Tahun 1999) Undang-Undang yang sistematis, transnasional dan dilakukan oleh
Nomor 20 Tahun 2001). mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan
 Gugatan perdata terhadap terpidana dan atau yang tinggi maka usaha pelaku tindak pidana
ahli warisnya bila putusan telah berkekuatan untuk menyembunyikan hasil kejahatannya
hukum tetap (inkracht van gewijsde). dilakukan dengan rapi64. Modus yang selama ini
Ketentuan Pasal 34, Pasal 38B Ayat (2), (3) biasa dilakukan adalah dengan menempatkan,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
Untuk mencegah dan memberantas tindak membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
pidana korupsi di sektor perpajakan dapat menukarkan dengan mata uang atau surat berharga
diterapkan beban pembuktian terbalik. Hal ini, atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang
meskipun sistem pembuktian terbalik bersifat diketahuinya ataupatut diduganya merupakan hasil
terbatas atau berimbang, yakni terdakwa dalam
kasus pajak mempunyai hak untuk membuktikan 63 Soedirjo, Jaksa Dan Hakim Dalam Proses Pidana
bahwa ia tidak bersalah melakukan tindak pidana (Jakarta: Akademika Pressindo, 1985).
korupsi dan wajib memberikan keterangan 64 Erman Rajagukguk, Rezim Anti Pencucian Uang
tentang seluruh harta bendanya dan harta benda Dan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian
Uang, n.d. Makalah disampaikan pada Lokakarya
isteri atau suami, anak, dan harta benda setiap “Anti Money Laundering” Fakultas Hukum
orang atau korporasi yang diduga mempunyai Universitas Sumatera Utara, Medan, 15 September
hubungan dengan perkara yang bersangkutan dan 2005

356
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan ‘dalam’, yaitu orang yang mengungkap dugaan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan.65 pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di tempat
Begitu pula pemberantasan tindak pidana bekerja atau ia berada67.
korupsi di sektor perpajakan. Pelaku biasanya Walaupun belum diatur dalam peraturan
melakukan pencucian uang dengan cara perundang-undangan Indonesia namun konsep
mengalihkan hasil korupsinya kepada usaha-usaha ini telah mulai diterapkan dalam kebijakan
halal atau membeli properti untuk mengelabui pencegahan dan pemberantasan korupsi. Dalam
penegak hukum seoalah-olah harta yang didapat Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 Tentang
dari cara yang halal dan legal. Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
3. Budaya Hukum (Legal Culture) Pidana korupsi misalnya Kepolisian Republik
Indonesia, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Ditinjau dari segi budaya hukum, agar
Manusia (Kemenkumham) (Dirjen Imigrasi,
masyarakat menjadi sadar hukum, maka upaya
Dirjen AHU), Badan Pertanahan Nasional, Dirjen
yang perlu dilakukan untuk keberhasilan
Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
penegakan hukum pidana terhadap korporasi
Sedangkan beberapa lembaga negara menurut
sebagai pelaku tindak pidana korupsi dalam bidang
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban telah
perpajakan ini, adalah:
mulai mengembangkan sistem pelaporan, seperti
3.1. Perlu Pengaturan tentang Mekanisme KPK, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Whistleblowing System dan Justice Keuangan (PPATK), Ombudsman, Komisi
Collaborator dalam Sistem Peradilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
Pidana HAM), Komisi Yudisial (KY), Komisi Kepolisian
Konsep Whistleblowing System dan Justice Nasional (Kompolnas), Komisi Kejaksaan
Collaborator belum dikenal dalam peraturan dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
perundang-undangan Indonesia. Bahkan istilah (LPSK). Bahkan beberapa perusahaan swasta dan
yang tepat untuk penyebutan dua istilah baru BUMN sudah membangun dan merapkan sistem
dalam khasanah hukum pidana Indonesia whistleblowing tersebut, seperti Pertamina, United
masih beragam. Istilah Whitle Blower kadang Tractors, Sinar Mas, dan sebagainya.”
disepadankan dengan istilah “peniup peluit”, Pada Dirjen Pajak pengungkapan beberapa
“saksi pelapor” bahkan “pengungkap fakta”. kasus penangkapan terhadap oknum pegawai
Dalam buku yang dikeluarkan oleh Lembaga pajak merupakan hasil dari penerapan mekanisme
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)66. Seorang Whistle Blowing System yang dibangun
Whistleblower seringkali dipahami sebagai saksi antara Dirjen Pajak dan KPK. Konsep Justice
pelapor. Orang yang memberikan laporan atau Collaborator juga mulai dipraktikan dalam kasus
kesaksian mengenai suatu dugaan tindak pidana Asian Agri untuk terdakwa Vincentius.
kepada aparat penegak hukum dalam proses Berdasarkan fakta banyaknya lembaga
peradilan pidana. negara yang mulai menerapkan mekanisme dan
Untuk diakui sebagai whistleblower maka relatif berhasilnya mekanisme whistle blowing di
seseorang harus memenuhi dua persyaratan: atas dikaitkan dengan ketiadaan instrumen hukum
pertama, whistleblower menyampaikan atau yang memiliki kekuatan hukum setingkat dengan
mengungkap laporan kepada otoritas yang undang-undang maka kebijakan hukum untuk
berwenang atau kepada media massa atau publik. mengatur Whistle Blowing System dalam sistem
Dengan mengungkapkan kepada otoritas yang peradilan pidana di Indonesia menjadi sebuah
berwenang atau media massa diharapkan dugaan keniscayaan untuk mengisi kekosongan hukum
suatu kejahatan dapat diungkap dan terbongkar. saat ini.
Kedua, seorang Whistle blower merupakan orang Pengaturan dalam Surat Edaran Mahkamah
Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2011 sebenarnya
65 Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak bagi semua istitusi penegak hukum, karena SEMA
Pidana Pencucian Uang itu hanya berlaku internal Mahkamah Agung dan
66 Haris Semendawai and Abdul, Memahami Whistle
Blower, I. (Jakarta: Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban (LPSK), 2011). 67 Ibid.

357
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

tidak mengikat penegak hukum lain seperti KPK, Korupsi sebagai salah satu Kejahatan yang diakui
Kejaksaan dan Kepolisian. sebagai kejahatan yang terorganisir.
Pengaturan Whistle Blowing System dan Dengan meratifikasi dua Perjanjian
Justice Collaborator dalam sistem peradilan internasional di atas maka secara hukum, baik
pidana menurut konsep yang ada dalam SEMA hukum internasional maupun hukum nasional,
Nomor 4 Tahun 2011 hanya diaplikasikan pada Indonesia memiliki kewajiban untuk mengatur
tindak pidana tertentu yang bersifat serius seperti: mekanisme sistem Whistle Blowing System dan
korupsi, terorisme, tindak pidana narkotika, Justice Collaborator dalam hukum nasionalnya.
pencucian uang, perdagangan orang, maupun Sejalan dengan gagasan itu maka RUU KUHP dan
tindak pidana lain yang bersifat terorganisir RUU yang sekarang sedang dibahas oleh Komisi
dan menimbulkan masalah dan ancaman serius III DPR dan Presiden harus mengatur sistem
terhadap stabilitas serta nilai-nilai demokrasi, etika Whistle Blowing System dan Justice Collaborator
dan keadilan serta membahayakan pembangunan menjadi bagian dari Sistem Peradilan Pidana.
yang berkelanjutan dan supremasi hukum. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah
Secara sosiologis pengadopsian Whistle untuk menanggulangi tindak pidana perpajakan
Blowing System dan Justice Collaborator dalam antara lain adalah melalui penerapan kebijakan
Sistem Peradilan Pidana (SPP) sebagai upaya yang oleh G Peter Hoefnagels disebut sebagai
untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi criminal policy, berupa:68
penegakan hukum yang dapat memberikan  Penerapan hukum pidana (criminal law
jaminan perlindungan hukum serta perlakuan aplication); Dapat dilakukan dengan
khusus kepada masyarakat yang mengetahui, memberlakukan ketentuan dalam Kitab
melaporkan atau menemukan suatu hal yang Undang-undang Hukum Pidana atas tindak
dapat membantu aparat penegak hukum untuk penyalahgunaan kewenangan dan tindak
mengungkap dan menangani tindak pidana secara kriminal penyuapan, pemerasan, jika tindak
efektif. kriminal perpajakan tersebut dilakukan
Disamping aspek filosofis dan sosiologis di oleh PNS bersama dengan orang pribadi
atas, penerapan sistem Whistle Blowing System yang berkaitan dengan penetapan pajak
dan Justice Collaborator dalam sistem peradilan terutang yang harus dibayar. Pertanyaannya
pidana juga didasarkan pada beberapa instrumen adalah,”Apakah tindakan yang dilakukan
hukum internal yang diratifikasi oleh Indonesia wajib pajak dengan bekerja sama dengan
maupun hukum nasional yang ada. Melalui petugas pajak dapat dikategorikan sebagai
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 Indonesia tindakan kriminal.
telah meratifikasi Konvensi PBB tentang Anti  Pencegahan tanpa pidana (prevention
Korupsi 2003. without punishment); Hal ini dimungkinkan
Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB karena dalam Undang-undang di bidang
tentang Anti Kejahatan Terorganisasi melalui perpajakan dikenal bahwa kepentingan fiskal
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009. Ketentuan didahulukan daripada kepentingan hukum.
Pasal 37 Ayat (2) Konvensi PBB tentang Atau dengan kata lain, bahwa apabila
Anti Korupsi mewajibkan bagi negara untuk dimungkinkan kerugian negara dapat ditutup
mempertimbangkan memberikan kemungkinan maka yang akan berlaku adalah hukum fiskal.
dalam kasus-kasus tertentu mengurangi hukuman Sebagai contoh seperti yang disebutkan di
dari seorang pelaku yang memberikan kerjasama dalam Undang-undang Ketentuan Umum
yang substansial dalam penyelidikan atau dan Tata Cara Perpajakan Pasal 8 Ayat (3).
penuntutan suatu kejahatan korupsi.  Mempengaruhi pandangan masyarakat;
Ketentuan Pasal 37 Ayat (3) mewajibkan Hal ini dapat dilakukan lewat mass media
hukum nasionalnya untuk memberikan “kekebalan (influencing views of society on crime and
penututan”bagi orangyangmemberikankerjasama punishment/mass media).
substansial dalam penyelidikan penuntutan
(Justice Collaborator). Konsep yang sama juga 68 Komariah, “Tindak Pidana Perpajakan Dalam
dapat ditemukan dalam Pasal 26 Konvensi Anti Penghindaran, Penyimpangan, Penipuan Dan
Kejahatan Terorganisasi dimana Tindak Pidana Pemalsuan Pajak,” Legalitas.Org, last modified
2010, www.legalitas.org.

358
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

KESIMPULAN perpajakan dan melakukan kordinasi dengan


berbagai pihak.
Penegakan hukum pidana terhadap korporasi
sebagai pelaku tindak pidana perpajakan, belum
optimal, karena dihadapkan ke berbagai kendala UCAPAN TERIMAKASIH
penghambat, yaitu: Substansi/Materi/Isi Hukum Penulis menghaturkan banyak terimakasih
(Legal Substance); Struktur/Pranata, Aparatur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan atas
Hukum (Legal Structure); Budaya Hukum (Legal dukungan Isteri dan Anak anak, serta keluarga,
Culture). Hal ini meliputi: Kendala Yuridis, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan
Belumada pengaturan tentang korporasi sebagai dengan baik. Selain itu, kami juga mengucapkan
pelaku tindak pidana dalam KUHP; adanya terimakasih kepada: Ibu Kepala Badan Penelitian
peraturan Asas Lex Specialis Peraturan Perundang- dan Pengembangan Hukum dan HAM, Ibu Dr.
undangan Perpajakan; Putusan Peradilan Umum Sri Puguh Budi Utami; Kepala Pusat Penelitian
Sering Berbenturan dengan Putusan Peradilan Dan Pengembangan Hukum Bapak Seprizal, S.H.,
Pajak; Aparatur penegak hukum yang belum M.H; Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan
professional yang sering tertangkap melakukan Kebijakan Bapak Aman Riyadi., S.I.P.,S.H., M.Si;
pelanggaran (oknum), Budaya hukum yang Bapak Kepala Pusat Penelitian dan pengembangan
cenderung menyelesaikan kasus diluar peradilan. Hak Asasi Manusia, Bapak Asep Sarifudin BcIP,
Sedangkan upaya yang perlu dilakukan S.H., C..N., M.H.; Bapak Kepala Pusat Data dan
untuk mengatasi kendala tersebut, adalah perlu Informasi, Bapak Timbul Daniel Tobing, S.H.,
pengaturan di bidang subtansi, struktur dan Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan
budaya hukum, yang anara lain meliputi: Perlunya Hukum dan HAM Ibu Yayah Mariani, S.H., M.H.,
pengaturan tentang Penguatan Fungsi dan Peran Muhaimin (Peneliti Muda) .
Penyidik; perlu pengaturan atas Mekanisme Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada
Whistleblowing System dan Justice Collaborator teman teman yang tidak dapat disebutkan satu
dalam Sistem Peradilan Pidana; perlunya persatu, yang telah memberikan sumbang saran
Penerapan Mekanisme Perampasan Aset Koruptor dan pemikiran, sehingga terselesaikannya karya
dan Pembuktian Terbalik; serta penerapan tulis ilmiah ini.
Peraturan Perundang-undangan di bidang Anti
Pencucian Uang. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abidin, A.Z. Bunga Rampai Hukum Pidana.
SARAN
Jakarta: Pradnya Paramita, 1983.
Pemerintah cq. Kementerian Hukum daan Ahzhari, Tahiri, H.M: Negara Hukum suatu studi
HAM; Kementerian Keuangan, DPR, serta tentang Prinsip – prinsipnya dilihat dari segi
Instansi terkait, perlu menggolkan RUU KUHP
Hukum Islam, Implementasinya pada periode
dan RUU KUHAP; Menyempurnakan UU KUP
Negara Madinah dan Masa kini, Jakarta.
dengan tujuan: memberikan pengaturan yang lebih
jelas dan tegas mengenai batasan/kriteria untuk Prenada Media, 2013
pengenaan sanksi pidana atau sanksi administrasi; Amrullah, Arief: Kejahatan Korporasi, Malang,
mengatur mengenai pertanggungjawaban pidana Bayu media, 2006
korporasi dalam tindak pidana pajak; Asmara, Galang: Peradilan Pajak Dan Lembaga
Memberikan sanksi pidana untuk Penyanderaan (Gijzeling) Dalam Hukum
memberikan efek jera kepada Wajib Pajak dengan Pajak di Indonesia, Yogyakarta: LaksBang
memperberat hukuman pidana kepada pelaku Pressindo, 2006
tindak pidana pajak baik terhadap pengurus
Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak,
maupun korporasi.
Jakarta: 1995
Perlu dilakukan sosialisasi hukum terhadap
Black, James A., and Dean J. Champion. Metode
penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, advokat/
pengacara) dan masyarakat, agar memiliki budaya Dan Masalah Penelitian Sosial, Terjemahan
hukum, pemahaman yang baik dan sama mengenai E. Koswara et. All. III. Bandung: Refika
penanggulangan tindak pidana korporasi di bidang Aditama, 2001.

359
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Chazawi, Adam. Lampiran Hukum Pidana Moeljatno. Perbuatan Pidana Dan


Materiil Dan Formil Korupsi Di Indonesia, Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Bina
Untuk Mahasiswa Dan Praktisi Hukum. Aksara, 1983.
Malang: Bayumedia Publishing, 2005. Mudzakkir. “Pengaturan Hukum Pidana Di Bidang
Emong Sapardjaya, Komariah. Buku Ajar Perpajakan Dan Hubungannya Dengan
Pelatihan Penegakan Hukum Terpadu, Hukum Pidana Umum Dan Khusus.” Jurnal
Lingkungan Hidup Dan Sumber Daya Alam, Legislasi Indonesia 8, no. 1 (2011): 56–60.
Redd +. Jakarta, 2012. Muhammad Djafar Saidi, Djafar, and Eka
Friedmann, Lawrence M. Teori-Teori Hukum Merdekawati. Kejahatan Di Bidang
Klasik Dan Kontemporer. Jakarta: Ghalia Perpajakan. Jakarta: PT Rajagafindo
Indonesia, 2011. Persada, 2011.
Hadi, Wiyoso. “Saat Bangsa Indonesia Bersama- Muladi. Bahan Ajar Penegakan Hukum Dibidang
Sama Berjuang Anti Korupsi Pajak.” Www. Sumber Daya Alam Dengan Pendekatan
Pajak.Go.Id. www.pajak.go.id. Multidoor, Bagian Tindak Pidana Korporasi,
Hamzah, Andi. Tanggung Jawab Korporasi Redd+. Jakarta, 2012.
Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup. ———. “Fungsionalisasi Hukum Pidana Di
Jakarta, 1989. Dalam Kejahatan Yang Dilakukan Oleh
Hantijo Sumitro, Roni: Metodologi Penelitian Korporasi.” Universitas Diponegoro, 1989.
Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1985 Muladi,andDwidjaPrayitno.Pertanggungjawaban
Huda, Chairul: Dari “Tiada Pidana Pidana Korporasi. Bandung: Prenada Media
Tanpa Kesalahan” menuju “Tiada Group, 2010.
pertanggungjawaban Pidana Tanpa Mustofa, Muhammad,: Kleptokrasi
Kesalahan”, Jakarta: Prenada Media, 2006 Persekongkolan Birokrat – Korporat sebagai
Hasbullah F. Sjawie, pertanggungjawaban Pola White Collar Crime di Indonesia,
Pidana Korporasi Pada Tindak Pidana Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
Korupsi, Jakarta: Prenada Media Group, 2010
2015 Nawawi, Hadari: Metode Penelitian Bidang
Kartono, tanggung jawab Pidana Perusahaan Sosial, Yogyakarta: Gajahmada University
Industri dalam Tindak Pidana Pencemaran Press, 1955
Lingkungan, Thesis Magister Program Prasetyo, Teguh: Hukum dan Sistem Hukum
Pascasarjana Universitas Erlangga, PT. berdasarkan Pancasila, Media Perkasa,
Raja Grafindo Persada, Jakarta Yogyakarta, 2013
Komariah. “Tindak Pidana Perpajakan Dalam Rahardjo, Satjipto: Mengejar eteraturan
Penghindaran, Penyimpangan, Penipuan menemukan Ketidakteraturan “(Teaching
Dan Pemalsuan Pajak.” Legalitas.Org. Last Order Finding Disorder), Pidato mengakhiri
modified 2010. www.legalitas.org. jabatan sebagai Guru Besar Tetap pada
Mansyur, Ridwan. “PT Asian Agri Telah Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Diputuskan Oleh Mahkamah Agung Untuk Semarang, 15 Desember 2000
Membayar Denda Ke Negara Sebesar Rp 2,5 Rahmdi, Takdir. Hukum Lingkungan Di Indonesia.
Triliun. Apa Reaksi Asian Agri?” Kompas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, n.d.
Com. Jakarta, December 29, 2012.
Rajagukguk, Erman. Rezim Anti Pencucian Uang
Martanto, Triyono. “Penerapan Sanksi Pidana Dan Undang-Undang Tindak Pidana
Atas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Pencucian Uang, n.d.
Dengan Pemberantasan Tindak Pidana
S. Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma, Metode
Korupsi.” Universitas Padjajaran, 2010.
dan Dinamika masalahnya Jakarta:Elsam
dan Huma 2002

360
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

Saleh, Roeslan. Perbuatan Pidana Dan Indonesia tahun 1945


Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: ----------------- Undang-undang Nomor 1 Tahun
Aksara Baru, 1983. 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana
———. Perbuatan Pidana Dan ----------------- Undang – Undang No. 32 Tahun
Pertanggungjawaban Pidana Dua 2009 Tentang Lingkungan Hidup
Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana. ----------------- Undang – Undang Republik
Jakarta: Akasara Baru, 1983. Indonesia, No. 8 Tahun 1981 Kitab Undang
Sapardjaya, Komariah Emong. Tanggung Jawab – Undang Hukum Acara Pidana
Pidana Badan Hukum Korporasi Bahan ----------------- Undang-Undang Republik
Ajar Penegakan Hukum Terpadu Dengan
Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Pendekatan Multidoor Dalam Penanganan
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Sumber Daya Alam – Lingkungan Hidup Di
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Atas Hutan Dan Lahan Gambut, Redd +,.
Umum Dan Tata Cara Perpajakan
Jakarta, 2012.
----------------- Undang-Undang Republik
Sasmita, Romli: Kapita Selekta Kejahatan Bisnis
Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Dan Hukum Pidana PT Jakarta: PT. Fikahati
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10
Aneska, 2013
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan
Semendawai, Haris, and Abdul. Memahami ----------------- Undang-Undang Republik
Whistle Blower. I. Jakarta: Lembaga
Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK),
Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.
2011.
-----------------, Undang-undang Nomor 48 Tahun
Seno Adjie, Oemar: Hukum (Acara) Pidana dalam
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Prospeksi, Jakarta, Erlangga 1976
-----------------, Undang-undang Nomor 11 Tahun
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum dalam 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax
konteks Ke Indonesiaa, Jakarta CV Utomo, Amnesty).
2006
Soedirjo. Jaksa Dan Hakim Dalam Proses Pidana.
Jakarta: Akademika Pressindo, 1985.
Soekanto, Soeryono: Pengantar Penelitian
Hukum, Jakarta, UI – Press 1986
Soemitro, Rochmat: Asas Dan Dasar Perpajakan,
Bandung: PT. Refika Aditama, 1998
Soesilo, R. Kitab Undang–Undang Hukum Pidana
(KUHP) Serta Komentar–Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Bogor
Politeia, 1980.
Sonia Liza, H. Rasidi: Monograf Filsafat Ilmu
Hukum suatu pengantar, Bandung, 2005
Sudarto. Hukum Dan Perkembangan Masyrakat.
Bandung: Sinar baru, 1983.
Sudarto, Suatu dilemma dalam pembaharuan
sistem pidana, Kumpulan pidato pengukuhan,
Bandung, Alumni 1981,
Syahdeni, Sutan Remy: pertanggungjawaban
Pidana Korporasi,Jakarta, Gratifi Pres, 2006
Indonesia, Undang- undang Dasar Republik

361
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:

De Jure
e-ISSN 2579-8561
No:10/E/KPT/2019
Volume 20, Nomor 3, September 2020

HALAMAN KOSONG

362

You might also like