Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Balance Vol. XIV No.

2 | Juli 2017

STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL PENGEMBANGAN WIRAUSAHAWAN


MUDA BAGI MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN TAKALAR
Abdul Rahman Rahim1), Ismail Rasulong2), Edi Jusriadi3), Faidul Adzim4)
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRACT
The aims of the research are: (1) reviewing and analyzing the strategy of applying the
model of developing young entrepreneurs through the container of a business incubator. (2) the role
and commitment of the actors (government, financial institutions, youth professional organizations,
village government, community leaders, youth organizations, and private sector) in a broader
partnership network to support the implementation of young entrepreneurship in development
models through the container of a business incubator for coastal communities.
The data collection through in-depth interviews, potential mapping, and focus group
discussions with the stakeholder, in this case, the main actors of development includes government,
financial institutions, professional organizations of young entrepreneurs, community leaders, youth
organizations, and private parties including universities. This qualitative research data analysis
activity is done interactively and continuously until complete through several steps of activity
systematically, that is collection/ data record, data reduction, data presentation, Verification and
drawing the Conclusion.
The conclusions of this research are the formulation of trial strategy in applying the
young entrepreneur development model through the container of a business incubator. Start by the
strengthening of commitment among the actors, the formulation of a module for training, the
formation of planning action, forming the team, training module, module for mentoring, and each
of the main actors for a business incubator. The next step is doing an inventory of prospective new
entrepreneurs and beginner entrepreneurs who will be fostered and developed through the container
of a business incubator. The Structured training is for new groups of entrepreneurs and starting-up
the new entrepreneurs from youth groups. The mentoring of business groups that initiated from the
training results, and business incubators in bridging new business groups for access to capital and
market access.
Keywords : Coastal Communities, Young Entrepreneurs, Business Incubators
Correspondence to : rahman.rahim@unismuh.ac.id, ismail.rasulong@unismuh.ac.id,
edi.jusriadi@unismuh.ac.id, faidul.adzim@unismuh.ac.id

ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini, yaitu: (1) mengkaji dan menganalisis strategi penerapan
model pengembangan wirausahawan muda melalui wadah inkubator bisnis; (2) menganalisis peran
dan komitmen lintas aktor (pemerintah, lembaga keuangan, organisasi profesi pengusaha muda,
pemerintah desa, tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan, dan pihak swasta) dalam jaringan

115
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

kemitraan yang lebih luas untuk mendukung implementasi model pengembangan wirausahawan
muda melalui wadah inkubator bisnis bagi masyarakat pesisir.
Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD)
dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini aktor utama pembangunan meliputi pemerintah, lembaga
keuangan, organisasi profesi pengusaha muda, pemerintah desa, tokoh masyarakat, organisasi
kepemudaan, dan pihak swasta termasuk perguruan tinggi. Analisis data penelitian menggunakan
metode kualitatif yang dilakukan melalui beberapa langkah secara sistematis, yakni
Koleksi/Catatan data, Reduksi data, Penyajian data, Verifikasi dan penarikan kesimpulan.
Simpulan dari penelitian ini adalah Rumusan strategi uji coba penerapan model
pengembangan wirausahawan muda melalui wadah inkubator bisnis harus dimulai dengan adanya
peneguhan komitmen antar lintas aktor, perumusan modul pelatihan, pembentukan tim penyusun
rencana aksi, modul pelatihan, modul pendampingan, dan penyusunan detail peran masing-masing
aktor utama inkubator bisnis. Selanjutnya melakukan inventarisasi calon-calon wirausahawan baru
dan wirausahawan pemula yang akan dibina dan dikembangkan melalui wadah inkubator bisnis.
Pelatihan terstruktur bagi kelompok wirausahawan baru dan wirausahawan pemula dari kelompok
pemuda. Pendampingan kelompok-kelompok usaha yang telah digagas dari hasil pelatihan, dan
pihak inkubator bisnis menjembatani kelompok-kelompok usaha baru untuk akses permodalan dan
akses pasar.
Kata kunci : Penerapan Model, Wirausahawan Muda, Inkubator Bisnis, Masyarakat
Pesisir
Korespondensi : ismail.rasulong@unismuh.ac.id, edi.jusriadi@unismuh.ac.id,
faidul.adzim@unismuh.ac.id

PENDAHULUAN / INTRODUCTION orang tua untuk melaut, bahkan ada yang


Salah satu upaya yang dapat tidak memiliki pekerjaan sama sekali.
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat Padahal sesungguhnya di sekitar
pesisir khususnya kaum mudanya adalah lingkungannya banyak potensi yang bisa
mendorong mereka untuk memiliki dikembangkan, seperti di bidang
kemampuan mengidentifikasi peluang usaha pengalengan, pengasingan, pengelolaan abon,
di bidang pengelolaan sumber daya laut dan dan berbagai bidang usaha lainnya yang
perikanan. Hasil observasi awal yang prospektif dan bisa dikelola dalam skala
dilakukan menunjukkan rata-rata kepala industri rumah tangga.
keluarga memiliki tanggungan 4-7 orang Hasil penelitian Rasulong, et. al
sementara pendapatan mereka tidak menentu (2016) menemukan bahwa:
karena banyak tergantung pada faktor cuaca 1. Sebaran sumber daya ekonomi yang
serta tingginya operasional untuk melaut, dapat dikembangkan di wilayah
apalagi kebanyakan keluarga nelayan hanya pesisir Kabupaten Takalar cukup
sebagai buruh saja (sawi-bahasa Makassar) beragam. Namun belum ada upaya
sehingga hasil tangkapan yang diperoleh maksimal yang sedang dilakukan
harus dibagi dengan punggawa atau pemilik untuk memanfaatkannya secara
perahu. Di tiap rumah tangga, rata-rata optimal.
memiliki anak usia produktif yang sudah 2. Potensi bidang usaha yang dapat
tidak sekolah lagi (tamatan SMP atau SMA) dikembangkan oleh kaum muda di
dengan kegiatan utama hanya turut membantu wilayah pesisir Kabupaten Takalar

116
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

sangat prospektif. Walaupun saat ini implementasi model di tahun kedua ini akan
masyarakat lebih dominan fokus pada dilakukan berbarengan dengan pengamatan
penangkapan ikan semata, belum ada yang mendalam terkait berfungsi tidaknya
upaya maksimal untuk mengembkan para pemangku kepentingan dalam wadah
kegiatan usaha pada skala mikro, inkubator bisnis yang disepakati. Pada tahap
kecil, ataupun menengah pada lanjutan, model dan metode tersebut akan
pengolahan hasil laut. diaplikasikan, didampingi pelaksanaannya,
3. Pemerintah daerah dan pemerintah kemudian melakukan revisi dan perbaikan
desa di wilayah Pesisir Kabupaten lebih lanjut. Pada akhirnya diharapkan akan
Takalar telah memberikan perannya lahir wirausahawan-wirausahawan muda
untuk memberdayakan kelompok- khususnya dalam bidang Usaha Mikro Kecil
kelompok masyarakat termasuk kaum dan Menengah (UMKM) yang menjadi
muda, tetapi belum optimal karena rintisan untuk melahirkan inkubator-
program yang dilaksanakan relatif inkubator penyebar “virus wirausaha” di
disalah artikan oleh kelompok lingkungan sekitarnya.
penerima manfaat sehingga
efektifitas keberlanjutannya tidak KAJIAN LITERATUR
terjamin.
Pengertian wilayah pesisir adalah
4. Model pengembangan wirausahawan
merupakan wilayah peralihan antara laut dan
muda dibangun dalam suatu kerangka
daratan, ke arah darat mencakup daerah yang
yang integratif dengan melibatkan
masih terkena pengaruh percikan air laut atau
seluruh aktor utama di daerah,
pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah
termasuk melibatkan perguruan
paparan benua (continental shelf) (Dahuri,
tinggi dalam wadah inkubator bisnis
dkk, 2001). Lebih lanjut Bengen (2001)
untuk mempersiapkan,
mengemukakan wilayah pesisir sebagai
mengasesment, mendampingi,
wilayah daratan yang berbatasan dengan laut,
melatih, dan membantu kelompok-
batas di daratan meliputi daerah–daerah yang
kelompok bisnis pemuda untuk start
tergenang air maupun yang tidak tergenang
up bisnis dalam skala mikro, kecil,
air yang masih dipengaruhi oleh proses-
dan menengah.
proses laut seperti pasang surut, angin laut
dan intrusi garam, sedangkan batas di laut
Oleh karena itu, penelitian ini
ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh
difokuskan untuk mengujicobakan
proses-proses alami di daratan seperti
implementasi model melalui wadah inkubator
sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke
bisnis. Peran lintas aktor dalam hal ini
laut, serta daerah-daerah laut yang
pemerintah daerah, lembaga keuangan,
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia
organisasi profesi pengusaha muda,
di daratan.
pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh
Beberapa hasil penelitian tentang
pemuda, pihak swasta, dan termasuk
kehidupan ekonomi masyarakat pesisir, di
perguruan tinggi akan didalami dan
antaranya Wasak (2012) menemukan bahwa
menemukan formulasi terbaik termasuk
bahwa rumahtangga nelayan yang
kendala dan faktor-faktor pendukung yang
pekerjaannya semata-mata tergantung pada
memungkinkan model pengembangan
usaha menangkap ikan memperoleh
wirausahawan muda bagi masyarakat pesisir
pendapatan yang hanya mampu memenuhi
dapat diimplementasi secara optimal. Ujicoba

117
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika informasi, pasar, dan infrastruktur
ada uang yang tersisa, itu biasanya digunakan lainnya, serta membuka akses pada
untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, berbagai peluang lainnya yang
dan memperbaiki tempat tinggalnya. Temuan mampu masyarakat lebih berdaya.
studi pada berbagai komunitas nelayan di luar Pemberdayaan bukan hanya meliputi
negeri menunjukkan bahwa organisasi sosial penguatan individu anggota
ekonomi maupun lembaga terkait lainnya masyarakat, melainkan juga pranata-
yang ada di desa pesisir memegang peranan pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
penting dalam perbaikan taraf hidup budaya modern seperti kerja keras,
masyarakat pesisir. Dengan kata lain bahwa hemat, keterbukaan, dan
organisasi sosial ekonomi bisa menjadi kebertanggungjawaban.
penunjang dalam upaya peningkatan taraf
3. Melindungi masyarakat (protection).
hidup masyarakat pesisir. Tanpa organisasi
Artinya dalam pemberdayaan
sosial ekonomi, nelayan akan bekerja dan
masyarakat, perlu adanya upaya
hidup sendirian tanpa ada yang
langkah-langkah yang dapat
memperjuangkan dan melindungi
mencegah persaingan yang tidak
kepentingan mereka (Mantjoro, 1988).
seimbang maupun praktik ekploitasi
Beberapa upaya pemberdayaan dapat oleh kaum/pihak yang kuat terhadap
dialakukan melalui tiga arah, seperti yang kaum/pihak yang lemah, melalui
dikatakan Kartasasmita (1996) dalam keberpihakan atau adanya aturan atau
Zubaedi (2013), yaitu : kesepakatan yang jelas untuk
melindungi pihak yang lemah.
1. Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat Program pemberdayaan masyarakat
untuk dapat berkembang (enabling). yang tergolong ke dalam kelompok marginal
Hal ini berarti, menyadarkan setiap sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru.
individu maupun masyarakat bahwa Pemerintah sejak lama telah menaruh
meraka memiliki potensi, tidak ada perhatian dengan meluncurkan berbagai
masyarakat yang tidak memiliki program pengentasan kemiskinan dan
daya. Sehingga ketika dalam pemberdayaan masyarakat yang dijalankan
pelaksanaan pemberdayaan, oleh berbagai kementerian dan lembaga.
diupayakan untuk mendorong dan Salah satu yang terkenal adalah Program
membangkitkan motivasi masyarakat Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang ditujukan
akan pentingnya mengembangkan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan
potensi-potensi yang telah ada dan masyarakat miskin melalui pengembangan
dimiliki oleh masyarakat. sumberdaya manusia, modal, dan usaha
produktif serta pengembangan kelembagaan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang
Lingkup dari program IDT menyangkut
dimiliki masyarakat (empowering).
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
Hal ini berarti bahwa langkah
tinggal di desa-desa tertinggal. Akselerasi
pemberdayaan dapat diupayakan
kegiatan sosial ekonomi dilakukan melalui
melalui kegiatan/aksi nyata seperti
pengembangan sumberdaya ekonomi di
pendidikan, pelatihan, peningkatan
pedesaan, suplai kebutuhan dasar, pelayanan
kesehatan, pemberian modal,
jasa, dan penciptaan lingkungan pendukung
lapangan pekerjaan, adanya
bagi proses pengentasan kemiskinan.

118
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

Program IDT, selain memberikan dukungan Analisis data dalam penelitian


dana 20 juta per desa tertinggal, juga kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
memberikan dukungan dalam bentuk data berlangsung dan setelah selesai
pelatihan, supervisi dan tenaga pendamping. pengumpulan data dalam periode tertentu.
Lebih dari itu, program IDT juga membantu Kegiatan analisis data penelitian kualitatif ini
mengembangkan infrastruktur seperti jalan, dilakukan secara interaktif dan berlangsung
jembatan, air bersih dan kebutuhan lainnya terus menerus sampai tuntas melalui beberapa
sesuai dengan kondisi pedesaan. langkah kegiatan secara sistematis, yakni
data collection, data reduction, data display,
conclutions (drawing/verifying).
METODE PENELITIAN/ METHODS
1. Jenis da Fokus Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN/ RESULTS
Penelitian ini adalah penelitian 1. Strategi Implementasi Model
terapan yang ditujukan untuk menemukan
Pertama, pemerintah daerah harus
model terbaik sekaligus berperan memberi ruang yang lebih luas dan
mengimplementasikannya di lokus penelitian berkelanjutan untuk mendorong tumbuhnya
maupun di wilayah-wilayah lainnya dengan wirausahawan-wirausahawan muda. Profil
menggunakan metode pendekatan kualitatif. masyarakat pesisir khususnya di wilayah
Fokus utama penelitian pada 4 (empat) desa
studi mengisyaratkan dibutuhkannya
pesisir yaitu (1) untuk Kecamatan Galesong sentuhan kebijakan khusus yang berbasis
meliputi Desa Boddia, dan Desa Palalakkang. pada kebijakan ekonomi yang berpihak pada
(2) untuk Kecamatan Galesong Utara tumbuhnya inisiatif, kreasi, dan motivasi
meliputi Desa Tamasaju, dan Desa Tamalate.
untuk berwirausaha bagi kalangan muda.
2. Teknik Pengumpulan Data Kebijakan ini harus melibatkan aktor lokal
seperti lembaga keuangan, organisasi profesi
a. Wawancara dengan beberapa
bisnis pemuda, dan para juragan kapal
informan kunci di setiap desa
tangkap (papalele – bahasa Makassar) untuk
sasaran.
secara bersama-sama memberi ruang yang
b. Melakukan FGD (Focus Group
lebih luas bagi kaum muda untuk
Discussion), melalui diskusi
mengkreasikan ide-ide bisnis mereka melalui
kelompok terfokus dimaksudkan
penguatan kelembagaan inkubator bisnis di
untuk lebih mendalami beberapa isu
wilayah pesisir.
dan data yang tidak terjaring dalam
Kedua, lembaga keuangan (bank dan
wawancara mendalam, akan
non bank) melalui kebijakan pemerintah
diperdalam lagi pada kegitan FGD
daerah harus mengambil peran melalui
bersama dengan tokoh masyarakat
inisiasi adanya kredit program yang khusus
dan tokoh pemuda serta aparat
diperuntukkan bagi tumbuhnya usaha kecil
pemerintahan desa.
dan mikro di wilayah pesisir. Untuk aktor
c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan
kedua, yaitu lembaga keuangan dapat
data yang diperoleh melalui laporan-
berfungsi sebagai mitra yang saling
laporan atau dokumen-dokumen
menguntungkan dengan usaha bisnis yang
yang ada dan informasi lainnya.
akan dibangun. Posisi lembaga keuangan
3. Analisis Data bersifat “menunggu” rekemondasi dari
inkubator bisnis terkait usaha bisnis apa yang

119
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

bisa dibiayai melalui kredit program dari orang yang dianggap kompoten melalui
lembaga keuangan. Rekomendasi dari kebijakan pemerintah daerah dengan
inkubator menjadi jaminan bagi bank tentang melibatkan unsur-unsur pemerintah dan
kelayakan usaha dari kelompok atau individu pemuda di dalamnya. Pada prinsipnya, fungsi
pemuda yang akan start up bisnis. inkubator bisnis adalah wadah yang bisa
Ketiga, organisasi profesi bisnis memfasilitasi lahirnya ide-ide bisnis kreatif
pemuda yang dalam konteks ini adalah dari kaum muda termasuk di dalamnya
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia melakukan kegiatan/kampanye yang bisa
(HIPMI). Organisasi ini bertugas untuk mendorong terjadinya perubahan pola pikir
mendorong sekaligus membantu usaha-usaha (mindset) kaum muda, memfasilitas kegiatan
bisnis pemuda yang baru akan strart up coaching dan mentoring, penilaian kelayakan
(memulai) untuk menjangkau pasar yang usaha, pembinaan dan pendampingan secara
lebih luas, juga terkait dengan pendampingan berkelanjutan bagi bisnis-bisnis potensial
dan pembimbingan usaha melalui program bagi kaum muda di wilayah pesisir. Oleh
yang berkesinambungan. HIPMI dalam karena itu, pelibatan perguruan tinggi dalam
fungsinya sebagai organisasi profesi bisnis Inkubator Bisnis dimaksudkan agar sumber
bagi pemuda, dapat menjadi “ayah angkat” daya untuk kegiatan pelatihan, coaching dan
bagi bisnis-bisnis pemuda yang baru akan mentoring termasuk penilaian kelayakan
dimulai. bisnis dilakukan bersama-sama dengan
Keempat, tokoh masyarakat dan perguruan tinggi sehingga hasilnya bisa lebih
organisasi kepemudaan dalam hal ini adalah dipertanggung jawabkan.
Papalele (Juragan Kapal) dan Karang Taruna Jika seluruh aktor utama tersebut
ikut terlibat dalam wadah inkubator bisnis terlibat dalam lembaga Inkubator Bisnis
yang dibentuk. Peran Papalele menjadi salah dimaksud maka akses permodalan dan akses
satu bentuk kelompok local wisdom (kearifan pasar akan bisa dilakukan dengan lebih
lokal) yang harus didorong untuk mengambil mudah dan terintegrasi. Oleh karenanya
bagian mendorong tumbuhnya kesadaran lahirnya kebijakan dari pemerintah daerah
kaum muda untuk memulai bisnisnya. Upaya untuk bisa mendorong dan mengajak
dimaksud adalah dengan memberikan ruang lembaga-lembaga keuangan untuk mengambil
yang lebih luas dengan memberi peluang peran untuk menumbuhkan usaha-usaha pada
kepada kaum muda untuk ikut dalam alur skala mikro dan kecil di wilayah pesisir akan
bisnis yang selama ini mutlak dalam memberikan harapan bahwa kegiatan-
penguasaan kelompok Papalele di kawasan kegiatan usaha mikro dan kecil dapat tumbuh
pesisir. Sementara kelompok pemuda seperti signifikan dan berkelanjutan di masa yang
organisasi Karang Taruna, berperan untuk akan datang.
memperluas jangkauan tugasnya tidak hanya Kerangka model yang dihasilkan
dalam bentuk kegiatan sosial tetapi juga tersebut selanjutnya dikonfirmasi ke
mengembangkan tanggung jawabnya dalam pemangku kepentingan dalam hal ini adalah
bentuk mengorganisir kaum muda untuk aktor-aktor utama yang diharapkan berperan
berkreasi dalam bidang bisnis yang riil. aktif dalam wadah inkubator bisnis tersebut.
Keempat aktor utama tersebut masing- Oleh karena itu, langkah awal yang dilakukan
masing melakukan perannya dalam satu adalah melakukan wawancara mendalam
wadah atau lembaga yang dibentuk dalam hal dengan para pihak untuk mendalami
ini adalah Pusat Inkubator Bisnis Wilayah sekaligus menetapkan strategi penerapan
Pesisir. Lembaga ini dikelolah oleh orang-

120
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

model agar bisa diterapkan di wilayah Upaya menciptakan wirausahawan


penelitian. muda khususnya di wilayah pesisir yang
Rencana aksi implementasi model memiliki kekayaan sumber daya laut yang
pengembangan wirausahawan muda melalui melimpah menjadi tanggung jawab bersama.
wadah inkubator bisnis sebagai berikut: Oleh karena itu, kepahaman akan adanya
1. Penguatan komitmen para aktor utama potensi yang bisa dioptimalkan harus diikuti
pembangunan untuk sama-sama terlibat oleh kemauan untuk secara bersama
dalam lembaga inkubator bisnis melalui mendorong bangkitnya motivasi masyarakat
penandatanganan kesepakatan bersama pesisir untuk mau tahu dan mampu
pembentukan inkubator bisnis pesisir melakukan kegiatan menambah nilai tambah
Takalar. (value added) dari produk-produk kegiatan
2. Pembentukan tim penyusun rencana aksi, perikanan laut yang ada di sekitarnya.
modul pelatihan, modul pendampingan, Bidang-bidang usaha potensial yang dapat
dan penyusunan detail peran masing- dilakukan tidak hanya berfokus pada hasil
masing aktor utama inkubator bisnis. perikanan tangkap semata tetapi juga bisa
3. Inventarisasi calon-calon wirausahawan dikembangkan pada aspek lain yang memiliki
baru dan wirausahawan pemula yang kaitan langsung dengan produk perikanan
akan dibina dan dikembangkan melalui baik yang bersifat ke depan maupun yang
wadah inkubator bisnis. memiliki efek ke belakang. Dalam arti bahwa
4. Pelatihan terstruktur bagi kelompok banyak sekali kegiatan usaha yang bisa
wirausahawan baru dan wirausahawan dilakukan yang dapat saling mendukung di
pemula dari kelompok pemuda. sektor perikanan laut.
5. Pendampingan kelompok-kelompok Aktor utama dalam upaya menciptakan
usaha yang telah digagas dari hasil wirausahawan muda yang dimaksudkan
pelatihan. dalam penelitian ini diidentifikasi adalah
6. Pihak inkubator bisnis menjembatani pemerintah daerah, pemerintah desa, tokoh
kelompok-kelompok usaha baru untuk masyarakat, tokoh pemuda, lembaga
akses permodalan dan akses pasar. keuangan, pelaku industri, dan perguruan
Poin-poin yang disarikan dalam tinggi. Ketujuh aktor dimaksud idealnya
kegiatan FGD tersebut merupakan langkah- dapat mengambil peran untuk berkontribusi
langkah yang harus ditindaklanjuti secara bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
bertahap. Sebagai langkah awal maka pesisir, lebih khusus melalui pengembagnan
peneguhan komitmen para aktor utama harus wirausahwan muda. Mengapa wirausahawan
dilakukan bertujuan mensinergikan semua muda?, karena berdasarkan data-data awal
aktor untuk bisa secara aktif mengambil yang telah dipaparkan bahwa anak-anak
peran dan tanggung jawab untuk secara nelayan di desa-desa pesisir Kecamatan
bersama-sama melaksanakan kegiatan Galesong dan Kecamatan Galesong Utara
pemberdayaan dan penumbuhan tidak banyak yang dapat melanjutkan
wirausahawan-wirausahawan baru sekaligus pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi
juga untuk mengembangkan bisnis dan karena faktor ekonomi, dan karena itu mereka
jaringan bagi wirausahawan-wirausahawan umumnya ikut terlibat “secara terpaksa”
pemula melalui konsep dan strategi bisnis dalam kegiatan melaut yang dilakukan orang
yang lebih baik. tuanya. Ketidakmampuan menangkap
2. Peran dan Komitmen Lintas Aktor peluang untuk memanfaatkan potensi sumber
daya perikanan laut yang tergolong relatif

121
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

melimpah tersebut disebabkan oleh karena telah menjadi budaya dalam kehidupan
tidak adanya sistem yang secara masyarakat pesisir yang sangat susah untuk
komprehensif, sistematis dan massif untuk diubah.
mendorong kelompok penduduk usia muda Dalam konteks pembangunan
tersebut untuk masuk dalam kegiatan masyarakat masyarakat di kawasan pesisir
produktif bernilai tambah. Kabupaten Takalar, idealnya merupakan
Pemberian kebijakan pembangunan bauran kebijakan antara kebijakan ekonomi,
yang menyentuh langsung kepada masyarakat kebijakan sumber daya alam dan kebijakan
bukanlah hal yang untuk mudah dilakukan. kelembagaan yang bersinergis dan
Chandra dalam kusnadi (2007;16) terintergrasi satu sama lainnya. Arah
menjelaskan bahwa inisiatif untuk kebijakan pembangunan dan pemberdayaan
menggugah partisipasi masyarakat dalam masyarakat pesisir yang dilakukan
pembangunan local sering merupakan pemerintah seharusnya melibatkan semua
intervensi pihak luar ke dalam masyarakat aspek yang terdapat dalam masyarakat
atau komuniti setempat dan harus pesisir. Kebijakan pemanfaatan kelembagaan
memperhatikan karakter, cara dan kapasitas yang telah ada dalam masyarakat pesisir
kaum miskin. Pada dasarnya setiap golongan dalam hal ini yang dibentuk akibat dari relasi
masyarakat termasuk masyarakat miskin, social patron klien antara juragannya dan
masih memiliki potensi sumber daya social nelayan buruhnya seharusnya dapat
yang bisa didayagunakan untuk mengatasi dimanfaatkan dengan baik.
kemiskinan. Sumber daya social yang berupa Menurut hasil pengamatan di lapangan,
system nilai, norma-norma perilaku, dan keberadaan aktor tokoh masyarakat dalam hal
kepercayaan local telah terbukti mampu ini orang-orang yang memiliki pengaruh kuat
menjaga integrasi masyarakat pesisir terhadap komunitas masyarakat nelayan yaitu
(Kusnadi, 2007). Fukuyama (1997) jurangan, diperoleh fakta bahwa
menjelaskan modal social sebagai sesungguhnya terdapat relasi sosial Juragan
kemampuan efektif dan lentur dalam dan nelayan buruhnya sesungguhnya
menghadapi perubahan yang berlangsung memiliki akar modal sosial yang kuat,
cepat karena intervensi kapitalisme pada sehingga kebijakan pembangunan masyarakat
berbagai sector kehidupan masyarakat. Modal di kawasan pesisir dapat melalui peran dari
social yang memiliki unsur kepercayaan Juragan atau pemilik Modal. Tingkat
(trust), norma (norm), jaringan (network), dan kepercayaan yang tinggi nelayan buruh
resiprosity (hubungan timbal balik) adalah terhadap Juragannya dan norma yang telah
sumber daya social yang terdapat dalam tersedia dalam relasi sosial tersebut,
kelompok kerja atau relasi social patron client merupakan modal yang baik dalam
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat memasukkan kebijakan-kebijakan
pesisir antara juragan atau pemilik modal pembangunan kepada nelayan buruh untuk
dengan para nelayan buruhnya. Arah lebih meningkatkan taraf hidupnya dengan
kebijakan pembangunan dalam masyarakat kata lain, Juragan bisa menjadi jembatan
pesisir yang memutus rantai relasi social antara para stekholder penentu arah kebijakan
antara Juragan dan para nelayan buruhnya dan nelayan buruh sebagai objek arah
sehingga menciptakan nelayan buruh menjadi kebijakan pembangunan. Juragan dalam
masyarakat mandiri, menurut saya adalah hal masyarakat pesisir bisa berperan sebagai
yang salah. Karena tingkat kepercayaan yang lembaga perbankan yang dapat memberikan
tinggi nelayan buruh terhadap juragannya jaminan baik dalam modal maupun sosial

122
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

kepada para nelayan buruhnya sehingga dapat studi sangat dominan, peran dominan
menciptakan investasi modal yang dapat pemerintah menyebabkan gagalnya sebuah
dimanfaatkan kelak oleh para nelayan pemberdayaan masyarakat. Program ini
buruhnya dan secara tidak langsung pola pikir cenderung bersifat top-down, yang cenderung
masyarakat pesisir yang bersifat konsumtif tidak memberi ruang yang cukup bagi
akan bergeser secara perlahan berganti kelompok-kelompok masyarakat berperan
menjadi pola pikir untuk menabung. karena kebijakan pemberdayaan tidak
Kenyataan bahwa potensi daerah memperhatikan apa yang sesungguhnya
pesisir yang sangat besar tidak didukung kelompok masyarakat butuhkan.
infrastruktur yang baik, kesempatan kerja Terkait dengan komitmen aktor utama
yang luas, dan tentunya jiwa wirausaha pada yang diharapkan berperan dalam inkubator
individu masyarakatnya. Padahal, secara bisnis maka nota kesepahaman menjadi unsur
sosial budaya, masyarakat yang mayoritas yang penting untuk dihasilkan. Namun
nelayan tangkap tersebut, merupakan orang- mendudukkan mereka dalam satu meja dan
orang yang ramah dan sangat terbuka. Namun merumuskannya menjadi tantangan bagi
terdapat sedikit masalah yakni sulitnya untuk peneliti. Kendala waktu seringkali menjadi
menggerakkan, apalagi mengubah kebiasaan alasan sehingga mereka tidak bisa duduk
menangkap menjadi budidaya. semeja, apalagi dari pihak lembaga
Dalam pemberdayaan masyarakat perbankan yang memiliki mekanisme yang
nelayan di Takalar, pemerintah yang terlibat tidak mudah sehingga dibutuhkan komitmen
dalam pemberdayaan masyarakat nelayan pemerintah Kabupaten Takalar untuk
tersebut mempunyai peran berbeda-beda, mendorong hal tersebut.
semua berperan sesuai dengan kapasitas
masing-masing lembaga. Pertama, Dinas SIMPULAN/ CONCLUSSION
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar Berdasarkan hasil penelitian,
merupakan penanggungjawab semua program disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:
yang telah digulirkan pemerintah kepada 1. Rumusan strategi uji coba penerapan
nelayan pada tingkat kabupaten. Sebagai model pengembangan wirausahawan
pelaksana teknis, dinas sebagai muda melalui wadah inkubator bisnis
penyelenggara program mempunyai peran harus dimulai dengan adanya peneguhan
sebagai penentu kebijakan dalam bidang komitmen antar lintas aktor, perumusan
perikanan termasuk dalam pemberdayaan modul pelatihan, pembentukan tim
masyarakat nelayan. Dalam penentuan penyusun rencana aksi, modul pelatihan,
kebijakan, dinas cenderung otoriter, dinas modul pendampingan, dan penyusunan
terlalu dominan dalam menentukan kebijakan detail peran masing-masing aktor utama
tanpa melibatkan peran serta masyarakat, inkubator bisnis. Selanjutnya melakukan
akibatnya masyarakat sekedar menjalankan inventarisasi calon-calon wirausahawan
saja walaupun kemungkinan kurang tepat baru dan wirausahawan pemula yang
untuk kondisi spesifik masyarakat setempat. akan dibina dan dikembangkan melalui
Hal semacam ini seringkali terjadi dan tentu wadah inkubator bisnis. Pelatihan
saja pencapaian tujuan seringkali tidak terstruktur bagi kelompok wirausahawan
tercapai secara optimal. Hal ini dapat baru dan wirausahawan pemula dari
diartikan bahwa peran pemerintah dalam kelompok pemuda. Pendampingan
pemberdayaan masyakat nelayan di kelompok-kelompok usaha yang telah
Kabupaten Takalar khususnya di wilayah digagas dari hasil pelatihan, dan pihak

123
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017

inkubator bisnis menjembatani Improve Community Incomes in Takalar


kelompok-kelompok usaha baru untuk Regency. IOSR Journal of Business and
ManagementVer. V 17, no. 4: 2319-7668.
akses permodalan dan akses pasar. www.iosrjournals.org.
2. Komitmen para aktor utama inkubator Syahza, Almasdi. 2003. Rancangan Model
bisnis khususnya pihak pemerintah Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
daerah, para kepala desa, HIPMI, Tenaga Pedesaan Berbasis Agribisnis di Daerah
Riau. Jurnal Pembangunan Pedesaan,
Ahli Pengembangan Ekonomi Desa, dan Volume 3 No. 2.
Pihak Perguruan Tinggi sangat baik dan Trisbiantoro, Didik, dkk. 2013. Model
akan ditindaklanjuti melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Kecamatan Watulimo, Kabupaten
penandatanganan nota kesepahaman
Trenggalek. Jurnal Mitra Ekonomi dan
pengembangan wadah inkubator bisnis. Manajemen Bisnis, Vol 4 No. 1 hal. 18-29.
Wasak, Martha. 2012. Keadaan Sosial-Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY Masyarakat Nelayan di Desa Kinabuhutan
Arief, Andi Adrie, 2008. Partisipasi Masyarakat Kecamatan Likupang Barat. Kabupaten
Nelayan di Kabupaten Takalar (Studi Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Pacific
Kasus Desa Tamasaju, Kecamatan Journal, Vol. 1 (7): 1339 -1342.
Galesong Utara). Jurnal Hutan dan Wickham, A.P. 2001. Strategic Entrepreneurship:
Masyarakat Vol. III No. 1 Mei 2008. A Decision Making Approach to New
Dendi, Astia, Heinz-Josef Heile, Mahman, Venture Creation and Management. 2nd
Rukyatil Hilaliyah, Rifai Saleh Haryono. edition. Pearson Education Limited.
2004. Menanggulangi Kemiskinan Melalui Harlow, England.
Pengembangan Ekonomi Lokal Beberapa Widjajanti, Kesi. 2011. Model Pemberdayaan
Pelajaran dari Nusa Tenggara. Departemen Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Dalam Negeri Direktorat Jenderal Bina Pembangunan. Vol. 12, (No.01):15-27.
Pembangunan Daerah. Yatmo, Mardi Hutomo. 2000. Pemberdayaan
Indarti, I., & Wardana, D. S. (2013). Metode Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Tinjauan Teoretik dan Implementasi,
Penguatan Kelembagaan Di Wilayah Naskah No. 20.
Pesisir. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Yuliana, Rita. 2010. Model Pemberdayaan
Bisnis, 17(1), 75-88. Ekonomi Keluarga Pengembang Ekonomi
Mantjoro, E. 1988. Social and economic Lokal Melalui Sistem Kemitraan Bisnis
organization of rural Japanese fishing Islam Berbasis Mompreneur. Pamator,
community: A Case of Nomaike. Master Volume 3, Nomor 2, hal. 128-136.
program, Department of Fisheries, Tokyo Yustika, Ahmad Erani. 2010. Ekonomi
University, Japan (unpublished). Kelembagaan: Definisi, Teori, Strategi ,
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Edisi 2. Malang: Penerbit Bayumedia.
Kualitatif. Edisi Revisi Bandung: PT Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat,
Remaja Rosdakarya Wacana dan Praktik. Jakarta: Kencana
Rahman, Abdul, and Ismail Rasulong. 2015. Prenada Media Group.
Empowerment of Creative Economy to

124
Jurnal Balance

You might also like