Professional Documents
Culture Documents
Strategi Implementasi Model Pengembangan Wirausahawan Muda Bagi Masyarakat Pesisir Kabupaten Takalar
Strategi Implementasi Model Pengembangan Wirausahawan Muda Bagi Masyarakat Pesisir Kabupaten Takalar
2 | Juli 2017
ABSTRACT
The aims of the research are: (1) reviewing and analyzing the strategy of applying the
model of developing young entrepreneurs through the container of a business incubator. (2) the role
and commitment of the actors (government, financial institutions, youth professional organizations,
village government, community leaders, youth organizations, and private sector) in a broader
partnership network to support the implementation of young entrepreneurship in development
models through the container of a business incubator for coastal communities.
The data collection through in-depth interviews, potential mapping, and focus group
discussions with the stakeholder, in this case, the main actors of development includes government,
financial institutions, professional organizations of young entrepreneurs, community leaders, youth
organizations, and private parties including universities. This qualitative research data analysis
activity is done interactively and continuously until complete through several steps of activity
systematically, that is collection/ data record, data reduction, data presentation, Verification and
drawing the Conclusion.
The conclusions of this research are the formulation of trial strategy in applying the
young entrepreneur development model through the container of a business incubator. Start by the
strengthening of commitment among the actors, the formulation of a module for training, the
formation of planning action, forming the team, training module, module for mentoring, and each
of the main actors for a business incubator. The next step is doing an inventory of prospective new
entrepreneurs and beginner entrepreneurs who will be fostered and developed through the container
of a business incubator. The Structured training is for new groups of entrepreneurs and starting-up
the new entrepreneurs from youth groups. The mentoring of business groups that initiated from the
training results, and business incubators in bridging new business groups for access to capital and
market access.
Keywords : Coastal Communities, Young Entrepreneurs, Business Incubators
Correspondence to : rahman.rahim@unismuh.ac.id, ismail.rasulong@unismuh.ac.id,
edi.jusriadi@unismuh.ac.id, faidul.adzim@unismuh.ac.id
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini, yaitu: (1) mengkaji dan menganalisis strategi penerapan
model pengembangan wirausahawan muda melalui wadah inkubator bisnis; (2) menganalisis peran
dan komitmen lintas aktor (pemerintah, lembaga keuangan, organisasi profesi pengusaha muda,
pemerintah desa, tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan, dan pihak swasta) dalam jaringan
115
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
kemitraan yang lebih luas untuk mendukung implementasi model pengembangan wirausahawan
muda melalui wadah inkubator bisnis bagi masyarakat pesisir.
Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD)
dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini aktor utama pembangunan meliputi pemerintah, lembaga
keuangan, organisasi profesi pengusaha muda, pemerintah desa, tokoh masyarakat, organisasi
kepemudaan, dan pihak swasta termasuk perguruan tinggi. Analisis data penelitian menggunakan
metode kualitatif yang dilakukan melalui beberapa langkah secara sistematis, yakni
Koleksi/Catatan data, Reduksi data, Penyajian data, Verifikasi dan penarikan kesimpulan.
Simpulan dari penelitian ini adalah Rumusan strategi uji coba penerapan model
pengembangan wirausahawan muda melalui wadah inkubator bisnis harus dimulai dengan adanya
peneguhan komitmen antar lintas aktor, perumusan modul pelatihan, pembentukan tim penyusun
rencana aksi, modul pelatihan, modul pendampingan, dan penyusunan detail peran masing-masing
aktor utama inkubator bisnis. Selanjutnya melakukan inventarisasi calon-calon wirausahawan baru
dan wirausahawan pemula yang akan dibina dan dikembangkan melalui wadah inkubator bisnis.
Pelatihan terstruktur bagi kelompok wirausahawan baru dan wirausahawan pemula dari kelompok
pemuda. Pendampingan kelompok-kelompok usaha yang telah digagas dari hasil pelatihan, dan
pihak inkubator bisnis menjembatani kelompok-kelompok usaha baru untuk akses permodalan dan
akses pasar.
Kata kunci : Penerapan Model, Wirausahawan Muda, Inkubator Bisnis, Masyarakat
Pesisir
Korespondensi : ismail.rasulong@unismuh.ac.id, edi.jusriadi@unismuh.ac.id,
faidul.adzim@unismuh.ac.id
116
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
sangat prospektif. Walaupun saat ini implementasi model di tahun kedua ini akan
masyarakat lebih dominan fokus pada dilakukan berbarengan dengan pengamatan
penangkapan ikan semata, belum ada yang mendalam terkait berfungsi tidaknya
upaya maksimal untuk mengembkan para pemangku kepentingan dalam wadah
kegiatan usaha pada skala mikro, inkubator bisnis yang disepakati. Pada tahap
kecil, ataupun menengah pada lanjutan, model dan metode tersebut akan
pengolahan hasil laut. diaplikasikan, didampingi pelaksanaannya,
3. Pemerintah daerah dan pemerintah kemudian melakukan revisi dan perbaikan
desa di wilayah Pesisir Kabupaten lebih lanjut. Pada akhirnya diharapkan akan
Takalar telah memberikan perannya lahir wirausahawan-wirausahawan muda
untuk memberdayakan kelompok- khususnya dalam bidang Usaha Mikro Kecil
kelompok masyarakat termasuk kaum dan Menengah (UMKM) yang menjadi
muda, tetapi belum optimal karena rintisan untuk melahirkan inkubator-
program yang dilaksanakan relatif inkubator penyebar “virus wirausaha” di
disalah artikan oleh kelompok lingkungan sekitarnya.
penerima manfaat sehingga
efektifitas keberlanjutannya tidak KAJIAN LITERATUR
terjamin.
Pengertian wilayah pesisir adalah
4. Model pengembangan wirausahawan
merupakan wilayah peralihan antara laut dan
muda dibangun dalam suatu kerangka
daratan, ke arah darat mencakup daerah yang
yang integratif dengan melibatkan
masih terkena pengaruh percikan air laut atau
seluruh aktor utama di daerah,
pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah
termasuk melibatkan perguruan
paparan benua (continental shelf) (Dahuri,
tinggi dalam wadah inkubator bisnis
dkk, 2001). Lebih lanjut Bengen (2001)
untuk mempersiapkan,
mengemukakan wilayah pesisir sebagai
mengasesment, mendampingi,
wilayah daratan yang berbatasan dengan laut,
melatih, dan membantu kelompok-
batas di daratan meliputi daerah–daerah yang
kelompok bisnis pemuda untuk start
tergenang air maupun yang tidak tergenang
up bisnis dalam skala mikro, kecil,
air yang masih dipengaruhi oleh proses-
dan menengah.
proses laut seperti pasang surut, angin laut
dan intrusi garam, sedangkan batas di laut
Oleh karena itu, penelitian ini
ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh
difokuskan untuk mengujicobakan
proses-proses alami di daratan seperti
implementasi model melalui wadah inkubator
sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke
bisnis. Peran lintas aktor dalam hal ini
laut, serta daerah-daerah laut yang
pemerintah daerah, lembaga keuangan,
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia
organisasi profesi pengusaha muda,
di daratan.
pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh
Beberapa hasil penelitian tentang
pemuda, pihak swasta, dan termasuk
kehidupan ekonomi masyarakat pesisir, di
perguruan tinggi akan didalami dan
antaranya Wasak (2012) menemukan bahwa
menemukan formulasi terbaik termasuk
bahwa rumahtangga nelayan yang
kendala dan faktor-faktor pendukung yang
pekerjaannya semata-mata tergantung pada
memungkinkan model pengembangan
usaha menangkap ikan memperoleh
wirausahawan muda bagi masyarakat pesisir
pendapatan yang hanya mampu memenuhi
dapat diimplementasi secara optimal. Ujicoba
117
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika informasi, pasar, dan infrastruktur
ada uang yang tersisa, itu biasanya digunakan lainnya, serta membuka akses pada
untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, berbagai peluang lainnya yang
dan memperbaiki tempat tinggalnya. Temuan mampu masyarakat lebih berdaya.
studi pada berbagai komunitas nelayan di luar Pemberdayaan bukan hanya meliputi
negeri menunjukkan bahwa organisasi sosial penguatan individu anggota
ekonomi maupun lembaga terkait lainnya masyarakat, melainkan juga pranata-
yang ada di desa pesisir memegang peranan pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
penting dalam perbaikan taraf hidup budaya modern seperti kerja keras,
masyarakat pesisir. Dengan kata lain bahwa hemat, keterbukaan, dan
organisasi sosial ekonomi bisa menjadi kebertanggungjawaban.
penunjang dalam upaya peningkatan taraf
3. Melindungi masyarakat (protection).
hidup masyarakat pesisir. Tanpa organisasi
Artinya dalam pemberdayaan
sosial ekonomi, nelayan akan bekerja dan
masyarakat, perlu adanya upaya
hidup sendirian tanpa ada yang
langkah-langkah yang dapat
memperjuangkan dan melindungi
mencegah persaingan yang tidak
kepentingan mereka (Mantjoro, 1988).
seimbang maupun praktik ekploitasi
Beberapa upaya pemberdayaan dapat oleh kaum/pihak yang kuat terhadap
dialakukan melalui tiga arah, seperti yang kaum/pihak yang lemah, melalui
dikatakan Kartasasmita (1996) dalam keberpihakan atau adanya aturan atau
Zubaedi (2013), yaitu : kesepakatan yang jelas untuk
melindungi pihak yang lemah.
1. Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat Program pemberdayaan masyarakat
untuk dapat berkembang (enabling). yang tergolong ke dalam kelompok marginal
Hal ini berarti, menyadarkan setiap sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru.
individu maupun masyarakat bahwa Pemerintah sejak lama telah menaruh
meraka memiliki potensi, tidak ada perhatian dengan meluncurkan berbagai
masyarakat yang tidak memiliki program pengentasan kemiskinan dan
daya. Sehingga ketika dalam pemberdayaan masyarakat yang dijalankan
pelaksanaan pemberdayaan, oleh berbagai kementerian dan lembaga.
diupayakan untuk mendorong dan Salah satu yang terkenal adalah Program
membangkitkan motivasi masyarakat Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang ditujukan
akan pentingnya mengembangkan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan
potensi-potensi yang telah ada dan masyarakat miskin melalui pengembangan
dimiliki oleh masyarakat. sumberdaya manusia, modal, dan usaha
produktif serta pengembangan kelembagaan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang
Lingkup dari program IDT menyangkut
dimiliki masyarakat (empowering).
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
Hal ini berarti bahwa langkah
tinggal di desa-desa tertinggal. Akselerasi
pemberdayaan dapat diupayakan
kegiatan sosial ekonomi dilakukan melalui
melalui kegiatan/aksi nyata seperti
pengembangan sumberdaya ekonomi di
pendidikan, pelatihan, peningkatan
pedesaan, suplai kebutuhan dasar, pelayanan
kesehatan, pemberian modal,
jasa, dan penciptaan lingkungan pendukung
lapangan pekerjaan, adanya
bagi proses pengentasan kemiskinan.
118
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
119
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
bisa dibiayai melalui kredit program dari orang yang dianggap kompoten melalui
lembaga keuangan. Rekomendasi dari kebijakan pemerintah daerah dengan
inkubator menjadi jaminan bagi bank tentang melibatkan unsur-unsur pemerintah dan
kelayakan usaha dari kelompok atau individu pemuda di dalamnya. Pada prinsipnya, fungsi
pemuda yang akan start up bisnis. inkubator bisnis adalah wadah yang bisa
Ketiga, organisasi profesi bisnis memfasilitasi lahirnya ide-ide bisnis kreatif
pemuda yang dalam konteks ini adalah dari kaum muda termasuk di dalamnya
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia melakukan kegiatan/kampanye yang bisa
(HIPMI). Organisasi ini bertugas untuk mendorong terjadinya perubahan pola pikir
mendorong sekaligus membantu usaha-usaha (mindset) kaum muda, memfasilitas kegiatan
bisnis pemuda yang baru akan strart up coaching dan mentoring, penilaian kelayakan
(memulai) untuk menjangkau pasar yang usaha, pembinaan dan pendampingan secara
lebih luas, juga terkait dengan pendampingan berkelanjutan bagi bisnis-bisnis potensial
dan pembimbingan usaha melalui program bagi kaum muda di wilayah pesisir. Oleh
yang berkesinambungan. HIPMI dalam karena itu, pelibatan perguruan tinggi dalam
fungsinya sebagai organisasi profesi bisnis Inkubator Bisnis dimaksudkan agar sumber
bagi pemuda, dapat menjadi “ayah angkat” daya untuk kegiatan pelatihan, coaching dan
bagi bisnis-bisnis pemuda yang baru akan mentoring termasuk penilaian kelayakan
dimulai. bisnis dilakukan bersama-sama dengan
Keempat, tokoh masyarakat dan perguruan tinggi sehingga hasilnya bisa lebih
organisasi kepemudaan dalam hal ini adalah dipertanggung jawabkan.
Papalele (Juragan Kapal) dan Karang Taruna Jika seluruh aktor utama tersebut
ikut terlibat dalam wadah inkubator bisnis terlibat dalam lembaga Inkubator Bisnis
yang dibentuk. Peran Papalele menjadi salah dimaksud maka akses permodalan dan akses
satu bentuk kelompok local wisdom (kearifan pasar akan bisa dilakukan dengan lebih
lokal) yang harus didorong untuk mengambil mudah dan terintegrasi. Oleh karenanya
bagian mendorong tumbuhnya kesadaran lahirnya kebijakan dari pemerintah daerah
kaum muda untuk memulai bisnisnya. Upaya untuk bisa mendorong dan mengajak
dimaksud adalah dengan memberikan ruang lembaga-lembaga keuangan untuk mengambil
yang lebih luas dengan memberi peluang peran untuk menumbuhkan usaha-usaha pada
kepada kaum muda untuk ikut dalam alur skala mikro dan kecil di wilayah pesisir akan
bisnis yang selama ini mutlak dalam memberikan harapan bahwa kegiatan-
penguasaan kelompok Papalele di kawasan kegiatan usaha mikro dan kecil dapat tumbuh
pesisir. Sementara kelompok pemuda seperti signifikan dan berkelanjutan di masa yang
organisasi Karang Taruna, berperan untuk akan datang.
memperluas jangkauan tugasnya tidak hanya Kerangka model yang dihasilkan
dalam bentuk kegiatan sosial tetapi juga tersebut selanjutnya dikonfirmasi ke
mengembangkan tanggung jawabnya dalam pemangku kepentingan dalam hal ini adalah
bentuk mengorganisir kaum muda untuk aktor-aktor utama yang diharapkan berperan
berkreasi dalam bidang bisnis yang riil. aktif dalam wadah inkubator bisnis tersebut.
Keempat aktor utama tersebut masing- Oleh karena itu, langkah awal yang dilakukan
masing melakukan perannya dalam satu adalah melakukan wawancara mendalam
wadah atau lembaga yang dibentuk dalam hal dengan para pihak untuk mendalami
ini adalah Pusat Inkubator Bisnis Wilayah sekaligus menetapkan strategi penerapan
Pesisir. Lembaga ini dikelolah oleh orang-
120
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
121
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
melimpah tersebut disebabkan oleh karena telah menjadi budaya dalam kehidupan
tidak adanya sistem yang secara masyarakat pesisir yang sangat susah untuk
komprehensif, sistematis dan massif untuk diubah.
mendorong kelompok penduduk usia muda Dalam konteks pembangunan
tersebut untuk masuk dalam kegiatan masyarakat masyarakat di kawasan pesisir
produktif bernilai tambah. Kabupaten Takalar, idealnya merupakan
Pemberian kebijakan pembangunan bauran kebijakan antara kebijakan ekonomi,
yang menyentuh langsung kepada masyarakat kebijakan sumber daya alam dan kebijakan
bukanlah hal yang untuk mudah dilakukan. kelembagaan yang bersinergis dan
Chandra dalam kusnadi (2007;16) terintergrasi satu sama lainnya. Arah
menjelaskan bahwa inisiatif untuk kebijakan pembangunan dan pemberdayaan
menggugah partisipasi masyarakat dalam masyarakat pesisir yang dilakukan
pembangunan local sering merupakan pemerintah seharusnya melibatkan semua
intervensi pihak luar ke dalam masyarakat aspek yang terdapat dalam masyarakat
atau komuniti setempat dan harus pesisir. Kebijakan pemanfaatan kelembagaan
memperhatikan karakter, cara dan kapasitas yang telah ada dalam masyarakat pesisir
kaum miskin. Pada dasarnya setiap golongan dalam hal ini yang dibentuk akibat dari relasi
masyarakat termasuk masyarakat miskin, social patron klien antara juragannya dan
masih memiliki potensi sumber daya social nelayan buruhnya seharusnya dapat
yang bisa didayagunakan untuk mengatasi dimanfaatkan dengan baik.
kemiskinan. Sumber daya social yang berupa Menurut hasil pengamatan di lapangan,
system nilai, norma-norma perilaku, dan keberadaan aktor tokoh masyarakat dalam hal
kepercayaan local telah terbukti mampu ini orang-orang yang memiliki pengaruh kuat
menjaga integrasi masyarakat pesisir terhadap komunitas masyarakat nelayan yaitu
(Kusnadi, 2007). Fukuyama (1997) jurangan, diperoleh fakta bahwa
menjelaskan modal social sebagai sesungguhnya terdapat relasi sosial Juragan
kemampuan efektif dan lentur dalam dan nelayan buruhnya sesungguhnya
menghadapi perubahan yang berlangsung memiliki akar modal sosial yang kuat,
cepat karena intervensi kapitalisme pada sehingga kebijakan pembangunan masyarakat
berbagai sector kehidupan masyarakat. Modal di kawasan pesisir dapat melalui peran dari
social yang memiliki unsur kepercayaan Juragan atau pemilik Modal. Tingkat
(trust), norma (norm), jaringan (network), dan kepercayaan yang tinggi nelayan buruh
resiprosity (hubungan timbal balik) adalah terhadap Juragannya dan norma yang telah
sumber daya social yang terdapat dalam tersedia dalam relasi sosial tersebut,
kelompok kerja atau relasi social patron client merupakan modal yang baik dalam
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat memasukkan kebijakan-kebijakan
pesisir antara juragan atau pemilik modal pembangunan kepada nelayan buruh untuk
dengan para nelayan buruhnya. Arah lebih meningkatkan taraf hidupnya dengan
kebijakan pembangunan dalam masyarakat kata lain, Juragan bisa menjadi jembatan
pesisir yang memutus rantai relasi social antara para stekholder penentu arah kebijakan
antara Juragan dan para nelayan buruhnya dan nelayan buruh sebagai objek arah
sehingga menciptakan nelayan buruh menjadi kebijakan pembangunan. Juragan dalam
masyarakat mandiri, menurut saya adalah hal masyarakat pesisir bisa berperan sebagai
yang salah. Karena tingkat kepercayaan yang lembaga perbankan yang dapat memberikan
tinggi nelayan buruh terhadap juragannya jaminan baik dalam modal maupun sosial
122
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
kepada para nelayan buruhnya sehingga dapat studi sangat dominan, peran dominan
menciptakan investasi modal yang dapat pemerintah menyebabkan gagalnya sebuah
dimanfaatkan kelak oleh para nelayan pemberdayaan masyarakat. Program ini
buruhnya dan secara tidak langsung pola pikir cenderung bersifat top-down, yang cenderung
masyarakat pesisir yang bersifat konsumtif tidak memberi ruang yang cukup bagi
akan bergeser secara perlahan berganti kelompok-kelompok masyarakat berperan
menjadi pola pikir untuk menabung. karena kebijakan pemberdayaan tidak
Kenyataan bahwa potensi daerah memperhatikan apa yang sesungguhnya
pesisir yang sangat besar tidak didukung kelompok masyarakat butuhkan.
infrastruktur yang baik, kesempatan kerja Terkait dengan komitmen aktor utama
yang luas, dan tentunya jiwa wirausaha pada yang diharapkan berperan dalam inkubator
individu masyarakatnya. Padahal, secara bisnis maka nota kesepahaman menjadi unsur
sosial budaya, masyarakat yang mayoritas yang penting untuk dihasilkan. Namun
nelayan tangkap tersebut, merupakan orang- mendudukkan mereka dalam satu meja dan
orang yang ramah dan sangat terbuka. Namun merumuskannya menjadi tantangan bagi
terdapat sedikit masalah yakni sulitnya untuk peneliti. Kendala waktu seringkali menjadi
menggerakkan, apalagi mengubah kebiasaan alasan sehingga mereka tidak bisa duduk
menangkap menjadi budidaya. semeja, apalagi dari pihak lembaga
Dalam pemberdayaan masyarakat perbankan yang memiliki mekanisme yang
nelayan di Takalar, pemerintah yang terlibat tidak mudah sehingga dibutuhkan komitmen
dalam pemberdayaan masyarakat nelayan pemerintah Kabupaten Takalar untuk
tersebut mempunyai peran berbeda-beda, mendorong hal tersebut.
semua berperan sesuai dengan kapasitas
masing-masing lembaga. Pertama, Dinas SIMPULAN/ CONCLUSSION
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar Berdasarkan hasil penelitian,
merupakan penanggungjawab semua program disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:
yang telah digulirkan pemerintah kepada 1. Rumusan strategi uji coba penerapan
nelayan pada tingkat kabupaten. Sebagai model pengembangan wirausahawan
pelaksana teknis, dinas sebagai muda melalui wadah inkubator bisnis
penyelenggara program mempunyai peran harus dimulai dengan adanya peneguhan
sebagai penentu kebijakan dalam bidang komitmen antar lintas aktor, perumusan
perikanan termasuk dalam pemberdayaan modul pelatihan, pembentukan tim
masyarakat nelayan. Dalam penentuan penyusun rencana aksi, modul pelatihan,
kebijakan, dinas cenderung otoriter, dinas modul pendampingan, dan penyusunan
terlalu dominan dalam menentukan kebijakan detail peran masing-masing aktor utama
tanpa melibatkan peran serta masyarakat, inkubator bisnis. Selanjutnya melakukan
akibatnya masyarakat sekedar menjalankan inventarisasi calon-calon wirausahawan
saja walaupun kemungkinan kurang tepat baru dan wirausahawan pemula yang
untuk kondisi spesifik masyarakat setempat. akan dibina dan dikembangkan melalui
Hal semacam ini seringkali terjadi dan tentu wadah inkubator bisnis. Pelatihan
saja pencapaian tujuan seringkali tidak terstruktur bagi kelompok wirausahawan
tercapai secara optimal. Hal ini dapat baru dan wirausahawan pemula dari
diartikan bahwa peran pemerintah dalam kelompok pemuda. Pendampingan
pemberdayaan masyakat nelayan di kelompok-kelompok usaha yang telah
Kabupaten Takalar khususnya di wilayah digagas dari hasil pelatihan, dan pihak
123
Jurnal Balance
Balance Vol. XIV No. 2 | Juli 2017
124
Jurnal Balance