Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 11

1

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITIES OF


DAILY LIVING (ADL) DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA LANSIA DI DESA WRINGINPITU
KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI
Ramadani Ekananda K*, Komarudin**, M. Shodikin***.
*Mahasiswa Fikes Universitas Muhammadiyah Jember.
** Dosen Fikes Universitas Muhammadiyah Jember.
***Dosen Fikes Universitas Muhammadiyah Jember.

Abstract
Individuals with a good level of independence in their daily activities tend to be less
depressed. Furthermore, the individual will also feel happier in their daily living. This
research is a correlation study aimed to explore the relationship between two variables,
they were evaluated using cross-sectional approach that is independent and dependent
variables were measured simultaneously, for a moment or just once at a time. The
populations in this study were all elderly amounted 273 who lived in In cluster
Wringinpitu District Tegaldlimo-Banyuwangi, the number of sample amounted of 82
respondens. Sampling technique is using purposive sampling. An instrument of
independence in ADL is using questionnaires independence in activities, while the
instrument used to perform a Depression Levels is the Geriatric Depression Scale
depression (GDS). The results were analyzed using statistical test with Spearman Rank
correlation. The results after the statistical test showed that there is a relationship level
of independence in ADL Behavior In Elderly With Depression Levels In In village
Wringinpitu District Tegaldlimo-Banyuwangi with P value 0.000. Results of analysis of
these data is mostly elderly assisted in their deliberations total of 65.9% (54 people) and
elderly depression of 64.6% (53 people). The conclusion of this study is that there is a
relationship between the level of independence in ADL with the level of depression in
the elderly in the village Wringinpitu Tegaldlimo Banyuwangi district. Recommendation
of this study is to improve the level of independence of activities of daily living with
elderly depression levels so as to create a happy life to the old age.
.
Keywords : Independence; Activities of daily living; depression.
Bibliography 19 (2000 - 2011)
 
2

LATAR BELAKANG
Salah satu tolak ukur tingkat derajat keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
kesehatan suatu bangsa dapat dilihat 1992 dalam Rosidawati, 2008).
dari usia harapan hidup penduduknya.
Demografi yang sangat cepat di negara- Bertambahnya usia pada seorang lansia
negara berkembang telah maka kemampuan mental dan fisik
mengakibatkan perubahan struktur seseorang akan berkurang. Aktivitas
penduduk secara drastis. Penduduk di kehidupan juga berkurang yang
atas usia 15 tahun dan dibawah 65 tahun mengakibatkan semakin bertambahnya
makin membengkak karena ketidakmampuan tubuh dalam berbagai
pertumbuhan penduduk anak-anak hal, yang disertai dengan ancaman
peninggalan masa lalu. Begitu juga berbagai jenis penyakit degeneratif.
penduduk diatas usia 60 tahun, atau Akibatnya aktivitas kehidupannya akan
diatas usia 65 tahun. Penduduk usia ini terganggu atau terpengaruh dan pada
dikenal sebagai penduduk lanjut usia akhirnya akan dapat mengurangi
yang tumbuh dengan kecepatan paling kesigapan atau kemandirian seseorang
tinggi (WHO, 2004 dalam Azizah, (Nugroho, 2000).
2011).
Proses menua adalah menghilangnya
Di Indonesai sebagai negara secara perlahan kemampuan jaringan
berkembang, mempunyai data usia untuk memperbaiki diri dan
harapan hidup yang diproyeksikan lebih mempertahankan struktur dan fungsi
dari 70 tahun pada tahun 2000, atau normalnya, sehingga tidak dapat
sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 bertahan terhadap jejas (termasuk
sebesar 11,34% (BPS,1992). Dengan infeksi) dan memperbaiki kerusakan
pertambahan usia harapan hidup usia yang diderita (Constantinides, 1994).
lanjut, maka bermakna akan disertai Menurunnya berbagai kondisi dalam
dengan berbagai masalah biologi, diri orang lanjut usia secara otomatis
psikologi, sosial dan spiritual yang akan timbul kemunduran kemampuan
dapat mempengaruhi berbagai aspek psikis dan mental. Perubahan mental
kehidupan lanjut usia itu sendiri atau pada lansia seperti penurunan daya ingat
3

terutama peristiwa yang baru saja Activity of Daily Living (Nugroho,


terjadi, penurunan perhatian, mudah 2008).
tersinggung, sering marah – marah,
cenderung gelisah, mudah stress, dan Untuk mencegah terjadinya depresi
merasa diremehkan sering terjadi. salah satunya dengan kemandirian
Kondisi ini akan menimbulkan rasa aktifitas. Kemandirian merupakan suatu
kurang percaya diri dan tidak dihargai, sikap seseorang yang diperoleh secara
dan pada akhirnya menyebabkan depresi komulatif selama perkembangan,
(Setiadi, 2007). dimana seseorang akan terus belajar
untuk bersikap mandiri dalam
Lansia merupakan kelompok umur yang menghadapi berbagai situasi di
paling beresiko mengalami depresi. lingkungannya, sehingga seseorang
Depresi merupakan suatu gangguan mampu berfikir dan bertindak sendiri.
perasaan hati dengan ciri sedih, merasa Dengan kemandirian seseorang dapat
sendirian, rendah diri, putus asa, memilih jalan hidupnya untuk
biasanya disertai tanda–tanda retardasi berkembang yang lebih baik (Poerwadi,
psikomotor atau kadang-kadang agitasi, 2002).
menarik diri dan terdapat gangguan
vegetatif seperti insomnia dan anoreksia Hasil studi pendahuluan yang telah
(Kaplan & Sadock, 2003). Selain itu dilakukan di Kecamatan Tegaldlimo
depresi dapat juga diartikan sebagai Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 9
salah satu bentuk gangguan kejiwaan maret 2013, peneliti melakukan
pada alam perasaan (afektif mood), wawancara kepada 7 lansia secara
yang ditandai dengan kemurungan, langsung, hasil dari wawancara yang
kelesuan, ketidakgairahan hidup, dilakukan didapatkan data yaitu 5 lansia
perasaan tidak berguna, putus asa dan mengatakan mereka dapat melakukan
lain sebagainya. Depresi dapat aktivitas sehari hari, seperti : makan,
disebabkan oleh berbagai faktor, salah minum, mandi, dan lain sebagainya
satunya adalah faktor intrinsik yaitu dapat mereka lakukan tanpa ada bantuan
ketidakmampuan dalam melakukan dari keluarga atau masyarakat
sekitarnya. Sedangkan 2 diantaranya
4

mengatakan bahwa mereka Kesimpulannya 5 lansia tersebut


membutuhkan bantuan orang lain untuk kemandirian aktivitasnya bagus dan
mengambil makanan dan pergi kekamar tidak mengalami depresi, sedangkan 2
mandi. Sehingga kedua lansia tersebut diantaranya kemandirian aktivitasnya
merasa kalau diri mereka lemah dan kurang bagus dan mengalami depresi
tidak berguna lagi, mereka juga ringan.
kehilangan minat dan kegembiraannya.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada Alat pengumpul data yang digunakan
penelitian ini adalah korelasional pada variabel independen adalah
dengan menggunakan pendekatan cross kuesioner kemandirian aktivitas
sectional yang bertujuan untuk sedangkan variabel dependen adalah
mengidentifikasi hubungan tingkat GDS (Geriatric Depression Scale).
kemandirian dalam ADL dengan tingkat Penelitian dilakukan Di Desa
depresi pada lansia Di Desa Wringinpitu Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo
Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah
Banyuwangi. sampel 82 dari populasi 273 lansia.
Teknik sampling yang digunakan dalam Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non probability penelitian ini adalah sperman rank
sampling jenis purposive sampling. dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha
0,05).

HASIL
5

Hasil pengumpulan data pada 82 Banyuwangi didapatkan hasil sebagai


responden di Desa Wringinpitu berikut :
Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten

Tabel 1
Distribusi Tingkat Kemandirian Lansia di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo,
Kabupaten Banyuwangi, juli 2013

No Perilaku spiritual Jumlah Prosentase


1 Total 54 65, 9 %
2 Parstial 20 24,4 %
3 Mandiri 8 9,8 %
Total 82 100 %

Dari Tabel 1 diketahui bahwa jumlah sebanyak 20 lansia (24,4%), sedangkan


lansia yang total dibantu sebanyak 54 yang mandiri sebanyak 8 lansia (9,8%).
lansia (65,9 %), yang parstial yaitu

Tabel 2
Distribusi Tingkat Depresi Lansia di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo,
Kabupaten Banyuwangi, juli 2013

No Tingkat Depresi Jumlah Prosentase


1 Tidak ada depresi 11 13,4%
2 Depresi ringan 18 22,0%
3 Depresi sedang/berat 53 64,6%
Total 82 100 %

Dari Tabel 2 diketahui bahwa lansia lansia (22,0%) dan lansia yang
yang tidak mengalami depresi yaitu mengalami depresi sedang/berat
sebanyak 11 lansia (13,4%), lansia yang sebanyak 53 lansia (64,6%).
mengalami depresi ringan sebanyak 18

Tabel 3
1. Distribusi hubungan tingkat kemandirian dalam ADL dengan tingkat depresi
pada lansia di Desa Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten
Banyuwangi, Juli 2013.
6

Tingkat Depresi
Tingkat kemandirian Depresi Depresi Tidak ada Total
sedang/berat ringan depresi
Total 53 1 0 54
Partial 0 17 3 20
Mandiri 0 0 8 8
Total 53 18 11 82

Dari Tabel 3 diketahui bahwa lansia lansia (20,7%) yang mengalami depresi
yang kemandiriannya total dibantu ringan dan 3 lansia (3,6%) tidak
terdapat 53 lansia (64,6%) yang mengalami depresi. Lansia yang mandiri
mengalami depresi sedang/berat dan 1 terdapat 8 lansia (9,7%) dan tidak
lansia (1,2%) yang mengalami depresi mengalami depresi.
sedang. Lansia yang parstial terdapat 17

PEMBAHASAN

1. Tingkat kemandirian pada lansia. yang total diibantu pada usia 70-80
Dari hasil penelitian yang telah tahun dikarenakan kurangnya
dilakukan pada seluruh sampel dukungan keluarga, faktor usia,
penelitian yang berjumlah 82 lansia, gangguan pada sistem
seperti yang terdapat pada Tabel 5.3 muskuloskletal, tidak mampu
dapat diketahui bahwa sebagian besar menerima diri sendiri, dan tidak
lansia total dibantu dalam dapat menerima arti penderitaan yang
kemandirian melakukan aktivitas dialami. Pada usia > 80 tahun yang
sehari-hari. Sedangkan dari berjumlah 6 lansia, keseluruhan total
pengelompokan lansia berdasarkan dibantu dalam aktivitasnya. Sebagian
usia, didapatkan usia 60 - 80 tahun besar lansia yang mandiri yaitu pada
yang berjumlah 76 lansia, sebagian usia 60 - 70 tahun, ini dikarenakan
besar total dibantu yaitu 48 lansia pada usia tersebut lansia masih
dan 20 lansia partial serta 8 lansia memiliki fisik yang cukup sehat dan
mandiri. Peneliti berpendapat bahwa cukup kuat untuk dapat melakukan
sebagian besar kemandirian aktivitas aktivitas sehari-hari mereka. Hasil
7

tersebut menunjukan adanya Dari hasil penelitian yang telah


penurunan kemandirian aktivitas dilakukan pada seluruh sampel
yang terjadi karena pertambahan penelitian yang berjumlah 82 lansia,
jumlah usia pada lansia. seperti yang terdapat pada Tabel 2
diketahui bahwa sebagian besar
Menurut asumsi peneliti tingkat lansia mengalami depresi sedang /
kemandirian dalam activities of daily berat yaitu sebanyak 53 lansia
living pada lansia dari total ( 64,6%), depresi sedang sebanyak 18
responden baik yang mandiri, parstial lansia (22,0%), sedangkan yang tidak
dan total sebagian besar mengalami depresi sebanyak 11 lansia (13,4%).
keterbatasan melakukan kemandirian Dari hasil penelitian bisa dilihat
aktivitas dikarenakan dari faktor usia. lansia yang berada di Desa
Semakin bertambahnya usia lansia Wringinpitu banyak yang mengalami
maka kemampuan fisik menurun, depresi. Peneliti berpendapat bahwa
penurunan reaksi waktu, kekakuan terdapat beberapa faktor yang
sendi, dan terbatasnya atau mempengaruhi depresi pada lansia
menurunnya penglihatan. Maka tersebut yaitu Penurunan kemampuan
dalam hal ini tenaga kesehatan beradaptasi terhadap perubahan dan
khususnya perawat harus lebih stres lingkungan, Dampak dari
memperhatikan dan memberikan kurangnya hadiah dan hukuman yang
asuhan keperawatan pada lansia yang lebih banyak, merasa masa depannya
mengalami penurunan kemampuan suram dan penuh dengan kegagalan.
fisiknya secara komprehensif agar
tingkat kemandirian dalam activities Dilihat dari segi jenis kelamin,
of daily living pada lansia semakin diketahui bahwa pada lansia yang
lebih baik sehingga kemandirian berjenis kelamin perempuan yang
seseorang dapat berkembang dengan mengalami depresi ringan yaitu
baik dalam berbagai situasi yang sebanyak 13 lansia, depresi
dihadapi dilingkungan mereka. sedang/berat sebanyak 22 lansia,
sedangkan yang tidak depresi hanya
2. Tingkat depresi pada lansia. 3 lansia. Pada lansia yang berjenis
8

kelamin laki-laki mengalami depresi lansia di desa Wringinpitu sebesar


ringan yaitu sebanyak 5 lansia, 33%.
depresi sedang/berat sebanyak 31
lansia, dan tidak depresi sebanyak 8 3. Hubungan tingkat kemandirian dalam
lansia. Hasil ini sesuai dengan
ADL dengan tingkat depresi pada
pendapat Azizah (2011) yang
lansia
mengatakan bahwa resiko depresi
meningkat pada wanita, terutama Dari Tabel 3 diketahui bahwa lansia
yang memiliki riwayat depresi, baru yang mandiri terdapat 8 lansia dan
saja kehilangan, hidup sendiri, tidak mengalami depresi. Lansia
lemahnya dukungan sosial, tinggal di yang partial terdapat 3 lansia yang
rumah perawatan jangka panjang, tidak depresi, 17 lansia yang
penurunan kesehatan, dan mengalami depresi ringan. Lansia
keterbatasan fungsional (Green, et al. yang total dibantu terdapat 53 lansia
1992; Schoevers, et al. 2000; mengalami depresi sedang/berat, dan
Sadavoy, et al. 2004). Resiko bunuh 1 lansia mengalami depresi ringan.
diri pada lansia wanita yang Dari hasil ini menunjukan bahwa
mengalami depresi dua atau tiga kali terdapat hubungan antara tingkat
lebih tinggi dari pada lansia laki-laki kemandirian dalam activities of daily
(Jones, 2002). Tingginya angka living dengan tingkat depresi pada
depresi pada lansia wanita lebih lansia, yaitu semakin mandiri seorang
berhubungan dengan transisi fungsi lansia maka lansia memiliki
reprodeksi dan hormonal atau kemungkinan yang lebih kecil untuk
menopouse (Sadavoy, et al. 2004). mengalami depresi. Hal ini sesuai
Menurut Flaherty et al (2003, dalam dengan hasil uji analisis non
Potter & Perry, 2005), Prevalensi parametrik dari Spearman Rank,
depresi pada lansia berkisar antara yang didapatkan nilai ρ = 0,000 yang
10-15% pada lansia yang di berarti ρ < 0,05 dengan nilai
komunitas. Meskipun dalam literatur koefisien korelasi r = 0,973 yang
disebutkan 15% tapi dalam berarti tingkat hubungannya sebesar
kenyataannya prevalensi depresi pada 97,3%.
9

kemandirian yang baik memiliki


Dari pembahasan di atas, peneliti kemungkinan yang lebih kecil untuk
dapat menegaskan bahwa hubungan mengalami depresi dibandingkan lansia
tingkat kemandirian dalam activities yang memiliki tidak mandiri atau total
of daily living dengan tingkat depresi dibantu. Hasil penelitian ini dapat
pada lansia sangatlah bermakna. berguna untuk bahan pemikiran dalam
Menurut Ariyanto (2010), individu melakukan intervensi keperawatan pada
dengan kemandirian aktivitas yang lansia. Peran perawat sebagai tenaga
baik memiliki kemungkinan yang kesehatan berperan penting dalam hal
lebih kecil untuk mengalami depresi. ini, yaitu perawat dapat memberikan
Selain itu, individu juga akan merasa motivasi dan juga memberikan pelatian
lebih bahagia dalam menjalani kepada lansia untuk bisa hidup mandiri.
kesehariannya. Untuk menurunkan Salah satu caranya adalah pemberian
jumlah depresi pada lansia salah tugas tanpa bantuan dan harus dilakukan
satunya adalah meningkatkan terus menerus. Sehingga diharapkan
kemandirian lansia dalam aktivitas lansia menjadi lebih mandiri lagi dalam
sehari-hari caranya ialah dengan melakukan aktivitas sehari hari mereka.
selalu mengajak mereka melakukan
aktivitas, selama yang bersangkutan KESIMPULAN
masih sanggup untuk melakukannya. 1. Keterbatasan pendekatan penelitian
Ini bertujuan supaya lansia tidak Penelitian ini menggunakan
merasa kalau dirinya sudah tidak pendekatan cross sectional dimana
berguna lagi. variabel bebas dan variabel terikat
diukur bersamaan pada satu waktu.
Implikasi Terhadap Pelayanan Pendekatan ini memiliki kelemahan
Keperawatan yaitu temporal relationship yang
Hasil penelitian ini menunjukkan kurang jelas sehingga tidak dapat
adanya hubungan yang bermakna antara mengetahui mana yang merupakan
tingkat kemandirian dalam activities of etiologi dan mana yang merupakan
daily living dengan tingkat depresi pada efek.
lansia. Lanjut usia yang memiliki 2. Keterbatasan alat ukur
10

Alat ukur pada penelitian ini hanya Sebagian besar responden tidak bisa
dilakukan uji validitas dan reliabilitas baca tulis dan tidak bisa berbahasa
satu kali dan peneliti hanya indonesia, sehingga peneliti
mengadakan perubahan terhadap membacakan dan menjelaskan
redaksi kalimat instrument tanpa menggunakan bahasa responden
melakukan uji validitas dan tentang maksud dari kuesioner
reliabilitas ulang. tersebut.
3. Keterbatasan responden
.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Kaplan dan Saddock. 2003. Sinopsis
Penelitian Suatu Pendekatan Psikiatry, Ilmu Pngetahuan
Praktik, Jakarta : Rineka cipta. Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011).
Keperawatan Usia Lanjut, Kartasapoetra dan Marsetyo. (2008).
Yogyakarta : Graha Ilmu. Ilmu gizi Korelasi gizi, kesehatan
dan produktivitas kerja, Jakarta :
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Rineka Cipta.
Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta : Muha Medika. Lueckenotte. A.G (2000). Gerontologi
Nursing, Missouri : Mosby.
Hardiwinoto, Setiabudi, T. 2005.
Panduan Gerontologi, Tinjauan Mc. Dowell, Ian. (2006). Measuring
dari Berbagai Aspek, Jakarta: Health. New york, Oxford
Gramedia Pustaka Utama. University Press.

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Nugroho, Wahyudi. (2000).


Keperawatan danTeknik Analisa Keperawatan Gerontik, Edisi 4.
Data, Jakarta : Salemba Medika. Jakarta : EGC.

Indriyani, D. dkk. (2011). Panduan Nugroho, Wahyudi. (2008).


Penulisan Skripsi Program Studi Keperawatan Gerontik &
S1 Keperawatan fakultas Ilmu Geriatrik, Jakarta : EGC.
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember. Tidak Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
dipublikasikan. Penelitian Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta.
11

Nursalam. (2003). Konsep&Penerapan Poerwadi. (2002). http


Metodologi Penelitian Ilmu ://www.damandiri.or.id/files/loetfi
Keperawatan, Jakarta: Salemba adwunairbab2,pdf, diperoleh
Medika. tanggal 20 April 2013.

Patriana, Balanita. 2010. Tingkat Rosidawati, dkk. (2008). Mengenal


Kemandirian Lansia dalam Usia Lanjut dan Perawatannya,
Activity of Daily Living (ADL) Jakarta : Salemba Medika.
dengan Harga Diri Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Setiadi. (2007). Konsep&Penulisan
Kecamatan Puger Kabupaten Riset Keperawatan, Yogyakarta:
Jember. Skripsi. Universitas Graha Ilmu.
Muhammadiyah Jember. Tidak
dipublikasikan. Sugiono. (2010). Statistik
Nonparametrik untuk Penelitian,
Bandung: CV Alfabeta.

You might also like