Professional Documents
Culture Documents
Kepemimpinan Kepala Suku Pada Suku Lani Di Desa Yowo Distrik Kembu Kabupaten Tolikara
Kepemimpinan Kepala Suku Pada Suku Lani Di Desa Yowo Distrik Kembu Kabupaten Tolikara
Oleh :
Yoiles Enembe1
ABSTRACT
People are associated with one another and environment. Lifelike clusters of
both the large and small group. The relationship pattern give birth to the
concept of leadership. Leadership is needed by man for set and take care of
the dynamics of community itself.
In some rural communities, in addition to government leadership formal kind
the village head, too to know the leadership of informal or leadership is not
official. Even though called leadership is not official, but sometimes in his
leadership is a big influence or stronger in society than formal leader.
Methods used in this research namely qualitative descriptive. The qualitative
method as procedure research that yields data in the form of descriptive of
words written or spoken of other people and of observable behavior.
Change or shifts more is visible on several institutions culture, like the,
livelihoods, art, language caused by the contact with culture outside. Change
or shifts in a systems and the role in leadership, this seen when held
discussions and interviews with some high-profile figures in society, no
openness full and maintain the certain information that should not be known
by clan other.
Unity live which is in a bond kinship in the form of each clan, but by the dutch
government then combined (rivers with and the bottom) into one community.
So the leadership on the head clan reduced but in fact located Lani leadership.
1
Mahasiswa Antropologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing Skripsi 1
3
Pembimbing Skripsi 2
1
Pendahuluan senantiasa terbagi ke dalam
lapisan kelompok yang memimpin
Manusia selalu berhubungan
(ruling class) dan kelompok yang
dengan sesama dan lingkungan.
dipimpin (ruled class). Hampir
Manusia hidup berkelompok baik
setiap masyarakat memiliki keyaki-
kelompok besar maupun kelom-
nan, nilai, kaidah dan simbol
pok kecil. Pola hubungan tersebut
tertentu mengenai peran masing-
akan melahirkan konsep kepemim-
masing kelompok. Kepemimpinan
pinan. Kepemimpinan sangat
merupakan lembaga sosial (Social
dibutuhkan oleh manusia untuk
intitution), karena keberadaannya
mengatur dan mengurus dinamika
menunjukkan adanya kebutuhan
komunitas itu sendiri. Dan kepe-
sosial asas pemimpin serta aturan
mimpinan bisa terjadi di mana saja
sosial mengenai kepemimpinan.
asalkan sikap para anggota
menunjukkan tercapainya tujuan Pada sebagian masyarakat
bersama, artinya dalam konteks pedesaan, selain kepemimpinan
tertentu dilihat dari kelebihan dan pemerintahan formal seperti
keunggulan para anggota dalam kepala desa, juga mengenal kepe-
mendengarkan dan melakukan apa mimpinan informal atau kepemim-
yang diperintahkan. pinan tidak resmi. Walaupun
disebut kepemimpinan tidak resmi,
Kepemimpinan (leadership)
namun kadang kala dalam
selalu menarik perhatian para ahli.
kepemimpinannya memiliki pena-
Berbagai literatur tentang kepe-
ruh yang besar atau lebih kuat
mimpinan senantiasa memberikan
dalam masyarakat dibandingkan
gambaran dan penjelasan bagai-
pemimpin formal. Seperti pada
mana berbagai aspek kepemim-
masyarakat desa Yowo Distrik
pinan. Jenis, landasan, saluran,
Kembu Kabupaten Tolikara
kegiatan, nilai dan simbol kepe-
Propinsi Papua, dalam kepemim-
mimpinan merupakan beberapa
pinan di desa juga mengenal
aspek kepemimpinan yang sering
kepemimpinan informal selain
menjadi fokus perhatian para ahli.
kepemimpinan formal.
Hal ini berkaitan dengan realitas
sosial tentang pelapisan dalam Kepemimpinan informal
struktur masyarakat. Kapan pun disebut kepala suku (Ondoafi),
dan dimana pun, masyarakat sedangkan kepemimpinan formal
2
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
3
yang kompleks, meliputi penge- kerangka landasan mendorong
tahuan, kepercayaan, seni, moral, terwujudnya kelakuan.
hukum, adat-istiadat (kebiasaan), Kebudayaan dari definisi ini
dan pembawaan lainnya yang menekankan pada pengetahuan
diperoleh dari anggota masyarakat manusia dalam menginterpretasi
(Taylor, 1897). lingkungannya. Bagaimana Manu-
Kebudayaan terdiri atas sia memahami lingkungan sekitar-
berbagai pola, bertingkah laku nya ini suatu bentuk kebudayaan-
mantap, pikiran, perasaan dan nya. Selanjutnya dari pengetahuan
reaksi yang diperoleh dan yang ada menjadi pedoman untuk
terutama diturunkan oleh simbol- berperilaku. Ini berarti bahwa
simbol yang menyusun penca- perilaku manusia didasari pada
paiannya secara tersendiri dari pengetahuan yang ada padanya.
kelompok-kelompok manusia, ter- Suku Bangsa
masuk di dalamnya perwujudan
Tiap kebudayaan yang hidup
benda-benda materi, pusat esensi
dalam suatu masyarakat atau
kebudayaan terdiri atas tradisi cita-
komunitas di desa, kota atau
cita atau paham, dan terutama
sebagai kelompok adat yang lain,
keterikatan terhadap nilai-nilai.
dapat menampilkan sesuatu corak
Ketentuan-ketentuan ahli kebu-
khas yang terlihat oleh orang luar
dayaan itu sudah bersifat universal,
yang bukan warga masyarakat
dapat diterima oleh pendapat
yang bersangkutan. Seorang warga
umum meskipun dalam praktik, arti
dari suatu kebudayaan yang telah
kebudayaan menurut pendapat
hidup dari hari ke hari di dalam
umum ialah suatu yang berharga
lingkungan kebudayaannya biasa-
atau baik (Bakker, 1984). Menurut
nya tidak melihat corak khas itu.
Parsudi Suparlan dalam Moleong L.
Sebaliknya terhadap kebudayaan
(2001), kebudayaan adalah
tetangganya, ia dapat melihat
keseluruhan pengetahuan manusia
corak khasnya, terutama mengenai
sebagai makhluk sosial yang
unsur-unsur yang berbeda men-
digunakannya untuk memahami
colok dengan kebudayaan sendiri.
dan mengintepretasi lingkungan
dan pengalamannya, serta menjadi Corak khas dari suatu
kebudayaan biasa tampil karena
4
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
5
mengatur dan mengontrol mereka. Namun demikian, Koentjara-
Dan ini terjadi kebanyakan di ningrat (1984) mengemukakan
dalam masyarakat tradisional yang bahwa dalam “masyarakat sedang”
tinggal di pedalaman suatu daerah. ini untuk menjadi pemimpin dan
mempertahankan kekuasaanya
Oleh karena itu, Koentjara-
tidak hanya diperlukan kewiba-
ningrat (1984) menyatakan bahwa
waan dan kepandaian atau
dalam masyarakat yang kesatuan-
keterampilan dalam bidang
kesatuan sosialnya sudah lebih
tertentu saja sebagaimana dalam
besar dan kompleks, maka mereka
masyarakat komunitas sosialnya
juga membutuhkan adanya
yang masih kecil, akan tetapi
seorang pemimpin formal yang
kekuasaan bagi mereka harus
tidak hanya ada atau muncul pada
dipertahankan melalui berbagai
saat-saat tertentu saja ketika ada
kemampuan dan sifat yang dimiliki.
sebuah aktivitas bersama, tetapi
mereka membutuhkan seorang Secara sederhana dapat
pemimpin yang hadir dan dapat dikatakan bahwa terdapat bebe-
memberikan arahan dan penga- rapa komponen penting dalam
turan dalam seluruh lini kehidupan. kekuasaan yang harus diperhatikan
Dan ini biasanya menurut Koen- oleh seorang pemimpin. Pertama
tjaraningrat (1984) terjadi pada adalah kewibawaan, yang
komunitas-komunitas yang hidup melingkupi popularitas, memiliki
di daerah pegunungan di Papua kapasitas rasional untuk meme-
dan Malanesia pada umumnya. cahkan masalah sosial ekonomi
Kesatuan-kesatuan yang sudah politik, kecendikiawanan atau
relatif besar dalam pandangan intelektual, dan memiliki sifat-sifat
Koentjaraningrat disebut sebagai yang sesuai dengan cita-cita serta
“masyarakat sedang”. Ini menun- keyakinan dari sebagian besar
jukkan bahwa dalam “masyarakat warga masyarakat. Kedua, adalah
sedang” diperlukan suatu bentuk wewenang, dimana seorang
kepemimpinan yang mantap dan pemimpin memiliki legitimasi
tetap, dan untuk memantapkan melalui prosedur-prosedur adat
kepemimpinan itu diperlukan ke- atau hukum yang berlaku dalam
kuasaan di samping kewibawaan. masyarakat. Ketiga, adalah
memiliki kepemimpinan dan ciri-
6
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
7
Kepemimpinan tradisional di Dalam sistim organisasi sosial
Papua terdiri dari beberapa tipe, kemasyarakatan terdapat
yaitu tipe kepemimpinan pria beberapa sistim kepemimpinan,
berwibawa, tipe kepemimpinan diantaranya adalah sebagai
kepala suku, kepemimpinan raja, berikut:
dan sistim kepemimpinan a. Pemimpin Pria Berwibawa
campuran (Mansoben, 1995). Berdasarkan Kemampuan
A. Konsep Pria Berwibawa / Big Berwiraswasta
Man Barth mengungkapkan
Konsep pria berwibawa atau bahwa tindakan-tindakan seorang
big man berasal dari terjemahan pemimpin pria berwibawa dapat
bebas terhadap istilah-istilah lokal disamakan dengan seorang
yang digunakan oleh penduduk entrepreneur atau seorang
setempat untuk menamakan wiraswasta, sehingga dapat
orang-orang penting dalam mengakumulasi sumber-sumber
masyarakatnya sendiri. Konsep pria daya tertentu dan memanipulasi
berwibawa digunakan untuk satu orang-orang untuk mencapai
bentuk atau tipe kepemimpinan tujuan berupa kekayaan,
politik yang berciri kewibawaan kedudukan dan prestise.
(authority) atas dasar kemampuan Soeprapto (2013) mengungkapkan
pribadi seseorang untuk menga- bahwa kepemimpinan pria
lokasi dan merealokasi sumber- berwibawa berdasar kemampuan
sumber daya yang penting untuk berdagang (big man trade)
umum (Sahlins, 1963). Strathern terdapat pada orang Me, orang
dalam Mensoben, (1995) Muyu dan orang Maybrat.
mengemukakan bahwa ada dua b. Pemimpin Pria Berwibawa
arena yang digunakan untuk Berdasarkan Kemampuan
merebut kedudukan pria ber- Memimpin Perang
wibawa, yaitu hubungan intern dan
Soeprapto (2013)
hubungan ekstern.
mendeskripsikan bahwa Mengenai
B. Tipe-tipe Pemimpin Pria peran kepemimpinan pria
Berwibawa berwibawa berdasarkan
kemampuan berperang (big man
8
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
9
Soeprapto (2013) dapat dikategorikan dalam dua
mengungkapkan bahwa sistim tipe kepemimpinan, yaitu,
kepemimpinan campuran kepemimpinan formal dan
merupakan tipe kepemimpinan informal. Dalam pembahasan ini
yang muncul dari individu-individu sesuai dengan obyek kajian, yaitu
yang tampil sebagai pemimpin tipe kepemimpinan informal yang
atas dasar kemampuannya sendiri, kami sebut dengan kepemimpinan
atau atas dasar keturunan. Tipe tradisional yang ada pada Etnis
yang bersifat campuran yaitu Lani di Distrik Kembu. Sistim
antara tipe kepemimpinan pria kepemimpinan tradisional
berwibawa, tipe kepemimpinan merupakan bagian dari obyek
raja dan tipe kepemimpinan klen. kajian dalam sistim politik
Tipe kepemimipinan tersebut tradisional. Etnis Lani mengenal
terdapat di daerah Papua, kepemimpinan dengan tipe
diantaranya pada suku-suku di ondoafi, yang pada tipe
kawasan Teluk Cenderawasih, kepemimpinan ini, ciri utama
seperti di Biak, Yapen dan mengenal pewarisan dalam
Waropen. Mensoben, (1995) kepemimpinan dan juga memiliki
menjelaskan bahwa sifat-sifat wilayah kekuasaan dalam
utama yang dijadikan kriteria mengatur baik secara politik
pokok dalam kepemimpinan ataupun ekonomi. Dalam
campuran yaitu sifat pewarisan melaksanakan kekuasaan tersebut
kedudukan pemimpin yang juga harus memiliki keterampilan
terdapat pada sistim untuk keperluan adat yang berlaku
kepemimpinan raja dan ondoafi, di suku Lani desa Yomo. Seperti
dan sifat pencapaian kedudukan - Terampil dalam Perang
pemimpin yang terdapat pada - Terampil Membuat Rumah Adat
sistim kepemimpinan pria - Terampil dalam upacara bakar
berwibawa. batu
- Terampil kerja kebun
Makna dan Sistim
- Terampil membuat koteka dan
Kepemimpinan Etnis Lani
berburu
Berbicara sistim
kepemimpinan pada Etnis Lani
yang ada di kampung Yowo, maka
10
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
11
menentukan seorang kepala keret pembagian wilayah tersebut dan
masih menggunakan kriteria- juga adanya kontak budaya dari
kriteria asli dalam tradisi Etnis Lani. luar, maka dahulunya sistim
kepemimpinan etnis Lani yang
Perubahan atau pergeseran
berciri konfederasi karena masih
lebih nampak pada beberapa
adanya perang, namun kini terlihat
unsur kebudayaan, seperti bahasa,
ada perubahan peran dan
mata pencaharian, kesenian,
kedudukan yang berciri bigman
bahasa diakibatkan oleh adanya
(pria berwibawa) karena adanya
kontak dengan budaya luar. Tiga
pencapaian individual.
kelompok yang berbeda pertama
adalah (1) Dani (2) Yali (3) Nduga. Kenyataannya sekarang ini
Ketiga klen ini awalnya memiliki mempunyai kedudukan sebagai
wilayah teritorial yang berbeda PNS karena tingkat pendidikan
yang berada di sekitar sungai yang dikuasainya. Terlihat juga ada
Membramo, kemudian karena semacam ciri tipe kepemimpinan
alasan-alasan yang telah campuran, meskipun masih belum
disebutkan di atas kemudian jelas ditetapkan karena masih
dipindahkan ke Kampung Yowo, simpang siur di antara para
kampung sekarang. Pembagian ini pemimpin tradisional. Di sini, perlu
yang membuat terjadinya ada kajian lebih dalam. Kesatuan
perubahan atau pergeseran dalam hidup yang dahulunya ada dalam
kedudukan dan peranan pada ikatan kekerabatan dalam bentuk
sistim kepemimpinan, hal ini masing-masing klen, namun oleh
terlihat saat melakukan diskusi dan pemerintah Belanda saat itu
wawancara dengan beberapa digabungkan (sungai atas dan
tokoh penting dalam masyarakat, sungai bawah) menjadi satu
tidak ada keterbukaan penuh dan komunitas. Sehingga ciri
saling menjaga informasi tertentu kepemimpinan pada kepala klen
yang tidak boleh diketahui oleh berkurang namun justru terletak
marga atau keret lain. Karena kepemimpinan Lani.
alasan penempatan kembali dan
12
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
DAFTAR PUSTAKA
13
Mansoben, J.R. 1995. Sistim Politik Tradisional di Papua. Lembaga
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Leidin University: Jakarta.
Mauss, Marcel. 1924. The Gift. London: Cohen and West. Meskell, Lynne.
Meinarno, Eko A. 2011. Manusia Dalam Kebudayaan Dan Masyarakat.
Salemba Humanika : Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, 2002. Metode Research : Penelitian Ilmiah, Jakarta, PT. Bumi Aksara
Patton, Adri, 2005. Peran Pemimpin Infromal dalam Pelaksanaan
Pembangunan Desa di daerah perbatasan Kabupaten Malinau
Rivai Vethzal., Mulyadi Deddy, 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Edisi ketiga. Rajawali Pers. Jakarta.
Rudatin, Danang. Belum terbit. Laporan Penelitian Arkeologi Peninjauan
Situs Arkeologi Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya, Tahun 1997
: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Jayapura, 1997.
Sahlins, M.D. 1963. Poor Man, Rich Man, Big-Man, Chief: Political Types in
Melanesia and Polinesia. STOR Journal Vol. 5.
Sanaba, R., 2000, Eksistensi Kepemimpinan Tradisional terhadap Proses
Birokrasi: kasus desa Fogi Kecamatan Sanana Kabupaten Maluku
Utara, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Sedarmayanti. 2009, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Kerja.
Bandung : Penerbit Mandar Maju
Siagian, Sondang. 1995. Organisasi, Kepemimpinan & Perilaku Administrasi,
Penerbit PT. Gunung Agung, Jakarta.
Siagian, H.,1997, Manajemen Suatu Pengantar, Alumni Bandung
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
________. 2010. Metode Penelitian Administrasi: Pendekatan Kuantitatif,.
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sunario, Astrid S. Susanto (ed.). 1997. Kebudayaan Jayawijaya Dalam
Pembangunan Bangsa. Penerbit : PT. Sinar Harapan.
Suparlan, Parsudi. 1994. Keanekaragaman Kebudayaan, Strategi
Pembangunan dan Transformasi Sosial, dalam Buletin Penduduk dan
Pembangunan, Jilid V No. 1-2, Lembaga Iimu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
14
HOLISTIK, Tahun XI No. 21A / Januari - Juni 2018
15