Professional Documents
Culture Documents
Kajian Karakter Tokoh Pandawa Dalam Kisah Mahabharata Diselaraskan Dengan Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia Muhammad Arifin Dan Arif Rahman Hakim
Kajian Karakter Tokoh Pandawa Dalam Kisah Mahabharata Diselaraskan Dengan Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia Muhammad Arifin Dan Arif Rahman Hakim
5, Mei 2021
p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769 Sosial Sains
ABSTRAK
Wayang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of
Oral and Intangible Heritage of Humanity. Namun secara
nyata ditemui fakta di kalangan generasi muda bangsa
Indonesia yang masih rendah atas pemahaman budaya
wayang, khususnya pada kisah mahabharata. Secara
spesifik, seringkali dijumpai masih awamnya generasi
muda di lingkungan pendidikan formal yang memahami
karakter tokoh pandawa dalam kisah mahabharata. Pada
sisi yang lain juga generasi muda Indonesia sedang
didorong untuk memiliki karakter yang sesuai dengan
program pendidikan karakter bangsa Indonesia. Artikel
yang disusun berupa kajian pustaka ini bertujuan untuk
mengkaji karakter tokoh Pandawa dalam kisah
How to cite: Arifin, Muhammad., dan Arif Rahman Hakim (2021) Kajian Karakter Tokoh Pandawa dalam Kisah
Mahabharata Diselaraskan Dengan Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia. Jurnal Syntax
Ttansformation 2(5). https://doi.org/10.46799/jurnalsyntaxtransformation.v2i3.284
E-ISSN: 2721-2769
Published by: Ridwan Institute
Muhammad Arifin dan Arif Rahman Hakim
tidak mengikuti perkembangan zaman di era karakter yang baik pada generasi muda
sekarang. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, khususnya para peserta didik yang ada di
maka lambat laun akan pudar rasa bangga di ruang-ruang kelas. Karena sudah dapat
kalangan generasi muda bangsa Indonesia diyakini bahwa pengembangan karakter atau
atas budaya wayang sebagai Masterpiece of kebudayaan suatu bangsa tidak pernah dapat
Oral and Intangible Heritage of Humanity. lepas dari berbagai nilai tradisi yang telah
Secara umum, hakikat pendidikan itu mendasari dan membesarkannya. Kelahiran
di dalamnya terdapat interaksi belajar dan karya sastra diprakondisi oleh kehidupan
mengajar. Tidak dapat dipungkiri sosial budaya tempat pengarang hidup,
bahwasanya pendidikan dapat dijadikan sehingga sikap dan pandangan hidup
sebagai jembatan untuk transformasi budaya pengarang terhadap masalah yang
dari satu generasi ke generasi berikutnya. diceritakan dalam karyanya juga
Oleh karena pendidikan di Indonesia itu ada mencerminkan kehidupan sosial budaya
tiga jalur, yaitu jalur formal, nonformal, dan masyarakatnya (Nurgiyantoro, 2018).
informal, sudah sepatutnya wayang dapat Seperti di Indonesia, khususnya Jawa,
dibawakan dalam pendidikan jalur formal. wayang merupakan tradisi dan budaya yang
Beragam hal yang berkaitan dengan wayang telah mendasari dan berperan besar dalam
di Indonesia sudah menjadi bahan cerita membentuk karakter dan eksistensi bangsa
yang turun temurun harus dilestarikan agar Indonesia, khususnya yang beretnis Jawa.
tongkat estafet transformasi budaya lintas Untuk itu, membawakan budaya wayang ke
generasi tetap terjaga dengan baik. Dalam ruang kelas menjadi bagian dari upaya
UU No.20 tahun 2003 disebutkan bahwa: pengembangan karakter sekaligus
“Pembelajaran adalah proses interaksi pengembangan kebudayaan Bangsa
peserta didik dengan pendidik dan sumber Indonesia.
belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dengan demikian, tidak kalah
Dalam hal ini dapat difahami bahwa sumber pentingnya memperkenalkan kepada peserta
belajar, guru, dan siswa menjadi satu didik di jalur pendidikan formal perihal
kesatuan harus saling terjadi interaksi yang kisah pewayangan yang sarat nilai-nilai
baik. Program Penguatan Pendidikan luhur dan kearifan lokal menjadi salah satu
Karakter (PPK) digagas oleh Kemendikbud alternatif cara untuk mendukung gerakan
sejalan dengan upaya menyukseskan program penguatan pendidikan karakter
Gerakan Nasional Revolusi Mental yang sekarang gencar digalakkan oleh
(GNRM). Dalam hal ini, lembaga yang semua pihak di lingkungan jalur pendidikan
menjadi prioritas adalah pendidikan dasar, formal. Sejumlah tokoh pewayangan dengan
mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia jelas merupakan simbol dari kehidupan
Dini Formal dan Nonformal, jenjang secara nyata. Tokoh Punakawan adalah
Sekolah Dasar sederajat, lalu jenjang salah satu tokoh yang ada pada wayang
Sekolah Menengah Pertama sederajat, untuk orang cerita Mahabharata. Berbagai tokoh
kemudian ke jenjang Sekolah Menengah dalam wayang kisah Mahabharata tentu saja
Atas sederajat. dapat dijadikan sumber belajar para peserta
Berbagai cara dapat dilakukan untuk didik. (Narimo & Wiweko, 2017)
menyampaikan pesan pembelajaran di jalur menyebutkan bahwa “Nilai-nilai wayang
pendidikan formal, termasuk dengan cara menyangkut kehidupan sosial dan
membawakan budaya wayang ke ruang kehidupan religius. Nilai wayang terlihat
kelas pembelajaran. Hal ini tentu saja dapat kental terkait dengan nilai kegotong
secara otomatis menumbuhkan berbagai royongan, kerukunan hidup, kedamaian,
kepedulian kepada sesama, solidaritas wayang ini, kita akan semakin menghargai
sesama, dan lain-lain dengan muara akhir pentingnya peran budaya tidak hanya dalam
ketentraman dan kedamaian hidup memberikan kita rambu-rambu dalam
bersama”. Semua hal itu dapat dibangun hidup, tetapi dalam membantu kita
dengan senjata utama berupa wayang yang menemukan jalan untuk bertahan hidup.
secara disengaja dibawa ke dalam ruang Kenyataannya, budaya menyediakan kita
kelas pendidikan formal. aturan-aturan yang memastikan
Pementasan yang melibatkan banyak keberlangsungan hidup, dengan asumsi
orang untuk kesuksesan suatu pentas bahwa sumber daya hidup masih tersedia.
wayang dapat menjadi pelajaran bagi Tentu saja studi ini berperan untuk
melahirkan pengetahuan tentang nilai nilai
peserta didik agar menghargai pihak lain,
budaya terhadap prestasi psikologis siswa
saling berkasih sayang, sopan dan memupuk dalam meningkatkan kesadaran dan
rasa persaudaraan tanpa melihat derajat, ras, pembentukan moral karakter kita sebagai
dan agama. Mendidik siswa agar bermoral Bangsa Indonesia.
baik tidak harus mencontoh nilai-nilai dari
luar. Sebab nilai-nilai yang ada di luar Metode Penelitian
belum tentu cocok dengan bangsa kita, Artikel ilmiah ini disusun
karena masing-masing bangsa memiliki menggunakan metode deskriptif kualitatif
budayanya sendiri. Seperti yang dikatakan dengan pendekatan psikologi pendidikan.
(Budiningsih, 2008), “Pemahaman tentang Analisis deskriptif digunakan untuk
budaya sebagai bentuk-bentuk prestasi mendeskripsikan sebuah kajian karakter
psikologis, yaitu sebagai kompleks gagasan tokoh Pandawa dalam kisah Mahabharata.
yang bersifat abstrak, spesifik, subjektif, dan Adapun pendekatan psikologi pendidikan
tidak teramati yang akan mewarnai digunakan untuk menyelaraskan karakter
kehidupan moral para remajanya, perlu tokoh pandawa dengan pendidikan karakter
dipahami oleh guru dan pendidik moral, bangsa Indonesia di jalur pendidikan formal.
sebagai dasar pengembangan program- Hal ini dimaksudkan untuk memahami daya
program pendidikan moral yang imajinasi dan kejiwaan yang ditimbulkan
kontekstual”. Oleh karena itu, perlu digagas dalam menyerap dan menghayati karakter
sebuah kajian tentang karakter tokoh tokoh pandawa dalam rangkaian kegiatan
Pandawa dalam kisah Mahabharata yang pembelajaran di jalur pendidikan formal.
diselaraskan dengan penanaman pendidikan Tahapan objektif berupa kajian pustaka
karakter bangsa indonesia. Hal ini tentu saja dalam artikel ini dimulai dari kajian karakter
dengan maksud mencapai pemahaman tokoh Pandawa dalam kisah Mahabharata.
budaya wayang sebagai bentuk prestasi Kemudian dilanjutkan dengan program
psikologis, berikut didalamnya secara penguatan pendidikan karakter yang
spesifik tentang karakter tokoh Pandawa menjadi amanah dari kemendikbud di
untuk diselaraskan dengan program bidang pendidikan bangsa Indonesia. Pada
pemerintah tentang penanaman pendidikan bagian akhir berupa narasi sebagai analisis
karakter bangsa Indonesia. Menyelaraskan deskriptif kualitatif dalam artikel ini,
karakter tokoh Pandawa dalam kisah dipaparkan bagaimana menyelaraskan
Mahabharata dengan program penguatan karakter tokoh Pandawa dalam kisah
pendidikan karakter bangsa Indonesia secara Mahabharata dengan program penguatan
spesifik dapat dilaksanakan secara khusus pendidikan karakter bangsa Indonesia
untuk di jalur pendidikan formal. Dengan khusus untuk jalur pendidikan formal..
meningkatnya pemahaman tentang budaya
persoalan material formal yang bersifat selaras, harmonis, dan bahagia. Dalam
tekstual dengan determinasinya pada wayang ditampilkan contoh-contoh
pemilihan bahan, penggunaan alat, perilaku baik dan jahat, namun pada
pengolahan teknik, pendekatan dan hal- akhirnya perilaku jahat akan kalah oleh
hal yang berkaitan dengan serapan kebaikan. Dengan bercerita atau
inderawi, sesuai dengan konteks mendongeng, wayang membentuk ide-
tujuannya. Media berperan atau memiliki ide, moralitas, dan tingkah laku dari
kedudukan sebagai sarana bagi seseorang generasi ke generasi. Di samping itu,
untuk mengekspresikan diri (Djamarah, wayang memberikan hiburan yang sehat
2006). Dunia pendidikan karya seni bagi para penontonnya. Ada unsur-unsur
dapat dijadikan sebagai media tragedi, komedi, dan tragikomedi.
pembelajaran untuk menciptakan proses Menyelaraskan karakter tokoh
pembelajaran yang dapat menempatkan pandawa dalam kisah mahabharata
suatu media karya begitu penting. dengan program penguatan pendidikan
Orang pasti sependapat bahwa ada karakter bangsa Indonesia khusus untuk
banyak cara dan “bahan” yang dapat jalur pendidikan formal dapat dilihat
dikreasikan untuk mendidik, memupuk dengan akumulasi pemahaman secara
dan mengembangkan, serta membentuk menyeluruh dari karakter tokoh
karakter peserta didik. Cara yang pandawa. Dalam kisah mahabharata,
dimaksudkan adalah proses dan strategi, Yudhistira itu karakternya sangat
sedang “bahan” adalah bahan ajar (baca: bijaksana, tidak memiliki musuh, dan
mata pelajaran, pokok bahasan) yang hampir tidak pernah berdusta seumur
dapat dimuati usaha pendidikan karakter. hidupnya. Kemudian, Bima itu
Pendidikan karakter dalam usaha karakternya gagah berani, memiliki fisik
pembentukan karakter tidak diajarkan yang kuat, tetap berhati baik, dan
secara mandiri sebagai sebuah bahan ajar menganggap semua orang sama
sebagaimana halnya mata-mata pelajaran derajatnya. Adapun Arjuna memiliki
yang lain, melainkan termuat dan karakter yang cerdik, pandai, teliti,
diikutsertakan dalam pembelajaran cermat, sopan, santun, dan suka
berbagai mata pelajaran tersebut baik melindungi yang lemah. Serta Nakula
dalam proses dan strategi pembelajaran memiliki karakter yang paling tampan
maupun, jika dimungkinkan, juga rupawan, sosok yang rajin bekerja dan
inklusif dalam bahan ajar. Jadi, ia dapat rajin menghormati sekaligus melayani
masuk dalam pembelajaran agama, kakak-kakaknya. Untuk Sadewa
kesenian, bahasa dan sastra, sejarah, dan memiliki karakter yang sangat rajin,
lain-lain. bijaksana, memiliki kelebihan dalam
Di masa sekarang khususnya bidang astronomi, dan sangat baik dalam
dikalangan apresiator muda, dalam hal hal menyimpan rahasia.
ini anak-anak usia sekolah dasar, wayang Keseluruhan karakter tokoh
tidak banyak di kenal. Jangankan pandawa dalam kisah mahabharata
mengenal ceritanya, tokoh-tokoh masuk ke dalam lima nilai utama, yaitu:
pewayangan juga jarang yang mereka religius, integritas, mandiri, nasionalis,
ketahui. Padahal cerita pewayangan ini dan gotong royong. Keseluruhan
bisa kita jadikan media untuk mendidik karakter tokoh pandawa dalam kisah
karakter anak-anak. Cerita-cerita wayang mahabharata masuk ke dalam empat
dapat mengajarkan manusia untuk hidup dimensi, yaitu: etik, literasi, estetik, dan