Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318461637

Integrasi Paradigma Bimbingan dan Konseling Perkembangan dalam Layanan


Kepenasihatan Akademik di Perguruan Tinggi untuk Sukses Studi Mahasiswa

Conference Paper · October 2016

CITATIONS READS

0 1,116

1 author:

Fathur Rahman Bahrinsyah


Universitas Negeri Yogyakarta
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Integrasi Paradigma Bimbingan dan Konseling Perkembangan dalam Layanan Kepenasihatan Akademik di Perguruan Tinggi untuk Sukses Studi Mahasiswa View
project

All content following this page was uploaded by Fathur Rahman Bahrinsyah on 17 July 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016


Editor: Agung Premono, I Wayan Sugita, Ragil Sukarno, M. Ali Akbar

ISBN: 978-602-60240-0-8

Disclaimer
This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded
sources.
Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of
references are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and
information,
but the author(s) and the publisher can not assume responsibility for the validity of all materials
or
for the consequences of their use.

All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a
retrieval
system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical,
photocopying,
recording or otherwise, without written consent from the publisher.
Direct all inquiries to State University of Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur
13220.
@2016 by State University of Jakarta
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

INTEGRASI PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING


PERKEMBANGAN DALAM KEPENASIHATAN AKADEMIK
DI PERGURUAN TINGGI

Fathur Rahman
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail : fathur@uny.ac.id

ABSTRAK

Basically, the success of students in college is largely determined by three factors; high quality teaching, comprehensive
support programs, and developmental and academic advising. All this time, the implementation of the academic advisory
activities more oriented on prescriptive models. This model is an emphasis on activities with the recommendations and
information about academic rules, entry requirements and other administrative matters. This model certainly is no longer
sufficient to be implemented in the academic advising activities. Hypothetical model that should be developed is a model-
based academic advisory adopting developmental domains in guidance and counseling developmental perspective. In the
integrated model, the academic advisory service should be able to facilitate the achievement of development objectives;
the goals of personal-social, academic and educational purposes, and career goals in the future.

Pada dasarnya, keberhasilan studi mahasiswa di perguruan tinggi sangat ditentukan oleh tiga kunci utama, yaitu high
quality teaching, comprehensive support programs, dan developmental academic advising. Selama ini penyelenggaraan
kegiatan kepenasihatan akademik lebih banyak berorientasi pada model preskriptif. Model ini sangat mengutamakan
pada kegiatan pemberian rekomendasi dan informasi tentang aturan akademik, persyaratan masuk, dan hal-hal
administratif lainnya. Model ini tentunya sudah tidak memadai lagi untuk diimplementasikan dalam kegiatan
kepenasihatan akademik. Model hipotetik yang perlu dikembangkan adalah model kepenasihatan akademik berbasis
perkembangan yang mengadopsi ranah-ranah perkembangan dalam konsep bimbingan dan konseling. Dalam model
yang terintegrasi ini, layanan kepenasihatan akademik hendaknya dapat memfasilitasi pencapaian beberapa tujuan
perkembangan, yakni tujuan-tujuan pribadi-sosial, tujuan akademik dan pendidikan, dan tujuan karier di masa yang
akan datang.

Kata kunci : kepenasihatan akademik berbasis perkembangan, bimbingan dan konseling perkembangan

1. PENDAHULUAN
perkembangan (developmental academic advising).
Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Kegiatan kepenasihatan akademik pada
Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa dua dari mulanya dapat dipahami sebagai suatu proses
beberapa tujuan dari penyelenggaraan memfasilitasi perkembangan kemajuan akademik
pendidikan tinggi adalah 1) mengembangkan dan realisasi maksimum rencana pendidikan dari
potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang satu tahap ke tahap berikutnya. Pemahaman awam
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang tersebut akhirnya menjadikan pola kepenasihatan
Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, akademik yang terjadi selama ini tidak lebih dari
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan sekedar pemberian bantuan bagi kesulitan-kesulitan
berbudaya untuk kepentingan bangsa; dan 2) mahasiswa dalam persiapan mengikuti semester
dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang atau kelas berikutnya (White, 2015; Meilina
ilmu pengetahuan dan atau teknologi untuk Bustari dan kawan-kawan, 2008). Pendekatan ini
memenuhi kepentingan nasional dan disebut sebagai pendekatan preskriptif dalam
peningkatan daya saing bangsa. kepenasihatan akademik (Mahoney dan Schibik,
Oleh karena itu, dalam rangka mencapai 2004; Drake, Jordan, dan Miller, 2013).
tujuan tersebut di atas, penyelenggaraan Pendekatan ini memposisikan penasihat
pendidikan tinggi selain ditopang oleh proses akademik sebagai peran yang paling utama dan
pembelajaran yang berkualitas (high quality mahasiswa sebagai peran pasif yang hanya
teaching) dan dukungan program yang bersifat menerima nasihat berdasarkan instrumen
komprehensif (comprehensive support kepenasihatan yang telah dipersiapkan. Tugas
programs), juga harus didukung oleh kegiatan lainnya, yaitu hanya menyediakan informasi yang
kepenasihatan akademik yang berorientasi sifatnya umum, memverifikasi persyaratan
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

akademik, dan memberi nasihat atas mendasar dalam hal defisit literasi akademik, yakni
pelanggaran akademik yang dilakukan oleh rendahnya kebiasaan membaca dan menuangkan
mahasiswa (Drake, Jordan, dan Miller, 2013). gagasan dalam bentuk tulisan. Di tengah gegap-
Pendekatan seperti ini tentu saja dianggap tidak gempita perkembangan teknologi dan informasi,
mampu menghantarkan mahasiswa mencapai terutama di kalangan generasi muda, budaya
tujuan ideal yang diharapkan dari pendidikan membaca dan menulis mulai ditanggalkan
tinggi yang diperolehnya. perlahan-lahan. Betapa banyak dalam perkuliahan
Tujuan-tujuan ideal yang diharapkan seringkali ditemukan kenyataan problem akademik
terbentuk dalam diri mahasiswa selama fase yang bermuara pada rendahnya kecakapan literasi
menempuh pendidikan tinggi sebagaimana akademik mahasiswa. Telah terjadi defisit
telah diuraikan sebelumnya sekarang ini kemampuan akademik, terutama pada aspek
tampak semakin sulit terealisasi di tengah arus membaca dan menulis sebagai elemen utama yang
globalisasi dan modernisasi di berbagai dimensi menopang tumbuhnya budaya akademik (Lane et.
hidup. Kebanyakan mahasiswa di perguruan al, 2008).
tinggi saat sekarang ini telah menjelma menjadi Dalam proses pembelajaran di kelas,
kelompok anak muda dengan tipologi seringkali dijumpai makalah ilmiah, tugas kuliah
kepribadian dan perilaku yang cenderung berbasis paper tidak menunjukkan kualitas isi yang
hedonis. Kegiatan perkuliahan tidak lebih dari memadai. Problem rendahnya kualitas tersebut
sekedar menjalankan rutinitas dan memenuhi terentang luas mulai dari miskinnya penguasaan
tuntutan sosial dari orang tua dan masyarakat. kosa-kata dan kemampuan gramatikal yang rendah
Arus besar yang tengah berkembang di sampai dengan duplikasi tulisan dan plagiarisme
kalangan generasi muda sekarang ini adalah terhadap tulisan orang lain. Rentang permasalahan
budaya populer yang digandrungi secara taklid yang tercakup dalam rendahnya kemampuan
buta. Tuntunan hidup kelompok ini adalah gaya akademik tersebut bisa jadi bukan hanya
hidup serba glamour dan terukur secara merefleksikan defisit kecapakan teknikal, tetapi
material-fisik. Simptom hedonisme ini, bak juga gambaran rendahnya konsep dan percaya diri
virus, telah mewabah dan semakin menyebar. dalam diri mahasiswa.
Salah satu arus besar lainnya yang tengah Oleh karena itu, perlulah kiranya suatu
menerjang kehidupan generasi muda saat ini tinjauan ulang tentang kerangka ideal kegiatan
adalah terjadinya ledakan dahsyat dalam kepenasihatan akademik yang dapat memfasilitasi
pemanfaatan teknologi informasi dan perkembangan optimum seluruh dimensi yang ada
perkembangan internet. Mereka saat ini tengah dalam diri mahasiswa, termasuk pula model
menjalani proses pengalaman menjadi dewasa layanan yang dapat membantu pemecahan berbagai
dari berbagai tontonan di luar batas normatif. masalah yang dihadapi oleh mahasiswa untuk
Mereka melihat dan menyaksikan banyak hal mencapai keberhasilan studi di perguruan tinggi.
lebih dari apa yang mereka bisa pahami dalam Uraian selanjutnya difokuskan pada eksplorasi
batas-batas usia perkembangan yang paradigma bimbingan dan konseling perkembangan
seharusnya (Mahoney dan Schibik (2004; 117). serta pendekatan kepenasihatan akademik berbasis
Mahoney dan Schibik (2004; 117) juga perkembangan.
mendeskripsikan bahwa mahasiswa di berbagai Lebih lanjut akan dideskripsikan juga
perguruan tinggi sekarang ini tengah berada bagaimana upaya mencangkokkan kemampuan
dalam situasi global yang terus berubah dari minimal memberikan layanan bimbingan bagi
hari ke hari, termasuk pula sebagian besar penasihat akademik dalam kegiatan kepenasihatan
mahasiswa datang ke kampus dengan bekal akademik yang berorientasi pada fasilitasi
situasi permasalahan pribadi dan keluarga yang perkembangan optimum mahasiswa di perguruan
bersifat kompleks. Terdapat beberapa tinggi.
diantaranya dengan latar struktur keluarga kecil
tapi minim komunikasi, orang tua mengalami 2. PARADIGMA BIMBINGAN DAN
perceraian, dan beberapa masalah keluarga KONSELING PERKEMBANGAN
lainnya.
Dalam kondisi demikian, seringkali Pendekatan-pendekatan yang lazim digunakan
mahasiswa kurang memiliki stabilitas cara dalam bimbingan dan konseling terdiri dari empat
berpikir dan emosi yang matang dan pada pendekatan, yakni a). krisis, b). remedial, c).
akhirnya berdampak pada kegiatan-kegiatan preventif; dan d) perkembangan (Myrick, 1993;
akademik di kampus. Lingkungan sosial seperti Sciarra, 2004). Pada dasarnya, keempat pendekatan
ini tentunya sangat tidak kondusif bagi upaya tersebut dalam implementasinya terkadang sering
fasilitasi dukungan bagi keberhasilan akademik. mengalami tumpang-tindih antara satu dengan yang
Selain itu pula, dalam konteks kompetensi lain dan terkadang juga pendekatan perkembangan
akademik, mahasiswa memiliki persoalan dapat menjadi model yang meintegrasikan tiga
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

pendekatan sebelumnya. Namun demikian, 2004; Bowers & Hatch, 2002; Ditjen Dikti, 2007).
batasan-batasan yang lebih jelas antar keempat Berdasarkan sudut pandang perkembangan
pendekatan tersebut dapat dibedakan dengan tersebut, maka bimbingan dan konseling pada
jelas (Myrick, 1993). hakikatnya adalah upaya pedagogis untuk
Pendekatan krisis memposisikan konselor memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi
sebagai pihak pasif yang hanya menunggu apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya
munculnya krisis dan permasalahan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki (Sunaryo
dihadapi oleh klien. Dalam hal ini, konselor Kartadinata, 2011: 24). Dalam definisi ini
berperan sebagai pemecah masalah (problem- terkandung makna penting bahwa upaya fasilitasi
solver) yang menggunakan teknik-teknik perkembangan individu hanya dapat dilakukan
tertentu dalam layanannya. Pendekatan secara efektif dengan ragam bantuan yang bersifat
remedial lebih berorientasi pada penyembuhan membimbing dan teknik-teknik konseling tertentu.
dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang Menurut Sunaryo Kartadinata (2011: 23), kedua
tampak. Penerapan remediasi ini diharapkan terminologi tersebut dirangkaikan sebagai satu
dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan keutuhan layanan dengan batasan-batasan sebagai
krisis yang terjadi. berikut; konseling merupakan teknik bantuan
Seorang konselor dalam pendekatan secara langsung yang ditujukan kepada konseli
preventif memiliki peran penting dalam dalam upaya mengatasi masalah dan mengambil
mencegah dan mengantisipasi kemungkinan keputusan secara konstruktif, sedangkan bimbingan
munculnya problem psikologis. Dalam mengandung ragam teknik yang lebih bersifat
pendekatan ini terkandung asumsi bahwa jika pedagogis untuk fasilitasi perkembangan konseli
konselor mampu mendidik siswa untuk dan pengembangan perilaku jangka panjang secara
menyadari bahaya dari tindakan yang sehat.
dilakukannya, maka konselor diyakini mampu Proses perkembangan ke arah yang lebih
mencegah siswa dari perbuatan-perbuatan yang normatif hanya mungkin dapat terjadi jika terdapat
membahayakan tersebut (Muro dan Kottman, relasi yang sehat antara individu dengan
1995). lingkungannya. Dengan demikian, tugas bimbingan
Sementara itu, pendekatan perkembangan dan konseling tertuju pula pada upaya membangun
merupakan suatu pendekatan yang lebih daya dukung lingkungan yang kondusif. Blocher
mutakhir dan proaktif. Disebut mutakhir karena (Sunaryo Kartadinata, 2007) menjelaskan bahwa
pendekatan tersebut merupakan sintesis dari suatu lingkungan perkembangan mengandung tiga
pendekatan yang lazim diaplikasikan komponen, yaitu a) struktur yang menggambarkan
sebelumnya, dan disebut proaktif karena stimulasi yang disiapkan oleh konselor untuk
konselor dituntut aktif dan kreatif dalam merangsang terjadinya perkembangan perilaku
memahami keterampilan dan pengalaman yang konselor, b) transaksi yang menggambarkan
dibutuhkan siswa guna menggapai keberhasilan interaksi psikologis dan intervensi yang terjadi, dan
di sekolah dan dalam kehidupan. Pendekatan c) sistem imbalan (reward) yang menggambarkan
ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat proses penguatan dan balikan terhadap kehadiran
digunakan di sekolah karena peduli terhadap perilaku baru.
tahapan perkembangan minat, bakat, kebutuhan Berdasarkan analisis yang dikemukakan oleh
siswa, dan peningkatan keterampilan hidup Blocher tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa. bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk
Paradigma perkembangan sangat rekayasa dalam pendidikan yang dilakukan dalam
menekankan pola pertumbuhan seperangkat bentuk penyiapan stimulus-stimulus tertentu untuk
domain perkembangan yang meliputi mendapatkan respon perilaku yang diharapkan.
perencanaan dan eksplorasi karier, pengetahuan Perilaku baru akan semakin efektif jika kegiatan
diri dan sosial, dan perkembangan pendidikan bimbingan menganut model interaksi psikologis
(Sciarra, 2004). Domain perkembangan tersebut yang saling menghargai antara konselor dengan
diperluas lagi dalam subdomain, seperti; konseli.
perkembangan self-esteem, motivasi
berprestasi, efektivitas antarpribadi,
keterampilan komunikasi, efektivitas lintas- 3. HAKIKAT KEPENASIHATAN
budaya, keterampilan mengambil keputusan, AKADEMIK
dan perilaku bertanggung-jawab (Sciarra,
2004). Namun, pada umumnya, domain Dalam berbagai literatur tentang bimbingan
perkembangan yang lazim berkembang di akademik (Mahoney & Schibik, 2004), beberapa
berbagai negara termasuk Indonesia adalah pakar mengakui dua model yang berkembang
perkembangan akademik, perkembangan karier, dalam kepenasihatan akademik, yakni model
dan perkembangan pribadi-sosial (Sciarra, preskriptif dan model perkembangan
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

(developmental). Model preskriptif adalah salah


satu pendekatan yang memposisikan penasihat Kepenasihatan akademik berorientasi
memiliki peran utama dan mahasiswa adalah perkembangan dewasa ini telah menjadi sesuatu
penerima pasif dari saran yang disampaikan yang sangat fundamental dan pendekatan yang
oleh penasihat. Dalam model ini, menasihati, paling komprehensif dalam praktik kepenasihatan.
penasihat memiliki tanggung jawab utama yang Pendekatan ini dapat membantu penasihat
didasarkan pada seperangkat daftar pernyataan akademik untuk mengambil sudut pandang yang
yang akan dijadikan saran bagi mahasiswa. lebih holistik tentang perkembangan diri
Sementara itu, model perkembangan mahasiswa. Upaya ini dilakukan dalam rangka
merupakan bentuk evolusi dari model memaksimalkan pengalaman pendidikan
pembelajaran yang mengutamakan mahasiswa yang berdampak terhadap tercapainya
pembentukan seluruh potensi dalam diri tujuan-tujuan akademik, pribadi, dan karier menuju
individu. Gaya perkembangan ini didasarkan masa depan yang lebih gemilang.
pada dua asumsi. Pertama, pendidikan tinggi Melalui pendekatan perkembangan ini,
adalah tempat di mana mahasiswa dapat penasihat akademik dapat mengerahkan
berkembang menjadi individu dengan kemampuannya untuk; 1) mengidentifikasi
pemenuhan tujuan diri. Kedua, sebagai bentuk keterampilan, kemampuan, dan harapan
evolusi dari proses pembelajaran, model mahasiswa; 2) mengetahui sumber daya dan
perkembangan melibatkan suatu pengalaman peluang yang tersedia bagi mahasiswa; dan 3)
aktif yang mana mahasiswa dan dosen saling mendukung perkembangan maksimum dalam
berbagi tanggung jawab dalam rangka pencapaian tujuan pribadi, akademik, dan karier.
mendorong pertumbuhan mahasiswa dan Adapun prinsip-prinsip utama yang perlu
pertumbuhan masyarakat. Kegiatan diperhatikan dalam implementasi kepenasihatan
kepenasihatan akademik kemudian harus akademik yang berorientasi perkembangan, yaitu
didasarkan pada negosiasi antara mahasiswa (Drake, Jordan, dan Miller, 2013);
dan penasihat (Mahoney & Schibik, 2004). a. Kepenasihatan akademik perkembangan
Perbedaan yang cukup mendasar dari kedua bukanlah teori. Betapapun pendekatan tersebut
model tersebut sebagaimana diuraikan pada bersumber dari teori dan perspektif
Tabel 1 berikut ini; perkembangan, namun praktik pelaksanaannya
merupakan strategi dan suatu metode bagaimana
Tabel 1. Perbedaan Kepenasihatan Akademik Model melakukan kegiatan kepenasihatan dengan
Preskriptif dan Perkembangan kerangka kerja konseptual.
b. Pendekatan ini merupakan pendekatan holistik.
Prescriptive Model Developmental Model
Pendekatan ini memandang bahwa baik aspek
Penasihat menyampaikan Penasihat membantu pendidikan maupun aspek perkembangan diri
pada mahasiswa tentang mahasiswa memahami
kebijakan universitas dan kebijakan dan bagaimana cara mahasiswa dalam berbagai dimensi merupakan
apa yang harus dilakukan melaksanakannya satu-kesatuan dan berbagai aspek tersebut
Penasihat menyampaikan Penasihat menyajikan sejatinya sangatlah sulit diperlakukan secara
pada mahasiswa tentang berbagai pilihan kelas/mata terpisah, karena seringkali satu dimensi akan
kelas/mata kuliah apa yang kuliah dan mahasiswa
harus ditempuh didorong untuk memilih secara
mempengaruhi dimensi yang lainnya.
mandiri c. Kepenasihatan akademik merupakan aktivitas
Penasihat menginformasikan Penasihat menginformasikan saling berbagi. Baik mahasiswa maupun
kemajuan akademik kemajuan akademik dan penasihat akademik memiliki kontribusi yang
berdasarkan catatan berdialog tentang pengalaman
akademik dan dokumen yang akademik yang telah dicapai
seimbang dalam kegiatan ini. Mahasiswa harus
ada oleh mahasiswa bersikap jujur dan terbuka, sementara penasihat
Penasihat mengambil Penasihat memberi berbagai
akademik harus mampu bersikap toleran dan
keputusan terbaik manakala alternatif solusi dan bersama dapat dipercaya.
mahasiswa menghadapi mahasiswa menimbang
permasalahan akademik berbagai konsekuensi dari
keputusan yang diambil Namun demikian, pada dasarnya baik model
Penasihat membantu Penasihat melatih mahasiswa
preskriptif maupun perkembangan bukanlah dua hal
menyelesaikan masalah dalam mengatasi masalah yang bertolak belakang dan saling bertentangan
akademik dengan turun melalui teknik problem-solving satu dengan yang lainnya. Dalam implementasi
tangan secara langsung
kegiatan kepenasihatan akademik, justru kedua
Penasihat hanya concern Penasihat concern tidak hanya model tersebut dapat dilumat (blended) sedemikian
terhadap aspek akademik persoalan akademik, tetapi
mahasiswa juga kehidupan personal dan rupa dengan tambahan daya dukung kolaboratif
sosial mahasiswa dari berbagai pihak yang terkait dengan upaya
pengembangan potensi mahasiswa. Ilustrasi proses
Diolah dari B. B. Crookston (1971). A Developmental View of
Academic Advising as Teaching, Journal of College Student pelumatan berbagai model tersebut seperti tertuang
Personnel dalam gambar berikut ini;
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

kepenasihatan akademik pada konselor profesional


sebenarnya tidaklah lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pelibatan peran dosen sebagai
penasihat akademik. Salah satunya disebabkan oleh
jumlah konselor profesional yang relatif terbatas
dibandingkan dengan rasio jumlah dosen dan
mahasiswa yang memenuhi standar ideal terjadinya
kegiatan kepenasihatan. Dengan keterbatasan itu,
sulit bagi seorang konselor untuk dapat menjangkau
mahasiswa dalam jumlah yang cukup besar.
Dalam perspektif bimbingan dan konseling,
walaupun konsep bimbingan tidak dapat dipisahkan
dari layanan konseling, konseling tetap dapat
Gambar 1. Keterkaitan Antarberbagai Model dibedakan konsep dan implementasinya dari
Kepenasihatan Akademik layanan bimbingan. Jika konseling hanya mungkin
dilakukan oleh seorang yang telah bersertifikat
4. PARADIGMA BK PERKEMBANGAN profesional sebagai seorang konselor, sedangkan
DALAM KEPENASIHATAN bimbingan merupakan kewenangan melekat dalam
AKADEMIK setiap jenis pekerjaan yang berinteraksi secara
langsung dengan individu.
Persoalan utama yang mungkin muncul Lebih lanjut Myrick (1993: 36) menjelaskan
dari gagasan utama yang hendak ditawarkan bahwa bimbingan yang berorientasi perkembangan
dalam paper ringkas ini adalah bagaimana sangat membutuhkan keterlibatan setiap personalia
paradigma bimbingan dan konseling pendidikan, yakni guru, dosen, administrator,
perkembangan dapat diwujudkan dalam model ataupun personel lainnya. Semua memiliki
kepenasihatan akademik di tengah berbagai tanggung jawab bimbingan yang sama. Beberapa
tuntutan tugas pokok yang harus diperankan aktivitas bimbingan yang bersifat khusus bahkan
oleh dosen di perguruan tinggi? Rumitnya lebih baik diberikan secara langsung oleh guru atau
implementasi model ini diakui oleh Melissa L. dosen melalui program terstruktur di kelas tertentu
Daller (1997: 8). atau selama periode bimbingan tertentu ketika
Dari kajian eksploratif yang telah dosen atau guru tersebut bertindak sebagai seorang
dilakukannya, terdapat beberapa alasan penasihat akademik (Myrick, 1993).
mengapa model perkembangan ini Pentingnya keterlibatan setiap personalia yang
dikhawatirkan tidak dapat diimplementasikan ada di lingkungan pendidikan tidak dapat
dalam praktik. Beberapa diantaranya, yaitu; 1) dilepaskan dari asumsi pokok yang dikemukakan
penasihat akademik hanya memiliki sedikit oleh Myrick bahwa bimbingan lebih bernuansa
waktu untuk dapat terlibat secara langsung dan pedagogis. Myrick (Sunaryo Kartadinata, 2011)
aktif dengan mahasiswa yang dibimbingnya; 2) menegaskan bahwa bimbingan sebenarnya meresap
kebanyakan penasihat akademik mengakui ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran yang
bahwa mereka kurang memiliki latar belakang bertujuan memaksimalkan perkembangan potensi
teoretis tentang perkembangan individual; 3) individu. Dalam konteks ini bimbingan adalah
mahasiswa banyak yang bersikap apriori dan filsafat pendidikan umum yang diacu oleh pendidik.
apatis terhadap dosen penasihat akademik; 4) Dengan demikian tidak ada pilihan bagi dosen
keterbatasan dana; 5) keterbatasan keterampilan di perguruan tinggi selain memantapkan diri
dan kompetensi praktis dalam penyediaan menjadi seorang penasihat bagi mahasiswa yang
layanan bimbingan perkembangan bagi ada di kampusnya masing-masing. Setiap dosen
mahasiswa; 6) kurang terintegrasinya dukungan perlu dibantu untuk memiliki kemampuan dalam
layanan kemahasiswaan dengan layanan memahami cara berpikir mahasiswa dan
akademik di kampus yang berdampak pada kompleksitas problem yang dialaminya. Setiap
kurangnya termonitornya kebutuhan dan dosen perlu dilatih untuk memiliki keterampilan
permasalah mahasiswa di kampus. membangun hubungan kerja yang positif dengan
Atas dasar keterbatasan tersebut, mahasiswa. Pada dasarnya seorang dosen atau
O’Banion (Daller, 1997) menyampaikan pendidik lainnya dianjurkan untuk memiliki
argumen bahwa kehadiran konselor profesional karakteristik yang sama dengan spesialis di bidang
dalam pelaksanaan tugas-tugas kepenasihatan bimbingan dan konseling (Myrick, 1993:48).
akademik jauh lebih dibutuhkan daripada Berikut ini beberapa karakteristik yang perlu
sekedar penugasan kepada dosen dengan status diintegrasikan dalam kemampuan setiap dosen,
sebagai penasihat akademik. Namun demikian, yakni; memiliki kemampuan memahami sudut
kebijakan menyerahkan sepenuhnya aktivitas pandang mahasiswa, memiliki kemampuan
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016

personalisasi atau kristalisasi pengalaman [3]. Jayne K. Drake, Peggy Jordan, and Marsha A.
pendidikan, membangun hubungan saling Miller, Academic Advising Approaches;
membantu dengan mahasiswa dan orang tua, strategies That Teach Students to Make the
memiliki kemampuan fleksibilitas, terbuka Most of College, pp. 45-53, Jossey Bass, (2013).
terhadap berbagai gagasan baru, memiliki
kecakapan komunikasi dan antarpribadi, dan [4]. K. L. Lane, K. R. Graham, J. L. Weisenbach,
mampu menciptakan iklim belajar yang M. Brinde, and P. Morphy, The Effect of Self-
kondusif bagi mahasiswa. Regulated Strategy Development on Writing
Oleh karena itu, di level pengambil Performance of Second-Grade Students with
kebijakan di perguruan tinggi, upaya ekstensif Behavioral and Writing Difficulties, The Journal
untuk mencangkokkan keterampilan dasar of Special Education, 41/4, pp. 234-253, (2008).
memberikan layanan bimbingan ke dalam
kegiatan kepenasihatan akademik bagi dosen di [5]. Robert D. Myrick, Developmental Guidance
perguruan tinggi sangatlah penting untuk and Counseling; A Practical Approach, pp. 25-
dilakukan. Dalam hal ini, sebagaimana 48, Second Edition, Educational Media
diilustrasikan pada gambar 1 di atas, perlu ada Corporation, (1993).
dukungan kolaboratif dari berbagai pihak,
seperti Unit Layanan Bimbingan dan Konseling [6]. J. L. Bowers and P. A. Hatch, The National
(ULBK) dalam pemekaran kemampuan dosen Model for School Counseling Programs,
sebagai penasihat akademik dengan pendekatan American School Counselor Association, (2000).
dan metode bimbingan berbasis perkembangan.
[7]. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
5. PENUTUP Depdiknas, Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Mahasiswa di perguruan tinggi sekarang ini Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, UPI
berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi Press, (2007).
yang bisa jadi menantang di satu sisi, namun
juga mengancam di sisi yang lain. Upaya [8]. Melissa L. Daller, The Use of Developmental
mengelola berbagai tantangan dan ancaman Advising Models by Professional Academic
tersebut teramat sulit jika dilakukan secara Advisors, Thesis MA in Education, pp. 10-25,
individual oleh mahasiswa itu sendiri tanpa Virginia Polytechnic Institute and State University,
dukungan dari orang lain. Dalam konteks ini, (1997).
kebijakan di perguruan tinggi perlu
menyediakan dukungan instrumental berupa [9]. D. T. Sciarra, School Counseling;
kebijakan dan kultur relasional antara dosen dan Foundations and Contemporary Issues.
mahasiswa yang bisa memperkuat ketahanan Brooks/Cole-Thomson Learning, (2004).
mental mahasiswa dalam menyambut berbagai
perubahan global yang terjadi begitu cepat dan [10]. James J. Muro and Terry Kotman, Guidance
menegangkan. Melalui upaya ini diharapkan, and Counseling in the Elementary and Middle
mahasiswa mampu merealisasikan tugas-tugas Schools; A Practical Approach, pp. 49-52,
perkembangannya di berbagai aspek, yakni Brown and Benchmark, (1995).
pribadi-sosial, akademik, dan karier.
[11]. Meilina Bustari, Lia Yuliana, Safitri Yosita
Ratri, Pemberdayaan Dosen Penasihat
Akademik dalam Membangun Budaya
REFERENSI Cendekia, Mandiri, dan Bernurani pada
Mahasiswa FIP UNY, Laporan Penelitian DIPA
[1]. Eric R. White, Academic Advising in FIP UNY, pp. 16, (2008).
Higher Education; A Place at the Core, The
Journal of General Education, Vol. 64 No. 4, [12]. Sunaryo Kartadinata, Teori Bimbingan dan
pp. 263-271, (2015). Konseling, Seri Landasan dan Teori BK,
Makalah, hal. 2-5, (2007)
[2]. Timothy Mahoney and Timothy Schibik, A
New Advising Model Using a Non- [13]. Sunaryo Kartadinata, Menguak Tabir
Traditional Approach; Advising in a Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Changing Environment, Proceedings of the Pedagogis; Kiat Mendidikan sebagai Landasan
Midwest Businesss Economics Association, Profesional Tindakan Konselor, hal. 23-25, UPI
(2004). Press, (2011).

View publication stats

You might also like