Professional Documents
Culture Documents
Integrasi Paradigma Bimbingan Dan Konseling Perkembangan Dalam Layanan Kepenasihatan Akademik Di Perguruan Tinggi Untuk Sukses Studi Mahasiswa
Integrasi Paradigma Bimbingan Dan Konseling Perkembangan Dalam Layanan Kepenasihatan Akademik Di Perguruan Tinggi Untuk Sukses Studi Mahasiswa
net/publication/318461637
CITATIONS READS
0 1,116
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Integrasi Paradigma Bimbingan dan Konseling Perkembangan dalam Layanan Kepenasihatan Akademik di Perguruan Tinggi untuk Sukses Studi Mahasiswa View
project
All content following this page was uploaded by Fathur Rahman Bahrinsyah on 17 July 2017.
ISBN: 978-602-60240-0-8
Disclaimer
This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded
sources.
Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of
references are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and
information,
but the author(s) and the publisher can not assume responsibility for the validity of all materials
or
for the consequences of their use.
All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a
retrieval
system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical,
photocopying,
recording or otherwise, without written consent from the publisher.
Direct all inquiries to State University of Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur
13220.
@2016 by State University of Jakarta
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
Fathur Rahman
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail : fathur@uny.ac.id
ABSTRAK
Basically, the success of students in college is largely determined by three factors; high quality teaching, comprehensive
support programs, and developmental and academic advising. All this time, the implementation of the academic advisory
activities more oriented on prescriptive models. This model is an emphasis on activities with the recommendations and
information about academic rules, entry requirements and other administrative matters. This model certainly is no longer
sufficient to be implemented in the academic advising activities. Hypothetical model that should be developed is a model-
based academic advisory adopting developmental domains in guidance and counseling developmental perspective. In the
integrated model, the academic advisory service should be able to facilitate the achievement of development objectives;
the goals of personal-social, academic and educational purposes, and career goals in the future.
Pada dasarnya, keberhasilan studi mahasiswa di perguruan tinggi sangat ditentukan oleh tiga kunci utama, yaitu high
quality teaching, comprehensive support programs, dan developmental academic advising. Selama ini penyelenggaraan
kegiatan kepenasihatan akademik lebih banyak berorientasi pada model preskriptif. Model ini sangat mengutamakan
pada kegiatan pemberian rekomendasi dan informasi tentang aturan akademik, persyaratan masuk, dan hal-hal
administratif lainnya. Model ini tentunya sudah tidak memadai lagi untuk diimplementasikan dalam kegiatan
kepenasihatan akademik. Model hipotetik yang perlu dikembangkan adalah model kepenasihatan akademik berbasis
perkembangan yang mengadopsi ranah-ranah perkembangan dalam konsep bimbingan dan konseling. Dalam model
yang terintegrasi ini, layanan kepenasihatan akademik hendaknya dapat memfasilitasi pencapaian beberapa tujuan
perkembangan, yakni tujuan-tujuan pribadi-sosial, tujuan akademik dan pendidikan, dan tujuan karier di masa yang
akan datang.
Kata kunci : kepenasihatan akademik berbasis perkembangan, bimbingan dan konseling perkembangan
1. PENDAHULUAN
perkembangan (developmental academic advising).
Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Kegiatan kepenasihatan akademik pada
Pendidikan Tinggi disebutkan bahwa dua dari mulanya dapat dipahami sebagai suatu proses
beberapa tujuan dari penyelenggaraan memfasilitasi perkembangan kemajuan akademik
pendidikan tinggi adalah 1) mengembangkan dan realisasi maksimum rencana pendidikan dari
potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang satu tahap ke tahap berikutnya. Pemahaman awam
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang tersebut akhirnya menjadikan pola kepenasihatan
Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, akademik yang terjadi selama ini tidak lebih dari
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan sekedar pemberian bantuan bagi kesulitan-kesulitan
berbudaya untuk kepentingan bangsa; dan 2) mahasiswa dalam persiapan mengikuti semester
dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang atau kelas berikutnya (White, 2015; Meilina
ilmu pengetahuan dan atau teknologi untuk Bustari dan kawan-kawan, 2008). Pendekatan ini
memenuhi kepentingan nasional dan disebut sebagai pendekatan preskriptif dalam
peningkatan daya saing bangsa. kepenasihatan akademik (Mahoney dan Schibik,
Oleh karena itu, dalam rangka mencapai 2004; Drake, Jordan, dan Miller, 2013).
tujuan tersebut di atas, penyelenggaraan Pendekatan ini memposisikan penasihat
pendidikan tinggi selain ditopang oleh proses akademik sebagai peran yang paling utama dan
pembelajaran yang berkualitas (high quality mahasiswa sebagai peran pasif yang hanya
teaching) dan dukungan program yang bersifat menerima nasihat berdasarkan instrumen
komprehensif (comprehensive support kepenasihatan yang telah dipersiapkan. Tugas
programs), juga harus didukung oleh kegiatan lainnya, yaitu hanya menyediakan informasi yang
kepenasihatan akademik yang berorientasi sifatnya umum, memverifikasi persyaratan
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
akademik, dan memberi nasihat atas mendasar dalam hal defisit literasi akademik, yakni
pelanggaran akademik yang dilakukan oleh rendahnya kebiasaan membaca dan menuangkan
mahasiswa (Drake, Jordan, dan Miller, 2013). gagasan dalam bentuk tulisan. Di tengah gegap-
Pendekatan seperti ini tentu saja dianggap tidak gempita perkembangan teknologi dan informasi,
mampu menghantarkan mahasiswa mencapai terutama di kalangan generasi muda, budaya
tujuan ideal yang diharapkan dari pendidikan membaca dan menulis mulai ditanggalkan
tinggi yang diperolehnya. perlahan-lahan. Betapa banyak dalam perkuliahan
Tujuan-tujuan ideal yang diharapkan seringkali ditemukan kenyataan problem akademik
terbentuk dalam diri mahasiswa selama fase yang bermuara pada rendahnya kecakapan literasi
menempuh pendidikan tinggi sebagaimana akademik mahasiswa. Telah terjadi defisit
telah diuraikan sebelumnya sekarang ini kemampuan akademik, terutama pada aspek
tampak semakin sulit terealisasi di tengah arus membaca dan menulis sebagai elemen utama yang
globalisasi dan modernisasi di berbagai dimensi menopang tumbuhnya budaya akademik (Lane et.
hidup. Kebanyakan mahasiswa di perguruan al, 2008).
tinggi saat sekarang ini telah menjelma menjadi Dalam proses pembelajaran di kelas,
kelompok anak muda dengan tipologi seringkali dijumpai makalah ilmiah, tugas kuliah
kepribadian dan perilaku yang cenderung berbasis paper tidak menunjukkan kualitas isi yang
hedonis. Kegiatan perkuliahan tidak lebih dari memadai. Problem rendahnya kualitas tersebut
sekedar menjalankan rutinitas dan memenuhi terentang luas mulai dari miskinnya penguasaan
tuntutan sosial dari orang tua dan masyarakat. kosa-kata dan kemampuan gramatikal yang rendah
Arus besar yang tengah berkembang di sampai dengan duplikasi tulisan dan plagiarisme
kalangan generasi muda sekarang ini adalah terhadap tulisan orang lain. Rentang permasalahan
budaya populer yang digandrungi secara taklid yang tercakup dalam rendahnya kemampuan
buta. Tuntunan hidup kelompok ini adalah gaya akademik tersebut bisa jadi bukan hanya
hidup serba glamour dan terukur secara merefleksikan defisit kecapakan teknikal, tetapi
material-fisik. Simptom hedonisme ini, bak juga gambaran rendahnya konsep dan percaya diri
virus, telah mewabah dan semakin menyebar. dalam diri mahasiswa.
Salah satu arus besar lainnya yang tengah Oleh karena itu, perlulah kiranya suatu
menerjang kehidupan generasi muda saat ini tinjauan ulang tentang kerangka ideal kegiatan
adalah terjadinya ledakan dahsyat dalam kepenasihatan akademik yang dapat memfasilitasi
pemanfaatan teknologi informasi dan perkembangan optimum seluruh dimensi yang ada
perkembangan internet. Mereka saat ini tengah dalam diri mahasiswa, termasuk pula model
menjalani proses pengalaman menjadi dewasa layanan yang dapat membantu pemecahan berbagai
dari berbagai tontonan di luar batas normatif. masalah yang dihadapi oleh mahasiswa untuk
Mereka melihat dan menyaksikan banyak hal mencapai keberhasilan studi di perguruan tinggi.
lebih dari apa yang mereka bisa pahami dalam Uraian selanjutnya difokuskan pada eksplorasi
batas-batas usia perkembangan yang paradigma bimbingan dan konseling perkembangan
seharusnya (Mahoney dan Schibik (2004; 117). serta pendekatan kepenasihatan akademik berbasis
Mahoney dan Schibik (2004; 117) juga perkembangan.
mendeskripsikan bahwa mahasiswa di berbagai Lebih lanjut akan dideskripsikan juga
perguruan tinggi sekarang ini tengah berada bagaimana upaya mencangkokkan kemampuan
dalam situasi global yang terus berubah dari minimal memberikan layanan bimbingan bagi
hari ke hari, termasuk pula sebagian besar penasihat akademik dalam kegiatan kepenasihatan
mahasiswa datang ke kampus dengan bekal akademik yang berorientasi pada fasilitasi
situasi permasalahan pribadi dan keluarga yang perkembangan optimum mahasiswa di perguruan
bersifat kompleks. Terdapat beberapa tinggi.
diantaranya dengan latar struktur keluarga kecil
tapi minim komunikasi, orang tua mengalami 2. PARADIGMA BIMBINGAN DAN
perceraian, dan beberapa masalah keluarga KONSELING PERKEMBANGAN
lainnya.
Dalam kondisi demikian, seringkali Pendekatan-pendekatan yang lazim digunakan
mahasiswa kurang memiliki stabilitas cara dalam bimbingan dan konseling terdiri dari empat
berpikir dan emosi yang matang dan pada pendekatan, yakni a). krisis, b). remedial, c).
akhirnya berdampak pada kegiatan-kegiatan preventif; dan d) perkembangan (Myrick, 1993;
akademik di kampus. Lingkungan sosial seperti Sciarra, 2004). Pada dasarnya, keempat pendekatan
ini tentunya sangat tidak kondusif bagi upaya tersebut dalam implementasinya terkadang sering
fasilitasi dukungan bagi keberhasilan akademik. mengalami tumpang-tindih antara satu dengan yang
Selain itu pula, dalam konteks kompetensi lain dan terkadang juga pendekatan perkembangan
akademik, mahasiswa memiliki persoalan dapat menjadi model yang meintegrasikan tiga
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
pendekatan sebelumnya. Namun demikian, 2004; Bowers & Hatch, 2002; Ditjen Dikti, 2007).
batasan-batasan yang lebih jelas antar keempat Berdasarkan sudut pandang perkembangan
pendekatan tersebut dapat dibedakan dengan tersebut, maka bimbingan dan konseling pada
jelas (Myrick, 1993). hakikatnya adalah upaya pedagogis untuk
Pendekatan krisis memposisikan konselor memfasilitasi perkembangan individu dari kondisi
sebagai pihak pasif yang hanya menunggu apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya
munculnya krisis dan permasalahan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki (Sunaryo
dihadapi oleh klien. Dalam hal ini, konselor Kartadinata, 2011: 24). Dalam definisi ini
berperan sebagai pemecah masalah (problem- terkandung makna penting bahwa upaya fasilitasi
solver) yang menggunakan teknik-teknik perkembangan individu hanya dapat dilakukan
tertentu dalam layanannya. Pendekatan secara efektif dengan ragam bantuan yang bersifat
remedial lebih berorientasi pada penyembuhan membimbing dan teknik-teknik konseling tertentu.
dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang Menurut Sunaryo Kartadinata (2011: 23), kedua
tampak. Penerapan remediasi ini diharapkan terminologi tersebut dirangkaikan sebagai satu
dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan keutuhan layanan dengan batasan-batasan sebagai
krisis yang terjadi. berikut; konseling merupakan teknik bantuan
Seorang konselor dalam pendekatan secara langsung yang ditujukan kepada konseli
preventif memiliki peran penting dalam dalam upaya mengatasi masalah dan mengambil
mencegah dan mengantisipasi kemungkinan keputusan secara konstruktif, sedangkan bimbingan
munculnya problem psikologis. Dalam mengandung ragam teknik yang lebih bersifat
pendekatan ini terkandung asumsi bahwa jika pedagogis untuk fasilitasi perkembangan konseli
konselor mampu mendidik siswa untuk dan pengembangan perilaku jangka panjang secara
menyadari bahaya dari tindakan yang sehat.
dilakukannya, maka konselor diyakini mampu Proses perkembangan ke arah yang lebih
mencegah siswa dari perbuatan-perbuatan yang normatif hanya mungkin dapat terjadi jika terdapat
membahayakan tersebut (Muro dan Kottman, relasi yang sehat antara individu dengan
1995). lingkungannya. Dengan demikian, tugas bimbingan
Sementara itu, pendekatan perkembangan dan konseling tertuju pula pada upaya membangun
merupakan suatu pendekatan yang lebih daya dukung lingkungan yang kondusif. Blocher
mutakhir dan proaktif. Disebut mutakhir karena (Sunaryo Kartadinata, 2007) menjelaskan bahwa
pendekatan tersebut merupakan sintesis dari suatu lingkungan perkembangan mengandung tiga
pendekatan yang lazim diaplikasikan komponen, yaitu a) struktur yang menggambarkan
sebelumnya, dan disebut proaktif karena stimulasi yang disiapkan oleh konselor untuk
konselor dituntut aktif dan kreatif dalam merangsang terjadinya perkembangan perilaku
memahami keterampilan dan pengalaman yang konselor, b) transaksi yang menggambarkan
dibutuhkan siswa guna menggapai keberhasilan interaksi psikologis dan intervensi yang terjadi, dan
di sekolah dan dalam kehidupan. Pendekatan c) sistem imbalan (reward) yang menggambarkan
ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat proses penguatan dan balikan terhadap kehadiran
digunakan di sekolah karena peduli terhadap perilaku baru.
tahapan perkembangan minat, bakat, kebutuhan Berdasarkan analisis yang dikemukakan oleh
siswa, dan peningkatan keterampilan hidup Blocher tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa. bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk
Paradigma perkembangan sangat rekayasa dalam pendidikan yang dilakukan dalam
menekankan pola pertumbuhan seperangkat bentuk penyiapan stimulus-stimulus tertentu untuk
domain perkembangan yang meliputi mendapatkan respon perilaku yang diharapkan.
perencanaan dan eksplorasi karier, pengetahuan Perilaku baru akan semakin efektif jika kegiatan
diri dan sosial, dan perkembangan pendidikan bimbingan menganut model interaksi psikologis
(Sciarra, 2004). Domain perkembangan tersebut yang saling menghargai antara konselor dengan
diperluas lagi dalam subdomain, seperti; konseli.
perkembangan self-esteem, motivasi
berprestasi, efektivitas antarpribadi,
keterampilan komunikasi, efektivitas lintas- 3. HAKIKAT KEPENASIHATAN
budaya, keterampilan mengambil keputusan, AKADEMIK
dan perilaku bertanggung-jawab (Sciarra,
2004). Namun, pada umumnya, domain Dalam berbagai literatur tentang bimbingan
perkembangan yang lazim berkembang di akademik (Mahoney & Schibik, 2004), beberapa
berbagai negara termasuk Indonesia adalah pakar mengakui dua model yang berkembang
perkembangan akademik, perkembangan karier, dalam kepenasihatan akademik, yakni model
dan perkembangan pribadi-sosial (Sciarra, preskriptif dan model perkembangan
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016
personalisasi atau kristalisasi pengalaman [3]. Jayne K. Drake, Peggy Jordan, and Marsha A.
pendidikan, membangun hubungan saling Miller, Academic Advising Approaches;
membantu dengan mahasiswa dan orang tua, strategies That Teach Students to Make the
memiliki kemampuan fleksibilitas, terbuka Most of College, pp. 45-53, Jossey Bass, (2013).
terhadap berbagai gagasan baru, memiliki
kecakapan komunikasi dan antarpribadi, dan [4]. K. L. Lane, K. R. Graham, J. L. Weisenbach,
mampu menciptakan iklim belajar yang M. Brinde, and P. Morphy, The Effect of Self-
kondusif bagi mahasiswa. Regulated Strategy Development on Writing
Oleh karena itu, di level pengambil Performance of Second-Grade Students with
kebijakan di perguruan tinggi, upaya ekstensif Behavioral and Writing Difficulties, The Journal
untuk mencangkokkan keterampilan dasar of Special Education, 41/4, pp. 234-253, (2008).
memberikan layanan bimbingan ke dalam
kegiatan kepenasihatan akademik bagi dosen di [5]. Robert D. Myrick, Developmental Guidance
perguruan tinggi sangatlah penting untuk and Counseling; A Practical Approach, pp. 25-
dilakukan. Dalam hal ini, sebagaimana 48, Second Edition, Educational Media
diilustrasikan pada gambar 1 di atas, perlu ada Corporation, (1993).
dukungan kolaboratif dari berbagai pihak,
seperti Unit Layanan Bimbingan dan Konseling [6]. J. L. Bowers and P. A. Hatch, The National
(ULBK) dalam pemekaran kemampuan dosen Model for School Counseling Programs,
sebagai penasihat akademik dengan pendekatan American School Counselor Association, (2000).
dan metode bimbingan berbasis perkembangan.
[7]. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
5. PENUTUP Depdiknas, Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Mahasiswa di perguruan tinggi sekarang ini Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, UPI
berhadapan dengan berbagai situasi dan kondisi Press, (2007).
yang bisa jadi menantang di satu sisi, namun
juga mengancam di sisi yang lain. Upaya [8]. Melissa L. Daller, The Use of Developmental
mengelola berbagai tantangan dan ancaman Advising Models by Professional Academic
tersebut teramat sulit jika dilakukan secara Advisors, Thesis MA in Education, pp. 10-25,
individual oleh mahasiswa itu sendiri tanpa Virginia Polytechnic Institute and State University,
dukungan dari orang lain. Dalam konteks ini, (1997).
kebijakan di perguruan tinggi perlu
menyediakan dukungan instrumental berupa [9]. D. T. Sciarra, School Counseling;
kebijakan dan kultur relasional antara dosen dan Foundations and Contemporary Issues.
mahasiswa yang bisa memperkuat ketahanan Brooks/Cole-Thomson Learning, (2004).
mental mahasiswa dalam menyambut berbagai
perubahan global yang terjadi begitu cepat dan [10]. James J. Muro and Terry Kotman, Guidance
menegangkan. Melalui upaya ini diharapkan, and Counseling in the Elementary and Middle
mahasiswa mampu merealisasikan tugas-tugas Schools; A Practical Approach, pp. 49-52,
perkembangannya di berbagai aspek, yakni Brown and Benchmark, (1995).
pribadi-sosial, akademik, dan karier.
[11]. Meilina Bustari, Lia Yuliana, Safitri Yosita
Ratri, Pemberdayaan Dosen Penasihat
Akademik dalam Membangun Budaya
REFERENSI Cendekia, Mandiri, dan Bernurani pada
Mahasiswa FIP UNY, Laporan Penelitian DIPA
[1]. Eric R. White, Academic Advising in FIP UNY, pp. 16, (2008).
Higher Education; A Place at the Core, The
Journal of General Education, Vol. 64 No. 4, [12]. Sunaryo Kartadinata, Teori Bimbingan dan
pp. 263-271, (2015). Konseling, Seri Landasan dan Teori BK,
Makalah, hal. 2-5, (2007)
[2]. Timothy Mahoney and Timothy Schibik, A
New Advising Model Using a Non- [13]. Sunaryo Kartadinata, Menguak Tabir
Traditional Approach; Advising in a Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Changing Environment, Proceedings of the Pedagogis; Kiat Mendidikan sebagai Landasan
Midwest Businesss Economics Association, Profesional Tindakan Konselor, hal. 23-25, UPI
(2004). Press, (2011).