Professional Documents
Culture Documents
Desiree Anggia LAPAKHIR2021 DrDesiree DosenMuda Kedokteran
Desiree Anggia LAPAKHIR2021 DrDesiree DosenMuda Kedokteran
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN TALENTA USU
SKEMA PENELITIAN DOSEN MUDA
TIM PENGUSUL
Dibiayai oleh:
Lembaga Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penelitian TALENTA Universitas Sumatera Utara
Tahun Anggaran 2020
Nomor: 258/UN5.2.3.1/PPM/SPP-TALENTA/2020
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Februarui 2021
1
2
CORRELATION BETWEEN GRADING HISTOPATHOLOGY AND
SENTINEL LYMPH NODE METASTASIS IN EARLY BREAST CANCER
IN UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA HOSPITAL
Desiree Paramitha1, Dedy Hermansyah2, Edwin Saleh3
1
Division of Oncology Surgery, Department of Surgery, Faculty of Medicine, Universitas
Sumatera Utara
Abstract
3
A. RINGKASAN
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, dengan
angka insidensi 43,1 per 100.000 orang. Tingginya angka diagnosis kanker payudara pada
stadium lanjut menjadikan pemeriksaan skrining dan diagnosis dini sebagai elemen penting
untuk penanganan kanker di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Status kelenjar
getah bening aksila telah menjadi salah satu faktor prognostic terkuat pada wanita dengan
kanker payudara stadium awal. Biopsi kelenjar getah bening sentinel merupakan suatu
teknik invasif minimal yang dapat mengkonfirmasi adanya metastasis kelenjar getah
bening regional pada kanker. Dengan adanya prosedur biopsi kelenjar getah bening,
penilaian metastasis noduler pada pasien kanker payudara dapat dilakukan dengan akurat.
Grading tumor adalah deskripsi tumor berdasarkan kebnormalan sel tumor dan jaringan
tumor di bawak mikroskop dimana bentuk sel yang memiliki differensiasi yang buruk
sejalan dengan prognosis yang buruk pula terhadap pasien. Sampel penelitian adalah
penderita kanker payudara yang memenuhi kriteria inklusi dan RS pendidikan USU. Waktu
penelitian dilaksanakan setelah proposal disetujui oleh komite etik. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian retrospektif cross sectional.
Diharapkan hasil dari penelitian ini berupa 1 publikasi Internasional dan 1 pemakalah
nasional.
4
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya yang berlimpah dalam
penyusunan Laporan Kemajuan Penelitian Talenta USU Skema Penelitian Dasar.
Laporan Penelitian ini merupakan syarat wajib dalam Kegiatan Penelitian Talenta
USU. Ada kebanggan tersendiri jika kegiatan penelitian ini bisa selesai dengan
hasil yang baik dengan keterbatasan penulisan dalam membuat riset, maka cukup
banyak hambatan yang penulis temui dilapangan dan jika penelitian ini pada
akhirnya bisa diselesaikan dengan baik, tentulah karena bantuan dan dukungan
dari pihak yang terkait. Khususnya Talenta USU yang telah memberikan
dukungan dana pada penelitian ini. Namun tidak lupa juga masukkan yang
berguna seperti sana atau kritik dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis.
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
5
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… 2
ABSTRAK …………………………………………………………………….. 3
RINGKASAN …………………………………………………………………. 4
PRAKATA …………………………………………………………………….. 5
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. 6
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. 8
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..9
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….
1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………….10
1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………… 15
1.3 HIPOTESIS ……………………………………………………….15
1.4 TUJUAN PENELITIAN ………………………………………... 16
1.5 MANFAAT PENELITIAN ……………………………………... 16
1.6 RENCANA TARGET LUARAN ………………………………. 17
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………...
2.1 EPIDEMIOLOGI KANKER PAYUDARA …………………….18
2.2 BIOPSI KELENJAR GETAH BENING SENTINEL ………….19
2.3 GRADE HISTOLOGI KANKER PAYUDARA ………………. 27
2.4 HUBUNGAN SLNB DAN GRADE HISTOLOGI KANKER
PAYUDARA …………………………………………………………………. 27
2.5 ROAD MAP PENELITIAN …………………………………….. 29
BAB 3 METODE PENELITIAN ……………………………………………
3.1 JENIS PENELITIAN ……………………………………………. 31
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ………………………. 31
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ……………………. 31
3.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI ………………………. 31
3.5 BESAR SAMPEL ………………………………………………... 31
3.6 ALUR PENELITIAN ……………………………………………. 33
3.7 CARA KERJA …………………………………………………….34
6
3.8 IDENTIFIKASI DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
PENELITIAN ………………………………………………………………… 34
3.9 ANALISA DATA …………………………………………………. 35
3.10 ETIKA PENELITIAN …………………………………………... 35
3.11 SUSUNAN ORGANISASI ……………………………………… 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN ………………………………………………... 38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... 41
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..... 43
LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Rencana Target Luaran …………………………………………… 17
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………….. 34
Tabel 3. 2 Karakteristik Subjek Penelitian……………………………………. 37
Tabel 3. 3 Distribusi Sampel Berdasarkan Pemeriksaan Immunohistokimia…. 38
Tabel 3. 4 Hubungan Grading Terhadap Metastasis Kelenjar Getah Bening
Sentinel………………………………………………………………………… 38
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Penggunaan Gamma Probe Pada Preoperatif SLNB …………….. 21
Gambar 2. 2 Identifikasi KGB Sentinel Dengan Blue Dye ……………………. 22
Gambar 2. 3 Histologi Kanker Payudara Berdasarkan Grade …………………. 23
Gambar 2. 4 Road Map Penelitian …………………………………………….. 29
Gambar 3. 1 Alur Penelitian …………………………………………………... 33
9
BAB 1
PENDAHULUAN
10
histologi juga merupakan faktor prognostik yang kuat. (Ian Ellis, Sarah, et al.,
2007) Usia, tipe mutasi gen, reseptor hormonal, tipe molekuler tumor, invasi
limfovaskuler, nekrosis tumor, dan invasi lokal juga merupakan faktor prognostik dari
kanker payudara. (Russnes, Lingjærde, Børresen-Dale, et al., 2017)
Status kelenjar getah bening aksila telah menjadi salah satu faktor prognostik
terkuat pada wanita dengan kanker payudara stadium awal. (Schröder et al., 2018)
Diseksi kelenjar getah bening (ALND) telah lama digunakan sebagai metode untuk
mengidentifikasi metastasis kelenjar getah bening aksila, dan saat ini sudah mulai
digantikan dengan metode lain yang lebih non-invasif yaitu biopsy kelenjar getah
bening sentinel (SLNB). (Guiliano et al., 2017) Hal ini disebabkan karena metode
ALND sering menimbulkan kontroversi akibat adanya peningkatan morbiditas pada
pasien yang ternyata tidak mengalami metastasis kelenjar getah bening. (Tanis,
Nieweg, et al., 2010) Delapan puluh persen wanita dengan diseksi aksila mengalami
komplikasi seperti penurunan mobilitas, pembentukan seroma, parestesia atau
limfedema, nyeri ipsilateral dengan diseksi aksila, dimana komplikasi ini dapat sulit
ditangani dan mempengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan. (DAngelo-
Donovan, et al., 2012) Brar et al dalam penelitiannya melaporkan 60% pasien
mengeluhkan satu atau lebih gejala komplikasi. Parestesia dan nyeri dilaporkan
sebanyak 39%, limfedema 25%, penurunan mobilitas 15% dan infeksi sebanyak 11%.
(Brar, Jain, & Singh, 2011) Abass et al, melaporkan komplikasi terjadi pada 43%
pasien setelah tindakan diseksi kelenjar getah bening aksila dengan parestesia (20%)
dan seroma (15%) sebagai komplikasi yang paling sering muncul. (Abass, et al.,
2018).
Saat ini penanganan kanker payudara telah mengalami banyak kemajuan, dan
biopsy kelenjar getah bening sentinel (SLNB) telah diperkenalkan sebagai salah satu
cara tindakan invasif minimal. Sayangnya ALND masih tetap merupakan prosedur
standar untuk penentuan kelenjar getah bening aksila di Indonesia. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan teknologi SLNB di Indonesia. Menurut beberapa penelitian lainnya,
insidensi komplikasi tersebut berkaitan langsung dengan tingkat radikalitas teknik
pembedahan yang digunakan. (Soares et al., 2014) Kebanyakan wanita dengan Early
Breast Cancer (EBC) tidak mengalami metastasis kelenjar getah bening aksila.
11
Dengan prosedur SLNB ini maka pasien-pasien dengan penyebaran kelenjar getah
bening yang negatif tidak perlu dilakukan pengangkatan kelenjar getah bening aksila.
American Society of Clinical Oncology (ASCO) pada tahun 2014
merekomendasikan pemeriksaan kelenjar getah bening sentinel pada kanker
payudara stadium awal dengan ukuran tumor T1-T2 dan secara klinis kelenjar
getah bening aksila tidak teraba adanya pembesaran (ASCO,. 2014) SLNB juga
dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami kanker payudara rekuren
setelah BCT atau mastektomi. (Karam , Stempel M, et al., 2008) Kontraindikasi
absolut SLNB adalah pasien dengan penyakit radang payudara dan pasien yang
secara klinis teraba benjolan pada kelenkar getah bening aksila. (Krontiras H,
Bland KI., 2003) Biopsi kelenjar getah bening sentinel merupakan suatu teknik
invasif minimal yang dapat mengkonfirmasi adanya metastasis kelenjar getah
bening regional pada kanker. (Nieweg, Uren, & Thompson, 2015) Biopsi kelenjar
getah bening sentinel dapat dilakukan dengan beberapa teknik mapping limfatik
yaitu dengan mengunakan blue-dye (isosulfan blue atau patent blue), radiotracer
atau kombinasi keduanya. (Zahoor et al., 2017) Di negara berkembang, biopsi
kelenjar getah bening sentinel sering dilakukan dengan metode tunggal blue dye,
dengan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan menggunakan
radiotracer atau kombinasi keduanya. (Abass, Gismalla, Alsheikh, & Elhassan,
2018) Walaupun belum ada teknik pemetaan SLNB yang standar, metode
kombinasi blue dye dengan radioisotope dipercaya lebih baik dan merupakan
teknik yang paling sering digunakan untuk pemetaan kgb sentinel pada kanker
payudara, dan merupakan teknik yang digunakan secara luas pada negara maju
(Bland et al., 2018) saat ini sedang dikembangkan teknik lainnya aitu kombinasi
indocyanine green dengan technetium, pada penelitian di Jerman dengan
kombinasi teknik ini dijumpai sensitivitas 98%, spesifitas 100% dan angka
negative palsu dibawah 8%. Adanya keterbatasan akses, belum majunya
pengetahuan tentang kedokteran nuklir,dan masalah biaya yang lebih besar
terhadap blue-dye paten dan tracer radioisotope merupakan permasalahan untuk
pelaksanaan metode SLNB di Indonesia dan Negara berkembang lainnya. Baru-
baru ini, sebuah penelitian di RS Dharmais Indonesia, yang meneliti penggunaan
12
methylene blue 1% sebagai metode tunggal dalam prosedur SLNB, memberikan
hasil yang menjanjikan dengan tingkat identifikasi sebesar 95,8%. (Brahma et al.,
2017) Penelitian di Turki, mengenai akurasi SLNB dengan methylene blue 1%,
menunjukkan hasil yang baik dengan nilai akurasi 93%, sensitivitas 85%,
spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 90% dan nilai prediksi negatif 100%.
(Ozdemir, Mayir, Demirbakan, & Oygur, 2014). Namun pada penelitian
metaanalisis, penggunaan tunggal methylene blue memiliki angka identifikasi
91% dengan angka negative palsu sampai 13%. (Li Jiyu, chen, et al., 2018)
Beberapa penelitian menunjukkan methylene blue menunjukkan kejadian reaksi
alergi lebih rendah dan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan isosulfan
blue, namun pada beberapa pasien dijumpai kejadian nekrosis kulit dan jaringan
lemak pada penggunaan methylene blue (Sarmela Thevarajah, et al., 2005)
Penelitian metaanalisis terhadap kelayakan dan akurasi SLNB pada pasien post
kemoterapi menunjukkan hasil positif palsu sebanyak 14% dan negative palsu
sebanyak 5%.(J.F. Fu, H.L. Chen, et al.,2014)
Identifikasi kelenjar getah bening sentinel dengan menggunakan methylene
blue lebih rendah dibandingkan dengan isoslufan blue, maupun kombinasi dengan
tracer radioisotop (Thevarajah, Huston, & Simmons, 2005) Penggunaan tunggal
methylene blue masih memiliki beberapa kekurangan seperti identifikasi lebih
rendah (91%) serta angka negatif palsu yang lebih besar (10-13%) (Li Jiyu, Chen,
et al., 2018) Untuk itu, dibutuhkan faktor prediktor lain untuk membantu
identifikasi kelenjar getah bening sentinel dengan menggunakan methylene blue.
Terdapat beberapa faktor yang memprediksi terjadinya metastasis kelenjar getah
bening, termasuk ukuran tumor, grading histologi, lokasi tumor pada lateral dan
retroareolar, adanya invasi limfovaskular dan ekspresi HER-2. (Malter, 2018)
Grading tumor adalah deskripsi tumor berdasarkan keabnormalan sel
tumor dan jaringan tumor yang dilihat di bawah mikroskop. Grading ini
ditentukan berdasarkan bentuk sel tumor dan perilaku sel tumor dibandingkan sel
normal dengan demikian dapat diketahui seberapa cepat sel kanker itu
berkembang. Tumor dengan grade histologi yang tinggi atau berdiferensiasi
buruk, memiliki prognosis yang buruk dibandingkan dengan grade histologi
13
rendah atau berdiferensiasi baik tanpa mempertimbangkan terapi hormonal atau
kemoterapi. Sistem diferensiasi telah banyak berkembang, namun yang paling
reliable dan banyak digunakan adalah sistem grading histologi Scarff, Bloom, dan
Richarson, yang telah diperbaharui dan distandarisasi oleh Nottingham group.
System grading Scarff Bloom Richardson (SBR) dengan modifikasi Nottingham
telah digunakan secara dan direkomendasikan oleh World Health Organization
(WHO), American Joint Committee on Cancer (AJCC), European Union (EU),
and the Royal College of Pathologists (UKRC Path). Pemeriksaan berdasarkan
pola sitoarsitektural dan indeks proliferasi dari tumor. Hal yang dinilai yaitu
pembentukan glandular atau tubular oleh sel tumor yang merefleksikan pola
sitoarsitektur derajat diferensiasi sel tumor terhadap sel normal, pleomorfisme
nucleus yang mengindikasikan morfologi sel tumor. Dan jumlah mitosis sel yang
menunjukkan gambaran proliferasi sel tumor. (Ahmad, Khurshid, et al., 2009)
Grading dihubungkan dengan usia harapan hidup 10 tahun, dimana grade I
(85%), grade II (60%), dan grade III (45%). Grade I menunjukkan prognosis
yang paling baik, grade II menunjukkan prognosis sedang, sedangkan grade III
menunjukkan prognosis yang paling buruk.(Stevens A, Lowe J, Scott I., 2009)
Perbedaan grade histologi untuk memprediksi adanya metastasis kelenjar getah
bening dapat bermanfaat untuk memilih pasien dengan resiko metastasis kelenjar
getah bening yang lebih besar untuk mendapatkan tindak lanjut yang lebih tepat.
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan grade hitologi
dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel. Penelitian di Italia pada tahun
2008 menunjukkan bahwa pada grade histologi I dan II hanya dijumpai 3% yang
mengalami metastasis kelenjar getah bening sentinel, namun pada grade histologi
III dijumpai angka 10 % metastasis kelenjar getah bening sentinel. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa selain usia, grade histologi juga memiliki
hubungan signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel. Namun
tetap dijumpai kelemahan SLNB terutama pada kasus kelenjar getah bening yang
terpalpasai, pasien dengan resiko tinggi, dan post mastektomi(Fortunato Lucio,
Santoni, Drago, et al., 2008) Sebuah penelitian retrospektif terhadap 1.214
penderita kanker payudara menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
14
grading histologi sel kanker dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel
maupun kelenjar getah bening aksila (Stein, Fricker, Rink, et al., 2017) Pada
penelitian lainnya, kanker dengan grade histologi berdiferensiasi baik jarang
dijumpai keterlibatan metastasis kelenjar getah bening sentinel, pada tumor
dengan grade histologi I, hanya dijumpai maksimal 10% metastasis kelenjar getah
bening sentinel pada tumor unifokal ukuran 9 mm dan dijumpai maksimal 16%
pada tumor unifokal ukuran 15 mm. Pada tumor multifocal dengan ukuran kurang
dari 4 mm tidak menunjukkan keterlibatn kelenjar getah bening sentinel, namun
hasil ini dianggap kurang reliable. Pada tumor multifocal ukuran yang lebih besar
(5-15 mm) menunjukkan metastasis kelenjar getah bening sentinel lebih dari 10%.
(Cserni, Bianchi, Vezzosi, et al., 2007) Beberapa penelitian tidak dapat
menyimpulkan hasil yang konsisten terhadap hunungan grade histologi dengan
adanya metastasis kelenjar getah bening sentinel. Dibutuhkan penelitian untuk
menganalisis hubungan grade histologi kanker payudara dengan adanya
keterlibatan kelenjar getah bening sentinel, yang sangat bermanfaat untuk
menurunkan angka negatif palsu pada SLNB terutama dengan teknik methylene
blue.
Atas dasar hal inilah, peneliti ingin mengamati hubungan grade histologi
sebagai faktor prognostik kanker payudara dengan metastasis kalenjar getah
bening sentinel di Rumah Sakit Pendidikan FK USU.
1.3. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara grade hitologi
kanker payudara dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel di Rumah Sakit
Pendidikan FK USU
15
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan grade histologi
kanker payudara stadium awal dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel
antara di Rumah Sakit Pendidikan FK USU.
1.4.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik pasien kanker payudara stadium awal di RS H. Adam
Malik dan Rumah Sakit Pendidikan FK USU
2. Mengetahui gambaran grade histologi pada pasien kanker payudara stadium
awal di RS. H. Adam Malik dan Rumah Sakit Pendidikan FK USU
3. Mengetahui gambaran metastasis kelenjar getah bening sentinel pada pasien
kanker payudara stadium awal di RS. H. Adam Malik dan Rumah Sakit
Pendidikan FK USU
16
1.6. Rencana Target Luaran
Rencana target luaran pada penelitian ini adalah
Tabel 1.1. Rencana Target Luaran
Nama Jurnal, Nama
No JenisLuaran Jumlah Konferensi/ Jenis KI,
Judul Buku Ajar
LuaranWajib
Macedonian Journal of
Publikasi artikel di jurnal
1 1 Medical Sciences (Index
internasional
Scopus Q2-3)
Publikasi artikel di jurnal nasional
2 - Tidak ada
terakreditasi
3 Hak Kekayaan Intelektual - Tidak ada
Luaran Tambahan
Pemakalah dan konferensi
1 - Tidak ada
internasional
PIT PERABOI Batam
2 Pemakalah dan konferensi nasional 1
2020
3 Hak Kekayaan Intelektual - Tidak ada
4 Produk/TTG/model/karya seni - Tidak ada
5 Buku Ajar - Tidak ada
17
BAB 2
Tinjauan Pustaka
18
sejak tahun 2004 sampai tahun 2013 dan penurunan angka kematian sebanyak
38% sejak tahun 1989 sampai 2014. (DeSanctis, Ma J, Goding Sauer et al., 2017)
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi prognosis kanker payudara
dan digolongkan kedalam dua golongan. Golongan pertama adalah faktor
prognostik mayor, seperti kanker invasif atau kanker in situ, metastasis ke kelenjar
limfe, metastasis jauh, ukuran tumor, penyakit lokal tahap lanjut, dan kanker
inflamatorik. Golongan kedua adalah faktor prognostik minor, seperti subtipe
histologik, grading tumor, reseptor estrogen dan progesteron, HER2/neu,
infiltrasi limfovaskular, laju proliferasi, dan kandungan DNA. (Kumar V, Abbas
AK, Fausto N., 2004) Menurut AJCC,faktor prognostik paling menentukan pada
kanker payudara adalah ukuran tumor primer, status kelenjar getah bening
regional, dan metastasis jauh. (AJCC, 2002)
Peningkatan insidensi kanker payudara dan onset kanker payudara
terdiagnosa pada usia yang lebih dini disebabkan oleh semakin berkembangnya
pengetahuan, metode skrining dan penunjang diagnosis kanker payudara.(Siegel,
Miller., 2019) oleh karena kemajuan tersebut, didapatkan juga perkembangan
terhadap strategi penatalaksanaan kanker payudara yang berpengaruh pada
prognosis dan angka ketahanan hidup 5 tahun.
19
Diseksi kelenjar getah bening aksila (ALND) dalam waktu yang lama telah
menjadi prosedur standar untuk kanker payudara. Awalnya prosedur ini
merupakan intervensi yang bersifat teraupetik untuk menghilangkan penyebaran
pada kelenjar getah bening regional, namun saat ini teori tentang ALND telah
berubah menjadi hanya sebagai prosedur pemeriksaan. (Cserni, et al.,2007)
Prosedur ALND memberikan morbiditas yang tinggi seperti limfedema,
penurunan sensasi, keterbatasan gerak dan terbentuknya seroma yang
menyebabkan penurunan kualitas hidup.(Donovan, Witmer, et al., 2012). Pada
penelitian kohort yang di lakukan oleh Maunsell dkk terhadap pasien yang
dilakukan ALND, setelah tiga bulan post ALND 82% pasien mengalami
setidaknya satu permasalahan pada lengan nya. Variasi dari permasalahan tersebut
antara lain pembengkakan (24%), kelemahan (26%) keterbatasan gerak (32%)
kekakuan (40%) nyeri (55%) dan penurunan sensasi (58%). Prevalensi dari gejala
gejala tersebut tidak berubah secara signifikan setelah pemantauan 18 bulan post
ALND.(Maunsell,Brisson, et al.,1993 ) Pada penelitian lainnya yang di lakukan
oleh Lin dkk terhadap 122 pasien post ALND,di laporkan 39% pasien mengalami
keterbatasan gerak pada sendi bahu lebih dari 15 derajat dan pembengkakan
lengan lebih dari 2 cm. (Lin, Allison, et al., 1993). Ivens dkk meneliti tentang
morbiditas ALND pada 126 pasien , di laporkan terdapat komplikasi berupa
penurunan sensasi (70%), nyeri (33%), kelemahan anggota gerak (25%),
pembengkakan (24%) dan kekakuan (15%). Di Indonesia ALND masih
merupakan prosedur yang rutin di lakukan. Saat ini penanganan kanker payudara
telah berkembang menjadi lebih konservatif , dan SLNB telah diperkenalkan
sebagai salah satu metode minimal invasif pada kanker payudara .
Pemetaan kelenjar getah bening dengan tujuan untuk menelusuri kelenjar
getah bening sentinel pertama kali dilakukan pada tahun 1992 terhadap
melanoma dengan menggunakan blue dye oleh Donald Morton.(Morton, et al,.
1992) Kemudian Krag dkk mengaplikasikan pemetaan kelenjar getah bening
sentinel dengan injeksi radiotracer menggunakan Gamaprobe terhadap kanker
payudara pada tahun 1993 (Krag DN, et al,. 1993)
20
Pada level molekular, mekanisme pemetaan kelenjar getah bening sentinel
meliputi antigen presenting cells (APC) dan kemampuannya terhadap
pengambilan molekul makro tracer. (Faries MB, et al,. 2000) SLNB di indikasikan
terhadapa pasien yang secara klinis maupun radiologis tidak didapatkan
penyebaran kelenjar getah bening aksila, penderita kanker payudara stadium awal
T1-T2. Wanita dengan karsinoma ductal insitu yang akan di lakukan mastektomi
juga merupakan kandidat di lakukan nya SLNB (Lyman GH, et al,. 2014).
Indikasi lainnya yaitu pasien karsinoma duktal insitu yang di lakukan reseksi luas
atau prosedur onkoplasti dengan disrupsi kelenjar getah bening. SLNB dapat di
pertimbangkan pada pasien yang mengalami kanker payudara recurent setelah
BCT / mastektomi.(Karam, etal., 2008)
Dua kontraindikasi absolut SLNB yaitu penderita dengan penyakit radang
payudara dan penderita dengan kelenjar getah bening aksila yang positif secara
klinis kedua keadaan di atas perlu di lakukan ALND. (Krontiras, et al,. 2003)
Kontraindikasi relatif adalah penderita yang di percaya mengalami metastasis
kelenjar getah bening aksila melalui cara aspirasi dengan jarum haslus dengan
tuntunan USG.
21
Gambar 2.2 Identifikasi KGB Sentinel Dengan Blue Dye
Salah satu permasalahan teknik SLNB adalah angka negatif palsu yang
masih tinggi terutama pada pasien post kemoterapi neodjuvan. Pada penelitian
Sentina didapatkan hasil angka deteksi SLNB sebesar 80% terhadap 592
perempuan post kemoterapi neoadjuvan, dengan angka negatif palsu sebesar
14,2%. Didapatkan bahwa, semakin sedikit KGB sentinel yang diperiksa, maka
akan semakin tinggilah angka negatif palsu dari pemeriksaan tersebut. Ketika satu
atau dua KGB sentinel yang diperiksa, didapatkan angka negatif palsu sekitar
20%. (Kuehn T, et al,. 2013) Namun penelitian ini menuai kritik oleh karena
pemantauan tidak dilakukan dalam waktu yang lama terhadap periode bebas
penyakit, rekurensi dan mortalitas. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Alliance
menunjukkan angka negatif palsu berkurang sesuai dengan jumlah KGB sentinel
yang diperiksa, yaitu 31,5% pada pemeriksaan satu KGB sentinel, 21% pada
pemeriksaan dua KGB sentinel, dan 9,1% pada pemeriksaan tiga atau lebih KGB
sentinel.(Boughey JC, et al,. 2013)
22
2.3. Grade Histologi Kanker Payudara
Pengetahuan tentang diferensiasi tumor merupakan salah satu kunci untuk
mengetahui perilaku biologis sel tumor. Diferensiasi sel tumor dapat ditunjukkan
dan diperiksa dengan berbagai cara, termasuk indeks proliferasi, grade hitologi,
status reseptor hormonal, ekspresi onkogen, dan profil ekspresi gen. Cara paling
awal untuk mengevaluasi diferensiasi tumor adalah melalui pemeriksaan grade
histologinya. Sebuah analisis data oleh SEER menunjukkan bahwa grade histologi
merupakan faktor prognostik yang penting, dan tidak bergantung pada ukuran dan
jumlah penyebaran kelenjar getah bening.
Grade histologi tumor berdasarkan pada derajat diferensiasi jaringan
tumor. Pada kanker payudara, grade histologi merupakan evaluasi semi kuantitatif
terhadap karakteristik morfologi yang relatif mudah untuk digunakan dan murah.
Pemeriksaan ini hanya membutuhkan pewarnaan Hematoksilin eosin terhadap
jaringan tumor untuk dinilai oleh ahli patologi anatomi sesuai protokol yang sudah
terstandarisasi.
23
prognostik lainnya, disamping keunggulan NGS dalam hal kemudahan
penggunaanya, biaya yang tidak mahal, dan aplikabel untuk digunakan secara
rutin dalam melihat karakteristik biologis dan prilaku tumor secara klinis. (Rakha,
et al,. 2010)
Terdapat konsensus internasional yang mengatakan bahwa sistem grading
Nottingham (NGS) harus dipertimbangkan sebagai “baku emas” dalam
pemeriksaan grade histologi. Sistem ini juga sudah direkomendasikan oleh
organisasi kesehatan dunia seperti World Health Organization (WHO), American
Joint Committee on Cancer (AJCC), European Union (EU), dan Royal College of
Pathologist (UK-RCPath).( Rakha, et al,. 2010)
Seluruh kanker payudara seharusnya diperiksa grade histologinya. Hal-hal
yang dievaluasi mencakup tiga fitur morfologi, yaitu derajat pembentukan tubular
atau kelenjar, pleomorfisme nukleus, dan jumlah mitosis. Pembentukan tubular
atau kelenjar diperiksa [ada seluruh bagian tumor, begitu juga dengan
pleomorfisme nukleus. Penilaian jumlah mitosis dilakukan pada daerah dengan
aktifitas mitosis yang paling aktif pada daerah karsinoma. Pemeriksaan dilakukan
dengan meggunakan nilai 1 sampai 3 untuk setiap poin yang diperiksa. Jumlah
nilai 3-5 menunjukkan grade 1, nilai 6-7 merupakan grade 2, dan nilai 8-9
merupakan grade 3. (AJCC, 2018)
24
Dalam sebuah studi, Henson dkk yang menilai tingkat kelangsungan hidup
22.616 kasus kanker payudara, dengan grade histologi 1, penyakit stadium II
memiliki angka kelangsungan hidup yang sama dengan pasien grade histologi 3,
penyakit stadium I. Pasien dengan tumor grade histologi 1 dengan ukuran kurang
dari 2 cm memiliki prognosis yang sangat baik, dengan 99% pasien akan bertahan
hidup selama 5 tahun, walaupun pasien tersebut dengan metastasis kelenjar getah
bening yang positif. (Henson, et al,. 1991) Hasil ini didukung oleh studi terbaru
dari Grup Nottingham, penelitian terhadap 2.219 pasien kanker payudara yang
dapat dioperasi menunjukkan bahwa grade histologi merupakan penentu penting
hasil terapi kanker payudara disampimg pengaruh dari adanya metastasis kelenjar
getah bening. Hasil ini memberikan bukti bahwa grade histologi bila digunakan
bersamaan dengan adanya metastasis kelenjar getah bening, dapat meningkatkan
prediksi terhadap hasil tatalaksana pada pasien kanker payudara. (Rakha, et al,.
2007) Pengamatan jangka panjang pada kanker payudara yang terdeteksi saat
proses skrining pada dua provinsi di Swedia, menunjukkan bahwa grade histologi
tumor, status kelenjar getah bening, dan ukuran tumor pada saat diagnosis awal
memiliki pengaruh jangka panjang pada kelangsungan hidup pasien.(Warwijk J, et
al,. 2004) Ada bukti kuat dan logis yang menunjukkan bahwa grade histologi
dapat secara akurat memprediksi perilaku tumor, khususnya pada tumor yang
kecil, lebih akurat dibanding faktor prognosis lainya yang bergantung pada waktu.
Studi juga menunjukkan bahwa grade histologi merupakan faktor
prognostik independen dalam subkelompok spesifik kanker payudara, termasuk
kanker payudara ER positif pasien yang belum atau yang telah menerima terapi
endokrin neoadjuvan , dan pasien dengan metastasis kelenjar getah bening negatif
atau positif. Baru-baru ini, Desmedt dkk menunjukkan bahwa pada pasien dengan
ER-positif/HER2-negatif (n = 628), hanya grade histologis yang menunjukkan
hubungan dengan masa bebas kambuh. (Desmedt C, et al,. 2008) Penelitian oleh
Nottingham group menunjukkan bahwa grade histologi merupakan prediktor
independen masa bebas kambuh pada pasien dengan ER-positif/HER2-negatif(n =
1.077) HR = 2,13, 95% CI 1,79 hingga 2,53;P <0,0001). (Rakha EA, et al,. 2008)
25
Hubungan yang sama antara grade histologi dan angka kelangsungan
hidup ditemukan pada (a) subkelompok dengan metastasis kelenjar getah bening-
negatif (n = 797), yang hanya menerima terapi hormon adjuvan 95% CI 1,46
hingga 2,34; P <0,0001, memiliki angka resiko kambuh dalam 10 tahun sebesar
7% untuk grade histologi 1, 14% untuk grade histologi 2, dan 31% untuk grade
histologi 3, dan pada (b) tumor ER-positif dengan metastasis kelenjar getah
bening dengan jumlah yang kecil volume (pN1; 1-3 kelenjar getah bening
positif)(n = 316) (95% CI ;P <0,0001, dengan angka resiko kambuh dalam 10
tahun sebesar 5% untuk grade histologi 1, 24% untuk grade histologi 2, dan 43%
untuk grade histologi 3.(Rakha EA, et al,. 2008) Oleh karena itu, nilai histologis
dapat memberikan informasi penting tehadap prognostik suatu subkelompok
kanker payudara dan bermanfaat terhadap pertimbangan kemoterapi. Beberapa
penelitian menunjukkan hasil yang konsisten terhadap perilaku biologis dan grade
histologi kanker payudara, mempengaruhi angka ketahanan hidup. Seperti
limfoma dengan grade histologi yang tinggi, kanker payudara grade histologi yang
tinggi cenderung kambuh dan mengalami metastasis lebih cepat, biasanya dalam 8
tahun pertama. Tumor dengan grade histologi rendah cenderung menunjukkan
hasil yang lebih baik, dan sedikit yang mengalami kekambuhan ataupun
metastasis. Tumor dengan grade histologi 2 menunjukkan hasil yang bervariasi
selama tahun-tahun awal pengobatan. Namun, dalam pengobatan jangka panjang,
grade ini menunjukkan rekurensi dan prognosis yang kurang baik. Observasi ini
menambah wawasan yang lebih lanjut tentang strategi manajemen yang tepat
pasien dengan kanker payudara. Tumor dengan grade histologi yang tinggi,
dengan risiko kambuh dan kematian yang lebih cepat, perlu dipertimbangkan
untuk segera menggunakan kemoterapi adjuvan, sedangkan pasien dengan grade
histologi yang rendah, yang hampir selalu memiliki reseptor hormonal yang
positif, dapat ditindaklanjuti dengan pemilihan terapi sistemik yang toksisitasnya
lebih rendah, yaitu terapi hormonal.( Rakha EA, et al,. 2008)
26
2.4. Hubungan SLNB dan Grade Histologi Kanker Payudara
Pengalaman dokter bedah adalah faktor penting untuk melokalisasi,
terutama jika menggunakan blue dye sebagai pilihan menunjukkan penurunan
angka identifikasi kelenjar getah bening. Kegagalan untuk menemukan metastasis
kelenjar getah bening sentinel dijelaskan oleh banyak faktor. Grade histologi
kanker yang lebih tinggi telah dikenal sebagai faktor negatif. Meskipun grade
histologi tumor belum terbukti sebagai faktor independen untuk kegagalan,
dipertimbangkan hal itu dapat berkontribusi pada temuan negatif. (Kaulich DG, et
al,. 2011)
Penelitian di Italia pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pada grade
histologi 1 dan 2 hanya dijumpai 3% yang mengalami metastasis kelenjar getah
bening sentinel, namun pada grade histologi 3 dijumpai angka 10 % metastasis
kelenjar getah bening sentinel. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa selain
usia, grade histologi juga memiliki hubungan signifikan dengan metastasis
kelenjar getah bening sentinel. Namun tetap dijumpai kelemahan SLNB terutama
pada kasus kelenjar getah bening yang terpalpasai, pasien dengan resiko tinggi,
dan post mastektomi(Fortunato Lucio, Santoni, Drago, et al., 2008) Sebuah
penelitian retrospektif terhadap 1.214 penderita kanker payudara menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara grading histologi sel kanker dengan
metastasis kelenjar getah bening sentinel maupun kelenjar getah bening aksila
(Stein, Fricker, Rink, et al., 2017) Pada penelitian lainnya, kanker dengan grade
histologi berdiferensiasi baik jarang dijumpai keterlibatan metastasis kelenjar
getah bening sentinel, pada tumor dengan grade histologi I, hanya dijumpai
maksimal 10% metastasis kelenjar getah bening sentinel pada tumor unifokal
ukuran 9 mm dan dijumpai maksimal 16% pada tumor unifokal ukuran 15 mm.
Pada tumor multifocal dengan ukuran kurang dari 4 mm tidak menunjukkan
keterlibatn kelenjar getah bening sentinel, namun hasil ini dianggap kurang
reliable. Pada tumor multifocal ukuran yang lebih besar (5-15 mm) menunjukkan
metastasis kelenjar getah bening sentinel lebih dari 10%. (Cserni, Bianchi,
Vezzosi, et al., 2007) Beberapa penelitian tidak dapat menyimpulkan hasil yang
27
konsisten terhadap hunungan grade histologi dengan adanya metastasis kelenjar
getah bening sentinel. Dibutuhkan penelitian untuk menganalisis hubungan grade
histologi kanker payudara dengan adanya keterlibatan kelenjar getah bening
sentinel, yang sangat bermanfaat untuk menurunkan angka negatif palsu pada
SLNB terutama dengan teknik methylene blue.
28
2.5. Road Map Penelitian
Perbandingan ekspresi
Grade Histologi pada biomarker prognostik
kanker payudara antara tumor primer dan
metastasis kelenjar
Kanker Payudara
getah bening aksila
Tindakan Operasi:
- BCS Ekspresi dan nilai Imunoterapy pada pasien
- Mastektomi: prognostik HER-2 Kanker Payudara Stadium
o CRM pada kanker payudara Dini dan Stadium Lanjut
o MRM primer dengan
o SSM metastasis kelenjar
o NSP getah bening sentinel
Disertai Pengangkatan KGB
aksila
29
2022
Angka kejadian
kanker payudara
stadium awal
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional.
2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 )
𝑛= [ ] +3
0,5ln(1 + 𝑟 ⁄1 − 𝑟)
31
Keterangan:
n : Besar sampel
zα : Derivat baku α, dihitung dari kesalahan tipe I. Pada penelitian ini, ditetapkan
kesalahan tipe I adalah 5% sehingga nilai zα two-tailed adalah 1,96.
zβ : Derivat baku β, dihitung dari kesalahan tipe II. Pada penelitian ini, ditetapkan
kesalahan tipe II adalah 20% sehingga nilai zβ adalah 0,84.
r : Koefisien korelasi yang diharapkan. Pada penelitian ini, peneliti mengharapkan
penelitian ini setidaknya menunjukkan korelasi sedang yaitu nilai koefisien korelasi
0,6-0,79, sehingga diambil nilai r adalah 0,7.
2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 )
𝑛= [ ] +3
0,5ln(1 + 𝑟 ⁄1 − 𝑟)
2
(1,96 + 0,84)
𝑛= [ ] +3
0,5ln(1 + 0,7⁄1 − 0,7)
2
2,8
𝑛= [ ] +3
0,5ln(5,667)
𝑛 = 19,6
32
3.6. Alur Penelitian
Sampel penelitian
Hasil Penelitian
33
3.7. Cara Kerja
3.7.1. Biopsi Kelenjar Getah Bening Sentinel
SLND umumnya dilakukan selama mastektomi. Pewarna disuntikkan ke peritumoral
atau subareolar. Interval waktu antra injeksi pewarna dan insisi aksila sekitar 5 menit. Insisi
2-3 cm transverse dibuat di 1 cm dibawah area berambut di ketiak, sedikit anterior dari linea
midaksilaris. Identifikasi fasia clavipectoral dan insisi. Lengan diabduksi untuk membuat isi
dari ketiak menonjol keluar. Insisi tumpul yang lembut dilakukan pertama di batas otot
pektoralis mayor, regio tersering yang memiliki kgb sentinel. Jika tidak ada kgb yang
berwarna, mulai mencari di daerah laini sesuai dengan level I dan II. Dimana kgb sentinel
umumunya teridentifikasi di level I 83%, level II 15,6%, dan pada level III 0.5%. Setelah
pengangkatan kgb sentinel, daerah aksila secara lembut dieksplorasi, dan dipalpasi kgb yang
dicurigai. Seluruh kgb yang dicurigai dan yang berwarna di angkat dan dievaluasi ke
patologis.
3.7.2. Pemeriksaan Grade Histopatologi
Pemeriksaan Grade histologi dilakukan berdasarkan sistem yang sudah dimodifikasi
oleh kelompok NGS dengan melakukan penilaian histologi tumor. Hal-hal yang diperiksa
meliputi tiga fitur morfologi, yaitu derajat pembentukan tubular atau kelenjar, pleomorfisme
nukleus, dan jumlah mitosis. Pembentukan tubular atau kelenjar diperiksa pada seluruh
bagian tumor, begitu juga dengan pleomorfisme nukleus. Penilaian jumlah mitosis dilakukan
pada daerah dengan aktifitas mitosis yang paling aktif pada daerah karsinoma. Pemeriksaan
dilakukan dengan meggunakan nilai 1 sampai 3 untuk setiap poin yang diperiksa. Jumlah
nilai 3-5 menunjukkan grade 1, nilai 6-7 merupakan grade 2, dan nilai 8-9 merupakan grade
3.
34
dan dibuktikan secara cc. setelah itu dilakukan
histopatologi apakah pemijatan payudara selama
terdapat metastasis 5 menit, kemudian
dilakukan pemeriksaan
histopatologi
- (+) : jika KGB yang
terwarnai memiliki sel
metastasis.
- (-) : jika KGB tidak
terwarnai
35
metastasis
KGB Sentinel,
Melakukan
Pengumpulan
data dan
pengolahan
data hasil
pemeriksaan
ihc dan
metastasis
KGB Sentinel
3 dr. Edwin Saleh Siregar, SpB- USU/ Dept. Ilmu Membantu
KBD/ 0025037905/ IlmuBedah Bedah pengolahan
197903252009121004 data dan
publikasi ke
jurnal
internasional
dan pemakalah
nasional
36
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Seluruh data karakteristik dari sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Usia N %
Usia, (Mean±S.D) 49,39±8,511
Jenis Kelamin N %
Perempuan 51 100
Laki-laki 0 0
Histopatologi N %
Ductal Carcinoma in situ (DCIS) 2 3,9
Invasive Ductal Carcinoma 40 78,4
Invasive Lobular Carcinoma 2 3,9
Invasive No Other Specific Type 7 13,7
Ukuran Tumor N %
T1 7 13,7
T2 44 86,3
Grade N %
1 5 9,8
2 9 17,6
3 37 72,4
LVI N %
Positif (+) 25 49%
Negatif (-) 26 51%
37
TIL N %
Ringan 34 66,7
Berat 17 33,3
Immunohistokimia n %
(+) (-) (+) (-)
Overexpression HER-2 15 36 29.4 70.6
Hormonal (ER(+/-)/PR(+/-)/HER-2 (+) 5 46 9.8 90.2
Hormonal (ER(+/-)/PR(+/-)/HER-2 (-) 25 26 49 51
Tabel 3.4 Hubungan Grading terhadap Metastasis Kelenjar Getah Bening Sentinel
KGB Sentinel P
(+) (-) Total Value
*
Grading 1 0 (0,0%) 5 (100%) 5 (100%)
0,163
II 1 (11.1%) 8 (88.9%) 9 (100%)
III 22 (59.5%) 15 (40.5%) 37 (100%)
Total 23 (45.1%) 28 (54.9%) 51 (100%)
*Fisher Exact
4.2 Pembahasan
Penelitian di Italia pada tahun 2008 menunjukkan bahwa pada grade histologi I dan II
hanya dijumpai 3% yang mengalami metastasis kelenjar getah bening sentinel, namun pada
grade histologi III dijumpai angka 10 % metastasis kelenjar getah bening sentinel. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana semakin tinggi grade histologi kanker
payudaranya, maka angka kejadian metastasis KGB Sentinel juga meningkat. Didapati pada
penelitian ini tidak ada yang mengalami metastasis kelenjar getah bening sentinel pada grade
histologi I, sedangkan pada grade histologi II terdapat 1 kasus yang mengalami metastasis
KGB Sentinel dari 9 kasus yang ada (11,1%), dan 59,5% yang mengalami metastasi KGB
pada kanker payudara dengan grade histologi III.
38
American Society of Clinical Oncology (ASCO) pada tahun 2014 merekomendasikan
pemeriksaan kelenjar getah bening sentinel pada kanker payudara stadium awal dengan
ukuran tumor T1-T2 dan secara klinis kelenjar getah bening aksila tidak teraba adanya
pembesaran (ASCO,. 2014) Ukuran tumor yang di dapatkan pada T2 dengan 40 pasien
(86,3%). Dari pemeriksaan grading histologi dan pemeriksaan sentinel biopsi didapatkan
bahwa tidak ada hubungan antara grading histologi dengan terjadinya metastasis kelenjar
getah bening sentinel (P > 0,05). Sama halnya dengan hasil dari penelitian ini, diperoleh
bahwa tidak ada hubungan antara grade histologi dengan kejadian metastasis kelenjar getah
bening sentinel, didapati P value=0,163 (P > 0,05).
Beberapa penelitian lain juga tidak dapat menyimpulkan hasil yang konsisten
terhadap hubungan grade histologi dengan adanya metastasis kelenjar getah bening sentinel.
Sehingga dibutuhkan penelitian untuk menganalisis hubungan grade histologi kanker
payudara dengan adanya keterlibatan kelenjar getah bening sentinel, yang sangat bermanfaat
untuk menurunkan angka negatif palsu pada SLNB terutama dengan teknik methylene blue.
Penggunaan tunggal methylene blue masih memiliki beberapa kekurangan seperti identifikasi
lebih rendah (91%) serta angka negatif palsu yang lebih besar (10-13%) (Li Jiyu, Chen, et al.,
2018). Identifikasi kelenjar getah bening sentinel dengan menggunakan methylene blue lebih
rendah dibandingkan dengan isoslufan blue, maupun kombinasi dengan tracer radioisotop
(Thevarajah, Huston, & Simmons, 2005)
39
A. STATUS LUARAN
Status Luaran berisi status tercapainya luaran wajib yang dijanjikan dan luaran tambahan
(jika ada). Uraian status luaran harus didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran
dengan bukti tersebut di bagian Lampiran
a. Luaran Wajib
Judul Luaran Status Target Capaian
Keterangan (url dan nama
(accepted, published,
Jenis Luaran jurnal, penerbit, url paten,
terdaftar atau granted, atau
keterangan sejenis lainnya)
status lainnya)
1 9th Asia-Pacific Presented
Breast Cancer
Summit
b. Luaran Tambahan
Judul Luaran Status Target Capaian
Keterangan (url dan nama
(accepted, published,
Jenis Luaran jurnal, penerbit, url paten,
terdaftar atau granted, atau
keterangan sejenis lainnya)
status lainnya)
………… ………… ………… …………
40
BAB 6
KESIMPULAN dan SARAN
KESIMPULAN
Tidak ada hubungan antara grading histologi dengan terjadinya metastasis kelenjar
getah bening sentinel.
SARAN
Untuk peneliti selanjutnya dapat mengguanakan sampel yang lebih besar dengan
keseragaman pasien dan pendataan serta follow-up yang lebih baik agar mendapatkan hasil
yang lebih baik.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Freddie Bray,. Ahmedin Jemal., Xue Qin Yu PhD., Jie He. (2015) Cancer
Statistics in China. A Cancer Journal for Clinicians American Cancer Society.
https://doi.org/10.3322/caac.21338
10. Cserni., Simonetta Bianchi., Vania Vezzosi., Riccardo Arisio., Rita Bori.,
Johannes L. Peterse., Anna Sapino., Isabella Castellano., Maria Drijkoningen.,
Janina Kulka., Vincenzo Eusebi., Maria P. Foschini., Jean-Pierre Bellocq., Cristi
Marin., Sten Thorstenson.(2007) Sentinel Lymph Node Biopsy in Staging Small
(Up To 15 Mm) Breast Carcinomas. Results from a European Multi-Institutional
Study. Pathology & Oncology Research volume 13, pages5–14(2007). DOI:
https://doi.org/10.1007/BF02893435
11. D’Angelo-Donovan, D. D., Dickson-Witmer, D., Petrelli, N. J. (2012). Sentinel
Lymph Node Biopsy in Breast Cancer: A History and Current Clinical
Recommendations. Surgical Oncology, 21(3), 196–200.
https://doi.org/10.1016/j.suronc.2011.12.005
12. DeSantis CE., Ma J., Goding Sauer A., Newman LA., Jemal A.(2017). Breast
Cancer Statistics, Racial Disparity in Mortality by State. CA : A Cancer Journal
for Clinician. doi: 10.3322/caac.21412
13. Desmedt C., Haibe-Kains B., Wirapati P., Buyse M., Larsimont D., Bontempi
G.,Delorenzi M., Piccart M., Sotiriou C.(2008). Biological Processes Associated
with Breast Cancer Clinical Outcome Depend on The Molecular Subtypes.
Clinical Cancer Research. 15 Aug 2008;14(16):5158-65.doi: 10.1158/1078-
0432.CCR-07-4756
14. Donald Earl Henson,. Lynn Ries., Laurence S. Freedman., Marisa Carriaga.
(1991) Relationship among Outcome, Stage of Disease, and Histologic Grade for
22,616 Cases of Breast Cancer. The Basis For A Prognostic Index. American
Cancer Society Surgical Oncology Volume 68, Issue10,15 November 1991, Pages
2142-2149. https://doi.org/10.1002/1097-0142(19911115)68
15. Faries MB., Isabelle Bedrosian., Carol Reynolds., Hung Q. Nguyen., Abass
Alavi., Brian J. Czerniecki.(2000) Active Macromolecule Uptake by Lymph
Node Antigen-Presenting Cells: A Novel Mechanism in Determining Sentinel
Lymph Node Status. Annals of Surgical Oncology volume 7, pages98–105(2000).
https://doi.org/10.1007/s10434-000-0098-6
16. Ghoncheh M., Pournamdar Z., Salehiniya H., (2016) Incidence and Mortality and
43
Epidemiology of Breast Cancer in the World. Asian Pacific Journal Cancer
Prevention.https://doi.org/10.7314/apjcp.2016.17.s3.43
17. Giuliano AE,. James L. Connolly,. Stephen B., Edge,.Elizabeth A,. Mittendorf,.
Hope S. Rugo,. Lawrence J. Solin,. Donald L. Weaver,. David J. Winchester,.
Gabriel N. Hortobagyi. (2017) Breast Cancer—Major Changes in The American
Joint Committee on Cancer 8th Edition Cancer Staging Manual. A Cancer
Journals fo Clinicians American Cancer Society.
https://doi.org/10.3322/caac.21393
18. Giuliano AE, Kirgan DM., Guenther JM., Morton DL.(1994) Lymphatic
Mapping and Sentinel Lymphadenectomy for Breast Cancer. Ann Surg. 1994
Sep;220(3):391-8; discussion 398-401. doi:10.1097/00000658-199409000-00015
19. Ian O Ellis., Sarah E. Pinder., Andrew H. S. Lee.(2007). Tumors of The Breast.
in: D. M. Fletcher, editors. Diagnostic Histopathology of Tumors. 3rd ed.
Elsevier.page 903-69
20. Jiyu Li., Xiao Chen., Ming Qi., Yanshuang Li.(2018) Sentinel Lymph Node
Biopsy Mapped with Methylene Blue Dye Alone in Patients with Breast Cancer:
A Systematic Review and Meta-analysis. Journal Plos One.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0204364
21. Jian-Fei Fu., Hai-Long Chen., Jiao Yang., Cheng-Hao Yi., Shu Zheng.(2014)
Feasibility and Accuracy of Sentinel Lymph Node Biopsy in Clinically Node-
Positive Breast Cancer after Neoadjuvant Chemotherapy: A Meta-Analysis.
Journal PLoS One. doi: 10.1371/journal.pone.0105316v.9(9)
22. Karam A., Michelle M., Stempel., Hiram S. Iii Cody., Elisa Rush Port. (2008)
Reoperative Sentinel Lymph Node Biopsy After Previous Mastectomy. Journal
American College of Surgeon. doi:10.1016/j.jamcollsurg.2008.06.139
23. Kaulich., M. Riegler‐Keil., E. Ruecklinger., C.F. Singer., M. Seifert., Kubista.
(2011). Factors Influencing The Identification Rate of The Sentinel Node in
Breast Cancer. European Journal of Cancer Care.Published: 01 March 2011.
https://Doi.Org/10.1111/J.1365-2354.2011.01241.X
24. Kemenkes. (2016). Oktober 2016 Bulan Peduli Kanker Payudara. InfoDATIN.
25. Krag D.N., D.L.Weaver., J.C.Alex., J.T.Fairbank. (1993) Surgical Resection and
Radiolocalization of The Sentinel Lymph Node in Breast Cancer Using a Gamma
Probe. Surgical Oncology Volume 2, Issue 6, December 1993, Pages 335-340.
44
https://doi.org/10.1016/0960-7404(93)90064-6
26. Krontiras,. Kirby I.Bland.(2003). Short survey: When is Sentinel Node Biopsy
for Breast Cancer Contraindicated? Elsevier Surgical Oncology Volume 12, Issue
3, Pages 207-210. https://doi.org/10.1016/S0960-7404(02)00051-8
27. Kuehn T., Bauerfeind I., Fehm T., et al.(2013) Sentinel-Lymph-Node Biopsy in
Patients with Breast Cancer Before and After Neoadjuvant Chemotherapy
(SENTINA): A Prospective, Multicentre Cohort Study. Lancet Oncol. 2013;
14(7):609–18. [PubMed: 23683750]
28. Lin PP., D C Allison., J Wainstock., K D Miller., W C Dooley., N FriedmanR R
Baker. (1993) Impact of Axillary Lymph Node Dissection on The Therapy of
Breast Cancer Patients. American Society of Clinical Oncology.
https://doi.org/10.1200/JCO.1993.11.8.1536
29. Lucio Fortunato., Marcello Santoni., Stefano Drago., Giacomo
Gucciardo.,Massimo Farina., Claudio Cesarini., Alessandro Cabassi., Claudio
Tirelli., Daniela Terribile., Gian Battista Grassi., Smeralda De Fazio., Carlo
Eugenio Vitelli. (2008) Sentinel Lymph Node Biopsy in Women with pT1a or
‘‘Microinvasive’’ Breast Cancer. Elsevier The Breast 17 (2008) 395e400.
DOI:https://doi.org/10.1016/j.breast.2008.03.003
30. Lyman GH, Temin S, Edge SB, et al. (2014) Sentinel Lymph Node Biopsy for
Patients with Early- Stage Breast Cancer: American Society of Clinical Oncology
Clinical Practice Guideline Update. Journal of Clinical Oncology. 2014;
32(13):1365–83. [PubMed: 24663048]
31. Malter W., Hellmich M., Badian M., Kirn V., Mallmann P., Krämer S.(2018)
Factors Predictive of Sentinel Lymph Node Involvement in Primary Breast
Cancer. Anti Cancer Research. Jun;38(6):3657-3662. doi:
10.21873/anticanres.12642.
32. Maunsell E., Brisson J., Deschênes L. (1993) Arm Problems and Psychological
Distress after Surgery for Breast Cancer. Canadian Journal of surgery. Journal
Canadien de Chirurgie, 01 Aug 1993, 36(4):315-320
PMID: 8370012
33. Morton DL., Wen DR., Wong JH., et al.(1992) Technical Details of
Intraoperative Lymphatic Mapping for Early Stage Melanoma. Arch Surg. 1992;
127(4):392–9. [PubMed: 1558490]
45
34. Nieweg, O.E., Uren, R.F., &Thompson, J.F. (2015). The History Of Sentinel
Lymph Node Biopsy. Cancer Journal United States, 21(1), 3–6.
https://doi.org/10.1097/PPO.0000000000000091
35. Özdemir, A., Mayir, B., Demirbakan, K., Oygür, N. (2014). Efficacy of
Methylene Blue in Sentinel Lymph Node Biopsy for Early Breast Cancer.
European Journal of Breast Health 88–91.
https://doi.org/10.5152/tjbh.2014.1914
36. Rakha EA., Reis-Filho JS., Baehner F., Dabbs DJ., Decker T., Eusebi V., Fox
SB., Ichihara S., Jacquemier J., Lakhani SR., Palacios J., Richardson AL., Schnitt
SJ., Schmitt FC., Tan PH., Tse GM., Badve S., Ellis IO. (2010) Breast Cancer
Prognostic Classification in The Molecular Era: The Role of Histological Grade.
Breast Cancer Research. 2010;12(4):207. doi: 10.1186/bcr2607.
37. Rebecca L. Siegel MPH., Kimberly D. Miller MPH., Ahmedin Jemal DVM.
(2017). Cancer Statistic. American Cancer Society.
https://doi.org/10.3322/caac.21387
38. Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional (2013). Situasi Kanker Terkini.
Buletin Kanker Kemenkes. Hal 16
39. Russnes HG., Lingjærde OC., Børresen-Dale AL., Caldas C. (2017) Breast Cancer
Molecular Stratification: From Intrinsic Subtypes to Integrative Clusters. The
American Journal of Pathology. doi: 10.1016/j.ajpath
40. Schröder, L., Fricker, R., Stein, R. G., Rink, T., Fitz, H., Blasius, S., Müller, T.
(2018). Evaluation of Sentinel Lymph Node Biopsy Prior to Axillary Lymph
Node Dissection: The Role of Isolated Tumor Cells/Micrometastases and
Multifocality/Multicentricity—A Retrospective Study Of 1214 Breast Cancer
Patients. Archives of Gynecology and Obstetrics, 1509–1515.
https://doi.org/10.1007/s00404-018-4760-2
41. Soares, E. W. S., Nagai, H. M., Bredt, L. C., da Cunha, A. D., Andrade, R. J., &
Soares, G. V. S. (2014). Morbidity after conventional dissection of axillary
lymph nodes in breast cancer patients. World Journal of Surgical Oncology,
12(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/1477-7819-12-67
42. Stein, R. G., Fricker, R., Rink, T., Fitz, H., Blasius, S., Diessner, J., Müller, T.
(2017). Evaluation of Sentinel Lymph Node Biopsy and Axillary Lymph Node
Dissection for Breast Cancer Treatment Concepts - A Retrospective Study of
46
1,214 Breast Cancer Patients. Breast Care, 12(5), 324–328.
https://doi.org/10.1159/000477610
43. Stevens A, Lowe J, Scott I.(2009) Core Pathology. Mosby Elsevier Third ed.
United Kingdom
44. Suzanna E, Sirait T, Rahayu PS, Shalmont G, Anwar E, Andalusia R et al.(2017)
Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Komite Kanker Nasional Kemenkes.
45. Tannis PJ., Nieweg OE., Valdes Olmo., et al. (2010). Impact of Non-Axillary
Sentinel Node Biopsy on Staging and Treatment of Breast Cancer Patients.
Breast Journal Cancer 87:705-710
46. Thevarajah, S., Huston, T. L., & Simmons, R. M. (2005). A Comparison of The
Adverse Reactions Associated with Isosulfan Blue Versus Methylene Blue Dye
in Sentinel Lymph Node Biopsy for Breast Cancer, The American Journal of
Surgery 189, 236–239. https://doi.org/10.1016/j.amjsurg.2004.06.042
47. Warwick., Lazlo Tabàr., Bedrich Vitak., Stephen W. Duffy.(2004)
Time‐Dependent Effects on Survival in Breast Carcinoma : Results of 20 Years
of Follow‐up from The Swedish Two‐County Study. American Cancer Society.
Published: 23 February 2004 https://doi.org/10.1002/cncr.20140
48. Zahoor, S., Haji, A., Battoo, A., Qurieshi, M., Mir, W., & Shah, M. (2017).
Evolution of SLNB, 20(3), 217–227. https://doi.org/10.4048/jbc.2017.20.3.217
47
3. LAMPIRAN
48