Jurnal Keperawatan Muhammadiyah

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Study Literature Peran Epidermal Growth Factor dalam Proses Penyembuhan Luka

Nur Febrianti1 , Takdir Tahir2, Saldy Yusuf2


1
DosenSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Graha Edukasi Makassar, Makassar
2
Dosen Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin, Makassar

INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi: Background: Wounds occur when normal skin structures are damaged. Injury events
nur.febrianti90@yahoo. in Indonesia have increased by 8.2% and the highest prevalence in South Sulawesi
co.id is 12.8%. One of the growth factors that play a role in the wound healing process is
epidermal growth factor (EGF). EGF includes polypeptides that contain 53 amino
acids, and EGF is present in all fluids in the body and platelets. This review aims to
determine the role of EGF in the process of wound healing.

Method: Data collected since 2017 using 8 databases (pubmed, science direct, google
schollar) where the literature used is internationally published literature, additional
references are taken from the bibliography of all relevant articles, all relevant articles
are reviewed and analyzed.

Results: EGF has a role in wound healing. EGF increases motility and epithelial cell
Keywords: migration. EGF can stimulate cell growth, proliferation and differentiation by bind-
Monitoring System; Elec- ing to high affinity to the EGF receptor (EGFR) on the cell surface. The goal of EGF
trocardiograph; Cardiovas- healing is most epithelial tissue, fibroblasts, and endothelial cells. EGF can call three
cular Diseases important biological actions in tissue repair including cytoprotection, mitogenesis,
and migration.

Conclusion: EGF plays an important role in the wound healing process, especially
in the re-epithelial process. Based on this review, it is suggested that the selection of
dressings that are used should support EGF.

7
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

PENDAHULUAN radiasi, AIDS) dan nutrisi (Guo & DiPietro, 2010).


Luka sering terjadi dalam melakukan aktifitas se- Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka antara
hari-hari, baik disengaja maupun tidak sengaja. Luka lain nutrisi, hipoksia, infeksi, imunosupresi, penyakit
terjadi ketika struktur kulit yang normal mengalami kronik, manajemen luka, umur, genetik, teknik pem-
kerusakan, bukan hanya terjadi laserasi pada lapisan ku- bedahan (Young & McNaught, 2011). Faktor per-
lit sampai jaringan subkutan yaitu luka terbuka namun tumbuhan yang berperan dalam proses penyembuhan
memar akibat benda tumpul juga disebut luka yaitu luka antara lain granulocyte colony-stimulating fac-
luka tertutup (Han, 2016). Kejadian luka di Indonesia tor (G-CSF), platelet-derived growth factor (PDGF),
meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan kejadian epidermal growth factor (EGF), transforming growth
luka menjadi 8.2%, prevalensi tertinggi ditemukan di factor (TGF), fibroblast growth factor (FGF), vas-
Sulawesi Selatan sebesar 12.8% baik luka akut maupun cular endothelial growth factor (VEGF), insulin like
kronik (Riskesdas, 2013). Secara umum luka akut ter- growth factor (IGF), dan keratinocyte growth factor
jadi selama 2 minggu, sedangkan penyembuhan pada (KGF) (Marti-Carvajal et al., 2010). Menurut Dinh,
luka kronis lebih lambat (Han, 2016). Kejadian luka Braunagel, & Rosenblum, (2015) faktor pertumbuhan
yang semakin meningkat tentunya menjadi masalah, yang berperan dalam proses penyembuhan luka antara
luka akut akan menjadi luka kronik pada saat terjadi lain platelet-derived growth factor (PDGF), epidermal
perpanjangan dalam proses penyembuhan luka. growth factor (EGF), fibroblast growth factor (FGF),
Penyembuhan luka adalah proses rumit, kompleks dan transforming growth factor (TGF), dan vascular endo-
dinamis di mana kulit (atau jaringan organ lainnya) thelial growth factor (VEGF).
membaik sendiri setelah cedera (Meyers & Hudson, Growth factor merupakan salah satu dari tiga pilar
2013). Penyembuhan luka adalah rangkaian kejadian utama pengobatan regeneratif yang berperan dalam
yang terjadi sejak saat cedera dan berlanjut dengan pe- perbaikan jaringan, regenerasi epitel, dan remodeling
nutupan luka, pentingnya tubuh menyelesaikan proses sel untuk pemulihan fungsional pasca cedera (Berlan-
ini adalah mencegah infeksi dan memperbaiki area ker- ga-acosta et al., 2017). Salah satu faktor pertumbuhan
usakan (Meyers & Hudson, 2013). Penyembuhan luka yang mempunyai peranan dalam proses penyembu-
adalah proses kompleks yang terdiri dari berbagai ke- han luka adalah EGF. EGF termasuk polipeptida yang
giatan kompleks, termasuk hemostasis, pelepasan berb- mengandung 53 asam amino, serta dapat menstimulasi
agai faktor pertumbuhan dan sitokin, penghilangan sel pertumbuhan, proliferasi, dan diferensiasi dengan
kontaminasi, proliferasi dan migrasi berbagai jenis sel, mengikat afinitas tinggi ke reseptor EGF (EGFR) pada
produksi komponen ECM, dan remodeling jaringan permukaan sel (Han, 2016). EGF berada pada semua
(Kaltalioglu & Coskun-cevher, 2014). Kerja utama fase cairan dalam tubuh dan trombosit (Dinh et al., 2015).
sering tumpang tindih dari satu fase ke tahap berikutn- Sasaran penyembuhan jaringan EGF yaitu mitogenik
ya (Meyers & Hudson, 2013). Fase penyembuhan luka pada sebagian besar jaringan epitel, fibroblast, dan sel
meliputi fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, endotel (Dinh et al., 2015). EGF dapat memanggil tiga
dan fase maturasi (Young & McNaught, 2011; Meyers tindakan biologis penting dalam perbaikan jaringan
& Hudson, 2013). Menurut Han (2016) fase penyem- antara lain sitoproteksi, mitogenesis, dan migrasi, seh-
buhan luka antara lain fase inflamasi, fase proliferasi ingga penggunaan terapi EGF topikal untuk penyem-
dan fase maturasi. buhan luka telah memiliki signifikansi klinis untuk
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyembu- memperbaiki luka (Bodnar, 2013). Tujuan dilakukan
han luka antara lain factor lokal, faktor sistemik dan review ini adalah untuk mengetahui peran EGF dalam
faktor pertumbuhan (Guo & DiPietro, 2010; Mar- proses penyembuhan luka.
ti-Carvajal, Rojas-Reyes, Reveiz, Rodriguez-Malagon,
& Cedeno-Taborda, 2010). Faktor lokal antara lain METODE
oksigenasi, infeksi, benda asing, dan insufisiensi vena. Data dikumpulkan dari tahun 2017, penulis menggu-
Factor sistemik antara lain umur dan jenis kelamin, nakan database Pubmed, Science direct, dan Google
hormon, stress, iskemia, penyakit (diabetes, keloid, fi- schollar dalam menemukan literatur yang terkait. Pen-
brosis, gangguan penyembuhan herediter), obesitas, carian literatur yang komprehensif dilakukan dari ta-
pengobatan (glukokortiroid steroid, obat non steroid hun 2011 sampai 2018, semua literatur yang digunakan
anti inflamasi, kemoterapi), peminum alkohol dan per- adalah literatur yang telah terpublish internasional.
okok, kondisi immunocompromised (kanker, terapi Kata kunci yang digunakan dalam pencarian merupa-
8
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

kan penggabungan dari kata kunci berikut growth fac- recombinant EGF untuk pengobatan standar dapat
tor AND epidermal growth factor AND EGF AND memperbaiki tingkat penyembuhan dan dapat mence-
wound healing, referensi tambahan diambil dari bibli- gah amputasi pada kaki. Penelitian yang dilakukan
ografi semua artikel yang relevan, semua artikel yang rel- Shen, Sun, Zhu, & Qi (2017) penerapan EGF topikal
evan ditinjau dan dianalisis. Literatur yang digunakan memperbaiki tingkat penyembuhan. Administrasi EGF
berbahasa inggris. menghasilkan peningkatan ekspresi mRNA Kindlin-1
yang lebih cepat dan berkepanjangan. Ekspresi dinamis
HASIL Kindlin-1 menunjukkan bahwa ia terlibat dalam proses
Luka adalah kondisi struktur kulit yang normal men- penyembuhan luka pada kulit dan sangat berkontribusi
galami kerusakan (Han, 2016). Luka yang sembuh pada sinyal EGF. Penghambatan ekspresi Kindlin-1 di
secara ideal adalah luka yang struktur, fungsi, dan sel HaCaT (human keratinocytes) sebagian memper-
penampilan anatomis kembali normal (Black & Hawks, lemah aktivasi integrin β1-FAK (β1-fokal adhesion ki-
2014). Luka diklasifikasikan menjadi dua yaitu luka nase) yang diinduksi oleh EGF dan perekrutan protein
akut dan luka kronik (Dreifke, Jayasuriya, & Jayasuriya, sitoskeletal, yang akhirnya menyebabkan fungsi sel yang
2015). Perbedaan dari luka kronis dan luka akut ada- terganggu, termasuk migrasi dan proliferasi. Hasil ini
lah lamanya waktu dari pembukaan sampai penutupan mengkonfirmasi peran Kindlin-1 dalam mentransmis-
(Meyers & Hudson, 2013). Luka akut biasanya melewa- ikan sinyal aktivasi EGF pada penyembuhan luka pada
ti fase penyembuhan luka dengan relatif cepat (Young kulit.
& McNaught, 2011). Luka akut dapat diprediksi sem- Berdasarkan hasil penelitian Wang, Wu, Shi, & Lu,
buh dalam 2 minggu (Han, 2016). Luka kronik adalah (2013) menunjukkan bahwa EGF menstimulasi pen-
luka yang gagal sembuh dengan baik atau penyembuhan ingkatan motilitas sel hingga 30% pada sel Human te-
lambat atau luka yang tidak menunjukkan tanda-tanda lo-merase-immortalized corneal epithelial (HTCE)
penyembuhan dalam waktu 3 sampai 6 minggu (Han, yang mengekspresikan TRE-CTCF dibandingkan
2016). Luka yang menunjukkan penyembuhannya ter- dengan TRE-control-expressing cells (p <0.05). Laju
tunda 12 minggu (Young & McNaught, 2011). penutupan luka juga dipercepat secara signifikan pada
Penyembuhan luka adalah proses rumit, kompleks dan sel HTCE yang mengekspresikan TRE-CTCF diband-
dinamis di mana kulit (atau jaringan organ lainnya) ingkan dengan sel yang mengekspresikan TRE-control.
membaik sendiri setelah cedera (Meyers & Hudson, Hasilnya memberikan bukti lebih lanjut, dalam tiga
2013). Fase penyembuhan luka meliputi fase hemo- percobaan, bahwa EGF-diaktifkan NF-kB up-regulated
stasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase maturasi expression dari CTCF untuk meningkatkan peningka-
(Young & McNaught, 2011; Meyers & Hudson, 2013). tan motilitas sel dan migrasi, menghasilkan percepatan
Menurut Han (2016) fase penyembuhan luka antara penyembuhan luka sel epitel kornea.
lain fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi. Penelitian Kim et al., (2016) bahwa konjugat HA-EGF
Pada fase inflamasi, jaringan yang rusak menyebabkan menunjukkan waktu tinggal yang lebih lama di daer-
cedera mikrovaskuler disertai perdarahan, vessels yang ah luka karena rantai HA mencegah degradasi oleh
terluka dengan cepat berkontraksi, trombosit memben- protease dan memfasilitasi penyerapan seluler EGF ke
tuk bekuan darah, faktor pertumbuhan yaitu PDGF, dalam sel-sel kulit melalui interaksi dengan reseptor
IGF-1, EGF, TGF-β yang terkandung di dalam alpha HA. Gambar cross-sectional sehari setelah pengobatan
granules trombosit disekresikan dan menyebar dari luka dengan EGF-FITC dan HA-EGF-FITC menunjukkan
ke jaringan sekitarnya untuk mengaktifkan fibroblas, sel bahwa konjugat HA-EGF masih tersisa di jaringan kulit
endotel vaskular, dan makrofag (Han, 2016). perifer dekat area luka. Seperti yang dilaporkan di tem-
EGF menstimulasi proliferasi berbagai sel termasuk sel pat lain, banyak protease dengan mudah menguraikan
glial, fibroblast, dan sel yang berasal dari epitel yaitu ke- EGF di situs luka kulit. Spesies EGF-EGFR yang be-
ratinosit (Han, 2016). Berdasarkan review yang dilaku- rumur panjang pada permukaan sel sangat diperlukan
kan Tiaka, Papanas, Manolakis, & Georgiadis (2012) untuk penyembuhan luka yang efektif. Dengan demiki-
EGF berperan penting dalam penyembuhan luka. EGF an, konjugat HA-EGF dengan waktu tinggal yang lama
bekerja pada sel epitel dan fibroblas yang mendukung mungkin sangat berkontribusi pada penyembuhan luka
pemulihan epitel yang rusak. Namun, bioavailabilitas kulit.
terganggu pada ulkus kaki diabetik kronis. Sejauh ini, Berdasarkan literatur peran EGF dalam proses penyem-
bukti yang ada menunjukkan bahwa penerapan human buhan luka antara lain mengaktifkan fibroblas, sel en-
9
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

dotel vaskular, dan makrofag (Han, 2016), menstimula- EGF mentimulasi pertumbuhan sel, proliferasi, dan
si sel pertumbuhan, proliferasi, dan diferensiasi dengan diferensiasi dengan mengikat afinitas tinggi ke reseptor
mengikat afinitas tinggi ke reseptor EGF (EGFR) pada EGF (EGFR) pada permukaan sel. Hal ini menstim-
permukaan sel (Han, 2016), menstimulasi proliferasi ulasi dimerisasi akibat ligan, mengaktifkan aktivitas
berbagai sel termasuk sel glial, fibroblast, dan sel yang protein tirosin kinase intrinsik reseptor (Han, 2016).
berasal dari epitel yaitu keratinosit (Han, 2016), sasaran Faktor sekresi utama yang bertanggung jawab atas efek
penyembuhan jaringan EGF yaitu mitogenik pada se- dari sekresi stem cell pada proses penyembuhan luka,
bagian besar jaringan epitel, fibroblast, dan sel endotel dimana tingkat ekspresi dari lima faktor pertumbuhan
(Dinh et al., 2015), EGF dapat memanggil sitoproteksi, (bFGF, EGF, HGF, IGFBP-6, dan TGF-β) meningkat
mitogenesis, dan migrasi (Bodnar, 2013), dan EGF ber- secara substansial. Secara khusus, peningkatan yang
peran dalam proses reepitelization (Werner & Grose, jelas dari tiga faktor yang paling menonjol (EGF, HGF,
2003). dan bFGF) pada stem cell secrotome. Hasil ini menun-
jukkan bahwa EGF, HGF, dan bFGF mungkin bertang-
PEMBAHASAN gung jawab atas percepatan penyembuhan luka sebagai
Ketika terjadi luka, epidermis, dermis, jaringan subku- komponen utama dari stem cell. Aktivasi pensinyalan
tan, komponen vessels, dan sebagainya rusak dan han- PI3K / Akt atau FAK / ERK1 / 2 dan tingkat ekspresi
cur, reaksi fisiologis pertama terhadap hal ini disebut EGF, HGF, dan BFGF saling terkait dalam mengatur
hemostasis (Han, 2016). Jaringan yang rusak menye- proliferasi dan migrasi. Komponen utama dari secre-
babkan cedera mikrovaskuler disertai perdarahan, ves- tome, EGF, HGF, dan bFGF dapat meniru efek dari
sels yang terluka dengan cepat berkontraksi, trombosit stem cell yang tersembunyi pada percepatan proses
membentuk bekuan darah, faktor pertumbuhan yaitu penyembuhan luka (Park et al., 2018). Aktivitas tirosin
PDGF, IGF-1, EGF, TGF-β yang terkandung di dalam kinase, memulai rekamanan cascade transduksi yang
alpha granules trombosit disekresikan dan menyebar menghasilkan berbagai perubahan biokimia didalam sel
dari luka ke jaringan sekitarnya untuk mengaktifkan dimana terjadi peningkatan kadar kalsium intraseluler,
fibroblas, sel endotel vaskular, dan makrofag (Han, peningkatan sintesis glikolisis dan protein, dan pening-
2016). Selama masa penyembuhan luka terjadi pening- katan ekspresi gen tertentu termasuk gen untuk EGFR
katan cairan ke daerah dengan pemecahan gumpalan yang akan mengarah pada sintesis DNA dan prolifera-
fibrin, permeabilitas meningkat dari pembuluh dan si sel (Han, 2016). Berdasarkan penelitian Kim et al.,
aktivasi sistem pelengkap, serta pelepasan sitokin yang (2016) konjugat HA-EGF sangat berkontribusi pada
meningkatkan proses perbaikan dengan meningkatkan penyembuhan luka kulit.
proliferasi sel, migrasi, sintesis matriks, dan respon in- Ketika terjadi perdarahan lokal menyebabkan ekstrav-
flamasi (Meyers & Hudson, 2013). asasi trombosit dan pelepasan PDGF dan EGF. Mi-
Fibroblas merupakan jenis sel tunggal yang paling pent- togens ini merangsang ekspresi FGF7 pada fibroblas.
ing tidak hanya dalam fase proliferasi namun sepanjang Selain itu, neutrofil dan makrofag mensekresikan si-
keseluruhan proses penyembuhan luka (Han, 2016). Sel- tokin proinflamasi IL-1 dan TNF-β yang kemudian
sel seperti fibroblas, sel endotel vaskular, dan keratinos- menyebabkan induksi lebih lanjut dari ekspresi FGF7
it terbentuk dan mulai mengeluarkan berbagai faktor pada fibroblas. Akhirnya, IL-1 dan TGF-β yang berasal
pertumbuhan. Fibroblas mensekresikan IGF-1, bFGF, dari keratinosit juga merangsang ekspresi FGF7 pada
TGF-β, PDGF, KGF, dll (Han, 2016). Proses kompleks fibroblas (Werner & Grose, 2003). EGF menstimulus
ini menggabungkan angiogenesis, pembentukan jarin- proliferasi berbagai sel, termasuk sel glial, fibroblast,
gan granulasi, pengendapan kolagen, epitelisasi dan re- dan sel yang berasal dari epitel seperti keratinosit (Han,
traksi luka yang terjadi secara bersamaan (Young & Mc- 2016). EGF adalah anggota pendiri keluarga protein
Naught, 2011). Selama masa penyembuhan luka terjadi EGF. Anggota keluarga protein ini memiliki karakter-
penurunan kekuatan tarik yang terkait dengan pemben- istik struktural dan fungsional yang sangat mirip. Selain
tukan kolagen tipe III oleh fibroblas, meningkatkan ke- EGF sendiri anggota keluarga lainnya termasuk Hepa-
butuhan protein untuk faktor pertumbuhan dan faktor rin-binding EGF-like factor (HB-EGF), Transforming
angiogenik, pembentukan matriks ekstraselular yang growth factor-α (TGF-α), amphiregulin (AR), epireg-
digunakan oleh jaringan granulasi untuk berpindah ulin (EPR), epigen, betacellulin (BTC), dan neureg-
dari satu sisi sisi luka ke sisi yang lain, epitelisasi, dan ulin-1 to 4 (NRG1-4). Urutan asam amino dari keluar-
kontraksi luka (Meyers & Hudson, 2013). ga EGF mengandung 6 residu sistein yang membentuk
10
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

tiga ikatan disulfi intramolekuler. Pembentukan ikatan ma pada 0.1 dan kelompok perlakukan quercetin 1.0%
disulfida menghasilkan tiga loops struktural yang pent- terbukti dengan pembentukan awal dan penumpahan
ing untuk mengikat afinitas tinggi antara anggota kelu- keropeng (scab) pada kelompok ini. Evaluasi foto luka
arga EGF dan reseptor permukaan selnya (Han, 2016). dari kelompok yang berbeda pada berbagai hari menun-
Kulit merupakan elemen penting dari kesehatan fisik jukkan bahwa aplikasi dari 0.1% quercetin menyebab-
dan mental, perawatan optimal harus diberikan pada kan penutupan luka yang cepat, dibandingkan dengan
luka yang berkelanjutan, sehingga daerah kulit yang ru- perlakukan lain.
sak dipulihkan ke struktur dan bentuknya serupa den-
gan aslinya secepat mungkin (Han, 2016). Perawatan KESIMPULAN
tradisional berperan penting dalam perawatan luka EGF berperan penting dalam proses penyembuhan luka
karena ampuh secara klinis, sederhana, dan terjangkau. antara lain mengaktifkan fibroblas, makrofag, menstim-
Terapi ini merupakan alternative cost-effective untuk ulasi proliferasi berbagai sel termasuk sel glial, fibro-
penyembuhan luka yang menyediakan berbagai efek blast, dan sel yang berasal dari epitel yaitu keratinosit,
terapeutik yang merangsang proses penyembuhan dan serta berperan dalam proses reepitelization. Berdasar-
meningkatkan kualitas kulit baru (Pereira & Bartolo, kan review ini disarankan pemilihan dressing yang di-
2013). Penelitian yang telah dilakukan Diaz, Torregro- gunakan sebaiknya yang dapat mendukung EGF.
sa, Benítez, Mercado, & Fiorentino (2012) penggunaan
complementary alternative medicine (CAM) berbasis DAFTAR PUSTAKA
tanaman (herbal dan buah-buahan) bahwa 65% dari pa- Berlanga-acosta, J., Fernández-montequín, J., Valdés-
sien memiliki persepsi keseluruhan yang posisitf tentang pérez, C., Savigne-gutiérrez, W., Mendoza-marí,
kondisi mereka dan bahkan menunjukkan peningka- Y., García-ojalvo, A., … Guillén-nieto, G. (2017).
tan kesehatan. Terapi komplementer sering digunakan Diabetic Foot Ulcers and Epidermal Growth Fac-
antara lain madu (Haryanto et al., 2012; Mukai et al., tor : Revisiting the Local Delivery Route for a Suc-
2015), minyak kelapa (Tarawan, Mantilidewi, Dhini, cessful Outcome. BioMed Research International,
Radhiyanti, & Sutedja, 2017), daun sirih (Maryunis, 2017(1), 1–10.
2017), dan buah naga merah (Tahir et al., 2017). Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan me-
Salah satu terapi komplementer yang direkomendasikan dikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang di-
saat ini adalah buah naga merah. Kandungan zat aktif harapkan (8th ed.). Singapore: Elsevier.
dalam buah naga merah antara lain antioksidan, dan Bodnar, R. J. (2013). Epidermal Growth Factor and
komponennya antara lain β-amyrin (15.87%), stigmast- Epidermal Growth Factor Receptor : The Yin and
4-en-3-one (4.65%), dan β-sitosterol (2.46%) (Luo et Yang in the Treatment of Cutaneous Wounds and
al., 2014). Aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit pi- Cancer. Wound Healing Society, 2(1), 24–29.
taya paling mungkin terjadi karena adanya polifenol. https://doi.org/10.1089/wound.2011.0326
Buah naga merah mengandung betacyanins, flavonoid, Chomiski, V., Gragnani, A., Bonucci, J., Correa, S. A.
dan phenolic (Tenore, Novellino, & Basile, 2012). Fla- A., Noronha, S. M. R. De, & Ferreira, L. M. (2016).
vonoid dikategorikan menjadi flavonol, flavones, cat- Keratinocyte growth factor and the expression of
echins, flavanones, anthocyanidins and isoflavonoids. wound-healing-related genes in primary human
Kelas flavonol antara lain quercitine, kaempferol, my- keratinocytes from burn patients. Wound Healing,
riecetin, dan fisetin (Sangeetha, Umamaheswari, Red- 31(8), 505–512. https://doi.org/10.1590/S0102-
dy, & Kalkura, 2016). Penelitian yang dilakukan Go- 865020160080000002 I
palakrishnan, Mahendra, Kumawat, Tandan, & Kumar Diaz, L. A., Torregrosa, L., Benítez, L., Mercado, M., &
(2016) pada hari ke 14 bagian dari kedua kelompok Fiorentino, S. (2012). Plant-based Complementa-
menunjukkan jaringan granulasi yang terbentuk den- ry and alternative medicine used by breast cancer
gan baik dengan deposisi kolagen dan epitelial super- patients at the Hospital Universitario San Ignacio
fisial. Kelompok perlakuan Quercetin menunjukkan in Bogotá , Colombia. Plant-Based Complementa-
lebih compact, dan deposisi kolagen biasa dan epiteli- ry and Alternative Medicine, 17(3), 291–302. Re-
al superfisial lengkap dibandingkan dengan kelompok trieved from http://www.scielo.org.co/pdf/unsc/
kontrol. Penelitian yang telah dilakukan Kant, Jangir, v17n3/v17n3a05.pdf
Nigam, Kumar, & Sharma (2017) penyembuhan luka Dinh, T., Braunagel, S., & Rosenblum, B. I. (2015).
lebih baik pada kelompok yang diberi quercetin teruta- Growth factors in wound healing. Clinics in Po-
11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

diatric Medicine and Surgery, 32(1), 109–119. hasanuddin.


https://doi.org/10.1016/j.cpm.2014.09.010 Meyers, L., & Hudson, S. L. (2013). Wound Care: Get-
Dreifke, M. B., Jayasuriya, A. A., & Jayasuriya, A. C. ting to the Depth of the Tissue. National Center
(2015). Current wound healing procedures and of Continuing Education, 1–16. Retrieved from
potential care. Materials Science & Engineer- https://www.nursece.com/pdfs/720_Wound-
ing C, 48, 651–662. https://doi.org/10.1016/j. Care.pdf
msec.2014.12.068 Mukai, K., Koike, M., Nakamura, S., Kawaguchi, Y.,
Guo, S., & DiPietro, L. A. (2010). Journal of Katagiri, F., Nojiri, S., … Nakatani, T. (2015). Eval-
Dental Research, 219–229. https://doi. uation of the Effects of a Combination of Japanese
org/10.1177/0022034509359125 Honey and Hydrocolloid Dressing on Cutaneous
Han, S. (2016). Innovations and andvances in wound Wound Healing in Male Mice. Evidence-Based
healing (second edi). Seoul, Republic of korea Complementary and Alternative Medicine, 2015,
(South korea): Springer. Retrieved from https:// 1–9. https://doi.org/10.1155/2015/910605
books.google.co.id/books?id=IY-QCgAAQBA- Park, S., Kim, J., Jun, H., Roh, J. Y., Lee, H., & Hong,
J&pg=PR4&lpg=PR4&dq=Han+2016.+In- I. (2018). Stem Cell Secretome and Its Effect on
novations+and+advances+in+wound+heal- Cellular Mechanisms Relevant to Wound Heal-
ing+new+york&source=bl&ots=W-l5HxJE- ing. Molecular Therapy, 26(1), 1–12. https://doi.
hK&sig=Qk_eumIniYjyn1P0YZ6zvMZbsA- org/10.1016/j.ymthe.2017.09.023
0&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi5kdvWs-7YA- Pereira, R. F., & Bartolo, P. J. (2013). Traditional Ther-
hUJi5QK HVmqB3EQ6AEIPj AB#v=onep - apies for Skin Wound Healing. Wound Heal-
age&q=Han 2016. Innovations and advances in ing Society, 0, 1–22. https://doi.org/10.1089/
wound healing new york&f=false wound.2013.0506
Haryanto, H., Urai, T., Mukai, K., Gontijo-Filho, P. Riskesdas. (2013). RISET KESEHATAN DASAR.
P., Suradi, S., Sugama, J., & Nakatani, T. (2012). Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kes-
Effectiveness of indonesian honey on the accel- ehatan kementrian kesehatan RI Tahun 2013.
eration of cutaneous wound healing: an experi- Shen, C., Sun, L., Zhu, N., & Qi, F. (2017). Kindlin-1
mental study in mice. Wounds, 24(4), 110–119. contributes to EGF-induced re-epithelialization
Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ in skin wound healing. International Journal of
pubmed/25876247 Molecular Medicine, 39, 949–959. https://doi.
Kaltalioglu, K., & Coskun-cevher, S. (2014). A bioac- org/10.3892/ijmm.2017.2911
tive molecule in a complex wound healing process : Tahir, T., Bakri, S., Patellongi, I., Aman, M., Miskad, U.
platelet-derived growth factor. International Jour- A., Maryunis, M., … Hasriyani. (2017). Evaluation
nal of Dermatology, 1–6. https://doi.org/10.1111/ of Topical Red Dragon Fruit Extract Effect ( Hy-
ijd.12731 locereus Polyrhizus ) on Tissue Granulation and
Kim, H., Kong, W. H., Seong, K., Sung, D. K., Jeong, Epithelialization in Diabetes Mellitus ( DM ) and
H., Kim, J. K., … Hahn, S. K. (2016). Hyaluro- Non-DM Wistar Rats : Pre Eliminary Study. In-
nate - Epidermal Growth Factor Conjugate for ternational Journal of Sciences : Basic and Applied
Skin Wound Healing and Regeneration Hyaluro- Research (IJSBAR), 32(1), 309–320. Retrieved
nate - Epidermal Growth Factor Conjugate for from http://gssrr.org/index.php?journal=Jour-
Skin Wound Healing and Regeneration. Bio Mac- nalOfBasicAndApplied
romolecules. https://doi.org/10.1021/acs.bio- Tarawan, V. M., Mantilidewi, K. I., Dhini, I. M., Radhi-
mac.6b01216 yanti, P. T., & Sutedja, E. (2017). Coconut Shell
Marti-Carvajal, Rojas-Reyes, Reveiz, Rodriguez-Malag- Liquid Smoke Promotes Burn Wound Healing.
on, & Cedeno-Taborda. (2010). Growth factors Journal of Evidence-Based Complementary & Al-
for treating diabetic foot ulcers ( Protocol ), (6). ternative Medicine, 22(3), 436–440. https://doi.
Maryunis. (2017). Efek Krim Topikal Ekstrak Daun org/10.1177/2156587216674313
Sirih (Piper Betle Linn) Terhadap Ekspresi Inter- Tiaka, E. K., Papanas, N., Manolakis, A. C., & Geor-
leukin-1β, Platelet-Derived Growth Factor-Aa, giadis, G. S. (2012). Epidermal Growth Fac-
Dan Epitelisasi Pada Proses Penyembuhan Luka tor in the Treatment of Diabetic Foot Ulcers :
Tikus Dengan Model Perlukaan Akut. Universitas An. Perspectives in Vascular Surgery and En-
12
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (1) 2019

dovascular Therapy, 24(1), 37–44. https://doi.


org/10.1177/1531003512442093
Wang, L., Wu, X., Shi, T., & Lu, L. (2013). Epidermal
Growth Factor ( EGF ) -induced Corneal Epitheli-
al Wound Healing through Nuclear Factor kB Sub-
type-regulated CCCTC Binding Factor ( CTCF
) Activation. The Journal of Biological Chemistry,
288(34), 24363–24371. https://doi.org/10.1074/
jbc.M113.458141
Werner, S., & Grose, R. (2003). Regulation of Wound
Healing by Growth Factors and Cytokines. Phys-
iology, 83, 835–870. https://doi.org/10.1152/
physrev.00031.2002.
Young, A., & McNaught, C.-E. (2011). The physiolo-
gy of wound healing. Surgery, 29(10), 475–479.
https://doi.org/10.1016/j.mpsur.2011.06.011

13

You might also like