Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Kontigensi

Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125


ISSN 2088-4877

Pengelolaan Wilayah Perbatasan Berbasis Integrated Border Management


(IBM) dalam Meningkatkan Daya Saing Investasi dan Perdagangan
Indonesia

Ade Priangani
FISIP Universitas Pasundan, Bandung
E-mail :apriangani@gmail.com

ABSTRACT

Position of Indonesia-Singapore borders are ais very strategic, such a position, however, has not
been optimally utilized. Borders area is an enticingentrance for investors. Accordingly, there will be a
need of integrated management so as to be able to improve competitiveness mainly in the field of
investment and trade. The reason why management model more suitably refers to the IBM because the
model in some countries has successfully maximized function o fborders area. This research aims to
study and give input into implementation of Border Management mainly Integrated Border Management
(IBM) in the area of Indonesia Borders, especially Indonesia-Singapore Borders, as an effort to promote
Indonesia competitiveness in the sector of trade and investment.
This research employs single case study qualitative analysis approach. The research focuses on
the making of competitiveness of investment and trade in Indonesia’s borders region (Riau Island),
referring to IBM and competitiveness parameter so as to be towards single face inborders management in
borders area. Location of doing research is Batam and Tanjungpinang. Informen are involved in this
study could be Secretary and Staff of Borders Management Board of Riau Island Province, Workers of
Riau Island Immigration Office, Tanjungpinang City Customs Office, BP-Batam, PT KSP and expert
judgment Prof. Asep Warlan, Prof. Rusadi Kantaprawira and Agus GK (Komisi I DPR-RI)
The results of the research demontrated that: (1) Impediments to Indonesia-Singapore (Batam-
Bintan) Border Area Management are lack of manpower owned by Border Management Board of Riau
Islands Province, increasingly global trade, lack of law and regulations of borders, (2) IBM based- border
are a management has been running, however has not been so adequate in line with challenges of
current border management, (3) Mechanism of trade and company permissions to run all their business
transactions are done through one office, whereas investment procedure in Indonesia-Singapore border
area is done through one roof policy, (4) Implementation of Integrated Border Management
principle to management of border in the area of Indonesia-Singapore border has referred to the
emerging of Single Administrative Document (SAD) and Single Window (SW), however
implementation of Single Window in the area of Indonesia-Singapore border has not been optimal.
The results of the research might contribute to development of management science mainly
border management, and might be are ference to implementation of border area management strategy
done by National Board of Border Management, in special Border Management Board of Riau Islands
Province by referring to IBM (SAD and SW) insearch of moving towards single face in border
management.

Keywords: border management, integrated border management, competitiveness.

108
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

ABSTRAK

Posisi wilayah perbatasan Indonesia-Singapura sangat strategis, namun posisi tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal, padahal wilayah perbatasan merupakan pintu masuk yang memiliki daya
tarik bagi investor yang berniat menanamkan modalnya, oleh karena itu perlu adanya pengelolaan
secara terpadu agar mampu meningkatkan dayasaing terutama di investasi dan perdagangan. Model
pengelolaan mengacu pada kerangka IBM karena model ini dibeberapa negara telah berhasil
memaksimalkan fungsi wilayah perbatasan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memberikan
masukan dalam implementasi Manajemen Perbatasan terutama Manajemen Pengelolaan Terpadu
(IBM) di wilayah Perbatasan Indonesia, khususnya perbatasan Indonesia-Singapura, sebagai upaya
untuk meningkatkan daya saing Indonesia di sektor perdagangan dan investasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif dengan single case study. Fokus
Penelitian menitikberatkan pada penciptaan daya saing investasi dan perdagangan di kawasan
perbatasan Indonesia (Kepulauan Riau), mengacu pada parameter IBM dan parameter daya saing
sehingga terciptanya single face dalam pengelolaan perbatasan di wilayah perbatasan. Lokasi penelitian
di Batam dan Tanjungpinang. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Sekretaris dan Staf Badan
Pengelola Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau, Pegawai Imigrasi Kepulauan Riau, Bea Cukai Kota
Tanjungpinang, BP-Batam dan PT KSP serta expert judgment Prof. Asep Warlan, Prof. Rusadi
Kantaprawira dan Agus GK (Komisi I DPR-RI).
Hasil penelitian ini adalah: (1) Kendala dalam Pengelolaan Wilayah Perbatasan Indonesia-
Singapura (Batam-Bintan) adalah Kendala Geografis, Hukum, Manajemen dan Keamanan; (2)
Karakteristik pengelolaan wilayah perbatasan yang berbasis IBM (Integrated Border Management) sudah
ada, sudah terlaksana, namun belum sesuai dengan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
perbatasan saat ini; (3) Mekanisme perdagangan dan perijinan perusahaan untuk melakukan semua
transaksi bisnis mereka melalui satu kantor, sedangkan prosedur investasi di wilayah perbatasan
Indonesia-Singapura, memiliki kebijakan satu atap; (4) Penerapan Integrated Border Management di
wilayah perbatasan Indonesia dengan Singapura sudah mengacu pada terwujudnya model
Dokumen Administratif Tunggal (SAD) dan SingleWindow, namun belum optimal.
Hasil Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu manajemen, terutama
manajemen perbatasan, sebagai kerangka acuan implementasi strategi pengelolaan wilayah perbatasan
yang dilakukan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan, lebih khusus Badan Pengelola
Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau mengacu pada model IBM (SAD dan SW)
yangbermuarapadaterciptanyasinglefacedalampengelolaanperbatasan.

Kata kunci : manajemen perbatasan, manajemen perbatasan terpadu, daya saing.

PENDAHULUAN potensi sumber daya alam dan peluang pasar


karena kedekatan jaraknya dengan negara
Kebijakan dalam pengelolaan perbatasan tetangga.(Thontowi,2009).
sangat penting, peka dan kompleks. Pengertian perbatasan secara umum adalah
Kompleksitas isu-isu perbatasan menuntut peran sebuah garis demarkasi antara dua negara
aktif rezim yang memerintah, dengan yang berdaulat. Pada awalnya perbatasan
memperhatikan pandangan dan pembacaan sebuah negara atau state’s border dibentuk
aktor-aktor serta konsistensinya pada dengan lahirnya negara. Sebelumnya penduduk
kepentingan penjagaan kedaulatan, penduduk yang tinggal di wilayah tertentu tidak merasakan
dan wilayah. Kawasan perbatasan merupakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka
kawasan strategis dan vital bagi sebuah negara, berasal dari etnis yang sama. Namun dengan
sebab secara geografis umumnya memiliki munculnya negara, mereka terpisahkan dan

109
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

dengan adanya tuntutan negara itu mereka clearance pre-arrival (posting izin
mempunyai kewarganegaraan yang prakedatangan), dan koneksi langsung dengan
berbeda.(RizalDarmaputra,2009:3) Penetapan informasi), seperti yang direkomendasikan oleh
perbatasan wilayah (BorderZone) tersebut dapat Organisasi Kepabeanan Dunia.(Tom
dilakukan sesuai ketentuan hukum international Doyle:2011). Manajemen perbatasan kolaboratif
agar dapat memberikan kepastian hukum, ini menurut pandangan Grainger (2008), adalah
kemanfaatan hukum dan keadilan bagi berupa peraturan yang lebih transparan,ramah
masyarakat yang mendiami wilayah perbatasan terhadap industri dan daya saing sambil
dimaksud. memastikan kepatuhan terhadap peraturan.
Menurut para ahli hukum internasional Dalam pandangan Doyle, pemerintahan
seperti Green NA Maryan (1978), Shaw Malcolm yang memiliki perbatasan langsung berupaya
(2013), JG Starke (1989) dan Burhan Tsani untuk mendorong dan memperbaiki agenda
(1990), perbatasan wilayah adalah batas terluar manajemen perbatasan antara lain: A
wilayah suatu negara berupa suatu garis heightened awareness of costs; Rising
imajiner yang memisahkan wilayah suatu negara expectations in the private sector; Increased
dengan wilayah negara lain di darat, laut policy and procedural requirements; Competition
maupun udara yang dapat dikualifikasi dalam for foreign investment; The demand forintegrity
terminologi BorderZone (zona perbatasan) and good governance; Political pressure for the
maupun Customs Free Zone (zona bebas agencies to increase
kepabeanan). Kawasan perbatasan dalam dua competiveness.(Doyle,2011) Manajemen
terminologi di atas dapat diatur secara limitatif perbatasan berarti prosedur diterapkan kepada
dalam berbagai perjanjian internasional yang orang- orang dan barang-barang melintasi
bersifat Treaty Contract untuk menyelesaikan perbatasan itu untuk memastikan mereka
permasalahan di perbatasan secara insidentil mematuhi dengan hukum. Itu berarti bagaimana
maupun yang bersifat law making treaty untuk infrastruktur yang mengakomodasi lembaga
pengaturan masalah perbatasan secara dirancang dan dikelola. Manajemen perbatasan
permanen berkelanjutan. O.J.Martinez (1994) yang efektif berarti memastikan bahwa: a.
sebagaimana dikutip I Ketut Ardhana (2007) Setiap orang dan segala sesuatu yang melintasi
mengkategorikan ada empat tipe perbatasan: perbatasan kompatibel dengan hukum,
Alienated borderland: suatu wilayah perbatasan peraturan, dan prosedur negara; b. Pengguna
yang tidak terjadi aktifitas lintas batas, sebagai didorong untuk mematuhi peraturan; dan c.
akibat berkecamuknya perang, konflik, dominasi Pelanggar diidentifikasi dan
nasionalisme, kebencian ideologis, permusuhan diberhentikan/ditolak. (Michel Zarnowiecki:2011)
agama, perbedaan kebudayaan dan persaingan Untuk melakukan tiga hal ini tanpa mengganggu
etnik. perdagangan yang sah atau menyebabkan tidak
Kolaborasi pengelolaan perbatasan dapat diterima antrian, keterlambatan di
menambah efisiensi dalam pengelolaan barang perbatasan, atau kemacetan di negara yang
dan penumpang dalam kerangka perdagangan berdekatan (atau dalam negeri sendiri),
bilateral dan juga pelaku investasi. Dengan infrastruktur dan peralatan harus memadai
mendapatkan informasi secara langsung untuk mendukung prosedur yang modern.
berhubungan proses rantai pasokan dan Meskipun demikian, prosedur adalah hanya baik
sistem seawal mungkin, baik melalui portal sebagai undang-undang mengatur mereka.
single window atau langsung dengan (Zarnowiecki:2011)
pelanggan. Dalam kolaboratif pengelolaan Kecenderungan manajemen perbatasan
perbatasan, dipercaya klien akan berhak yang ada saat ini mengintegrasikan berbagai
difasilitasi, fasilitas perbatasan efisien clearance, aspek-aspek masalah dengan melibatkan
dan bahkan dapat diizinkan untuk menerapkan aktor-aktor seperti:Satu, Penjaga perbatasan
peraturan mereka dengan cara yang beda (borderguards) yang bisa merupakan petugas
(misalnya, melalui izin pengolahan post- sipil atau semi-militer yang memiliki fungsi

110
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

penegakan hukum untuk: mencegah keluar- dua kota metropolitan, tetapi dalam beberapa
masuknya tindak kejahatan atau kegiatan ilegal kasus juga berlangsung pada kota-kota kedua
lainnya; mendeteksi gangguan atau ancaman (secondary urbancities), terutama di daerah
keamanan nasional lewat kegiatan mata-mata yang sedang mengalami percepatan proses
baik di perbatasan darat maupun laut; dan industrialisasi (Riyadi,2002:3).
mengontrol pergerakan orang dan kendaraan Proses globalisasi memunculkan fenomena
yang melintasi perbatasan. geografis tanpa batas (borderless geographies),
Dua, Petugas bea cukai (customs) yang sebagaimana disebutkan oleh Kenichi Ohmae
memiliki fungsi pelayanan fiskal dan memiliki (2002:28), kondisi kartografi yang paling penting
tanggung jawab untuk: menjamin pembayaran dalam peta ekonomi lama yaitu: lokasi
cukai dilaksanakan secara benar; menjamin cadangan bahan mentah, sumber energi,
semua barang-barang yang keluar-masuk sungai, pelabuhan laut, jalur kereta api, jalan
perbatasan diidentifikasi dan dihitung dengan raya dan daerah perbatasan nasional, secara
akurat; dan melakukan suatu pembatasan– kontras telah digantikan oleh kenyataan yang
berdasarkan suatu ketentuan hukum yang sah- paling menonjol dalam peta ekonomi baru
demi kepentingan publik dan keamanan dengan hadirnya TV Satelit, jangkauan signal
nasional seperti yang relevan dengan masalah radio, jangkauan geografis surat kabar dan
kesehatan, perlindungan satwa dan tanaman majalah. Teknologi informasi adalah faktor yang
langka, perlindungan aset budaya nasional paling memungkinkan merubah hal-hal tersebut
seperti artefak kuno atau barang-barang dalam membentuk aktifitas aliran ekonomi.
peninggalan historis lainnya, dan perlindungan Bahkan batas-batas sosial sudah mulai
kepentingan dunia ekonomi atau industri menerima proses konvergensi teknologi
nasional. informasi ke dalam peta ekonomi, yang
Tiga, Petugas imigrasi (immigration services) membuat perbedaan politik menjadi kurang
yang memiliki peran untuk: menerapkan berarti.
pembatasan atau pelarangan keluar-masuk Dalam ekonomi tanpa batas (borderless
orang- orang atas dasar suatu kebijakan tertentu economy), pasar mempunyai jangkauan dan
atau alasan keamanan; memastikan mereka kekuatan yang bahkan tidak pernah
yang melintasi perbatasan memiliki surat-surat terbayangkan sebelumnya oleh Adam Smith.
yang asli dan lengkap; menerima pemasukan Menurut Teori Klasik-nya Adam Smith, aktifitas
dari pemberian visa keluar-masuk di perbatasan; ekonomi berlangsung pada lokasi yang dibatasi
mengidentifikasi dan mengidentifikasi kejahatan oleh batas-batas politik dan negara. Menurut
(trafficking atau penyelundupan baik barang Bovin dan Dauzier (dalam Gonzalez, 2001),
maupun manusia); mengidentifikasi dan dimana fungsi-fungsi baru dari sebuah wilayah
memberikan bantuan kepada mereka yang telah mulai diletakka nmelalui sebuah proses
memerlukan perlindungan mendesak gearing down. Model ini dicirikan oleh
(korban trafficking, pencari suaka/asylum perbedaan fungsional dan spesial dari kawasan
seekers, atau pengungsi/refugees). (OECD perbatasan yang ditandai oleh perubahan fungsi
Handbook,2007) politis kawasan menuju kawasan
Seiring proses globalisasi saat ini, kota- pengembangan ekonomi. Hubungan antara
kota besar maupun kawasan-kawasan teritorial dan globalisasi dapat pula dianggap
strategis di Indonesia akan berkembang sebagai dua sisi mata uang; sisi pertama,
menjadi sebuah sistem kewilayahan dimana mendorong terbentuknya sebuah ruang dunia
satu sama lainakan terikat dalam suatu sistem yang tunggal dan saling ketergantungan yang
keseimbangan dan saling ketergantungan melingkupi ekonomi global baru dan budaya;
(complementarity and interdependency). pada sisi lainnya juga memerlukan
Globalisasi dan regionalisasi tidak saja restrukturisasi dari kondisi eksisting teritorial,
menyebabkan terjadinya perubahan dan tenaga kerja (buruh), dan sebuah
dinamika sosial, spasial, dan ekonomi diantara pengembangan geografi yang baru dengan

111
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

kawasan plus dan minus, menjadi sebuah faktor Tentang Rencana Pembangunan Jangka
peluang dan tantangan. Panjang Nasional Tahun 2005-2025 juga telah
Dalam pengertian ini, dampak regional yang menegaskan bahwa orientasi pengembangan
mungkin ditimbulkan oleh globalisasi tergantung wilayah perbatasan dari inward looking menjadi
dari respon spesifik kawasan; yaitu kemampuan outward looking sebagai pintu gerbang investasi
internal dan eksternal dari suatu kawasan dan perdagangan. Dalam konteks perbatasan
tersebut dalam menjalani sebuah proses. Indonesia, hampir semua wilayah perbatasan
Peningkatan kawasan transborder (perbatasan antara Indonesia dengan negara tetangga
antar negara) sebagai bagian dari perubahan berada dalam keadaan tertinggal dibanding
geografi ekonomi dan wilayah (termasuk tenaga negara-negara tetangga. Kurangnya sarana-
kerja/buruh) dalam skala global, dihasilkan prasarana, keterbatasan transportasi,
melalui proses globalisasi dan integrasi komunikasi, pos-pos pengamanan daerah
internasional; kawasan ini disebut simply border perbatasan dan aparat keamanan di perbatasan
regions (Gonzalez,2001). AlainVanneph (dalam bukti nyata pemerintah Indonesia khususnya
Gonzalez,2001:59) menjelaskan kemunculan Departemen Percepatan Pembangunan Daerah
kawasan perbatasan antar negara (transborder Tertinggal belum efektif dalam menangani
region) sebagai: “ketika kekuatan pasar melebihi masalah di wilayah perbatasan.(Thontowi,2009).
hambatan konvensional yang dihasilkan oleh Berkaitan dengan pengelolaan wilayah
manusia dan dinamika ekonomi, menginduksi perbatasan telah diatur oleh UU No 27 Tahun
sebuah evolusi, solidaritas dan konvergensi di 200 7 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
duasisi perbatasan, dimana sebuah ruang Pulau-pulau Kecil yang mengatur rancangan
transisiter bentuk diantara mereka atau dengan kerja dan pengembangan yang masih
kata lain: sebuah kawasan ketiga dengan berorientasi pada wilayah non-perbatasan dan
semua halmenarik yang melingkupi proses terfokus pada daratan. (Mufti Makaarim,2008)
“pencangkokan”, hal ini disebut juga sebagai Hal ini mengacu pada UU no 17 Tahun 2007
cross fertilization. Pelaku tidak hanya merubah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
tetapi juga membawa pengaruh budaya yang Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang
baru atau identitas ruang budaya yang baru dari menegaskan orientasi pengembangan wilayah
kawasan yang bersebelahan. Gagasan serupa perbatasan dari inward looking menjadi outward
ialah kawasan ekonomi transnasional, dimana looking sebagai pintu gerbang ekonomi dan
masyarakat, perusahaan dan pemerintahan perdagangan. Termasuk pendekatan
saling berinteraksi dan mengorganisasikan diri kesejahteraan untuk pulau-pulau di wilayah
untuk kemudian secara bersama-sama perbatasan. Selanjutnya disebutkan bahwa
mengatur regionalactiond an peningkatan pengamanan kedaulatan dan negara kedepan
pengembangan ekonomi, perencanaan meliputi peningkatan kinerja terpadu diwilayah
transportasi, serta inisiatiflainnya. Hubungan perbatasan; pengembangan sistem
transborder tersebut dapat terdiri dari MCS(Monitoring,Control and Survaillance);
bermacam-macam aspek fungsional dengan optimalisasi pengamanan perbatasan dan
tingkat kerjasama yang lebih formal dan intensif. pulau-pulau terdepan;serta koordinasi
Wilayah perbatasan Indonesia mempunyai penanganan pelanggaran laut.
nilai strategis dalam pembangunan nasional. Berkaitan dengan perbatasan laut antara
Berlimpahnya sumber daya alam dan budaya Indonesia dengan Singapura, penetapan garis
yang akan mendukung pengembangan wilayah batas laut wilayah Indonesia dan Singapura
tampaknya belum banyak dieksplorasi secara dilakukan Konvensi Hukum Laut 1982. Pasal 15
optimal. Padahal keunggulan ini akan membuka Konvensi Hukum laut tahun 1982 telah mengatur
peluang bagi pengembangan wilayah sebagai secara garis besar tentang bagaimana
tujuan kegiatan ekonomi seperti kegiatan melakukan pembagian perairan teritorial antara
industri dan perdagangan serta pariwisata. negara-negara yang berbatasan. Cara
Dalam Undang-UndangNo 17 Tahun 2007 pembagian tersebut mengarah pada suatu

112
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

pembagian secara equidistant. Dalam konteks Zone). Garis batas laut tersebut ditentukan
perbatasan laut teritorial antara Indonesia- lebarnya oleh keberadaan pulau-pulau kecil di
Singapura adalah selat Singapura. (Adi kawasan perbatasan, yang selanjutnya
Sumardiman,2002) Pengelolaan wilayah diperlukan/berfungsi sebagai penentu titik
perbatasan dewasa ini menjadi semakin batas/garis pangkal kepulauan. Belum
penting, mengingat logika ekonomi yang lengkapnya sarana dan prasarana/fasilitas Pos
membutuhkan ruang yang lebih luas, tidak lagi Pengawas Batas Laut telah menyebabkan
disekat-sekat oleh border state. Perbatasan terjadinya pelanggaran batas laut baik yang
Indonesia-Singapura selama ini belum dilakukan oleh aparat negara tetangga maupun
termaksimalkan, meski memiliki potensi yang nelayan/masyarakatnya dan kegiatani llegal
besar untuk memberikan kontribusi terhadap lainnya seperti pencurian ikan, pencurian pasir
peningkatan ekonomi Indonesia. Potensi yang laut,dan lain sebagainya.
dimiliki antara lain posisi selat Singapura yang Beberapa bagian dari garis batas terutama di
strategis (Sumardiman, 2002), kandungan perbatasan laut belum disepakati secara
potensi mineral kuarsa dan timah yang berumur menyeluruh. Permasalahan yang sering muncul
Karbon, Permdan Trias (Cobing,1992), serta di perbatasan laut adalah
Pulau Batam dan Pulau Bintan serta Karimun berubahnya/bergesernya garis pangkal yang
yang memiliki basis ekonomi yang dapat diakibatkan oleh pergeseran titik dasar/titik
dikembangkan (peluang untuk pengusaha pangkal dari pulau-pulau kecil terpencil yang
Singapura untuk berinvestasi), antara lain, implikasinya menyebabkan kerugian bagi negara
meliputi perikanan tangkap, mariculture secara ekonomi dan lingkungan. Ketersediaan
(budidaya laut), pariwisata bahari, migas, industri prasarana dan sarana, baik sarana/prasarana
bioteknologi, industri dan jasa maritim, serta wilayah maupun fasilitas sosial-ekonomi
industri lainnya. masih jauh dari memadai. Jaringan jalan dan
Dalam menghadapi persoalan perbatasan angkutan perhubungan laut masih sangat
yang tidak kunjung selesai, peran CSO(dalamhal terbatas, karena tidak memiliki keterkaitan sosial
ini Badan Pengelola Perbatasan) sangat maupun ekonomi dengan wilayah lain. Kondisi
dibutuhkan dalam mendorong para stakeholders sarana dan prasarana komunikasi seperti
untuk lebih serius lagi dalam mengatur wilayah pemancar atau transmisi radio dan televisi,
perbatasan Indonesia. Sudah adanya upaya dari perhubungan serta sarana telepon di kawasan
CSO dalam mengawasi, misalnya dengan perbatasan umumnya sangat minim. Minimnya
diadakannya seminar, workshop yang bekerja aksesibilitas dari dan keluar kawasan
sama dengan instansi pemerintah, publikasi perbatasan wilayah merupakan salah satu faktor
buku- buku mengenai manajemen perbatasan yang turut mendorong orientasi masyarakat
yang ditujukan kepada masyarakat umum, para yang cenderung berkiblat aktifitas sosial
stakeholders, untuk memberi masukan dan lebih ekonominya kenegara tetangga yang secara
baik lagi dalam mengatur perbatasan Indonesia jangka panjang dikhawatirkan akan
yang luas dan strategis ini. Namun,ada memunculkan degradasi nasionalisme
beberapa masukan untuk stakeholders, masyarakat yang tinggal diperbatasan.
CSO,dan masyarakat bagi isu-isu perbatasan Kondisi umum pengelolaan batas wilayah
yang mendesak yang perlu segera diatasi dan negara dan kawasan perbatasan selama ini,
membutuhkan kerja sama yang akan menjadi kenyataan menunjukkan masih belum dilakukan
agenda untuk ke depannya. secara terpadu dengan mengkonsolidasikan
Kondisi eksisting perbatasan Indonesia seluruh sektor terkait, mengingat belum ada
adalah: Kawasan perbatasan laut Indonesia lembaga pengelolanya hingga sampai
meliputi Batas Laut Teritorial (BLT), Batas Zona terbentuknya Badan Nasional Pengelola
Ekonomi Eklusif (ZEE), Batas Landas Kontinen Perbatasan (BNPP), sesuai dengan Peraturan
(BLK), Batas Zona Tambahan (BZT), dan Batas Presiden No 12 Tahun 2010. (Badan Pengelola
Zona Perikanan Khusus (Special Fisheries Perbatasan Nasional, 2011) Dari data yang

113
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

dikeluarkan Otorita Batam (OB) diperoleh Bintan dapat diposisikan sebagai frontliner
gambaran jumlah realisasi investasi asing investasi dan perdagangan global dengan
dikawasan bebas Batam selama 2011 tercatat Singapura sebagai jembatannya, untuk jangka
mencapai US$105 juta. Data BP Batam pendek dan menengah.
menunjukan perkembangan realisasi investasi Untuk jangka panjang, dengan segenap
dilihat dari penerbitan Izin Usaha Tetap (IUT) potensi yang dimilikinya, Batam-Bintan harus
pada tahun 2011 lebih besar jika dibandingkan mampu secara mandiri memposisikan diri
tahun 2010. Pada 2011 untuk penanaman modal sebagai kawasan investasi yang menjadi pilihan
asing mencapai 91 PMA dengan total nilai bagi investor-investor dunia. Positioning diatas
investasi US$105juta. Sementara realisasi pada penting sebagai stimulator bagi peningkatan
2010 tercatat 58 PMA merealisasikan aplikasi Pulau Batam sebagai tempat investasi yang
investasinya dengan nilai US$ 72,5juta. (Bisnis menarik dimasa mendatang sehingga mampu
Indonesia,11 Januari 2012). Jumlah investasi mentransformasikan diri menjadi Kawasan
berasal dari pemerintah 20 persen, 47 persen Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI) yang
dari swasta domestik, dan 33 persen investasi tangguh dan berdayasaing tinggi. Salah satu hal
swasta asing.(Nasution). yang turut memberikan kontribusi terhadap
Lebih lanjut daya saing ekspor Kepulauan belum optimalnya pengelolaan dan
Riau ke Singapura lebih potensial dibanding penanganan permasalahan perbatasan adalah
wilayah-wilayah perbatasan lain di Indonesia. belum adanya suatu lembaga yang secara
Konsep daya saing disini maksudnya adalah khusus mengelola keseluruhan aspek
berkaitan dengan bargaining position. Seperti pengelolaan perbatasan, baik di tingkat
yang diungkapkan oleh Riswan da Imawan nasional maupun didaerah.
(2002), konsep daya saing, pada dasarnya Kalau mengacu pada UU no. 22 tahun 1999
menjelaskan upaya peningkatan bargaining tentang Otonomi Daerah, pengaturan tentang
position dalam rangka memaksimalkan pengembangan kawasan perbatasan secara
pencapaian tujuan kita berhadapan dengan hukum berada dibawah tanggungjawab
posisi dan tujuan pihak lain. (Riswanda,2002:79- Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
80) Dengan melihat data komparasi tersebut, Kewenangan pemerintah pusat hanya ada pada
memang potensi yang dimiliki oleh perbatasan pintu-pintu perbatasan (border gate) yang
Indonesia-Singapura, dalam hal ini provinsi meliputi aspek kepabeanan, karantina, serta
Kepulauan Riau sangat memungkinkan untuk keamanan dan pertahanan (CIQS).
dikembangkan, ditingkatkan, sehingga memiliki Namun dalam pelaksanaannya, pemerintah
daya saing ekspor dan investasi yang lebih daerah belum melaksanakan kewenangannya
tinggi dibanding sekarang. tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa
Kedudukan strategis Kepulauan Riau factor: (1). Belum memadainya kapasitas
(terutama Batam dan Bintan) terhadap posisi pemerintah daerah dalam pengelolaan
Singapura memberikan peluang pengembangan kawasan perbatasan mengingat
Kepri melalui penetapan peran sinergis terhadap penanganannya bersifat lintas administrasi
kebutuhan pengembangan Singapura, baik wilayah pemerintahan dan lintas sektoral,
untuk jangka pendek maupun menengah, serta sehingga memerlukan koordinasi dari institusi
tetap berorientasi dalam menangkap peluang yang secara hierarkis lebih tinggi; (2) Belum
global pada jangka panjang. Bagi Singapura, terealisasinya peraturan dan perundangan
Batam-Bintan dapat diposisikan sebagai tempat mengenai pengelolaan wilayah perbatasan; (3)
untuk menampung possitive spillover effect Terbatasnya anggaran pembangunan
kegiatan industri dan kegiatan transhipment pemerintah daerah; (4) masih adanya tarik
yang sudah tidak tertampung. Dengan demikian menarik kewenangan pusat-daerah.
Batam-Bintan dapat memainkan peranannya Dengan membaca permasalahan
sebagai extension industri bagi Singapura. berdasarkan analisis SWOT yang membagi
Sedangkan bagi international market, Batam- permasalahan kedalam 4 (empat) hal yaitu

114
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

strength, weakness, opportunities dan perbatasan mengingat penanganannya bersifat


threatness, maka didapat sebagai berikut: lintas administrasi wilayah pemerintahan dan
Strength (Kekuatan) (Secara geologi, perairan lintas sektoral, sehingga memerlukan koordinasi
Batam merupakan daerah jalur granit yang dari institusi yang secara hierarkis lebih tinggi;
kaya dengan potensi mineral kuarsa dan timah Belum terealisasinya peraturan dan
yang berumur Karbon, PermdanTrias; Potensi perundangan mengenai pengelolaan wilayah
yang sangat besardi sektor pariwisata, budidaya perbatasan; Terbatasnya anggaran
ikan dan industry; Posisi Selat Singapura/Selat pembangunan pemerintah daerah; masih
Malaka sebagai jalur lalu lintas terpadat yang adanya tarik menarik kewenangan pusat-
menghubungkan dua kutub kekuatan ekonomi daerah).
dunia (Jepang,Cina,Korea-TimurTengah,dan Menurut Tidd, Bessant, dan Pavitt, (1998)
Eropa);dan Investasi Singapura di Indonesia Perubahan lingkungan yang begitu cepat
adalah paling besar, dan sebagian besar di menuntut organisasi untuk beradaptasi secara
tanamkan di Batam dan Bintan. Weakness cepat pula dengan melakukan perbaikan terus
(Kelemahan) (Pengelolaan wilayah perbatasan menerus melalui inovasi baru. Salah satu
Indonesia yang berhadapan dengan upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
Singapura selama ini belum dilakukan secara melakukan pengembangan model. Dalam
terpadu dengan mengintegrasikan seluruh kaitannya di wilayah perbatasan,
sektor terkait; Masih lemahnya upaya pengembangan model yang dilakukan dapat
pencegahan maupun penegakan hukum mengacu pada model IBM (Integrated Border
terhadap aktivitas-aktivitas ilegal (illegal loging, Management) disesuaikan dengan kondisi dan
illegal fishing, illegal mining, human trafficking, kesiapan wilayah perbatasan Indonesia-
dll) serta gangguan keamanan di kawasan Singapura. Indonesia bisa mengajak serta
perbatasan; Masih rendahnya aksesibilitas Singapura untuk bersama-sama melakukan
informasi yang berpotensi melemahkan pengelolaan secara terpadu di wilayah
wawasan maupun rasa kebangsaan warga perbatasan kedua negara, sesuai dengan prinsip
bangsa diperbatasan; Masih minimnya sarana berbagi peran, berbagi tanggungjawab dan
dan prasarana di sebagian besar exit entry point berbagi benefit dari hasil pengelolaan bersama.
(Pos Lintas Batas) perbatasan darat maupun Dalam konteks ini, penerapan model IBM
perbatasan laut; Belum adanya suatu lembaga adalah salah satu bentuk inovasi dimana model
yang secara khusus mengelola keseluruhan Sepesial Economic Zone dan FTZ ternyata
aspek pengelolaan perbatasan, baik di tingkat belum optimal untuk mendongkrak dayasaing
nasional maupun didaerah; Opportunities wilayah-wilayah perbatasan Indonesia, termasuk
(peluang) (Kedudukan strategis Kepulauan Riau didalamnya perbatasan Indonesia-Singapura,
(terutama Batam dan Bintan) terhadap posisi disamping itu,model ini pasca Perang Dingin
Singapura memberikan peluang usai, banyak dikembangkan oleh negara-negara
pengembangan Kepri melalui penetapan peran Eropa dan berhasil memaksimalkan fungsi
sinergis terhadap kebutuhan pengembangan wilayah perbatasan. IBM secara efektif
Singapura; Bagi Singapura, Batam-Bintan dapat mengintegrasikan prosedur, proses, dan elemen
diposisikan sebagai tempat untuk data yang diterapkan secara seragam.
menampung possitive spillover effect kegiatan Hal ini relevan untuk diterapkan, mengingat
industri dan kegiatan transhipment yang sudah Indonesia (Batam-Bintan) sedang gencar untuk
tidak tertampung; Bagi international market, mendatangkan investor asing, menarik
Batam-Bintan dapat diposisikan sebagai front wisatawan dan perdagangan, terutama dari
liner investasi dan perdagangan global Singapura. Dengan berlakunya perdagangan
Singapura; Singapura adalah tujuan ekspor bebas baik ASEAN maupun internasional serta
utama Bintan-Batam); Threatness (Ancaman) kesepakatan serta kerjasama ekonomi baik
(Belum memadainya kapasitas pemerintah regional maupun bilateral, maka peluang
daerah dalam pengelolaan kawasan ekonomi dibeberapa wilayah perbatasan darat

115
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

maupun laut menjadi lebih terbuka dan perlu Alasan utama menggunakan metode
menjadi pertimbangan dalam upaya kualitatif adalah sesuai dengan tujuan penelitian
pengembangan wilayah tersebut. ini yaitu: melakukan kajian terhadap isu
kontemporer dengan permasalahan yang masih
METODE belum jelas, holistik dan kompleks serta dinamis
penuh dengan makna terutama dalam konteks
Metode yang dipergunakan dalam penelitian Penerapan Model Pengelolaan Wilayah
ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan Perbatasan Indonesia-Singapura berbasis
mengambil kasus tunggal di wilayah perbatasan Integrated Border Management (IBM) dalam
Indonesia-Singapura. Metode penelitian upaya meningkatkan daya saing investasi dan
kualitatif sering disebut penelitian naturalistik, perdagangan Indonesia di wilayah perbatasan
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi Indonesia-Singapura, yang tidak mungkin data
yang alamiah; disebut juga sebagai metode dijaring dengan metode penelitian kuantitatif.
etnographi, karena pada awalnya metode ini
lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang HASIL dan PEMBAHASAN
antropologi budaya, disebut juga penelitian
kualitatif, karena data yangt erkumpul dan Dalam melakukan analisis terhadap
analisisnya lebih bersifat kuantitatif. permasalahan penelitian ini disandarkan pada
Menurut pandangan A. Chaedar Alwasilah delapan parameter sistem manajemen
(2002:26), Penelitian kualitatif digunakan perbatasanyang terintegrasi, yaitu: (1) Hukum
sebagai istilah pembungkus yang meliputi dan Kerangka Peraturan, (2). Organisasi dan
sejumlah strategi penelitian yang sama-sama Manajemen,(3). Prosedur, (4).Sumber daya
memiliki sejumlah sifat tertentu, yang diambil manusia dan Pelatihan, (5). Komunikasi,
dari serangkaian asumsi yang saling (6).Teknologi Informasi,(7). Infrastruktur dan
berhubungan yang bersifat khas paradigma Peralatan, dan (8). Anggaran.
penelitian kualitatif. Secara spesifik, sejumlah
pakar metodologi penelitian kualitatif (seperti Hukum danKerangka Peraturan
Bogdan & Badan Pengelola Perbatasan menurut
Biklen,1992;Denzim&Lincoln,1994;Glesne&Pesh Sekretaris Badan Pengelola Perbatasan
kin,1992), telah mengidentifikasi sejumlah Kepulauan Riau, Sukardi, AMP mengacu pada
asumsi filosofis yang mendasari pendekatan UU 43 2008, dan Perda No 5 tahun 2011
penelitian kualitatif. Pertama, realitas (atau tentang pembentukan Badan Pengelola
pengetahuan) dibangun secara sosial. Karena Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau. Badan
realitas adalah suatu bentukan maka bisa ada Pengelola Perbatasan hanya memiliki
realitas jamak didunia ini. Kedua, karena realitas kewenangan pada tiga hal yaitu
(atau pengetahuan) dibentuk secara kognitif Program,Penyusunandan Pengawasan. Dalam
(dalam pikiran kita), maka dia tidak terpisahkan pandangan Edwin JH. Wuisang (Kabid Hankam
dari peneliti. Dengan kata lain, kita tidak dapat Deputi Polhukam Setkab): “Pembentukan Badan
memisahkan apa yang kita tahu dari diri kita. Ini Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)
berarti pula bahwa kita (hanya) dapat mengerti berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12
bentukan (konstruksi) tertentu secara simbolis, Tahun 2010 Tentang Badan Nasional
khususnya lewat bahasa. Ketiga, seluruh entitas Pengelola Perbatasan, merupakan komitmen
(termasuk manusia) selalu dalam keadaan pemerintah yang kuat untuk membangun
saling mempengaruhi dalam proses wilayah perbatasan. Pemerintah juga
pembentukan serentak. Oleh karena itu menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 62
sangatlah musykil kita dapat membedakan Tahun2010 tentang Pemanfatan Pulau-Pulau
secara jelas sebab dari akibat. Keempat, Kecil Terluar (PPKT), sebagai upaya untuk
karena peneliti tidak bisa dipisahkan dari yang membangun wilayah terdepan Indonesia. Pulau-
ditelitinya maka penelitian itu selalu terkait nilai. pulau kecil terluar di Indonesia perlu dikelola

116
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

karena sebagian besar PPKT merupakan secara rinci, misalnya berapa lama proses
kawasan tertinggal, tidak berpenduduk pemberian suatu izin, insentif apa yang akan
namun memiliki potensi sumber daya alam yang diberikan pemerintah kepada para investor. Jika
tinggi.” investasi diatur dengan pasal karet, pasal yang
Kalau ditelusuri lebih jauh, ketentuan masih harus diatur lebih lanjut dalam peraturan
hukum dan kerangka peraturan yang dipakai pemerintah, bukan mustahil kepastian hukum
sementara ini, dalam pengelolaan wilayah semakin jauh. Sebagai gambaran, saat ini
perbatasan Indonesia-Singapura adalah sebagai lebih100 peraturan pemerintah yang tiada
berikut: Dalam Peraturan Presiden Republik kunjung dibuat sehingga undang-undang praktis
Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang macet sebab tidak memiliki peraturan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah pelaksana.
Nasional Tahun 2004 – 2009 Bagian IV Bab 26 Banyak calon investor dari berbagai negara
disebutkan bahwa “Program Pengembangan yang menyatakan komitmen mereka untuk
Wilayah Perbatasan bertujuan untuk (1) menanamkan investasi di Indonesia. Namun,
menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui yang terjadi kemudian hanya sebatas komitmen.
penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin Berbagai hambatan dari pihak Indonesia-lah
oleh hukum internasional; (2) meningkatkan yang justru membuat mereka urung
kesejahteraan masyarakat setempat dengan menanamkan investasinya. Bukanhanya
menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya persoalan keamanan atau jaminan kepastian
serta keuntungan lokasi geografis yang sangat hukum, tetapiberbelit-belitnya urusan birokrasi
strategis untuk berhubungan dengan negara dan tidak kondusifnya kebijakan-kebijakan
tetangga”. didunia usaha juga membuat Indonesia
Kebijakan pemerintah terkait dengan upaya dipandang kurang menguntungkan bagi pihak
peningkatan keserasian pertumbuhan antar investor.
daerah antara lain adalah dengan memacu
pertumbuhan ekonomi dan mengurangi OrganisasidanManajemen
kesenjangan antar daerah dengan Lembaga atau institusi yang mempunyai
mengembangkan potensi sesuai dengan kondisi otoritas untuk mengelola kawasan perbatasan
daerah. Keserasian antar daerah diciptakan masih tampak tumpang-tindih. Banyaknya
dengan memacu pembangunan daerah yang kementerian/lembaga dan instansi yang memiliki
tertinggal dan terisolasi, seperti kawasan timur kewenangan dalam pengelolaan perbatasan
Indonesia dan beberapa wilayah di kawasan ditunjukkan dengan jumlah
barat Indonesia, serta mendukung kementerian/lembaga yang mencapai 26
pengembangan kawasan pertumbuhan lintas kementerian/lembaga”. Namun setelah tahun
batas internasional, kawasan perbatasan 2010, telah ada upaya untuk memperbaiki
antar negara, dan kawasan yang kinerja para pengelola wilayah perbatasan,
mendukung kepentingan pertahanan dengan lahirnya sebuah badan yang bernama
keamanan nasional.(Yanyan Mochamad Yani) Badan Pengelola Perbatasan Nasional. Dengan
Namun dalam penerapannya masih banyak adanya BPPN. Dalam Pasal 3 Peraturan
kelemahan, terutama berkaitan dengani Presiden Republik Indonesia Nomor12 Tahun
nvestasi. Kepastian hukum merupakan barang 2010 tentang Badan Nasional Pengeloa
yang sangat mahal. Belum lagi produk hukum Perbatasn. BNPP mempunyai tugas
yang tidak bersahabat dengan investor, menetapkan kebijakan program
misalnya Undang-Undang Ketenagakerjaan dan pembangunan perbatasan, menetapkan
perundangan yang terkait dengan perpajakan, rencana kebutuhan anggaran,
kepabeanan dan investasi. Itu ditambah lagi mengoordinasikan pelaksanaan, dan
dengan peraturan daerah berbiaya tinggi. melaksanakan evaluasi dan pengawasan
Mestinya, undang-undang yang akan dihasilkan terhadap pengelolaan Batas Wilayah Negaradan
itu bersifat lebih khusus. Artinya, mengatur Kawasan Perbatasan.

117
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

Namun dalam pelaksanaannya masih pejabat imigrasi kepada Warga Negara Asing
parsial, kebijakan-kebijakan menyangkut yang memenuhi persyaratan, pada saat tiba di
masalah perbatasan masih bersifatad-hoc, dan wilayah Indonesia melalui tempat pemeriksaan
dilaksanakan oleh dinas-dinas yang terpisah, Imigrasi tertentu.
seperti Imigrasi, Bea Cukai, BKPMD dan Namun temuan dilapangan masih
sebagainya. Menurut penuturan Sekretaris banyaknya birokrasi perizinan yang diperlama
Badan Pengelola Perbatasan Kepulauan Riau, dan dipersulit dan menjadi modus bagi aparatur
BPPKR hanya diberi kewenangan untuk pemerintahan untuk memungut biaya ekstra dari
mengelola program, penyusunan dan pengusaha. Siapa yang protes, siap-siap barang
pengawasan, sedangkan pembangunan ditahan di pelabuhan. Itu sebabnya survei Doing
menjadi kewenangan SKPD. Disamping itu, Business yang dilakukan Bank Dunia
Badan Pengelola Perbatasan belum sampai ke menempatkan Kota Batam diurutan ke-15 dalam
daerah terkecil (kabupaten/kota dan daftar kota yang memiliki iklim bisnis terbaik.
kecamatan). Seperti contohnya Batam, sampai Batam justru kalah dibandingkankota-kota lain di
saatini (2013) ternyata belum memiliki Badan Indonesia yang sama sekali tidak ada status
Pengelola Perbatasan.(Haluan Kepri,08 Januari khusus seperti FTZ. (Bisnis Kepri.com,2012)
2013). Dalam riset yang dilakukan Bank Dunia
Untuk mengatasi hal tersebut, perlukiranya terhadap 20 kota di Indonesia, ada tiga kategori
BPPPKR diberi kewenangan yang lebih luas yang disurvei yaitu kemudahan dalam
untuk menjadi koordinator dalam semua aspek pendirian usaha, izin mendirikan bangunan, dan
yang menyangkut masalah perbatasan. Dalam kemudahan mendaftarkan properti. Dari 20 kota
konteks ini, struktur organisasi juga melibat yang dikaji, mendirikan usaha menghabiskan
sertakan dinas-dinas lain dalam satu kerangka rata-rata 9 prosedur, 33 hari dan biaya 22%
tugas dan organisasi, baik bersifat hierarkis dari pendapatan perkapita nasional. Temuan ini
maupun koordinatif. Bahkan goal-nya 13 hari lebih cepatd an 8% lebih murah
diharapkan mampu menjadikan BPPPKR dibandingkan dengan pengukuran yang
sebagai bentuk pelayanan satu atap atau dilakukan tahun 2010. Namun demikian secara
melakukan pelayanan terintegrasi menyangkut keseluruhan, Indonesia masih tertinggal jauh
segala persoalan dalam pengelolaan perbatasan dari rata-rata Asia-Pasific Economic Cooperation
dalam wujud singleface diwilayah perbatasan. (APEC).
Perubahan kearah singleface, bisa mengacu
pada pola yang dipakai di Amerika Serikat yang SumberDayaManusiadanPelatihan
mampu mengkoordinasikan lembaga terkait Kinerja pelayanan BP-Perbatasan
dalam satu lembaga pengelolaan perbatasan. Kepulauan Riau diharapkan dapat berjalan
selaras dengan sasaran yang telah ditetapkan
Prosedur pada Rencana Induk Pengelolaan Batas
Menurut hasil observasi yang dilakukan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan tahun
peneliti, memang dalam pelaksanaan 2011-2014, yaitu: (a) Meningkatkan kualitas
dilapangan masih belum adanya sistem yang sumberdaya manusia di kawasan
terintegrasi, artinya masih dilakukan oleh perbatasan; (b) Mengembangkan ekonomi lokal
bagian-bagian khusus yang tersebar. Seperti dikawasan perbatasan; (c) Mewujudkan
contoh untuk kedatangan orangasing, Batam- pemberdayaan masyarakat kawasan
Bintan telah menetapkan VoA (Visaon Arrival). perbatasan, termasuk komunitas adat terpencil;
VisaOnArrival (VOA) atau Visa Kunjungan Saat (d) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur
Kedatangan diberikan kepada Warga Negara kawasan perbatasan, termasuk infrastruktur
Asing yang bermaksud mengadakan kunjungan pertahanan dan keamanan kawasan
ke Indonesia dalam rangka wisata, kunjungan perbatasan; (e) Menyelenggarakan penataan
sosial budaya, kunjungan usaha, atau tugas ruang dikawasan perbatasan; (f) Memungkinkan
pemerintahan. Visa On Arrival diberikan oleh berlangsungnya kegiatan investasi dan

118
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

pemanfaatan potensi sumberdaya kawasan Peningkatan tersebut di atas, bersama


perbatasan, dan (g) Meningkatnya kapasitas dengan layanan order satuan-satuan di
pemerintah daerah dan juga SKPD terkait dalam perbatasan dan instruksi dalam Badan
mengelola kawasan perbatasan. Pengelola Perbatasan harus menciptakan
Sasaran-sasaran tersebut dapat dipandang kondisi yang tepat untuk personil untuk
sebagai mandat yang diberikan kepada BP- bertanggungjawab atas pengumpulan,
Perbatasan untuk dilaksanakan dengan sebaik- pendistribusian dan tindak lanjut dari informasi
baiknya. Mengingat BP-Perbatasan baru yang berkaitan dengan masalah perbatasan.
dibentuk 4 Agustus 2011, maka kinerja Sepertiyang dikemukan oleh Manfred
pelayanan belum dapat diukur. Hanya saja, jika Summereder (2006): Implementation of the
mandat tersebut dibandingkan dengan kondisi newo rganizational structure of the ASP and
riil di lapangan, maka terlihat masih lebarnya usage of the extra capacities of Itshall create
kesenjangan (gap) antara harapan dan better conditions for communication within BMP
kenyataan. and between BMP and other structures of ASP.
Jika kondisi ini dibandingkan dengan mandat The above mentioned improvements, together
yang dibebankan kepada BP-Perbatasan, with ASP service orders and instructions within
khususnya di dua mandat yaitu (i) BMP should create proper conditions for
mengembangkan ekonomi lokal di kawasan personnel to be responsible for collection,
perbatasan, dan(ii) meningkatkan ketersediaan distribution and follow-up of information related
infrastruktur kawasan perbatasan, maka jelas to the fight against cross-border crime.
bahwa mandat ini masih memerlukan perjalanan
panjang untuk mewujudkannya. Ekonomi lokal Teknologi Informasi
tidak akan dapat berkembang jika masalah Berdasarkan hasil observasi, secara umum
keterisolasian belum terpecahkan, dan teknologi informasi yang dimiliki oleh BPPPKR
ketersediaan infrastruktur belum dapat dikatakan perlu untuk memiliki sistem ang lebih cepat
meningkat jika infastruktur jalan masih untuk transmisi data antara Pos Pelayanan.
dikeluhkan masyarakat. Juga perlu adanya peningkatan dan kerjasama
yang memungkinkan komunikasi internet
Komunikasi dengan lembaga internal da ninternasional untuk
Dilihat dari sisi pola komunikasi antar tujuan pertukaran dan memverifikasi informasi
lembaga-lembaga terkait di wilayah perbatasan lebih cepat dan lancar.
Indonesia-Singapura, pola hubungan antara Setelah penataan perangkat IT yang lebih
pengelola perbatasan di Provinsi Kepulauan baik, maka tahapan selanjutnya adalah
Riau masih parsial dan terbagi dalam satuan- mendaftarkan semua orang dan kendaraan
satuan terpisah, seperti kantor imigrasi (untuk yang masuk dan keluar Indonesia(Batam-
menangani keluar masuk orang dan barang), Bintan). Sistem ini terhubung dengan satuan-
BKPMD (untuk menangani investasi), Dinas satuan yang menangani masalah perbatasan
Perdagangan Daerah (untuk menangani ekspor- dan database Interpol dan memungkinkan
import), dan BPPPKR (Badan Pengelola Badan Pengelola Perbatasan untuk melakukan
Perbatasan Provinsi Kepulauan Riau) belum kontrol orang dan kendaraan curian masuk dan
menjadi satu kesatuan yang utuh. keluar Batam- Bintan. Hal ini juga memberikan
Implementasi struktur organisasi kemungkinan untuk membantu dalam
berdasarkan IBM adalahd engan penggunaan mengidentifikasi calon korban perdagangan dan
kapasitas tambahan IT yang diarahkan untuk atau sejenisnya. Setelah pelaksanaan bertahap,
menciptakan kondisi yang lebih baik dalam prosedur komunikasi dan pelaporan akan
komunikasi di dalam Badan Pengelola menjadi standar dan harus tersedia bagi petugas
Perbatasan dan antara Badan Pengelola yang berwenang. Struktur baru BMP
Perbatasan dengan struktur lain dari satuan- menyediakan untuk pembentukan pusat
satuan yang menangani masalah perbatasan. operasi regional BPPPK terhubung ke pusat

119
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

operasi pusat. Disarankan diimplementasikan 39 kecamatan. (Polhukam, 21 Oktober 2011)


dan dipelihara seperti yang direncanakan. Sementara Pemerintah Kepulauan Riau
BPPPK harus dilengkapi dengan IT dan mengusulkan anggaran pengelolaan perbatasan
peralatan komunikasi yang mutakhir untuk sebesar Rp 5 triliun pada tahun 2013. BNPP
menjamin komunikasi yang cepat dan aman dan pada tahun ini mengalokasikan anggaran
transmisi perintah dan instruksi. sebesar Rp179 miliar untuk pengelolaan
perbatasan Kepri. Sementara Pemerintah Kepri
Infrastruktur dan Peralatan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 6,6 miliar
Secara keseluruhan infrastruktur modern untuk Badan Pengelola Perbatasan Kepri.
telah tersedia untuk mendukung kegiatan Anggaran pengelolaan perbatasan yang
investasi didaerah ini. Jalan beraspal, jalan raya, dialokasikan pemerintah pusat dalam setiap
dan jembatan telah dibangun di sekitar daerah tahun cukup besar, karena itu harus dapat
yang memiliki pranata ke semua pusat kegiatan memanfaatkan untuk membangun dan
ekonomi. Daerah ini juga mudah diakses mengawasi kawasan perbatasan Kepri.
melalui udara dan laut dari daerah lain di Kementerian yang berhubungan dengan tugas
Indonesia maupun dari negara tetangga. Secara BadanNasional Pengelola Perbatasan sebanyak
umum sarana dan prasarana yang dimiliki oleh 18 lembaga. Kementerian itu berhubungan
Provinsi Kepulauan Riau terutama Pulau Batam dengan satuan kerja baik di tingkat provinsi
sudah cukup memadai. Batam memiliki jaringan maupun kabupaten/kota.
jalan beraspal dan jalan raya sepanjang 1.154 Program yang diajukan Pemerintah Kepri
km yang dihubungkan oleh enam jembatan pada tahun2013 berhubungan dengan sektor
kepulau-pulau tetangganya. Bandara pembangunan, pengawasan perbatasan,
HangNadim dapat menampung 3,3 juta pendidikan, transportasi dan kesehatan. Bantuan
penumpang setiap tahunnya, dan ini akan itu tidak hanya dilaksanakan di tingkat
meningkat menjadi 8,3 juta dengan selesainya kabupaten/kota, melainkan hingga di tingkat
pembangunan terminal baru. Batam juga kecamatan. Namun anggaran yang ada, belum
menawarkan empat pelabuhan kargo dan lima dikelola oleh Badan Pengelola Perbatasan
terminal feri. melainkan diserahkan pada SKPD-SKPD terkait.
Dengan demikian, meskipun sarana dan Program yang diajukan kepada BNPP
prasarana sekarang sedang terus merupakan usulan dari satuan kerja di
ditingkatkan, namun belum mampu secara Pemerintah Kepri dan pemerintah
optimal menunjang perkembangan Kepulauan kabupaten/kota di wilayah tersebut sehingga
Riau yang terus bertumbuh. Oleh karena itu, tidak akan terjadi tumpang tindih kebijakan.
penambahan sarana dan prasara penunjang Dengan demikian untuk anggaran tidak
kemajuan diwilayah ini harus secara kontinyu terlalu masalah, sebab alokasi yang
ditingkatkan, mengingat perkembangan dicanangkan cukup besar, tinggal bagaimana
diwilayah ini terus bertumbuh. memenej keuangan yang ada sesuai dengan
tujuan dan tidak ada penyimpangan anggaran.
Anggaran Sebab penyimpangan anggaran saat ini sedang
Sesuai dengan kebutuhan di lapangan, menjadi trend di setiap lini dalam
BNPP awalnya membutuhkan dana Rp 4,3 pemerintahan sekarang. Namun kalau Badan
triliun. Namun, dengan dana yang ada untuk Pengelola Perbatasan akan diarahkan pada
2012 akan dipakai dalam program grand desain model IBM yang mengarah pada single face di
25 tahun, 5 tahundan tahunan. Untuk tahun wilayah perbatasan, bukan hanya masalah
2012, dana Rp 2,48 triliun untuk12 provinsi mulai kewenangan yang harus diperbaiki, namun
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, juga dukungan anggaran yang cukup besar,
NTB hingga Papua, 24 kabupaten seperti mengingat masih banyaknya kendala
Sambas dan Bengkayang di Kalimantan Barat, pengelolaan perbatasan saat, juga proses
Malinau dan Nunukan di Kalimantan Timur serta penyatuan lembaga-lembaga yang ada,

120
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

perludukungan sistim TIK (Teknologi Informasi secara ad-hoc, sementara (temporer) dan
dan Komunikasi) yang lebih modern. parsial, disamping itu masih adanya dualisme
pengelolaan antara Pemerintah Daerah dengan
KESIMPULAN BP- Batam.
Mekanisme perdagangan dan perijinan
Kendala dalam Pengelolaan Wilayah perusahaan untuk melakukan semua transaksi
Perbatasan Indonesia-Singapura (Batam- bisnis mereka melalui pelayanan satu kantor,
Bintan) adalah Kendala Geografis (luasnya sedangkan prosedur investasi diwilayah
kawasan perbatasan laut, terancamnya garis perbatasan Indonesia-Singapura, BP Batam
batas dan kaburnya titik koordinat di memiliki kebijakan satu atap, dan BP Batam
perbatasan), Kendala Hukum (lemahnya hukum memberikan jaminan bahwa proses persetujuan
dan peraturan perundang-undangan aplikasi tidak lebih dari 20 hari kerja. Namun
perbatasan, melembaganya perdagangan ilegal masih ditemukan birokrasi perizinan yang
dan penyelundupan manusia untuk tenaga kerja diperlama dan dipersulitdan menjadi modus bagi
ilegal di Malaysia dan Singapura, rendahnya aparatur pemerintahan untuk memungut biaya
penegakan supremasi hukum), Kendala ekstra dari pengusaha.
Manajemen (pengelolaan kawasan perbatasan Penerapan IBM (Integreted Border
oleh multi sektor, baik vertikal maupun Management) dalam pengelolaan perbatasan
horisontal, belum memadainya sumberdaya Indonesia-Singapura yang memberikan
yang ada pada Badan Pengelola Perbatasan dukungan terhadap daya saing investasi dan
Provinsi Kepulauan Riau, adanya pergeseran perdagangan Indonesia adalah Konsep
orientasi pembangunan kawasan perbatasan, Dokumen Administratif Tunggal (SAD) dan
dan Interaksi global yang semakin meningkat SingleWindow. Sistemd okumen tunggal
melalui perdagangan bebas, prosperiti, social- kepabeanan (single administrative
security dan kesetaraan terhadap akses document/SAD) di Batam, Bintan, dan Karimun,
perekonomian), serta Kendala Keamanan sudah berlaku mulai Desember 2006, namun
(persoalan transnational crime seperti masih dilakukan di bea cukai, dan masih belum
penyelundupan, perdagangan narkotika dan terintegrasi dengan imigrasi, serta Badan
trafficking). Meskipun pemerintah telah Pengelola Perbatasan Daerah Kepulauan Riau.
mengeluarkan regulasi baru, pembentukan Penerapan Single Window diwilayah perbatasan
Badan Pengelola Perbatasan di tingkat Indonesia-Singapura belum optimal, meskipun
nasional dan daerah, penambahan infrastruktur, secara nasional Indonesia telah memiliki
peningkatan anggaran, serta perbaikan kinerja Indonesia National Single Window (INSW) yang
unit-unit pengelola perbatasan mengacu pada merupakan suatu sistem layanan publik yang
standarisasi internasional, namun karena terlalu terintegrasi, yang menyediakan fasilitas
besarnya kendala yang dihadapi, sejauh ini pengajuan, pertukaran dan pemrosesan
belum mampu menanggulangi kendala yang informasi standar secara elektronik, guna
dihadapi. menyelesaikan semua proses kegiatan dalam
Karakteristik pengelolaan wilayah penanganan lalu lintas barang ekspor dan
perbatasan yang berbasis IBM (Integrated impor, untuk meningkatkan daya saing
Border Management) berupa pengorganisasian perekonomian nasional.
dan pengawasan kegiatan lembaga/perangkat
perbatasan untuk memenuhi tantangan bersama
dengan cara memfasilitasi pergerakan orang REFERENSI
dan barang yang sah dalam rangka menjaga
perbatasan yang aman dan memenuhi Agoes, Soekrisno dan I Cenik Ardana. 2009.
persyaratan hukum nasional, belum dilakukan Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
secara terpadu dengan mengintegrasikan Membangun Manusia Seutuhnya. Salemba
seluruh sektor terkait dan masih ditangani Empat. Jakarta.

121
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

Abu Bakar Jaafar & Mark J. Valencia. 1985. Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang Moon. 2003.
Management of the Malacca/Singapore From Adam Smith to Michael Porter:
Straits: Some Issues, Options and Evolusi Teori Daya Saing. Jakarta:
Probable Responses, Akademika No 26, Salemba Empat.
Januari 1985. Cohen L. Lawrence M and Keith M. 2000.
Ade P. Nasution, Lahan, Ekonomi Rente dan Research Methods in Education. Fifth
Keadilan Ekonomi, Batam Pos, 24 Mei Edition. London and New York : Routledge.
2012. C.S. George Jr. 1972. The History or
Aditya Batara G & Beni Sukadis. 2007. Border Management Thought, ed. 2nd. Upper
Management Reform in Transition Saddle River, NJ. Prentice Hall.
Democracies. The Geneva Centre for the Coulter, Mary. 2002. Strategic Management in
Democratic Control of Armed Forces, First Action. 2nd ed. New Jersey: Prentice Hall.
Edition. Cobing, EJ., 1992, The granite of the South-
Adler, P.A and Adler P. 1994. Observational Easth Asian Tin Belt. London: British
Techniqees. In N.K. Geological Survei.
Denzin and Y.S. Lincoln (ed) Handbook of David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis:
Qualitative Research. London: Sage. Konsep-konsep (Edisi Kesembilan). PT
Agung Djojosoekarto dkk (editor). 2011. Indeks Kelompok Gramedia. ISBN 979-
Rumusan Rekomendasi Kebijakan 683-700-5.
Pengelolaan Perbatasan di Kepulauan Dahuri. Rokhmin. 2009. Enhanching
Riau. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Sustainable Ocean Development. Jakarta:
Tata Pemerintahan (Partnership) Penerbit Anada.
Azis, H.A. 2010, „The bridge of Batam, Bintan Departemen Pemukiman dan Prasarana
and Karimum to Singapore: FTZs and Wilayah. Dirjen Penataan Ruang. 2002.
investment opportunities‟, speech Strategi Konsep Pengembangan Kawasan
presented 16 March 2010, at the Traders Perbatasan Negara. Bahan Rapat
Hotel, Singapore by Chairman of the Kebijakan dan Program Pengembangan
Budget Committee of the House of dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan.
Representatives and Member of Parliament Bappenas, 8 Agustus 2002.
from Riau Archipelago, Republic of Djiwandono, J. Soedjati, 1981, “Hubungan
Indonesia. Indonesia dengan Negara- negara Asia
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Tenggara Lainnya” dalam Hadi Susastro
Republik Indonesia. 2011. Desain Besar and AR.Sutopo [ed], Strategi Hubungan
(Grand Design) Pengelolaan Batas Wilayah Internasional, Indonesia di Kawasan Asia-
Negara dan Kawasan Perbatasan 2011- Pasifik”, Jakarta, CSIS.
2025. Drucker, Peter. 1946. Concept of Corporation.
Bob S. Hadiwinata. 2002. Politik Bisnis John Day Company.
Internasional. Jogjakarta: Kanasius. Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch.
Bruton, G., Ahlstrom, D. and Wan, J. (2004). 2001. Bisnis Internasional (buku satu)
Turnaround in East Asian firms. Strategic terjemahan Syahrizal Noor. Jakarta:
Management Journal, Vol. 24. Salemba Empat.
Burhan Tsani. 1990. Hukum dan hubungan E. Canciani. 2011. Integrated Border
internasional. Yogyakarta: Liberty. Management: An Eastern partnership

122
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

Flagship initiative. General Coordination Hill, H. 1996. The Indonesian Economy since
European Commission. 1966: Southeast Asia’s Emerging Giants.
Ediar Usman dkk. 2005. Pemetaan Geologi dan Cambridge: Cambridge University Press.
Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral Ida Bagus Wyasa Putra. Hukum Internasional:
Bersistem (LP 1017) Batam – Riau Perspektif Bisnis Internasional. Bandung:
Kepulauan. Balitbang Geologi Kelautan: Refika Aditama.
Departemen Energi dan Sumber Daya Institute for Defense, Security and Peace
Mineral. Studies (IDSPS), Pengelolaan dan
Farrel, M.J. 1957. The Measurement of Pengamanan Wilayah Perbatasan, Jakarta,
Productive Efficiency. Journal of the Royal April 2009.
Statistic Society, Series A, CXX, Part 3, J. David Hunger & Thomas L. Whelan. 2003.
253-290]. Manajemen Strategi. Terjemahan Julianto.
Gerard McLinden, Enrique Fanta, David Jogjakarta: ANDI.
Widdowson, Tom Doyle; Editors. 2011. J.L Brierly. 1955. Law of Nations. London:
Border Management Modernization. Oxford at the Clarendon Press.
Washington DC: Th e International Bank for J.R.V.Prescott, The Geography of Frontiries
Reconstruction and Development/The and Boundaries (London,1965), dan V.
World Bank. Adami, National Frontiers in Relation to
Green, N. A. Maryan. 1978. International Law. International Law (London, 1927).
London: Pitman Publishing. Gonzalez, John Tessitore dan Susan Woolfson (eds.), A
Alfredo. 2001. House societies vs. kinship- Global Agenda: Issues Before the 55th
based societies: Anarchaeological case General Assembly of the United Nations
from Iron Age Europe. (New York: Rowman & Littlefoeld
Gunawan Sumodiningrat. 1998. Membangun Publisher, Inc., 2000)
Perekonomian Rakyat. Pustaka Pelajar- Jones, Stephen B. 1945. Theory of Boundary
IDEA (Institute of Development and Making: A Handbook for Statesmen Treaty
Economic Analysis). Editor, and Boundary Commissioner, dalam
Hadi, S. 2008. Program Pembangunan Sutisna, Sobar dkk. 2011. Rekomendasi
Kawasan Perbatasan. Direktur Kawasan Kebijakan Pengelolaan Perbatasan di
Khusus Daerah Tertinggal. Bappenas. Indonesia. Jakarta: Kemitraan bagi
Haruhiko Kuroda, Masahiro Kawai, Rita Nangia. Pembaruan Tata Pemerintahan.
2007. Infrastructure and Regional Kenichi Ohmae. 2002. Hancurnya Negara
Cooperation. Chiyoda : Asian Development Bangsa. Terj. Dari The End of the Nation
Bank Institute. State: The Rise of Regional Economies.
Heri Muliono. 2001. Merajut Batam Masa Jogjakarta: Qalam.
Depan. Jakarta : Pustaka LP3ES Kim, W. Chan dan Renee Mauborgne. 2012.
Indonesia. Blue Ocean Strategy: Strategi Samudera
Hettne,B. The New Regionalism : A Prologue. Biru. Terj. Satrio Wahono. Jakarta: PT.
In Hettne,B. (ed), The New Regionalism Serambi Ilmu Semesta.
and the Future of Security Development, Koontz, Harold dan Cyril O‟Donnel. 2007.
Vol.4.2000. London : Macmillan. Essentials of Management. Seventh
Edition. New Delhi: Tata McGrew-Hill
Publishing Company Limited.

123
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Marine Cadastre and Coastal Zone
Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Management.
Erlangga. Neuman, Lawrence W. 1991. Social Research
Lester C. Thurow. 1996. The future of Method, Qualitative and Quantitative
capitalisme how todays economic forces Approahes. New York: Allyn & Bacon A
shape tomorrows world. London: Nicholas Viacom Company.
Brealet Publishing. Nugroho, I. dan R. Dahuri. 2004. Pembangunan
Lee, Yong Leng. 1988. The Razor’s Edge: Wilayah: Perspektif ekonomi, sosial dan
Boundaries and Boundary Disputes in lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta :
Southeast Asia. Research Notes and Pustaka LP3ES.
Discussion Paper No. 15. Singapore: Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld. 2008.
Institute of Southeast Asia Studies. Ekonomi Internasional: Teori dan
Malcolm N Shaw QC. 2013. Hukum kebijakan. Jilid 1, Edisi 5. Diterjemahkan
Internasional, edisi Keenam (ke-6). oleh Faisal H. Basri, Haris Munandar.
Bandung : Nusamedia. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Martinez, O.J. 1994. Border People: Life and Porter, Michael E. 1980. Competitive Strategy:
Society in the US-Mexico Borderlands. Techniques for Analizing Industries and
Tucson: University of Arizona Press Competitors. New York: The Free Press.
Ministry of Defence (2003). Defending The Porter, Michael E. 1990. The Competitive
Country Entering the 21st Century. Jakarta: Advantage of Nations. 6th ed. London &
Ministry of Defence, hlm 24-25. Basingstoke: Macmillan Press.
Miles, M.B & Huberman, A.M. 1994.Qualitative Porter, Michael E. 1998a. “Clusters and the
Data Analysis. 2end ed. Newbury Park : New Economics of Competitions”. Harvard
Sage. Business Review, November-Desember.
Michel Zarnowiecki. 2011. Borders, their Porter, Michael. 1996. "What is Strategy?".
design, and their operation, Border Harvard Business Review.
Management Modernization. Robbins, Stephen dan Mary Coulter. 2007.
Macleod, S. and T. McGee (1996), „The Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall
Singapore–Johore–Riau Growth Triangle: Riswandha Imawan, Peningkatan Daya Saing:
an emerging extended metropolitan region’, Pendekatan Paradigmatik-Politis, Jurnal
in F. Lo and Y. Yeung (eds), Emerging Politika, Volume 6, Nomor I, Juli 2002.
World Cities in Pacific Asia, New York: Rizal Darmaputra. 2009. Manajemen
United Nations University Press. Perbatasan dan Reformasi Sektor
Munandar, J. M. 2004. Analisis dan Identifikasi Keamanan, Jakarta : IDSPS, DCAF.
Faktor untuk Pengembangan Tingkat Satari D. Komariah A. 2010. Metode Penelitian
Kompetisi Ekspor Komoditas Agroindustri Kualitatif. Bandung : Alphabeta.
di Indonesia. Lembaga Penelitian dan Satria, R. 2003. Untuk Eksekutif Muda :
Pemberdayaan Masyarakat. !PB. Bogor. Percikan Pemikiran Mengenai Paradigma
N. R. Hanifa, E. Djunarsjah and K. Wikantika. di Lingkungan Bisnis yang Sarat dengan
2004. Reconstruction of Maritime Boundary Perubahan. cetakan pertama. Jakarta:
between Indonesia and Singapore Using Pustaka Quantum Prima.
Landsat-ETM Satellite Image. Jakarta: Seline Trevisanut, Maritime Border Control and
the Protection of Asylum- Seekers in the

124
Kontigensi
Volume 2, No. 2, Nopember 2014, Hal. 108 - 125
ISSN 2088-4877

European Union, Touro International Law Tarmansyah. 2008. Potensi dan Nilai Strategis
Review (Vol. 12 2009). Wilayah Perbatasan Negara:
Sumardiman, Adi. 2002. Analisis dan evaluasi Permasalahan dan Solusinya. Puslitbang
hukum tentang pengaturan skema pemisah Indhan Balitbang Dephan.
lalu lintas pelayaran. Jakarta: Departemen The United Nations Trade Facilitation Network.
Hukum dan Perundang-Undangan. 2005. Integrated Border Management
Sutisna, dkk., “Boundary Making Theory dan (IBM). The World Bank Group : GFP
Pengelolaan Perbatasan Indonesia”, dalam Explanatory Notes.
Ludiro Madu (Ed.). 2010. Mengelola Wisnu Yudha AR. 2007. Reklamasi Singapura
Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa sebagai Potensi Konflik Delitimasi
Batas: Isu, Permasalahan, dan Pilihan Perbatasan Wilayah RI-Singapura, Jurnal
Kebijakan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Global Strategis, Th I, No. 2, Juli-Desember
Sutisna, Sobar dkk. 2011. Rekomendasi 2007.
Kebijakan Pengelolaan Perbatasan di
Indonesia. Jakarta: Kemitraan bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan.

125

You might also like