Professional Documents
Culture Documents
Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus Commersini Lac.) Sebagai Sumber Kalsium Dan Protein Pada Corn Flakes Alternatif Sarapan Anak Usia Sekolah
Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus Commersini Lac.) Sebagai Sumber Kalsium Dan Protein Pada Corn Flakes Alternatif Sarapan Anak Usia Sekolah
Abstract
School-aged children need adequate nutrients to support their growth. Infact, the
school-aged children in Indonesia eat a low nutritional breakfast, even many who do
not eat breakfast. An alternative solution is the manufacture of cereals that are
practical yet nutrient-dense as high in protein and calcium. The purpose of this study
was to determine the protein, calcium contents and sensory properties of Corn Flakes
based on anchovy flour as an alternative breakfast for school-aged Children. This
research uses Completely Randomized Design (CRD). Treatment is the ratio of corn
flour:anchovy flour that are 100:0, 90:10, 80:20, and 70:30. Each treatment was
repeated 5 times. The results showed an increase in the concentration of anchovy
flour gave a significant difference in protein content (Kruskal Wallis, p=0,000) and
calcium (ANOVA, p=0,000) of Corn Flakes. However, the use of anchovy flour
decreases the sensory properties of Corn Flakes in terms of color, texture, taste, and
aroma (Kruskal-Wallis, p<0.05). Conclusion, the best Corn Flakes composition of corn
flour with anchovy flour is 80:20 to obtain better sensory properties of Corn Flakes.
Consumption of 30 g of Corn Flakes TITN per day can meet the protein and calcium
needs of children aged 7-9 years by 8.96% and 45.99%.
Abstrak
Anak usia sekolah membutuhkan zat gizi yang cukup untuk menunjang
pertumbuhannya. Faktanya, anak-anak usia sekolah di Indonesia mengonsumsi
sarapan yang rendah kandungan gizinya, bahkan banyak yang tidak sarapan.
Salah satu solusinya adalah pembuatan sereal yang praktis namun padat gizi
terutama protein dan kalsium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kadar protein, kalsium dan mutu organoleptik dari Corn Flakes berbahan dasar
tepung ikan teri nasi sebagai alternatif sarapan anak usia sekolah. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan adalah perbandingan
antara tepung jagung (TJ) dengan tepung ikan teri nasi (TITN) yaitu 100:0, 90:10,
80:20, dan 70:30. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi TITN memberikan perbedaan
yang nyata pada kadar protein (Kruskal Wallis, p=0,000) dan kalsium (ANOVA,
p=0,000). Namun, penggunaan TITN menurunkan sifat sensorik dari Corn Flakes
baik dari segi warna, tekstur, rasa, dan aroma (Kruskal-Wallis, p < 0,05)..
Kesimpulan, komposisi TJ dengan TITN 80:20 disarankan untuk menghasilkan
sifat sensorik terbaik dari Corn Flakes. Konsumsi 30 g Corn Flakes TITN ini per
hari dapat memenuhi kebutuhan protein dan kalsium anak usia 7-9 tahun sebesar
8,96% dan 45,99%.
Kata kunci : Corn flakes, tepung ikan teri nasi, protein, kalsium, sifat sensorik
Gambar 1.
Proses Pembuatan Tepung Jagung
Gambar 2
Proses Pembuatan TITN
Proses Pembuatan Corn Flakes dengan dipipihkan dengan alat penggiling kayu
TITN (roller pin). Setelah itu dilakukan
Corn Flakes dibuat dengan cara TJ pencetakan dengan ukuran 2 cm x 3 cm x
dan TITN dicampur dengan proporsi 100:0, 1 mm. Setelah dicetak, adonan
90:10, 80:20, dan 70:30. Kemudian dimasukkan ke dalam oven bersuhu
diberikan penambahan 30 g margarin, 20 120ºC selama 20 menit (12). Diagram alir
g gula, 4 g garam, 30 g air, 2 g baking proses pembuatan Corn Flakes ini
soda, dan 2 g bawang putih. Campuran disajikan pada Gambar 3.
tersebut diaduk sampai homogen secara
manual. Adonan yang terbentuk kemudian
Gambar 3
Proses Pembuatan Corn Flakes dengan TITN
Nutrire Diaita, Volume 10 Nomor 1, April 2018 37
Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus Commersini Lac.) sebagai Sumber Kalsium dan Protein pada Corn Flakes Alternatif
Sarapan Anak Usia Sekolah
a. 100:0 b. 90:10
c. 80:20 d. 70:30
Gambar 4
Corn Flakes dengan beberapa perbandingan proporsi TJ dan TITN.
Tabel 1
Kadar Protein dan Kalsium Corn Flakes dengan TITN (Stolephorus commersini lac.) dalam
100 g
Variabel Perbandingan TJ dengan TITN (%:%)
100:0 90:10 80:20 70:30
-1- -2- -3- -4- -5-
Protein (g/100 g)* 8,19a 13,30b 14,64c 23,79d
Kalsium (mg/100 g)** 4,36±0,33a 784,20±3,56b 1533,20±1,64c 1982,80±2,17d
*Kadar protein yang memiliki notasi berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan uji Mann Whitney (p<0,05). **Kadar kalsium yang memiliki notasi berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan uji Duncan (p<0,05)
Semakin banyak penambahan TITN, tepung ikan teri nasi berasal dari tepung
maka semakin besar pula kandungan ikan teri nasi.
protein dalam Corn Flakes dengan TITN. Penelitian pada produk Mie yang
Perbedaan kadar protein pada Corn Flakes ditambahkan ikan teri putih (14),
dengan TITN disebabkan karena menghasilkan mie dengan kadar kalsium
kandungan protein pada TITN lebih tinggi mulai 162,32 mg/100 g hingga 219,36
dari pada TJ yaitu 48,8 g dan 9,2 g per mg/100 g. Kadar kalsium pada mie yang
100 g (9). Hal ini sejalan dengan penelitian dihasilkan lebih rendah dibandingkan
penambahan tepung ikan teri pada produk pada Corn Flakes dengan TITN. Hal ini
tortilla (11) dan produk olahan tepung ubi bisa disebabkan oleh perbedaan jenis ikan
kayu (10). Penambahan tepung ikan teri teri yang digunakan maupun proporsi
pada suatu produk dapat meningkatkan tepung ikan teri yang digunakan. Hasil
kadar protein produk secara signifikan. yang berbeda didapatkan pada produk
Kadar Kalsium Corn Flakes tortilla chips (11), penambahan tepung
Rerata kadar kalsium pada masing- ikan teri malah tidak berpengaruh secara
masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel signifikan pada kadar kalsium pada
1. Peningkatan proporsi TITN memberikan produk tortilla chips walaupun ada
perbedaan yang nyata terhadap kadar kecenderungan peningkatan kalsium
kalsium Corn Flakes dengan TITN (ANOVA, dengan peningkatan proporsi tepung ikan
p<0,05). Uji lanjut untuk mengetahui taraf teri. Hal ini kemungkinan karena kadar
perlakuan mana saja yang memberikan kalsium pada ikan teri yang digunakan
perbedaan kadar kalsium diuji dengan hanya 1684,15 mg per 100 g bahan,
Post Hoc Test Duncan. Hasilnya, perbedaan setengah dari kadar kalsium TITN.
kadar kalsium terdapat pada masing- Tingginya kadar kalsium pada TITN karena
masing perlakuan (p<0,05). Perbedaan ukuran ikan teri nasi yang kecil, sehingga
kadar kalsium yang nyata ini tulangnya pun ikut dianalisis. Ikan teri
kemungkinan besar disebabkan oleh dimakan beserta tulangnya. Selain kadar
perbedaan kadar kalsium pada bahan kalsium yang tinggi, tepung ikan teri juga
utama yaitu TJ dan TITN. Kadar kalsium mempunyai bioavailabilitas yang tinggi.
pada TJ dan TITN berdasarkan uji Penambahan tepung ikan teri pada instant
laboratorium pendahuluan adalah sebesar noodles dapat meningkatkan
4,92 mg/100 g dan 3219 mg/100 g. Hal bioavailabilitas kalsium dari instant
ini menunjukkan bahwa sumber utama noodles (15), sehingga kalsium yang
kalsium dalam produk Corn Flakes dengan
dikonsumsi lebih mudah diserap oleh oleh panelis berdasarkan tingkat kesukaan
tubuh. (hedonis) panelis terhadap Corn Flakes
dengan TITN. Tingkat kesukaan yang
digunakan dalam uji hedonic adalah 1 =
Sangat Tidak Suka, 2 = Tidak Suka, 3 =
Sifat Sensorik Corn Flakes dengan TITN Suka, dan 4 = Sangat Suka.
Sifat sensorik yang terdiri atas
warna, tekstur, rasa, dan aroma dinilai
Perlakuan yang memiliki tingkat kesukaan dengan notasi yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan uji Mann Whitney (p<0,05). Perlakuan adalah
perbandingan TJ dengan TITN yang terdiri atas P0 (100:0); P1(90:10); P2 (80:20); P3
(70:30). Tingkat kesukaan terdiri atas empat level yaitu 4 = Sangat Suka; 3 = Suka; 2 =
Tidak Suka; 1 = Sangat Tidak Suka.
Gambar 5
Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Sifat Sensorik (Warna, Tekstur, Rasa dan
Aroma) Corn Flakes dengan TITN
dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan penggunaan terigu atau bebas gluten (19).
Gambar 5, perlakuan yang paling disukai Penelitian pada produk flakes dengan
panelis dari segi warna adalah perlakuan penambahan sumber protein berupa ikan
dengan rasio TJ dan TITN 100:0. Hal ini lele juga menghasilkan tekstur yang lebih
disebabkan perlakuan tersebut terbuat keras seiring dengan peningkatan proporsi
dari 100% TJ sehingga memiliki warna ikan lele (13).
kuning menarik dibandingkan dengan Rasa dimulai melalui tanggapan
perlakuan yang lain yang telah rangsangan kimiawi oleh indera pencicip
ditambahkan TITN yang memiliki (lidah). Agar suatu rasa dapat dikenali,
karakteristik warna coklat keabu-abuan. maka senyawa yang membawa rasa
Semakin banyak TITN yang ditambahkan tersebut harus bersifat larut dalam air
pada suatu perlakuan maka semakin liur. Air liur akan berhubungan dengan
berwarna coklat keabu-abuan sehingga mikrovilus untuk membentuk impuls.
semakin menurunkan tingkat kesukaan Impuls kemudian dikirim melalui syaraf ke
panelis terhadap warna. Pada umumnya pusat syaraf, barulah rasa bisa
panelis lebih menyukai produk dengan diidentifikasi sebagai manis, asam, asin
warna yang lebih terang, maka tingkat atau pahit (20). Nilai modus tingkat
penerimaannya lebih tinggi pada produk kesukaan panelis terhadap rasa Corn
yang berwarna terang. Hal ini sesuai Flakes dengan TITN berkisar di angka 3
dengan beberapa penelitian terdahulu yaitu Suka. Dapat disimpulkan bahwa
yang menggunakan bahan dasar ikan teri. berdasarkan aspek rasa Corn Flakes
Penelitian penambahan ikan teri pada dengan TITN masih dalam taraf disukai
produk biskuit (16) dan mie instan (17), oleh panelis. Hasil ini sedikit berbeda
tingkat kesukaan panelis terhadap warna dengan penggunaan tepung ikan teri nasi
kedua produk yang telah disubstitusi pada produk biskuit, dimana semakin
tepung ikan teri cenderung menurun banyak tepung ikan teri yang digunakan
ketika substitusi yang dilakukan semakin semakin tidak suka panelis dengan rasa
banyak. Hal ini kemungkinan karena biskuit (16)
tepung ikan teri berwarna coklat keabu- Aroma dari suatu bahan pangan
abuan sehingga ketika disubstitusi pada disebabkan oleh adanya zat atau
produk warnanya akan lebih gelap. komponen yang mempunyai sifat volatil.
Tekstur makanan memiliki Pembauan biasanya disebut juga sebagai
pengaruh yang kuat pada persepsi penelis penyicipan jarak jauh karena seseorang
terhadap kualitas dari makanan tersebut dapat mengenal enak tidaknya suatu
(18). Nilai modus tingkat kesukaan panelis makanan yang belum terlihat hanya
terhadap tekstur Corn Flakes dengan TITN dengan penciuman jarak jauh. Hal ini
berkisar di angka 3 yaitu Suka. disebabkan karena aroma menyebar
Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan melalui udara yang berinteraksi langsung
bahwa panelis menyukai tekstur semua dengan reseptor pembau panelis (21). Nilai
perlakuan yang ada. Menurut pengamatan modus tingkat kesukaan panelis terhadap
peneliti, Corn Flakes dengan TITN maupun aroma Corn Flakes dengan tepung ikan teri
tanpa TITN memiliki tekstur yang agak nasi berkisar di angka 3 yaitu Suka.
keras. Hal ini disebabkan karena tepung Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan
jagung maupun tepung ikan teri nasi bahwa Corn Flakes dengan tepung ikan
merupakan tepung yang bebas gluten. teri nasi dari segi aroma masih dapat
Gluten berperan penting dalam diterima oleh panelis. Namun penelitian
pengembangan adonan jika dicampur penambahan tepung ikan teri pada biskuit
dengan air. Gas yang dihasilkan selama (16) dan mie instan (17) menyimpulkan
proses pengembangan adonan akan bahwa semakin banyak tepung ikan teri
terperangkap dalam adonan dan yang digunakan akan menurunkan
menghasilakn tekstur yang renyah. kesukaan panelis terhadap aroma produk
Tekstur yang agak keras merupakan karena semakin dominannya bau ikan teri.
kelemahan pada produk-produk tanpa
Tabel 2
Pemenuhan Kebutuhan Protein dan Kalsium Corn Flakes dengan rasio TJ dan TITN
(80:20) pada anak sekolah usia 7-9 tahun
Zat Gizi Angka Angka Kandungan Corn Pemenuhan Pemenuhan
Kecukupan Kecukupan Flakes TITN (per AKG (per AKG
Gizi (per Gizi porsi =30 g)3 hari per (sarapan
hari)1 (sarapan)2 porsi Corn per porsi
Flakes Corn
TITN)4 Flakes)
TITN5
-1- -2- -3- -4- -5- -6-
Protein 49 g 14,70 g 4,39 g 8,96% 29,87%
Kalsium 1000 mg 300 mg 459,96 mg 45,99% 153,33%
1 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
diberikan saat mengonsumsi Corn Flakes Harian Anak Usia 6—12 Tahun Di
dengan tepung ikan teri nasi. Sudah Indonesia. J Gizi Dan Pangan.
banyak penelitian tentang pembuatan 7(2):89–96.
produk flakes (11–13), namun belum ada 6. Felicia A. (2006). Pengembangan
yang membuat Corn Flakes dengan Produk Sereal Sarapan Siap Santap
penambahan TITN. Berbasis Sorghum. [cited 2018 Feb
28]; Available from:
Kesimpulan http://repository.ipb.ac.id/xmlui/h
Produk Corn Flakes dengan TITN andle/123456789/32783
memberikan perbedaan yang nyata
terhadap kadar protein, kalsium dan sifat 7. Development Studies Associates.
sensorik. Semakin banyak jumlah TITN (2008). Project Profile On The
yang ditambahkan semakin tinggi kadar Establishment Of Corn Flakes
protein dan kalsium dalam Corn Flakes Producing Plant [Internet]. [cited
tersebut. Panelis cenderung menyukai sifat 2018 Feb 28]. Available from:
sensorik Corn Flakes dengan komposisi https://www.google.co.id/search?dc
TITN maksimal 20%. Untuk pemenuhan r=0&ei=5yaWWrGbFov7vAS6wIWAC
AKG anak sekolah maka saran penyajian g&q=Cornflakes+breakfast+%28Dev
produk Corn Flakes substitusi TITN ini elopment+Studies+Associates.+2008
adalah sebesar 30 g dari formulasi terpilih %29&oq=Cornflakes+breakfast+%28
yaitu rasio penggunaan TJ dan TITN Development+Studies+Associates.+2
adalah 80:20. Penyajian Corn Flakes ini 008%29&gs_l=psy-
sebaiknya disertai dengan bahan kacang- ab.3...22869.26368.0.28715.10.10.
kacangan. 0.0.0.0.143.1026.5j5.10.0....0...1.1.
64.psy-ab..0.0.0....0.LroyowV25kE
Daftar Pustaka
1. Mahan LK, Escott-Stump S, Krause 8. BPOM RI. (2016). Peraturan Kepala
MV. (2008). Krause’s food & Badan Pengawas Obat Dan
nutrition therapy. Philadelphia: W.B. Makanan Republik Indonesia Nomor
Saunders;. 13 Tahun 2016 Tentang
Pengawasan Klaim Pada Label Dan
2. Spence C. (2017). Breakfast: The Iklan Pangan Olahan.
most important meal of the day? Int
J Gastron Food Sci. Jul 1(8):1–6. 9. Mahmud M, Hermana, Zulfianto N,
Rozanna R, Ngadiarti I, Hartati B, et
3. Brown J, Isaacs J, Krinke U, al. (2005). Daftar Komposisi Bahan
Lechtenberg E, Murtaugh M, Makanan (DKBM). Jakarta:
Sharbaugh C, et al. (2011). Nutrition PERSAGI.
Through the Life Cycle, Fourth
Edition. Fourth Edition. USA: 10. Maryana. (1990 ). Penambahan
Wadsworth, Cengage Learning. Tepung Ikan Teri (Stolephorus
heterolobus) Tepung Kacang
4. Polonsky HM, Davey A, Bauer KW, Tunggak (Vigna unguiculata (L)
Foster GD, Sherman S, Abel ML, et Walp.) dan campuran Keduanya
al. (2018). Breakfast Quality Varies pada Pengolahan Tepung Ubi Kayu
by Location among Low-Income (Manihot utilisima Pohl). [cited 2018
Ethnically Diverse Children in Feb 28]; Available from:
Public Urban Schools. J Nutr Educ http://repository.ipb.ac.id/xmlui/h
Behav. Feb 1;50(2):190-197.e1. andle/123456789/38171
11. Perana A. (2005). Penambahan Ikan
5. Hardinsyah H, Aries M. (2012). Teri (Stolephorus sp) sebagai
Jenis Pangan Sarapan Dan Sumber Protein dalam Pembuatan
Perannya Dalam Asupan Gizi Tortilla Chips [Internet]. [cited 2018
12. Suarni. (2009). Produk Makanan 20. Winarno F. (2002). Kimia Pangan
Ringan (Flakes) Berbasis Jagung dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
dan Kacang Hijau sebagai Sumber Pustaka Utama.
Protein untuk Perbaikan Gizi Anak
Usia Tumbuh. Prosiding Seminar 21. Meilgaard M, Carr B, Civille G.
Nasional Serealia. (1999) Sensory Evaluation
Techniques. USA: CRC Press.
13. Iriawan F. (2012). Pembuatan Fish
Flake dari Ikan Lele (Clarias sp.) 22. Sartika R. (2011). Faktor Risiko
Sebagai Makanan Siap Saji [Tugas Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di
Akhir]. Fakultas Perikanan Dan Indonesia. Makara Kesehatan.
Ilmu Kelautan Institut Pertanian 15(1):37–43.
Bogor.
23. Permenkes RI. (2013). Peraturan
14. Ardian B. (2011). Formulasi Khusus Menteri Kesehatan Republik
Mie Padat Gizi untuk Memenuhi Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil Tentang Angka Kecukupan Gizi
dan Menyusui berbasis Ampok Yang Dianjurkan Bagi Bangsa
JAgung dengan Fortifikasi Daun Indonesia [Internet]. [cited 2018 Mar
Kelor dan Ikan Teri. [Tugas Akhir]: 28]. Available from:
Universitas Brawijaya. http://gizi.depkes.go.id/download/
Kebijakan%20Gizi/Tabel%20AKG.p
15. Fetriyuna RY, Kasim A. (2016). df
Bioavailability Of Protein And
Calcium In Instant Noodle With
Anchovy Fish Powder Mixed. [Tugas
Akhir]: Universitas Padjajaran