Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No.

1 – Januari 2021

Pemantauan Status Gizi pada Anak dengan HIV AIDS


Monitoring Of Nutritional Status In Children With HIV AIDS

Erindra Budi Cahyanto1, Sri Mulyani2, Ika Sumiyarsi Sukamto3,


Angesti Nugraheni4, Mujahidatul Musfiroh5

1,2,3,4 Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta

erindrabudi@staffuns.ac.id1 , yaniartha@yahoo.com2 , ikasumiyarsi@gmail.com3


angestinugraheni.88@gmail.com4, mujahidatul_m@staff.uns.ac.id5

Abstract: The number of people with HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Acquired


Immunodefficiency Syndrome) continues to increase every year in line with the increase in sexual
behavior outside of marriage. People with HIV / AIDS also transmit the virus to their children. One of the
problems in children with HIV / AIDS is malnutrition. The research objective was to determine the
development of the nutritional status of children with HIV / AIDS. The subjects were all HIV / AIDS
children in Yayasan Lentera Surakarta. Time series research design, measuring the variable nutritional
status at several times using the parameters of body weight for age. Data collection was carried out in
July-September 2019. Bath scale measuring instrument. The number of subjects was nineteen people
with the incidental sampling technique. Inclusion criteria included: people with HIV / AIDS, living in a
shelter, allowed by a caregiver, aged 0-12 years, not being treated in a hospital during the study.
Exclusion criteria: death, not following complete weight monitoring. During the study, no subjects
withdrew or were excluded from the study. The results showed that eight children had normal nutritional
status and eleven children were not normal. Different test with chi square test obtained p = 0.78. There
was no difference in nutritional status between the first and second measurements. Managers need to
make other efforts so that the nutritional status of children in holding centers can improve.
Key words: monitoring, nutritional status, children, HIV AIDS

Abstrak: Jumlah penderita HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Aquired Immunodefficiency


Syndrome) terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan terjadinya peningkatan perilaku seks di
luar nikah. Orang dengan HIV/AIDS juga menularkan virus kepada anaknya. Salah satu masalah pada
anak dengan HIV/ AIDS ini adalah status gizi kurang. Tujuan penelitian mengetahui perkembangan
status gizi anak dengan HIV/AIDS. Subjek adalah seluruh anak HIV/AIDS di Yayasan Lentera
Surakarta. Desain penelitian time series, mengukur variabel status gizi di beberapa waktu dengan
menggunakan parameter berat badan menurut umur. Pengambilan data dilakukan pada Juli-September
2019. Alat ukur timbangan bath scale. Jumlah subjek sembilan belas orang dengan teknik incidental
sampling. Kriteria inklusi meliputi : penderita HIV/AIDS, tinggal di tempat penampungan, diijinkan oleh
pengasuh, usia 0-12 tahun, tidak sedang mendapat perawatan di rumah sakit selama penelitian. Kriteria
eksklusi : meninggal, tidak mengikuti pemantauan berat badan secara lengkap. Selama penelitian tidak
ada subjek yang mengundurkan diri maupun dikeluarkan dari penelitian. Hasil penelitian didapatkan
delapan anak mempunyai status gizi normal dan sebelas anak tidak normal. Uji beda dengan uji chi
square didapatkan p = 0,78. Tidak ada perbedaan status gizi antara pengukuran pertama dan ke dua.
Pengelola perlu melakukan upaya lain agar status gizi anak dalam penampungan dapat meningkat.
Kata kunci : Pemantauaan, status gizi, anak, HIV AIDS

I. PENDAHULUAN 34,5%, kurang 6,9%, buruk : 58,6% (Nugroho et


Jumlah penderita HIV/AIDS terus al., 2014)
bertambah. Sampai Maret 2019, jumlah Berdasar wawancara dengan pengelola
kumulatif kasus yang dilaporkan adalah penampungan, banyak anak dengan HIV AIDS
sebanyak 338.363. Saat ini ada 5 provinsi yang ditelantarkan. Yayasan Lentera berusaha
dengan jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI mengasuh anak dengan HIV/AIDS. Saat ini
Jakarta (60.501 kasus), Jawa Timur (50.060 terdapat dua puluh lima anak dengan HIV AIDS
kasus), Jawa Barat (35.529 kasus), Papua yang diasuh. Usia paling muda berumur 6 bulan
(33.485 kasus) dan Jawa Tengah (29,048 yang membutuhkan perawatan yang sangat
kasus) (Kemkes RI, 2019). ekstra, paling tua berumur 14 tahun. Dalam
Status gizi anak dengan HIV/AIDS yang kesehariannya anak-anak tersebut masih
dirawat di RSUP Dr. Kariadi di tahun 2013 dikucilkan oleh warga, hanya ada beberapa
dilaporkan anak yang mempunyai gizi baik warga saja yang memperlakukan mereka

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 99


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

dengan baik. Berdasar wawancara dengan III. HASIL PENELITIAN


beberapa anak asuh, didapatkan anak 1. Karakteristis subjek berdasar usia
mengeluh kurang nafsu makan. Beberapa anak Tabel 1. Karakteristik subjek berdasar usia
terlihat kurus. minimal maksimal rerata
Pemenuhan gizi pada anak sangat penting 4 bulan 148 bulan 102 bulan
karena nutrisi dapat meningkatkan pertahanan Sumber : Data Primer 2019
tubuh dari infeksi kuman, menghasilkan energy Usia subjek bervariasi dari 4 bulan hingga 12
untuk aktivitas, sehingga anak menjadi lebih tahun. Subjek bayi di tempat penampungan
kuat dan produktif (Tanan, 2018). Banyak karena sejak lahir sudah diserahkan oleh orang
penderita HIV/AIDS yang meninggal terkait tuanya kepada pengasuh yayasan. Data usia
dengan faktor gizi buruk (Tanan, 2018) ditampilkan di tabel 1.
Status gizi anak dengan HIV/AIDS sangat 2. Rerata berat badan
tergantung pada orang tua maupun pengasuh. Tabel 2. Hasil pengukuran berat badan
Banyak pengasuh yang tidak melakukan Pengukuran ke rerata
pemantauan status gizi anak yang diasuhnya pertama 20,4 kg
(Tanan, 2018). Kedua 20,8 kg
Penelitian ini bertujuan memantau status gizi Ketiga 20,6 kg
anak asuh Yayasan Lentera Surakarta. Sumber : Data Primer, 2019
Manfaatnya status gizi anak asuh Yayasan Subjek dilakukan pengukuran berat badan
Lentera Surakarta dapat terpantau dan menjadi sebanyak tiga kali. Hasil pengukuran
bahan pertimbangan evaluasi pengasuh . ditampilkan dalam tabel 2.
3. Status gizi
II. METODE PENELITIAN Tabel 3. Hasil Pengukuran status gizi yang
Subjek adalah penderita HIV/AIDS di pertama
Yayasan Lentera Surakarta. Peneliti Kategori frekuensi
menggunakan desain penelitian time series Normal 8
yaitu mengukur variabel status gizi dengan Tidak normal 11
menggunakan parameter berat badan menurut jumlah 19
umur dalam beberapa waktu. Pengambilan data Sumber : Data Primer, 2019
berat badan dilakukan pada Agustus-September Tabel 4. Hasil Pengukuran status gizi yang
2019 di setiap awal bulan. Alat ukur yang ke dua
digunakan adalah timbangan bath scale. Jumlah
Kategori frekuensi
subjek sembilan belas orang dengan teknik
Normal 8
incidental sampling. Kriteria inklusi meliputi :
Tidak normal 11
penderita HIV/AIDS, tinggal di Yayasan Lentera,
jumlah 19
diijinkan oleh pengasuh, usia 0-12 tahun, tidak
Sumber : Data Primer, 2019
sedang mendapat perawatan di rumah sakit
Dari Tabel 3. dan tabel 4. terlihat bahwa jumlah
selama penelitian. Kriteria eksklusi meliputi :
subjek pada masing-masing kategori
meninggal, tidak mengikuti pemantauan berat
pengelompokan status gizi adalah sama
badan secara lengkap. Selama penelitian tidak
4. Perbedaan status gizi
ada subjek yang mengundurkan diri maupun
Hasil uji beda status gizi antara pengukuran
dikeluarkan dari penelitian. Data status gizi
pertama dan kedua dengan uji chi square
diolah dengan rumus z score dengan
didapatkan p 0,78. Hal ini berarti tidak terdapat
interpretasi hasil sebagai berikut : gizi buruk : <-
perbedaan antara status gizi pengukuran
3 SD, gizi kurang : -3,0 SD s/d -2,0 SD, gizi baik
pertama dan ke dua.
: -2,0 SD s/d 2,0 SD, gizi lebih : > 2,0 SD
(Kemenkes RI, 2017). Untuk memudahkan
IV. PEMBAHASAN
pengelola yayasan dan memudahkan kegiatan
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
monitoring, maka status gizi dikelompokkan
merupakan virus yang menyerang sistem
dalam dua kategori yaitu status gizi normal
kekebalan tubuh. Acquired Immune Deficiency
(terdiri atas gizi baik dan gizi lebih) dan status
Syndrome (AIDS). Seseorang yang terinfeksi
gizi tidak normal (terdiri atas gizi buruk, gizi
virus HIV lama kelamaan akan mengalami AIDS
kurang). Data status gizi dianalisis dengan uji chi
(Murni et al., 2016).
square menggunakan program SPSS. Informed
Virus ini bersifat menular dan menyebabkan
consent dilakukan sebelum pelaksanaan
kerusakan atau penurunan pada sistem
kegiatan.
kekebalan tubuh dengan melibatkan sel CD4
(Kristiono & Astuti, 2019). Mengingat tingginya
angka penularan virus ini maka penting untuk
memberikan pengobatan anti retro viral (ARV)
sedini mungkin tanpa melihat jumlah sel CD 4
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 100
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

maupun gejala yang muncul pada kelompok dialami, dan berapa lama konsumsi ART
berisiko tinggi (Gunung et al., 2003). (Sawitri et al., 2016)
Status Gizi adalah suatu keadaan tubuh yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan
zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan V. SIMPULAN
tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, Status gizi anak di tempat penampungan
yaitu berat badan, tinggi badan/panjangbadan, penyakit khusus mayoritas dalam kategori gizi
lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lingkar kurang. Tidak terdapat peningkatan status gizi
dada (Kemenkes RI, 2017) dari pengukuran pertama di Bulan Agustus 2019
Status gizi adalah keadaan tubuh yang dan pengukuran ke dua di Bulan September
merupakan hasil akhir dari keseimbangan 2019. Pengelola perlu menggunakan cara lain
antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh untuk meningkatkan status gizi anak penghuni
(Gibson, 2005). penampungan.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam DAFTAR PUSTAKA
tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
dan digunakansecara efisien akan tercapai Adiningsih, S., & Widiyanti, M. (2018). Risk of
status gizi optimal yang memungkinkan Malnutrition on CD4+ Level of People
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, Living with HIV/AIDS Receiving
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum Antiretroviral Therapy in Mimika. Jurnal
(Damayanti & Lestari, 2015). Kedokteran Brawijaya, 30(1), 41–46.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat Damayanti, D., & Lestari, T. . (2015). GIZI
perbedaan status gizi pada anak di tempat DALAM DAUR KEHIDUPAN. PPSDM
penampungan antara pengukuran pertama Kemenkes RI.
bulan Agustus 2019 dan pengukuran ke dua
Bulan September 2019. Berdasar wawancara Gunung, I., Sumantera, I., & Sawitri, A. (2003).
dengan beberapa anak asuh, didapatkan data Buku Pegangan Konselor HIV/AIDS.
ada anak yang kurang nafsu makan, makan
seadanya. Anak tersebut juga terlihat kurus. Hadisaputra, S. (2009). ANALISIS
Menurut faktor-faktor yang berpengaruh DETERMINAN STATUS GIZI BALITA DI
terhadap status gizi anak dibagi menjadi dua RSUD MAJALAYA KABUPATEN
faktor yaitu : faktor langsung dan faktor tidak BANDUNG 2009 Oleh :
langsung. Faktor langsung yaitu asupan
Kemenkes RI. (2017). Hasil Pemantauan Status
makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor
Gizi (PSG) Balita Tahun 2017. Buku Saku,
tidak langsung adalah ketersediaan dan pola
1–150. file:///E:/jurnal skripsi/mau di
konsumsi dalam rumah tangga, perawatan ibu
print/referensi/Buku-Saku-Nasional-PSG-
dan anak, pelayanan kesehatan dan lingkungan,
2017_975.pdf%0D
tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan jumlah
anggota keluarga
Ibu memegang peranan penting dalam status Kemkes RI. 2019. Kemenkes Pecahkan Rekor
gizi anak. Ketiadaan ibu menjadi penyebab MURI Red Ribbon, Hari AIDS Sedunia
rendahnya gizi anak (Hadisaputra, 2009). http://p2p.kemkes.go.id/
Asupan micronutrient seperti seperti seng,
vitamin A, pada penderita HIV/AIDS Kristiono, N., & Astuti, I. (2019). Mengenal Hiv &
berpengaruh terhadap kadar CD 4. (Margareth Aids. June.
et al., 2018). Saat penelitian, asupan zat gizi
diberikan sesuai makanan yang tersedia. Margareth, W., Hadisaputro, S., & Margawati, A.
Status gizi berpengaruh terhadap (2018). Hubungan Asupan Seng, Vitamin
ketersediaan glukosa sebagai sumber energi a, Dan Stadium Klinis Terhadap Status Gizi
untuk menghasilkan sel limfosit T. Hal ini Dan Jumlah Cd4+ Pada Anak Terinfeksi
berakibat rendahnya jumlah sel CD 4. Dampak Hiv Di Wilayah Kota Dan Kabupaten
lainnya adalah rendahnya jumlah sitokin yang Semarang. Media Gizi Mikro Indonesia,
berakibat lemahnya sistem pertahanan tubuh 10(1), 13–26.
sehingga mudah terinfeksi (Adiningsih & https://doi.org/10.22435/mgmi.v10i1.594
Widiyanti, 2018) Murni, Z., Green, C., & Djauzi, S. (2016). Hidup
Status gizi orang dengan HIV (ODHA) tidak dengan hiv-aids. 10, 24.
hanya dipengaruhi oleh asupan nutrisis saja, http://spiritia.or.id/cdn/files/dokumen/hidup
tetapi juga kondisi berat badan saat lahir, -dengan-hiv_5c34da84e3e40.pdf
adanya infeksi kandidiasis, stadium klinis yang
Nugroho, A. A., Hapsari, M., & Farida, H. (2014).

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 101


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

Faktor Determinan Peningkatan Berat


Badan Dan Jumlah Cd4 Anak Hiv/Aids
Setelah Enam Bulan Terapi Antiretroviral.
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan.
Sawitri, A. A. S., Kumara, K. D., Putra, I. W. G.
A. E., Merati, T. P., Sawitri, A. A. S.,
Kumara, K. D., Putra, I. W. G. A. E., &
Merati, T. P. (2016). Prediktor Tercapainya
Gizi Normal : Studi Longitudinal pada Anak
Gizi Kurang yang Menggunakan
Antiretroviral di Bali Predictors to Achieve
Normal Nutrition Status : Longitudinal
Study among HIV Children on Antiretroviral
Treatment in Bali Pendahuluan Meto. 4.
Tanan, N. (2018). HIV dan Malnutrisi : Efek pada
Sistem Kekebalan Tubuh. ResearchGate,
February.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1182572

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 102

You might also like