Professional Documents
Culture Documents
Struktur Dan Komposisi Vegetasi Pada Kaw
Struktur Dan Komposisi Vegetasi Pada Kaw
Nicko Haryadi
Fakultas Pertanian Universitas PGRI Palangka Raya
Jl. Hiu Putih, Tjilik Riwut Km.7 Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah
Email : nickoharyadi@ymail.com
ABSTRACT
Diversity is a natural characteristic and is the basis of ecological stability, biodiversity
expressed a measure that describes the variation of plant species from a community that is affected
by the number of species and relative abundance of each species. The presence of trees at a site
generally will have a positive impact for the balance of the ecosystem in a wider scale. In general,
the role of vegetation in an ecosystem associated with the regulation of carbon dioxide and oxygen
balance in the air, improved physical properties, chemical and biological soil, ground water system
settings, and others. The behavior of each type of tree growth and regeneration of species
adaptation to environmental changes are a result of degradation is very useful information for
consideration in determining the form of further processing of forest. The purpose of this study
was to determine the structure and composition of vegetation in the protected area forest Telaga
Kameloh waterfall area in subdistrict Kurun district Gunung Mas. Note that the value of diversity
type (H ') from all levels of vegetation; seedling, stake, poles and trees, the largest located in
protected areas with high diversity (H> 3 - 3,5). Richness of Species with the highest seedling of
protected areas with a value of 7,49 in areas with the highest degradation of seedlings is 5.27. The
highest value of evenness of species found on poles level in areas hedge with the value 0.97 and
the area of degradation value with the highest poles evenness of 0.96. Dominance index (C) the
highest found in tree in protected area 16,73, in the area of degradation value of the highest
dominance on the tree with the value 23,37. Community similarity index or index of similarity (IS)
has a value Of between 44,53% to 77.07%.The vegetation structure in degradasi area from curve
J is inversed, it sign that the comumity was annoyed. In the protected area, vegetation structure not
from curve J inversed.
lingkungannya di kawasan Pelestarian Alam 1. Vegetasi tingkat semai, yaitu anakan atau
dan Hutan Lindung mengacu kepada prinsip- permudaan tingginya kurang dari 1,5 m.
prinsip social forest management yang dalam 2. Vegetasi tingkat pancang, yaitu pohon
pemanfaatannya berazaskan kelestarian muda dengan ukuran tinggi minimal 1,5
ekologi, social dan ekonomi. m sampai diameter kurang dari 10 cm.
Potensi jasa lingkungan hutan baik 3. Vegetasi tingkat tiang, yaitu pohon
langsung ataupun tidak langsung dapat dengan ukuran diameter antara 10 cm
dimanfaatkan secara terukur dan tidak hingga kurang dari 20 cm.
terukur oleh manusia antara lain untuk : 4. Vegetasi tingkat pohon dengan ukuran
wisata alam, pemanfaatan sumberdaya air, diameter lebih dari atau sama dengan 20
suplai oksigen, perlindungan sistem cm.
hidrologis dan penyerapan karbon.
Pemanfaatan jasa lingkungan untuk Desain penelitian
kepentingan wisata alam, perlu Data yang dikumpulkan untuk
memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan penelitian ini adalah data primer
pengembangan pariwisata alam yakni yang merupakan data mengenai jenis-jenis
konservasi, edukasi, ekonomi, rekreasi dan pohon, jumlah individu dan diameter. Data
peran/partisipasi masyarakat. sekunder merupakan data penunjang dalam
penelitian ini antara lain data curah hujan,
mata pencaharian masyarakat, data-data yang
METODE PENELITIAN
menyangkut keadaan objek penelitian.
Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan diawali dengan menentukan
Penelitian dilaksanakan di Kawasan sampel, sampel ditentukan dengan cara
Lindung Air Terjun Bawin Kameloh Purposive Sampling atau pengambilan
Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas. sampel secara sengaja dengan memilih areal
yang dianggap mewakili keadaan objek
Alat dan Bahan secara keseluruhan. Metode yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam untuk mengumpulkan data menggunakan
penelitian ini adalah : kompas untuk sistem jalur berpetak (Nested Sampling).
menentukan arah. Pengamatan dilakukan dengan
Global Positioning System (GPS), Phi Band metode kombinasi antara metode jalur
(Pita diameter) untuk mengukur diameter dengan garis berpetak. Dibuat 6 jalur yang
tingkat tiang dan pohon, kamera untuk terbagi sesuai dengan kondisi hutan yaitu: 3
dokumentasi, peta lokasi kegiatan penelitian, jalur pada areal yang masih lindung dan 3
alat-alat tulis untuk mencatat data, tali rapia jalur pada areal yang telah di
untuk membuat plot analisis, parang untuk konversi/terdegradasi. Jalur tersebut dibuat
membuat rintisan, meteran dan tambang sepanjang 500 m dengan lebar jalur 20 m,
plastik untuk mengukur jalur pengamatan dan sebanyak tiga jalur dengan jarak antara jalur
luas petak ukur. sejauh 200 m dapat dilihat pada Gambar 1
dan 2.
Variabel Penelitian Pengamatan dilakukan dengan
Objek yang diteliti dalam penelitian metode kombinasi antara metode jalur
ini adalah vegetasi berkayu pada Kawasan dengan garis berpetak. Dibuat 6 jalur yang
Lindung Air Terjun Bawin Kameloh terbagi sesuai dengan kondisi hutan yaitu: 3
Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas. jalur pada areal yang masih lindung dan 3
Adapun variabel yang diteliti mengacu pada jalur pada areal yang telah di
Soerianegara dan Indrawan (1998) adalah : konversi/terdegradasi. Jalur tersebut masing-
masing dibuat sepanjang 500 m dengan lebar
140
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
jalur 20 m, dengan jarak antara jalur sejauh pancang data yang dikumpulkan berupa nama
200 m dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. jenis dan jumlah individu setiap jenis.
Pada setiap jalur dibuat petak-petak Penentuan nama jenis selama pengumpulan
pengamatan dengan luas yang berbeda-beda data
berdasarkan tingkat pertumbuhan dibantu oleh pengenal pohon dari daerah
vegetasinya. Untuk tingkat pohon dibuat setempat. Pengenalan pohon saat kegiatan
petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 m, untuk penelitian menggunakan nama daerah,
tingkat tiang dibuat petak ukur dengan penggunaan nama ilmiah baru dilakukan
ukuran 10 m x 10 m, untuk tingkat pancang dalam kegiatan analisis data.
dibuat petak ukur dengan ukuran 5 m x 5 m,
dan untuk tingkat semai dibuat petak ukur Analisis Data
dengan ukuran 2 m x 2 m. Soegianto (1994) Data vegetasi yang telah terkumpul
Dari data vegetasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menghitung faktor
untuk tingkat tiang dan pohon meliputi nama kerapatan, frekuensi atau dominansi jenis.
jenis dan diameter masing-masing individu digunakan rumus Soerianagara dan Indrawan
pohon, sedangkan untuk tingkat semai dan (1998), sebagai berikut :
Keterangan :
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon ln= Logaritma natural
ni = Jumlah individu suatu jenis pi = Proporsi individu jenis ke-I terhadap
N = Jumlah seluruh individu semua jenis
141
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
S-1
R1=
ln ( N )
Keterangan :
R1 = Indeks kekayaan Margallef N = Total jumlah individu
S = Jumlah jenis
H’
E=
ln ( S )
Keterangan :
E = Indeks kemerataan jenis H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Indeks kemerataan yang lebih tinggi dari terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks
suatu tinggkat pertumbuhan menunjukan dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika
terdistribusinya individu-individu kepada beberapa jenis mendominasi secara bersama-
jenis-jenis akan merata. sama maka nilai indeks dominasi akan
rendah. Untuk menentukan nilai indeks
Indeks Dominansi dominasi digunakan rumus Simpson (1949)
Dominasi digunakan untuk dalam Bratawinata (2001)
mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis- sebagai berikut :
jenis dominan. Jika dominasi lebih
Keterangan :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n N : Total nilai penting dari seluruh jenis
142
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
2W
IS = x 100
a+b
komunitas Index of Disimilarity (ID) yang
Keterangan : dihitung dengan rumus yaitu : ID = 100-IS
IS = Nilai Koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
terendah ( < ) dari dua jenis-jenis yang
terdapat dalam dua tegakan yang Komposisi Vegetasi
dibandingkan Berdasrkan hasil penelitian diketahui
a = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis bahwa objek penelitian tersusun atas
yang terdapat pada tegakan pertama. beragam jenis, mamun didominasi oleh jenis-
B =Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis jenis dari familia yang sama yaitu
yang terdapat pada tegakan kedua. Dipterocarpaceae, ditemukan jumlah yang
bervariasi pada setiap tingkat pertumbuhan
Nilai kesamaan komunitas (IS) dapat dan area yang diteliti.
ditentukan koefisien ketidaksamaan
Tabel 1. Komposisi Vegetasi Pada Kawasan Lindung Air Terjun Bawin Kameloh
Tingkat Jumlah Jenis Jumlah Familia
Pertumbuhan Lindung Degradasi Lindung Degradasi
Semai 49 37 32 17
Pancang 25 23 11 12
Tiang 37 29 16 15
Pohon 27 20 17 7
Tabel 1 menunjukan bahwa pada pohon area lindung disusun oleh lebih banyak
kondisi lindung (alami) merupakan habitat jenis, artinya kondisi lingkungan yang alami
yang baik bagi pertumbuhan vegetasi, memberi kesempatan tumbuh yang lebih
dimana area lindung disusun oleh lebih banyak bagi vegetasi.
banyak jenis dari pada area degradasi tingkat
semai pada area lindung disusun oleh 49 jenis Kerapatan per Hektar
sementara pada area degradasi terdapat 37 Data hasil penelitian terhadap
jenis ini menunjukan ada beberapa jenis yang kerapatan individu per hektar (N/Ha)
tidak dapat menyesuaikan diri dengan menunjukan bahwa individu tingkat semai
perubahan lingkungan, jenis-jenis itu tumbuh memiliki jumlah yang lebih banyak, namun
diarea lindung tapi tidak ditemukan pada area pada tingkat pertumbuhan selanjutnya jumlah
degradasi. Tingkat pancang pada kedua area individu lebih sedikit. Ditemukan bahwa
disusun oleh jenis-jenis vegetasi dengan jumlah suatu individu vegetasi berbeda pada
jumlah yang tidak jauh berbeda, hal ini terjadi setiap tingkat pertumbuhan dan lokasi
karena mulai tejadi persaingan pada tahapan penelitian, semakin tinggi tingkat
ini yang mengakibatkan beberapa jenis tidak pertumbuhan atau semakin besar diameter,
mampu bertahan. Pada tingkat tiang dan jumlah individu semakin sedikit. Pada tingkat
143
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
pertumbuhan pohon jumlah individu (pohon) Jumlah individu per ha dari dua lokasi
per hektar paling sedikit. penelitian tersebut dijelaskan lebih rinci
dalam Gambar 1.
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pohon-pohon besar yang berada diatasnya
tingkat semai pada area degradasi memiliki sehingga cahaya yang masuk sampai
jumlah terbanyak yaitu 25.766 individu/ha kebawah melalui rumpang-rumpang tajuk
pada area degradasi kurva membentuk huruf lebih sedikit namun masih bisa dimanfaatkan
“J” terbalik. Artinya pada area degradasi dengan baik untuk pertumbuhan semai dilihat
jumlah tumbuhan dari tingkat pertumbuhan dari ditemukannya 20.200 individu semai/ha.
yang lebih rendah memiliki jumlah yang Tingkat pancang pada area lindung memiliki
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jumlah lebih tinggi dibandingkan area
tumbuhan dari tingkat pertumbuhan yang degradasi. Pada areal yang masih lindung
lebih tinggi. Kurva membentuk huruf “J” terdapat 17.126 individu/ha, hal ini terjadi
terbalik mencerminkan komunitas relatif karena semai yang tumbuh diarea lindung
terganggu (Kusumoantono, 1996) tumbuh secara alami, memanfaatkan cahaya
Tingginya jumlah vegetasi tingkat yang sedikit namun berada pada habitat yang
semai pada area degradasi terjadi karena alami, tidak mengalami gangguan yang
perubahan lingkungan yang terjadi berarti dalam pertumbuhannya, sehingga
terbukanya tajuk yang berpengaruh terhadap peluang untuk tumbuh menjadi tingkat
masuknya cahaya matahari dan kurangnya pancang lebih besar. Dalam Sutisna (1996)
dominasi dari tingkatan pertumbuhan pohon, dikatakan bahwa pada perkembangannya di
sehingga semai yang sangat membutuhkan alam Dipterocarpaceae tahan kekurangan
cahaya matahari untuk pertumbuhannya sinar.
mendapat cukup cahaya dan tumbuh oftimal. Pada areal yang telah mengalami
Untuk areal yang lindung tingkat degradasi ditemukan ditemukan vegetasi
pertumbuhan semai memiliki 20.200 tingkat pancang yang lebih sedikit yaitu
individu/ha dengan selisih antara keduanya 10.133 individu/ha, atau selisih 6.992
adalah 5.632 individu/ha. Memang terjadi individu/ha dengan area lindung. Hal tersebut
penurunan jumlah pada tingkatan yang lebih terjadi karena terjadi persaingan yang
tinggi namun kurva tidak menunjukan “J” mengakibatkan matinya sebagian vegetasi
terbalik dan artinya komunitas tidak tingkat pancang pada area degradasi
terganggu. vegetasi tingkat semai pada area dikarenakan persaingan dan ketidak cocokan
lindung yang tumbuh dibawah naungan habitat. Seperti yang dikatakan oleh
144
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
Bratawinata (2001) bahwa tumbuhan pionir memiliki tingkat adaftasi yang baik sehingga
yang tumbuh dengan lebat dilantai hutan hadir dan berpengaruh pada area lindung dan
akan mengalami persaingan, baik dalam hal degradasi, Adapun ciri dari vegetasi dari
mendapatkan cahaya, maupun unsur hara dan familia Dipterocarpaceae : merupakan
ruang gerak, dari persaingan tersebut tumbuhan dengan biji yang bersayap dua
sebagian vegetasi yang survive dan mamun pada dasarnya semua jenis pada suku
mengalami adaftasi. ini memiliki buah yang bersayap 2, 3, atau 5.
Pada tingkat pertumbuhan tiang di Sifat umum jenis ini biasanya berdamar dan
areal lindung terdapat 6.056 individu/ha selalu hijau tidak pernah meranggas atau
merupakan jumlah yang besar bila menggugurkan daun sekalipun pada musim
dibandingkan dengan tingkat tiang pada area kemarau, batang pada umumnya berbanir,
degradasi yaitu 1.074 individu/ha . Pada area kulit luar sering mengelupas bersisik atau
lindung vegetasi tumbuh dengan alami tanpa merekah dan memiliki jenis daun tunggal.
gangguan, kecendrungan vegetasi tumbuh Samingan (1982)
meninggi bersaing untuk mendapat cahaya
mengakibatkan lambatnya pertambahan Indeks Keanekaragaman Jenis
diameter. Pada areal yang telah terdegradasi Kawasan hutan yang diteliti dalam
vegetasi tingkat tiang mendapat banyak penelitian ini adalah kawasan hutan hujan
gangguan, antara lain penebangan, tropis yang lembab, tersusun atas berbagai
terbukanya lapisan tanah sehingga terjadi jenis vegetasi yang kemudian membentuk
kurangnya kesuburan tanah dan rusaknya keanekaragaman jenis. Nilai
sistem perakaran vegetasi tingkat tiang, keanekaragaman jenis pada area lindung
selisih antara keduamya 4.982 individu/ha. dalam objek penelitian dihitung dengan
Tingkat pertumbuhan pohon pada Indeks Shannon (Shannon’s Index). Menurut
objek penelitian memiliki nilai kerapatan Soerianegara (1996) dalam Sutisna (2005)
yang paling rendah diantara tingkatan masih belum ada ukuran atau patokan
pertumbuhan lainya, untuk areal yang mengenai tinggi rendahnya indeks
lindung terdapat 502 individu/ha sedangkan keanekaragaman jenis di suatu daerah. Untuk
untuk area degradasi terdapat 103 individu/ha Indonesia, dari perhitungan berbagai tipe
(lampiran 16). Jumlah ini tidak jauh berbeda hutan dapat diakatakan bahawa
dengan yang ditemukan oleh keanekaragaman jenis diatas 3,5 dapat
Parhtomiharrdjo dan supardiyono (1993) dinyatakan tinggi.
dalam penelitiannya menemukan 528
pohon/ha pada hutan tropis alami, Ririhena Untuk memudahkan pembacaan data
(2010) menemukan 187 phon/ha pada area maka dibuat kriteria berdasarkan teori
bekas tebangan. tersebut.
H < 1,5 = Keanekaragaman rendah
Indeks Nilai Penting 1,5 ≤ H ≤ 3,5 = Keanekaragaman sedang
Vegetasi tingkat semai pada objek H >3,5 = Keanekaragaman tinggi
penelitian tersusun oleh berbagai jenis dan Maka sesuai dengan kriteria tersebut
didominasi oleh beberapa jenis. Jenis-jenis diarea lindung dapat dilihat bahwa:
vegetasi yang dominan untuk masing-masing Tingkat semai memiliki nilai H = 3,61
tingkat pertumbuhan cenderung bervariasi, (H >3 Keanekaragaman tinggi)
namun berasal dari familia yang sama yaitu Tingkat pancang memiliki nilai H = 3,01
Dipterocarpaceae. Bila dilihat dari INP dari (H <3 Keanekaragaman sedang)
setiap tingkatan pertumbuhan pada kedea Tingkat Tiang memiliki nilai H = 3,50
area yang diteliti maka diketahui jenis (H >3 Keanekaragaman tinggi)
Meranti merah dari famili Dipterocarpacea Tingkat pohon memiliki nilai H = 3,10
145
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
Gambar 2. Kurva Indeks Keanekaragaman Jenis Vegetasi Dari Semua Tingkat Pertumbuhan Pada
Semua Area Penelitian
beradaftasi atau cocok tumbuh dengan menjadi vegetasi pada tingkat pertumbuhan
lingkungan sekitar hutan tersebut. pendapat selanjutnya karena seleksi alam.
ini sependapat dengan (Konse, 1995 dalam
Ririhena, 2010) menyatakan bahwa suatu Indeks Dominansi
jenis tumbuh dengan baik pada lingkungan Dari Indeks Dominansi diketahui
yang sesuai. tingkat pertumbuhan pohon pada area
lindung dan degradasi memiliki nilai
Indeks Kemerataan Jenis dominansi yang tertinggi diantara tingkat
Indeks Kemerataan (e) jenis. pertumbuhan lainnya. Hal ini disebabkan
Menurut Pielou dan Odum digunakan untuk jumlah jenis lebih sedikit sehingga terjadi
menentukan apakah individu–individu dominansi jenis tertentu. Pada area lindung
terdistribusi secara lebih merata pada jenis- nilai Dominansi terbesar terdapat pada
jenis yang hadir pada suatu tingkat tingkat pertumbuhan pohon dengan Indeks
pertumbuhan. Tingginya nilai (e) ini Dominansi 16,37 artinya nilai dominansi
menandakan bahwa tidak terdapat jenis yang individu lebih terpusatkan pada tingkat
lebih dominan di suatu komunitas, artinya pertumbuhan pohon, jenis Keruing adalah
secara umum dominansi jenis relatif sama, jenis yang paling mendominasi dengan nilai
bila ada yang dominan hanya beberapa jenis dominansi 4,25. Pada area degradasi nilai
saja atau hampir semua jenis tumbuh merata. dominansi yang tertinggi juga terdapat pada
Pada area lindung, tingkat tiang tingkat pertumbuhan pohon dan jenis yang
memiliki nilai yang paling tinggi 0,97 paling mendominasi didalamnya adalah
(Lampiran 9) dibanding tingkat pertumbuhan Meranti putih dengan nilai Dominansi 7,42.
lainya. Karena pada lokasi penelitian vegetasi dapat lihat bahwa dari semua tingkatan
tingkat tiang tersebar secara merata dan pertumbuhan pada kedua area nilai
mengelompok dengan alami menunjukan Dominansi (C) tertinggi terdapat pada tingkat
sifat khas hutan hujan tropis yang alami. Pohon 23,37% dan kedua area didominasi
Pada area degradasi tingkat tiang memiliki oleh jenis dari famili Dipterocarpaceae yaitu
nilai kemerataan tertinggi 0,96 (Lampiran jenis Keruing pada area lindung dan Meranti
22), hal ini antara lain terjadi karena aktifitas putih pada area degradasi.
manusia, tiupan angin yang menyebabkan
penyebaran biji, aktifitas burung dan Indeks Kesamaan Komunitas (IS)
serangga, bahkan oleh hewan lainya seperti Indeks kesamaan komunitas atau
owa-owa, kelelawar dan babi hutan pada Indek of similarity (IS) dan Indeks of
objek penelitian, ketika biji jatuh pada tanah Disimilarity atau indeks kesamaan dan
yang cocok, biji tersebut kemudian indeks ketidak samaan komunitas pada tiap
berkecambah dan tumbuh menjadi semai, petak ukur pada area lindung dan degradasi
namun tidak semuanya bertahan dan hidup pada objek penelitian dapat dilihat dalam
tabel 2.
147
ZIRAA’AH, Volume 42 Nomor 2, Juni 2017 Halaman 137-149 e - ISSN 2355-3545
TIANG
LINDUNG 60,43 72,41 0 30,25 43,76 40,32 27,00 48,81
(%)
POHON LINDUNG
(%)
50,92 58,41 69,75 0 44,24 22,93 37,24 28,69
SEMAI
DEGRADASI 68,03 51,08 56,24 55,78 0 44,55 40,80 55,47
(%)
PANCANG
DEGRADASI 53,24 71,05 59,68 77,07 55,55 0 39,91 38,23
(%)
TIANG DEGRADASI
(%)
45,71 59,33 73,00 62,58 59,20 60,09 0 42,56
POHON DEGRADASI
(%) 44,16 55,66 51,19 71,31 44,53 61,77 57,49
0
Rencana Detail Tata Ruang Kota Kuala Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatf:
Kurun Tahun 2004-2009. Metode Analisis Populasi Komunitas.
Usaha Nasional, Surabaya Soekotjo,
Ririhena, M., 2010 Kajian Komposisi dan W. 1975. Silvika. Departemen
Sruktur Tegakan Dalam Penerapan manajemen Hutan Fakultas
Sisitem Silvikultur Intensif, Di Kehutanan IPB. Bogor.
UUPHK/HA PT Sarmiento
Parakantja Timber Kalimantan Soerianegara, I . dan A. Indrawan, 1998.
Tengah (Tesis). Program Magister Ekologi Hutan Indonesia.
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Laboratorium Ekologi Hutan
Lingkungan Universitas Palangka Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Raya, Palangka Raya. Bogor, Bogor.