Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN URINE SAPI PADA TANAMAN KACANG HIJAU

(Vigna radiata L.)

THE INFLUENCE OF DOSE UREA AND COW URINE ON MUNG BEAN (Vigna Radiata L.)

Laurentius Respaka Dian Triwasana 1) Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS. 2) Ir. Nur Edy
Suminarti, MS. 2)

ABSTRACT

The purpose of this research were to study the effect of cow urine and urea fertilizer on growth
and yield of mung bean crop and also determine the correct combination dose of urea fertilizer and cow
urine to the growth and yield of mung bean. The research have done since March till May 2009 at
Jatikerto farm.
The research used split plot design which consist of 2 factors and 3 replication. First factor is
dose of urea fertilizer application which consist of 3 levels, which are without urea (N0), urea 50 kg ha-1
(N1), urea 100 kg ha-1 (N2). Second factor is dose of cow urine application which consist of 3 levels, which
are without cow urine (O0 ), cow urine 2300 l ha-1 (O1), ), cow urine 4600 l ha-1 (O2).
The result of the research showed that the interaction happened between dose of urea fertilizer
and cow urine on number of leaves at old age 15 day after planting. Mung bean crop which urea
fertilized 0 and 50 kg ha-1 which accompanied of cow urine 4600 l ha-1, number of leaves doesn’t real
different with the mung bean crop which without urea fertilized and also urea fertilized till dose 100 kg
ha-1 which without cow urine. The conclusion of the research are the application of urea fertilizer as
much as 50 kg ha-1 which accompanied of cow urine at dose 4600 l ha-1 on mung bean crop at old age 15
day after planting, give a better number of leaves with the value 1,33 piece of leaf per plant.

Keyword: mung bean (Vigna radiata L.), urea fertilizer, cow urine.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh urine sapi dan pupuk urea pada
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau dan menentukan dosis urine sapi dan pupuk urea yang tepat
pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang yang berada di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan,
Kabupaten Malang pada bulan Maret 2009 sampai dengan Mei 2009.
Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang 3 kali. Dosis pupuk urea
diletakkan sebagai petak utama (N) yang terdiri dari 3 dosis ialah tanpa pupuk urea (N0), pupuk urea dosis
50 kg ha-1 (N1) dan pupuk urea dosis 100 kg ha-1 (N2). Dosis urine sapi (O) ditempatkan pada anak petak
yang terdiri dari 3 dosis, ialah tanpa urine sapi (O0), urine sapi dosis 2300 l ha-1 (O1) dan urine sapi dosis
4600 l ha-1 (O2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi nyata terjadi antara dosis pupuk urea dengan
urine sapi pada variabel jumlah daun yang hanya terjadi pada umur pengamatan 15 hst. Tanaman yang
dipupuk urea sebanyak 0 dan 50 kg ha-1 yang disertai dengan pemberian urine sapi pada dosis 4600 l ha-1,
jumlah daun yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan tanaman yang tanpa dipupuk urea maupun yang
dipupuk urea hingga dosis 100 kg ha-1 yang tanpa diikuti dengan pemberian urine sapi. Kesimpulan yang
bisa didapat ialah aplikasi pupuk urea sebanyak 50 kg ha-1 yang disertai pemberian urine sapi pada dosis
4600 l ha-1 pada tanaman kacang hijau pada umur pengamatan 15 hst, menghasilkan jumlah daun yang
lebih banyak dengan rata-rata jumlah daun 1,33 helai tanaman-1.

Kata kunci: kacang hijau (Vigna radiata L.), pupuk urea, urine sapi.

1) Alumni Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unibraw


2) Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unibraw

1
PENDAHULUAN Pupuk yang digunakan ialah Urea (46% N), SP–
Kacang hijau (Vigna radiata L.) ialah 36 (36% P2O5), KCl (60% K2O) dan urine sapi.
tanaman leguminosae yang mempunyai nilai Pestisida yang digunakan ialah insektisida Decis
ekonomi tinggi dan menduduki peringkat ketiga dan fungisida Antracol dan Furadan 3G.
dalam urutan pentingnya jenis kacang-kacangan Penelitian ini menggunakan Rancangan
setelah kedelai dan kacang tanah (Anonymous, Petak Terbagi (RPT) yang diulang 3 kali. Pupuk
1989). Kacang hijau memiliki kandungan urea diletakkan sebagai petak utama (N) yang
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang terdiri dari 3 dosis, ialah tanpa pupuk urea (N0),
penting bagi manusia. Soeprapto dan Rasyid dengan pupuk urea 50 kg ha-1 (N1) dan dengan
(2001) menyatakan bahwa dalam 100 g biji pupuk urea 100 kg ha-1 (N2). Dosis pemberian
kacang hijau mengandung 22,2 g protein, 1,2 g urine sapi (O) ditempatkan pada anak petak
lemak, 62,9 g karbohidrat, 345 kalori, 125 mg yang terdiri dari 3 dosis, ialah tanpa urine sapi
kalsium, 320 mg fosfor, 6,7 mg besi, 0,64 mg (O0), dengan urine sapi dosis 2300 l ha-1 (O1)
vitamin B 1, 6 mg vitamin C, dan 10 g air. dan dengan urine sapi dosis 4600 l ha-1 (O2).
Budidaya tanaman kacang hijau sangat Aplikasi pupuk urea dan urine sapi dilaksanakan
dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan unsur sebanyak dua kali. Pemberian pertama ialah saat
hara, khususnya unsur makro N, P dan K karena tanaman berumur 10 hst dan yang kedua saat
berperan dalam proses pertumbuhan dalam tanaman berumur 30 hst, masing-masing
upaya untuk meningkatkan hasil. Namun setengah bagian.
demikian, pemberian pupuk anorganik secara Pupuk yang digunakan ialah pupuk
terus menerus pada lahan pertanian akan dapat anorganik berupa SP–36 dan KCl, sedangkan
memberikan dampak terhadap makin urine sapi dan urea sebagai perlakuan. Urine
merosotnya daya dukung lahan seperti tanah sapi, urea dan KCl diberikan sebanyak 2 kali
menjadi cepat mengeras, menurunnya tingkat yaitu pada saat tanaman berumur 10 dan 30 hst.
konsistensi tanah dan menurunnya nilai pH Pemupukan awal urea (saat tanaman berumur
tanah (Handayanto, 1996). Oleh karena itu, agar 10 hst) ialah sebanyak 25 kg ha-1 (0,2 g
tujuan utama budidaya tanaman tetap tercapai tanaman-1) untuk N1 dan 50 kg ha-1 (0,4 g
(hasil yang tinggi) diikuti oleh lestarinya daya tanaman-1) untuk N2. Untuk dosis urine sapi
dukung lahan, maka aplikasi pupuk organik yang diberikan ialah 1150 l ha-1 (9,2 ml
perlu dilakukan. Urine sapi merupakan salah tanaman-1) untuk O1 dan 2300 l ha-1 (18,4 ml
satu contoh pupuk organik yang mempunyai tanaman-1) untuk O2. Dosis pemupukan awal
potensi sebagai sumber hara, khususnya unsur KCl diberikan sebanyak 12,5 kg ha-1 (0,2 g
N, P dan K. Oleh karena itu, melalui aplikasi tanaman-1). Sedangkan untuk pupuk SP–36
urine sapi tersebut diharapkan akan dapat diberikan seluruhnya pada saat awal tanam
membantu dalam mengurangi tingkat kebutuhan sebanyak 100 kg ha-1 (0,8 g tanaman-1). Sisa
pupuk anorganik, khususnya unsur N. bagian dari pupuk urea, urine sapi dan KCl
Penelitian ini bertujuan untuk diberikan saat tanaman menjelang berbunga
mempelajari pengaruh urine sapi dan pupuk yaitu ketika tanaman telah berumur 30 hst.
urea pada pertumbuhan dan hasil tanaman Aplikasi pupuk urea, SP–36 dan KCl dengan
kacang hijau serta menentukan dosis urine sapi cara ditugal di sebelah kiri atau kanan tanaman
dan pupuk urea yang tepat pada pertumbuhan dengan jarak ± 5 cm dari tanaman, sedangkan
dan hasil tanaman kacang hijau. Hipotesis yang aplikasi urine sapi dengan cara disiramkan
diajukan ialah penambahan urine sapi hingga secara merata pada daerah di bawah sekitar
dosis tertentu dapat mengurangi penggunaan tajuk tanaman kacang hijau dengan jarak ± 10
pupuk urea pada level tertentu pula. cm dari tanaman.
Pengamatan parameter pertumbuhan
meliputi jumlah daun, luas daun, bobot kering
BAHAN DAN METODE total tanaman, jumlah cabang dan laju
Penelitian ini dilaksanakan di kebun pertumbuhan relatif (LPR). Pengamatan
percobaan Universitas Brawijaya, Desa parameter hasil meliputi jumlah polong
Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten tanaman-1, bobot kering biji tanaman-1, bobot
Malang sejak bulan Maret hingga bulan Mei 100 biji dan hasil panen ton ha-1. Selain itu juga
2009. dilakukan pengamatan penunjang meliputi
Alat yang digunakan pada penelitian analisis kandungan urine sapi, analisis tanah
ini ialah oven, mistar, Leaf Area Meter (LAM), awal, analisis tanah tengah dan analisis tanah
cangkul, tugal, timbangan, sprayer dan sabit. akhir dan pengukuran data klimatologis selama
Bahan tanam yang digunakan pada penelitian penelitian berlangsung.
ini ialah benih kacang hijau varietas Walet.

2
Data yang diperoleh dianalisis dengan 50 kg ha-1 menjadi 100 ha-1 justru diikuti dengan
menggunakan uji F pada taraf 5%. Bila terdapat penurunan luas daun sebesar 24,85%. Hal ini
interaksi nyata maka dilanjutkan dengan uji berlaku pula pada penambahan urea sebanyak
perbandingan diantara perlakuan dengan 100 kg ha-1 yang diawali dari 0 (tanpa
menggunakan uji Duncan pada p = 0,05 dan bila pemberian urea) menjadi 100 kg ha-1, luas daun
terdapat pengaruh maka dilanjutkan dengan uji yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar
perbandingan diantara perlakuan dengan 12,17%.
menggunakan uji BNT pada p = 0,05.
c. Indeks luas daun
Aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata
HASIL DAN PEMBAHASAN pada indeks luas daun tanaman pada umur
HASIL pengamatan 15 hst. Rata-rata indeks luas daun
1. Komponen pertumbuhan tanaman tanaman akibat aplikasi pupuk urea dan urine
a. Jumlah daun sapi pada berbagai umur pengamatan disajikan
Interaksi nyata terjadi antara dosis pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada
pupuk urea dengan urine sapi pada variabel umur pengamatan 15 hst, tanaman yang
jumlah daun yang hanya terjadi pada umur dipupuk urea sebanyak 50 kg ha-1, nilai indeks
pengamatan 15 hst. Rata-rata jumlah daun luas daun yang dihasilkan nyata paling besar
akibat interaksi antara pupuk urea dan urine sapi bila dibandingkan dengan tanaman yang tanpa
disajikan dalam Tabel 1.Dari Tabel 1 dapat dipupuk urea maupun yang dipupuk urea pada
dijelaskan bahwa pada umur pengamatan 15 hst, dosis 100 kg ha-1. Penambahan pupuk urea
tanaman yang dipupuk urea sebanyak 0 dan 50 sebanyak 50 kg ha-1 yang diawali dari 0 (tanpa
kg ha-1 yang disertai dengan pemberian urine pemberian urea) menjadi 50 kg ha-1 dapat
sapi pada dosis 4600 l ha-1, jumlah daun yang meningkatkan indeks luas daun sebesar 14,29%.
dihasilkan tidak berbeda nyata dengan tanaman Akan tetapi penambahan urea selanjutnya, yaitu
yang tanpa dipupuk urea maupun yang dipupuk dari 50 kg ha-1 menjadi 100 ha-1 justru diikuti
urea hingga dosis 100 kg ha-1 yang tanpa diikuti dengan penurunan indeks luas daun sebesar
dengan pemberian urine sapi. Pemberian urea 25%. Hal ini berlaku pula pada penambahan
hingga dosis 100 kg ha-1 yang diikuti dengan urea sebanyak 100 kg ha-1 yang diawali dari 0
pemberian urine sapi pada dosis 4600 l ha-1, (tanpa pemberian urea) menjadi 100 kg ha-1,
rata-rata jumlah daun yang dihasilkan nyata indeks luas daun yang dihasilkan mengalami
lebih rendah 33,08% bila dibandingkan dengan penurunan sebesar 14,29%.
tanaman yang diberi pupuk urea pada dosis 50
kg ha-1 yang diikuti dengan dosis urine sapi d. Bobot kering total tanaman
yang sama (4600 l ha-1). Interaksi dan pengaruh nyata tidak
Interaksi dan pengaruh nyata tidak terjadi antara dosis pupuk urea dan urine sapi
terjadi antara dosis pupuk urea dan urine sapi pada bobot kering total tanaman pada berbagai
pada umur pengamatan 35 dan 55. Rata-rata umur pengamatan. Rata-rata bobot kering total
jumlah daun akibat pemberian pupuk urea dan tanaman akibat pemberian pupuk urea dan urine
urine sapi disajikan dalam Tabel 2. sapi disajikan dalam Tabel 5.

b. Luas daun e. Laju pertumbuhan relatif


Aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata Aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata
pada luas daun tanaman hanya terjadi pada pada laju pertumbuhan relatif tanaman pada hari
umur pengamatan 15 hst. Rata-rata luas daun ke 15 – 35. Rata-rata laju pertumbuhan relatif
tanaman akibat aplikasi pupuk urea dan urine tanaman akibat pemberian pupuk urea dan urine
sapi pada berbagai umur pengamatan disajikan sapi disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6
pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada menunjukkan bahwa pada hari ke 15 – 35,
umur pengamatan 15 hst, tanaman yang tanaman yang dipupuk urea sebanyak 100 kg
dipupuk urea sebanyak 50 kg ha-1, luas daun ha-1, laju pertumbuhan relatif tanaman yang
yang dihasilkan nyata paling luas bila dihasilkan nyata paling cepat bila dibandingkan
dibandingkan dengan tanaman yang tanpa dengan tanaman yang tanpa dipupuk urea
dipupuk urea maupun yang dipupuk urea pada maupun yang dipupuk urea pada dosis 50 kg ha-
dosis 100 kg ha-1. Penambahan pupuk urea 1
. Penambahan pupuk urea sebanyak 100 kg ha-1
sebanyak 50 kg ha-1 yang diawali dari 0 (tanpa yang diawali dari 0 (tanpa pemberian urea) dan
pemberian urea) menjadi 50 kg ha-1 dapat 50 kg ha-1 yang diawali dari 50 (pemberian urea
meningkatkan luas daun sebesar 16,87%. Akan 50 kg ha-1) dapat meningkatkan laju
tetapi penambahan urea selanjutnya, yaitu dari pertumbuhan relatif tanaman masing-masing

3
sebesar 7,38% dan 12,68%. Tanaman yang tidak berbeda nyata dengan tanaman yang
tanpa dipupuk urea, laju pertumbuhan relatif dipupuk urea hingga dosis 50 kg ha-1.
tanaman yang dihasilkan tidak berbeda nyata
dengan tanaman yang dipupuk urea hingga d. Hasil panen (ton/ha)
dosis 50 kg ha-1. Interaksi dan pengaruh nyata tidak
terjadi antara dosis pupuk urea dan urine sapi
f. Jumlah cabang/tanaman pada hasil panen (ton ha-1). Rata-rata hasil
Interaksi dan pengaruh nyata tidak panen (ton ha-1) akibat pemberian pupuk urea
terjadi antara dosis pupuk urea dan urine sapi dan urine sapi disajikan dalam Tabel 11.
pada jumlah cabang tanaman-1 pada umur
pengamatan 55 hst. Rata-rata jumlah cabang PEMBAHASAN
tanaman-1 akibat pemberian pupuk urea dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
urine sapi disajikan dalam Tabel 7. interaksi nyata antara pupuk urea dengan urine
sapi hanya pada komponen pertumbuhan, yaitu
2. Komponen hasil pada variabel jumlah daun saat tanaman
a. Jumlah polong/tanaman berumur 15 hst (Tabel 1). Hasil tersebut
Aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata menunjukkan bahwa jumlah daun yang
pada variabel jumlah polong tanaman-1 pada dihasilkan oleh tanaman yang dipupuk urea
saat panen. Rata-rata jumlah polong tanaman-1 pada dosis 100 kg ha-1 yang disertai pemberian
akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi urine sapi sebanyak 4600 l ha-1 ialah nyata lebih
disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan rendah bila dibandingkan dengan jumlah daun
bahwa pada pengamatan panen, tanaman yang yang dihasilkan oleh tanaman yang dipupuk
dipupuk urea sebanyak 50 kg ha-1 dan 100 kg urea pada dosis 50 kg ha-1 yang disertai
ha-1 menghasilkan jumlah polong yang tidak pemberian urine pada level yang sama maupun
berbeda nyata, namun nyata lebih banyak bila dengan tanaman yang dipupuk urea pada dosis
dibandingkan dengan tanaman yang tanpa 100 kg ha-1 yang disertai tanpa pemberian urine
dipupuk urea. Penambahan pupuk urea sapi. Hal ini diduga tanaman kacang-kacangan
sebanyak 50 kg ha-1 dan 100 kg ha-1 yang pada umumnya dapat mengikat N dari udara
diawali dari 0 (tanpa pemberian urea) jumlah bebas dengan menggunakan bintil akar, tetapi
polong yang dihasilkan mengalami kenaikan pengikatan N ini mulai aktif pada waktu daun
masing-masing sebesar 17,09% dan 30,51%.. pertama muncul sehingga tetap diperlukan
pupuk N untuk digunakan selama bintil akar
b. Bobot kering biji/tanaman belum aktif mengikat N dari udara. Caray
Interaksi dan pengaruh nyata tidak (2008) menyatakan bahwa kebutuhan pupuk N
terjadi antara dosis pupuk urea dan urine sapi ini sebanyak 10 – 25 kg ha-1. Adisarwanto
pada bobot kering biji tanaman-1 pada saat (1992) mengemukakan bahwa pemberian pupuk
panen. Rata-rata bobot kering biji tanaman-1 N (urea) sebesar 50 kg ha-1 pada budidaya
akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi kacang hijau varietas Walet dapat meningkatkan
disajikan dalam Tabel 9. komponen hasil. Peningkatan hasil mencapai
25% bila dibandingkan dengan budidaya
c. Bobot 100 biji tanaman kacang hijau tanpa pupuk nitrogen.
Aplikasi pupuk urea berpengaruh nyata Sementara berdasarkan hasil analisis tanah, N
pada variabel bobot 100 biji. Rata-rata bobot total tanah menunjukkan kategori sedang. Hal
100 biji akibat pemberian pupuk urea dan urine ini berarti penambahan unsur N melalui pupuk
sapi disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 urea dan urine sapi dapat meningkatkan
menunjukkan bahwa pada saat panen, tanaman kandungan N total tanah sehingga
yang dipupuk urea sebanyak 100 kg ha-1, bobot mengakibatkan tanaman kelebihan unsur N.
100 biji yang dihasilkan nyata paling berat bila Menurut Novizan (2005), dampak dari
dibandingkan dengan tanaman yang tanpa kelebihan N pada tanaman ialah tanaman
dipupuk urea maupun yang dipupuk urea pada tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi lebih
dosis 50 kg ha-1. Penambahan pupuk urea besar, batang menjadi lunak dan berair
sebanyak 100 kg ha-1 yang diawali dari 0 (tanpa (sekulensi) sehingga mudah rebah dan terserang
pemberian urea) dan 50 kg ha-1 yang diawali penyakit. Kelebihan nitrogen juga dapat
dari 50 (pemberian urea 50 kg ha-1) menunda pembentukan bunga, bahkan bunga
meningkatkan bobot 100 biji masing-masing yang telah terbentuk lebih mudah rontok. Efek
sebesar 4,15% dan 2,42%. Tanaman yang tanpa lain dari kelebihan nitrogen ialah pematangan
dipupuk urea, bobot 100 biji yang dihasilkan buahnya akan terhambat. Sanchez (1992),
menambahkan bahwa apabila tanaman

4
mendapatkan dosis nitrogen yang tinggi, maka kehilangan nitrogen yang cukup besar pada
akan terjadi penurunan hasil yang disebabkan rentan waktu setelah hari ke – 15 sampai dengan
oleh pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dan panen, sehingga ketersediaan unsur hara dalam
kerebahan. Sehingga adanya penambahan tanah tidak mampu memberikan pengaruh yang
pupuk urea yang disertai dengan urine sapi tidak lebih baik pada variabel pertumbuhan kacang
memberikan peningkatan secara nyata pada hijau. Menurut Indranada (1986) dan Sanchez
pertumbuhan tanaman. Hal tersebut sesuai (1992), faktor kehilangan N dapat berasal dari
dengan hukum minimum Liebig yang penyerapan oleh tanaman kacang hijau, curah
menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil hujan yang cukup tinggi sehingga
tanaman bergantung pada kebutuhan unsur hara memungkinkan terjadinya limpasan permukaan
tanaman yang tersedia, namun apabila (surface runoff) dan pencucian (leaching).
ketersediaan unsur hara melebihi dari faktor Faktor kehilangan N terbesar timbul apabila
pembatas maka dapat menurunkan pertumbuhan pencucian dan pengeringan terjadi secara
tanaman sebab unsur hara tersebut dapat bersifat bergantian. Bila kadar air terlalu besar, oksigen
racun bagi tanaman. tanah menjadi terbatas sehingga dapat
Pada variabel luas daun dan indeks mengakibatkan laju denitrifikasi meningkat.
luas daun, aplikasi pupuk urea berpengaruh Kehilangan N dapat pula terjadi melalui
nyata yang hanya terjadi pada umur pengamatan penguapan N ke udara dalam bentuk NH3 yang
15 hst (Tabel 3 dan Tabel 4). Pada variabel luas sering dikenal dengan volatisasi. Birch dan
daun penambahan pupuk urea sebanyak 50 kg Hardy ((1950) dalam Sanchez, 1992)
ha-1 yang diawali dari 0 memberikan hasil luas mengemukakan faktor kehilangan nitrogen
daun yang paling luas bila dibandingkan dengan dapat dikaitkan dengan adanya fluktuasi
tanaman yang tanpa dipupuk urea maupun musiman nitrogen pada musim hujan yang
dipupuk urea sebanyak 100 kg ha-1. Namun dikenal dengan “pengaruh Birch”. Pola tersebut
penambahan urea selanjutnya, yaitu dari 50 kg terdiri dari (1) pembentukan nitrat yang lambat
ha-1 menjadi 100 ha-1 justru mengakibatkan pada tanah–atas selama musim kemarau, (2)
penurunan luas daun sebesar 25%. Hal ini kenaikan yang besar tetapi berjangka waktu
diduga kebutuhan unsur hara tanaman terutama pendek pada permulaan musim hujan, dan (3)
unsur nitrogen dari pupuk urea telah tercukupi penurunan yang cepat selama musim hujan yang
pada dosis 50 kg ha-1 sehingga adanya selebihnya. Penyebab lainnya ialah diduga
penambahan pupuk urea hingga 100 kg ha-1 adanya perbedaan mendasar jenis nitrogen yang
tidak memberikan peningkatan secara nyata terdapat dalam urine sapi dan urea. Nitrogen
pada pertumbuhan tanaman. Hal tersebut sesuai yang terdapat dalam urine sapi ialah jenis N
dengan hukum Mitscherlich (Gardner et. al., organik sehingga ketersediaannya bagi tanaman
1991). Demikian pula berlaku hal yang sama menjadi bentuk tersedia melalui mineralisasi
pada variabel indeks luas daun. membutuhkan rentan waktu yang cukup lama
Pada variabel laju pertumbuhan relatif bila dibandingkan dengan N anorganik dalam
tanaman, tidak terjadi interaksi antara aplikasi pupuk urea.
pupuk urea dengan pemberian urine sapi. Pada komponen hasil tanaman kacang
Namun secara terpisah aplikasi pupuk urea hijau, pengaruh interaksi antara pemberian
berpengaruh nyata pada laju pertumbuhan pupuk urea dan urine sapi tidak terjadi. Namun
relatif saat hari ke 15 – 35 (Tabel 6). Pemberian secara terpisah aplikasi pupuk urea mampu
urea pada dosis 100 kg ha-1, memberikan hasil memberikan pengaruh nyata pada variabel
laju pertumbuhan relatif yang paling cepat bila jumlah polong tanaman-1 dan bobot 100 biji
dibandingkan dengan tanaman yang tanpa (Tabel 8 dan Tabel 10). Penambahan pupuk
dipupuk urea maupun dipupuk urea sebanyak 50 urea sebanyak 50 kg ha-1 dan 100 kg ha-1 yang
kg ha-1. Pemberian pupuk urea sebanyak 100 kg diawali dari 0 memberikan pengaruh yang tidak
ha-1 diduga memberikan unsur hara nitrogen berbeda nyata, akan tetapi nyata lebih banyak
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bila dibandingkan dengan tanaman yang tanpa
tanaman yang tanpa dipupuk urea dan dipupuk dipupuk urea. Penambahan pupuk urea
urea sebanyak 50 kg ha-1 sehingga unsur hara sebanyak 50 kg ha-1 dan 100 kg ha-1 diduga
nitrogen yang tersedia dalam tanah mampu mampu memberikan ketersediaan nitrogen yang
memberikan pengaruh pada laju pertumbuhan lebih pada tanah sehingga mampu menghasilkan
relatif tanaman yang cepat. jumlah polong yang banyak bila dibandingkan
Tidak adanya interaksi yang terjadi dengan tanaman yang tanpa dipupuk urea.
pada komponen pertumbuhan pada variabel Aplikasi pupuk urea pada umur 30 hst sangat
bobot kering total tanaman dan jumlah cabang tepat sebab pada saat tersebut tanaman kacang
tanaman diduga karena adanya faktor hijau sudah mulai memasuki fase pembentukan

5
bunga, dalam hal ini peran nitrogen untuk memperhatikan kondisi musim, dosis pemberian
pengisian biji polong dibutuhkan dengan adanya dan waktu aplikasi yang tepat.
ketersediaan unsur nitrogen yang tersedia.
Frigustini (2001) menyatakan bahwa nitrogen
berperan penting dalam proses pengisian protein DAFTAR PUSTAKA
biji. Pembentukan polong yang lebih baik pada
pemberian pupuk urea sebanyak 100 kg ha-1, Adisarwanto, T. 1992. Pemupukan NPK pada
selanjutnya mampu menghasilkan bobot 100 kacang hijau. Proyek Penelitian
biji yang paling baik bila dibandingkan dengan Tanaman Pangan. Balittan. Malang. pp.
tanaman yang tanpa dipupuk urea maupun 70 – 75.
dengan tanaman yang dipupuk urea sebanyak 50
kg ha-1. Hal ini diduga karena ketersediaan Anonymous. 1989. Cara budidaya palawija.
unsur nitrogen yang lebih banyak pada tanah Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman
membantu tanaman untuk pengisian biji, Pangan. Proyek Pengembangan
terutama dalam pembentukan protein biji Palawija SFCDF-USAID, Jakarta.
sehingga kualitas bobot 100 biji dapat
meningkat. Anty, K. 1998. Pengaruh urine sapi terhadap
Hasil analisa tanah menunjukkan pertumbuhan dan hasil jagung manis.
bahwa jumlah kandungan C–organik, C/N dan Politeknik Pertanian Universitas
N total tanah mengalami penurunan pada saat Andalas. Payakumbuh.
hari ke – 45 dan saat hari ke – 65. Pada saat hari
ke – 45 penurunan N total tanah terbesar terjadi Caray, L. 2008. Dasar Agronomi kacang hijau.
pada tanah yang dipupuk urea sebanyak 100 kg http://makalahdanskripsi.blogspot.com/
ha-1 dan pada saat hari ke – 65 penurunan N 2008/08/dasar-agronomi-kacang-
total tanah terbesar terjadi pada tanah yang hijau.html
tanpa dipupuk urea yang tanpa pemberian urine Diakses pada tanggal 16 Juni 2009.
sapi. Penyebab menurunnya kandungan N total
tanah diduga akibat adanya penyerapan N oleh Frigustini, A. 2001. Respon tingkat pemberian
tanaman, pencucian, limpasan permukaan air terhadap pertumbuhan dan hasil
maupun penguapan N ke udara. Menurut beberapa varietas kacang hijau (Vigna
Sanchez (1992), mineralisasi bahan organik radiata L.). FP Universitas Brawijaya.
tanah juga dapat menjadi penyebab menurunnya Malang. p. 4
kandungan N total tanah, sebab mikroba yang
berperan aktif dalam mineralisasi turut Gardner, Franklin,P., R.B. Pearce, dan R.L.
memanfaatkan N sebagai sumber makanannya. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman
budidaya. UI-press. Jakarta. p129-170

KESIMPULAN DAN SARAN Guntoro, S. 2006. Leaftet ”Teknik produksi dan


Kesimpulan aplikasi pupuk organik cair dari limbah
1. Aplikasi pupuk urea sebanyak 50 kg ha-1 ternak”. Kerjasama Balai Pengkajian
yang disertai pemberian urine sapi pada Teknologi Pertanian Bali dengan
dosis 4600 l ha-1 pada tanaman kacang Bappeda Provinsi Bali.
hijau pada umur pengamatan 15 hst,
menghasilkan jumlah daun yang lebih Handayanto, E. 1996. Dekomposisi dan
banyak dengan rata-rata jumlah daun 1,33 mineralisasi nitrogen bahan organik.
helai tanaman-1. Habitat 7:26-29
2. Aplikasi pupuk urea memberikan pengaruh
nyata pada komponen pertumbuhan Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan kesuburan
tanaman kacang hijau yang meliputi tanah. PT Bina Aksara. Jakarta. p. 90
jumlah daun, luas daun, indeks luas daun
serta pada komponen hasil yang meliputi Kariada, I.K., B. Ariabawa dan M. Nazam.
jumlah polong tanaman-1 dan bobot 100 2007. Pemanfaatan beberapa pupuk
biji tanaman. organik dan anorganik terhadap
pertumbuhan hasil jagung manis di
Saran lahan kering dataran tinggi beriklim
Aplikasi pupuk urea yang disertai basah. Balai Pengkajian Teknologi
dengan pemberian urine sapi sebaiknya Pertanian. Bali. p. 5

6
Lakitan, B. 1995. Dasar-dasar fisiologi Soeprapto dan M. Rasyid. 2001. Bertanam
tumbuhan. PT Grafindo Persada. kacang hijau. Penebar swadaya.
Jakarta. pp. 67 – 90. Jakarta.

Lingga, P. 1993. Pupuk dan cara memupuk. Sumarno. 1992. Kacang hijau. Balai Penelitian
Kanisius. Jakarta. Tanaman Pangan. Malang.

Lingga, P. 2002. Petunjuk penggunaan pupuk. Suprijadi, G., N. Tjarya dan Soenaryo. 1988.
Penebar Swadaya. Jakarta. p. 150 Pengamatan kualitatif auksin, kinetin,
Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk giberelin pada urin sapi, kambing dan
penggunaan pupuk. Edisi Revisi. domba. Warta 7 (6) : 24 – 28.
Penebar Swadaya. Jakarta. pp. 8 – 65.
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan cara
Marsono dan Sigit. 2001. Petunjuk penggunaan pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. pp.
pupuk. Edisi revisi. Penebar Swadaya. 132 – 144.
Jakarta. pp. 8 – 65. Trustinah. 1993. Biologi tanaman kacang hijau.
Monograf BPTP. Malang. 9 (2) : 12 –
Naswir. 2003. Pemanfaatan urin sapi yang 21.
difermentasi sebagai nutrisi tanaman.
http://tumoutou.net/702_07134/naswir.
htm
Diakses pada tanggal 21 Desember
2008.

Novizan. 2002. Petunjuk pemupukan yang


efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta.
pp. 65 – 89.

Novizan. 2005. Petunjuk pemupukan yang


efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta.
pp. 39 – 40.

Pushangadaan, P. 2007. Synergistic fermented


plant growth promoting, bio control
composition.
http://www.patentstrom.us/investors/ht
m
Diakses pada tanggal 21 Desember
2008.

Rukmana, R. 1997. Budidaya dan pasca panen


kacang hijau. Kanisius. Yogyakarta. p.
19

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan pengolahan tanah


tropika. ITB. Bandung. pp. 225 – 233.

Sharma, N.K. dan M.G. Das. 2003. Cow urine


principles and aplications.
http://www.hkrl.com/htm
Diakses pada tanggal 21 Desember
2008.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis


pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. p. 407

7
Tabel 1. Rata-rata jumlah daun akibat interaksi antara pupuk urea dan urine sapi pada berbagai umur
pengamatan 15 hst.
Umur Dosis pupuk Urea Dosis urine sapi (l ha-1)
-1
(hst) (kg ha ) 0 2300 4600
0 1,11 abc 1,00 ab 1,11 abc
15 50 1,00 ab 1,00 ab 1,33 c
100 1,22 bc 1,00 ab 0,89 a
UJD 5%
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf p = 0,05; tn = tidak nyata; hst = hari
setelah tanam.

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada umur pengamatan 35
dan 55 hst.
Jumlah daun (cm2)
Perlakuan
35 (hst) 55 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 5,63 10,74
50 5,59 10,78
100 5,93 11,52
BNT 5% tn tn
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 5,74 11,22
2300 5,81 10,78
4600 5,59 11,04
BNT 5% tn tn
Keterangan: tn = tidak nyata; hst = hari setelah tanam.

Tabel 3. Rata-rata luas daun tanaman (cm2) akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada berbagai
umur pengamatan.
Luas daun (cm2)
Perlakuan
15 (hst) 35 (hst) 55 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 5,75 b 272,46 1210,35
50 6,72 c 265,18 1149,27
100 5,05 a 329,98 1338,02
BNT 5% 0,56 tn tn
-1
Dosis urine sapi (l ha )
0 5,27 274,36 1254,82
2300 4,89 310,07 1225,52
4600 7,37 283,20 1217,29
BNT 5% tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 0,05; tn = tidak nyata; hst = hari setelah
tanam.

8
Tabel 4. Rata-rata indeks luas daun akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada berbagai umur
pengamatan.
Indeks luas daun
Perlakuan
15 (hst) 35 (hst) 55 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 0,007 b 0,341 1,513
50 0,008 c 0,331 1,437
100 0,006 a 0,412 1,673
BNT 5% 0,0007 tn tn
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 0,007 0,343 1,569
2300 0,006 0,388 1,532
4600 0,009 0,354 1,522
BNT 5% tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 0,05; tn = tidak nyata; hst = hari setelah
tanam.

Tabel 5. Rata-rata bobot kering total tanaman (g) akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada
berbagai umur pengamatan.
Bobot kering total tanaman (g)
Perlakuan
15 (hst) 35 (hst) 55 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 0,16 3,26 21,15
50 0,18 3,16 22,73
100 0,15 3,78 25,63
BNT 5% tn tn tn
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 0,16 3,22 23,30
2300 0,16 3,54 22,61
4600 0,18 3,44 23,60
BNT 5% tn tn tn
Keterangan: tn = tidak nyata; hst = hari setelah tanam.

Tabel 6. Rata-rata laju pertumbuhan relatif tanaman akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada hari
ke 15 – 35 dan 35 – 55.
Laju pertumbuhan relatif (g g-1 hari-1) pada hari ke
Perlakuan
15 – 35 35 – 55
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 0,149 a 0,091
50 0,142 a 0,099
100 0,160 b 0,097
BNT 5% 0,009 tn
-1
Dosis urine sapi (l ha )
0 0,147 0,098
2300 0,155 0,093
4600 0,149 0,096
BNT 5% tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 0,05; tn = tidak nyata.

9
Tabel 7. Rata-rata jumlah cabang tanaman-1 akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada umur
pengamatan 55 hst.
Jumlah cabang tanaman-1
Perlakuan
55 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 5,70
50 6,18
100 6,78
BNT 5% tn
Dosis pupuk urea (l ha-1)
0 6,18
2300 6,48
4600 6,00
BNT 5% tn
Keterangan: tn = tidak nyata; hst = hari setelah tanam.

Tabel 8. Rata-rata jumlah polong tanaman-1 akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada saat panen.
Jumlah polong tanaman-1
Perlakuan
60 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 16,03 a
50 18,77 b
100 20,92 b
BNT 5% 2,64
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 17,87
2300 18,92
4600 18,93
BNT 5% tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 0,05; tn = tidak nyata; hst = hari setelah
tanam.

Tabel 9. Rata-rata bobot kering biji tanaman-1 (g) akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada saat
panen.
Bobot kering biji tanaman-1 (g)
Perlakuan
60 (hst)
Dosis pupuk urea (kg ha-1)
0 11,73
50 13,48
100 15,23
BNT 5% tn
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 12,83
2300 14,01
4600 13,61
BNT 5% tn
Keterangan: tn = tidak nyata; hst = hari setelah tanam.

10
Tabel 10. Rata-rata bobot 100 biji akibat pemberian pupuk urea dan pupuk urine sapi pada saat panen.
Bobot 100 biji (g)
Perlakuan
60 (hst)
-1
Dosis pupuk urea (kg ha )
0 7,72 a
50 7,85 a
100 8,04 b
BNT 5% 0,18
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 7,71
2300 7,97
4600 7,93
BNT 5% tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 0,05; tn = tidak nyata; hst = hari setelah
tanam.

Tabel 11. Rata-rata hasil panen (ton ha-1) akibat pemberian pupuk urea dan urine sapi pada saat panen.
Perlakuan Hasil panen (ton ha-1)
-1
Dosis pupuk urea (kg ha )
0 1,47
50 1,68
100 1,90
BNT 5% tn
Dosis urine sapi (l ha-1)
0 1,60
2300 1,75
4600 1,70
BNT 5% tn
Keterangan: tn = tidak nyata; hst = hari setelah tanam.

11

You might also like