Professional Documents
Culture Documents
Pembagian Ilmu Menurut Al-Ghazali (Tela'ah Kitab Ihya' Ulum Ad-Din)
Pembagian Ilmu Menurut Al-Ghazali (Tela'ah Kitab Ihya' Ulum Ad-Din)
Hakmi Wahyudi
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
midarelhakim1983@uin-suska.ac.id
Abstract
This study was initiated by the sharing of knowledge found in Islamic religious education
such as the presence of fardhu 'ain and fardhu kifayah, which influence the education
system in Indonesia. This study aims to investigate the classification of knowledge
according to Al-Ghazali's perspective in his book entitled Ihya’ ‘Ulum ad-Din. Therefore,
this study was written under the title of “The Classification of Knowledge by Al-Ghazali (A
Study of Ihya’ ‘Ulum ad-Din Book).” Judging from the title, this scientific work is library
research in which data collection technique used was documentation. Data were
collected through written legacy such as writings, pictures, archives, and books about
theoretical opinions, arguments, and laws related to research problems. The sharing of
knowledge is something that has long been happening in the world of Islamic education
where many experts or scholars classify knowledge based on different perspectives. In
Islam, knowledge is the basis for worship. Thus, knowing the meaning, object, and source
of knowledge is indispensable in an education. In the book of Ihya’ ‘Ulum ad-Din, Al-
Ghazali classified knowledge into two types, namely fardhu’ain knowledge and fardhu
kifayah knowledge. Fardhu'ain knowledge is a science or knowledge that is required to be
studied by every human being, while fardhu kifayah knowledge is a science that if there is
at least someone or a group of people who studies it, the obligation to study will fall on
the communities in that area. The results showed that in the book of Ihya' 'Ulum ad-Din,
Al-Ghazali classified knowledge into two, fardhu'ain knowledge and fardhu kifayah
knowledge. Muamalah knowledge such as aqidah (things to do and not to) and
mukasyafah knowledge are included in fardhu'ain knowledge. Meanwhile, knowledge of
shari'ah and knowledge of non-shari'ah matters (praiseworthy knowledge, disgraceful
knowledge, and allowed knowledge) are included in the fardhu kifayah knowledge.
12
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
13
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
14
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
15
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
16
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
17
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
sesuatu itu serta ancaman apa Arifin (ahli Ilmu Ma’rifah yaitu ilmu
saja yang dapat mengancam menganal Allah Ta’ala)
sesuatu tersebut. Maka kita harus mengatakan bahwa,
mengenali lawan supaya kita “Orang yang tidak
mempunyai bahagian dari
tahu bagaimana cara
ilmu Mukasyafah ini, aku
melawannya. Kita harus takut akan buruk
kesudahannya (tidak
mengenal sifat mazmumah agar
memperoleh husnul
kita tahu bagaimana cara khatimah). Sekurang-kurang
bahagian dari padanya, ialah
mengatasinya dalam diri kita.
membenarkan ilmu itu dan
tunduk kepada ahlinya”.
Ilmu Mukasyafah atau Ilmu
Ilmu Mukasyafah ibarat
Ladunni
sebuah cahaya yang lahir dari
Ilmu Mukasyafah atau Ilmu
dalam hati ketika pengucian dan
Ladunni adalah ilmu yang
pembersihannya terbebas dari
diperoleh seorang hamba berupa
sifat-sifat yang tercela. Dari
anugerah yang langsung
cahaya itu tersingkaplah hal-hal
biberikan oleh Allah. Bisa saja
yang tadinya masih belum terurai
didapat dengan sebab dan
dan tidak jelas dan tersembunyi
potensi dasar yang sudah ada,
menjadi jelas dan terbuka.
maupun tanpa sebab dan potensi
Seperti mengetahui makna
prasyarat yang dibutuhkan.
kenabian, makna wahyu,
Dalam konteks ini termasuk di
malaikat, mizan, sirat,
dalamnya adalah intuisi atau
permusuhan setan dan malaikat
ilham-ilham yang dianugerahkan
dan seterusnya.
kepada manusia, yang mungkin
Hati manusia itu layaknya
dirasakan seolah hanya hasil pikir
sebuah cermin yang dapat
dan terlintas begitu saja
menerima cahaya (ilham). Jika
(Baharuddin et.all., 2011:100).
saja cermin itu tidak berkarat atau
Ilmu Mukasyafah adalah
kotor akibat kotoran dunia atau
ilmu bathin dan merupakan
peyakit hati lainnya, maka
kesudahan dari segala ilmu. Para
tentulah cermin tersebut dapat
18
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
19
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
20
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
21
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
22
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
23
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
24
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
Oleh karena itu, ilmu jenis dengan analisis inilah, data yang
ini tidak bisa diperoleh lewat rasio ada akan tampak manfaatnya
dan panca indra, akan tetapi dalam memecahkannya dan
lewat penyucian jiwa. Namun al- mencapai tujuan akhir penelitian
Ghazali menempatkan kedua (Arikunto, 1991:3). Oleh sebab itu
ilmu tersebut tidak sebagai analisis data yang peneliti
sesuatu yang berlawanan lakukan adalah berupa analisa
melainkan sesuatu yang konsep-konsep pembagian ilmu
berhubungan erat. Ilmu yang yang digambarkan oleh Imam
pertama adalah sangat penting Ghazali dalam kitab “Ihya ulum
untuk mencapai ilmu yang kedua. ad-Din”.
Metode Penelitian Pembahasan
Jenis penelitian ini adalah Berdasarkan pandangan
Library Research yang berarti al-Ghazali, dapat diambil
riset kepustakaan atau kesimpulan bahwa ada dua
kepustakaan murni. Penelitian ini sistem di mana ilmu itu dapat
akan menggali konsep diperoleh, yaitu usaha nyata dan
pembagian ilmu dalam kitab Ihya’ inspirasi Tuhan; usaha akal dan
‘Ulum ad-Din karya al-Ghazali badan di satu sisi dan Nur Ilahi di
tentang pembagian ilmu. sisi yang lain. Dua pendekatan ini
Penelitian pustaka atau riset sejalan dengan dua macam ilmu
pustaka adalah serangkaian di atas, dan di sinilah mystik al-
kegiatan yang berkenaan dengan Ghazali masuk dalam ranah
metode pengumpulan data pendidikan lebih kuat dari pada
pustaka, membaca dan mencatat kemampuan akal manusia.
serta mengolah bahan koleksi Namun ini tidak berarti al-Ghazali
perpustakaan saja tanpa menolak peran akal di dalamnya,
memerlukan riset lapangan ia hanyalah menempatkannya
(Mestika, 2004:3). Analisis data pada posisi kedua setelah “nur”
dalam penelitian ini menjadi hal Tuhan. Dengan kata lain,
yang sangat penting, karena meskipun al-Ghazali menolak
25
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
26
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
27
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
28
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol.19,No.2, Juli – Desember,2020 (12 – 30)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
29
Yuri Indri Yani, Hakmi Wahyudi, Mhd.Rafi’I Ma’arif Tarigan: Pembagian Ilmu
Menurut al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya ‘Ulum ad-Din)
DOI:1024014/af.v19.i2.11338.
30