Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)

DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan (JARSP)


Journal of Archive in Civil Engineering and Planning
E-ISSN: 2615-1340

Journal homepage: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index

KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI HYBRID DENGAN SUBSTITUSI


SEMEN DAN AGREGAT HALUS ISSN:SERTA
2088-9860 PENAMBAHAN NANO
MATERIAL BIJIH BESI
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
ISSN: 2088-9860
Nora Usrinaa,*, Teuku Budi Auliab, Muttaqin Muttaqinc
a Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah kuala, Banda Aceh
b,c
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author, email address: norausrina24@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article History: SNI 03-6468-2000 defines a high-quality concrete as a concrete with a


Recieved 29 December 2017 compressive strength equal to or larger than 41,4 MPa. To obtain a high
Recieved in revised form 3 March 2018 strength concrete, increasing the quality of material components is
Accepted 10 March 2018
needed. The improvement of concrete quality can be done by addition or
substitution processes in the concrete mixture. In this research, the
substitution of cement, fine aggregate and coarse aggregate with fly ash
coal, palm shells, pozzolan sands and the addition of iron ore
Keywords: nanomaterial as filler (BMT-H) were selected. The purpose of this
Hybrid high performance concrete, research is to compare the compressive strength of hybrid high-quality
compressive strength, iron or, fly ash concrete (BMT-H) to normal high-quality concrete (BMT-N). Samples
coal, palm shells, pozzolan sand of concrete compressive in a cylindrical shape with diameter 15 cm and
height 30 cm were prepared. Concrete compressive strength test was
performed on concrete at age of 7 days, 28 days, and 56 days. The
results of compressive strength maximum on concrete at age 7 days, 28
days and 56 days are 44,28 MPa; 59,48 MPa and 69,71 MPa,
consecutively.

©2018 Magister Teknik Sipil Unsyiah.All rights reserved

1. PENDAHULUAN
Beton adalah salah satu unsur utama dalam konstruksi bangunan. Dalam pembangunan gedung
bertingkat tinggi serta infrastruktur lainnya yang bersifat massal dibutuhkan beton dengan kekuatan
tinggi, beton mutu tinggi adalah pilihan yang tepat. Beton mutu tinggi yang tercantum pada SNI 03-6468-
2000 didefinisikan sebagai beton yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan
41,4 MPa. Untuk memperoleh beton mutu tinggi hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan mutu
material pembentuknya. Peningkatan mutu beton dapat dilakukan dengan penambahan atau
mensubstitusikan bahan lain (additive) kedalam campuran beton. Pada penelitian ini, peneliti
mensubstitusikan semen dengan menggunakan fly ash batu bara, pasir pozzolan, dan cangkang sawit,
substitusi agregat halus menggunakan pasir pozzolan dan bongkahan cangkang sawit, dan agregat kasar
pada campuran beton mutu tinggi dengan fly ash batu bara, cangkang sawit, pasir pozzolan, serta
menambahkan nanomaterial bijih besi sebagai filler.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kuat tekan beton mutu tinggi hybrid (BMT-H) yang menggunakan fly ash batu bara, cangkang sawit, dan
pasir pozzolan sebagai substitusi semen, substitusi agregat halus dan agregat kasar serta penambahan
filler nanomaterial bijih besi dan dibandingkan dengan beton mutu tinggi normal (BMT-N).

179
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Beton Mutu Tinggi
Menurut Mulyono (2005), kriteria beton mulai berubah seiring berkembangnya zaman dan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai sesuai dengan perkembangan teknologi beton. Pada tahun 1950-an,
beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 MPa, tahun 1960 – 1970
kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatannya di
atas 55 MPa dan 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa dikategorikan
sebagai beton bermutu ultra tinggi. Beberapa sifat kekuatan beton mutu tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.
Untuk meningkatkan kekuatan beton, minimal ada tiga konsep dasar yang perlu diikuti, yaitu:
pertama adalah peningkatan kekuatan pasta semen, yang biasanya didapatkan dengan mengurangi
porositas pasta, dengan mengurangi rasio air – semen dan atau menggunakan water reducing agent.
Peningkatan kekuatan pasta semen juga dapat diperoleh dengan pemakaian mineral admixtures seperti
mikrosilika atau abu terbang. Kedua adalah dengan pemilihan kualitas agregat yang baik. Ketiga adalah
dengan peningkatan kuat lekatan antara pasta semen dengan agregat, yang dapat dilakukan dengan
memberikan bahan tambahan seperti klinker atau juga mikrosilika, serta pemilihan bentuk agregat yang
sesuai (Newman dan Choo, 2003).

Tabel 1
Sifat kekuatan berbagai beton mutu tinggi

Kuat Tekan (MPa)


Jenis FAS Catatan
(28 hari)

Slump 50-100 mm
Konsistensi Normal 0,35-0,40 35-80
Semen lebih besar

No – Slump 0,30-0,45 35-50 Slump > 25 mm

w/c Rendah 0,20-0,35 100-170 Pakai admixtures

Compacted 0,05-0,30 70-240 Kuat Tekan > 70 Mpa


Sumber : Paul Nugraha dan Antoni, 2007

Bahan tambah adalah bahan-bahan pembentuk beton (semen, air, dan agregat) yang digunakan untuk
memperbaiki dan menambah sifat beton. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari
beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.Bahan tambah
biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak
berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifat beton.

Tabel 2
Kandungan kimia fly ash batu bara
Parameter Uji Satuan Metode Uji Hasil
SiO2 % Gravimetri 26,65
Al2O3 % Gravimetri 9,60
Fe2O3 % AAS 17,56
SO3 % Titrimetri 2,51
Sumber : Merriza, 2016

180
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

Dalam ASTM C.618 dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil
residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu
terbang yang normal dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan abu
terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara jenis lignite atau subbitumius. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya.
Cangkang sawit adalah limbah padat hasil pemindahan dari inti sawit di pabrik kelapa sawit. Di
pabrik kelapa sawit limbah ini digunakan sebagai bahan bakar pada tungku boiler karena cangkang sawit
mengandung karbon aktif. Cangkang dan serat dari sawit yang sudah terbakar akan menghasilkan limbah
berupa abu dan kerak boiler cangkang sawit.

Tabel 3
Kandungan kimia cangkang sawit
Parameter Uji Satuan Metode Uji Hasil
SiO2 % Gravimetri 34,11
Al2O3 % Gravimetri 3,57
Fe2O3 % AAS 2,06
SO3 % Titrimetri 0,20
Sumber : Merriza, 2016

2.2. Pasir Pozzolan


Sanjaya (2008) yang dikutip oleh Rizky (2015) mengatakan, pozzolan merupakan bahan yang
mengandung senyawa silika alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi
dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi
dengan kalsium hidroksida pada suhu normal membentuk senyawa kalsium silikat hidrat dan kalsium
hidrat yang bersifat hidraulis.
Menurut ASTM C.593-82, jenis – jenis pozzolan dilihat dari proses pembentukannya dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu pozzolan alam dan pozzolan buatan. Pozzolan alam adalah bahan alam yang
merupakan sedimentasi dari abu atau lava gunung berapi yang mengandung silika aktif, yang bila
dicampur dengan kapur padam akan mengadakan proses sementasi, contohnya tras alam, semen merah
hasil gilingan tanah liat yang dibakar. Pozzolan buatan (artificial pozzolan) berasal dari sisa pembakaran
tungku maupun hasil pemanfaatan limbah yang diolah menjadi abu yang mengandung silika reaktif
melalui proses pembakaran, seperti abu terbang (fly ash), kerak nikel, abu sekam (rice husk ash) dam
mikro silika (silicafume).
Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral – mineral besi dan sejumlah mineral pengiring
lainnya seperti silika, alumina, magnesia dan lain – lain. Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk
magnetit, hematit, limonit, atau siderit. Bijih besi kaya akan besi oksida dan memiliki banyak warna
mulai dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat (Yasinta, 2013).
Superplasticizer adalah bahan tambahan kimia (chemical admixture) yang akan melarutkan
gumpalan – gumpulan dengan cara melapisi pasta semen sehingga semen dapat tersebar secara merata
pada adukan beton dan akan berpengaruh dalam meningkatkan workability beton sampai pada tingkat
yang cukup besar (Mulyono, 2005).

2.3. Kuat Tekan Beton


Menurut SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh
mesin tekan. Pengujian kuat tekan beton menggunakan alat compression test machine serta benda uji

181
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

standar yang dapat digunakan dalam uji kuat tekan beton adalah silinder beton dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, adalah proporsi bahan –
bahan penyusunnya, metode perancangan, perawatan, dan keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan,
yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat. Dari faktor – faktor utama tersebut termasuk
didalamnya beberapa faktor lain yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, yaitu faktor air semen dan
kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen, dan sifat agregat. Menurut Wang dan Salmon (1990),
kuat tekan yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1 berikut ini:

𝑃
𝑓 ′𝑐 = (1)
𝐴

dimana : 𝑓′𝑐 :kekuatan tekan (MPa)


𝑃 :beban tekan (ton)
𝐴 :luas permukaan benda uji (mm2)

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat seperti timbangan, tabung ukur, oven,
satu set saringan, pelat kaca, kontainer, palu karet, mesin pengaduk beton, cetakan silinder, dan lainnya.
Persiapan material yang digunakan seperti semen, pasir, kerikil, air, superplasticizer, bijih besi, fly ash
batu bara, cangkang sawit dan pasir pozzolan. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe 1,
sedangkan untuk superplasticizer yang digunakan adalah jenis polycarboxilate ether. Pengujian sifat fisis
material yang dilakukan adalah pemeriksaan berat volume, berat jenis, absorpsi, analisa saringan, dan
keausan. Agregat yang digunakan terlebih dahulu disaring dan dicuci hingga bersih dari lumpur maupun
zat – zat organik lainnya. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Perencanaan campuran beton (mix design) dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi
material – material penyusun beton. Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat
teknis secara ekonomis. Dalam penelitian ini mix design direncanakan berdasarkan metode perbandingan
berat volume material penyusun beton.
Benda uji yang direncanakan terdiri dari beton mutu tinggi normal dan beton mutu tinggi hybrid
dengan substitusi semen, agregat halus, agregat kasar, dan penambahan filler. Persentase variasi material
alternatifnya adalah fly ash batu bara 15%, abu cangkang sawit 15%, abu pozzolan 10% sebagai
substitusi semen; cangkang sawit 20%, pasir pozzolan 10% sebagai substitusi agregat halus; dan
cangkang sawit sebagai substitusi agregat kasar 40% serta penambahan filler nanomaterial bijih besi
sebesar 6% dari berat semen. Penggunaan superplasticizer jenis polycarboxilate sebesar 1,5% dari berat
semen. Perencanaan benda uji dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.

3.2 Pengadukan Mortar Beton


Masing - masing material ditimbang beratnya sesuai dengan perbandingan campuran yang diperoleh
dari rancangan campuran beton (mix design). Alat yang digunakan untuk pencampur adalah molen
berkapasitas 90 liter/adukan dengan tenaga penggerak dinamo listrik. Pertama, molen dibersihkan terlebih
dahulu dari bahan-bahan yang tertinggal didalamnya, selanjutnya molen dan wadah penampung mortar
dibasahi dengan air agar mortar tidak melekat serta tidak tertinggal pada molen dan wadah. Lalu
dimasukkan material pembentuk beton yaitu agregat kasar, pasir, semen, material alternatif, dan air yang
telah dilarutkan superplasticizer secara berurutan ke dalam molen. Setelah itu dilakukan pengadukan
hingga material teraduk rata dengan kemiringan sumbu molen sekitar 45 o.
182
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

Cetakan benda uji terlebih dahulu diolesi dengan oli agar memudahkan pembukaan cetakan setelah
beton mengeras. Masukkan mortar yang sudah teraduk secara bertahap dalam tiga lapisan ke dalam
cetakan, setiap lapisan dilakukan pemadatan sebanyak 25 kali dengan menggunakan tongkat besi.
Kemudian bagian atas diratakan dengan sendok semen, serta pada sisi cetakan diketuk dengan palu karet.
Setelah 24 jam, cetakan dibuka dan benda uji diberi nama. Perawatan beton mutu tinggi dilakukan sesuai
dengan SNI 03-4810-1998 tentang metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dilapangan, dengan
merendam pada temperatur 16°C sampai 27°C dan kemudian dikeringkan selama 1 hari pada suhu
ruangan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung sebelum dilakukan pengujian.

Tabel. 4
Variasi dan jumlah benda uji pengujian kuat tekan beton
Substitusi Jumlah Benda Uji
Kode
No. Agregat Agregat 7 28 56 Total
Benda Uji Semen
Halus Kasar Hari Hari Hari
1. BMT-N Tanpa Substitusi Material 5 5 5 15
BMT- Fly ash batu Pasir
2. 5 5 5 15
FBPP bara 15% pozzolan 10%
Bongkahan
BMT- Fly ash batu
3. cangkang 5 5 5 15
FBCS bara 15%
sawit 20%
Abu
BMT- Pasir
4. cangkang 5 5 5 15
ASPP pozzolan 10%
sawit 15% Bongkahan
Abu Bongkahan cangkang
BMT- sawit 40%
5. cangkang cangkang 5 5 5 15
ASCS
sawit 15% sawit 20%
Abu
BMT- Pasir
6. pozzolan 5 5 5 15
APPP pozzolan 10%
10%
Abu Bongkahan
BMT-
7. pozzolan cangkang 5 5 5 15
APCS
10% sawit 20%
Total 105

3.3 Pengujian Kuat Tekan


Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 7, 28, dan 56 hari.Satu hari sebelum
pengujian, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman untuk dikeringkan. Sebelum dilakukan pengujian,
benda uji diukur dimensinya dan ditimbang terlebih dahulu. Pengujian menggunakan mesin pembebanan
Portable Compression Testing Machine No. Mic-10-1-12 dengan memberikan beban arah vertikal secara
perlahan – lahan hingga benda uji hancur atau retak. Lalu beban yang diperoleh dari pengujian ini diolah
dengan menggunakan Persamaan 1 sehingga didapatkan nilai kuat tekan betonnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Sifat Fisis Material
Untuk membuat perencanaan campuran beton, setiap material harus dihitung berat volume, berat
jenis dan absorpsinya terlebih dahulu. Hasil pengukuran rata – rata berat volume, berat jenis, dan
absorpsi material dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini.

183
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

Tabel 5
Hasil perhitungan berat volume, berat jenis dan absorpsi rata-rata material
Berat Jenis
Berat Volume
Material SG (SSD) SG (OD) Absorpsi
(kg/l)
(kg/l) (kg/l)
Split∅ 12 mm 1,445 2,758 2,737 0,738
Split∅ 4,76 mm 1,381 2,793 2,769 0,860
Pasir ∅ 2,38 mm 1,675 2,671 2,617 2,037
Agregat Kasar BCS ∅ 4,76 mm 1,110 2,041 2,034 0,366
Agregat Kasar BCS ∅ 12 mm 1,020 1,872 1,870 0,112
Agregat Halus BCS 1,213 2,251 2,198 2,383
Pasir Pozzolan 1,222 1,798 1,620 10,967
Fly Ash Batubara 0,878 2,327 2,305 10,407
Abu BCS 1,411 2,485 2,476 0,781
Abu Pozzolan 1,052 2,042 2,019 13,444
Bijih Besi 2,378 3,811 3,782 1,704

Untuk nilai fineness modulus dari analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6
Nilai fineness modulus agregat
Jenis Agregat Fineness Modulus

Split (Coarse Sand) 5,870


Pasir (Fine Sand) 2,332
Agregat Kasar BCS 5,801
Agregat Halus BCS 3,305
Pasir Pozzolan 2,544

Keausan diperoleh dengan pengujian menggunakan mesin Los Angles. Hasil pengujian keausan
agregat kasar split dan bongkahan cangkang sawit (BCS) seperti yang terlihat pada Tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7
Nilai keausan agregat kasar
Jenis Agregat Keausan (%)
Split 18,326
BCS 44,132

4.2 Rancangan Campuran Beton


Hasil perhitungan setiap variasi beton mutu tinggi normal dan beton mutu tinggi hybrid untuk
komposisi 1 m3beton dapat dilihat pada Tabel 8.

4.3 Flow Test


Pengujian flow test dilakukan untuk mengetahui kecepatan aliran campuran beton. Pengujian flow
test ini juga dilakukan untuk mengetahui workability beton mutu tinggi normal dengan beton mutu tinggi
yang menggunakan material alternatif. Pengujian ini dilakukan dengan pembacaan waktu dengan

184
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

menggunakan stopwatch terhadap jarak aliran beton segar. Hasil pengujian flow test diperlihatkan pada
Gambar 1.
Diantara ketujuh variasi benda uji, beton mutu tinggi normal (BMT-N) merupakan benda uji yang
memiliki kecepatan aliran yang lebih cepat dibandingkan dengan beton mutu tinggi hybrid, maka BMT-N
memiliki workabilitas yang baik dari pada BMT hybrid. Berdasarkan hasil perhitungan nilai flow test
untuk BMT-N memiliki kecepatan sebesar 1,961 cm/dtk untuk jarak 10 cm.

Tabel 8
Perencanaan rancangan campuran beton mutu tinggi
Jumlah kg/m3
Material BMT-N BMT- BMT- BMT- BMT- BMT- BMT-
FBPP FBCS ASPP ASCS APPP APCS
Semen 600,00 510,00 510,00 510,00 510,00 540,00 540,00
Pasir 649,59 530,91 474,24 533,11 476,19 521,75 466,09
Split 974,38 530,91 533,53 533,11 535,72 521,75 524,35
Air 180,00 153,00 153,00 153,00 153,00 162,00 162,00
SP 9,00 7,65 7,65 7,65 7,65 8,10 8,10
Bijih Besi 36,00 30,60 30,60 30,60 30,60 32,40 32,40
AK BCS - 353,94 355,68 355,40 357,15 347,83 349,57
Pasir BCS - - 118,56 59,23 119,05 - 116,52
Pasir Pozzolan - 58,99 - - - 57,97 -
Abu BCS - - - 90,00 90.00 - -
Abu Pozzolan - - - - - 60,00 60,00
Fly Ash Batu
- 90,00 90,00 - - - -
Bara

2,5
Kecepatan (cm/dtk)

2 BMT-N
1,5
BMT-
1 FBPP
0,5 BMT-
FBCS
0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak (cm)

Gambar 1 Nilai pengukuran flow test pada kecepatan terhadap jarak aliran beton segar

4.4 Kuat Tekan Beton


Hasil pengujian kuat tekan diplot kedalam grafik berbentuk diagram batang pada Gambar 2, untuk
melihat secara jelas hubungan antara kuat tekan, umur beton dan variasi campuran benda uji. Kuat tekan
dilakukan dalam tiga tahap, tahap pertama pada umur beton 7 hari, tahap kedua pada umur beton 28 hari,
dan tahap ketiga pada umur beton 56 hari.

185
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

69,71
BMT-N

66,99
65,97
65,43

64,67
59,48
57,96
Kuat Tekan Rata-Rata

56,07
80,00

51,14
51,04
BMT-FBPP

47,66
44,67
44,54
44,40
44,28
43,86
43,17
42,88
42,60
42,46
42,31
60,00 BMT-FBCS
(MPa) 40,00 BMT-ASPP

20,00 BMT-ASCS
BMT-APPP
0,00
7 28 56 BMT-APCS
Umur (Hari)

Gambar 2 Kuat tekan rata-rata pada umur 7, 28, dan 56 hari

Beton mutu tinggi normal pada umur 7 hari sebesar 42,31 MPa, umur 28 hari sebesar 44,40 MPa,
dan umur 56 hari sebesar 47,66 MPa. Kuat tekan maksimum untuk variasi campuran beton mutu tinggi
hybrid adalah pada variasi BMT-APPP (abu pozzolan 10% + agregat halus pasir pozzolan 10%, + agregat
kasar bongkahan cangkang sawit 40% + filler nanomaterial bijih besi) yaitu pada umur 7 hari sebesar
44,28 MPa, umur 28 hari sebesar 59,48 MPa dan umur 56 hari sebesar 69,71 MPa. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan kuat tekan pada variasi beton mutu tinggi hybrid yaitu BMT-
APPP terhadap beton mutu tinggi normal masing – masing sebesar 4,65 % pada umur 7 hari, 33,94 %
pada umur 28 hari dan 46,27 % pada umur 56 hari. Pada variasi BMT-APPP material alternatifnya terdiri
dari abu pozzolan sebagai substitusi semen dan pasir pozzolan sebagai substitusi agregat halus, pozzolan
tersebut banyak menyerap air. Karena sifat pozzolan yang banyak menyerap air mengakibatkan
hidrolisasi zat ikat pada semen menjadi lebih baik, sehingga campuran betonnya jadi lebih kuat.
Hasil optimum kuat tekan beton mutu tinggi hybrid yaitu pada variasi BMT-APPP yang
dibandingkan dengan hasil kuat tekan substitusi parsial yang diperoleh pada penelitian Ardhyan (2016)
diperlihatkan pada Gambar 3 dibawah ini. Dapat dilihat bahwa kuat tekan beton mutu tinggi dengan
substitusi parsial lebih besar dari pada kuat tekan beton mutu tinggi hybrid variasi BMT-APPP.

90
80
70
Kuat Tekan (MPa)

60 BMT-APPP

50
Substitusi Abu Pozzolan 10%
84,25
80,98

72,44

40
72,17

69,71
69,63
63,54
62,50

62,35
59,48

Substitusi Pasir Pozzolan 10%


53,71

30
44,28

20 Substitusi Agregat Kasar BCS


10 40%

0
7 28 56
Umur Beton (Hari)

Gambar 3 Perbandingan kuat tekan BMT hybrid dengan BMT substitusi parsial

186
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian kuat tekan beton mutu tinggi yang menggunakan fly ash batu bara, cangkang
sawit, pasir pozzolan, sebagai substitusi semen, agregat halus dan agregat kasar serta penambahan filler
nanomaterial bijih besi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil flow test menunjukkan bahwa beton mutu tinggi hybrid (BMT-H)kecepatan alirannya lebih
lambat dibandingkan beton mutu tinggi normal (BMT-N). Jadi, BMT-N mempunyai workabilitas
lebih baik dari BMT-H.
2. Kuat tekan beton mutu tinggi normal adalah pada umur 7 hari sebesar 42,31 MPa, umur 28 hari
sebesar 44,40 MPa, dan umur 56 hari sebesar 47,66 MPa. Kuat tekan maksimum pada penelitian
ini yaitu pada beton mutu tinggi hybrid dengan variasi BMT-APPP (abu pozzolan + agregat halus
pasir pozzolan + agregat kasar cangkang sawit + filler nanomaterial bijih besi) sebesar 44,28 MPa
pada umur 7 hari, 59,48 MPa umur 28 hari dan 69,71 MPa umur 56 hari.
3. Semakin lama umur beton maka semakin bertambah kuat tekan beton untuk setiap variasi beton.
4. Penelitian ini menunjukkan penggunaan substitusi semen, agregat halus, agregat kasar serta
penambahan filler bijih besi dapat digunakan pada beton mutu tinggi.

5.2 Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu bahan bangunan dan
menjadi bahan pertimbangan salah satu material alternatif sebagai substitusi agregat alam untuk
memanfaatkan limbah industri yang ada. Semoga penelitian ini dapat dilanjutkan lagi oleh para peneliti
lain, oleh karena itu disarankan sebagai berikut :
1. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan material alternatif dengan jumlah
persentase lain, penambahan zat tambahan superplasticizer dengan persentase berbeda-beda, serta
jumlah FAS yang dibuat bervariasi.
2. Dapat menggunakan material alternatif lain yang banyak mengandung silika sebagai bahan
pengikat campuran beton, sehingga beton lebih daktail dan menambah kuat tekan beton.
3. Menguji kekuatan beton diatas umur 56 hari hingga diperoleh kekuatan yang konstan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardhyan, M. Z., 2016, Pengaruh Substitusi Parsial Agregat dan Aditif terhadap Sifat Mekanis Beton
Mutu Tinggi, Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
ASTM C 593-82, Standard Specification for Fly Ash and Other Pozzolans for Use with Lime for Soil
Stabilization,Annual Books of ASTM Standards ,USA.
ASTM C 618-95, Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for
Use in Concrete,Annual Books of ASTM Standards, USA.
Merriza, S., 2016, Analisis Kapasitas Geser pada Balok Beton Bertulang Mutu Tinggi dengan Variasi
Aditif dan Substitusi Agregat, Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Mulyono, T., 2005, Teknologi Beton, Yogyakarta, Penerbit Andi.
Newman, J,. Dan Choo, B. S., 2003, Advance Concrete Technology, Concrete Properties, Elsevier,
England.
Nugraha, P., dan Antoni, 2007, Teknologi Beton, Yogyakarta, Penerbit Andi
Rizky, O., 2015, Sifat Mekanis Beton Mutu Tinggi Menggunakan Pasir Besi, Kerak Boiler Cangkang
Sawit dan Pasir Pozzolan Sebagai Substitusi Agregat Halus, Tesis Program Pasca Sarjana,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
SNI 03-6468-2000, Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Berkekuatan Tinggi dengan Semen
Portland dan Abu Terbang, Badan Standardisasi Nasional.

187
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368

SNI 03-4810-1998, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan, Badan
Standardisasi Nasional.
SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standardisasi Nasional.
Wang, C. K., dan Salmon, C. G., 1990, Desain Beton Bertulang, Jakarta, Erlangga.
Yasinta, C., 2013, Karakteristik Bijih Besi di Kawasan Babahrot, Aceh Barat Daya,Skripsi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

188

You might also like