Professional Documents
Culture Documents
2 PB
2 PB
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
1. PENDAHULUAN
Beton adalah salah satu unsur utama dalam konstruksi bangunan. Dalam pembangunan gedung
bertingkat tinggi serta infrastruktur lainnya yang bersifat massal dibutuhkan beton dengan kekuatan
tinggi, beton mutu tinggi adalah pilihan yang tepat. Beton mutu tinggi yang tercantum pada SNI 03-6468-
2000 didefinisikan sebagai beton yang mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan
41,4 MPa. Untuk memperoleh beton mutu tinggi hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan mutu
material pembentuknya. Peningkatan mutu beton dapat dilakukan dengan penambahan atau
mensubstitusikan bahan lain (additive) kedalam campuran beton. Pada penelitian ini, peneliti
mensubstitusikan semen dengan menggunakan fly ash batu bara, pasir pozzolan, dan cangkang sawit,
substitusi agregat halus menggunakan pasir pozzolan dan bongkahan cangkang sawit, dan agregat kasar
pada campuran beton mutu tinggi dengan fly ash batu bara, cangkang sawit, pasir pozzolan, serta
menambahkan nanomaterial bijih besi sebagai filler.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kuat tekan beton mutu tinggi hybrid (BMT-H) yang menggunakan fly ash batu bara, cangkang sawit, dan
pasir pozzolan sebagai substitusi semen, substitusi agregat halus dan agregat kasar serta penambahan
filler nanomaterial bijih besi dan dibandingkan dengan beton mutu tinggi normal (BMT-N).
179
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Beton Mutu Tinggi
Menurut Mulyono (2005), kriteria beton mulai berubah seiring berkembangnya zaman dan kemajuan
tingkat mutu yang berhasil dicapai sesuai dengan perkembangan teknologi beton. Pada tahun 1950-an,
beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 MPa, tahun 1960 – 1970
kriterianya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatannya di
atas 55 MPa dan 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa dikategorikan
sebagai beton bermutu ultra tinggi. Beberapa sifat kekuatan beton mutu tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.
Untuk meningkatkan kekuatan beton, minimal ada tiga konsep dasar yang perlu diikuti, yaitu:
pertama adalah peningkatan kekuatan pasta semen, yang biasanya didapatkan dengan mengurangi
porositas pasta, dengan mengurangi rasio air – semen dan atau menggunakan water reducing agent.
Peningkatan kekuatan pasta semen juga dapat diperoleh dengan pemakaian mineral admixtures seperti
mikrosilika atau abu terbang. Kedua adalah dengan pemilihan kualitas agregat yang baik. Ketiga adalah
dengan peningkatan kuat lekatan antara pasta semen dengan agregat, yang dapat dilakukan dengan
memberikan bahan tambahan seperti klinker atau juga mikrosilika, serta pemilihan bentuk agregat yang
sesuai (Newman dan Choo, 2003).
Tabel 1
Sifat kekuatan berbagai beton mutu tinggi
Slump 50-100 mm
Konsistensi Normal 0,35-0,40 35-80
Semen lebih besar
Bahan tambah adalah bahan-bahan pembentuk beton (semen, air, dan agregat) yang digunakan untuk
memperbaiki dan menambah sifat beton. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari
beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.Bahan tambah
biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak
berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifat beton.
Tabel 2
Kandungan kimia fly ash batu bara
Parameter Uji Satuan Metode Uji Hasil
SiO2 % Gravimetri 26,65
Al2O3 % Gravimetri 9,60
Fe2O3 % AAS 17,56
SO3 % Titrimetri 2,51
Sumber : Merriza, 2016
180
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
Dalam ASTM C.618 dijelaskan bahwa abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil
residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu
terbang yang normal dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan abu
terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara jenis lignite atau subbitumius. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya.
Cangkang sawit adalah limbah padat hasil pemindahan dari inti sawit di pabrik kelapa sawit. Di
pabrik kelapa sawit limbah ini digunakan sebagai bahan bakar pada tungku boiler karena cangkang sawit
mengandung karbon aktif. Cangkang dan serat dari sawit yang sudah terbakar akan menghasilkan limbah
berupa abu dan kerak boiler cangkang sawit.
Tabel 3
Kandungan kimia cangkang sawit
Parameter Uji Satuan Metode Uji Hasil
SiO2 % Gravimetri 34,11
Al2O3 % Gravimetri 3,57
Fe2O3 % AAS 2,06
SO3 % Titrimetri 0,20
Sumber : Merriza, 2016
181
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
standar yang dapat digunakan dalam uji kuat tekan beton adalah silinder beton dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, adalah proporsi bahan –
bahan penyusunnya, metode perancangan, perawatan, dan keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan,
yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat. Dari faktor – faktor utama tersebut termasuk
didalamnya beberapa faktor lain yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, yaitu faktor air semen dan
kepadatan, umur beton, jenis semen, jumlah semen, dan sifat agregat. Menurut Wang dan Salmon (1990),
kuat tekan yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1 berikut ini:
𝑃
𝑓 ′𝑐 = (1)
𝐴
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat seperti timbangan, tabung ukur, oven,
satu set saringan, pelat kaca, kontainer, palu karet, mesin pengaduk beton, cetakan silinder, dan lainnya.
Persiapan material yang digunakan seperti semen, pasir, kerikil, air, superplasticizer, bijih besi, fly ash
batu bara, cangkang sawit dan pasir pozzolan. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe 1,
sedangkan untuk superplasticizer yang digunakan adalah jenis polycarboxilate ether. Pengujian sifat fisis
material yang dilakukan adalah pemeriksaan berat volume, berat jenis, absorpsi, analisa saringan, dan
keausan. Agregat yang digunakan terlebih dahulu disaring dan dicuci hingga bersih dari lumpur maupun
zat – zat organik lainnya. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Perencanaan campuran beton (mix design) dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi
material – material penyusun beton. Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat
teknis secara ekonomis. Dalam penelitian ini mix design direncanakan berdasarkan metode perbandingan
berat volume material penyusun beton.
Benda uji yang direncanakan terdiri dari beton mutu tinggi normal dan beton mutu tinggi hybrid
dengan substitusi semen, agregat halus, agregat kasar, dan penambahan filler. Persentase variasi material
alternatifnya adalah fly ash batu bara 15%, abu cangkang sawit 15%, abu pozzolan 10% sebagai
substitusi semen; cangkang sawit 20%, pasir pozzolan 10% sebagai substitusi agregat halus; dan
cangkang sawit sebagai substitusi agregat kasar 40% serta penambahan filler nanomaterial bijih besi
sebesar 6% dari berat semen. Penggunaan superplasticizer jenis polycarboxilate sebesar 1,5% dari berat
semen. Perencanaan benda uji dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Cetakan benda uji terlebih dahulu diolesi dengan oli agar memudahkan pembukaan cetakan setelah
beton mengeras. Masukkan mortar yang sudah teraduk secara bertahap dalam tiga lapisan ke dalam
cetakan, setiap lapisan dilakukan pemadatan sebanyak 25 kali dengan menggunakan tongkat besi.
Kemudian bagian atas diratakan dengan sendok semen, serta pada sisi cetakan diketuk dengan palu karet.
Setelah 24 jam, cetakan dibuka dan benda uji diberi nama. Perawatan beton mutu tinggi dilakukan sesuai
dengan SNI 03-4810-1998 tentang metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dilapangan, dengan
merendam pada temperatur 16°C sampai 27°C dan kemudian dikeringkan selama 1 hari pada suhu
ruangan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung sebelum dilakukan pengujian.
Tabel. 4
Variasi dan jumlah benda uji pengujian kuat tekan beton
Substitusi Jumlah Benda Uji
Kode
No. Agregat Agregat 7 28 56 Total
Benda Uji Semen
Halus Kasar Hari Hari Hari
1. BMT-N Tanpa Substitusi Material 5 5 5 15
BMT- Fly ash batu Pasir
2. 5 5 5 15
FBPP bara 15% pozzolan 10%
Bongkahan
BMT- Fly ash batu
3. cangkang 5 5 5 15
FBCS bara 15%
sawit 20%
Abu
BMT- Pasir
4. cangkang 5 5 5 15
ASPP pozzolan 10%
sawit 15% Bongkahan
Abu Bongkahan cangkang
BMT- sawit 40%
5. cangkang cangkang 5 5 5 15
ASCS
sawit 15% sawit 20%
Abu
BMT- Pasir
6. pozzolan 5 5 5 15
APPP pozzolan 10%
10%
Abu Bongkahan
BMT-
7. pozzolan cangkang 5 5 5 15
APCS
10% sawit 20%
Total 105
183
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
Tabel 5
Hasil perhitungan berat volume, berat jenis dan absorpsi rata-rata material
Berat Jenis
Berat Volume
Material SG (SSD) SG (OD) Absorpsi
(kg/l)
(kg/l) (kg/l)
Split∅ 12 mm 1,445 2,758 2,737 0,738
Split∅ 4,76 mm 1,381 2,793 2,769 0,860
Pasir ∅ 2,38 mm 1,675 2,671 2,617 2,037
Agregat Kasar BCS ∅ 4,76 mm 1,110 2,041 2,034 0,366
Agregat Kasar BCS ∅ 12 mm 1,020 1,872 1,870 0,112
Agregat Halus BCS 1,213 2,251 2,198 2,383
Pasir Pozzolan 1,222 1,798 1,620 10,967
Fly Ash Batubara 0,878 2,327 2,305 10,407
Abu BCS 1,411 2,485 2,476 0,781
Abu Pozzolan 1,052 2,042 2,019 13,444
Bijih Besi 2,378 3,811 3,782 1,704
Untuk nilai fineness modulus dari analisa saringan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Nilai fineness modulus agregat
Jenis Agregat Fineness Modulus
Keausan diperoleh dengan pengujian menggunakan mesin Los Angles. Hasil pengujian keausan
agregat kasar split dan bongkahan cangkang sawit (BCS) seperti yang terlihat pada Tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7
Nilai keausan agregat kasar
Jenis Agregat Keausan (%)
Split 18,326
BCS 44,132
184
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
menggunakan stopwatch terhadap jarak aliran beton segar. Hasil pengujian flow test diperlihatkan pada
Gambar 1.
Diantara ketujuh variasi benda uji, beton mutu tinggi normal (BMT-N) merupakan benda uji yang
memiliki kecepatan aliran yang lebih cepat dibandingkan dengan beton mutu tinggi hybrid, maka BMT-N
memiliki workabilitas yang baik dari pada BMT hybrid. Berdasarkan hasil perhitungan nilai flow test
untuk BMT-N memiliki kecepatan sebesar 1,961 cm/dtk untuk jarak 10 cm.
Tabel 8
Perencanaan rancangan campuran beton mutu tinggi
Jumlah kg/m3
Material BMT-N BMT- BMT- BMT- BMT- BMT- BMT-
FBPP FBCS ASPP ASCS APPP APCS
Semen 600,00 510,00 510,00 510,00 510,00 540,00 540,00
Pasir 649,59 530,91 474,24 533,11 476,19 521,75 466,09
Split 974,38 530,91 533,53 533,11 535,72 521,75 524,35
Air 180,00 153,00 153,00 153,00 153,00 162,00 162,00
SP 9,00 7,65 7,65 7,65 7,65 8,10 8,10
Bijih Besi 36,00 30,60 30,60 30,60 30,60 32,40 32,40
AK BCS - 353,94 355,68 355,40 357,15 347,83 349,57
Pasir BCS - - 118,56 59,23 119,05 - 116,52
Pasir Pozzolan - 58,99 - - - 57,97 -
Abu BCS - - - 90,00 90.00 - -
Abu Pozzolan - - - - - 60,00 60,00
Fly Ash Batu
- 90,00 90,00 - - - -
Bara
2,5
Kecepatan (cm/dtk)
2 BMT-N
1,5
BMT-
1 FBPP
0,5 BMT-
FBCS
0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak (cm)
Gambar 1 Nilai pengukuran flow test pada kecepatan terhadap jarak aliran beton segar
185
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
69,71
BMT-N
66,99
65,97
65,43
64,67
59,48
57,96
Kuat Tekan Rata-Rata
56,07
80,00
51,14
51,04
BMT-FBPP
47,66
44,67
44,54
44,40
44,28
43,86
43,17
42,88
42,60
42,46
42,31
60,00 BMT-FBCS
(MPa) 40,00 BMT-ASPP
20,00 BMT-ASCS
BMT-APPP
0,00
7 28 56 BMT-APCS
Umur (Hari)
Beton mutu tinggi normal pada umur 7 hari sebesar 42,31 MPa, umur 28 hari sebesar 44,40 MPa,
dan umur 56 hari sebesar 47,66 MPa. Kuat tekan maksimum untuk variasi campuran beton mutu tinggi
hybrid adalah pada variasi BMT-APPP (abu pozzolan 10% + agregat halus pasir pozzolan 10%, + agregat
kasar bongkahan cangkang sawit 40% + filler nanomaterial bijih besi) yaitu pada umur 7 hari sebesar
44,28 MPa, umur 28 hari sebesar 59,48 MPa dan umur 56 hari sebesar 69,71 MPa. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan kuat tekan pada variasi beton mutu tinggi hybrid yaitu BMT-
APPP terhadap beton mutu tinggi normal masing – masing sebesar 4,65 % pada umur 7 hari, 33,94 %
pada umur 28 hari dan 46,27 % pada umur 56 hari. Pada variasi BMT-APPP material alternatifnya terdiri
dari abu pozzolan sebagai substitusi semen dan pasir pozzolan sebagai substitusi agregat halus, pozzolan
tersebut banyak menyerap air. Karena sifat pozzolan yang banyak menyerap air mengakibatkan
hidrolisasi zat ikat pada semen menjadi lebih baik, sehingga campuran betonnya jadi lebih kuat.
Hasil optimum kuat tekan beton mutu tinggi hybrid yaitu pada variasi BMT-APPP yang
dibandingkan dengan hasil kuat tekan substitusi parsial yang diperoleh pada penelitian Ardhyan (2016)
diperlihatkan pada Gambar 3 dibawah ini. Dapat dilihat bahwa kuat tekan beton mutu tinggi dengan
substitusi parsial lebih besar dari pada kuat tekan beton mutu tinggi hybrid variasi BMT-APPP.
90
80
70
Kuat Tekan (MPa)
60 BMT-APPP
50
Substitusi Abu Pozzolan 10%
84,25
80,98
72,44
40
72,17
69,71
69,63
63,54
62,50
62,35
59,48
30
44,28
0
7 28 56
Umur Beton (Hari)
Gambar 3 Perbandingan kuat tekan BMT hybrid dengan BMT substitusi parsial
186
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
5.2 Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu bahan bangunan dan
menjadi bahan pertimbangan salah satu material alternatif sebagai substitusi agregat alam untuk
memanfaatkan limbah industri yang ada. Semoga penelitian ini dapat dilanjutkan lagi oleh para peneliti
lain, oleh karena itu disarankan sebagai berikut :
1. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan material alternatif dengan jumlah
persentase lain, penambahan zat tambahan superplasticizer dengan persentase berbeda-beda, serta
jumlah FAS yang dibuat bervariasi.
2. Dapat menggunakan material alternatif lain yang banyak mengandung silika sebagai bahan
pengikat campuran beton, sehingga beton lebih daktail dan menambah kuat tekan beton.
3. Menguji kekuatan beton diatas umur 56 hari hingga diperoleh kekuatan yang konstan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhyan, M. Z., 2016, Pengaruh Substitusi Parsial Agregat dan Aditif terhadap Sifat Mekanis Beton
Mutu Tinggi, Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
ASTM C 593-82, Standard Specification for Fly Ash and Other Pozzolans for Use with Lime for Soil
Stabilization,Annual Books of ASTM Standards ,USA.
ASTM C 618-95, Standard Specification for Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for
Use in Concrete,Annual Books of ASTM Standards, USA.
Merriza, S., 2016, Analisis Kapasitas Geser pada Balok Beton Bertulang Mutu Tinggi dengan Variasi
Aditif dan Substitusi Agregat, Tesis Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Mulyono, T., 2005, Teknologi Beton, Yogyakarta, Penerbit Andi.
Newman, J,. Dan Choo, B. S., 2003, Advance Concrete Technology, Concrete Properties, Elsevier,
England.
Nugraha, P., dan Antoni, 2007, Teknologi Beton, Yogyakarta, Penerbit Andi
Rizky, O., 2015, Sifat Mekanis Beton Mutu Tinggi Menggunakan Pasir Besi, Kerak Boiler Cangkang
Sawit dan Pasir Pozzolan Sebagai Substitusi Agregat Halus, Tesis Program Pasca Sarjana,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
SNI 03-6468-2000, Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Berkekuatan Tinggi dengan Semen
Portland dan Abu Terbang, Badan Standardisasi Nasional.
187
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(1):179-188 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.v1i1.10368
SNI 03-4810-1998, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan, Badan
Standardisasi Nasional.
SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standardisasi Nasional.
Wang, C. K., dan Salmon, C. G., 1990, Desain Beton Bertulang, Jakarta, Erlangga.
Yasinta, C., 2013, Karakteristik Bijih Besi di Kawasan Babahrot, Aceh Barat Daya,Skripsi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
188