Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015.

e-ISSN : 2460-0075

TEKNOLOGI PRODUKSI KENTANG TROPIKA MELALUI


PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU BERBASIS SUMBERDAYA
LOKAL DI SULAWESI SELATAN

Tropical Potato Production Technology through The Integrated Plant


Management Based on Local Resources in South Sulawesi

Nurjanani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jl. Perintis Kemerdekaan 17,5 KM
Makassar
E-mail : nurjanani_nani@yahoo.com

ABSTRACT

This assessment aims to obtain a recommendation package of integrated potato crop


management in South Sulawesi. The assessment was conducted from January to
December 2016 in Pattapang, Tinggimoncong Sub-District, Gowa District. The
assessment used a randomized block design with four treatment packages and three
replications. Package technology A consisted of the use of chicken manure 20 t / ha
+ inorganic fertilizer 50 kg / ha N2, 110 kg / ha P2O5 and 40 kg / ha K2O + pest
control by subsoiling, solarization, yellow trap, and tagetes planting. Package
technology B was the use of biofertilizer (Ecofert) 40-60 kg / ha + NPK Super 450
kg / ha + pest control by subsoiling, yellow trap and tagetes planting. Package
technology C consisted of the use of fermented manure (decomposer Trichoderma
spp) + inorganic fertilizer of 50 kg / ha N2, 110 kg / ha P2O5 and 40 kg / ha K2O +
pest control by subsoiling, yellow trap and tagetes planting. Package technology D
was a package of potato crop management using farmer’s way which surveyed on
25 farmers. The results of the assessment show that Package A technology that was
an integrated management of potato plants (chicken manure 20 t / ha: 50 kg N; 110
kg P2O5; 40 kg K2O per ha, subsoiling, soil diesel, yellow trap and tagetes planting)
can produce potato G3 as the same as produced by the technology applied by
farmers with twice the dosage of organic fertilizer. Package technology A resulted
in productivity of 20.86 t / ha compared to technology package D (applied by
farmers) with productivity obtained was 20.14 t / ha. While the technological
package B (Ecofert) 40-60 kg / ha, inorganic NPK Super 450 kg / ha, subsoiling,
soil diesel, yellow trap, planting tagetes) provided the lowest productivity of 14.21
t / ha.
Keywords: Potato, integrated crop management, highland

ABSTRAK

Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan satu paket rekomendasi pengelolaan


tanaman terpadu kentang di Sulawesi Selatan. Pengkajian dilaksanakan pada Bulan
Januari sampai Desember 2016. di Kelurahan Pattapang, Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Pengkajian menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) yang terdiri dari empat paket perlakuan tiga ulangan. Paket

19
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

teknologi A terdiri dari Penggunaan pupuk kandang ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik
50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O; Pengendalian OPT: Subsoiling,
Solarisasi, Perangkap kuning, dan Tagetes. Paket teknologi B yaitu Penggunaan
pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk anorganik NPK Super 450 kg/ha;
Pengendalian OPT: Subsoiling. Perangkap kuning, dan Tagetes. Paket teknologi C
yaitu Penggunaan pupuk kandang terfermentasi (decomposer Trichoderma spp);
Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O; Pengendalian
OPT: Subsoiling, Perangkap kuning, dan tagetes. Paket teknologi D yaitu paket
pengelolaan tanaman kentang menggunakan cara petani dengan melakukan survey
pada 25 orang petani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Paket teknologi A
yaitu pengelolaan terpadu tanaman kentang (Dosis pukan ayam 20 t/ha: 50 kg N;
110 kg P2O5; 40 kg K2O per ha, subsoiling, solarisasi tanah, perangkap kuning,
penanaman tagetes) dapat menghasilkan produksi kentang G3 sama dengan
teknologi yang diterapkan petani dengan dosis pupuk anorganic 2 kali lipat. Paket
teknologi A dapat memberikan produktivitas 20,86 t/ha, dan paket teknologi D
(yang diterapkan petani) memberikan produktivitas 20,14 t/ha. Sedangkan paket
teknologi B (Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk anorganik
NPK Super 450 kg/ha; subsoiling, solarisasi tanah, perangkap kuning, penanaman
tagetes) memberikan produktiviats paling rendah yaitu 14,21 t/ha.

Kata Kunci : Kentang, PTT, Dataran Tinggi

PENDAHULUAN dapat dilakukan secara berkelanjutan


Di Indonesia kentang untuk meningkatkan pendapatan dan
(Solanum tuberosum L) merupakan kesejahteraan petani Produksi
salah satu jenis sayuran yang kentang pada tahun 2013 mencapai
pendapat prioritas untuk 30.295 ton. Beberapa daerah produksi
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat kentang yaitu Kabupaten Enrekang,
dari konsumsi kentang di dunia. Tana Toraja, Gowa, Bantaeng dan
Dimana konsumsinya menempati Jeneponto. Produksi di Kabupaten
urutan keempat setelah beras, Gowa pada tahun 2013 mencapai
gandum, dan jagung. Selain itu pada 13.646 ton dengan luas lahan 796 Ha
produksi kentang dunia, terutama di (BKPM, 2015).
asia tenggara, Indonesia adalah Permasalahan dalam
Negara penghasil kentang paling pengembangan tanaman kentang
besar. Sentra produksi kentang di adalah tingginya serangan hama dan
Indonesia tersebar di daerah Sumatera penyakit baik pada on-farm maupun
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa off-farm. Hal ini menyebabkan
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan tingginya penggunaan pestisida, yang
Sulawesi Selatan. berdampak buruk bagi kesehatan dan
Di provinsi Sulawesi selatan, lingkungan dalam jangka panjang.
kentang merupakan komoditas Pengelolaan lahan yang sangat
unggulan yang memberikan intensif, pemakaian pupuk anorganik
kontribusi pasokan terhadap produksi serta pengembangan kentang di
kentang nasional. Nilai peluang untuk daerah konservasi menjadikan daerah
dikembangkan sangat tinggi dan dataran tinggi rawan erosi, kesuburan

20
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

tanah menurun serta ketersediaan air Sumiati 2005). Namun seiring dengan
menjadi berkurang (Baharuddin dkk, berjalannya waktu, penggunaan
2010). Selain hama dan penyakit, pupuk maupun pestisida sintetis
masalah lainnya yaitu masih dapat menimbulkan beberapa
rendahnya penggunaan benih masalah pada lingkungan (residu).
bersertifikat dikalangan petani. Oleh karena itu, tujuan kajian
Selama ini petani selalu ini untuk mengetahui penerapan paket
menggunakan jenis varietas yang teknologi pengelolaan terpadu
sama yaitu Granola sedangkan Balitsa tanaman kentang dibandingkan
sudah melepas beberapa jenis varietas dengan penerapan teknologi
unggulan kentang. Beberapa kebiasaan petani di dataran tinggi
varietas/kultivar kentang yang telah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
dihasilkan oleh Balitsa Lembang
memiliki potensi hasil tinggi (20-40 METODOLOGI
t/ha) dan tahan/toleran terhadap hama Kegiatan dimulai sejak bulan
dan patogen tertentu seperti varietas- April hingga Juli 2016. Penelitian
varietas Repita, Tanggo, Kikondo, dilaksanakan di lahan milik petani di
Merbabu-17, GM-05, GM-08, Ping- Kelurahan Pattapang, Kecamatan
06, Margahayu, Manohara, Amudra, Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.
Krespo, Balsa, Erika, dan Fries Pengkajian menggunakan
(Puslitbanghor, 2007; Rinda, 2010). rancangan acak kelompok (RAK)
Peningkatan produksi kentang yang terdiri dari empat paket
di Indonesia selama ini bertumpu perlakuan, yang dilaksanakan oleh
pada upaya intensifikasi penggunaan tiga orang petani sebagai ulangan. Di
input, terutama pupuk anorganik dan lakukan pada lahan petani kooperator
pestisida sintetis. Penggunaan pupuk dengan luas ± 2.000 m2. Paket
buatan maupun pestisida sintetis Perlakuan yang digunakan dapat
berhasil meningkatkan hasil produksi dilihat pada Tabel 1.
kentang per satuan luas yang cukup
signifikan (Rosliani et al. 1998,

Tabel 1. Paket perlakuan pengelolaan tanaman terpadu kentang

Kode Paket
Perlakuan
Perlakuan
A Penggunaan pupuk kandang ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik 50
kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O (Rosliani, 2008);
Pengendalian OPT:
 Subsoiling. Pengolahan tanah sedalam 30 cm, dilakukan 2
kali
 Solarisasi: tanah yang sudah diolah ditutup dengan plastik
putih selama 2 minggu sampai mencapai suhu 50 OC.
 Perangkap kuning: dipasang 1 buah untuk luasan 100 m2
 Tagetes ditanam bersamaan dengan kentang
B Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk
anorganik NPK Super 450 kg/ha;

21
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

Pengendalian OPT:
 Subsoiling. Pengolahan tanah sedalam 30 cm, dilakukan 2
kali
 Perangkap kuning: dipasang 1 buah untuk luasan 100 m2
 Tagetes ditanam bersamaan dengan kentang
C Penggunaan pupuk kandang terfermentasi (decomposer
Promi); Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40
kg/ha K2O (Rosliani, 2008);
Pengendalian OPT:
 Subsoiling. Pengolahan tanah sedalam 30 cm, dilakukan 2
kali
 Perangkap kuning: dipasang 1 buah untuk luasan 100 m2
 Tagetes ditanam bersamaan dengan kentang
D Paket pengelolaan tanaman kentang menggunakan cara petani
dengan melakakun survey pada 25 orang petani.

Benih umbi kentang Generasi Pembumbunan dilakukan dua


ke-2 (G-2) ditanam pada lubang kali, yaitu pada umur 4 dan 7 minggu
tanam dalam petak percobaan yang setelah tanam. Pembumbunan
berukuran 5 m x 30 m dengan jarak pertama dilakukan sekaligus dengan
tanam 70 cm x 30 cm. Setiap petak pemupukan Urea. Pada saat
berisi empat baris tanaman kentang pembumbunan harus hati-hati jangan
atau 400 tanaman. sampai ada bakal umbi yang kelihatan
Pupuk kandang (pukan) ayam dipermukaan tanah, karena
dosis sesuai perlakuan diberikan satu memungkinkan untuk terserang hama
kali dalam garitan pada petak penggerek umbi. Pemasangan
percobaan sesaat sebelum tanam. Feromon sex tidak dilakukan, karena
Pupuk dasar SP-36 atau NPK dosis penggunaan feromon seks pada
sesuai perlakuan diberikan satu kentang diperuntukkan untuk
minggu setelah tanam diaplikasikan pengendalian serangga penggerek
dalam garitan. Pemupukan susulan umbi (Phthorimaea operculella Zell.
untuk paket teknologi A dan C ), namun berdasarkan pengalaman
dengan urea dosis 54 kg/ha dan KCl dengan menutup umbi yang
80 kg diberikan dua kali pada saat tersembul dipermukaan tanah pada
tanam dan pada umur satu bulan. saat pembumbunan dapat
Pengelolaan OPT terutama hama lalat menyelamatkan umbi dari serangan
pengorok daun Liriomyza sp. P. operculella.
dilakukan dengan pemasangan Parameter yang diamati
perangkap likat kuning dan adalah pertumbuhan tanaman yaitu
penyemprotan insektisida Mipcindo tinggi, lebar kanopi, jumlah cabang
dosis sesuai anjuran satu kali utama, serangan hama dan penyakit,
seminggu, sedangkan pengendalian produksi umbi pertanaman, produksi
penyakit busuk daun Phytophthora umbi per petak, dan persentase umbi
sp. dilakukan dengan penyemprotan berdasarkan kelas. Hasil umbi
fungisida Mankozeb dua kali dikelompokkan menjadi tiga kelas
seminggu. yaitu kelas konsumsi > 60 g, kelas

22
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

bibit >30 - <60 g, dan kelas kril yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
ukuran <30 g. Disamping itu, juga Pertumbuhan tanaman
dikumpulkan data jumlah Hasil uji statistika
penggunaan sarana produksi dan menunjukkan bahwa tinggi tanaman
tingkat adopsi petani serta data dan lebar kanopi tanaman kentang
pendukung seperti suhu udara dan hingga umur 40 HST pada beberapa
curah hujan. perlakuan paket teknologi berbeda
Data tersebut selanjutnya nyata pada tarap 5%, tapi perlakuan
dianalisis sidik ragam (Anova). paket teknologi tidak berpengaruh
Untuk mengetahui perbedaan nyata terhadap jumlah cabang (Tabel
pengaruh antar perlakuan dilakukan 2). Tinggi tanaman kentang tertinggi
uji pembeda dengan uji BNT pada tercatat pada paket teknologi A yaitu
taraf 5%. mencapai 37,53 cm dan terendah pada
paket teknologi B dengan rata-rata
tinggi tanaman hanya 25 cm.

Tabel 2. Pengaruh komponen perlakuan pengelolaan tanaman terhadap


pertumbuhan vegetatif tanaman kentang
20 HST 30 HST 40 HST
Paket Tinggi Lebar Tinggi Lebar Tinggi Lebar
Teknologi tanaman kanopi Jumlah tanaman kanopi Jumlah tanaman kanopi Jumlah
cabang cabang cabang
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
A 23,73 a 36,71 a 5,77 a 29,73 a 46,77a 6,17 a 37,53 a 53,27 a 5,90a

B 13,017 c 23,25 c 5,87 a 18,18 c 30,56c 4,60 b 25,00 d 35,63c 5,43a

C 18,75 b 32,32 b 5,00 a 24,93 b 41,07b 4,23 b 30,38 c 47,25b 5,00a

D 19,97 b 33,58ab 5,33 a 26,03 b 45,58ab 4,83 b 33,23 b 49,93ab 5,50a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Paket A
(Penggunaan pupuk kandang ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110
kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O, Pengendalian OPT: Subsoiling; Solarisasi;
Perangkap kuning; Tagetes; Paket B (Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-
60 kg/ha; Pupuk anorganik NPK Super 450 kg/ha; Pengendalian OPT:
Subsoiling; Perangkap kuning dan Tagetes); Paket C (Penggunaan pupuk
kandang terfermentasi (decomposer Promi); Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110
kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O, pengendalian OPT: Subsoiling, Perangkap
kuning, dan Tagetes); Paket D (Cara petani).

Demikian pula lebar kanopi 35,63 cm dan berbeda nyata dengan


tertinggi, juga tercatat pada paket semua perlakuan. hal ini disebabkan
teknologi A yaitu 53,27 cm dan karena pada paket teknologi B,
terendah pada paket teknologi B yaitu tanaman kentang kerdil dengan daun-

23
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

daun berukuran kecil, berwarna hijau namun populasinya tidak tinggi


lebih gelap dari pada warna hijau sehingga tidak banyak kehilangan
daun normal. Sedangkan jumlah hasil yang ditimbulkan oleh
cabang utama secara statistika tidak keberadaan hama ini. Untuk
berbeda nyata pada semua perlakuan. mencegah peningkatan populasi dan
Terjadinya perbedaan tinggi timbulnya kerusakan, dilakukan
tanaman, lebar kanopi dan jumlah pengendalian secara fisik dengan
cabang dipengaruhi oleh kandungan menggunakan perangkap kuning
unsur hara yang berbeda pada tiap yang diberi lem sebagai perekat. cara
perlakuan. Dalam perkembangan ini efektif manangkap jenis hama
tanaman seperti tinggi tanaman, lebar yang terbang yaitu Bemisia tabaci
kanopi dan jumlah daun dipengaruhi dan Liriomyza sp. serta jenis serangga
oleh unsur N,P dan K hal ini sesuai lainnya. Menurut Roziyanto, dkk.
dengan penelitian yang dilakukan (2013), perangkap berwarna kuning
oleh Wardiati dan Rosmini (2013), dapat merarik imago L. chinensis
menyebutkan bahwa pembentukan yang dapat menekan populasi telur
daun oleh tanaman sangat dan larva serta intensitas kerusakan.
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur Penyakit yang ditemukan
hara nitrogen dan fosfor pada media adalah penyakit busuk daun
yang tersedia bagi tanaman. Kedua (Phytophthora infestans). Penyakit
unsur hara tersebut sangat berperan ini merupakan penyakit endemik di
aktif dalam pembentukan sel-sel baru semua sentra produksi kentang di
dan komponen penyusun utama Sulawesi Selatan. Gejala penyakit
senyawa organik dalam tanaman busuk daun mulai terlihat sejak
seperti asam amino, asam nukleat, tanaman berumur 20 HST, tingkat
klorofil, ADP dan ATP. Sedangkan serangan semakin tinggi seiring
unsur kalium yang berperan penting pertumbuhan tanaman. Data
dalam setiap proses metabolism persentase penyakit busuk daun
tanaman dan berperan dalam disajikan pada Tabel 3.
memelihara tekanan turgor dengan
maksimal, sehingga memungkinkan
proses metabolisme dan menjamin
pemanjangan sel pada batang (Rao,
2004).

Serangan Hama dan Penyakit


Hama yang ditemukan selama
pengkajian berlangsung adalah Kutu
kebul (Bemisia tabaci) dan Lalat
penggorok daun (Liriomyza sp.),

24
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

Tabel 3. Rataan intensitas penyakit busuk daun (P. infestans) kentang pada empat
paket teknologi pengelolaan tanaman kentang

Intensitas Serangan (%)


Paket Teknologi
20 HST 30 HST 40 HST
A 3,16 a 15,77 b 20,30 b
a a
B 7,47 29,63 31,47 b
C 9,40 a 34,27 a 47,07 a
a ab
D 4,60 25,10 34,2 b
Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Paket A (Penggunaan pupuk kandang
ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha
K2O, Pengendalian OPT: Subsoiling; Solarisasi; Perangkap kuning;
Tagetes; Paket B (Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk
anorganik NPK Super 450 kg/ha; Pengendalian OPT: Subsoiling; Perangkap
kuning dan Tagetes); Paket C (Penggunaan pupuk kandang terfermentasi
(decomposer Promi); Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40
kg/ha K2O, pengendalian OPT: Subsoiling, Perangkap kuning, dan
Tagetes); Paket D (Cara petani); HST (Hari setelah tanam).

Perkembangan Intensitas penyakit


50

40
A
30
B
20 C

10 D

0
20 HST 30 HST 40 HST

Gambar 1. Perkembangan Intensitas Penyakit Busuk Daun Kentang

Berdasarkan uji statistik, solarisasi pada paket teknologi A


diperoleh bahwa serangan tertinggi mampu menekan perkembangan
ditemukan pada Paket teknologi C penyakit tular tanah. Pinkerton et al .
dengan intensitas serangan mencapai (2002), melaporkan bahwa dengan
40% pada tanaman kentang, terendah solarisasi maka suhu tanah dapat
pada paket teknologi A yaitu 20,30%. meningkat dan menyebabkan
Tingginya serangan diakibatkan oleh kematian atau menurunnya populasi
tingginya curah hujan saat pengkajian pathogen tular tanah. Solarisasi dan
berlangsung. Pengaruh subsoiling dan subsoiling mampu mengurangi

25
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

kelembaban tanah, yang dapat tinggi 70°C), misalnya pada virus


berpengaruh terhadap daya kecambah mosaik mentimun CMV (cucumber
spora patogen dan penetrasi inang mosaic virus) dan virus mosaik
oleh tabung kecambah. Kelembaban tembakau TMV (tobacco mosaic
dalam bentuk air irigasi atau air yang virus) (Rahayu, 2017).
mengalir juga berperan penting dalam
distribusi dan penyebaran pathogen Produksi
(Nurhayati, 2013). Data produksi kentang pada
Solarisasi tanah pada masing-masing perlakuan paket
umumnya efektif untuk teknologi disajikan pada Tabel 4.
mengendalikan jenis patogen yang Pada Tabel 4 terlihat bahwa walaupun
sensitif suhu tinggi di antaranya paket teknologi A memiliki berat
adalah aneka jamur penyebab umbi tertinggi yaitu 496,83
tanaman layu seperti Verticillium sp., g/tanaman dengan rataan jumlah
Fusarium oxysporum, Sclerotium sp., 14,50 umbi, namun tidak berbeda
Pythium spp., Rhizoctonia solani, dan nyata dengan perlakuan paket C dan
Phytophthora sp., nematoda D. Tetapi pada paket teknologi B,
(Pratylenchus dan Xiphinema), serta rataan berat umbi 338,50 g/tanaman
beberapa bakteri seperti terendah dan berbeda nyata dengan
Agrobacterium, Clavibacter sp., dan perlakuan paket teknologi A, C, dan
Streptomyces. Virus tanaman D namun rataan jumlah umbi 11,90
kebanyakan sulit dikendalikan tidak berbeda nyata dengan perlakuan
dengan solarisasi terutama jenis virus lainnya.
termofil yang tahan panas (suhu

Tabel 4. Rataan jumlah dan berat umbi kentang pada empat paket teknologi
pengelolaan tanaman terpadu kentang
Berat Umbi Berat Umbi
Paket jumlah umbi Produktivitas
per rumpun per plot
Perlakuan per rumpun (t/ha)
(g) (kg)
A 14,50 a 496,83 a 198,73 20,86
B 11,90 a 338,50 b 135,40 14,21
C 13,27 a 444,67 a 177,86 18,67
D 14,13 a 479,67 a 191,86 20,14

Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. Paket A (Penggunaan pupuk kandang
ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O,
Pengendalian OPT: Subsoiling; Solarisasi; Perangkap kuning; Tagetes; Paket
B (Penggunaan pupuk hayati (Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk anorganik NPK
Super 450 kg/ha; Pengendalian OPT: Subsoiling; Perangkap kuning dan
Tagetes); Paket C (Penggunaan pupuk kandang terfermentasi (decomposer
Promi); Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O,
pengendalian OPT: Subsoiling, Perangkap kuning, dan Tagetes); Paket D (Cara
petani).

26
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

Dalam bercocok tanam cepat terjadi pada minggu ke 4 hingga


kentang, petani menerapkan paket minggu ke 8 setelah tanam.
teknologi D yang pada umumnya Tanaman kentang
menggunakan pupuk kandang memerlukan unsur hara makro utama,
kotoran ayam dengan dosis <15 t/ha. yaitu N, P, dan K, yang berpengaruh
Dosis ini terbilang rendah jika terhadap pertumbuhan dan hasil
dibandingkan dengan rekomendasi tanaman kentang. Kebutuhan pupuk
Ashandi, et. al. (1989) yang anorganik untuk tanaman kentang
menyarankan penggunaan pupuk yang direkomendasikan oleh Balitsa
kandang kuda sebanyak 20-30 t/ha (2014) adalah 100-200 kg N/ha, 200-
untuk mendapatkan produksi kentang 250 kg P2O5/ha, dan 180-250 kg
yang optimal. Sementara itu, K2O/ha. Unsur hara fosfor dan kalium
penggunaan pupuk anorganik N, P, dapat memperbaiki hasil dan mutu
dan K di tingkat petani jauh lebih kentang. Hara kalium memegang
tinggi. Paket rekomendasi dari Balitsa peranan penting dalam translokasi
(paket teknologi A) menunjukkan fotosintat ke dalam umbi sehingga
hasil optimal dibandingkan paket mempengaruhi besarnya produksi
perlakuan lainnya. Solarisasi dan (Nurjanani dan Asaad, 2013) dan
pemupukan berimbang pada paket Subhan (1991) menyatakan bahwa
teknologi A mempengaruhi unsur kalium sangat membantu
pertumbuhan hingga produksi melancarkan translokasi fotosintat ke
tanaman. Hara kalium memegang dalam umbi. Semakin banyak
peranan penting dalam translokasi fotosintat yang dihasilkan dan diserap
fotosintat ke dalam umbi sehingga oleh umbi, maka ukuran umbi akan
mempengaruhi besarnya produksi. semakin besar.
Subhan (1990) menyatakan bahwa Benih yang ditanam pada
unsur kalium sangat membantu kegiatan ini adalah benih kentang
melancarkan translokasi fotosintat ke varietas Granola G2, sehingga
dalam umbi. Semakin banyak hasilnya adalah G3 yang masih bisa
fotosintat yang dihasilkan dan diserap dijadikan benih untuk pertanaman
oleh umbi, maka ukuran umbi akan berikutnya. Oleh karena itu,
semakin besar. Tingginya produksi dilakukan penghitungan persentase
pada paket teknologi A erat umbi berdasarkan kelas umbi dan
hubungannya dengan jumlah daun kelas konsumsi seperti yang disajikan
pada saat fase pengisian umbi. pada Tabel 5.
Menurut Permadi dkk. (1988)
pertumbuhan umbi kentang sangat

27
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

Tabel 5. Kelas umbi kentang pada empat paket teknologi perlakuan pengelolaan
tanaman terpadu kentang

Konsumsi (%) Benih (%) Umbi benih


Paket Teknologi
>60 g >30-<60 g (t/ha)
A 30, 28 69,72 14,54
B 6,90 93,10 13,23
C 24,24 75,76 14,14
D 32,81 67,19 13,53
Keterangan: Paket A (Penggunaan pupuk kandang ayam 20 t/ha; Pupuk anorganik
50 kg/ha N2, 110 kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O, Pengendalian OPT: Subsoiling;
Solarisasi; Perangkap kuning; Tagetes; Paket B (Penggunaan pupuk hayati
(Ecofert) 40-60 kg/ha; Pupuk anorganik NPK Super 450 kg/ha; Pengendalian
OPT: Subsoiling; Perangkap kuning dan Tagetes); Paket C (Penggunaan pupuk
kandang terfermentasi (decomposer Promi); Pupuk anorganik 50 kg/ha N2, 110
kg/ha P2O5 dan 40 kg/ha K2O, pengendalian OPT: Subsoiling, Perangkap
kuning, dan Tagetes); Paket D (Cara petani).

Untuk tujuan produksi umbi Phytophthora infestans pada


konsumsi paket teknologi yang baik tanaman kentang.
diterapkan adalah teknologi yang
diterapkan petani selama ini, karena UCAPAN TERIMA KASIH
persentase umbi besarnya lebih Terima kasih penulis ucapkan
banyak. Namun untuk produksi kepada Asriyanti Ilyas, S.P., Sri
benih, paket teknologi A cenderung Wahyuni Manwan, S.P., M.Si dan
menghasilkan umbi lebih banyak, Imam Gazali yang telah membantu
baik untuk benih maupun konsumsi. dalam pelaksanaan kegiatan ini.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


1. Paket teknologi pengelolaan Asandhi, A.A., Sudarwohadi S,
terpadu tanaman kentang Suhardi. Zaenal, A., Subhan,.
(Dosis pukan ayam 20 t/ha: 50 1989. Kentang. Badan
kg N; 110 kg P2O5; 40 kg K2O Litbang Pertanian. Balai
per ha, subsoiling, solarisasi Penelitian Hortikultura
tanah, perangkap likat kuning, Lembang. Jalan Tangkuban
penanaman tagetes) dapat Parahu 517. Lembang. Jawa
menghasilkan produksi kentang Barat. 207 hlm.
G3 sama dengan teknologi yang
diterapkan petani dengan Baharuddin, Ach. Syaifuddin, N.
penggunaan pupuk anorganik 2 Rosida. 2010. Membangun
kali lipat. Kawasan Perbenihan Kentang
2. Pengendalian OPT dengan Melalui Program Iptekda-
metode solarisasi tanah dapat LIPI di Sulawesi Selatan.
menekan penyebaran pustaka.litbang.pertanian.go.i
d/inovasi/kl070402.pdf.

28
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

Diakses pada tanggal 7 Juli Departemen Pertanian. 78


2015. hlm.

Balitsa. 2014. Budidaya Kentang Rahayu, M. 2017. Solarisasi Tanah,


Berdasarkan Konsepsi Salah Satu Alternatif
Pengendalian Hama Terpadu Pengendalian Penyakit Tular
(PHT). Balai Penelitian Tanah Ramah Lingkungan.
Tanaman Sayuran. http://balitkabi.litbang.pertani
an.go.id/?p=12936. Diakses
BKPM. 2015. Potensi Kentang di 10 Agustus 2017.
Sulawesi Selatan.
http://regionalinvestment.bkp Rao, S. 2004. Mikroorganisme dan
m.go.id. Diakses pada tanggal Pertumbuhan Tanaman. Univ.
07 Juli 2015. Indonesia Jakarta.

Nurhayati, 2013. Tanah dan Rinda K. 2010. Deskripsi Varietas


Perkembangan Tular Tanah. unggul Baru Kentang
Prosiding Seminar Nasional (konsultasi pribadi lewat
2013 MKTI Palembang 6-8 telpon tgl 9 Februari 2010;
November 2013. pkl 08,48 WITA).

Nurjanani dan Asaad, M. 2013. Rosliani, R., N. Sumarni, dan


Pemanfaatan Pupuk Organik Suwandi. 1998. Pengaruh
Lokal Sebagai Pereduksi Sumber dan Dosis Pupuk N,
Pupuk Anorganik Pada P, dan K pada Tanaman
Kentang Tropika. Prosiding Kentang. J.Hort. 8(1):988-
Semiinar Nasional Inovasi 999.
Teknologi Pertanian.
Roziyanto, C., Shahabuddin, dan B.
Pinkerton, J. N., K. L. Ivors., P. W. Nasir. 2013. Efektifitas
Reeser., P. R. Bristow and G. Insektisida Nabati Laseki dan
E. Windom. 2002. The Perangkat Likat dalam
use of soil solarization for the Pengendalian Hama Pengorok
management of soilborne Daun, Liriomyza Chinensis
plant pathogens in strawberry (Diptera: Agromyzidae) pada
and redberry production. Tanaman Bawang Merah
Plant Disease 86:645-651. Lokal Palu. Agrotekbis, 1 (2) :
121-126.
Puslitbang Hortikultura. 2007.
Katalog Teknologi Unggul Subhan. 1990. Pemupukan dan hasil
Hortikultura: Tanaman kentang (Solanum tuberosum
Sayuran, Tanaman Buah- L.) kultivar Granola dengan
buahan dan Tanaman Hias. pupuk majemuk NPK (15-15-
Puslitbanghort. Badan 15) dan waktu pemberiannya.
Litbang Pertanian, Bul. Penel. Hort. 19(4): 27-39.

29
J. Agrotan 3(2) : 19- 30, September 2017 ISSN : 2442-9015. e-ISSN : 2460-0075

Sumiati, E. 2008. Pertumbuhan dan


Hasil Kentang dengan
Aplikasi NPK 15-15-15 dan
Pupuk Pelengkap Cair di
Dataran Tinggi Lembang. J.
Hort. 15(4):270-278.

Wardati, D.H., dan Rosmimi. 2013.


Pengaruh Pupuk
Vermikompos Pada Tanah
Inceptisol Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Sawi
Hijau (Brassica juncea L.).
Riau: Universitas Riau. Jurnal
Sains dan Teknologi 18 (2),
2013, ISSN: 1412:2391.

30

You might also like