Pengaruh Model Pembelajaran Think Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Hipotenusa

Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630


VOL.3 NO.1 2020
-1520

Pengaruh Model Pembelajaran Think


Talk Write (TTW) terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Peserta
Didik

D Margaretha1,a, F Lestari2,b, D Efendi2,c


1
Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Lampung, Jl.
Zainal Abidin Pagar Alam No. 14, Bandar Lampung 35142
2
Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Lampung, Jl.
Zainal Abidin Pagar Alam No. 14, Bandar Lampung 35142
e-mail: adevymargaretha35@gmail.com, bfitria.lestariavicena@gmail.com,
c
denie04@gmail.com

Abstract

This study aimed to examine the effect of Think Talk Write learning models on
students’ mathematical problem solving ability. This study used a quasi
experimental design in the form of nonequivalent control group design. The
subjects of this study were 47 students at class VIII in academic year
2019/2020 which was one of the junior high schools in South Lampung. The
selection of subjects were based on the opinion of teacher, therefore class VIII
A was selected with 23 students as the experimental group who were given
Think Talk Write learning models and class VIII B consisted of 24 students as
the control group using a scientific approach through the discussion method.
The research instrument was a test of students’ mathematical problem solving
abilities. Data from the results of normality, homogeneity, t-test, and N-Gain
score tests for pretest-posttest mathematical problem solving abilities showed
that: (1) there was no effect of the TTW learning model on students’
mathematical problem solving abilities; (2) increasement of student’s problem
solving ability who use the Think Talk Write learning model wasn’t better than
students who use a scientific learning approach through the discussion
method.
.
Keywords: Think Talk Write, Mathematical Problem Solving Ability

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh model pembelajaran Think


Talk Write terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik. Penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk
nonequivalent control group design. Jumlah subjek penelitian sebanyak 47
peserta didik kelas VIII tahun pelajaran 2019/2020 salah satu SMP di
Lampung Selatan. Pemilihan subjek berdasar pada pendapat guru, terpilih
peserta didik kelas VIII A berjumlah 23 peserta didik sebagai kelompok

44 
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
IJCCS ISSN: 1978-1520

eksperimen yang diberi model pembelajaran Think Talk Write dan peserta
didik kelas VIII B berjumlah 24 peserta didik sebagai kelompok kontrol
menggunakan pendekatan saintifik dengan metode diskusi. Instrumen
penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik. Data hasil uji normalitas, homogenitas, uji t, dan uji skor N-Gain
pretes-postes kemampuan pemecahan masalah matematis menunjukkan
bahwa: (1) tidak terdapat pengaruh model pembelajaran TTW terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik; (2) peningkatan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran Think Talk Write tidak lebih baik daripada peserta didik yang
menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dengan metode diskusi.

Kata kunci: Think Talk Write, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.

45
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
 ISSN: 1978-1520
1. PENDAHULUAN

Kecakapan matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup


(life skill) yang harus dimiliki peserta didik, terutama dalam
pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Peraturan
Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/Kep/PP/2004, menguraikan
bahwa indikator peserta didik memiliki kemampuan dalam pemecahan
masalah, diantaranya mampu: (1) menunjukan pemahaman masalah,
(2) mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
pemecahan masalah, (3) menyajikan masalah secara matematik dalam
berbagai bentuk, (4) memilih pendekatan dan metode pemecahan
masalah secara tepat, (5) mengembangkan strategi pemecahan
masalah, dan (6) membuat dan menafsirkan model matematika dari
suatu masalah. Polya dalam bukunya How to Solve it edisi kedua,
mengemukakan ada 4 langkah pemecahan masalah yang meliputi: (1)
understanding the problem, (2) devising a plan, (3) carrying out the
plan, (4) looking back [1].
Hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti di satu SMP di
Lampung Selatan dapat dideskripsikan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik ditinjau dari cara memahami
permasalahan dalam mengerjakan soal matematika, menyusun strategi
permasalahan, melaksanakan strategi untuk menyelesaikan
permasalahan, dan memeriksa kembali permasalahan, sudah
dilaksanakan dengan cukup baik. Hal ini didasari dari hasil wawancara
pada tanggal 05 Agustus 2019 dengan guru mata pelajaran
matematika kelas VIII di tempat penelitian. Guru menyatakan bahwa
peserta didik dapat mencari tahu permasalahan dengan cara
mengamati dan membaca dengan cermat soal yang diberikan oleh
guru, strategi yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
yakni dengan membaca contoh-contoh permasalahan yang diberikan
guru sebelumnya, dan dilatih kembali dengan mengerjakan latihan

46
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
IJCCS ISSN: 1978-1520

soal apabila waktu pengerjaan masih memungkinkan. Menurut guru,


ditinjau dari cara memecahkan masalah selama proses pembelajaran,
ada sebagian peserta didik yang dapat mengerjakan soal dengan
mudah dan sebagian lain masih mengalami kesulitan. Guru
mengatakan bahwa beberapa peserta didik belum mampu memahami
permasalahan yang terjadi di dalam soal, sehingga peserta didik tidak
mampu mencari penyelesaian pada permasalahan. Peserta didik juga
masih keliru dalam memahami konsep, pengoperasian perhitungan
sederhana, yang dikarenakan adanya ketidakseimbangan
(disequlibrium) pada pengetahuan peserta didik sebelumnya.
Pretes yang dilakukan pada awal pembelajaran, terdapat
permasalahan yang berkaitan dengan materi sebelumnya, yaitu materi
operasi bilangan kelas VII. Kurangnya pengetahuan dasar peserta didik
mengenai pengoperasian bilangan pada materi kelas VII memberikan
pengaruh pada pengetahuan baru terhadap materi yang akan di
ajarkan, yaitu relasi dan fungsi. Pengetahuan peserta didik yang
mengalami disequlibrium menyebabkan kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik rendah, sehingga tidak dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hasil pra
penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa peserta didik yang
kurang mampu dalam memberikan penyelesaian terkait permasalahan
yang diberikan, sehingga hal ini dirasa perlu untuk diteliti lebih lanjut
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Hasil wawancara dengan guru, yang menyatakan bahwa proses
pembelajaran di sekolah sudah dilaksanakan sesuai dengan kurikulum
yang diterapkan, yakni Kurikulum 2013 (K13). Pendekatan
pembelajaran dalam K13 salah satunya yang digunakan oleh guru
dalam mengajar ialah menggunakan pendekatan saintifik dengan
metode diskusi. Menurut guru, peserta didik sudah mengikuti dengan
baik saat dilakukan diskusi kelompok dan memberi respon yang
sangat antusias. Hal tersebut juga akan peneliti teliti lebih lanjut
dengan menerapkan model pembelajaran lain yang setara
menggunakan metode diskusi.
47
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
 ISSN: 1978-1520
Guru juga harus mengembangkan strategi pembelajaran yang
tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, melainkan juga
mendorong peserta didik untuk belajar secara bebas dalam batas-
batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok. Beberapa alasan
yang dikemukakan mengenai pembelajaran kooperatif, salah satunya
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta
didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan [2]. Model
pembelajaran yang mungkin dapat diimplementasikan berdasarkan
pokok permasalahan di atas, yaitu model pembelajaran kooperatif
Think Talk Write (TTW).
Model pembelajaran ini pada dasarnya dimulai dengan proses
berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif
solusi). Model pembelajaran ini dapat membantu peserta didik dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang didapat dari hasil diskusi. Peserta
didik juga dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan
pemikirannya dengan teman sebaya, sehingga membantu peserta
didik lebih dapat memahami materi yang diajarkan [3]. Penelitian
terkait TTW dilakukan oleh Indriani, membahas tentang pengaruh
model pembelajaran TTW terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik, menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
kelas yang menggunakan model pembelajaran TTW dengan rata-rata
78,23 dan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran TTW
dengan rata-rata 71,18 [4].
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui: (1) pengaruh model pembelajaran TTW terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, dan (2)
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
yang menggunakan model pembelajaran TTW dan peserta didik yang
menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dengan metode
diskusi.
.

48
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
IJCCS ISSN: 1978-1520

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain


penelitian yang digunakan ialah Quasi Experimental Design dengan
bentuk Nonequivalent Control Group Design, dimana kedua kelompok
penelitian tidak dipilih secara acak (Creswell) [11].

Kelompok A O X O

Kelompok B O O

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas


VIII salah satu SMP di Lampung Selatan tahun pelajaran 2019/2020.
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive
sampling, dimana narasumber yang dimaksud ialah guru matematika
guna mempertimbangkan dan memilih dua kelompok sampel dengan
kemampuan setara. Berdasarkan hasil wawancara pra penelitian
dengan guru, terpilih peserta didik kelas VIII A berjumlah 23 peserta
didik sebagai kelompok eksperimen yang diberi model pembelajaran
Think Talk Write dan peserta didik kelas VIII B berjumlah 24 peserta
didik sebagai kelompok kontrol menggunakan pendekatan saintifik
dengan metode diskusi, sehingga total seluruh sampel penelitian
berjumlah 47 peserta didik.
Pengumpulan data penelitian menggunakan dua macam
instrumen, yaitu tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik,
sedangkan instrumen nontes menggunakan lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar wawancara, dan LKPD.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data
yang dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji statistik deskriptif
dan statistik inferensial dengan bantuan program Microsoft Excel 2010
dan SPSS 16.0 for Windows, adalah data pretes, postes, data

49
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
 ISSN: 1978-1520
normalized gain (N-Gain), sedangkan untuk data hasil observasi dan
wawancara dianalisis secara kualitatif

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan statistik deskriptif data pretes dan postes


kemampuan pemecahan masalah matematis kedua kelompok
penelitian pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Data Pretes dan Postes


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kelompok Nilai N SD
Kelompok Pretes 24 33,42 8,45
Kontrol Postes 24 58,67 16,17
Kelompok Pretes 23 35,17 6,55
Eksperimen Postes 23 63,52 10,22

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-


rata antara skor postes peserta didik kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, masing-masing dengan nilai rata-rata yaitu 63,52
untuk kelompok eksperimen dan 58,67 untuk kelompok kontrol.
Untuk hasil perhitungan data skor N-Gain kemampuan pemecahan
masalah matematis, dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Rata-rata N-Gain


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Rata-rata
Kelompok Interpretasi
N-Gain
Kontrol 0,39 Sedang
Eksperimen 0,44 Sedang

Disimpulkan bahwa rata-rata skor N-Gain peserta didik pada


kelompok eksperimen lebih tinggi yaitu 0,44 dibandingkan dengan
peserta didik pada kelompok kontrol dengan rata-rata N-Gain 0,39,
dimana interpretasi kedua rata-rata N-Gain kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol termasuk dalam kategori sedang.

50
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
IJCCS ISSN: 1978-1520

Uji Normalitas Data Skor Pretes, Postes, dan N-Gain


Pengujian normalitas data pretes, postes, dan N-Gain dilakukan
untuk mengetahui apakah data kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik berdistribusi normal atau tidak. Pengujian
dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk pada taraf signifikansi α = 0,05.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Skor Pretes, Postes, N-Gain


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Shapiro-Wilk
Skor Kelompok Kesimpulan
Statistic df Sig.
Kontrol 0,953 24 0,314 Terima H0
Pretes
Eksperimen 0,892 23 0,017 Tolak H0
Kontrol 0,922 24 0,064 Terima H0
Postes
Eksperimen 0,942 23 0,194 Terima H0
Kontrol 0,916 24 0,048 Terima H0
N-Gain
Eksperimen 0,981 23 0,922 Terima H0

Nilai signifikansi data skor pretes kelompok eksperimen 0,017 <


α = 0,05, dapat disimpulkan bahwa sebaran data skor pretes pada
kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. Sebaran data skor
pretes yang tidak berdistribusi normal, dilakukan uji non parametrik
Mann-Whitney U. Nilai signifikansi untuk data skor pretes pada
kelompok kontrol 0,314 > α = 0,05 sehingga sebaran data berdistribusi
normal, juga nilai signifikansi skor postes menunjukkan sebaran data
kedua kelompok berdistribusi normal dengan masing-masing nilai
0,064 dan 0,194 > α = 0,05. Uji normalitas data skor N-Gain pada
kelompok eksperimen dan kontrol menghasilkan nilai signifikansi
0,922 dan 0,048 > α = 0,05 artinya sebaran data skor N-Gain pada
kedua kelompok berdistribusi normal.

Uji Homogenitas Data Skor Postes, dan N-Gain


Pengujian homogenitas menggunakan uji Levene test pada taraf
signifikansi α = 0,05. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah
varians data kedua kelompok sama atau berbeda. Hasil perhitungan

51
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
 ISSN: 1978-1520
uji homogenitas data skor postes dan N-Gain kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Data Skor Postes dan N-Gain


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene
Skor Sig. Kesimpulan
Statistic
Postes 3,326 0,075 Terima H0
N-Gain 0,983 0,327 Terima H0

Nilai signifikansi hasil uji homogenitas data skor postes dan N-


Gain kedua kelompok masing-masing 0,075 dan 0,327 > α = 0,05
sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data postes kedua
sampel memiliki variansi yang homogen.

Uji Hipotesis
Pemilihan uji statistik hipotesis penelitian dilakukan dengan
memperhatikan hasil uji normalitas dan uji homogenitas data
penelitian. Data pretes yang tidak berdistribusi normal pada kelompok
eksperimen, tidak memungkinkan dilakukan pengujian dengan
independent sample t-test. Untuk itu dilakukan pengujian non
parametrik menggunakan uji Mann-Whitney U.

Tabel 6. Hasil Uji Non-Parametrik Mann-Whitney U


Data Skor Pretes Kelompok Eksperimen
Value
Asymp. Sig (2-tailed) 0,430

Hasil pengujian menunjukkan nilai Sig (2-tailed) = 0,430 > α =


0,05, sehingga H0 diterima. Data skor postes dan data skor N-Gain
yang berasumsi normal dan memiliki variansi yang homogen,
selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata menggunakan
independent sample t-test. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
perbedaan rata-rata skor postes dan skor N-Gain peserta didik kedua
kelompok menghasilkan nilai Sig (2-tailed) = 0,227 dan 0,367 > α =
52
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
IJCCS ISSN: 1978-1520

0,05 sehingga H0 diterima. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 7


berikut.

Tabel 7. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Postes dan N-Gain


Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
t-test for Equality of Means
Kesimpulan
Skor t df Sig. (2-tailed)
Postes -1.224 45 0,227 Terima H0
N-Gain -0,911 45 0,367 Terima H0

Kesimpulan dari uji hipotesis yang pertama: “Terdapat


pengaruh model pembelajaran TTW terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik”, dari uji perbedaan rata-rata skor
pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
disimpulkan bahwa 0,430 dan 0,227 > α = 0,05, sehingga H0 diterima,
dengan demikian tidak terdapat pengaruh model pembelajaran TTW
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
Sedangkan hasil uji hipotesis yang kedua dapat disimpulkan bahwa
rata-rata skor N-Gain kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik yang memperoleh model pembelajaran TTW tidak lebih
baik dari peserta didik yang mendapat pendekatan pembelajaran
saintifik dengan metode diskusi, dimana hasil perhitungan uji
perbedaan rata-rata skor N-Gain peserta didik kelompok eksperimen
dan kontrol menghasilkan nilai Sig (2-tailed) = 0,367 > α = 0,05,
sehingga H0 diterima
Faktor bentukan pada awal penelitian dengan memilih
kelompok penelitian yang memiliki kemampuan setara pada tingkat
pengetahuan rata-rata mata pelajaran matematika, proses tahapan
pembelajaran dengan menggunakan diskusi kelompok pada kelompok
eksperimen dan kontrol, dan pemberian LKPD diberlakukan dengan
persoalan yang sama pada kedua kelompok penelitian, memberikan
dampak akhir pada hasil uji statistik inferensial dimana tidak terdapat
perbedaan rata-rata antara pembelajaran pada kelompok eksperimen
dan kontrol, namun secara statistik deskriptif menunjukkan bahwa

53
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
 ISSN: 1978-1520
terdapat perbedaan rata-rata antara skor postes peserta didik
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing dengan
nilai rata-rata yaitu 63,52 untuk kelompok eksperimen dan 58,67
untuk kelompok kontrol, juga pada hasil perhitungan data skor N-Gain
kemampuan pemecahan masalah matematis, disimpulkan bahwa rata-
rata skor N-Gain peserta didik pada kelompok eksperimen lebih tinggi
yaitu 0,44 dibandingkan dengan peserta didik pada kelompok kontrol
dengan rata-rata N-Gain 0,39, dimana interpretasi kedua rata-rata N-
Gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol termasuk dalam
kategori sedang. Teori belajar Vygotsky juga mengungkapkan bahwa
peserta didik dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu
memperhatikan lingkungan sosial. Sejalan dengan Vygotsky, faktor
bukan bentukan selama proses pembelajaran yang menyebabkan juga
tidak terjadinya peningkatan, yaitu rentang rata-rata waktu
pembelajaran di siang hari, lalu dipotong waktu istirahat, dan
mendekati jam pulang menjadi faktor yang tidak dapat dikendalikan,
sehingga pembelajaran pun jadi kurang efektif. Faktor lainnya yang
ditemui selama pembelajaran pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, yaitu kecenderungan sikap/tingkah laku peserta
didik saat berdiskusi, diantaranya ada beberapa peserta didik yang
mengganggu teman sekelompoknya, acuh terhadap apa yang sedang
dijelaskan oleh guru, cepat bosan dan mengobrol bukan materi diskusi
saat mengerjakan tugas, sehingga hal tersebut juga mengindikasi tidak
efektifnya hasil pembelajaran yang diharapkan

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini terkait materi Relasi dan Fungsi pada peserta didik
kelas VIII satu SMP di Lampung Selatan tahun pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:

54
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
IJCCS ISSN: 1978-1520

1. Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran TTW terhadap


kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik yang menggunakan model pembelajaran TTW tidak lebih
baik dari peserta didik yang menggunakan pendekatan
pembelajaran saintifik dengan metode diskusi.

Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan
sebagai bahan pertimbangan adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran TTW kurang berkonstribusi secara maksimal
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik, apabila di sandingkan dengan pendekatan
pembelajaran saintifik dengan metode diskusi.
2. Perlunya mengobservasi lebih lanjut
model/metode/pendekatan yang dapat meningkatkan khususnya
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, apabila
model pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah
memberikan dampak yang lebih baik pada kemampuan matematis
peserta didik

DAFTAR PUSTAKA

[1] As’ari, A., R. Tohir, M., Valentino, E., Imron, Z., & Taufiq, I. (2016).
Buku Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Semester 1. Jakarta:
Kemdikbud.
[2] Marlina., Ikhsan, M., & Yusrizal. (2014). Peningkatan Kemampuan
Komunikasi dan Self-EfficacySiswa SMP Dengan Menggunakan
Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik Matematika Universitas
Syiah Kuala. [Online], Vol. 1, No. 1, (http://www.-
jurnal.unsyiah.ac.id), diakses 16 Desember 2016.
[3] Wiratmaja, C. G. A., Sadia, I. W., & Suastra, I. W. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis MasalahTerhadap Self-Efficacy
danEmotional IntellegenceSiswa SMA. JurnalProgram Pascasarjana
UNDIKSHA. [Online], Vol. 4, (http://pasca.undiksha.ac.id), diakses
17 Desember 2016.
[4] Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.),
Encyclopedia of Human Behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York:

55
Hipotenusa
Journal of Research Mathematics Education p-ISSN: 2621-0630
VOL.3 NO.1 2020
 ISSN: 1978-1520
Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia – of
- mentalhealth. SanDiego: Academic Press, 1998). [Online],
(http://www. uky. edu/~eushe2/ Bandura/ BanEncy. Html),
diakses 17 Desember 2016.
[5] Medistiara, Yulida. (2016). Nilai Rata-Rata UN Tahun 2016 Turun
3 Poin Dari Tahun Lalu. Detiknews. [online],
(http://m.detik.com/news), diakses 16 Oktober 2017.\
[6] Abdullah, Ridwan Sani.(2014). Pembelajaran Saintifik Untuk
Kurikulum 2013.Jakarta: Bumi Aksara.
[7] Kusumawati, Noviana. (2012). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Model Project Based Learning (PBL)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis. (Tesis).
Pekalongan: FKIP-UNIKAL.
[8] Yanti, Ati Adi. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Komunikasi Matematis Serta Self-Efficacy Siswa SMP.
Tesis. [Online], (http://Repository.unpas.ac.id. Bandung:
Pasundan), diakses 10 Juni 2017.
[9] Nu’man, Mulin. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Geometri
Problem Based Learning Untuk Memfasilitasi Kemampuan
Komunikasi Matematis Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN
Sunan Kalijaga. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UMS 2015. [Online],
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id), diakses 16 Desember 2016.
[10] Kirschner, P. A., Sweller, J., & Clark, R. E. (2006). Why Minimal
Guidance During Instruction Does Not Work: An Analysis of The
Failure of Constructivist, Discovery, Problem-Based, Experiential,
and InquiryBased Teaching. Jurnal Educational Psychologist.
[Online],, diakses 10 Juni 2017.
[11] Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Edisi revisi. Malang: UMM
Press.
[12] Anita, N.M.Y., Karyasa, I.W., Tika, I.N. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Self-
Efficacy Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha,http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/do
wnload/800/585.[Diakses pada 16 Juni 2016].

56

You might also like