TRUST - Jurnal - 732-Article Text-898-1-10-20180220

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Volume 9 Nomor 1, November 2017, p.

080-091
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php

Tinjauan Hukum Kewenangan Sistem TRUST +POSITIF™ sebagai


Database Acuan dan Rujukan Penyaringan Seluruh Layanan Akses
Informasi Publik Penggunaan Internet di Indonesia

Christian Andersen
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Indonesia
andersen.xtian@yahoo.co.id

Submitted: 2017-10-04; Reviewed: 2017-10-10; Accepted: 2017-11-29

Abstract - The implementation of good governance become the main agenda that has to be
done by any government agencies. Because this is a requirement that shows the Government's
commitment in carrying out theirs duty to serve the community. All officers must have an
understanding of public information disclosure / Keterbukaan Informasi Publik (KIP) based
on Act Number 14 of 2008, the principles which referred to is accountability, transparency and
the supremacy of law. This article is a normative legal research studying the principles/laws
that is a research on applied regulations related to The Implementation of Trust +Positif
Concerning Good Governance. This research aims to reveal the regulations related to the
implementation of community service in conducting good governance in order to prepare
ASEAN Economic Community. The conclusion of this research are that to create a good
governance as expected by the community, the implementation of the function of Trust +Positif
service is needed and we have to create synergy between the governmental officers who
implement the policy and the community whom the policy applied to. Therefore, it is necessary
to have cooperation between the two parties.

Keywords: ASEAN Economic Community; Public information disclosure (KIP); Trust


+Positive

PENDAHULUAN memperhatikan dalam penyelenggaraan


Sebagai salah satu negara yang terdaftar dan penggunaan teknologi informasi.
dalam perdagangan bebas ASEAN (dikenal Akses mudah dan tanpa batas yang
sebagai Masyarakat Ekonomi Asean) yang menjadikan ruang bagi semua orang untuk
tidak terlepas dari tukar menukar dan jual dapat melakukan banyak hal seperti
beli, negara ini tentu saja sangat bergantung misalnya bertukar dan berbagi informasi,
dari kemajuan teknologi yang dikenal saat transaksi secara elektronik, berkomunikasi
ini yaitu teknologi informasi, hal ini melalui dunia maya dan masih banyak lagi
menuntut bangsa Indonesia untuk lebih kegiatan yang dapat dilakukan dengan

80
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

memanfaatkan teknologi informasi. Dalam Teknologi informasi mempunyai fungsi


kehidupan bermasyarakat secara eksplisit dan peranan yang besar bagi setiap orang di
hal tersebut terdapat dalam suatu adagium seluruh dunia, yakni sebagai suatu sarana
yang dikemukakan oleh filsuf ternama dalam mendukung bebagai macam
Aristoteles yang menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan setiap hari, baik di
“Manusia adalah makhluk sosial yang perusahaan ataupun pada organisasi-
hidup bermasyarakat” (Zoon Politicon) 1 , organisasi yang menuntut penggunaan
oleh sebab itu setiap manusia yang hidup teknologi informasi, khususnya dalam
membutuhkan manusia yang lainnya untuk kehidupan bermasyarakat untuk
dapat berinteraksi satu sama lainnya, mempertahankan keberadaannya setiap
interaksi yang dibangun tersebut terjadi kelompok sosial dalam masyarakat di
dengan adanya suatu komunikasi yang berbagai wilayah memiliki cara tersendiri
terjalin secara terus menerus dari waktu dalam berinteraksi dengan sesamanya,
kewaktu sehingga terjalinlah suatu salah satunya yaitu dengan menggunakan
hubungan yang baik dalam kehidupan teknologi informasi, sehingga terbentuklah
bermasyarakat. Perkembangan masyarakat suatu kebiasaan baru dalam berkomunikasi
saat ini telah didukung dengan dengan cara berbagi informasi secara
berkembangnya teknologi informasi, elektronik melalui media sosial yang dapat
segala jenis komunikasi yang dibangun saling menghubungkan antara satu atau
dalam masyarakat tanpa disadari lebih kelompok orang atau masyarakat
mengalami perubahan, baik dalam yang tidak terbatas waktu dan wilayah,
penyampaian maupun dalam cara sehingga setiap orang dalam kelompok
berkomunikasinya. masyarakat dapat sealalu berbagi informasi
Secara implisit dan eksplisit teknologi dalam bentuk apapun. Seiring dengan
informasi bukan hanya sekedar berupa berjalannya waktu, revolusi media massa
teknologi komputer, tetapi juga mencakup telah melahirkan media baru yang biasa
teknologi komunikasi. Dengan kata lain disebut sebagai media sosial. Media sosial
teknologi informasi merupakan gabungan adalah sebuah media online, dimana para
dari teknologi komputer dan teknologi pengguna dapat dengan mudah
komunikasi, sehingga dari pernyataan berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan
tersebut dapat ditarik definisi mengenai isi.
teknologi informasi. Teknologi informasi Media sosial ini meliputi beberapa jenis
adalah suatu teknologi yang digunakan yaitu blog, jejaring sosial dan dunia virtual.
untuk mengolah data, termasuk Media sosial tersebut merupakan bentuk
memproses, mendapatkan, menyusun, yang paling umum digunakan oleh
menyimpan, memanipulasi data dalam masyarakat di seluruh dunia. Infomasi yang
berbagai cara untuk menghasilkan ditukar melalui media sosial dapat berupa
informasi yang berkualitas, yaitu informasi data yang bernilai ekonomis. Hubungan
yang relevan, akurat dan tepat waktu. antara Pemerintah sebagai pengawas dan

1
Utrecht/Moh. Saleh Djindang, Pengantar Dalam
Hukum Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru, Jakarta,
1989, hlm. 2

81
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

penjamin terlaksananya kebebasan yang macam kreasi intelektual, salah satu bentuk
bertanggung jawab berinteraksi melalui kreasi tersebut adalah konten video, baik
media sosial idealnya dapat memberikan video gambar, suara atau e-book dan lain-
rasa aman dan nyaman juga bagi lain.
penyelenggara jejaring sosial termasuk Dasar pertimbangan dibentuknya
pihak yang mendapatkan sanksi blokir agar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
seluruh pihak merasa di jamin hak dan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
tanggung jawabnya masing-masing. adalah: pertama, bahwa pembangunan
nasional adalah suatu proses yang
PEMBAHASAN berkelanjutan yang harus senantiasa
Dasar Pelaksanaan Kebebasan tanggap terhadap berbagai dinamika yang
Informasi melalui Jejaring Sosial di terjadi di masyarakat. Kedua, bahwa
Indonesia globalisasi informasi telah menempatkan
Indonesia merupakan Negara hukum yang Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
menempatkan hukum pada kedudukan informasi dunia sehingga mengharuskan
yang paling tinggi. Sebagai Negara hukum, dibentuknya pengaturan mengenai
Indonesia juga mempunyai ciri-ciri pengelolaan Informasi dan Transaksi
sehingga bisa disebut sebagai Negara elektronik di tingkat nasional sehingga
hukum. Salah satu ciri adalah adanya hak pembangunan teknologi informasi dapat
yang melekat dan dimiliki oleh setiap orang dilakukan secara optimal, merata, dan
dalam kebebasan informasi untuk menyebar ke seluruh lapisan masyarakat
mengemukakan pendapat, yang telah guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
tertuang dalam Pasal 28F Undang-Undang Ketiga, bahwa perkembangan dan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun kemajuan Teknologi Informasi yang
1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak demikian pesat telah menyebabkan
untuk berkomunikasi dan memperoleh perubahan kegiatan kehidupan manusia
informasi untuk mengembangkan pribadi dalam berbagai bidang yang secara
dan lingkungan sosialnya, serta berhak langsung telah memengaruhi lahirnya
untuk mencari, memperoleh, memiliki, bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.
menyimpan mengolah, dan menyampaikan Keempat, bahwa penggunaan dan
informasi dengan menggunakan segala pemanfaatan Teknologi Informasi harus
jenis saluran yang tersedia.” Kebebasan terus dikembangkan untuk menjaga,
informasi yang diberikan kepada setiap memelihara dan memperkukuh persatuan
orang merupakan suatu wadah dan sarana dan kesatuan nasional berdasarkan
untuk dapat berbagi dan mengekspresikan Peraturan Perundang-undangan demi
segala bentuk gambar atau suara yang kepentingan nasional. Kelima, bahwa
dilakukan oleh setiap orang dalam pemanfaatan Teknologi Informasi berperan
kehidupan sehari-hari, yang telah diolah penting dalam perdagangan dan
sedemikian rupa yang pada akhirnya dapat pertumbuhan perekonomian nasional untuk
dilihat dan dinikmati oleh semua orang mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
secara bebas dan tanpa batas. Beragamnya pada akhirnya bahwa pemerintah perlu
jenis media sosial melahirkan berbagai mendukung pengembangan Teknologi

82
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

Informasi melalui infrastruktur hukum dan sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia
pengaturannya sehingga pemanfaatan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Teknologi Informasi dilakukan secara Undang Dasar 1945.
aman untuk mencegah penyalahgunaannya Pada umumnya dalam suatu sistem
dengan memperhatikan nilai-nilai agama yang terstrukur dan sistematis diperlukan
dan sosial budaya masyarakat Indonesia. adanya aturan yang mengatur setiap elemen
Peranan ilmu pengetahuan dan ataupun komponen yang terkait di
teknologi menjadi perhatian utama di dalamnya, agar dalam penyelenggaraannya
negara-negara maju dalam menjawab memenuhi keadilan bagi kepentingan
permasalahan pembangunan nasional dan semua pihak yang terkait dengan sistem
perkembangan ekonomi bangsa, di tersebut, yang biasa disebut sebagai tata
Indonesia sendiri segala kebijakan yang kelola pemerintahan yang baik (Good
terkait dengan ilmu pengetahuan dan Corporate Governance). Dalam konteks
teknologi terdapat dalam Rencana penyelenggaraan sistem informasi, hal
Pembangunan Jangka Nasional Menengah yang dimaksud dengan tata kelola yang
(RPJNM), yang penerapannya khusus baik dalam penerapan teknologi informasi
diarahkan terhadap pembangunan nasional adalah penerapan produk IT yang sesuai
dalam rangka membangun dan kebutuhan atau kepentingan suatu bentuk
meningkatkan perekonomian negara yang informasi tertentu berdasarkan
memiliki daya saing nasional, perwujudan karakteristik organisasi dan manajemen
pembangunan nasional dalam bidang ilmu yang berlaku2, di Indonesia lembaga yang
pengetahuan dan teknologi semakin secara khusus menangani segala hal yang
terintegrasi dan diselaraskan dengan berkaitan dengan teknologi informasi
sumber daya manusia yang tersedia, baik adalah mentri komunikasi dan informatika
dari sisi penyedia maupun pengguna sebagai suatu sistem yang terstruktur dan
teknologi dapat berlangsung secara terintegrasi dan memiliki wewenang untuk
konsisten dan berkelanjutan, didukung membuat dan mengambil keputusan dalam
dengan penguatan kelembagaan, tata kelola teknologi informasi. Terlepas
substansial, sumber daya serta jaringan dari itu, dalam tata kelola penyelenggaraan
iptek yang terkait di dalamnya korporasi yang baik fokusnya adalah sistem
(stakeholder). penyelenggaraan korporasi yang
3
Peranan ilmu pengetahuan dan memperhatikan asas-asas:
teknologi di Indonesia memberikan 1. Transparency (keterbukaan
pengaruh yang begitu besar khususnya informasi), baik dalam proses
dalam memberikan kontribusi bagi pengambilan keputusan maupun
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam mengungkapkan informasi
kemajuan dalam berbagai bidang pada materiil dan relevan mengenai
lapisan kehidupan, serta berkontribusi perusahaan
dalam peradaban manusia. Hal tersebut 2. Accountability (akuntabilitas),

2 3
Edmon Makarim, Tanggung Jawab Hukum Ibid.
Penyelenggara Sistem Elektronik, Jakarta: Rajawali
Pers, 2010, hlm. 34.

83
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

adalah mencakup kejelasan fungsi, lain:4


struktur, sistem dan 1. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab,
pertanggungjawaban organ yakni prinsip untuk memastikan
perusahaan sehingga pengelolaan bahwa setiap individu maupun
perusahaan terlaksana secara efektif kelompok dalam organisasi, secara
3. Responsibility jelas mengerti dan menerima tugas
(pertanggungjawaban), adalah dan tanggung jawabnya unutk
kesesuaian (kepatuhan) di dalam penerapan TI.
pengelolaan perusahaan terhadap 2. Prinsip rancangan TI yang terbaik
prinsip korporasi yang sehat serta sebagai pendukung organisasi,
peraturan perundang-undangan yakni prinsip untuk memastikan
yang berlaku bahwa Rancangan Penerapan TI
4. Independency (kemandirian), suatu adalah sesuai dengan kebutuhan
keadaan diamana perusahaan saat ini dan kebutuhan pada waktu
dikelola secara profesional tanpa yang berjalan, dan Rencana TI
benturan kepentingan dan tersebut adalah dikembangkan
pengaruh/tekanan dari pihak dalam rangka mendukung Rencana
manapun yang tidak sesuai dengan Kerja Korporasi (Corporate Plan)
peraturan perundang-undangan itu sendiri.
yang berlaku 3. Prinsip Perolehan TI secara Valid,
5. Fairness (kesetaraan dan yakni prinsip untuk memastikan
kewajaran), perlakuan yang adil bahwa perolehan TI harus dibuat
dan setara dalam memenuhi hak- atas dasar alasan ysng disetujui dan
hak stakeholder yang timbul dilakukan dengan cara yang
bedasarkan perjanjian serta disetujui pula, serta didasari oleh
peraturan perundangan yang analisis yang patut dan
beralaku berkelanjutan. Menjamin bahwa
ada keseimbangan yang patut
Dalam lingkup publik, setiap pimpinan antara biaya, risiko, keuntungan
organisasi publik (pemerintah dan jangka pendek dan jangka panjang.
birokrasinya) harus bertindak sesuai 4. Prinsip jaminan bekerja dengan
dengan kewenangannya yang ditentukan baik pada saat kapan saja
oleh hukum administrasi negara demi dibutuhkan, yakni prinsip untuk
menjalankan fungsi penyelenggaraan dapat memastikan bahwa
negara demi kepentingan umum, terkait penerapan TI adalah sesuai dengan
dengan hal itu pada dasarnya IT tujuna organisasi, bersifat responsif
Governance dalam lingkup korporasi terhadap permintaan bisnis yang
mempunyai beberapa prinsip dasar yang selalu berubah, dan memberikan
boleh jadi penerapan-penerapannya akan layanan pendukung kepada bisnis,
bervariasi sesuai ukuran dan operasional setiap saat manakala dibutuhkan
bisnis dari organisasi itu sendiri, antara oleh bisnis.

4
Ibid, hlm. 122.

84
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

5. Prinsip Penerapan TI yang sesuai berlaku kepada penyelenggaraan sistem


dengan aturan formal, yakni prinsip elektronik oleh penyelenggara negara
untuk menjamin bahwa penerapan dalam menjalankan pelayanan publiknya.
TI harus mematuhi semua Peraturan Menteri Nomor 41 / PER /
ketentuan hukum yang berlaku dan MEN.KOM.INFO / 11 / 2007 tentang
sesuai dengan semua kebijakan Panduan Umum Tata Kelola Teknologi
internal dan praktik bisnis yang Informasi dan Komunikasi Nasional
berkembang menyatakan bahwa latar belakang perlunya
6. Prinsip Penerapam TI yang Harus Tata Kelola TIK Nasional adalah:
Menghargai Faktor Manusianya, 1. Perlunya rencana TIK Nasional
yakni prinsip unutuk menjamin yang lebih harmonis karena hampir
bahwa penerapan TI harus semua institusi memiliki rencana
memenuhi segala macam Teknologi Informasi dan
kebutuhan, baik saat ini maupun Komunikasi, tetapi integrasi dan
yang berkembang nantinya sesuai sinkronisasi di level nasional masih
dengan proses berjalan. lemah;
2. Perlunya pengelolaan yang lebih
Dasar-dasar penerapan tata kelola yang baik untuk merealisasikan flagship
baik telah diuraikan dalam penjelasan nasional, yang merupakan inisiatif
umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun TIK strategis yang memerlukan
2008 Tentang Informasi dan Transaksi pendekatan yang lebih baik,
Elektronik khususnya Pasal 15 ayat (1) khususnya dalam hubungan antar
yang berbunyi “setiap penyelenggara lembaga dan hubungn penyedia
sistem elektronik secara andal dan aman layanan;
serta bertanggung jawab terhadap 3. Perlunya peningkatan efisiensi dan
beroperasinya sistem elektronik efektivitas belanja/investasi TIK,
sebagaimana mestinya.” Maksudnya andal yang memerlukan mekanisme
artinya sistem elektronik mempunyai untuk menghindari kemungkinan
kemampuan yang sesuai dengan terjadinya redundansi inisiatif TIK,
penggunanya yang terlindungi secara fisik sehingga meningkatkan efisiensi
dan nonfisik serta memiliki kemampuan dan efektifitas belanja/investasi
sesuai dengan spesifikasinya juga terdapat TIK Nasional; dan
adanya subjek hukum yang 4. Perlunya pendekatan yang
bertanggungjawab secara hukum terhadap meningkatkan pencapaian value
penyelenggara sistem elektronik tersebut. dari implementasi TIK Nasional,
Sehubungan dengan itu, dalam definisi dimana value yang dapat diciptakan
Pasal 1 angka 6 UU ITE juga telah dengan implementasi TIK,
diuraikan bahwa yang dimaksud dengan khususnya yang dapat dirasakan
penyelenggaraan sistem elektronik adalah langsung oleh publik.
pemanfaatan oleh penyelenggara negara,
orang, badan usaha, dan/atau masyarakat. Dunia hukum sebenarnya sudah sejak
Oleh karena itu kewajiban tersebut juga lama memperluas penafsiran asas dan

85
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

norma yang dibutuhkan dalam penerapan bagaimana sebuah ide dan


teknologi informasi ketika menghadapi teknologi baru disebarkan dalam
persoalan perbendaan yang tidak berwujud, suatu budaya. Teori ini
misalnya dalam kasus pencurian listrik dikembangkan oleh Everett Rogers
sebagai perbuatan pidana. Kerugian dapat pada tahun 1964 melalui buku yang
terjadi baik pada pelaku transaksi maupun ia buat sendiri dengan judul
pada orang yang tidak pernah melakukan Diffusion of Innovations. Ia
transaksi, misalnya pencurian data kartu mendefinisikan difusi yang
kredit melalui pembelanjaan di internet. berperan sebagai proses dimana di
Disamping itu pembuktian merupakan dalamnya terdapat sebuah inovasi
faktor yang sangat penting , mengingat yang dikomunikasikan melalui
Informasi Elektronik bukan saja belum berbagai jenis saluran serta jangka
terakomodasi dalam sistem hukum acara waktu tertentu dalam sebuah sistem
Indonesia secara komperhensif, melainkan sosial. Teori ini beranggapan bahwa
juga ternyata sangat rentan untuk diubah, sebuah inofasi terdifusi dalam
disadap, dipalsukan dan dikirim ke masyarakat secara terprediksi,
berbagai penjuru dunia dalam waktu berisi tentang proses bagaimana
hitungan detik, Dengan demikian dampak suatu informasi disampaikan
yang diakibatkannya pun bisa demikian melalui media tertentu kapan saja
kompleks dan rumit. pada para anggota dalam sebuah
Kegiatan melalui media sistem sistem sosial.
elektronik disebut juga sebagai ruang siber 2. Critical Mass Theory, menurut
(cyber space) karena bersifat virtual dapat Rogers teori ini dikatakan sebagai
dikategorikan sebagai tindakan atau lanjutan dari teori difusi inovasi,
perbuatan hukum yang nyata, secara teori ini tidak terbentuk secara
yuridis kegiatan pada ruang siber tidak spontan, namun dalam teori ini
dapat didekati dengan ukuran dan terdapat faktor-faktor sosial yang
kualifikasi hukum konvensional saja, sebab dapat mempengaruhi critical mass,
jika cara ini yang ditempuh akan terlalu meliputi ukuran, keterhubungan
banyak kesulitan dan hal yang lolos dari dan tingkat komunikasi dalam
perlakuan hukum. Perlu diperhatikan sisi masyarakat itu sendiri. Critical
keamanan dan kepastian hukum dalam mass merupakan konsep yang
pemanfaatan teknologi informasi, media digunakan dalam berbagai konteks,
dan komunikasi agar dapat berkembang contohnya fisika, dinamika
secara optimal. Dari pemanfaatan teknologi kelompok, politik, opini publik,
ada beberapa teori yang mendukung dalam serta teknologi. Pada intinya ketika
penyelenggaraan teknologi informasi, seseorang memahami sebuah ilmu
antara lain:5 pengetahuan dan teknologi yang
1. Teori Difusi Inovasi, merupakan baru maka melalui orang tersebut
sebuah teori yang berisi tentang terbentuknya sebuah jaringan atau

5
Rogers, E. M, Diffusion of Innovations, 5th
Edition, New York: Free Press, 2003, hlm. 11

86
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

sekumpulan orang yang mengerti dalam dan di luar pengadilan.


akan teknologi baru tersebut dan 2. Asas manfaat, berarti bahwa
dapat membawa sebuah perubahan pemanfaatan teknologi informasi
pada negara. dan transaksi elektronik diupayakan
3. Teori strategi long tail, awalnya untuk mendukung proses
diungkapkan oleh Chris Anderson. berinformasi sehingga dapat
Teori ini adalah sebuah teori yang meningkatkan kesejahteraan
dapat memberi usul untuk membuat masyarakat.
sebuah produk yang tidak laku 3. Asas kehati-hatian, berarti para
menjadi laris terjual, apabila kita pihak yang bersangkutan harus
dapat memberikan pelayanan memperhatikan segenap aspek yang
maksimal keapada pasar minoritas berpotensi mendatangkan kerugian
tanpa harus terfokus pada produk bagi dirinya maupun pihak lain
yang sudah lebih dulu ada dan dalam pemanfaatan teknologi
populer. Jika teori ini diterapkan informasi dan transaksi elektronik.
pada situs maupun web, apabila 4. Asas itikad baik, berarti para pihak
pengguna menggunakan variasi dalam melakukan Transaksi
kunci dalam produk yang berbasis Elektronik tidak bertujuan untuk
low in demand maka akan lebih secara sengaja dan tanpa hak atau
efektif dan efisien dan memberikan melawan hukum mengakibatkan
trafik yang tinggi ketimbang kerugian bagi pihak lain tanpa
apabila menggunakannya dengan sepengetahuan pihak lain tersebut.
satu kunci. Oleh karena itu 5. Asas kebebasan teknologi atau
produsen harus dapat netral teknologi, berarti para pihak
memfokuskannya dengan dalam melakukan Transaksi
membangun variasi long tail Elektronik tidak bertujuan untuk
keywords, meskipun trafiknya secara sengaja dan tanpa hak atau
relatif sedikit, tetap dapat melawan hukum mengakibatkan
menjumlahkannya sedikit demi kerugian bagi pihak lain tanpa
sedikit hingga jumlahnya setara sepengetahuan pihak lain tersebut.
dengan trafik yang tinggi.
Tujuan pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Informasi dan Transaksi Elektronik:
Transaksi Elektronik berdasarkan UU ITE 1. Mencerdaskan kehidupan bangsa
dilaksanakan berdasarkan: sebagai bagian dari masyarakat
1. Asas Kepastian Hukum, informasi dunia.
menunjukkan landasan hukum bagi 2. Mengembangkan perdagangan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi perekonomian nasional dalam
dan Transaksi Elektronik serta rangka meningkatkan kesejahteraan
segala sesuatu yang mendukung masyarakat.
penyelenggaraannya yang 3. Meningkatkan efektifitas dan
mendapatkan pengakuan hukum di efisiensi pelayanan politik.

87
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

4. Membuka kesempatan seluas- khusus yang independen, yang diberikan


luasnya kepa setiap orang untuk mandat untuk melakukan pemblokiran dan
memajukan pemikiran dan penyaringan konten internet selain yang
kemampuan dibidang penggunaan kita kenal sebagai Trust +Positif tersebut di
dan pemanfaatan teknologi atas. UU No 11 Tahun 2008 tentang
informasi seoptimal mungkin dan Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
bertanggung jawab. ITE) terbatas hanya memberikan mandat
5. .Memberikan rasa aman, keadilan yang terkait dengan konten-konten yang
dan kepastian hukum bagi dianggap melawan hukum, namun lupa
pengguna dan penyelenggara untuk memasukkan kebijakan kontrol
Teknologi Informasi. terhadap konten. Harus diperhatikan bahwa
jika suatu peraturan menteri memuat materi
Dalam penggunaan sistem elektronik yang melakukan pembatasan terhadap hak
sebagai pengguna dan penyedia layanan asasi manusia, materi pembatasan dalam
yang baik sangat diperlukan untuk menjaga bentuk apapun haruslah diatur berdasarkan
keamanan pada ruang siber, mengingat Pasal 28J ayat 2 UUD 1945 yaitu dengan
akses yang tidak terbatas ruang dan waktu menggunakan Undang-undang.
dapat menjadi celah hukum bagi siapa saja Pemblokiran suatu konten seharusnya
yang tidak memiliki itikad baik, terdapat 3 merupakan wilayah Undang-Undang.
(tiga) pendekatan unutk menjaga keamanan Yang paling berbahaya adalah pengertian
cyber space: 'konten negatif' sangat luas dan multitafsir,
1. Pendekatan aspek hukum; tidak ada indikator yang jelas dari
2. Pendekatan aspek teknologi; pengertian serta definisi yang memadai jika
3. Pendekatan aspek sosial, budaya kita membaca peraturan menteri kominfo
dan etika. yang membatasi konten tersebut.
Jika melihat dunia internasional, jenis jenis
Pengaturan mengenai Batasan yang konten yang dilarang dalam berbagai
menjadi Tolak Ukur Penyaringan kesepakatan Internasional meliputi:
Konten 1. pornografi anak (untuk
6
Indonesia hingga saat ini sebenarnya belum perlindungan anak);
memiliki ketentuan yang secara detail 2. penyebaran kebencian (untuk
mengatur mekanisme dan tata cara melindungi hak-hak komunitas
pemblokiran/ penyaringan konten, selain yang terpengaruh oleh hal itu);
dari Peraturan Menteri (Permen) Kominfo 3. hasutan publik untuk melakukan
No 19 Tahun 2014 tentang Penanganan genosida untuk melindungi hak-hak
Situs Internet Bermuatan Negatif. orang lain);
Indonesia juga belum memiliki suatu badan 4. advokasi nasional terkait rasa atau

6
Dapat dibaca pada Pasal 2 dan Pasal 3 Protokol usaha mereka dalam menghukum orang-orang yang
Opsional Konvensi Hak anak mengenai penjualan bertanggungjawab dalam memproduksi dan
anak, prostitusi anak dan pornografi anak. Menurut menyebarkan pornografi anak daripada hanya
pelapor khusus PBB pemblokiran terhadap sekedar melakukan tindakan pemblokiran.
pornografi anak adalah pengecualian yang jelas dan
dibenarkan. Negara juga perlu untuk fokus kepada

88
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

agama yang bisa memicu hasutan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
diskriminasi, kekerasan atau hak mengirimkan informasi elektronik
permusuhan (untuk menjaga hak- dan/atau dokumen yang berisik
ancaman kekerasan atau menakut-
hak orang lain seperti hak untuk
nakuti yang ditujukan secara pribadi.”
hidup).7
Pembatasan konten dalam hukum
Sedangkan Konten yang dilarang nasional memasukkan sejumlah syarat
dalam hukum Indonesia diatur dalam yang tidak diatur dalam hukum HAM
beberapa undang-undang yakni: Internasional, misalnya agama’ dan
Dalam UU ITE mengenai pornografi dalam ‘kesusilaan’ dalam pasal 28 ayat (2) UU
Bab VII tentang Perbuatan Yang Dilarang: ITE. Pembatasan tersebut, selain tidak
Pasal 27 ayat (1) menyatakan: diatur dalam hukum HAM internasional,
“Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau juga tidak mempunyai batasan yang jelas
mentransmisikan dan/ atau membuat yang berakibat punya potensi melanggar
dapat diaksesnya Informasi Elektronik HAM jika tidak diatur secara jelas.
adan/atau Dokumen Elektronik yang Penggunaannya seringkali didasarkan pada
memiliki muatan yang melanggar suatu nilai atau keyakinan yang tunggal
kesusilaan”. atau dilakukan berdasarkan kehendak
kelompok mayoritas, dan hal ini
Pasal 27 ayat (2) menyatakan:
bertentangan dengan prinsip keberagaman
“Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau atau perlindungan terhadap kelompok
mentransmisikan dan/atau membuat minoritas, sehingga justru menyebabkan
dapat diaksesnya Informasi Elektronik atau berpotensi terjadinya pelanggaran
dan/atau Dokumen Elektronik yang HAM.
memiliki muatan perjudian” Pemerintah Indonesia saat ini melalui
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pasal 27 ayat (3) menyatakan:
mengeluarkan program Trust Positive
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau (Trust +Positif), dalam rangka menyaring
mentransmisikan dan/atau membuat muatan yang dianggap mengandung
dapat diaksesnya Informasi Elektronik muatan pornografi. Program ini menyusun
dan/atau dokumen elektronik yang sebuah pangkalan data yang berisikan
memiliki muatan penghinaan” Daftar Negatif laman tertentu yang
dianggap mengandung konten pornografi
Pasal 28 ayat (2) menyatakan:
atau tidak sesuai dengan etika dan moral
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan informasi yang bangsa (blacklist). Selain dengan
ditujukan permusuhan individu melakukan pencarian dan analisis, daftar
dan/atau kelompok masyarakat tertentu laman tersebut juga diperoleh berdasarkan
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan pengaduan dari masyarakat. Daftar laman
antar golongan (SARA)”. tersebut kemudian didistribusikan kepada
para penyedia layanan (provider) untuk
Pasal 29 menyatakan:

7
Lihat Pasal 20 Konvenan Sipol

89
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

dilakukan pemblokiran. Program ini juga lentur, memungkinkan praktik multitafsir


secara berkala melakukan pengecekan berlangsung.
terhadap perkembangan situs‐situs yang
ditutup, apakah ada perubahan konten atau PENUTUP
tidak. Sejalan dengan ketentuan Pasal 19 ayat 3
Penyaringan dilakukan pula dengan Kovenan Internasional Hak Sipil dan
mempergunakan jasa pihak ketiga, melalui Politik dan juga Pasal 28 J UUD 1945,
sistem penyaringan berbasis DNS (domain penempatan pembatasan haruslah dibuat
name service). Praktik penyaringan ini dan diatur dengan Undang Undang.
dikenal dengan Nawala Project, yang Masalah utama regulasi pembatasan konten
diinisiasi oleh Asosiasi Warung Internet ini adalah ketiadaan pengaturan lebih lanjut
(AWARI). Proyek ini menawarkan DNS di dalam UU. Begitu luasnya kewenangan
Nawala, yang dapat digunakan oleh pembatasan yang ada oleh Trust +Positif
pengguna akhir atau penyedia jasa internet. ini berpotensi akan melanggar berbagai hak
DNS Nawala melakukan penapisan situs‐ hak yang masuk dalam kategori kebebasan
situs yang dianggap mengandung konten atas akses informasi. Kewenangan Trust
negatif dan tidak sesuai dengan norma +Positif dalam memblokir konten dalam
kesusilaan dan budaya Indonesia, Permen Kominfo terbaru tersebut sudah
khususnya pornografi atau perjudian. tidak sesuai dengan jaminan perlindungan
Kontroversi penerapan DNS Nawala ini hak asasi manusia.
bersumber pada titik mana penapisan Pengaturan sensor internet dalam
semestinya dilakukan, sebagian Permen tidak akan cukup mampu
mendukung model penapisan dengan menampung artikulasi mengenai
persetujuan pengguna akhir (end ‐ user), pengaturan mengenai sensor internet.
Permen memiliki batasan-batasan
sehingga praktik ini memaksakan
pengaturan, berdasarkan UU terkait,
penerapan penapisan di tingkat penyedia
dimana materi muatan seharusnya hanya
layanan.
berisi materi untuk menjalankan Undang-
Dalam praktik pemblokiran, baik yang
Undang sebagaimana mestinya. Materi
dilakukan melaui program Trust +Positif
muatan yang diatur tidak boleh
maupun DNS Nawala, seringkali dijumpai
menyimpang dari materi yang diatur dalam
pula kontroversi, yang dipicu oleh
Undang-Undang yang bersangkutan. 8
terjadinya kesalahan penapisan /
Kementerian Komunikasi dan
pemblokiran. Kesalahan ini terjadi karena
Informatika (Kominfo) sebetulnya tidak
proses penyaringan dilakukan berdasarkan
memiliki kewenangan secara struktural
kata kunci yang dipersepsikan sebagai
yang diamanatkan oleh Undang-Undang
bagian dari pornografi atau konten negatif
untuk melakukan pembatasan atas akses
lainnya. Dalam konteks Indonesia, hal ini
informasi /konten internet di Indonesia.
diperburuk dengan buruknya kualitas
Kebijakan yang hanya secara eksplisit
rumusan pornografi yang tercantum dalam
mengenai sensor internet ini tertuang dalam
UU Pornografi yang bersifat karet dan

8
Dapat dibaca pada UU No 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

90
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017

pasal 40 UU ITE yang menyatakan DAFTAR PUSTAKA


“Pemerintah melindungi kepentingan Buku
umum dari segala jenis gangguan sebagai Edmon Makarim, Tanggung Jawab Hukum
akibat penyalahgunaan informasi Penyelenggara Sistem Elektronik,
elektronik dan transaksi elektronik yang Jakarta: Rajawali Pers, 2010
mengganggu kepentingan umum sesuai Rogers, E. M, Diffusion of Innovations, 5th
dengan ketentuan”. Jadi memberikan peran edition, New York: Free Press, 2003
yang terlalu besar pada suatu kementerian Utrecht/Moh. Saleh Djindang, Pengantar
yang secara regulasinya tidak cukup kuat Dalam Hukum Indonesia, Jakarta:
memiliki kewenangan yang menyatakan Ichtiar Baru, 1989
sebuah konten adalah negatif dan kemudian
berhak untuk melakukan sensor adalah hal Jurnal
yang berlebihan. Kaplan Andreas M., Haenlein Michael,
Trust +Positif haruslah diawasi dengan “Users of the world, unite! The
ketat karena kewenangan dalam membuat challenges and opportunities of social
daftar / database ini jangan sampai media”, Business Horizons, Vol. 53,
menimbulkan pelanggaran atas Hak Issue 1, 2010
informasi dari para pengguna internet.
Permen ini sama sekali tidak menjelaskan
tentang bagaimana mandat atas
pengelolaan database yang bernama “Trust
Positif” bisa kemudian dilakukan oleh
pemerintah yang dilakukan oleh Direktur
Jenderal (Dirjen) saja. Pengelolaan
database oleh Trust +Positif tersebut
seandainya nanti akan dialihdayakan
(outsource) ke pihak lain. Mekanisme
dalam memberikan, pemberi ataupun
penerima mandat untuk mengelola
database ini tidak transparan dan akuntabel.
Padahal database ini akan menjadi hal yang
akan diwajibkan untuk dipasang oleh
seluruh Internet Service Provider (ISP) se-
Indonesia. Pengelola dan tata kelola
database yang tidak transparan dan
akuntabel ini rentan disalahgunakan oleh
mereka yang memiliki akses langsung
ataupun tidak langsung ke database
tersebut untuk meredam informasi dan
kebebasan berekspresi di Internet.

91

You might also like