Professional Documents
Culture Documents
TRUST - Jurnal - 732-Article Text-898-1-10-20180220
TRUST - Jurnal - 732-Article Text-898-1-10-20180220
TRUST - Jurnal - 732-Article Text-898-1-10-20180220
080-091
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php
Christian Andersen
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Indonesia
andersen.xtian@yahoo.co.id
Abstract - The implementation of good governance become the main agenda that has to be
done by any government agencies. Because this is a requirement that shows the Government's
commitment in carrying out theirs duty to serve the community. All officers must have an
understanding of public information disclosure / Keterbukaan Informasi Publik (KIP) based
on Act Number 14 of 2008, the principles which referred to is accountability, transparency and
the supremacy of law. This article is a normative legal research studying the principles/laws
that is a research on applied regulations related to The Implementation of Trust +Positif
Concerning Good Governance. This research aims to reveal the regulations related to the
implementation of community service in conducting good governance in order to prepare
ASEAN Economic Community. The conclusion of this research are that to create a good
governance as expected by the community, the implementation of the function of Trust +Positif
service is needed and we have to create synergy between the governmental officers who
implement the policy and the community whom the policy applied to. Therefore, it is necessary
to have cooperation between the two parties.
80
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
1
Utrecht/Moh. Saleh Djindang, Pengantar Dalam
Hukum Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru, Jakarta,
1989, hlm. 2
81
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
penjamin terlaksananya kebebasan yang macam kreasi intelektual, salah satu bentuk
bertanggung jawab berinteraksi melalui kreasi tersebut adalah konten video, baik
media sosial idealnya dapat memberikan video gambar, suara atau e-book dan lain-
rasa aman dan nyaman juga bagi lain.
penyelenggara jejaring sosial termasuk Dasar pertimbangan dibentuknya
pihak yang mendapatkan sanksi blokir agar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
seluruh pihak merasa di jamin hak dan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
tanggung jawabnya masing-masing. adalah: pertama, bahwa pembangunan
nasional adalah suatu proses yang
PEMBAHASAN berkelanjutan yang harus senantiasa
Dasar Pelaksanaan Kebebasan tanggap terhadap berbagai dinamika yang
Informasi melalui Jejaring Sosial di terjadi di masyarakat. Kedua, bahwa
Indonesia globalisasi informasi telah menempatkan
Indonesia merupakan Negara hukum yang Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
menempatkan hukum pada kedudukan informasi dunia sehingga mengharuskan
yang paling tinggi. Sebagai Negara hukum, dibentuknya pengaturan mengenai
Indonesia juga mempunyai ciri-ciri pengelolaan Informasi dan Transaksi
sehingga bisa disebut sebagai Negara elektronik di tingkat nasional sehingga
hukum. Salah satu ciri adalah adanya hak pembangunan teknologi informasi dapat
yang melekat dan dimiliki oleh setiap orang dilakukan secara optimal, merata, dan
dalam kebebasan informasi untuk menyebar ke seluruh lapisan masyarakat
mengemukakan pendapat, yang telah guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
tertuang dalam Pasal 28F Undang-Undang Ketiga, bahwa perkembangan dan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun kemajuan Teknologi Informasi yang
1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak demikian pesat telah menyebabkan
untuk berkomunikasi dan memperoleh perubahan kegiatan kehidupan manusia
informasi untuk mengembangkan pribadi dalam berbagai bidang yang secara
dan lingkungan sosialnya, serta berhak langsung telah memengaruhi lahirnya
untuk mencari, memperoleh, memiliki, bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.
menyimpan mengolah, dan menyampaikan Keempat, bahwa penggunaan dan
informasi dengan menggunakan segala pemanfaatan Teknologi Informasi harus
jenis saluran yang tersedia.” Kebebasan terus dikembangkan untuk menjaga,
informasi yang diberikan kepada setiap memelihara dan memperkukuh persatuan
orang merupakan suatu wadah dan sarana dan kesatuan nasional berdasarkan
untuk dapat berbagi dan mengekspresikan Peraturan Perundang-undangan demi
segala bentuk gambar atau suara yang kepentingan nasional. Kelima, bahwa
dilakukan oleh setiap orang dalam pemanfaatan Teknologi Informasi berperan
kehidupan sehari-hari, yang telah diolah penting dalam perdagangan dan
sedemikian rupa yang pada akhirnya dapat pertumbuhan perekonomian nasional untuk
dilihat dan dinikmati oleh semua orang mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
secara bebas dan tanpa batas. Beragamnya pada akhirnya bahwa pemerintah perlu
jenis media sosial melahirkan berbagai mendukung pengembangan Teknologi
82
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
Informasi melalui infrastruktur hukum dan sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia
pengaturannya sehingga pemanfaatan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Teknologi Informasi dilakukan secara Undang Dasar 1945.
aman untuk mencegah penyalahgunaannya Pada umumnya dalam suatu sistem
dengan memperhatikan nilai-nilai agama yang terstrukur dan sistematis diperlukan
dan sosial budaya masyarakat Indonesia. adanya aturan yang mengatur setiap elemen
Peranan ilmu pengetahuan dan ataupun komponen yang terkait di
teknologi menjadi perhatian utama di dalamnya, agar dalam penyelenggaraannya
negara-negara maju dalam menjawab memenuhi keadilan bagi kepentingan
permasalahan pembangunan nasional dan semua pihak yang terkait dengan sistem
perkembangan ekonomi bangsa, di tersebut, yang biasa disebut sebagai tata
Indonesia sendiri segala kebijakan yang kelola pemerintahan yang baik (Good
terkait dengan ilmu pengetahuan dan Corporate Governance). Dalam konteks
teknologi terdapat dalam Rencana penyelenggaraan sistem informasi, hal
Pembangunan Jangka Nasional Menengah yang dimaksud dengan tata kelola yang
(RPJNM), yang penerapannya khusus baik dalam penerapan teknologi informasi
diarahkan terhadap pembangunan nasional adalah penerapan produk IT yang sesuai
dalam rangka membangun dan kebutuhan atau kepentingan suatu bentuk
meningkatkan perekonomian negara yang informasi tertentu berdasarkan
memiliki daya saing nasional, perwujudan karakteristik organisasi dan manajemen
pembangunan nasional dalam bidang ilmu yang berlaku2, di Indonesia lembaga yang
pengetahuan dan teknologi semakin secara khusus menangani segala hal yang
terintegrasi dan diselaraskan dengan berkaitan dengan teknologi informasi
sumber daya manusia yang tersedia, baik adalah mentri komunikasi dan informatika
dari sisi penyedia maupun pengguna sebagai suatu sistem yang terstruktur dan
teknologi dapat berlangsung secara terintegrasi dan memiliki wewenang untuk
konsisten dan berkelanjutan, didukung membuat dan mengambil keputusan dalam
dengan penguatan kelembagaan, tata kelola teknologi informasi. Terlepas
substansial, sumber daya serta jaringan dari itu, dalam tata kelola penyelenggaraan
iptek yang terkait di dalamnya korporasi yang baik fokusnya adalah sistem
(stakeholder). penyelenggaraan korporasi yang
3
Peranan ilmu pengetahuan dan memperhatikan asas-asas:
teknologi di Indonesia memberikan 1. Transparency (keterbukaan
pengaruh yang begitu besar khususnya informasi), baik dalam proses
dalam memberikan kontribusi bagi pengambilan keputusan maupun
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam mengungkapkan informasi
kemajuan dalam berbagai bidang pada materiil dan relevan mengenai
lapisan kehidupan, serta berkontribusi perusahaan
dalam peradaban manusia. Hal tersebut 2. Accountability (akuntabilitas),
2 3
Edmon Makarim, Tanggung Jawab Hukum Ibid.
Penyelenggara Sistem Elektronik, Jakarta: Rajawali
Pers, 2010, hlm. 34.
83
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
4
Ibid, hlm. 122.
84
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
85
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
5
Rogers, E. M, Diffusion of Innovations, 5th
Edition, New York: Free Press, 2003, hlm. 11
86
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
87
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
6
Dapat dibaca pada Pasal 2 dan Pasal 3 Protokol usaha mereka dalam menghukum orang-orang yang
Opsional Konvensi Hak anak mengenai penjualan bertanggungjawab dalam memproduksi dan
anak, prostitusi anak dan pornografi anak. Menurut menyebarkan pornografi anak daripada hanya
pelapor khusus PBB pemblokiran terhadap sekedar melakukan tindakan pemblokiran.
pornografi anak adalah pengecualian yang jelas dan
dibenarkan. Negara juga perlu untuk fokus kepada
88
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
agama yang bisa memicu hasutan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
diskriminasi, kekerasan atau hak mengirimkan informasi elektronik
permusuhan (untuk menjaga hak- dan/atau dokumen yang berisik
ancaman kekerasan atau menakut-
hak orang lain seperti hak untuk
nakuti yang ditujukan secara pribadi.”
hidup).7
Pembatasan konten dalam hukum
Sedangkan Konten yang dilarang nasional memasukkan sejumlah syarat
dalam hukum Indonesia diatur dalam yang tidak diatur dalam hukum HAM
beberapa undang-undang yakni: Internasional, misalnya agama’ dan
Dalam UU ITE mengenai pornografi dalam ‘kesusilaan’ dalam pasal 28 ayat (2) UU
Bab VII tentang Perbuatan Yang Dilarang: ITE. Pembatasan tersebut, selain tidak
Pasal 27 ayat (1) menyatakan: diatur dalam hukum HAM internasional,
“Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau juga tidak mempunyai batasan yang jelas
mentransmisikan dan/ atau membuat yang berakibat punya potensi melanggar
dapat diaksesnya Informasi Elektronik HAM jika tidak diatur secara jelas.
adan/atau Dokumen Elektronik yang Penggunaannya seringkali didasarkan pada
memiliki muatan yang melanggar suatu nilai atau keyakinan yang tunggal
kesusilaan”. atau dilakukan berdasarkan kehendak
kelompok mayoritas, dan hal ini
Pasal 27 ayat (2) menyatakan:
bertentangan dengan prinsip keberagaman
“Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau atau perlindungan terhadap kelompok
mentransmisikan dan/atau membuat minoritas, sehingga justru menyebabkan
dapat diaksesnya Informasi Elektronik atau berpotensi terjadinya pelanggaran
dan/atau Dokumen Elektronik yang HAM.
memiliki muatan perjudian” Pemerintah Indonesia saat ini melalui
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Pasal 27 ayat (3) menyatakan:
mengeluarkan program Trust Positive
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau (Trust +Positif), dalam rangka menyaring
mentransmisikan dan/atau membuat muatan yang dianggap mengandung
dapat diaksesnya Informasi Elektronik muatan pornografi. Program ini menyusun
dan/atau dokumen elektronik yang sebuah pangkalan data yang berisikan
memiliki muatan penghinaan” Daftar Negatif laman tertentu yang
dianggap mengandung konten pornografi
Pasal 28 ayat (2) menyatakan:
atau tidak sesuai dengan etika dan moral
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak menyebarkan informasi yang bangsa (blacklist). Selain dengan
ditujukan permusuhan individu melakukan pencarian dan analisis, daftar
dan/atau kelompok masyarakat tertentu laman tersebut juga diperoleh berdasarkan
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan pengaduan dari masyarakat. Daftar laman
antar golongan (SARA)”. tersebut kemudian didistribusikan kepada
para penyedia layanan (provider) untuk
Pasal 29 menyatakan:
7
Lihat Pasal 20 Konvenan Sipol
89
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
8
Dapat dibaca pada UU No 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
90
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 1 November 2017
91