Professional Documents
Culture Documents
Tepung Ubi Jalar Modifikasi
Tepung Ubi Jalar Modifikasi
1 1 2 2
Widya Dwi Rukmi Putri , Dian Widya Ningtyas , Intan Liza , dan Ruly Agustin
1
Staf pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
2
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145
E-mail: widya2putri@ub.ac.id
ABSTRACT
Indonesia is a country which has rich of biological diversity, but it has not been used
properly. It proved by increasing of rice impor. Local commodities which can
potentiallyusedare purple and orange sweet potato. The utilization of this commodity is still
limited because of the instability of the starch characteristic. Therefore, the modification of
starch is necessary by using Heat Moisture Treatments. Expect of that, sweet potato flour
can be used as raw material for making artificial rice and noodle. The purpose of this
research is to find out the length effect of steaming process and the proportion effect of
adding beans flour to artificial rice characteristic. This study used Rondomized Block Design
o o
(RBD) with two factor. First factor was temperature of heat moisture treatment (50 C, 77 C,
o
105 C) and the second factor was the heat moisture treatment length (3, 6 and 9 hours) with
three times repetition. The results showed that temperature and length of heat moisture
treatments had significantly influenced on amylosa content, antocyanin and carotene
contents of two types sweet potato flours. The best treatment of purple sweet potato is heat
o
moisture treatment at 50 C for 9 hours with the characteristics as follows swelling power
7,04 g/g, solubillity 39,65 percent, starch content 51,45 percent, amylose content 10,76
percent and anthocyanin content 161,53 ppm. Whereas, the best treatment for orange
o
sweet potato is heat moisture treatment at 105 C for 6 hours with the properties i.e. starch
content 56,897 percent, amylose content 16,360 percent, amylopectin 40,537 percent, total
carotene 341.123 ppm, swelling power 4.893 g/g and solubility 36,177 percent.
Keywords : multifunctional flour sweet potato, antioxidant activity. Physical modification,
imitation rice, sweet potato noodle
ABSTRAK
Masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap beras sebagai
bahan pangan pokok. Padahal Indonesia adalah Negara yang kaya akan komoditas tinggi
karbohidrat, contohnya ubi-ubian. Ubi jalar banyak keunggulan dari ubi-ubian lainnya dari
sisi nutrisi yaitu selain tinggi pati juga tinggi kandungan antioksidan dan senyawa prebiotik,
selain itu umur panennya pendek dan produktifitasnya tinggi. Beberapa varietas ubi jalar
803
Widya Dwi Rukmi Putri, Dian Widya Ningtyas, Intan Liza, dan Ruly Agustin
dengan karakteristik daging berwarna ungu dan oranye merupakan jenis ubi yang memiliki
sifat fungsional tinggi karena dapat berperan sebagai antioksidan. Untuk itu penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan metode pembuatan tepung dengan modifikasi Heat
Moisture Treatment (HMT) untuk memodifikasi karakteristik dan mempertahankan nilai gizi
serta kandungan senyawa antioksidan (antosianindan karoten) pada ubi jalar untuk
menghasilkan tepung yang bersifat fungsional sebagai bahan baku dalam pembuatan beras
instan dan mie.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor
o o o
perlakuan yaitu faktor I adalah suhu HMT (50 C, 77 C, 105 C) dan faktor II lama waktu HMT
(3 jam, 6 jam, 9 jam) dengan 3 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan akibat suhu dan waktu HMT memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar
amilosa, kadar antosianin dan kadar karoten tepung. Kombinasi perlakuan terbaik tepung
o
ubi ungu adalah pada perlakuan suhu HMT 50 C dan lama HMT 9 jam dengan karakteristik
swelling power 7,04 g/g, solubillity 39,65 persen, kadar pati 51,45 persen, kadar amilosa
10,76 persen dan kadar antosianin 161,53 ppm. Perlakuan terbaik tepung ubi oranye
0
didapatkan pada perlakuan heat moisture treatment pada suhu 105 C selama 6 jam,
dengan karakteristik kadar air 6,023 persen, kadar pati 56,897 persen, kadar amilosa
16,360 persen, kadar amilopektin 40,537 persen, kadar total karoten 341.123 ppm,
kecerahan 58,910, swelling power 4.893 g/g dan kelarutan 36,177 persen.
Kata kunci : tepung multifungsional, ubi jalar, aktifitas antioksidan. modifikasi fisik, beras
imitasi, mie ubi jalar
PENDAHULUAN
Ubi jalar ungu mempunyai berbagai kandungan nutrisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ubi jalar putih maupun ubi jalar orange. Kandungan nutrisi
ubi jalar terdiri dari karbohidrat sebesar 27,9 gram yang dapat menghasilkan kalori
sebesar 123 kalori per 100 gram bahan, sumber serat pangan berupa serat larut
yang dapat menyerap kelebihan lemak/kolesterol dalam darah, vitamin (vitamin A,
B1, B2, B6 (piridoksin) yang berperan penting dalam kekebalan tubuh, niacin,
asam pentatonat dan vitamin C), mineral (Ca, P, Fe, Na, K, Zn dan Cu) dan
senyawa polifenol (Ishida et al., 2000). Komponen-komponen nutrisi tersebut
menjadikan ubi jalar ini sebagai bahan baku pangan fungsional yang potensial.
Menurut Suda et al. (2003), hampir semua zat gizi yang terkandung dalam ubi jalar
ungu mendukung kemampuannya memerangi serangan jantung koroner.
Antosianin memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik,
mencegah gangguan pada fungsi hati, antihipertensi dan menurunkan kadar gula
darah (antihiperglisemik).
Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah
jadi yang dianjurkan karena memiliki daya simpan yang lebih lama, mudah
dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk dan lebih
cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang ingin serba praktis
(Damardjati et. al., 2000). Namun dalam penggunaan tepung ubi jalar pada
pembuatan bahan makanan seringkali tidak dapat ditambahkan dalam jumlah yang
banyak karena karakteristik patinya yang memiliki stabilitas tekstur yang kurang
kokoh, memiliki pola pengembangan terbatas saat pemanasan dan cenderung
804
Aplikasi Metode Modifikasi Panas Lembab untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar dengan Karakteristik
Antioksidan sebagai Bahan Baku Pangan Non Terigu Non Beras
METODOLOGI PENELITIAN
805
Widya Dwi Rukmi Putri, Dian Widya Ningtyas, Intan Liza, dan Ruly Agustin
dengan selang kepercayaan 5 persen dan jika terdapat interaksi antara kedua
perlakuan dilakukan uji lanjut DMRT selang kepercayaan 5 persen dan untuk
perlakuan terbaik ditentukan dengan metode Zeleny (1982).
Pembuatan mie
Tepung perlakuan terbaik hasil modifikasi heat moisture treatment
diaplikasikan pada pembuatan mie. Tepung ditambah dengan 2,5 persen garam
dapur, 60 persen air dan 1 persen putih telur kemudian dicampur hingga adonan
kalis dan dapat dibentuk. Adonan dipress menggunakan press roll dengan
ketebalan ± 1,5 mm berbentuk lembaran, selanjutnya dicetak dengan pencetak
0
mie. Mie dikukus dengan suhu 100 C selama 5 menit. Mie kemudian didinginkan
0
pada suhu ruang yang selanjutnya dikeringkan pada cabinet drying suhu 60 C
selama 8 jam dan jadilah mie tepung ubi jalar oranye modifikasi heat moisture
treatment.
806
Aplikasi Metode Modifikasi Panas Lembab untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar dengan Karakteristik
Antioksidan sebagai Bahan Baku Pangan Non Terigu Non Beras
direndam dengan air mendidih selama 5 menit, penirisan dan pengukusan suhu
90±5ºC, 5 menit sehingga didapatkan nasi ubi matang.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar pati ubi jalar hasil analisa sebesar 31,04
persen. Hasil analisa ini sesuai dengan data dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan (2012), yang menyebutkan bahwa kadar pati
ubi jalar varietas Sukuh sebesar 31,16 persen. Sebelum ubi jalar diekstrak menjadi
pati, perlu diketahui terlebih dahulu kandungan patinya agar dapat
memperhitungkan rendemen pati yang akan dihasilkan. Semakin tinggi kandungan
pati ubi jalar segar diharapkan semakin tinggi pula pati hasil ekstraksi yang
diperoleh.
Nilai gizi ubi jalar secara kualitatif selalu dipengaruhi oleh varietas, umur
panen, musim tanam, iklim dan lokasi budidaya. Pada musim kemarau dari
varietas yang sama akan menghasilkan rendemen yang relatif lebih tinggi dari
pada musim penghujan, demikian juga komposisi kimia yang berbeda akan
menghasilkan mutu pati yang bervariasi pula.
807
Widya Dwi Rukmi Putri, Dian Widya Ningtyas, Intan Liza, dan Ruly Agustin
Tabel 2. Karakteristik Kimia dan Fisik Tepung Ubi Jalar dari Dua Varietas
Analisis Ubi jalar kuning Ubi jalar ungu
Kadar air (%) 6,57 6,80
Kadar pati (%) 62,12 51,66
Amilosa (%) 16,93 10,10
Amilopektin (%) 45,19 41,58
Total Karoten (ppm) 553,76 -
Total Fenol (mg/100g) - -
Total antosianin (ppm) - 171,10
Kadar serat (%) 2,60 2,61
Swelling power (g/g) 45,46 34,39
Kelarutan (%) 7,78 6,24
Kecerahan 44,40 38,41
Berdasarkan hasil analisa tepung ubi jalar tanpa perlakuan, nilai kadar air
tepung ubi jalar dari ketiga varietas tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat
disebabkan karena karakteristik jaringan penyusun ubi yang cenderung sama
sehingga proses penguapan air saat pengeringan dalam waktu yang sama akan
berlangsung serupa.
Kadar pati ubi jalar kuning lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar putih
maupun ubi jalar ungu. Perbedaan ini diakibatkan karena perbedaan umur panen
masing-masing varietas Menurut Marzempi (2012), panen ubi jalar dapat dilakukan
bila ubi sudah tua. Waktu panen berpengaruh terhadap hasil komoditas, komposisi
kimia, dan kandungan serat ubi. Secara umum, umur panen optimum varietas/klon
ubi jalar pada penanaman musim kering berkisar 120-130 hari setelah tanam.
Kadar amilosa dan amilopektin juga mengalami perbedaan. Hal ini
diakibatkan perbedaan klon ubi jalar yang diuji antara tepung ubi jalar kuning dan
ubi jalar ungu. Menurut Dewi (2007), perbedaan varietas pada ubi jalar dapat
mempengaruhi komposisi kimia dan fisik ubi jalar, sehingga menghasilkan nilai
yang berbeda. Perhitungan amilopektin didapatkan dengan mengurangi kadar pati
dengan kadar amilosa.
Proses pengeringan menghasilkan efek yang berbeda terhadap komponen
antioksidan. Kadar karoten tepung ubi jalar kuning sebesar 553,760 ppm lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar karoten pada ubi jalar segarnya. Hal ini
o
menunjukkan bahwa karoten lebih tahan terhadap panas pengeringan (50-60 C)
dibandingkan senyawa fenol dan antosianin, Adanya panas yang diterima, cahaya,
oksigen yang berbeda akan mempengaruhi jumlah karoten pada bahan, nilai
808
Aplikasi Metode Modifikasi Panas Lembab untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar dengan Karakteristik
Antioksidan sebagai Bahan Baku Pangan Non Terigu Non Beras
karoten pada tepung lebih besar dibandingkan pada ubi jalar segarnya karena
adanya penurunan kadar air.
Antosianin merupakan senyawa penyusun warna merah, biru dan ungu
pada ubi jalar. Ubi jalar ungu jepang mengandung pigmen antosianin yang lebih
tinggi dari pada ubi jalar jenis lain yang berwarna putih, kuning dan jingga (Aripnur,
2010). Jumlah antosianin tepung yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan ubi
segarnya menunjukkan bahwa antosianin cenderung lebih sensitif terhadap suhu.
Hal yang sama terjadi juga pada senyawa fenol pada ubi jalar putih. Perbedaan
kadar komponen antioksidan berpengaruh terhadap tingkat kecerahan tepung ubi
jalar. Seperti yang dikemukakan Marzempi (2012) yang menyatakan bahwa waktu
panen berpengaruh terhadap hasil, komposisi kimia, dan kandungan serat ubi.
Maga et al. (1994) menyatakan bahwa kadar antosianin juga bisa menentukan
warna dari tepung ubi jalar ungu.
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa kadar antosianin yang diperoleh dari
hasil analisa beras instan mentah sebesar 85,3 ppm. Kadar antosianin beras
instan mentah mengalami penurunan kadar antosianin dari tepung modifikasi HMT
perlakuan terbaik. Rendahnya kadar antosianin pada beras instan mentah
disebabkan karena proses pengolahan dalam pembuatan beras instan banyak
menggunakan pemanasan yang dapat menyebabkan degradasi antosianin
sehingga menurunkan kadar antosianin. Menurut James (1995), pemanasan
mempengaruhi stabilitas pigmen antosianin. Kemampuan penyerapan air yang
diperoleh dari hasil analisa beras instan mentah sebesar 266,7 persen. Tingginya
809
Widya Dwi Rukmi Putri, Dian Widya Ningtyas, Intan Liza, dan Ruly Agustin
kemampuan penyerapan air dipengaruhi oleh kandungan pati yang terkait dengan
peranan komposisi amilosa-amilopektin di dalam pati. Harper (1981) dalam
Widowati et al. (2010) menyatakan bahan pangan dengan kadar pati yang tinggi
akan semakin mudah menyerap air akibat tersedianya molekul amilopektin yang
bersifat reaktif terhadap molekul air, sehingga jumlah air yang terserap ke dalam
bahan pangan semakin banyak.
Pengembangan volume yang diperoleh dari hasil analisa beras instan
matang sebesar 60,6 persen, tekstur yang sedikit keras dan kenyal. Kekerasan
tekstur beras instan matang mungkin disebabkan oleh retrogradasi amilosa setelah
dingin karena retrogradasi berimplikasi pada keluarnya sejumlah cairan,
peningkatan ikatan pati dan pembentukan kristalin. Namun, meskipun beras instan
matang yang dihasilkan bertekstur sedikit keras, beras instan matang tersebut
pulen karena ketika dipijat teksturnya lekat diantara kedua jari. Menurut Hubeis
(1985) dalam Widowati et al. (2010), kepulenan merupakan gabungan antara
kelekatan dan kekerasan atau kelunakan nasi yang dihasilkan dan juga respon
enak atau tidak enaknya nasi yang dicicip. Penilaian kepulenan nasi umumnya
didasarkan atas parameter kelengketan dan kekerasan dari sifat tekstur nasi yang
dapat dilakukan dengan cara dicicip dan pijat. Kepulenan nasi secara dicicip
didasarkan pada tekstur nasi yang dikunyah, sedangkan pada cara dipijat, nasi
dikatakan pulen bila lekat diantara kedua jari dan pera bila tidak melekat diantara
kedua jari.
Untuk mengetahui perbedaan karakteristik tepung ubi jalar hasil modifikasi
dengan perlakuan terbaik dan tanpa perlakuan maka tepung hasil modifikasi
diaplikasikan pada pembuatan mie kering untuk mengetahui perbedaan
karakteristik tepung modifikasi dengan tepung tanpa modifikasi, sedangkan
sebagai pembanding keberhasilan modifikasi, dilakukan juga pembuatan mie
dengan menggunakan tepung terigu (Tabel 4).
Penyerapan air tertinggi terdapat pada mie dari tepung terigu sebesar
162,152 persen dan penyerapan air terendah pada mie tepung ubi jalar modifikasi
sebesar 124,820 persen. Tepung terigu mempunyai keistimewaan dibanding
dengan tepung lain karena mampu membentuk gluten saat dibasahi dengan air,
akibat interaksi antara prolamin yang sedikit gugus polarnya dengan glutelin yang
banyak gugus polarnya (De Man, 1976). Gluten yang terbentuk dari ikatan
prolamin dan glutelin dapat menahan serapan air hingga lebih dari dua kali
810
Aplikasi Metode Modifikasi Panas Lembab untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar dengan Karakteristik
Antioksidan sebagai Bahan Baku Pangan Non Terigu Non Beras
beratnya. Hal inilah yang menyebabkan penyerapan air yang tinggi pada mie
tepung terigu. Sedangkan mie tepung ubi jalar lebih tinggi dari pada mie tepung ubi
jalar modifikasi. Hal ini disebabkan kemampuan mengembang (swelling power)
tepung ubi jalar lebih tinggi yaitu 7,413 dan tepung ubi jalar modifikasi 4,893.
Swelling power diakibatkan karena struktur pati yang merenggang sehingga
mudah menyerap air. Oleh karena itu, semakin tinggi swelling power maka
kemampuan menyerap air juga akan semakin tinggi.
Analisa cooking time pada Tabel 4 menunjukkan bahwa waktu pemasakan
mie tepung terigu lebih lama jika dibanding dengan mie lainnya yaitu 3,897 menit
dan mie tepung ubi jalar memiliki waktu pemasakan yang paling singkat yaitu
2,356 menit. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi protein maka waktu yang
dibutuhkan untuk mematangkan mie semakin lama. Cooking loss pada mie tepung
ubi jalar kunig lebih besar (19,167%) dari pada mie tepung ubi jalar oranye
modifikasi (13,821%). Hal ini disebabkan karena tepung ubi jalar oranye memiliki
nilai kelarutan (solubility) yang lebih tinggi (44,400%) dari pada tepung ubi jalar
oranye modifikasi (36,17%). Semakin tinggi nilai kelarutan maka nilai cooking loss
juga akan semakin tinggi.
Aktivitas antioksidan yang disajikan pada Tabel 18 menunjukkan mie tepung
ubi jalar memiliki aktivitas antioksidan tertinggi yaitu 14,100 persen jika dibanding
dengan mie tepung ubi jalar modifikasi (8,200%) dan mie dari tepug terigu
(5,490%). Hal ini disebabkan kandungan total karoten sebagai antioksidan tepung
ubi jalar oranye lebih besar yaitu 553,76 ppm dan total karoten pada tepung ubi
jalar oranye lebih rendah yaitu 341,723 ppm sehingga aktivitas antioksidan pada
mie tepung ubi jalar akan lebih tinggi jika dibandingkan mie tepung ubi jalar
modifikasi. Sedangkan pada mie tepung terigu aktivitas antioksidanya sebesar
5,490 persen.
KESIMPULAN
811
Widya Dwi Rukmi Putri, Dian Widya Ningtyas, Intan Liza, dan Ruly Agustin
Penggunaan tepung ubi jalar termodifikasi menjadi beras dan mie menunjukkan
adanya potensi untuk menggantikan beras maupun terigu.
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
812
Aplikasi Metode Modifikasi Panas Lembab untuk Sintesis Tepung Ubi Jalar dengan Karakteristik
Antioksidan sebagai Bahan Baku Pangan Non Terigu Non Beras
813