Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KELELAHAN PADA PERAWAT DENGAN


METODE PENGUKURAN DASS 21 DAN IFRC

CORRELATION BETWEEN WORK STRESS AND FATIGUE ON NURSES WITH


MEASUREMENT METHOD DASS 21 AND IFRC

Viska Devintha Candra Kirana, Endang


Dwiyanti
Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya
Email: viskaaa@hotmail.com

ABSTRACT

The demands of nurses to treat patients resulted in increased work activities. Increased activity
of this work can led to occupational stress that can cause fatigue. Fatigue can lead to degraded
productivity and work accidents. The purpose of this study was conducted to determine
and identify the frequency distribution of age and gender, as well as determine the relationship
of job stress and fatigue. This research was an analytical study. Based on the data
collection was an observational research using cross sectional approach. The study
population was a nurse at the Menur Mental Hospital, duty on intermediate classrooms. The
sample of this study was selected by random sampling and proportional random
sampling. Data retrieval was divided into two, namely primary and secondary
data. Technique primary data collection was using questionnaires, and secondary data was
taken from the hospital profile and staffing data. Variables to be studied is the work stress
and fatigue. Data was analyzed using statistical software descriptive statistics. Most of the
nurses experiencing work stress at the normal rate of 69.2%, and as much as 69.2% of nurses
experienced fatigue at a low level. Results of statistical tests to determine the relationship
between job stress and fatigue obtained value p = 0,000 with a value of α = 0.05. So the p-
value less than the α value (p <α), thus indicating that a significant relationship between job
stress and fatigue. The conclusion that can be drawn from this study is that the majority of
nurses who experience stress at a normal level, then will experience fatigue at a low level. It
is better to do exercise regularly and refreshing periodically as a step taken to minimize
stress and fatigue.
Keywords: Work Stress, Fatigue, DASS 21, IFRC

133
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

ABSTRAK

Tuntutan kerja perawat untuk menangani pasien mengakibatkan aktivitas kerjanya meningkat.
Peningkatan aktivitas kerja ini dapat mengakibatkan terjadinya stres kerja yang dapat
menimbulkan kelelahan. Kelelahan dapat berakibat pada menurunnya produktivitas kerja
serta terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi distribusi frekuensi usia dan jenis kelamin, serta mengetahui hubungan stres
kerja dan kelelahan. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik. Berdasarkan
pengambilan data merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini merupakan perawat pada Rumah Sakit Jiwa Menur
Provinsi Jawa Timur yang bertugas pada ruang intermediate. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara random sampling dan proportional random sampling. Pengambilan data dibagi
menjadi dua, yakni data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data primer menggunakan
media kuisioner, sedangkan data sekunder diambil dari profil rumah sakit dan data
kepegawaian. Variabel yang akan diteliti adalah stres kerja dan kelelahan. Untuk
menganalisis data penelitian menggunakan bantuan software statistik deskriptif. Sebagian
besar perawat yang mengalami stres kerja pada tingkta normal sebesar 69,2%. Dan sebanyak
69,2% perawat mengalami kelelahan pada tingkat yang rendah. Hasil uji statistik untuk
mengetahui hubungan antara stres kerja dan kelelahan diperoleh nilai p = 0,000 dengan nilai
α = 0,05. Jadi nilai p lebih kecil dari nilai α (p < α), dengan demikian menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kelelahan. Kesimpulan yang dapat
ditarik dari hasil penelitian ini adalah mayoritas perawat yang mengalami stres pada tingkat
normal, maka akan mengalami kelelahan pada pada tingkat yang rendah. Ada baiknya
dilakukan olahraga secara rutin dan refreshing secara periodik sebagai langkah untuk
meminimalisir stres dan kelelahan.
Kata Kunci: Stres Kerja, Kelelahan, DASS 21, IFRC

PENDAHULUAN Semakin bertambahnya beban kerja pada


perawat maka dapat mengakibatkan
Semakin berkembangnya zaman, semakin
terjadinya stres kerja serta kelelahan yang
tinggi pula tuntutan hidup yang harus
dirasakan. Orang-orang yang mengalami
dimiliki seseorang. Tuntutan hidup tidak
gangguan kejiwaan membutuhkan
hanya berasal dari diri sendiri, namun
penangan khusus hingga mereka dapat
juga dari lingkungan sekitarnya. Jika
beraktifitas kembali secara normal.
seseorang tidak mampu untuk mengatasi
Dibutuhkan sumber daya manusia yang
tuntutan dalam hidupnya, maka besar
cukup berkompeten untuk menangani
kemungkinan orang tersebut akan
penyakit kejiwaan tersebut.
mengalami stres yang dapat
Pada tahun 2012 didapatkan data bahwa
mengakibatkan gangguan kejiwaan.
pasien gangguan jiwa di Provinsi Jawa
Gangguan kejiwaan merupakan gangguan
Timur yang menjalani rawat inap mencapai
pada orang normal ditandai dengan
1.577.587 pasien. Dari data yang didapatkan
kemurungan, kesedihan, kepatahan
tersebut, sangat besar kemungkinan jika
semangat yang ditandai dengan perasaan
jumlah pasien akan terus bertambah setiap
tidak sesuai, menurunnya kegiatan dan
tahunnya. Jika jumlah pasien bertambah
pesimisme menghadapi masa yang akan
tidak menutup kemungkinan bahwa beban
datang (Meta, 2011).
kerja yang bisa menjadi sumber dari stres
Dengan semakin meningkatnya orang yang
kerja serta kelelahan akan bertambah pula.
mengalami stres dan berujung pada
Tuntutan kerja perawat yang tinggi
gangguan kejiwaan, maka kebutuhan akan
mengakibatkan aktivitas kerjanya akan
pelayanan kesehatan khususnya rehabilitasi
meningkat, sehingga waktu untuk
kejiwaan akan semakin bertambah dan
beristirahat juga akan semakin berkurang.
meningkat. Hal tersebut mengakibatkan
Hal tersebut dikarenakan, banyaknya
bertambahnya beban kerja pada perawat.

134
Hubungan Stres Kerja Dengan Kelelahan Pada Perawat.. | VISKA DEVINTHA CANDRA KIRANA

jumlah pasien yang akan menerima kerja mental dan fisik yang tinggi, cuaca
pelayanan dari perawat. lokasi kerja, pencahayaan, kebisingan,
Dari hasil penelitian sebelumnya yang getaran serta lingkungan kerja lain yang
dilakukan oleh Riza (2011) pada perawat tidak memadai dan ekstrim, faktor
Rumah Sakit mendapatkan hasil bahwa psikologis seperti rasa tanggung jawab,
sebanyak 3,4% perawat mengalami ketegangan dan konflik di tempat kerja, rasa
kelelahan berat, 62,1% perawat mengalami nyeri yang dirasakan, circadian rhytem,
kelelahan sedang, dan sisanya sebanyak nutrisi, serta waktu kerja dan istirahat yang
34,5% perawat mengalami kelelahan tidak tepat.
ringan. Sedangkan penelitian yang Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
dilakukan oleh Anita (2011) didapatkan perawat di rumah sakit jiwa berbeda dengan
hasil bahwa 96% perawat mengalami perawatan di rumah sakit umum. Perawatan
kelelahan kerja pada tingkat yang ringan serta pengawasan terhadap pasien
dan normal. Sisanya, sebanyak 4% sepenuhnya dilakukan oleh perawat yang
perawat mengalami kelelahan kerja pada sedang bertugas, sedangkan pihak keluarga
tingkat yang berat. hanya diperkenankan untuk sesekali
Stres yang dialami oleh seseorang dapat berkunjung. Perawat harus mampu mengerti
dipengaruhi oleh tekanan internal dan dan memahami apa yang diingkan oleh
eksternal. Yang dapat menjadi sumber pasien tersebut. Perawat yang mendapatkan
tekanan secara internal antara lain kondisi beban kerja secara berlebihan dapat
fisik, perilaku, kognitif, emosional, dan menimbulkan stres kerja yang dapat
lain sebagainya. Sedangkan sumber berdampak pada timbulnya kelelahan.
tekanan eksternal adalah lingkungan fisik, Dengan adanya kelelahan yang dialami
karakteristik pekerja, lingkungan sosial oleh perawat maka dapat menurunkan
budaya, dan lain sebagainya. Jika produktifitas saat melayani pasien.
seseorang melakukan pekerjaan melebihi Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya
kapasitasnya, maka dapat memungkinkan banyak peneliti yang menganalisa mengenai
orang tersebut akan mengalami stres. faktor-faktor yang berhubungan dan
Gejala yang dapat menimbulkan stres menyebabkan terjadinya kelelahan. Dengan
antara lain seperti otot mengencang, adanya identifikasi masalah yang ada
denyut jantung meningkat, pernafasan penulis tertarik untuk meneliti mengenai
menjadi lebih cepat, dan lain sebagainya. salah satu faktor kelelahan yakni stres kerja
Sedangkan kelelahan adalah suatu serta hubungannya antara stres kerja dan
mekanisame perlindungan tubuh agar kelelahan yang terjadi pada perawat yang
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut bekerja di instalasi rawat inap kelas
sehingga terjadi pemulihan setelah intermediate (ruang gelatik, kenari, dan
istirahat. Kelelahan diatur secara sentral flamboyan) di Rumah Sakit Jiwa Menur
oleh otak. Istilah kelelahan biasanya Provinsi Jawa Timur.
menunjukkan kondisi yang berbeda-beda
dari setiap individu, tetapi semuanya METODE PENELITIAN
bermuara pada kehilangan efisiensi dan Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah
peenurunan kapasitas kerja serta ketahanan Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.
tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua Penelitian yang akan dilakukan merupakan
jenis, yaitu kelelahan otot atau perasaan penelitian analitik. Penelitian ini adalah
nyeri pada otot, dan kelelahan umum. untuk mengetahui hubungan dari dua
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan variabel, yakni variabel dependen dan
berkurangnya kemauan untu bekerja variabel independen. Variabel dependen
(Tarwaka, 2004). dalam penelitian ini adalah
Faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan kelelahan, sedangkan variabel independen
umumnya berkaitan dengan sifat kerja yang yang digunakan adalah stres kerja.
monoton, stasiun kerja yang tidak Berdasarkan metode pengumpulan datanya,
ergonomis, intensitas kerja dan ketahanan penelitian ini merupakan penelitian

135
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

observasional, sedangkan dari segi waktu Provinsi Jawa Timur. Berikut ini
penelitian merupakan penelitian cross merupakan tabel distribusi responden
sectional. Populasi didalam penelitian ini berdasarkan usia yang dibagi menjadi lima
adalah seluruh perawat pelaksana pada kelompok. Berdasarkan data distribusi ini
bagian rawat inap kelas intermediate pada dapat diketahui bahwa sebagian besar
ruang gelatik, kenari dan flamboyan yang perawat berada pada usia produktif untuk
berada pada Rumah Sakit Jiwa Menur bekerja.
Provinsi Jawa Timur. Besar sampel yang Tabel 1. Distribusi Usia Responden
akan digunakan diambil menggunakan
rumus random sampling slovin dan Gol. Usia Persentase
Frekuensi
proportional random sampling. Besar (Tahun) (%)
sampel yang menjadi responden adalah 26 15 – 24 1 3,8
orang perawat. Yang terdiri dari 10 orang 25 – 34 14 53,8
perawat shift pagi, 8 orang perawat shift 35 – 44 9 34,6
siang dan 8 orang perawat shift malam. 45 – 54 2 7,7
Teknik pengumpulan data menggunakan >55 0 0
metode pengisian kuisioner. Metode DASS Total 26 100
21 (Depression Anxiety Stress Scale 21)
Sedangkan data distribusi jenis kelamin
merupakan metode yang digunakan untuk
perawat yang menjadi responden dapat
pengukuran stres kerja yang dialami dalam
dilihat pada tabel berikut ini (tabel 2).
melakukan aktivitas pekerjaannya.
Sedangkan metode IFRC (Industrial Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis
Fatigue Research Committe) digunakan Kelamin
untuk pengukuran kelelahan kerja yang Persentase
dirasakan oleh pekerja dalam melakukan Jenis Kelamin Frekuensi
(%)
pekerjaannya. Laki – laki 15 57,7
DASS 21 (Depression Anxiety Stress Scale Perempuan 11 42,3
21) merupakan alat ukur subjektif yang Total 26 100
dibentuk untuk mengukur status emosional
negatif dari depresi, kecemasan, dan stres. Metode pengukuran stres kerja
Hasil dari pengukuran akan menggunakan kuisioner DASS 21
diklasifikasikan pada lima kategori, yakni mendapatkan hasil yang diintrepretasikan
normal, ringan, sedang, parah, dan sangat menjadi lima kategori stres kerja. Hasil
parah. dari pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.
IFRC (Industrial Fatigue Research Tabel 3. Distribusi Stres Kerja yang
Committe) mengandung tiga puluh macam Terjadi pada Responden
perasaan kelelahan yang dirasakan, Persentase
merupakan alat ukur tingkat kelelahan Stres Kerja Frekuensi
(%)
subjektif. IFRC menggunakan empat skala
Normal 18 69,2
likert yang terbagi menjadi sangat sering,
Ringan 3 11,5
sering, kadang – kadang, dan tidak pernah.
Sedang 3 11,5
Dari total skor yang didapatkan akan
Parah 1 3,8
diklasifikasikan dalam empat kategori,
yakni kelelahan rendah, sedang, tinggi, Sangat
1 3,8
Parah
dan sangat tinggi.
Total 26 100
HASIL PENELITIAN Dari hasil pengukuran stres kerja pada 26
Hasil penelitian yang didapatkan meliputi perawat di dapatkan hasil bahwa sebanyak
usia, jenis kelamin, stres kerja, dan 18 (69,2%) orang perawat mengalami stres
kelelahan perawat di instalasi rawat inap pada tingkat yang normal. Sedangkan pada
kelas intermediate (ruang gelatik, kenari, tingkat stres yang sangat parah hanya
dan flamboyan) Rumah Sakit Jiwa Menur terdapat 1 (3,8%) perawat yang
136
Hubungan Stres Kerja Dengan Kelelahan Pada Perawat.. | VISKA DEVINTHA CANDRA KIRANA

mengalaminya. pada tingkat yang sangat parah, berada


Pengukuran kelelahan yang dilakukan pada tingkat kelelahan yang tinggi pula.
dengan menggunakan metode kuisioner Hasil analisa hubungan menggunakan
IFRC yang terdiri dari 30 pertanyaan software statistik yang dilakukan untuk
mengenai pelemahan kegiatan, pelemahan mengetahui hubungan antara stres kerja
motivasi, dan gambaran kelelahan fisik. dengan kelelahan diperoleh nilai p= 0,000.
Pada pengukuran tersebut mendapatkan Dengan demikian, menunjukkan bahwa
hasil perhitungan dan pengkategorian yang stres kerja dan kelelahan memiliki hubungan
diintrepretasikan pada tabel 4. yang bermakna.
Tabel 4. Distribusi Kelelahan yang Terjadi
pada Responden
PEMBAHASAN
Stres yang dialami oleh seseorang
Persentase
Kelelahan Frekuensi diperngaruhi oleh tekanan internal dan
(%)
eksternal. Seperti kondisi fisik, perilaku,
Rendah 18 69,2
lingkungan fisik, karakteristik pekerja,
Sedang 6 23,1
lingkungan sosial budaya, dan lain
Tinggi 2 7,7
sebagainya (Sedarmayanti, 2011).
Sangat Tinggi 0 0
Stres pada tingkat yang normal biasanya
Total 26 100 hanya terjadi dalam waktu beberapa menit.
Dari hasil pengukuran kelelahan yang Stres pada tingkat ringann biasanya terjadi
terintrespretasikan pada tabel 4, maka beberapa jam, situasi ini tidak akan
diketahui bahwa sebagian besar perawat 18 menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi
(69,2%) mengalami kelelahan pada tingkat secara terus menerus. Stres
yang rendah. Sedangkan perawat yang pada tingkat sedang dan stres pada tingkat
mengalami tingkat kelelahan sedang dan berat dapat memicu terjadinya penyakit,
tinggi sebanyak 6 (23,1%) dan hal tersebut dapat terjadi karena stres telah
2 (7,7%) orang. Pada penelitian ini, tidak dihadapi lebih dari beberapa jam hingga
ada perawat yang mengalami kelelahan hari, sedangkan stres pada tingkat parah
pada tingkat yang sangat tinggi. Berikut ini dan sangat parah merupakan stres kronis
merupakan tabel distribusi berdasarkan yang terjadi lebih dari beberapa minggu
hubungan antara stres kerja dengan hingga beberapa tahun.
kelelahan pada perawat yang dianalisis Perawat pada penelitian ini sebagian besar
menggunakan software uji statistik. mengalami tingkat stres yang normal,
Tabel 5. Distribusi Tabulasi Silang Stres Kerja
dimana tingkat stres ini hanya
dan Kelelahan pada Responden berlangsung sesaat. Hal tersebut dapat
mungkin terjadi karena perawat dapat
Stress Kelelahan Total mengendalikan atau memanajemen stres.
R S T Pasien pada rawap inap kelas intermediate
Normal 17 1 0 18 Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa
Ringan 0 3 0 3 Timur merupakan pasien pada tahapan
Sedang 1 1 1 3 pengarahan dan persiapan pulang, sehingga
Parah 0 1 0 1 pasien lebih mudah diarahkan dan
Total 18 6 1 25 dibimbing. Hal tersebut dapat menjadi salah
Dari data yang telah tersaji pada tabel satu faktor yang dapat mempengaruhi stres
distribusi tersebut, menunjukkan bahwa yang terjadi pada perawat.
perawat yang mengalami stres pada tingkat Menurut Sedarmayanti (2011) kelelahan
yang normal, berada pada tingkat kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul
yang rendah. Perawat yang mengalami stres pada suatu keadaa, yang secara umum terjadi
pada tingkat yang ringan, berada pada pada setiap orang, yang telah tidak sanggup
tingkat kelelahan yang sedang. Demikian lagi untuk melakukan kegiatan.
pula dengan perawat yang mengalami stres Sama halnya dengan stres kerja, perawat
pada rawat inap kelas intermediate

137
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

sebagian besar mengalami kelelahan pada Sebanyak 69,2% atau 18 orang perawat
tingkat yang rendah. memiliki tingkat stres kerja normal.
Dimana, perawat tidak memiliki tugas Selanjutnya, mayoritas perawat pada
terlalu berat karena pasien pada kelas instalasi rawat inap ruang gelatik, kenari,
intermediate sudah mudah untuk dan flamboyan mengalami kelelahan kerja
diarahkan dan diajak untuk bekerja sama. pada tingkat yang rendah yakni sebesar
Dengan demikian, perawat dapat bekerja 69,2% atau sebanyak 18 orang. Dari hasil
dengan lebih santai tanpa perlu uji statistik dapat diketahui bahwa
mengeluarkan banyak energi. hubungan antara stres kerja dan kelelahan
Dari data distribusi pada tabel 5 yang kerja memiliki nilai p= 0,000 yang
merupakan hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa adanya hubungan
antara stres kerja dengan kelelahan, yang bermakna antara stres kerja dan
dilakukan uji statistik. Menurut hasil uji kelelahan.
statistik yang telah dilakukan antara
hubungan stres kerja dengan kelelahan SARAN
diperoleh nilai p= 0,000 dengan α = 0,05 Dapat diberikannya ekstra fooding pada
maka nilai p lebih kecil dari α (p < α). perawat saat relaksasi yang bertujuan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa stres untuk pemulihan energi sehingga dapat
kerja memiliki hubungan yang bermakna menekan timbulnya kelelahan. Selain itu
dengan kelelahan. Hasil penelitian ini dapat melakukan streacing untuk
didukung dengan hasil penelitian melemaskan otot setelah melakukan
sebelumnya yang dilakukan oleh pekerjaan atau kegiatan agar terhindar dari
Ngasdianto (2015) yang menunjukkan timbulnya kelelahan pada otot setelah
bahwa sebanyak 78,8% pekerja mengalami berkontraksi. Dan dapat melakukan
kelelahan dengan tingkat stres kerja relaksasi atau refreshing dimana seseorang
sedang, dibuktikan pula dengan dapat berfikir tentang suatu masalah dan
perhitungan statistik yang memiliki merenungkannya dengan lebih tenang, dan
hubungan kuat dengan nilai contingency sebagai wadah untuk melepas penat
coefficient sebesar 0,600. sehingga dapat meminimalisirkan
Hubungan yang dimiliki oleh stres kerja terjadinya stres dan kelelahan.
dan kelelahan merupakan hubungan yang
searah. Perawat yang mengalami stres DAFTAR PUSTAKA
kerja pada tingkatan normal akan
mengalami kelelahan pada tingkat yang Achmad, Fandi. 2015. Analisa Beban
normal. Demikian pula pada perawat yang Kerja Mental Untuk Menentukan
mengalami stres pada tingkat yang sangat Jumlah Perawat Optimal (Studi Kasus
parah akan mengalami kelelahan pada Pada IGD RSPAU dr. S. Harjo
tingkat yang tinggi pula. Lukito). Skripsi. Yogyakarta:
Stres kronis berpengaruh terhadap Universitas Islam Negeri Sunan
perasaan kelelahan kerja pada urutan Kalijaga.
pertama sedangkan pengukuran waktu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
reaksi stres akut berpengaruh pada urutan 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
kegita dan stres kronis pada urutan kelima. Timur Tahun 2012. Surabaya: Dinas
Stres dapat berpengaruh terhadap Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
kelelahan kerja, namun tingkat Kasmarani, Murni Kurnia. 2012. Pengaruh
pengaruhnya tidak sama bagi setiap Beban Kerja Fisik Dan Mental
pekerja (Sedarmayanti, 2011). Terhadap Stres Kerja Pada Perawat
Di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
SIMPULAN DAN SARAN RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatan
Masyarakat; Vol.1, 2:767-776.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Kurniawati, Dian., Solikhah. 2012.
pada perawat ruang rawat inap kelas Hubungan Kelelahan Kerja Dengan
intermediate dapat diketahui bahwa Kinerja Perawat Di Bangsal Rawat
138
Hubungan Stres Kerja Dengan Kelelahan Pada Perawat.. | VISKA DEVINTHA CANDRA KIRANA

Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Produktivitas. Surakarta: UNIBA


Kabupaten Cilacap. Jurnal PRESS.
Kesehatan Masyarakat UAD; Vol. 6, Tejada, Jeffry J., Joyce Raymond B.
2: 162-232. Punzalan. 2012. On The Misuse Of
Lovibond, S.H., P.F. Lovibond. 1995. Slovin’s Formula. The Philippine
Manual For The Depression Anxiety Statistican Journal; Vol. 61, 1: 129-
& Stress Scale. 2nd Ed. Sydney: 136.
Psychology Foundation. Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi
Luthfiyah, Annisa Nur. 2015. Analisis Keselamatan Kerja. Malang: UMM
Perbedaan Motivasi, Beban Kerja PRESS.
Mental, Dan Kinerja Antara Perawat Yuliana, Eka. 2013. Hubungan Shift Kerja,
Di Pelayanan Rawat Inap Dengan Karakteristik Individu, dan Faktor
Rawat Jalan (Studi Kasus Rumah Psikologi dengan Kelelahan Kerja
Sakit Islam Siti Aisyah Madiun). Subyektif (Studi Pada Pekerja Helper
Skripsi. Surabaya: Universitas PT. PJB UPHT Gresik). Skripsi.
Airlangga. Surabaya: Universitas Airlangga.
Maharja, Rizky. 2015. Hubungan Beban
Kerja, Shift Kerja, Dan Asupan
Kalori Dengan Kelelahan Kerja
(Studi Pada Perawat Instalasi Rawat
Inap di RSU Haji Surabaya). Skripsi.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Maurits, Lientje Setyawati K. 2010.
Selintas Tentang Kelelahan Kerja.
Yogyakarta: Amara Books.
Mayasari, Anita. 2011. Perbedaan Tingkat
Kelelahan Perawat Wanita. Jurnal
Kesehatan Masyarakat UNS; Vol. 7,
1: 28-34.
Ngasdianto. 2015. Hubungan Karakteristik
Individu, Beban Kerja, Status Gizi,
Dan Stress Kerja Dengan Kelelahan
Kerja (Studi Pada Pekerja EEN
Production). Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Oesman, Titin Isna., Risma Adelina
Simanjuntak. 2011. Hubungan
Faktor Internal Dan Eksternal
Terhadap Kelelahan Kerja Melalui
Subjective Self Rating Test.
th
Proceeding 11 National Conference of
Indonesian Ergonomics Society
2011; ISSN: 2088-9488.
Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan
Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan
Dari Aspek Ergonomi Atau Kaitan
Antara Manusia Dengan Lingkungan
Kerjanya. Bandung: CV. Mandar
Maju.
Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik
Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

139
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

140

You might also like