Professional Documents
Culture Documents
1385-Article Text-13320-1-10-20190619
1385-Article Text-13320-1-10-20190619
1385
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status ... (Leni Nurlinayanti, Anny Victor Purba, dan Ratna Djamil)
Abstract
Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) and soybean (Glycine max L. Merill) are natural ingredients
that can be used to treat face skin. The aim of this study was to formulate extracts of Javanese turmeric and
soybean in the form of skin lightening cream preparations.. In this experiment, four cream formulations
were made containing a combination of javanese tumeric extract with concentrations of 1%, 3%, 5% and
10% and soybean extract with concentrations of 5% and 15%. Accelerated cream formulations stability
test for 1 month was tested by observing the results of its storage at low temperatures, room temperature
and high temperature which included organoleptic observation, pH and homogeneity where each formula
showed physical stability for 4 weeks, pH average 4.5-5.0, and no change in cream color. The irritation
test was tested by using the acute dermal irritation method using rabbits and was declared safe and not
irritating. The effectiveness test was measured by applying a combination cream to the respondents and
measuring the brightness of the skin using a Dermalab examination measured after using the cream.
The combination cream with a variation of 10% javanese tumeric concentration and 15% soybean
concentration was the highest L* score in lightening the skin.
Key words: Curcuma rhizome extract; soybean seed extract; cream;skin lingkening
Abstrak
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan biji kacang kedelai (Glycine max (L). Merill)
merupakan bahan alam yang dapat dimanfaatkan untuk merawat kecantikan kulit. Tujuan penelitian ini
adalah memformulasikan ekstrak rimpang temulawak dan biji kacang kedelai dalam bentuk sediaan krim
pencerah kulit serta uji efektivitasnya terhadap kulit wajah. Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan
krim yang mengandung kombinasi ekstrak rimpang temulawak dengan konsentrasi 1%, 3%, 5% dan 10%
dan ekstrak biji kacang kedelai dengan konsentrasi 5% dan 15%. Uji stabilitas krim dipercepat selama
1 bulan dilakukan dengan pengamatan hasil penyimpanan pada suhu rendah (2°C±2°C), suhu kamar
(30°C±2°C) dan suhu tinggi (40°C±2°C) yang meliputi pengamatan organoleptis, pH dan homogenitas
dimana setiap formula menunjukkan kestabilan fisik selama 4 minggu, pH rata – rata 4.5 – 5.0, dan tidak
terjadi perubahan warna krim. Uji iritasi dilakukan dengan metode iritasi akut dermal menggunakan
kelinci dan dinyatakan aman serta tidak mengiritasi.Uji efektivitas dilakukan dengan mengoleskan krim
kombinasi kepada responden dan pengukuran kecerahan kulit menggunakan pemeriksaan Dermalab yang
diukur setelah pemakaian krim. rim kombinasi dengan variasi ekstrak rimpang temulawak konsentrasi
10% dan biji kacang kedelai konsentrasi 15% memperlihatkan nilai skor L* (kecerahan kulit) yang lebih
tinggi dalam hal mencerahkan kulit dibandingkan dengan ketiga formula campuran ekstrak lainnya.
Kata kunci: Ekstrak Rimpang Temulawak; ekstrak biji kacang kedelai; krim; pencerah kulit
55
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 1, Maret 2019: 53 - 64
ini, lebih banyak pada pengembangan bahan alam Kedelai (G. max (L.) Merill), adalah salah
untuk mengatasi masalah hiperpigmentasi. Studi satu tanaman yang berasal dari dataran Cina dan
terhadap 101 ekstrak tumbuhan peranannya dalam telah ditemukan dan dibudidayakan sejak tahun
sintesis B16 melanoma cells dalam melasma, di 2500 SM. Kadar protein berbagai jenis kacang
antaranya ekstrak biji kacang kedelai dan ekstrak berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai
rimpang temulawak.3 Studi ini menggunakan mencapai 40%. Kadar protein dalam produk
sediaan kosmetika dari ekstrak bahan alam di kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%,
atas, dilaporkan aman tidak ada efek samping. konsentrat protein kedelai cukup tinggi 70%
Ekstrak dari bahan alam banyak digunakan dan isolat protein kedelai 90%, sehingga kedelai
oleh masyarakat sejak dulu yang seperti ekstrak termasuk ke dalam lima bahan makanan yang
rimpang temulawak dan ekstrak biji kacang berprotein tinggi.12 Kedelai mengandung air
kedelai.4 9%, lemak 18%, serat 3,5%, gula 7% dan sekitar
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan 18% zat lainnya. Selain itu, kandungan vitamin E
pembuatan produk krim berbahan aktif alami telah kedelai sebelum pengolahan cukup tinggi. Vitamin
banyak dilakukan namun pembuatan krim wajah E merupakan vitamin larut lemak.13
berbasis bahan aktif yang merupakan kombinasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk BAHAN DAN METODE
mempelajari dan mengembangkan kombinasi
formula bahan aktif ekstrak rimpang temulawak Tempat Penelitian
(Curcuma xanthorrhiza) dan ekstrak biji kacang Pembuatan krim pencerah dilakukan di
kedelai (Glycine max (L.) merill) pada pembuatan ruang racik Apotik Klinik Medika, Tangerang
krim pencerah kulit. Selatan sedangkan untuk uji iritasi dan efektifitas
Temulawak (C. xanthorrhiza) termasuk salah dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas
satu jenis tanaman yang paling banyak digunakan Farmasi Universitas Pancasila.
orang sebagai bahan obat bahkan konon tanaman
56
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status ... (Leni Nurlinayanti, Anny Victor Purba, dan Ratna Djamil)
57
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 1, Maret 2019: 53 - 64
trierpenoid, fenolik dan glikosida. cawan penguap di atas penangas air hingga
b. Karasteristik non spesifik, yaitu meliputi mencapai suhu 700C kemudian diaduk hingga
parameter uji kadar air, kadar abu total, kadar homogen sampai melebur sempurna. Lalu
abu tidak larut asam, sari larut air dan sari larut suhu diturunkan hingga 650C, dimasukkan
etanol. trietanolamin dan aquades kemudian aduk
secara perlahan – lahan hingga homogen.
5. Formulasi sediaan krim dengan modifikasi Setelah itu dilakukan pendinginan hingga
Pembuatan sediaan krim pencerah kulit suhu 30-350C.
formula ekstrak etanol menjadi bentuk sediaan
krim pencerah terdiri dari zat aktif berupa ekstrak b. Fase air dibuat dengan cara melarutkan
rimpang temulawak dan ekstrak biji kacang glycerin dan aquades kemudian dipanaskan
kedelai pada berbagai tingkat kosentrasi terhadap hingga suhu 800C dalam wadah yang berbeda.
komposisi basis yang sama.15 Komposisi masing Lalu dilakukan pengadukan dan pendinginan
– masing formula dalam 100 mg sediaan dapat hingga suhu 350C.
dilihat pada tabel berikut :
c. Krim dibuat dengan cara fase minyak
dicampurkan kedalam fase air sambil diaduk
dengan homogenizer kemudian dimasukkan
Tabel 1. Formulasi sediaan krim methyl paraben sampai terbentuk massa
Konsentrasi(%) krim. Setelah itu dimasukkan ekstrak yang
NO Bahan
F1 F2 F3 F4 telah digerus dengan basis krim sambil terus
1 Ekstrak Ramping Temulawak 1 3 5 10 dilakukan pengadukan sampai terbentuk krim
2 Ekstrak Biji Kacang Kedelai 5 5 5 15 yang halus.
3 Gliserin 10 10 10 10
4 Tea 2 2 2 2 d. Genapkan massa dengan aquades, Setelah
5 Asam Stearat 7 7 7 7 dingin krim dimasukkan ke dalam pot krim.
6 Cethyl Alcohol 2 2 2 2
7 Methyl Paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 6. Uji stabilitas krim dipercepat
8 Aquades 72,9 70,9 68,9 53,9 Pengujian stabilitas sediaan krim pencerah
dilakukan pada sediaan yang disimpan pada: suhu
Keterangan : lemari pendingin (20C ± 20C), suhu kamar (300C ±
F1 = Basis krim + ekstrak rimpang temulawak 20C), suhu oven (400C ± 20C) selama 1 bulan.
konsentrasi 1% + ekstrak biji kacang kedelai Sediaan dievaluasi meliputi:
konsentrasi 5%.
F2 = Basis krim + ekstrak rimpang temulawak a. Pengamatan organoleptis
konsentrasi 3% + ekstrak biji kacang kedelai Organoleptis dilakukan dengan cara
konsentrasi 5%. pengamatan secara visual terhadap sediaan, yang
F3 = Basis krim + ekstrak rimpang temulawak 5% dinilai dari bentuk fisik sediaan yaitu perubahan
+ ekstrak biji kacang kedelai konsentrasi 5%. warna, bentuk dan bau krim.16
F4 = Basis krim + ekstrak rimpang temulawak
10% + ekstrak biji kacang kedelai konsentrasi b. Pengukuran pH
15%. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH indikator universal. Kertas pH
Cara pembuatan krim pencerah kulit: indikator dicelupkan kedalam sediaan kemudian
dicocokkan dengan warna indikator yang tertera
a. Bahan – bahan ditimbang sesuai formula. Fase di wadahnya.
minyak diawali dengan melebur asam stearate,
cethyl alcohol secara berturut – turut dalam c. Pengamatan Homogenitas
58
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status ... (Leni Nurlinayanti, Anny Victor Purba, dan Ratna Djamil)
59
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 1, Maret 2019: 53 - 64
punggung tangan kanan dan krim F4 dioleskan Pengukuran menggunakan alat Dermalab
pada punggung tangan kiri di pagi hari pada hari terhadap warna kulit didasarkan pada sistem warna
ke-2. Setiap akan memulai pengolesan, punggung L*, a*, b*. Dalam sistem ini, L* adalah ukuran
tangan responden di ukur terlebih dahulu lalu nilai kulit atau kegelapan/kecerahan. Sistem nilai
dicatat, semua hasil pengukuran dicatat dalam L* memiliki kisaran 0 (murni hitam) sampai
tabel. 100 (putih murni). Untuk mengukur pigmentasi
periokular secara objektif menggunakan alat
c. Kriteria inklusi dan eksklusi Dermalab pada berbagai kelompok etnis dan
1. Kriteria inklusi tipe kulit, didapatkan hasil bahwa nilai L* yang
- Subyek wanita dengan tipe kulit Fitzpatrick IV paling signifikan sebagai pembeda pigmentasi,
dan V. Pengklasifian tipe kulit ini berdasarkan sedangkan a* dan b* kurang sensitif.19
reaksi kulit terhadap matahari. Tipe IV
memiliki ciri reaksi jarang terbakar dan selalu e. Izin penelitian dan kelayakan etik (Ethical
menjadi lebih coklat jika terpapar matahari. clearance)
Tipe V memiliki ciri reaksi menjadi coklat jika Kelayakan etik dalam penulisan ini
terpapar matahari. telah mendapatkan persetujuan dari Komisi
- Subyek wanita berumur 25 tahun sampai Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
dengan 35 tahun Indonesia dengan nomor 101/UN2.F1/ETIK/2019.
- Bersedia menjadi subyek penelitian dan
menandatangani informed consent. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Waktu bekerja terbanyak di dalam ruangan Hasil
(minimal 8 jam). Hasil pemeriksaan parameter ekstrak
dapat dilihat dari Tabel 2.
2. Kriteria eksklusi
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Rimpang
- Riwayat adanya kanker kulit pada diri subyek Temulawak dan Biji Kacang Kedelai
atau keluarganya, terutama melanoma.
Hasil Parameter
- Memakai bahan pencerah kulit topical lainnya Parameter Ekstrak Rimpang Biji Kacang
dalam waktu 1 bulan sebelum penelitian. Temulawak Kedelai
- Adanya dermatosis lain. Berat Serbuk Simplisia 1,3kg 1,6kg
- Dalam keadaan hamil dan menyusui. Berat Ekstrak 193gram 103gram
- Riwayat alergi obat atau kelainan kulit akibat Rendemen 14,92% 5,8%
efek samping terapi oral.
- Riwayat alergi terhadap bahan – bahan yang Hasil karasteristik non spesifik pada Tabel
akan diujikan. 3, pengujian kadar air kedua simplisia dan ekstrak
telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan
d. Kriteria Pengukuran Peraturan BPOM tentang persyaratan mutu obat
Kecerahan kulit adalah keadaan warna tradisional kadar air untuk simplisia dan ekstrak
yang diukur dengan menggunakan alat Dermalab, sebagai obat adalah ≤10%.20 Hasil total kadar abu
adalah perangkat terstimulus yang ringan, portabel dapat menunjukkan total mineral yang terkandung
dan untuk pengukuran warna oleh perangkat ini dalam suatu bahan tanaman. Bahan – bahan organik
dapat dilakukan secara langsung setelah 6 jam dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi
dengan mengukur refleksi dan perbedaan warna. komponen anorganiknya tidak terbakar, karena
Kami menetapkan 4 kategori perbaikan kecerahan itulah disebut sebagai abu. Hasil analisa kadar abu
warna kulit18 : tidak larut asam yang tidak tinggi dari rimpang
temulawak dan biji kacang kedelai menunjukkan
1. Minimal to no improvement (<25%) tidak adanya kontaminasi mineral yang tidak larut
2. Moderate improvement (26-50%) dalam asam, seperti pasir atau tanah silikat serta
3. Clinical improvement (51-75%) pengotor lain. Hasil pengujian kadar sari larut air
4. Excellent improvement (76-100%) rimpang temulawak dan biji kacang kedelai lebih
besar dibanding dengan kadar sari larut alkohol.
60
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status ... (Leni Nurlinayanti, Anny Victor Purba, dan Ratna Djamil)
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah senyawa polar suhu lemari pendingin (2°C±2°C), suhu kamar
yang dapat larut dalam air lebih banyak daripada (30°C±2°C) dan suhu oven (40°C±2°C).
jumlah senyawa kurang polar (semi polar maupun Hasil pengamatan dan perhitungan indeks
non polar) yang dapat terlarut dalam etanol. iritasi pada krim pencerah kulit, basis krim,
ekstrak kombinasi dalam aquades, ekstrak
Tabel 3. Hasil Karasteristik Non Spesifik rimpang temulawak, ekstrak biji kacang kedelai
Parameter non
Rimpang Biji kacang dan aquades sebagai kontrol negatif setelah uji
No temulawak kedelai
spesifik stabilitas suhu 20C, 300C dan 400C, indeks nilai
Simplisia Ekstak Simplisia Ekstak
iritasi menunjukkan tidak mengiritasi (0). Tidak
1 Kadar air 7,88% 8,98% 9,40% 9,97%
terlihat adanya eritema dan udema dari pengamatan
2 Kadar abu total 3,2% 2,23% 5,31% 0,01%
setelah 1 sampai 72 jam. Hal ini menunjukkan
3 Kadar abu tidak 0,96% 0,04% 0,03% 0,01%
larut asam
bahwa tidak mengarah pada terjadinya iritasi.
4 Kadar sari larut 10,80% 35,29% Tabel 5. Hasil Indeks Iritasi Pada Kulit Kelinci
air
No Kelompok uji Indeks iritasi
5 Kadar sari larut 2,20% 27,92%
etanol 1 Aquadest 0
2 Ekstrak Kombinasi dalam Aquadest 0
Tabel 4. Hasil Karasteristik Spesifik Skrining 3 Basis krim 0
Fitokimia 4 Krim Pencerah kulit 0
Golongan Rimpang Biji Kacang 5 Ekstrak Rimpang Temulawak 0
No
Senyawa Temulawak Kedelai 6 Ekstrak Biji Kacang Kedelai 0
1 Alkaloid + +
2 Saponin + + Dari hasil uji efektifitas sediaan krim
3 Tanin + - pencerah kulit terlihat pada Grafik 1 bahwa untuk
4 Fenolik + - formulasi krim (F4) pencerah dengan kombinasi
5 Flavonoid + + konsentrasi ekstrak temulawak 10% dan ekstrak
6 Terpenoid + + biji kacang kedelai 15% adalah kombinasi
7 Steroid - - yang ideal yang mempunyai skor rata – rata L*
8 Glikosida + + (kecerahan kulit) setelah pengolesan krim (T1)
Keterangan : + = Memberikan hasil positif selama 6 jam adalah 55,9 dari sebelum pengolesan
- = Memberikan hasil negatif (T0) yang hanya 31,2 atau adanya kenaikan tingkat
pemulihan sebanyak 24,7 poin atau naik 79,17%
Dari Tabel 4, ekstrak kacang kedelai yang berarti masuk ke dalam kategori excellent
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, improvement.18
saponin, tanin, fenolik, terpenoid dan glikosida
sedang ekstrak biji kacang kedelai mengandung
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid
dan glikosida.
Hasil pengukuran pH pada sediaan krim
F1, F2, F3 dan F4 tidak menunjukkan perubahan
pH. pH masih berada di range 4,5-5,0, dengan
demikian sediaaan krim yang dibuat tetap stabil
pada penyimpanan 1 dan stabil pada suhu lemari
pendingin (2°C±2°C), suhu kamar (30°C±2°C)
dan suhu oven (40°C±2°C).
Hasil uji homogenitas krim, menunjukkan
bahwa krim F1, F2, F3 dan F4 tidak menunjukkan
perubahan homogenitas, karena pada pengujian
Grafik 1. Perbandingan Skor L* (Kecerahan Kulit)
tidak ada partikel yang dapat diamati oleh mata,
Krim Formula F1, F2, F3 dan F4
dengan demikian sediaan krim yang dibuat tetap
stabil pada penyimpanan 1 bulan pada suhu
61
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 1, Maret 2019: 53 - 64
62
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status ... (Leni Nurlinayanti, Anny Victor Purba, dan Ratna Djamil)
Uji efektivitas sediaan krim pencerah kulit ekstrak biji kacang kedelai 5%) maka pada awal
Sediaan krim pencerah kulit yang telah penelitian (T0) skor L* (kecerahan kulit) rata –
diuji mutu fisiknya kemudian diuji keefektifannya rata adalah 28,3 dan setelah 6 jam pemakaian krim
dalam mencerahkan kulit. Masing-masing formula (T1), skor ini bertambah menjadi 34,6 atau naik
diuji keefektifannya terhadap kulit 4 orang hanya 6,3 yang berarti untuk pemulihan kecerahan
responden dalam jangka waktu 2 hari. Setiap hanya naik sebesar 22,26% yang berarti bahwa
responden diukur skala warna kulitnya sebelum krim formula F1 adalah kategori minimal atau no
pemakaian sediaan krim pencerah kulit lalu dicatat improvement.
pada tabel. Selanjutnya pemakaian sediaan krim Sedangkan untuk krim formula F2
pencerah kulit dioleskan pada punggung tangan (ekstrak rimpang temulawak 3% + ekstrak biji
kiri dan tangan kanan sebagai kontrol. Kemudian kacang kedelai 5%) pada awal penelitian (T0)
setiap 6 jam diukur lagi kenaikan skala warna skor L* (kecerahan kulit) rata – rata adalah 29,1
kulit punggung tangan kiri dan kanan dengan dan setelah 6 jam pemakaian krim (T1), skor ini
menggunakan peralatan laboratorium dermalab bertambah menjadi 39,8 atau naik hanya 10,7 yang
selama pemakaian sediaan krim. Hasil kenaikan berarti untuk pemulihan kecerahan hanya naik
tingkat kecerahan dilihat dan diukur tiap 6 jam sebesar 36,77% yang berarti bahwa krim formula
dengan konsentrasi yang berbeda, setiap hasil F2 adalah kategori moderate improvement.
pengukuran dicatat dalam tabel. Objek yang diukur Untuk krim formula F3 (ekstrak rimpang
adalah formulasi kombinasi krim dari ekstrak temulawak 5% + ekstrak biji kacang kedelai 5%)
rimpang temulawak dan ekstrak biji kacang pada awal penelitian (T0) skor L* (kecerahan
kedelai, semua diukur dengan konsentrasi yang kulit) rata – rata adalah 30,2 dan setelah 6 jam
berbeda untuk melihat adanya tingkat kecerahan pemakaian krim (T1), skor ini bertambah menjadi
dari kombinasi krim ekstrak rimpang temulawak 47,5 atau naik sebesar 17,3 yang berarti untuk
dan biji kacang kedelai. pemulihan kecerahan hanya naik sebesar 57,28%
yang berarti bahwa krim formula F3 adalah
Skor L* (kecerahan kulit) kategori clinical improvement.
Pengukuran skor L* (kecerahan kulit) Persentase terbesar kenaikan pemulihan ada
dengan alat Dermalab setelah 6 jam pemakaian pada krim formula F4 (ekstrak rimpang temulawak
sediaan krim tersebut. Tabel 6 menunjukkan data 10% + ekstrak biji kacang.
hasil pengukuran skor L* (kecerahan kulit) pada Kedelai 15%) pada awal penelitian (T0)
responden selama periode penelitian. Dari tabel skor L* (kecerahan kulit) rata – rata adalah 31.2
tersebut tampak bahwa terdapat peningkatan skor dan setelah 6 jam pemakaian krim (T1), skor
L* (kecerahan kulit) setelah 6 jam yang berbeda – ini bertambah menjadi 55,9 atau naik sebesar 24,7
beda untuk setiap formulasi krim. Untuk formula yang berarti untuk pemulihan kecerahan bisa naik
krim F1 (ekstrak rimpang temulawak 1% + tinggi sebesar 79,17% yang berarti bahwa krim
63
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 1, Maret 2019: 53 - 64
formula F4 adalah kategori excellent improvement. walet putih (Aerodramus fuciphagus) dengan
Perbandingan skor L* (kecerahan kulit) basis tipe A/M sebagai pencerah kulit wajah.
antara krim F1, F2, F33 dan F4 selama periode Pontianak: Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
penelitian. Hasil pada tabel 6 menunjukkan bahwa Kedokteran Universitas Tanjungpura; 2013, h
pada awal pengukuran (T0), skor L* diantara 3-4.
semua panel tidak jauh berbeda. Namun setelah 2. Hollinger AC, Angra K, Halder RM. Are
pemakaian sediaan krim selama 6 jam, maka natural ingredients effective in the management
tampak perbedaan untuk keempat krim tersebut, of hyperpigmentation? A systematic review. J
dimana skor L* (kecerahan kulit) pada krim Clin Aesthet Dermatol. 2018; 11(2):28–37.
F4 lebih besar untuk % pemulihannya setelah 3. Singhal A, Kumar D, Bansal M,. Skin whitening
dilakukannya pemakaian krim (T1). – a brief review, Pharmatutor-Art-1853,
2015; www.pharmatutor.org, Department of
KESIMPULAN Pharmaceutical Technology, Meerut Institute
of Engineering and Technology.
Perbedaan konsentrasi ekstrak rimpang 4. Supriadi. Tumbuhan Obat Indonesia:
temulawak dan biji kacang kedelai yang Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta: Pustaka
diformulasikan dalam sediaan memberikan Populer Obor; 2001, h 130-133.
efektivitas pencerah kulit yang berbeda. Semakin 5. Kartasapoetra G. Budidaya Tanaman
tinggi konsentrasi ekstrak rimpang temulawak Berkhasiat Obat. Jakarta: PT. Rineka Cipta;
dan ekstrak biji kacang kedelai semakin tinggi 2006.
efektivitas pencerah kulitnya. Krim kombinasi 6. Afifah E, Tim Lentera. Khasiat dan Manfaat
ekstrak rimpang temulawak 10% dan ekstrak Temulawak. Rimpang. Penyembuh Aneka
biji kacang kedelai 15% memperlihatkan nilai Penyakit. Jakarta: Agro Media Pustaka; 2005.
yang lebih tinggi dalam hal mencerahkan kulit 7. Mahendra B. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh.
dibandingkan dengan ketiga formulasi krim Jakarta: Penebar Swadaya; 2005.
lainnya dengan menunjukkan perubahan kondisi 8. Choi MA, Kim SH, Chung WY, Hwang
kulit menjadi cerah meningkat (persen pemulihan JK, Park KK. Xanthorrhizol, a natural
79,17%) sehingga dapat disimpulkan krim sesquiterpenoid from Curcuma xanthorrhiza,
kombinasi yang opti mal tersebut aman terhadap has an anti-metastatic potential in experimental
kulit serta dapat berfungsi sebagai pencerah kulit. mouse lung metastasis model: Biochemical
and Biophysical Research Communications;
UCAPAN TERIMA KASIH 2005, 326: 210-217.
9. Nurcholis W, Ambarsari L, Sari EK, Darusman
Dalam proses penulisan artikel ini tak lupa LK. Curcuminoid contents, antioxidant and
penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas anti-inflammatory activites of Curcuma
Kedokteran Universitas Indonesia, Balittro Bogor, xanthorrhiza Roxb. and Curcuma domestica
LIPI dan juga kepada dosen pembimbing yaitu Ibu val. Promising lines from Sukabumi,
Dra. Anny Victor Purba, MSc., Ph.D., Apt dan Ibu Indonesia. prosiding seminar nasional kimia.
Dr. Ratna Djamil, M.Si., Apt di Fakultas Farmasi Surabaya: Universitas Negeri Surabaya; 2012.
Universitas Pancasila yang telah memberikan 10. Hwang JK, Shin JS, Pyun YR. Antibacterial
bimbingan dan arahan sehingga artikel ini dapat activity of xanthorrhizol from Curcuma
terselesaikan dengan baik xanthorrhiza against oral pathogen. Fitoterapia;
2000, volume 71: h 321.
DAFTAR PUSTAKA 11. Batubara I, Julita I, Darusman LK., Muddhatir
AM, Mitsunaga T. Flower bracts of temulawak
1. Rohmah SD. Formulasi krim sarang burung (Curcuma xanthorrhiza) for skin care: anti-
64
Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda Terhadap Status ... (Leni Nurlinayanti, Anny Victor Purba, dan Ratna Djamil)
65
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 47, No. 1, Maret 2019: 53 - 64
66