Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.

1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

OPERASI MONOKULAR RECESS RESECT DENGAN TEKNIK


HANGBACK PADA EXOTROPIA DEVIASI BESAR

Felichia Yovianda1, Julita2


12
Program Studi Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, RSUP M.Djamil, Jl.
Perintis Kemerdekaan No. 14D, Sawahan Timur, Padang, Sumatera Barat
email: chiayovi88@gmail.com1, julita.afdal@yahoo.com2

Submitted: 27-08-2020, Reviewer: 08-10-2020, Accepted: 22-02-2021

ABSTRACT
Strabismus is a condition in which there is a deviation (deviation) in the position of the
eyeball so that binocular single vision (SBV) does not occur. Exotropia is a horizontal
deviation, where the cause is an imbalance of the mechanism of action between convergence
and divergence so that the position of the eyeball is temporal (divergent position). Based on
the degree of deviation that occurs, it can be divided into three, namely small, medium and
large. The big difference between the deviation of near and far fixation greatly affects the
success of therapy. There are two types of management of strabismus exotropia, namely: non-
surgical and surgical with aim ortho alignment of the eyeball. For exotropia with a large
degree of deviation, a monocular recess recess can be performed using the Hangback
technique. Result: ortho eyeball position obtained in three cases of large deviation exotropia
after strabismus correction surgery by performing a lateral rectus recess with Hangback
technique followed medial rectus resect. Conclusion: strabismus surgery using monocular
recess with a Hangback technique is effective to get ortho eyeball position and the formation
of binocular single vision

Keywords: exotropia, large deviation, recess resect monocular surgery, Hangback technique

ABSTRAK
Strabismus merupakan suatu kondisi dimana adanya deviasi (penyimpangan) posisi bola mata
sehingga tidak terjadi penglihatan binokular. Exotropia merupakan salah satu deviasi
horizontal, dimana penyebabnya terdapat ketidak-seimbangan mekanisme aksi antara
konvergensi dan divergensi sehingga tampak posisi bola mata ke arah temporal (posisi
divergen). Berdasarkan derajat deviasi yang terjadi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kecil,
menegah dan besar. Perbedaan besar deviasi saat fiksasi dekat dan jauh sangat mempengaruhi
keberhasilan terapi. Penatalaksaan strabismus exotropia dibagi atas dua, yaitu: non-operasi
dan operasi dengan tujuan membuat posisi bola mata lurus (ortho). Untuk exotropia dengan
derajat deviasi yang besar maka dapat dilakukan operasi monokular reses resek dengan teknik
Hangback. Hasil: Didapatkan hasil posisi bola mata ortho pada tiga kasus exotropia deviasi
besar setelah dilakukan operasi koreksi strabismus dengan melakukan recess rektus lateral
dengan teknik Hangback dan diikuti resect rektus medial. Kesimpulan: tindakan operasi
strabismus dengan teknik monokular reses resek dengan teknik Hangback efektif untuk
mendapatkan posisi bola mata ortho dan terbentuknya penglihatan binokular.

Kata Kunci: eksotropia, deviasi besar, operasi monokular recess resect, teknik Hangback

172
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN dan fiksasi dekat dalam 10D,


Strabismus merupakan suatu dengan AC/A rasio normal.
kondisi dimana adanya deviasi posisi  Convergence insufficiency
bola mata sehingga tidak terjadi Dimana terdapat derajat deviasi
penglihatan binokular. Eksotropia lebih besar >10D pada saat fiksasi
merupakan salah satu deviasi dekat dibandingkan fiksasi jauh,
horizontal, dimana penyebabnya dengan AC/A rasio rendah.
terdapat ketidak-seimbangan  True divergen excess
mekanisme aksi antara konvergensi Dimana terdapat derajat deviasi
dan divergensi sehingga tampak posisi >10D pada saat fiksasi jauh
bola mata ke arah temporal (posisi dibandingkan fiksasi dekat, dengan
divergen).1,2 AC/A rasio normal setelah oklusi
Pada ras Asia, eksodeviasi satu mata selama 15 sampai 30
merupakan deviasi horizontal utama menit.
yang ditemui, sebaliknya pada ras  Pseudo-divergence excess
Eropa dan Amerika Selatan, esodeviasi Dimana terdapat derajat deviasi
merupakan deviasi horizontal utama.
<10D pada saat fiksasi jauh
Berdasarkan etiologinya, eksotropia
dibandingkan fiksasi dekat, dengan
dapat disebabkan oleh adanya kelainan
AC/A rasio normal setelah oklusi
refraksi yang tidak terkoreksi, kelainan
satu mata selama 15 sampai 30
motorik dan kelainan sensorik. Bila
menit.
eksodeviasi laten dikendalikan oleh
mekanisme fusi sehingga posisi mata Eksotropia konstan biasanya
lurus (ortho) dan dapat melihat secara ditemukan pada exotropia intermitten
binokular disebut dengan eksophoria. dengan jangka waktu yang lama dan
Namun ketika mekanisme fusi telah kontrol fusi yang jelek (poor control),
terganggu maka eksodeviasi akan manifestasi dari eksotropia sensorik,
bermanifes disebut eksotropia. 1,2,3 dismorfik orbita dan idiopatik. Ketika
Eksotropia intermitten merupakan eksotropia berkembang pada anak
eksodeviasi yang timbul namun masih dalam usia sistem visual imatur, maka
dapat dikontrol oleh mekanisme fusi akan berkembang supresi bitemporal
dan dapat diganggu dengan cover test. untuk mencegah terjadinya diplopia
Berdasarkan respon kontrol fusi dibagi dan konfusi. Supresi merupakan
menjadi tiga: 1,2,3 mekanisme kortikal yang bersifat
1. Good control: dimana mata yang fakultatif, dimana supresi akan terjadi
deviasi cepat kembali ortho tanpa perlu saat eksotropia timbul dan supresi tidak
mengedip saat fusi diganggu. akan terjadi ketika kedua mata lurus. 2,3
2. Fair control: dimana mata yang Semua kelainan strabismus yang
deviasi kembali ortho dengan terjadi pada usia anak-anak harus
mengedip saat fusi diganggu. segera dideteksi dan diterapi agar
3. Poor control: dimana mata yang tercapainya penglihatan binokular dan
deviasi lambat kembali ortho atau anak terhindar dari ambliopia.
bahkan deviasi menetap saat fusi Penglihatan binokular merupakan
diganggu. kemampuan koordinasi kedua mata
Klasifikasi eksotropia intermitten secara simultan membentuk suatu
oleh Burian dan Kushner dibagi persepsi tunggal. Terdapat tiga
menjadi empat, yaitu: 1,2,4 mekanime syarat agar seseorang dapat
 Basic eksotropia melihat secara binokular, yaitu: 4,5
Dimana terdapat derajat deviasi
sama besar pada saat fiksasi jauh

173
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

1. Motorik: dimana kedua mata lurus otot yang di recess. Pada eksotropia
atau ortho dengan koordinasi yang dilakukan recess pada otot rektus
tepat pada semua arah pandangan. lateral diikuti dengan resect pada otot
2. Sensorik: dimana tidak ada kelainan rektus medial untuk mendapatkan
pada media refraksi sehingga posisi bola mata menjadi ortho. 6,7
bayangan objek diproyeksikan di
tiap retina kedua mata. Untuk deviasi kecil dan sedang
3. Proses mental: kemampuan dari dapat dilakukan monokular recess dan
korteks visual untuk menghasilkan resect dari otot rektus horizontal.
penglihatan binokular tunggal. Namun bila terdapat deviasi horizontal
yang besar maka dilakukan kombinasi
Penatalaksanaan strabismus recess-resect 3 sampai 4 otot rektus
dilakukan secara holistik agar atau recess otot rektus bilateral.
didapatkan hasil yang memuaskan Kombinasi recess dan resect otot
dengan tujuan utama meningkatkan horizontal pada satu mata dapat
kesejajaran visual axis dan tercapainya mengkoreksi deviasi minimal 20-25
single binocular vision (SBV). D dan maksimal 40-60 D. Recess
Langkah-langkah yang dilakukan pada kedua otot rektus medial ataupun
dalam manajemen penatalaksanaan kedua otot rektus lateral dapat
strabismus adalah: 5,6 mengkoreksi deviasi minimal 15-20
D dan maksimal 50 D. 7,8
1. Kacamata koreksi dan Oklusi
Bila terdapat adanya kelainan Selain itu untuk deviasi besar
refraksi dan ambliopia ringan maka dapat dilakukan recess dengan teknik
sebelum dioperasi pasien dapat Hangback yang memiliki keuntungan
diberikan kacamata koreksi dan dan keamanan lebih baik dibandingkan
oklusi selama 2 jam sehari pada dengan teknik recess konvensional.
mata dengan visus yang baik. Dimana recess dengan teknik
Tujuan oklusi agar mata yang hangback dapat menekan resiko
ambliopia dapat terangsang perforasi sklera dan ruptur bola mata
penglihatannya walaupun setelah itu karena benang dijahitkan kembali ke
akan dilakukan tindakan operasi. tempat insersi dengan sklera yang lebih
2. Operasi tebal.6,8
Terdapat dua prinsip utama dalam
melakukan operasi strabismus Eksotropia dengan deviasi besar
horizontal, yaitu: >40 D dapat dilakukan recess rektus
 Melemahkan otot yang deviasi lateral bilateral sepanjang 9 mm atau
dengan cara memindahkan lebih. Namun ada juga yang
insersi otot mendekati origonya menyarankan agar tidak melakukan
disebut Recess. recess lebih dari 8 mm dan
menambahkan resect pada otot rektus
 Menguatkan otot antagonisnya
medialnya. Namun beberapa literatur
dengan cara memindahkan
menyatakan dapat dilakukan operasi
bagian anterior otot dan
monokular recess-resect maksimal 12
dijahitkan kembali ke insersinya
mm dengan teknik hang-back untuk
disebut Resect.
deviasi besar.
Tindakan operasi recess dikatakan
Komplikasi recess-resect
lebih efektif dalam mengurangi derajat
monokular yang besar pada eksotropia
deviasi dibandingkan resect. Namun
dapat mengakibatkan keterbatasan
resect diperlukan untuk
gerak bola mata saat abduksi. 6,8
menyeimbangkan efek antagonis dari

174
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

METODE PENELITIAN Diagnosis: Eksotropia konstan


Dilaporkan tiga pasien dengan alternating fixation.
usia yang berbeda datang berobat ke
Poliklinik Mata RSUP DR.M.Djamil Terapi: Monokular recess rektus
Padang dengan keluhan keluhan posisi lateral dengan teknik Hangback
bola mata juling keluar (exotropia) sepanjang 12mm + resect rektus
dengan deviasi yang besar. Kemudian medial sepanjang 11mm pada mata kiri
ketiga pasien dilakukan pemeriksaan Follow up
strabismus dan dilakukan operasi
strabismus yaitu monokular recess  Post-op hari-1: BCVA 20/20,
resect dengan teknik Hangback. konyungtiva hiperemis, COA cell,
flare (-), diplopia (+). Hirschberg:
HASIL PENELITIAN dekat dan jauh ortho dan Alternate
Kasus 1: 3 Januari 2018, anak laki- cover test: deviasi (-).
laki, usia 14 tahun datang dengan
keluhan: Kedua mata terlihat juling ke
luar sejak kecil + 5 tahun yang lalu.
Riwayat keluarga dengan mata juling  Post-op minggu-1: BCVA 20/20,
(+) ayah dan adik kandung. konyungtiva hiperemis berkurang,
Pemeriksaan status oftalmologi: diplopia (+) menyempit. Hirschberg:
dekat dan jauh ortho dan Alternate
 BCVA 20/20 cover test: deviasi (-).
 Hirschberg: dekat 300, jauh 450
 PACT: dekat 50, jauh 90
 Gerak bebas segala arah dan tidak
ada AV Pattern  Post-op bulan-1: BCVA 20/20,
 Diplopia dan streoacuity tidak ada segment anterior dalam batas
Hirschberg dekat normal, diplopia (-). Hirschberg:
dekat dan jauh ortho dan Alternate
cover test: deviasi (-). TNO test: 480
Arc/sec. Tidak terdapat keterbatasan
gerak saat abduksi.

Hirschberg jauh

 Post-op tahun-1: BCVA 20/20,


segment anterior dalam batas
normal. Hirschberg: dekat dan jauh
ortho, Alternate cover test: deviasi
(-). TNO test: 60 Arc/sec.

175
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

Kasus 2: 20 Januari 2018, anak laki-  Post-op minggu-1: BCVA 20/25


laki, usia 4 tahun datang dengan (LEA), konyungtiva hiperemis
keluhan: Kedua mata terlihat juling ke berkurang, diplopia (+) menyempit.
luar sejak kecil + 3 tahun yang lalu. Hirschberg: dekat dan jauh ortho
Riwayat keluarga dengan mata juling dan Alternate cover test: deviasi (-).
tidak ada.
Pemeriksaan status oftalmologi:

 BCVA 20/25 (LEA)


 Post-op bulan-1 dan tahun-1: BCVA
 Hirschberg: dekat dan jauh >450
20/25 (LEA), segment anterior
 PACT: dekat dan jauh >90
dalam batas normal, diplopia (-).
 Gerak bebas segala arah dan tidak Hirschberg: dekat dan jauh XT 150,
ada AV Pattern bergantian. PACT: dekat dan jauh
 Diplopia dan streoacuity tidak ada 25. TNO test: >2.000 Arc/sec.
Hirschberg dekat dan jauh
Tidak terdapat keterbatasan gerak
saat abduksi. Diagnosis: Residual
eksotropia kongenital fixation
alternating post monokular recess
rektus lateral dengan teknik
Hangback + resect rektus medial
Gerakan 9 posisi mata kiri. Rencana: Monokular
recess rektus lateral sepanjang 8
mm + resect rektus medial
sepanjang 6 mm pada mata kanan.

Diagnosis: Eksotropia kongenital


konstan alternating fixation.

Terapi: Monokular recess rektus


 Post-op operasi kedua bulan-1:
lateral dengan teknik Hangback
BCVA 20/25 (LEA), segment
sepanjang 12mm + resect rektus
anterior dalam batas normal,
medial sepanjang 11mm pada mata kiri
diplopia (-). Hirschberg: dekat dan
Follow up jauh ortho dan Alternate cover test:
deviasi (-).TNO test: 480 Arc/sec.
 Post-op hari-1: BCVA 20/25 (LEA),
konyungtiva hiperemis, COA cell
dan flare (-), diplopia (+).
Hirschberg: dekat dan jauh ortho
dan Alternate cover test: deviasi (-). Kasus 3: 8 Februari 2018, laki-laki,
usia 26 tahun datang dengan keluhan:
Mata kiri terlihat juling ke luar sejak +
10 tahun yang lalu. Riwayat operasi

176
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

katarak pada mata kiri + 15 tahun yang


lalu dan telah dipasang lensa tanam.

Pemeriksaan status oftalmologi:


 Post-op minggu-1: BCVA OD:
 BCVA OD: 20/20, OS: 1/~ 20/20, OS: 1/~ p.temporal.
p.temporal Konyungtiva hiperemis berkurang,
 Lensa OS: IOL (pc), PCO (+), Lensa OS: PCO (+), membran (+).
membran (+) Hirschberg: dekat dan jauh ortho,
 Hirschberg OS: dekat 300, jauh >450 Alternate cover test: deviasi (-).
 Krimsky: dekat 60, jauh >90
 Gerak bebas segala arah dan tidak
ada AV Pattern
 Diplopia dan streoacuity tidak ada  Post-op bulan-1: BCVA OD: 20/20,
Hirschberg dekat dan jauh OS: 1/~ p.temporal. Lensa OS: PCO
(+), membran (+). Hirschberg: dekat
dan jauh ortho dan Alternate cover
test: deviasi (-). TNO test: >2.000
Arc/sec. Tidak terdapat keterbatasan
gerak saat abduksi.
Gerakan 9 posisi

PEMBAHASAN
Telah dilakukan operasi koreksi
Diagnosis: Eksotropia sensorik dengan strabismus secara monokular recess
katarak sekunder pada mata kiri. rektus lateral dengan teknik Hangback
kombinasi dengan resect rektus medial
Terapi: Monokular recess rektus pada tiga kasus pasien eksotropia
lateral dengan teknik Hangback konstan deviasi besar dengan etiologi
sepanjang 12mm + resect rektus
dan onset usia deviasi yang bervariasi.
medial sepanjang 12mm pada mata kiri
Pada kasus pertama, anak laki-
Follow up laki usia 14 tahun dengan keluhan
kedua mata juling keluar bergantian
 Post-op hari-1: BCVA OD: 20/20, sejak 5 tahun yang lalu. Pada
OS: 1/~ p.temporal. Konyungtiva pemeriksaan visus koreksi pada kedua
hiperemis, COA cell dan flare (-), mata mencapai 20/20, terdapat deviasi
diplopia (-). Lensa OS: PCO (+), konstan bergantian pada kedua mata
membran (+). Hirschberg: dekat dan 300 saat fiksasi dekat dan 450 saat
jauh ortho, Alternate cover test: fiksasi jauh, segment anterior dan
deviasi (-). posterior dalam batas normal, tidak

177
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

terdapat penglihatan stereoskopis. Untuk mendapatkan posisi kedua mata


Pasien didiagnosis dengan eksotropia yang lurus dilakukan monokular recess
konstan fiksasi alternating dan miopia rektus lateral sepanjang 12 mm dengan
simpleks ODS. Untuk mendapatkan teknik Hangback kombinasi resect
posisi kedua mata yang lurus dilakukan rektus medial sepanjang 11 mm pada
operasi monokular recess rektus lateral mata kiri. Satu hari setelah operasi
sepanjang 12 mm dengan teknik didapatkan posisi ortho dan diplopia.
Hangback kombinasi resect rektus Satu minggu setelah operasi
medial sepanjang 11 mm pada mata didapatkan posisi ortho, diplopia mulai
kiri. Satu hari setelah operasi menyempit dan belum terdapat
didapatkan posisi ortho dan diplopia. penglihatan stereoskopis. Satu bulan
Satu minggu setelah operasi setelah operasi didapatkan posisi
didapatkan posisi ortho, diplopia mulai eksotropia deviasi 150, diplopia tidak
menyempit dan mulai terdapat ada, pada WFDT terdapat supresi
penglihatan stereoskopis sebesar 2.000 bergantian dan belum ada fusi. Pasien
Arc/sec. didiagnosis dengan residual eksotropia
Satu bulan setelah operasi fiksasi alternating, dilakukan terapi
didapatkan posisi ortho, diplopia tidak pensil push up dan diobservasi. Pada
ada, mulai terdapat fusi dan pasien ini tujuan koreksi strabismus
penglihatan stereoskopis meningkat belum tercapai dengan baik dimana
sebesar 480 Arc/sec. Pada pasien ini posisi mata belum ortho, belum
tujuan koreksi strabismus tercapai terdapat penglihatan binokular dan
berupa meningkatnya penglihatan penglihatan stereoskopis. Untuk itu
binokular dimana posisi mata ortho perlu dilakukan operasi recess resect
dan perlahan-lahan mulai terdapat pada mata sebelahnya, dikarenakan
penglihatan stereoskopis. Satu tahun deviasi yang sangat besar dan
tiga bulan post operasi pasien kontrol kongenital. Satu tahun setelah operasi
ke RS Swasta, didapatkan posisi ortho, didapatkan posisi eksotropia 150
diplopia tidak ada, terdapat fusi dan fiksasi alternating, WFDT terdapat
penglihatan stereoskopis meningkat supresi bergantian dan belum ada fusi.
sebesar 60 Arc/sec. Pasien didiagnosis dengan
Pada kasus kedua, anak laki-laki residual exotropia kongenital dan
usia 4 tahun dengan keluhan kedua dilakukan operasi recess rektus lateral
mata juling keluar bergantian sejak 3 sepanjang 8 mm kombinasi resect
tahun yang lalu. Pada pemeriksaan rektus medial sepanjang 6 mm pada
visus pada kedua mata mencapai 20/25 mata kanan. Satu hari setelah operasi
(LEA), terdapat deviasi konstan didapatkan posisi ortho dan diplopia.
bergantian pada kedua mata >450 saat Satu minggu setelah operasi
fiksasi dekat dan jauh, segment didapatkan posisi ortho, tidak terdapat
anterior dan posterior dalam batas diplopia dan mulai terdapat
normal, tidak terdapat adanya penglihatan stereoskopis 2.000
penglihatan stereoskopis. Pasien Arc/sec. Satu bulan setelah operasi
didiagnosis dengan eksotropia didapatkan posisi ortho, diplopia tidak
kongenital konstan fiksasi alternating. ada, mulai terdapat fusi, penglihatan

178
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

stereoskopis meningkat sebesar 480 Operasi pada strabismus dilakukan


Arc/sec dan tidak terdapat keterbatasan untuk membantu mengembalikan
gerak. penglihatan binokular yang ditandai
Pada kasus ketiga, laki-laki usia dengan adanya diplopia, meningkatkan
26 tahun dengan keluhan mata kiri penglihatan stereoskopis, menurunkan
juling keluar sejak 10 tahun yang lalu. konfusi, memperbaiki adanya
Riwayat operasi katarak pada mata kiri abnormal head posture (AHP) dan
15 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan untuk penampilan atau estetika.
visus mata kanan 20/20, mata kiri 1/~ Terdapat berbagai macam teknik
proyeksi benar temporal, terdapat operasi dan guidline dalam melakukan
deviasi konstan pada mata kiri 300 saat koreksi strabismus. Namun terdapat
fiksasi dekat dan >450 saat fiksasi jauh. dua prinsip utama dalam melakukan
Pada mata kiri terpasang intraocular operasi strabismus horizontal, yaitu
lens (IOL) dengan adanya posterior melemahkan otot yang deviasi dengan
capsul opacity (PCO). memindahkan insersi otot mendekati
Funduskopi mata kanan origo (recess) dan menguatkan otot
didapatkan pelebaran papil c/d 0.6-0.7 antagonisnya dengan memindahkan
dan funduskopi pada mata kiri tidak bagian anterior otot dan dijahitkan
dapat dinilai karena medianya keruh. kembali ke insersinya (resect). Pada
Pasien didiagnosis dengan eksotropia eksotropia dilakukan recess pada otot
sensorik dengan katarak sekunder mata rektus lateral diikuti dengan resect
kiri dan Normotension glaukoma mata pada otot rektus medial untuk
kanan. Pada kasus ini terdapat katarak mendapatkan posisi bola mata menjadi
sekunder sebaiknya dilakukan ortho. 11,12,13
ekstraksi katarak sekunder tetapi Terdapat berbagai macam teknik
pasien tidak mau dilakukan operasi recess yang dapat dilakukan untuk
katarak. Pasien dilakukan operasi mengkoreksi strabismus. Recess teknik
strabismus sebelum operasi katarak konvensional dengan two single suture
dengan pertimbangan prognosis visus atau one double armed suture dapat
yang jelek 1/~ proyeksi temporal. dilakukan pada strabismus dengan
Untuk mendapatkan posisi kedua deviasi ringan sampai sedang, namun
mata yang lurus dilakukan monokular akan sulit dilakukan pada strabismus
recess rektus lateral sepanjang 12 mm deviasi besar. Untuk itu strabismus
dengan teknik Hangback kombinasi dengan deviasi besar dapat dilakukan
resect rektus medial sepanjang 12 mm recess dengan teknik Hangback yang
pada mata kiri. Setelah itu dilakukan memiliki keuntungan dan keamanan
follow up satu hari, satu minggu dan lebih baik dibandingkan dengan teknik
satu bulan post operasi didapatkan konvensional. Dimana recess dengan
posisi kedua mata lurus (ortho). teknik Hangback dapat menekan
Sehingga tujuan operasi strabismus resiko perforasi sklera dan ruptur bola
pada pasien ketiga ini bukanlah untuk mata karena benang dijahitkan kembali
tercapainya penglihatan binokular ke tempat insersi dengan sklera yang
melainkan untuk estetika saja. lebih tebal. Selain itu terdapat juga
modifikasi Hangback dengan

179
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

menjahitkan ke permukaan sklera Komplikasi recess-resect


sebelum menuju insersi otot, teknik ini monokular yang besar pada exotropia
disebut dengan anchored Hangback dapat mengakibatkan keterbatasan
recess.12,14 gerak bola mata saat abduksi, sehingga
Exotropia dengan deviasi besar recess-resect bilateral dilakukan untuk
>40 D dapat dilakukan recess rektus mengurangi komplikasi. Namun pada
lateral bilateral sepanjang 9 mm atau ketiga kasus ini dimana dilakukan
lebih. Namun ada juga yang recess-resect monokular dengan teknik
menyarankan agar tidak melakukan Hangback tidak terdapat keterbatasan
recess lebih dari 8 mm dan gerak yang signifikan. Salah satu
menambahkan resect pada otot rektus komplikasi yang terjadi dan
medialnya. Namun beberapa literatur diharapkan ada pada pasien adalah
menyatakan dapat dilakukan operasi diplopia, dimana artinya mulai terdapat
recess-resect monokular maksimal 12 fusi dari bayangan. Diplopia ini dapat
mm dengan teknik Hangback untuk berkurang dalam 3-6 bulan sampai
deviasi besar seperti yang dikerjakan terbentuknya penglihatan binokular.
pada tiga kasus ini dengan deviasi 90 Namun bila setelah 6 bulan
D saat fiksasi jauh. Pada ketiga kasus diplopia menetap dengan derajat
ini dilakukan monokular recess otot deviasi kecil, maka dapat dikoreksi
rektus lateral sepanjang 12 mm dengan kacamata prisma. Selain itu
(Gambar 1) dikombinasikan dengan komplikasi yang timbul bisa berupa
resect otot rektus medial sepanjang 11 overcorrection (esotropia consecutive)
mm (Gambar 2).13,15,16 ataupun undercorrection (exotropia
residual). Seperti pada kasus kedua
dimana terjadinya exotropia residual
dengan deviasi 150 dapat dilakukan
latihan konvergen dengan pensil push-
up atau dengan sypnotophore. Namun
bila deviasi makin besar dan menetap
maka dapat dilakukan operasi ulang
setelah enam bulan.15,16
Gambar 1: Recess otot rektus lateral
dengan teknik Hangback SIMPULAN
Exotropia dengan deviasi besar
dapat dikoreksi dengan operasi
monokular recess dengan teknik
hangback pada otot rektus lateral
kombinasi resect pada otot rektus
medial untuk mendapatkan kesejajaran
posisi bola mata (ortho).
Dengan terdapatnya posisi bola
Gambar 2: Resect otot rektus medial mata yang ortho dan media refraksi
yang baik seperti pada kasus pertama
dan kedua maka akan tercapai tujuan

180
e-ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 172-181 Jurnal Human Care

koreksi strabismus berupa penglihatan 8. Helveston EM. Intermittent exotropia.


binokular secara perlahan-lahan In: Surgical Management of
ditandai dengan adanya penglihatan Strabismus. USA: Springer. 2006. p:
streoskopis. Namun pada kasus ketiga 142-146.
9. Billson F. Concepts in strabismus. In:
penglihatan binokular belum dapat
Fundamental of clinical ophthalmology
dicapai karena fungsi penglihatan yang
Strabismus series. London: BMJ
tidak baik sehingga tujuan operasi Books. 2003. p: 3-6.
strabismus hanya untuk estetika saja. 10. Billson F. Consequences of breakdown
of binocular vision. In: Fundamental of
UCAPAN TERIMA KASIH clinical ophthalmology Strabismus
Terima kasih kepada Bagian series. London: BMJ Books. 2003. p:
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas 14-19.
Kedokteran Universitas Andalas/ 11. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA.
RSUP DR.M.Djamil Padang yang Surgical techniques for the extraocular
telah membantu dalam pelaksanaan muscles and tendons. In: Pediatric
Ophthalmology and Strabismus. San
dan penulisan laporan kasus ini.
Fransisco: American Academy of
Ophthalmology. Section 6: 2014-2015.
DAFTAR PUSTAKA
p: 164-169.
1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA.
12. Coats DK, Olitsky SE. Indications for
Exodeviation. In: Pediatric
Ophthalmology and Strabismus. San Strabismus Surgery. In: Strabismus
Fransisco: American Academy of Surgery and its Complications. USA:
Ophthalmology. Section 6: 2014-2015. Springer. 2007. p: 27-32.
p: 99-106. 13. Coats DK, Olitsky SE. Surgical
2. Galloway NR. Squint. In: Common eye Decision Making. In: Strabismus
diseases and the management. London: Surgery and its Complications. USA:
Springer. 2006. p: 111-119. Springer. 2007. p: 35-39.
3. Noorden GK, Campos EC. 14. Chaudhuri Z. Surgical Management of
Exodeviations. In: Binocular vision and Ocular Motility Disorders and
ocular motility. USA: Mosby. 2002. p: Strabismus. In: Step by Step Clinical
356-372. Management of Strabismus. Jaypee
4. Billson F. Childhood onset of Brother Medical Publishers. 2008. p:
strabismus. In: Fundamental of clinical 308-332.
ophthalmology Strabismus series. 15. Helveston EM. Recesection of a rectus
London: BMJ Books. 2003. p: 23-43. muscle. In: Surgical Management of
5. Noorden GK, Campos EC. Strabismus. USA: Springer. 2006. p:
Examination of the Patient. In: 177-193.
Binocular vision and ocular motility. 16. Coats DK, Olitsky SE. Recession of the
USA: Mosby. 2002. p: 158-165. Rectus Muscles and Other Weakening
6. Wright KW. Exotropia. In: Handbook Procedures. In: Strabismus Surgery
of Pediatric Strabismus and Amblyopia. and its Complications. USA: Springer.
USA: Springer. 2006. p: 266-281. 2007. p: 87-97.
7. Kushner BJ. Exotropia. In: Strabismus.
USA: Springer. 2017. p: 73-93.

181

You might also like