Dimensi Religiusitas Dan Pengaruhnya Terhadap (Studi Pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto)

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

DIMENSI RELIGIUSITAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP

ORGANIZA TIONAL CITIZENSHIP BEHA VIOUR


(Studi Pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto)

Wahyudin, S.Ag, IVLSi^, Larisa Pradisti, SE, M.Si1)Drs. Sumarsono, M.Si1-*, Siti
Zulaikha
Wulandari, SE, M.Si1)
E-mail: zulaikhaw@ymail. com
i:i
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

Religious activities are closely related to religiosity, not only occur when performing rituals
(worship), but also other activities. Thus, religiosity could predict a person's behavior at work.
Willingness to undertake voluntary workshows that people want to do things that they're no this
responsibility. Known as organizational citizenship behavior (OCB) will be very beneficial to
the organization. In order to achieve Unsoed as World Class Civic University, the support of all
parties, both academics and managers (the administration) is very important. All members of
the organization are in demand to deliver the best performance of the willingness of the people
in the organization to contribute positively, not merely in a formal job requirement, but ideally
more than formal obligations (OCB). This study aims to analyze the influence of organizational
citizenship dimensions of religiosity on behavior (OCB) and analyze the dimensions of
religiosity influence on organizational citizenship behavior (OCB) as well as knowing the
conditions and OCB Religiuistasis in Unsoed. To determine the effect of the variables the study
used multiple linear regression analysis, whereas to determine the effect of the independent
variable on the dependent variable used the elasticity test. To determine the condition of
religiosity and OCB in Unsoed used a qualitative descriptive analysis. The results prove that
the dimension of religiosity that ritual dimension (XI), the ideological dimension(X2), the
intellectual dimension(X3), and the dimensions of experience (X4) does not significantly affect
the OCB, the influence of the independent variables that most effect on OCB is the dimension of
the consequences (X5).

Keywords: organizational citizenship behaviour, ritual dimension, the ideological dimension,


the intellectual dimension, dimensions of experience, consequences.

ABSTRAK

Aktifitas beragama yang erat berkaitan dengan religiusitas, bukan hanya terjadi ketika
melakukan ritual (ibadah) tetapi juga aktivitas lain. Dengan demikian, religiusitas dapat
memprediksi perilaku seseorang dalam bekerja. Kesediaan untuk melakukan pekerjaan sukarela
menunjukkan bahwa orang mau melakukan hal-hal yang sebetulnya bukan menjadi tanggung
jawabnya.yang dikenal dengan istilah organizational citizenship behavior(OCB) ini akan sangat
bermanfaat bagi organisasi.Dalam upaya mencapai Unsoed sebagai World Class Civic
University, dukungan seluruh pihak baik civitas academica maupun pengelola (bagian
administrasi) merupakan hal yang sangat penting. Seluruh anggota organisasi di tuntut untuk
memberikan kinerja yang terbaik yaitu kesediaan orang-orang dalam organisasi untuk
berkontribusi secara positif, tidak hanya terbatas dalam kewajiban kerja secara formal,
melainkan idealnya lebih dari kewajiban formalnya (OCB).
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pengaruh Dimensi Religiusitas terhadap
organizational citizenship behavior(OCB) dan menganalisis Dimensi Religiusitas yang paling
berpengaruh terhadap organizational citizenship behavior(OCB) serta mengetahui kondisi
Religiuistas dan OCB yang ada di Unsoed. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel penelitian
digunakan Analisis Regresi linierer berganda, sedangkanntuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yang paling besar terhadap variabel terikat digunakan Uji Elastisitas. Untuk mengetahui
kondisi religiusitas dan OCB di Unsoed digunakan analisis deskriptif kualitatif.Hasil penelitian
membuktikan bahwaDimensi Religiusitas yaitu dimensi ritual (XI), dimensi ideologis (X2),
dimensi intelektual (X3), dan dimensi pengalaman (X4)tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap OCB, pengaruh variabel bebas yang paling besar terhadap OCB adalah dimensi
konseuensi (X5).

Keywords:OrganizationalCitizenship Behaviour (OCB), Dimensi Ritual, Dimensi Ideologis,


Dimensi Intelektual, Dimensi Pengalaman, Konsekuensi.
PENDAHULUAN masyarakat, serta secara vertikal berhubungan
secara harmonis dengan Tuhannya. Setiap
Masyarakat Indonesia yang mayoritas agama mengajarkan kebaikan bagi setiap
beragama Islam merupakan masyarakat pemeluknya, maka seseorang yang
religius yang berpegang pada nilai-nilai yang mempunyai religiusitas yang tinggi akan
ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau selalu berusaha berbuat baik dengan menolong
tingkah laku serta keadaan hidup pada sesamanya dan berperilaku altruis atau sosial
umumnya (Daradjat 1975). Perilaku (Saputro,2006).
masyarakat Indonesia yang religius dapat Religiusitas dapat didefinisikan
dilihat dari adanya kenyataan yang sebagai kekuatan hubungan atau keyakinin
menunjukkan kepedulian yang sangat tinggi seseorang terhadap agamanya. (King, 1996).
terhadap isu agama. Pada umumnya, Atau, secara sederhana dapat dikatakan bahwa
masyarakat Indonesia suka dengan produk religiusitas adalah tingginya keyakinan
yang mengusung simbol-simbol agama, dan seseorang. Religiusitas menurut Suhardiyanto
ritual-ritual keagamaan yang banyak (2001) adalah hubungan pribadi dengan
dilakukan. Kesempurnaan manusia tidak pribadi ilahi Yang Maha Kuasa, Maha
diukur secara individual, tetapi juga Pengasih dan Maha Penyayang (Tuhan) yang
bagaimana keadaannya di tengah makhluk lain (larangannya). Dalam pengertian lain,
serta bagaimana tingkat keharmonisannya religiusitas adalah intensitas
dalam keberagamaan, dimana dalam hal ini
hubungannyasecara vertikal dengan Sang pengertian intensitas adalah ukuran atau
Pencipta, atau lebih lanjut disebut dengan tingkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
religiusitas. Dengan demikian individu sebagai adanya konsistensi antara
berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepercayaan terhadap agama sebagai unsur
kepada pribadi yang ilahi itu dengan kognitif, perasaan agama sebagai unsur afektif
melaksanakan kehendak-Nya dan menjauhi dan perilaku terhadap agama sebagai unsur
yang tidak dikehendakinya yang ideal adalah psikomotorik. (Rahmat, 1996).
individu yang bisa berhubungan secara Aktifitas beragama yang erat berkaitan
harmonis dengan dirinya sendiri, dan secara dengan religiusitas, bukan hanya terjadi ketika
horizontal harmonis dengan orang lain atau

2
melakukan ritual (ibadah) tetapi juga aktivitas yang religius akan selalu berusaha melakukan
lain yang didorong kekuatan batin (Jalaludin, perbuatan baik secara sukarela seperti
2001). Jadi, sikap religiusitas merupakan menolong orang lain atau mencintai orang
integrasi secara komplek antara pengetahuan lain. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
agama, perasaan serta tindakan keagamaan Benson (dalam Myers 1996) yang menemukan
dalam diri seseorang. Menurut R. Stark dan bahwa mahasiswa yang mempunyai komitmen
C.Y. Glock dalam Ancok (1996), religiusitas religius yang tinggi menghabiskan waktu kerja
mempunyai lima dimensi yang terdiri dari : sukarela.
a). Dimensi Ritual (syari’ah); b) Kesediaan untuk melakukan pekerjaan
Dimensi ideologis (aqidah); c) Dimensi sukarela menunjukkan bahwa orang mau
Intelektual (ilmu); d) Dimensi pengalaman melakukan hal-hal yang sebetulnya bukan
atau penghayatan (experiential) dan Dimensi menjadi tanggung jawabnya. Perilaku ini
konsekuensial (pengamalan). dalam dunia kerja akan sangat bermanfaat
Hubungan antara religiusitas dan bagi perusahaan. Karena untuk meningkatkan
pekerjaan dalam literatur barat yang sekuler efisiensi dan produktivitas organisasi
sering dianalogikan seperti “minyak dan air” akansangat bergantung pada kesediaan orang-
untuk merepresentasikan bahwa kedua hal orang dalam organisasi untuk berkontribusi
tersebut berada dalam dua domain yang tidak secara positif.Perilaku untuk bersedia
dapat bahkan atau tidak seharusnya memberikan kontribusi positif ini diharapkan
bercampur. Hill and Smith (2002) menemukan tidak hanya terbatas dalam kewajiban kerja
bukti bahwa selama dekade antara tahun 1994 secara formal, melainkan idealnya lebih dari
sampai dengan tahun 2004, persentase kewajiban formalnya. Perilaku dalam bentuk
karyawan yang mulai merasakan bahwa kerelaan untuk memberikan kontribusi yang
mereka membutuhkan pengalaman spiritual lebih dari kewajiban formal ini menurut Organ
dalam pekerjaannya semakin meningkat, dari (1989) disebut sebagai organizational
30% menjadi 78%. Karena perubahan yang citizenship behavior atau disingkat OCB. Para
dramatis ini, peneliti organisasional telah pakar organisasi menyatakan pentingnya OCB
memulai melakukan riset yang meneliti bagi keberhasilan sebuah organisasi, karena
tentang pengaruh religiusitas dan spiritualitas pada dasarnya organisasi tidak dapat
terhadap hasil kerja atau kinerja individu. mengantisipasi seluruh perilaku dalam
Beberapa studi terbaru telah menguji organisasi hanya dengan mengandalkan
hubungan antara keyakinan religious (dan deskripsi kerja yang
spiritual) dengan Vriabel- variabel seperti : dinyatakan secara formal saja (George,
job performance (Pfeffer,J.,2002); 1990).Organizational Citizenship Behavior
organization-based self- (OCB) ditentukan oleh banyak hal artinya
1996).Religiusitas dapat digambarkan esteem tidak ada penyebab tunggal dalam OCB.
(Milliman, Czaplewski,Ferguson, 2003) dan Penelitian-penelitian sebelumnya
organizational menemukan bahwa salah satu anteseden
//7/.szraZ/o/?(Kolodinsky,Giacalone, Jurkiewi penting bagi terciptanya OCB adalah
cz.,2008) serta job commitment (Roundy, transformational leadership, LeaderMember
2009). Exchange (Netemeyer, Boles, McKee, and
Beberapa penelitian juga menguji McMurrian, 1997; MacKenzie, Podssakoff,
hubungan antara religiosity, religious and Ahearne, 1998; MacKenzie, Podssakoff,
involvement. Penelitian Saputro (2006) and Rich, 2001), Perception of Organizational
menguji pengaruh religiusitas mahasiswa Support, dan sebagainya. Beberapa penelitian
terhadap perlaku sukerela (altruis). Hasil yang telah dilakkan tersebut umumnya
penelitiannya membuktikan bahwa mahasiswa meneliti pengaruh dari luar diri individu

3
terhadap munculnya OCB pada diri karyawan. saja (George, 1996). Beberapa contoh
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pentingnya OCB dalam suatu organisasi
pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri, menurut Bolon (1997) antara lain adalah:
yaitu lima dimensi religiusitas terhadap OCB. a. Munculnya tindakan-tindakan yang
Organzational Citizenship Behaviour (OCB) ditujukan untuk melindungi organisasi
Secara konseptual, Organizational beserta asetnya;
Citizenship Behavior (OCB) didefinisikan b. Munculnya saran-saran konstruktif
sebagai perilaku individu yang dengan bebas yang ditujukan untuk perbaikan
dapat dipilih oleh individu sendiri tersebut, organisasi;
tidak berhubungan atau tidak diakui secara c. Munculnya kesediaan untuk
eksplisit dengan sistem imbalan (reward melakukan pelatihan-pelatihan pribadi
formal), tetapi secara agregat sangat yang bersifat informal yang akan
mendukung efektifitas fungsi-fungsi dalam meningkatkan tambahan tanggung
organisasi. Organ (2006) mendefinisikan OCB jawab.
sebagai perilaku individual yang bersifat bebas d. Terciptanya iklim yang baik dalam
(discretionary), yang tidak secara langsung organisasi dan dengan lingkungan
dan eksplisit mendapat penghargaan dari sekitar organisasi;
sistem imbalan formal, dan yang secara e. Munculnya aktivitas-aktivitas gotong-
keseluruhan mendorong keefektifan fungsi- royong.
fungsi organisasi. Bersifat bebas dan sukarela, Menurut Podsakoff et al. (2000), OCB
karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh dapat mempengaruhi keefektifan organisasi
persyaratan peran atau deskripsi jabatan, yang karena beberapa alasan. Pertama, OCB dapat
secara jelas dituntut berdasarkan kontrak membantu
dengan organisasi; melainkan sebagai pilihan meningkatkan produktivitas rekan kerja.
personal (Podsakoff, dkk, 2000). Kedua, OCB dapat membantu
Organizational Citizenship Behavior (OCB) meningkatkan produktivitas manajerial.
adalah perilaku yang bukan merupakan bagian Ketiga, OCB dapat membantu
dari tugas yang telah dipersyaratkan secara mengefisienkan penggunaan sumberdaya
formal bagi seorang karyawan tetapi secara organisasional untuk tujuan-tujuan produktif.
keseluruhan mendorong fungsi efektif Keempat, OCB dapat menurunkan tingkat
organisasi (Robbins, 2000). kebutuhan akan penyediaan sumberdaya
OCB ini melibatkan beberapa perilaku organisasional untuk tujuan-tujuan
meliputi perilaku menolong orang lain, pemeliharaan karyawan. Kelima, OCB dapat
menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, dijadikan sebagai dasar yang efektif untuk
patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur- aktivitas- aktivitas koordinasi antara anggota-
prosedur di tempat kerja.Perilkau- perilkau ini anggota tim dan antar kelompok-kelompok
menggambarkan “nilai tambah karyawan” dan kerja. Keenam, OCB dapat meningkatkan
merupakan salah satu bentuk perilaku kemampuan organisasi untuk mendapatkan
prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, dan mempertahankan SDM-SDM handal
konstruktif dan bermakna membantu (Aldag & dengan memberikan kesan bahwa organisasi
Resckhe, 1997). merupakan tempat bekerja yanglebih
Para pakar organisasi menyatakan menarik.Ketujuh, OCB dapat meningkatkan
pentingnya OCB bagi keberhasilan sebuah stabilitas kinerja organisasi. Dan terakhir,
organisasi, karena pada dasarnya organisasi OCB dapat meningkatkan kemampuan
tidak dapat mengantisipasi seluruh perilaku organisasi untuk beradaptasi terhadap
dalam organisasi hanya dengan mengandalkan perubahan-perubahan lingkungan bisnisnya.
deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal Dengan demikian, pentingnya OCB secara

4
praktis adalah pada kemampuannya untuk aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan
memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan
kreatifitas organisasi melalui kontribusinya dengan aktivitas yang tampak dan dapat
dalam transformasi sumber daya, inovasi, dan dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak
adaptabilitas (Organ, 1988; Podssakoff, tampak dan terjadi dalam hati seseorang.
MacKenzie; Paine, and Bacharach, 2000; Banyak pakar mendefinisikan tentang
Williams and Anderson, 1991). religiusitas, yang dirumuskan dengan bahasa
Istilah Organizational Citizenship berbeda. Salah satunya memberikan
Behavior (OCB) pertama kali diajukan oleh pengertian bahwa Religiusitas adalah
Organ yang mengemukakan lima dimensi penghayatan agama seseorang yang
primer dari OCB (Allison, dkk, 2001) : menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan
a. Altruism, yaitu perilaku membantu perilaku yang didorong oleh kekuatan
karyawan lain tanpa ada paksaan pada spiritual. Dalam pengertian lain dari
tugas-tugas yang berkaitan erat dengan religiusitas adalah intensitas
operasi-operasi organisasional; keberagamaan, yang dalam hal ini pengertian
b. Civic Virtue, menunjukkan partisipasi yang penulis maksud bahwa intensitas adalah
sukarela dan dukungan terhadap ukuran, tingkat (Kamus Besar Bahasa
fungsi-fungsi organisasi Indonesia, 1996). Religiusitas menurut
baik secara professional maupun social Suhardiyanto (2001) adalah hubungan pribadi
alamiah; dengan pribadi ilahi Yang Maha Kuasa, Maha
c. Conscinetiousness, berisi tentang Pengasih dan Maha Penyayang (Tuhan) yang
kinerja dari prasyarat peran yang berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepada
melebihi standar minimum; pribadi yang ilahi itu dengan melaksanakan
d. Courtesy, adalah perilaku meringankan kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak
problem-problem yang berkaitan dikehendaki/larangan-Nya (Suhardiyanto,
dengan pekerjaan yang dihadapi orang 2001). Aktifitas beragama yang berkaitan
lain; dengan religiousitas, bukan hanya terjadi
e. Sportmanship, berisi tentang ketika melakukan ritual (ibadah) tetapi juga
pantangan-pantangan membuat isu aktivitas lain yang didorong kekuatan batin
yang merusak meskipun merasa (Ancok, 2001). Jadi sikap religiusitas
jengkel. merupakan integrasi secara komplek antara
Religiusitas pengetahuan agama, perasaan serta tindakan
Religiusitas menurut Suhardiyanto keagamaan dalam diri seseorang.Religiusitas
(2001) adalah hubungan pribadi dengan dapat dilihat dari aktivitas beragama dalam
pribadi ilahi Yang Maha Kuasa, Maha kehidupan sehari-hari yang dilaksanakan
Pengasih dan Maha Penyayang (Tuhan) yang secara rutin dan konsisten.
berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepada Menurut Glock & Stark (1994) seperti
pribadi yang ilahi itu dengan melaksanakan ditulis oleh Djamaluddin Ancok konsep
kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak religiusitas adalah rumusan brilian.Konsep
dikehendakinya (larangannya). Keberagamaan tersebut mencoba melihat keberagamaan
atau religiusitas adalah sesuatu yang amat seseorang bukan hanya dari satu atau dua
penting dalam kehidupan dimensi, tetapi mencoba memperhatikan
manusia.Keberagamaan atau religiusitas segala dimensi. Keberagamaan dalam islam
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah
manusia. Aktivitas beragama bukan hanya ritual saja, tapi juga dalam aktivitasaktivitas
terjadi ketika seseorang melakukan perilaku lainnya. Sebagai suatu sistem yang
ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan menyeluruh, islam mendorong pemeluknya

5
untuk beragama secara menyeluruh pula. Ada ajaran agama yang dipeluknya. Ilmu yang
lima dimensi keberagamaan sesorang yang dimiliki seseorang akan
dapat diukur untuk mengetahui apakah menjadikannya lebih luas wawasan
seseorang tersebut religius atau tidak, yaitu, berfikirnya sehingga perilaku
dimensi keyakinan, dimensi praktek agama keberagamaan akan lebih terarah.
(ritual dan ketaatan), dimensi pengalaman, d. Dimensi Pengalaman; berkaitan
dimensi pengetahuan agama, dimensi dengan seberapa jauh tingkat Muslim
pengamalan atau konsekuensi. Dalam konteks dalam merasakan dan mengalami perasaan-
agama Silam sebagai agama yang dianut oleh perasaan dan pengalaman religius. Dalam
mayoritas masyarakat Indoneisa, lima dimensi Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan
tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut : dekat dengan Allah, perasaan doa-doanya
a. Dimensi Ritual; yaitu aspek yang sering terkabul, perasaan tentram bahagia
mengukur sejauh mana seseorang karena menuhankan Allah, perasaan
melakukan kewajiban ritualnya dalam bertawakkal, perasaan khusuk
agama yang dianut. Misalnya; pergi ke ketika melaksanakan sholat,
tempat ibadah, berdoa pribadi, berpuasa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan
dan lain- lain.Dimensi ritual ini merupakan atau ayat-ayat al-qur’an, perasaan syukur
perilaku keberagamaan yang berupa kepada Allah, perasaan mendapat
peribadatan yang berbentuk upacara peringatan atau pertolongan dari Allah.
keagamaan. e. Dimensi Konsekuensi; Dalam hal ini
b. Dimensi Ideologis; yang mengukur berkaitan dengan sejauh mana seseorang itu
tingkatan sejauh mana seseorang menerima mau berkomitmen dengan ajaran agamanya
hal-hal yang bersifar dogmatisdalam dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya;
agamanya. Misalnya; menerima menolong orang lain, bersikap jujur, mau
keberadaan Tuhan, malaikat dan setan, berbagi, tidak mencuri, dan lain-lain. Aspek
surga dan neraka, dan lain- lain. Dalam ini berbeda dengan aspek ritual. Aspek
konteks ajaran Islam, dimensi ideologis ini ritual lebih pada perilaku keagamaan yang
menyangkut kepercayaan seseorang bersifat penyembahan/adorasi sedangkan
terhadap kebenaranagama-agamanya. aspek komitmen lebih mengarah pada
Semua ajaran yang bermuara dari Al quran hubungan manusia tersebut dengan
dan hadits harus menjadi pedoman bagi sesamanya dalam kerangka agama yang
segala bidang kehidupan. Keberagaman dianut. Pada hakekatnya, dimensi
ditinjau dari segi ini misalnya mendarma konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek
baktikan diri terhadap masyarakat yang social. Dimensi sosial adalah menifestasi
menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar ajaran agama dalam kehidupan masyarakat,
dan amaliah lainnya dilakukan dengan meliputi semua perilaku yang didefinisikan
ikhlas berdasarkan keimanan yang tinggi. oleh agama (Rahmat, 1986:37). Ditinjau
c. Dimensi Intelektual; yaitu tentang seberapa dari dimensi ini semua aktivitas yang
jauh seseorang mengetahui, mengerti, dan berhubungan dengan kemasyarakatan
paham tentang ajaran agamanya, dan umum merupakan ibadah. Hal ini tidak
sejauh mana seseorang itu mau melakukan lepas dari
aktivitas untuk semakin menambah ajaran Islam yang menyeluruh,
pemahamannya dalam hal keagamaan yang menyangkut semua sendi kehidupan.
berkaitan dengan agamanya. Secara lebih Jadi religiusitas pada dasarnya
luas, Dimensi intelektual ini menunjukkan merupakan perbuatan seseorang yang
tingkat pemahaman seseorang terhadap berhubungan dengan masyarakat luas
doktrin-doktrin agama tentang kedalaman dalam rangka mengembangkan

6
kreativitas pengabdian (ibadah) kepada
Allah semata.
Berdasarkan lima dimensi diatas, maka
religiusitas dapat digambarkan sebagai suatu
konsistensi antara kepercayaan terhadap
agama sebagai unsur kognitif, perasaan agama
sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap
agama sebagai unsur psikomotorik. (Rahmat,
1996).

METODE ANALISIS

Populasi dan Sampel


Penelitian ini dilakukan di Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.Populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh
civitas akademika Unsoed Purwoerto yaitu,
mahasiswa, karywan dan dosen yang tersebar
di 8 fakultas dan beberapa institusi/lembaga
internal Unsoed.Metode penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan salah satu tenik non probability
sampling, yaitu dengan metode purposive
sampling.

Definisi Operasional Variabel


Pengukuran variabel dilakukan dalam
bentuk checklist. Tiap responden diminta
untuk menunjukkan persetujuan atau
ketidaksetujuannnya pada setiap pernyataan
yang diberi skala antara 1 sampai dengan 5.
Jawaban responden diukur dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 5
poin penilaian (5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3
= netral, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak
setuju).

7
Definisi Operasional untuk HASIL ANALISIS
Religiusitas dan OCB adalah sebagai berikut:
Religiusitas didefinisikan sebagai Analisis Regresi Linier Beganda
penghayatan agama seseorang yang Untuk mengetahui besarnya pengaruh
menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan Dimensi
perilaku yang didorong oleh kekuatan ReligiusitasterhadapOCBdigunakan alat
spiritual yang merupakan integrasi secara analisis Regresi linier berganda dengan
komplek antara pengetahuan agama, perasaan bantuan software SPSS 15.0 for window s
serta tindakan keagamaan dalam diri .Berikut adalah hasil analisis regresi berganda.
seseorang.Dimensi ini dijabarkan dalam
ZZitem pertanyaan.
OCB adalah kesediaan civitas akademika
Unsoed dalam melakukan dan menyelesaikan
pekerjaan; bukan hanya pekerjaan yang
menjadi tugas dan tanggungjawabnya tetapi
juga pekerjaan dan hal-hal yang sebenarnya
bukan menjadi tanggngjawabnya secara
langsung; yang dilakukan dengan sukarela,
tulus, senang hati tanpa harus diperintah dan
tidak mengharapkan reward secara langsung.
OCB diukur dengan
menggunakan instrumen pertanyaan yang
terdiri dari 5 indikator. Indikator OCB terdiri
dari 12 item pertanyaan.

Teknik Analisi Data


Kuesioner yang disebar berisi
jawaban responden atas 3 kelompok
pertanyaan yang terdiri dari identitas
responden, pernyataan mengenai variabel -
variabel penelitian dan pertanyaan terbuka
yang meminta tanggapan responden berkaitan
dengan etika islami.
Berdasarkan uji validitas dan
reliabilitas dilakukan terhadap 100 jawaban
responden seluruh item pernyataan yang
digunakan dalam kuesioner penelitian ini
valid dan reliabel, sehingga layak untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data.Uji
Asumsi Klasik dalam penelitian ini terdiri dari
Uji Normalitas, Heteroskedastisitas,
Autokorelasi dan Multikolinieritas dan
hasilnya menunukan bahwa normal tidak
terjadi Heteroskedastisitas, Autokorelasi dan
Multikolinieritas.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di 0,205. Artinya Dimensi
atas dapat dibuat persamaan regresi linier Religiusitasdipengaruhi oleh variabel OCB
Tabel: 1
Hasil Analisis Regresi berganda
Coefficients(a)
Unstandardized Standardize
Model Coefficients d t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 19,8 4,907 4,0 ,
68 , 49 - 000 ,
X1 -,537 -,235
, 342 , 1,569 1,5 120 ,
X2 ,241
564 , 358 , 73 , 119 ,
X3 ,059
108 , 254 , 424 , 673 ,
X4 ,067
X5 195 , 392 , ,373 497 3,3 620
,
857 253 90
001
a Dependent Variable: Y
berganda sebagai berikut: sebesar 20,5% sedangkan sisanya dijelaskan
Y = 19,868 - 0,573 XI + 0,564X2 +0,108X3 + oleh variabel lain yang tidak diteliti.
0,195 X4 +0,857X5+e
Secara statistik persamaan regresi tersebut Uji t
dapat dinyatakan sebagai berikut: Selanjutnya, berdasarkan tabel analisis regresi
Konstanta (a) sebesar 19,868menunjukkan berganda dapat di ketahui pengaruh Dimensi
bahwa nilai variabel XI s/d X2 sama dengan Religiusitasterhadap variabelOCB, yaitu
0, maka nilai OCBadalah sebesar 19,868. dengan melihat nilai signifikansinya. Dari
bl = - 0,573menunjukkan koefisien regresi tabel tersebut diketahui bahwa nilai sig.
negatif, artinya peningkatan dimensi ritual variabel XI s/d X4 adalah > dari 0,05. Hal ini
tidak akan membawa peningkatan terhadap berarti bahwa dimensi ritual, ideologis,
Green Behaviour. intelektual dan pengalaman tidak mempunyai
b2 = 0,564menunjukkan koefisien regresi pengaruh yang signifikan terhadap OCB pada
positif, artinya peningkatan Civitas Akademika UNSOED Purwokerto.
dimensildeologis akan membawa peningkatan Sedangkan X5 (Dimensi Konsekuensi) nilai
pula terhadap OCB sebesar 0,564satuan. sig. < 0,05. Hal ini berarti dimensi
b3 = 0,108menunjukkan koefisien regresi konsekuensi mempunyai pengaruh yang
positif, artinya peningkatan dimensi signifikan terhadap OCB pada Civitas
Intelektual akan membawa peningkatan pula Akademika UNSOED Purwokerto.
terhadap OCB sebesar 0,108satuan. b4 = Berdasarkan tabe diatas pada kolom
0,195menunjukkan koefisien regresi positif, Standardized
artinya peningkatan Coefficients dapat diketahui bahwa variabel
dimensipengalamanakan membawa yang mempunyai koefisien regresi baku
peningkatan pula terhadap OCB sebesar 0,195 (Beta) terbesar adalah X5 Dimensi
satuan. Konsekuensi yaitu sebesar 0,373, berarti X5
b5 = 0,857menunjukkan koefisien regresi mempunyai pengaruh yang paling besar
positif, artinya peningkatan terhadap OCB pada Civitas Akademika
dimensikonsekuensiakan membawa UNSOED Purwokerto.
peningkatan pula terhadap OCB sebesar Pembahasan Hasil Penlitian
0,857satuan. Hasil penelitian membuktikan
Nilai koefisien determinasi sebesar bahwaDimensi Religiusitas yaitu dimensi

9
ritual (XI), dimensi ideologis (X2), dimensi berhubungan dengan aspek Ketuhanan
intelektual (X3), dan dimensi pengalaman tersebut.
(X4)tidak berpengaruh secara signifikan Dimensi Intelektual dan Dimensi
terhadap OCB. Dimensi Ritual tidak Pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
mempunyai pengaruh yang signifikan signifikan terhadap OCB meskipun nilai rata-
terhadap OCB. Hasil jawaban responden rata pernyataan responden untuk kedua
untuk pernyataan-pernyataan dalam dimensi dimensi ini cukup tinggi, yaitu 3,88 dan 3,99.
Ritual mempunyai nilai rata-rata tinggi yaitu Pernyataan responden untuk kedua dimensi ini
4,15. Artinya responden taat dalam mempunyai nilai rata- rata terendah diantara
menjalankan perintah-perintah agama seperti dimensi lain. Jawaban responden
sholat, puasa, membayar zakat, dan mengindikasikan bahwa mereka menerima
menunaikan (berniat) untuk beribadah haji. kebenaran Islam lebih karena doktrin-doktrin
Namun dimensi ini tidak berpengaruh yang mereka peroleh dari penanaman ajaran
signifikan terhadap OCB. Hal ini karena Islam yang mereka peroleh sebelumnya,
responden berpendapat bahwa sholat, puasa, bukan dari argumen dan pemikiran logika
zakat, haji dan ritual-ritual lain merupakan yang kuat. Jawaban responden untuk
kewajiban sebagai muslim, lepas dari potensi pernyataan tentang usaha untuk menambah
kineja dalam menjalakan dan menyelesaikan pemahaman tentang agama dan menambah
pekerjaan di suatu organisasi. Dimensi Ritual pengetahuan keagamaan lewat seminar atau
nampak dalam hal-hal yang konkrit dan secara membaca buku-buku keagamaan juga relatif
langsung berhubungan dengan ritual ibadah, rendah. Hal ini menunjukkan bahwa karena
sedangkan pengaruhnya terhadap OCB lebih keengganan untuk menambah wawasan dan
mengarah pada kegiatan muamalah yang tidak pengetahuan keagamaan, maka sebagian besar
melibatkan ritual keagamaan dalam responden juga tidak memahami akan esensi
pelaksanaanya. pentingnya menyelesaikan tugas dengan suka
Dimensi Idiologis tidak mempunyai rela tanpa imbalan. Dalam pemahaman umum,
pengaruh yang signifikan terhadap OCB. asalkan pekerjaan selesai sudah beres tidak
Hasil jawaban responden untuk pernyataan- memikirkan prosesdan hasil akhirnya. Padahal
pernyataan dalam dimensi Idiologis pada kenyataannya, banyak sekali pekerjaan -
mempunyai nilai rata-rata sangat tinggi yaitu pekerjaan yang harus dikerjakan dan tidak
4,32. Artinya, responden mempunyai hars dikerjakan. Hal yang demikian banyak
keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam tidak diketahui oleh masyarakat islam sendiri,
merupakan agama yang paling benar dan karena kurangnya wawasan mengenai ilmu-
semua yang diajarkan oleh Islam adalah baik ilmu agama yang sifatnya muamalah.
dan harus menjadi pedoman dalam segala Dimensi Konsekuensi mempunyai pengaruh
bidang kehidupan. Namun dimensi ini tidak signifikan terhadap OCB. Hasil jawaban
berpengaruh signifikan terhadap keputusan responden untuk pernyataan- pernyataan
pembelian konsumen terhadap produk halal. dalam dimensi Idiologis mempunyai nilai
Hal ini karena responden berpendapat bahwa rata-rata sangat tinggi yaitu 4,12. Artinya
kebenaran Islam sudah tidak dipertanyakan keputusan para pegawai dalam melaksanakan
lagi, lepas dari keputusan mereka dalam tugasnya sesuai
menjalankan pekerjaan. Keyakinan akan
kebenaran Islam tertanam dengan sangat kuat KESIMPULAN
karena berkaitan dengan aspek Ketuhanan,
sedangkan dalam menjalankan pekerjaan, 1. Berdasarkan Uji F dan Uji t yang dilakukan
lebih dipersepsikan sebagai kegiatan dalam penelitian ini, diketahui bahwa
muamalah yang tidak secara langsung Aspek Religiusitas tidak berpengaruh

1
0
terhadap OCB. Pelajar, Yogyakarta.
2. Dintara 5 Dimensi Religiusitas yang
terdiri dari Dimensi Ritual, Dimensi Bolon, D.S. (1997), Organizational
Ideologis, Dimensi Intelektual, Dimensi citizenship behavior among hospital
Pengalaman dan Dimensi employees: a multidimensional
Konsekuensi,yang paling berpengaruh enalysis involving job satisfaction and
terhadap OCB adalah dimensi organizational commitment. Hospital
Konsekuensi. and health service administration, 42,
3. Dimensi Religiuistas dan OCB yang ada di 221-241.
Unsoed dapat dikatakan bagus, karena dari
data yang diperoleh menyebutkan bahwa Daradjat, Zakiyah,1975. Ilmu Jiwa Agama,
rata - rata presentase yang menunjukan Bulan Bintang, Jakarta.
bahwa Civitas Akademika di Unsoed
dalam bekerja berlandaskan pada agama Fauzan dan Trias Setiawati. 2005. Pengaruh
dan mau melakukan pekerjaan yang bukn Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja
mnjadi tanggungjawabnya adalah sebesar Pegawai Negeri Sipil (Pns) Alumni
74,8%. Dan Bukan Alumni Pesantren Di
Kantor Depag Kota Malang. Jurnal
Sinergi Kajian Bisnis Dan Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Edisi Khusus on Human Resources,
Allen, N. J. and J. P. Meyer. 1996. “Affective, 2005 Hal. 1-18.
continuance, and normative
commitment to the organization: An George, J. M. (1990). Personality, affect, and
examination of construct validity.” behavior in groups. Journal of Applied
Journal of Vocational Behavior, 49, Psychology, 75: 107-116.
252-276, 1996.
George, J. M. (1996). Personality, affect, and
behavior in groups. Journal of Applied
dengan prosedur dan peraturan yang ada
Psychology, 75: 107-116.
didasarkan pada konsekuensi mereka sebagai
seorang muslim. Responden mempunyai Hill, P. C. and G. S. Smith 2002.“Coming to
komitmen untuk mererapkan ajaran Islam terms spirituality and religion in the
dalam kehidupan sehari-hari diantaranya workplace.” In Giacalone, R. A. &
ketika mereka berada dalam sebuah Jurkiewicz, C. L (Eds.) Handbook of
organisasi, yang pasti mempunyai kewajiban Workplace Spirituality and
yang harus dijalankan dan harus meperhatikan Organizational Performance, M. E.
larangan - larangan dan yang pasti Sharpe, New York, NY, 2002.
menjalankan amanah sesuai dengan prosedur.
Al Rasyid, Harun, (Penyunting : Teguh Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo,
Kismantoroadji, dkk). 2001. Dasar- Jakarta, 1996.
Dasar Statistika Terapan, Program
Pascasarjana, Unpad: Bandung. Katz, D.1964. Motivational basis of
organizational behavior.Behavioral
Ancok, Jamaludin dan Fuad Anshari Suroso, Science, 9:131-146.
2001. Psikologi Islam : Solusi Islam
Atas Problema- ProblemaPsSikologi, King, J.E. and O. I. Williamson, I. O. 2005.
Pustaka “Workplace religious expression,

1
1
religiosity, and job satisfaction: Podsakoff, P.M., & MacKenzie, S.B., (1998),
clarifying a Organizational Citizenship Behavior
relationship.” Journal of And Sales Unit Effectiveness., Journal of
Management, Spirituality, and Marketing Research, 31, 351-353.
Religion, 2, 173-198, 2005.
Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Paine,
King, J. E. 2008. “(Dis)Missing the obvious.” J.B., And Bachrach, D.G. (2000),
Journal of Management Inquiry, 17, “Organizational Citizenship
214-224, 2008. Behaviors: A Critical Review of the
Kolodinsky, R. A. Giacalone, C. L. Theoretical and Empirical Literature
Jurkiewicz. “Workplace value and and Suggestions for Future Research”,
outcomes: Exploring personal, Journal of Management, 26(3), 513-63.
organizational, and
interactiveworkplace spirituality. ” Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Journal of Business Ethics, 81: 465- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
480, 2008. Pustaka, Jakarta, 1996.

Milliman, A. J. Czaplewski, J. Ferguson, J. Rahmat, Jalaludin, Islam Aletrnatif, Bandung,


“Workplace spirituality and employee Mizan, 1986.
work attitude.” Journal of
Organizational Change
Management, 16: 426-447, 2003.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian


Bidang Sosial. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Organ, D.W., & Konovsky, M. (1989),


Coognitive Vs Affective determinants
of Organizational Citizenship
Behavior, Journal of Applied
Psychology, 74: 157-164

Organ, Dennis W., et.al. (2006)


Organizational Citizenship
Behavior.Its Nature, Antecendents, and
Consequences. California: Sage
Publications, Inc.

Pfeffer, J. “Business and the spirit:


Management practices that sustain
values,” in Giacalone, R. and
Jurkiewicz, C. (Eds.), Handbook of
Workplace Spirituality and
Organizational Performance. New
York: M.E. Sharp, 29-35, 2002.

1
2
Robbins, Stephen P. 2000. Perilaku
Organisasi, Penerbit Erlangga,
Jakarta

Roundy, P.T. ‘“Every man’s work shall be


made manifest’: Religious Callings
in the Age of Organizational
Spirituality.” Submitted for
publication.

Roundy, Philip T. 2009. Work and Religion:


Artificial Dichotomy or Competing
Interests? International Journal of
Humanities and Social Sciences 3:1
2009

Saputro, Denny. 2006. Hubungan Antara


Tingkat Religiusitas Dengan
Tingkah Laku AltruisPada
Mahasiswa Yang Beragama Islam,
Skripsi (tidak di publikasikan)

Sekaran, U. (1992). Research Methods for


Business : a Skill Building Approach.
John Wiley & Sons, Inc.

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian.


1989Metode Penelitian Survai.
Jakarta PT Pustaka LP3ES.

Podsakoff, P.M., & MacKenzie, S.B.,


(1994), Organizational Citizenship
Behavior And Sales Unit
Effectiveness., Journal of Marketing
Research, 31, 351-353.

Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Paine,


J.B., And Bachrach, D.G. (2000),
“Organizational Citizenship
Behaviors: A Critical Review of the
Theoretical and Empirical Literature
and Suggestions for Future
Research”, Journal of Management,
26(3), 513-63.

You might also like