Professional Documents
Culture Documents
Dimensi Religiusitas Dan Pengaruhnya Terhadap (Studi Pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto)
Dimensi Religiusitas Dan Pengaruhnya Terhadap (Studi Pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto)
Dimensi Religiusitas Dan Pengaruhnya Terhadap (Studi Pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto)
Wahyudin, S.Ag, IVLSi^, Larisa Pradisti, SE, M.Si1)Drs. Sumarsono, M.Si1-*, Siti
Zulaikha
Wulandari, SE, M.Si1)
E-mail: zulaikhaw@ymail. com
i:i
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRACT
Religious activities are closely related to religiosity, not only occur when performing rituals
(worship), but also other activities. Thus, religiosity could predict a person's behavior at work.
Willingness to undertake voluntary workshows that people want to do things that they're no this
responsibility. Known as organizational citizenship behavior (OCB) will be very beneficial to
the organization. In order to achieve Unsoed as World Class Civic University, the support of all
parties, both academics and managers (the administration) is very important. All members of
the organization are in demand to deliver the best performance of the willingness of the people
in the organization to contribute positively, not merely in a formal job requirement, but ideally
more than formal obligations (OCB). This study aims to analyze the influence of organizational
citizenship dimensions of religiosity on behavior (OCB) and analyze the dimensions of
religiosity influence on organizational citizenship behavior (OCB) as well as knowing the
conditions and OCB Religiuistasis in Unsoed. To determine the effect of the variables the study
used multiple linear regression analysis, whereas to determine the effect of the independent
variable on the dependent variable used the elasticity test. To determine the condition of
religiosity and OCB in Unsoed used a qualitative descriptive analysis. The results prove that
the dimension of religiosity that ritual dimension (XI), the ideological dimension(X2), the
intellectual dimension(X3), and the dimensions of experience (X4) does not significantly affect
the OCB, the influence of the independent variables that most effect on OCB is the dimension of
the consequences (X5).
ABSTRAK
Aktifitas beragama yang erat berkaitan dengan religiusitas, bukan hanya terjadi ketika
melakukan ritual (ibadah) tetapi juga aktivitas lain. Dengan demikian, religiusitas dapat
memprediksi perilaku seseorang dalam bekerja. Kesediaan untuk melakukan pekerjaan sukarela
menunjukkan bahwa orang mau melakukan hal-hal yang sebetulnya bukan menjadi tanggung
jawabnya.yang dikenal dengan istilah organizational citizenship behavior(OCB) ini akan sangat
bermanfaat bagi organisasi.Dalam upaya mencapai Unsoed sebagai World Class Civic
University, dukungan seluruh pihak baik civitas academica maupun pengelola (bagian
administrasi) merupakan hal yang sangat penting. Seluruh anggota organisasi di tuntut untuk
memberikan kinerja yang terbaik yaitu kesediaan orang-orang dalam organisasi untuk
berkontribusi secara positif, tidak hanya terbatas dalam kewajiban kerja secara formal,
melainkan idealnya lebih dari kewajiban formalnya (OCB).
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pengaruh Dimensi Religiusitas terhadap
organizational citizenship behavior(OCB) dan menganalisis Dimensi Religiusitas yang paling
berpengaruh terhadap organizational citizenship behavior(OCB) serta mengetahui kondisi
Religiuistas dan OCB yang ada di Unsoed. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel penelitian
digunakan Analisis Regresi linierer berganda, sedangkanntuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yang paling besar terhadap variabel terikat digunakan Uji Elastisitas. Untuk mengetahui
kondisi religiusitas dan OCB di Unsoed digunakan analisis deskriptif kualitatif.Hasil penelitian
membuktikan bahwaDimensi Religiusitas yaitu dimensi ritual (XI), dimensi ideologis (X2),
dimensi intelektual (X3), dan dimensi pengalaman (X4)tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap OCB, pengaruh variabel bebas yang paling besar terhadap OCB adalah dimensi
konseuensi (X5).
2
melakukan ritual (ibadah) tetapi juga aktivitas yang religius akan selalu berusaha melakukan
lain yang didorong kekuatan batin (Jalaludin, perbuatan baik secara sukarela seperti
2001). Jadi, sikap religiusitas merupakan menolong orang lain atau mencintai orang
integrasi secara komplek antara pengetahuan lain. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
agama, perasaan serta tindakan keagamaan Benson (dalam Myers 1996) yang menemukan
dalam diri seseorang. Menurut R. Stark dan bahwa mahasiswa yang mempunyai komitmen
C.Y. Glock dalam Ancok (1996), religiusitas religius yang tinggi menghabiskan waktu kerja
mempunyai lima dimensi yang terdiri dari : sukarela.
a). Dimensi Ritual (syari’ah); b) Kesediaan untuk melakukan pekerjaan
Dimensi ideologis (aqidah); c) Dimensi sukarela menunjukkan bahwa orang mau
Intelektual (ilmu); d) Dimensi pengalaman melakukan hal-hal yang sebetulnya bukan
atau penghayatan (experiential) dan Dimensi menjadi tanggung jawabnya. Perilaku ini
konsekuensial (pengamalan). dalam dunia kerja akan sangat bermanfaat
Hubungan antara religiusitas dan bagi perusahaan. Karena untuk meningkatkan
pekerjaan dalam literatur barat yang sekuler efisiensi dan produktivitas organisasi
sering dianalogikan seperti “minyak dan air” akansangat bergantung pada kesediaan orang-
untuk merepresentasikan bahwa kedua hal orang dalam organisasi untuk berkontribusi
tersebut berada dalam dua domain yang tidak secara positif.Perilaku untuk bersedia
dapat bahkan atau tidak seharusnya memberikan kontribusi positif ini diharapkan
bercampur. Hill and Smith (2002) menemukan tidak hanya terbatas dalam kewajiban kerja
bukti bahwa selama dekade antara tahun 1994 secara formal, melainkan idealnya lebih dari
sampai dengan tahun 2004, persentase kewajiban formalnya. Perilaku dalam bentuk
karyawan yang mulai merasakan bahwa kerelaan untuk memberikan kontribusi yang
mereka membutuhkan pengalaman spiritual lebih dari kewajiban formal ini menurut Organ
dalam pekerjaannya semakin meningkat, dari (1989) disebut sebagai organizational
30% menjadi 78%. Karena perubahan yang citizenship behavior atau disingkat OCB. Para
dramatis ini, peneliti organisasional telah pakar organisasi menyatakan pentingnya OCB
memulai melakukan riset yang meneliti bagi keberhasilan sebuah organisasi, karena
tentang pengaruh religiusitas dan spiritualitas pada dasarnya organisasi tidak dapat
terhadap hasil kerja atau kinerja individu. mengantisipasi seluruh perilaku dalam
Beberapa studi terbaru telah menguji organisasi hanya dengan mengandalkan
hubungan antara keyakinan religious (dan deskripsi kerja yang
spiritual) dengan Vriabel- variabel seperti : dinyatakan secara formal saja (George,
job performance (Pfeffer,J.,2002); 1990).Organizational Citizenship Behavior
organization-based self- (OCB) ditentukan oleh banyak hal artinya
1996).Religiusitas dapat digambarkan esteem tidak ada penyebab tunggal dalam OCB.
(Milliman, Czaplewski,Ferguson, 2003) dan Penelitian-penelitian sebelumnya
organizational menemukan bahwa salah satu anteseden
//7/.szraZ/o/?(Kolodinsky,Giacalone, Jurkiewi penting bagi terciptanya OCB adalah
cz.,2008) serta job commitment (Roundy, transformational leadership, LeaderMember
2009). Exchange (Netemeyer, Boles, McKee, and
Beberapa penelitian juga menguji McMurrian, 1997; MacKenzie, Podssakoff,
hubungan antara religiosity, religious and Ahearne, 1998; MacKenzie, Podssakoff,
involvement. Penelitian Saputro (2006) and Rich, 2001), Perception of Organizational
menguji pengaruh religiusitas mahasiswa Support, dan sebagainya. Beberapa penelitian
terhadap perlaku sukerela (altruis). Hasil yang telah dilakkan tersebut umumnya
penelitiannya membuktikan bahwa mahasiswa meneliti pengaruh dari luar diri individu
3
terhadap munculnya OCB pada diri karyawan. saja (George, 1996). Beberapa contoh
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pentingnya OCB dalam suatu organisasi
pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri, menurut Bolon (1997) antara lain adalah:
yaitu lima dimensi religiusitas terhadap OCB. a. Munculnya tindakan-tindakan yang
Organzational Citizenship Behaviour (OCB) ditujukan untuk melindungi organisasi
Secara konseptual, Organizational beserta asetnya;
Citizenship Behavior (OCB) didefinisikan b. Munculnya saran-saran konstruktif
sebagai perilaku individu yang dengan bebas yang ditujukan untuk perbaikan
dapat dipilih oleh individu sendiri tersebut, organisasi;
tidak berhubungan atau tidak diakui secara c. Munculnya kesediaan untuk
eksplisit dengan sistem imbalan (reward melakukan pelatihan-pelatihan pribadi
formal), tetapi secara agregat sangat yang bersifat informal yang akan
mendukung efektifitas fungsi-fungsi dalam meningkatkan tambahan tanggung
organisasi. Organ (2006) mendefinisikan OCB jawab.
sebagai perilaku individual yang bersifat bebas d. Terciptanya iklim yang baik dalam
(discretionary), yang tidak secara langsung organisasi dan dengan lingkungan
dan eksplisit mendapat penghargaan dari sekitar organisasi;
sistem imbalan formal, dan yang secara e. Munculnya aktivitas-aktivitas gotong-
keseluruhan mendorong keefektifan fungsi- royong.
fungsi organisasi. Bersifat bebas dan sukarela, Menurut Podsakoff et al. (2000), OCB
karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh dapat mempengaruhi keefektifan organisasi
persyaratan peran atau deskripsi jabatan, yang karena beberapa alasan. Pertama, OCB dapat
secara jelas dituntut berdasarkan kontrak membantu
dengan organisasi; melainkan sebagai pilihan meningkatkan produktivitas rekan kerja.
personal (Podsakoff, dkk, 2000). Kedua, OCB dapat membantu
Organizational Citizenship Behavior (OCB) meningkatkan produktivitas manajerial.
adalah perilaku yang bukan merupakan bagian Ketiga, OCB dapat membantu
dari tugas yang telah dipersyaratkan secara mengefisienkan penggunaan sumberdaya
formal bagi seorang karyawan tetapi secara organisasional untuk tujuan-tujuan produktif.
keseluruhan mendorong fungsi efektif Keempat, OCB dapat menurunkan tingkat
organisasi (Robbins, 2000). kebutuhan akan penyediaan sumberdaya
OCB ini melibatkan beberapa perilaku organisasional untuk tujuan-tujuan
meliputi perilaku menolong orang lain, pemeliharaan karyawan. Kelima, OCB dapat
menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, dijadikan sebagai dasar yang efektif untuk
patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur- aktivitas- aktivitas koordinasi antara anggota-
prosedur di tempat kerja.Perilkau- perilkau ini anggota tim dan antar kelompok-kelompok
menggambarkan “nilai tambah karyawan” dan kerja. Keenam, OCB dapat meningkatkan
merupakan salah satu bentuk perilaku kemampuan organisasi untuk mendapatkan
prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, dan mempertahankan SDM-SDM handal
konstruktif dan bermakna membantu (Aldag & dengan memberikan kesan bahwa organisasi
Resckhe, 1997). merupakan tempat bekerja yanglebih
Para pakar organisasi menyatakan menarik.Ketujuh, OCB dapat meningkatkan
pentingnya OCB bagi keberhasilan sebuah stabilitas kinerja organisasi. Dan terakhir,
organisasi, karena pada dasarnya organisasi OCB dapat meningkatkan kemampuan
tidak dapat mengantisipasi seluruh perilaku organisasi untuk beradaptasi terhadap
dalam organisasi hanya dengan mengandalkan perubahan-perubahan lingkungan bisnisnya.
deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal Dengan demikian, pentingnya OCB secara
4
praktis adalah pada kemampuannya untuk aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan
memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan
kreatifitas organisasi melalui kontribusinya dengan aktivitas yang tampak dan dapat
dalam transformasi sumber daya, inovasi, dan dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak
adaptabilitas (Organ, 1988; Podssakoff, tampak dan terjadi dalam hati seseorang.
MacKenzie; Paine, and Bacharach, 2000; Banyak pakar mendefinisikan tentang
Williams and Anderson, 1991). religiusitas, yang dirumuskan dengan bahasa
Istilah Organizational Citizenship berbeda. Salah satunya memberikan
Behavior (OCB) pertama kali diajukan oleh pengertian bahwa Religiusitas adalah
Organ yang mengemukakan lima dimensi penghayatan agama seseorang yang
primer dari OCB (Allison, dkk, 2001) : menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan
a. Altruism, yaitu perilaku membantu perilaku yang didorong oleh kekuatan
karyawan lain tanpa ada paksaan pada spiritual. Dalam pengertian lain dari
tugas-tugas yang berkaitan erat dengan religiusitas adalah intensitas
operasi-operasi organisasional; keberagamaan, yang dalam hal ini pengertian
b. Civic Virtue, menunjukkan partisipasi yang penulis maksud bahwa intensitas adalah
sukarela dan dukungan terhadap ukuran, tingkat (Kamus Besar Bahasa
fungsi-fungsi organisasi Indonesia, 1996). Religiusitas menurut
baik secara professional maupun social Suhardiyanto (2001) adalah hubungan pribadi
alamiah; dengan pribadi ilahi Yang Maha Kuasa, Maha
c. Conscinetiousness, berisi tentang Pengasih dan Maha Penyayang (Tuhan) yang
kinerja dari prasyarat peran yang berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepada
melebihi standar minimum; pribadi yang ilahi itu dengan melaksanakan
d. Courtesy, adalah perilaku meringankan kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak
problem-problem yang berkaitan dikehendaki/larangan-Nya (Suhardiyanto,
dengan pekerjaan yang dihadapi orang 2001). Aktifitas beragama yang berkaitan
lain; dengan religiousitas, bukan hanya terjadi
e. Sportmanship, berisi tentang ketika melakukan ritual (ibadah) tetapi juga
pantangan-pantangan membuat isu aktivitas lain yang didorong kekuatan batin
yang merusak meskipun merasa (Ancok, 2001). Jadi sikap religiusitas
jengkel. merupakan integrasi secara komplek antara
Religiusitas pengetahuan agama, perasaan serta tindakan
Religiusitas menurut Suhardiyanto keagamaan dalam diri seseorang.Religiusitas
(2001) adalah hubungan pribadi dengan dapat dilihat dari aktivitas beragama dalam
pribadi ilahi Yang Maha Kuasa, Maha kehidupan sehari-hari yang dilaksanakan
Pengasih dan Maha Penyayang (Tuhan) yang secara rutin dan konsisten.
berkonsekuensi hasrat untuk berkenan kepada Menurut Glock & Stark (1994) seperti
pribadi yang ilahi itu dengan melaksanakan ditulis oleh Djamaluddin Ancok konsep
kehendak-Nya dan menjauhi yang tidak religiusitas adalah rumusan brilian.Konsep
dikehendakinya (larangannya). Keberagamaan tersebut mencoba melihat keberagamaan
atau religiusitas adalah sesuatu yang amat seseorang bukan hanya dari satu atau dua
penting dalam kehidupan dimensi, tetapi mencoba memperhatikan
manusia.Keberagamaan atau religiusitas segala dimensi. Keberagamaan dalam islam
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah
manusia. Aktivitas beragama bukan hanya ritual saja, tapi juga dalam aktivitasaktivitas
terjadi ketika seseorang melakukan perilaku lainnya. Sebagai suatu sistem yang
ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan menyeluruh, islam mendorong pemeluknya
5
untuk beragama secara menyeluruh pula. Ada ajaran agama yang dipeluknya. Ilmu yang
lima dimensi keberagamaan sesorang yang dimiliki seseorang akan
dapat diukur untuk mengetahui apakah menjadikannya lebih luas wawasan
seseorang tersebut religius atau tidak, yaitu, berfikirnya sehingga perilaku
dimensi keyakinan, dimensi praktek agama keberagamaan akan lebih terarah.
(ritual dan ketaatan), dimensi pengalaman, d. Dimensi Pengalaman; berkaitan
dimensi pengetahuan agama, dimensi dengan seberapa jauh tingkat Muslim
pengamalan atau konsekuensi. Dalam konteks dalam merasakan dan mengalami perasaan-
agama Silam sebagai agama yang dianut oleh perasaan dan pengalaman religius. Dalam
mayoritas masyarakat Indoneisa, lima dimensi Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan
tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut : dekat dengan Allah, perasaan doa-doanya
a. Dimensi Ritual; yaitu aspek yang sering terkabul, perasaan tentram bahagia
mengukur sejauh mana seseorang karena menuhankan Allah, perasaan
melakukan kewajiban ritualnya dalam bertawakkal, perasaan khusuk
agama yang dianut. Misalnya; pergi ke ketika melaksanakan sholat,
tempat ibadah, berdoa pribadi, berpuasa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan
dan lain- lain.Dimensi ritual ini merupakan atau ayat-ayat al-qur’an, perasaan syukur
perilaku keberagamaan yang berupa kepada Allah, perasaan mendapat
peribadatan yang berbentuk upacara peringatan atau pertolongan dari Allah.
keagamaan. e. Dimensi Konsekuensi; Dalam hal ini
b. Dimensi Ideologis; yang mengukur berkaitan dengan sejauh mana seseorang itu
tingkatan sejauh mana seseorang menerima mau berkomitmen dengan ajaran agamanya
hal-hal yang bersifar dogmatisdalam dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya;
agamanya. Misalnya; menerima menolong orang lain, bersikap jujur, mau
keberadaan Tuhan, malaikat dan setan, berbagi, tidak mencuri, dan lain-lain. Aspek
surga dan neraka, dan lain- lain. Dalam ini berbeda dengan aspek ritual. Aspek
konteks ajaran Islam, dimensi ideologis ini ritual lebih pada perilaku keagamaan yang
menyangkut kepercayaan seseorang bersifat penyembahan/adorasi sedangkan
terhadap kebenaranagama-agamanya. aspek komitmen lebih mengarah pada
Semua ajaran yang bermuara dari Al quran hubungan manusia tersebut dengan
dan hadits harus menjadi pedoman bagi sesamanya dalam kerangka agama yang
segala bidang kehidupan. Keberagaman dianut. Pada hakekatnya, dimensi
ditinjau dari segi ini misalnya mendarma konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek
baktikan diri terhadap masyarakat yang social. Dimensi sosial adalah menifestasi
menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar ajaran agama dalam kehidupan masyarakat,
dan amaliah lainnya dilakukan dengan meliputi semua perilaku yang didefinisikan
ikhlas berdasarkan keimanan yang tinggi. oleh agama (Rahmat, 1986:37). Ditinjau
c. Dimensi Intelektual; yaitu tentang seberapa dari dimensi ini semua aktivitas yang
jauh seseorang mengetahui, mengerti, dan berhubungan dengan kemasyarakatan
paham tentang ajaran agamanya, dan umum merupakan ibadah. Hal ini tidak
sejauh mana seseorang itu mau melakukan lepas dari
aktivitas untuk semakin menambah ajaran Islam yang menyeluruh,
pemahamannya dalam hal keagamaan yang menyangkut semua sendi kehidupan.
berkaitan dengan agamanya. Secara lebih Jadi religiusitas pada dasarnya
luas, Dimensi intelektual ini menunjukkan merupakan perbuatan seseorang yang
tingkat pemahaman seseorang terhadap berhubungan dengan masyarakat luas
doktrin-doktrin agama tentang kedalaman dalam rangka mengembangkan
6
kreativitas pengabdian (ibadah) kepada
Allah semata.
Berdasarkan lima dimensi diatas, maka
religiusitas dapat digambarkan sebagai suatu
konsistensi antara kepercayaan terhadap
agama sebagai unsur kognitif, perasaan agama
sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap
agama sebagai unsur psikomotorik. (Rahmat,
1996).
METODE ANALISIS
7
Definisi Operasional untuk HASIL ANALISIS
Religiusitas dan OCB adalah sebagai berikut:
Religiusitas didefinisikan sebagai Analisis Regresi Linier Beganda
penghayatan agama seseorang yang Untuk mengetahui besarnya pengaruh
menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan Dimensi
perilaku yang didorong oleh kekuatan ReligiusitasterhadapOCBdigunakan alat
spiritual yang merupakan integrasi secara analisis Regresi linier berganda dengan
komplek antara pengetahuan agama, perasaan bantuan software SPSS 15.0 for window s
serta tindakan keagamaan dalam diri .Berikut adalah hasil analisis regresi berganda.
seseorang.Dimensi ini dijabarkan dalam
ZZitem pertanyaan.
OCB adalah kesediaan civitas akademika
Unsoed dalam melakukan dan menyelesaikan
pekerjaan; bukan hanya pekerjaan yang
menjadi tugas dan tanggungjawabnya tetapi
juga pekerjaan dan hal-hal yang sebenarnya
bukan menjadi tanggngjawabnya secara
langsung; yang dilakukan dengan sukarela,
tulus, senang hati tanpa harus diperintah dan
tidak mengharapkan reward secara langsung.
OCB diukur dengan
menggunakan instrumen pertanyaan yang
terdiri dari 5 indikator. Indikator OCB terdiri
dari 12 item pertanyaan.
9
ritual (XI), dimensi ideologis (X2), dimensi berhubungan dengan aspek Ketuhanan
intelektual (X3), dan dimensi pengalaman tersebut.
(X4)tidak berpengaruh secara signifikan Dimensi Intelektual dan Dimensi
terhadap OCB. Dimensi Ritual tidak Pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
mempunyai pengaruh yang signifikan signifikan terhadap OCB meskipun nilai rata-
terhadap OCB. Hasil jawaban responden rata pernyataan responden untuk kedua
untuk pernyataan-pernyataan dalam dimensi dimensi ini cukup tinggi, yaitu 3,88 dan 3,99.
Ritual mempunyai nilai rata-rata tinggi yaitu Pernyataan responden untuk kedua dimensi ini
4,15. Artinya responden taat dalam mempunyai nilai rata- rata terendah diantara
menjalankan perintah-perintah agama seperti dimensi lain. Jawaban responden
sholat, puasa, membayar zakat, dan mengindikasikan bahwa mereka menerima
menunaikan (berniat) untuk beribadah haji. kebenaran Islam lebih karena doktrin-doktrin
Namun dimensi ini tidak berpengaruh yang mereka peroleh dari penanaman ajaran
signifikan terhadap OCB. Hal ini karena Islam yang mereka peroleh sebelumnya,
responden berpendapat bahwa sholat, puasa, bukan dari argumen dan pemikiran logika
zakat, haji dan ritual-ritual lain merupakan yang kuat. Jawaban responden untuk
kewajiban sebagai muslim, lepas dari potensi pernyataan tentang usaha untuk menambah
kineja dalam menjalakan dan menyelesaikan pemahaman tentang agama dan menambah
pekerjaan di suatu organisasi. Dimensi Ritual pengetahuan keagamaan lewat seminar atau
nampak dalam hal-hal yang konkrit dan secara membaca buku-buku keagamaan juga relatif
langsung berhubungan dengan ritual ibadah, rendah. Hal ini menunjukkan bahwa karena
sedangkan pengaruhnya terhadap OCB lebih keengganan untuk menambah wawasan dan
mengarah pada kegiatan muamalah yang tidak pengetahuan keagamaan, maka sebagian besar
melibatkan ritual keagamaan dalam responden juga tidak memahami akan esensi
pelaksanaanya. pentingnya menyelesaikan tugas dengan suka
Dimensi Idiologis tidak mempunyai rela tanpa imbalan. Dalam pemahaman umum,
pengaruh yang signifikan terhadap OCB. asalkan pekerjaan selesai sudah beres tidak
Hasil jawaban responden untuk pernyataan- memikirkan prosesdan hasil akhirnya. Padahal
pernyataan dalam dimensi Idiologis pada kenyataannya, banyak sekali pekerjaan -
mempunyai nilai rata-rata sangat tinggi yaitu pekerjaan yang harus dikerjakan dan tidak
4,32. Artinya, responden mempunyai hars dikerjakan. Hal yang demikian banyak
keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam tidak diketahui oleh masyarakat islam sendiri,
merupakan agama yang paling benar dan karena kurangnya wawasan mengenai ilmu-
semua yang diajarkan oleh Islam adalah baik ilmu agama yang sifatnya muamalah.
dan harus menjadi pedoman dalam segala Dimensi Konsekuensi mempunyai pengaruh
bidang kehidupan. Namun dimensi ini tidak signifikan terhadap OCB. Hasil jawaban
berpengaruh signifikan terhadap keputusan responden untuk pernyataan- pernyataan
pembelian konsumen terhadap produk halal. dalam dimensi Idiologis mempunyai nilai
Hal ini karena responden berpendapat bahwa rata-rata sangat tinggi yaitu 4,12. Artinya
kebenaran Islam sudah tidak dipertanyakan keputusan para pegawai dalam melaksanakan
lagi, lepas dari keputusan mereka dalam tugasnya sesuai
menjalankan pekerjaan. Keyakinan akan
kebenaran Islam tertanam dengan sangat kuat KESIMPULAN
karena berkaitan dengan aspek Ketuhanan,
sedangkan dalam menjalankan pekerjaan, 1. Berdasarkan Uji F dan Uji t yang dilakukan
lebih dipersepsikan sebagai kegiatan dalam penelitian ini, diketahui bahwa
muamalah yang tidak secara langsung Aspek Religiusitas tidak berpengaruh
1
0
terhadap OCB. Pelajar, Yogyakarta.
2. Dintara 5 Dimensi Religiusitas yang
terdiri dari Dimensi Ritual, Dimensi Bolon, D.S. (1997), Organizational
Ideologis, Dimensi Intelektual, Dimensi citizenship behavior among hospital
Pengalaman dan Dimensi employees: a multidimensional
Konsekuensi,yang paling berpengaruh enalysis involving job satisfaction and
terhadap OCB adalah dimensi organizational commitment. Hospital
Konsekuensi. and health service administration, 42,
3. Dimensi Religiuistas dan OCB yang ada di 221-241.
Unsoed dapat dikatakan bagus, karena dari
data yang diperoleh menyebutkan bahwa Daradjat, Zakiyah,1975. Ilmu Jiwa Agama,
rata - rata presentase yang menunjukan Bulan Bintang, Jakarta.
bahwa Civitas Akademika di Unsoed
dalam bekerja berlandaskan pada agama Fauzan dan Trias Setiawati. 2005. Pengaruh
dan mau melakukan pekerjaan yang bukn Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja
mnjadi tanggungjawabnya adalah sebesar Pegawai Negeri Sipil (Pns) Alumni
74,8%. Dan Bukan Alumni Pesantren Di
Kantor Depag Kota Malang. Jurnal
Sinergi Kajian Bisnis Dan Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Edisi Khusus on Human Resources,
Allen, N. J. and J. P. Meyer. 1996. “Affective, 2005 Hal. 1-18.
continuance, and normative
commitment to the organization: An George, J. M. (1990). Personality, affect, and
examination of construct validity.” behavior in groups. Journal of Applied
Journal of Vocational Behavior, 49, Psychology, 75: 107-116.
252-276, 1996.
George, J. M. (1996). Personality, affect, and
behavior in groups. Journal of Applied
dengan prosedur dan peraturan yang ada
Psychology, 75: 107-116.
didasarkan pada konsekuensi mereka sebagai
seorang muslim. Responden mempunyai Hill, P. C. and G. S. Smith 2002.“Coming to
komitmen untuk mererapkan ajaran Islam terms spirituality and religion in the
dalam kehidupan sehari-hari diantaranya workplace.” In Giacalone, R. A. &
ketika mereka berada dalam sebuah Jurkiewicz, C. L (Eds.) Handbook of
organisasi, yang pasti mempunyai kewajiban Workplace Spirituality and
yang harus dijalankan dan harus meperhatikan Organizational Performance, M. E.
larangan - larangan dan yang pasti Sharpe, New York, NY, 2002.
menjalankan amanah sesuai dengan prosedur.
Al Rasyid, Harun, (Penyunting : Teguh Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo,
Kismantoroadji, dkk). 2001. Dasar- Jakarta, 1996.
Dasar Statistika Terapan, Program
Pascasarjana, Unpad: Bandung. Katz, D.1964. Motivational basis of
organizational behavior.Behavioral
Ancok, Jamaludin dan Fuad Anshari Suroso, Science, 9:131-146.
2001. Psikologi Islam : Solusi Islam
Atas Problema- ProblemaPsSikologi, King, J.E. and O. I. Williamson, I. O. 2005.
Pustaka “Workplace religious expression,
1
1
religiosity, and job satisfaction: Podsakoff, P.M., & MacKenzie, S.B., (1998),
clarifying a Organizational Citizenship Behavior
relationship.” Journal of And Sales Unit Effectiveness., Journal of
Management, Spirituality, and Marketing Research, 31, 351-353.
Religion, 2, 173-198, 2005.
Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Paine,
King, J. E. 2008. “(Dis)Missing the obvious.” J.B., And Bachrach, D.G. (2000),
Journal of Management Inquiry, 17, “Organizational Citizenship
214-224, 2008. Behaviors: A Critical Review of the
Kolodinsky, R. A. Giacalone, C. L. Theoretical and Empirical Literature
Jurkiewicz. “Workplace value and and Suggestions for Future Research”,
outcomes: Exploring personal, Journal of Management, 26(3), 513-63.
organizational, and
interactiveworkplace spirituality. ” Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Journal of Business Ethics, 81: 465- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
480, 2008. Pustaka, Jakarta, 1996.
1
2
Robbins, Stephen P. 2000. Perilaku
Organisasi, Penerbit Erlangga,
Jakarta