Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Pewarta Indonesia: Jurnalisme Damai Dalam Pembingkaian Berita
Jurnal Pewarta Indonesia: Jurnalisme Damai Dalam Pembingkaian Berita
Jurnal Pewarta Indonesia: Jurnalisme Damai Dalam Pembingkaian Berita
Vol 2, No 2 (2020)
Sukma Alam1
1
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta 12260 - Indonesia
e-mail Korespondensi: sukma.alam@budiluhur.ac.id
DOI: https://doi.org/10.25008/jpi.v2i2.33
Submitted: 20 September 2020, Revised: 15 Oktober 2020, Published: 28 Oktober 2020
Abstract - This research examines racism cases against Papuan students in Surabaya. Papuan students
were executed by mass organizations and local residents for allegedly damaging the red and white flag.
The security forces took part in guarding the situation and were actually suspected of racist remarks about
Papuan students until the national situation was hot, especially in Papua and West Papua. Of course, the
media did not escape the incident to determine the attitude in a news. If the news does not consider
conflict resolution or make the situation worse, this is where peace journalism emerges as a forum for
peace and the end of conflict. This study aims, firstly, to find out the framing of tribunnews.com and
detik.com in news of racism cases against Papuan students and secondly to find out about peaceful
journalism in tribunnews.com and detik.com news related to racism cases against Papuan students. As a
result, frames tribunnews.com and detik.com are both putting Papuan students as victims of racism and
innocence. While the practice of peaceful journalism for tribunnews.com always tries to convey justice
for Papuan students to solve these problems. While detik.com tries to convey reconciliation that the
expression of racism concerns the Indonesian nation.
Keywords: Peaceful Journalism, Framing, Papua
Abstrak - Penelitian ini meneliti kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Mahasiswa
Papua dipersekusi oleh ormas dan warga sekitar karena diduga merusak bendera merah putih. Aparat
keamanan ikut menjaga situasi justru diduga berujar rasis terhadap mahasiswa Papua hingga situasi
nasional panas khususnya di daerah Papua dan Papua Barat. Tentu media tidak luput dari peristiwa
tersebut untuk menentukan sikap dalam sebuah berita. Jika berita tidak mempertimbangkan penyelesaian
konflik atau memperkeruh situasi menjadi panas maka di sinilah muncul jurnalisme damai (peace
journalisme) sebagai wadah perdamaian dan berakhirnya konflik. Penelitian ini bertujuan, pertaa, untuk
mengetahui framing tribunnews.com dan detik.com dalam berita kasus rasisme terhadap mahasiswa
Papua, dan kedua mengetahui jurnalisme damai dalam berita tribunnews.com dan detik.com terkait kasus
rasisme terhadap mahasiswa Papua. Hasilnya, frame tribunnews.com dan detik.com sama-sama
meletakan mahasiswa Papua sebagai korban rasisme dan tidak bersalah. Sementara praktik jurnalisme
damai bagi tribunnews.com selalu berusaha menyampaikan keadilan bagi mahasiswa Papua untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Sedangkan detik.com berusaha menyampaikan rekonsiliasi bahwa
ujaran rasisme menyangkut bangsa Indonesia.
Kata Kunci: Jurnalisme Damai, Framing, Papua
konten atau informasi kapan saja, di mana Sementara itu, menurut Paul
saja, dan memiliki sifat interaktif, serta Bradshaw dalam buku Asep Syamsul M.
memiliki aspek real time. Media online Romli ada lima prinsip dasar jurnalistik
yang berhasil adalah media yang bisa online, yaitu: (1) Keringkasan (Brevity).
memanfaatkan internet secara terus- Berita online dituntut untuk bersifat
menerus untuk melayani kebutuhan dan ringkas, untuk menyesuaikan kehidupan
keinginan khalayak (Wendratama, 2017:4). manusia dan tingkat kesibukannya yang
Media online termasuk media makin tinggi; (2) Kemampuan beradaptasi
komunikasi massa karena memiliki (Adaptability). Wartawan online dituntut
karakteristik seperti publisitas dan agar mampu menyesuaikan diri di tengah
periodisitas. Media online juga memiliki kebutuhan dan preferensi public; (3) Dapat
website, radio online, TV online, mail- dipindai (Scannability). Untuk
online dan lain-lain. Oleh karena itu, media memudahkan para audiens, situs-situs
online telah mengubah sisi jurnalisme. terkait dengan jurnalistik online hendaknya
Jurnalisme online PHUXSDNDQ ³JHQHUDVL memiliki sifat dapat dipindai, agar pembaca
EDUX´ VHWHODK MXUQDOLVWLN PHGLD FHWDN GDQ tidak perlu merasa terpaksa dalam
jurnalistik penyiaran (Romli, 2012:11). membaca informasi atau berita; (4)
Berita online selalu update, dan saling Interaktivitas (Interactivity). Komunikasi
melengkapi antara satu berita dengan berita dari publik kepada jurnalis dalam
lainnya. jurnalisme online sangat dimungkinkan
Online Journalisme harus membuat dengan adaanya akses yang semakin luas;
keputusan-keputusan mengenai format (5) Komunitas dan percakapan (Community
media yang paling tepat mengungkapkan and Conversation). Media online memiliki
sebuah kisah tertentu dan harus peran yang lebih besar dari pada media
mempertimbangkan cara-cara untuk cetak atau media konvensional lainnya,
menghubungkan kisah lainnya, arsip-arsip, yakni sebagai penjaring komunitas (Romli,
sumber-sumber dan lain-lain melalui 2012: 13).
heyperlinks (Santana, 2005:137). Tuntutan tersebut harus dijalani oleh
Menurut Iskandar, dan Rini Lestari, perusahan media, sebab media online
jurnalistik online memiliki perbedaan menawarkan berbagai konten berkualitas
dengan jurnalistik pada umumnya, sebagai dan inovatif. Menurut Wendratama,
berikut: (1) Unlimited Space. Jurnalistik jurnalisme online justru terkesan mengejar
online memungkinkan halaman tak clickers yang secara jurnalistik seringkali
terbatas. Ruang bukan masalah. Artikel dan menyajikan berita boombastis dan sensasi.
berita bisa sepanjang dan selengkap Praktik jurnalisme di Indonesia
mungkin, tanpa batas; (2) Audiance sesungguhnya masih punya banyak
Control. Jurnalistik online memungkinkan pekerjaan mendasar yang belum tuntas
pembaca lebih leluasa memilih seperti penulisan teks yang baik, efisen,
berita/informasi; (3) Non-Lienarity. Dalam terverifikasi dan sesuai piramida terbalik
jurnalistik online masing-masing berdiri yang merupakan kompetensi dasar
sendiri, sehingga pembaca tidak harus jurnalisme (Wendratama 2017: 5).
membaca secara berurutan; (4) Storage and Kecepatan memublikasi berita
Retrieval. Jurnalistik online merupakan tuntutan wartawan di era
PHPXQJNLQNDQ EHULWD ³DEDGL´ WHUVLPSDQ digital, sebab kini khalayak mengonsumsi
dan bisa diakses kembali dengan mudah informasi secara cepat. Terdapat tiga point
kapan dan di mana saja; (5) Immediacy. kecakapan jurnalis di era digital yaitu: (1)
Jurnalistik online menjadikan informasi harus mampu menggunakan berbagai alat
bisa disampingkan secara sangat cepat dan multimedia untuk mendukung
langsung (Iskandar, dan Rini Lestari, 2016: penyampaian cerita. Alat ini beragam
120-121). seperti tautan yang menambahkan fakta
terkati, lebih banyak foto, video, infografik, informasi sesungguhnya yang dibuat oleh
peta interaktif dan animasi GIF sederhana; wartawan melalui proses verifikasi dan
(2) penulisan teks media online lebih klarifikasi. Berita adalah laporan fakta atau
ringkas daripada media cetak tetapi lebih ide untuk disiarkan dan menarik perhatian
panjang dari radio dan televisi; (3) harus pembaca karena sifatnya luar biasa,
bekerja lebih cepat meskipun kecepatan penting, humor, emosional, dan penuh
bukan segalanya (Wendratama, 2017: 7). ketegangan (Yunus, 2010: 47).
Berita merupakan informasi yang Lippman (1972) mendefinisikan
dibuat oleh media. Berita haruslah sesuai berita pada satu gambar realitas yang
dengan kenyataan agar khalayak menerima dilukiskan dalam bentuk perkataan sebagai
informasi sebenarnya. Berita merupakan berikut:
mendukung arti penting suatu pesan lain yang dapat memberi citra tertentu
(Eriyanto, 2002 :306); ketika diterima khalayak. Elemen
Metafora, merupakan suatu kiasan, pengandaian merupakan pernyataan yang
ungkapan yang dimaksudkan sebagai digunakan untuk mendukung makna suatu
ornamen atau bumbu dari suatu teks. teks. Pengandaian hadir memberi
Pemakaian metafora tertentu dapat menjadi pertanyaan yang dipandang terpercaya dan
petunjuk utama untuk mengerti makna karenanya tidak perlu dipertanyakan
suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh (Sobur, 2012:79). Pendekatan framing Pan
komunikator sebagai landasan berpikir, dan Kosicki digambarkan seperti terlihat
alasan pembenar atas pendapat/gagasan pada Tabel 1:
tertentu kepada publik (Eriyanto,
2001:259); Pengandaian, adalah strategi
Membuka ruang, membuka waktu, penyebab, Tempat yang tertutup, waktu yang tertutup, sebab dan
dan hasil ada di mana-mana, juga dalam akibat dalam arena, siapa yang terlebih dahulu memicu
sejarah /kebudayaan pertikaian
Membuat konflik menjadi transparan Membuat perang menjadi samar-samar/ tersembunyi
Memberi kesempatan bersuara kepada semua -XUQDOLVPH \DQJ PHQJJXQDNDQ WHUPLQRORJL ³NLWD-
pihak, berempati, dan pengertian PHUHND´ SURSDJDQGD VXDUD XQWXN ³NLWD´
Melihat konflik atau perang sebagai persoalan, 0HOLKDW ³PHUHND´ VHEDJDL SUREOHP IRFXV SDGD VLDSD
berfokus pada kreativitas konflik yang menang dalam perang
Melihat sisi kemanusiaan dari segala sisi, dan 0HOLKDW ³PHUHND WLGDk sebagai manusia, demikian juga
sebaliknya mengecam penggunaan senjata dalam hal penggunaan senjata
Bersifat proaktif, menghindari perang atau Bersifat reaktif; menunggu terjadinya kekerasan untuk
kekerasan terjadi bisa meliput
Berfokus pada efek kekerasan yang tidak Berfokus hanya pada efek yang bisa dilihat mata
kelihatan (trauma, rasa kemenangan, (korban yang tewas, terluka, dan mengalami kerusakan
kerusakan pada struktur dan budaya material)
masyarakat)
II. Orientasi pada kebenaran II. Orientasi pada proraganda
Berkonsentrasi pada hal yang tidak benar Mengkonsentrasikan pada hal yang tidak benar dari
dalam segala sisi/membongkar semua ³PHUHND´ PHPEDQWX PHQFLSWDNDQ NHSDOVXDQ ³NLWD´
kepalsuan DWDX NHERKRQJDQ ³NLWD´
III. Orientasi pada masyarakat III. Orientasi pada elite
Berfokus pada kesengsaraan bersama : pada %HUIRNXV SDGD SHQGHULWDDQ ³NLWD´ KDQ\D PHPEHOD
wanita, anak-anak, memberikan suara kepada kepentingan elite laki-laki, menjadi corong suara elite
mereka yang tak mampu berbicara
Menyebutkan mereka yang menjadi penyebab Menyebut nama pembuat penderitaan
penderitaan
Berfokus pada mereka yang merintis Menyebut nama untuk memfokuskan pada elite perintis
perdamaian perdamaian
IV. Orientasi pada penyelesaian IV. Orientasi pada kemenangan
Perdamaian=tanpa kekerasan+kreativitas Perdamaian=kemenangan+gencatan senjata
Menggarisbawahi inisiatif perdamaian, dan Menyembunyikan inisiatif perdamaian sebelum
juga menghindari terjadinya perang berikut kemenangan diraih
Berfokus pada struktur, kebudayaan, dan Berfokus pada perjanjian, pada institusi, dan
masyarakat yang damai masyarakat yang telah dikontrol
Hasilnya, resolusi, rekonstruksi, rekonsiliasi Pergi untuk mencari perang yang lain, dan kembali jika
konflik lama muncul kembali
Sumber: McGoldrick & Lynch, 2001: 23-26
peristiwa rasisme terhadap mahasiswa Papua". Hanya satu teks berita yang
Papua, karena Papua merupakan bagian berbeda dengan dengan menyebutkan
dari NKRI yang harus dirangkul bersama- masyarakat Surabaya meminta maaf.
sama bukan untuk main hakim sendiri. Unsur who merupakan narasumber
Papua diposisikan sebagai pihak yang tidak dalam berita tribunnews.com adalah dari
disalahkan. Tribunnews.com memberikan pihak perwakilan Papua (mahasiswa Papua
informasi banyak pada kasus rasisme dan tokoh Papua) ada dua teks berita, Wali
mahasiswa Papua merupakan pelanggaran Kota Surabaya Tri Rismaharini (perwakilan
HAM. masyarakat Surabaya) ada satu teks berita,
Pengutipan sumber berita dari dan pihak aktivis Kontras, Yani Andriyani
tribunnews.com memilih sumber berita, satu teks berita. Untuk menjawab why,
Ketua Umum DPP GAMKI, Willem tribunnews.com menyoroti kasus rasisme
Wandik dan Tokoh Papua, dr. Rosaline terhadap mahasiswa Papua yang
Irene Rumaseuw, M. Kes untuk seharusnya aparat keamanan tidak
memberikan pandangan khalayak bahwa bertindak represif. Bahkan tribunnews.com
kasus rasisme mahasiswa Papua harus dalam satu teks beritanya menyebutkan jika
diselesaikan secara damai. Untuk penyelesaian kasus tersebut masih dengan
membangun objektivitas tribunnews.com cara represif maka masalah Papua tidak
memilih Wali Kota Surabaya Tri dapat diselesaikan.
Rismaharini, dan aktivis Kontras, Yani Unsur how dalam berita
Andriyani dan komisioner Komnas HAM. tribunnews.com mengingatkan kepada
Penutup berita dalam berita khalayak bahwa Papua bukan anak tiri dari
tribunnews.com cenderung keras. Pertama, Indonesia dan Papua harus diperlakukan
Papua harus diperlakukan sama dan tidak sama dimata hukum. Sebab kasus tersebut
ada perbedaan. Kedua, mengusut kasus telah melukai masyarakat Papua. Karena
rasisme mahasiswa Papua dengan itu, tribunnews.com juga meminta agar
persuasif. "Warga Papua dimanapun berada kasus rasisme terhadap Papua harus diusut
perlu mendapatkan perlakuan dan secara hukum dan publik mengawasi. Hal
perlindungan hukum yang sama" dan ini dipertegas dengan memilih narasumber
"mendorong kepolisian untuk membuka Koordinator Kontras, Yani Andriyani.
ruang dialog dan pendekatan persuasif Tribunnews.com memberikan makna
untuk menyelesaikan masalah tersebut". tersurat apabila kasus Papua tidak
Penggunaan kalimat pada diselesaikan maka bisa terjadinya konflik
tribunnews.com menunjukan suara publik. besar.
Kasus rasisme mahasiswa Papua tidak Cara Wartawan Menuliskan Fakta
dibenarkan dan harus diusut secara hukum. (Tematik). Dalam penulisan berita, media
Selain itu tribunnews.com menegaskan, mempunyai tema tertentu yang akan
Papua merupakan bagian dari NKRI. dipublikasikan kepada khalayak. Beberapa
elemen tematik yaitu koherensi: antarkata dan
Positioning tribunnews.com jelas berpihak
proposisi atau kalimat.
pada mahasiswa Papua sebagai korban. Hal
Dari empat berita yang dianalisis,
ini merupakan strategi tribunnews.com
tribunnews.com menempatkan mahasiswa
agar berita yang dipublikasikan dibaca
Papua sebagai korban rasisme.
khalayak, sehingga iklan akan datang.
Permasalahan yang melibatkan mahasiswa
Cara Wartawan Mengisahkan Fakta
Papua di Surabaya pernah terjadi pada
(Skrip). Dari empat teks berita,
Agustus 2018, bentrok antara mahasiswa
tribunnews.com menempatkan mahasiswa
Papua dengan ormas lantaran tidak
Papua sebagai unsur what. Tiga teks berita
memasang bendera merah putih di asrama
menyebutkan "tidak main hakim sendiri",
mahasiswa Papua di Surabaya. Mahasiswa
"intimidasi ke mahasiswa Papua", dan
Papua menjadi korban persekusi dan main
"aparat tidak represif terhadap mahasiswa
hakim sendiri oleh ormas dan warga
setempat. Mahasiswa Papua selalu (1) "Oknum"; (2) "Diusut tuntas"; (3)
dicurigai tidak nasionalis dan melakukan "Aparat keamanan diduga rasis".
pertemuan selalu tertutup bahkan dianggap Perspektif ini memperkuat makna
sparatis. Intimidasi itu yang disudutkan ke pada headline, aparat keamanan cenderung
mahasiswa Papua. dipojokan. Latar informasi yang dipilih
Cara Wartawan Menekankan Fakta detik.com mengarah kepada pelaku rasisme
(Retoris). Struktur retoris merupakan terhadap mahasiswa Papua yakni aparat
penggunaan wartawan dalam menekankan keamanan yang harus disalahkan dan
peristiwa dengan penonjolan kata, kalimat ditindak hukum. Detik.com lebih banyak
dan gambar. Inti dari retoris adalah wacana memberikan infromasi siapa dalang di balik
teks berita menggambarkan pilihan gaya peristiwa rasisme terhadap mahasiswa
atau kata yang dibuat oleh wartawan. Papua. Bahkan tiga beritanya disebutkan
Peristiwa rasisme terhadap pelaku merupakan oknum dari ormas dan
mahasiswa Papua menyita perhatian TNI. Detik.com menggiring khalayak
masyarakat luas. Bahkan Gubernur Papua untuk mendesak pemerintah dan polisi
Lukas Enembe, tokoh Papua, dan aktivis mengungkapkan pelaku rasisme ke publik.
HAM mengutuk keras peristiwa tersebut. Sumber berita yang dipilih detik.com
Permasalahan ini menyangkut harga diri yaitu, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat
dan martabat orang Papua maka Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi
penyelesaian konflik tersebut tidak bisa untuk meminta polisi mengusut tuntas
diselesaikan dengan kata "maaf". kasus rasisme dan mengungkapkan siapa
Pemerintah dan tokoh masyarakat aktor di balik peristiwa tersebut. Hal ini
Papua duduk bersama membicarakan masa juga dipertegas oleh Kepala Staf Presiden,
depan mahasiswa Papua agar mendapatkan Moeldoko bahwa peristiwa rasisme ini
perlindungan hukum yang sama. Di sisi harus dihukum tanpa pandang bulu. Namun
lain, penanganan terhadap mahasiswa untuk membuat suasana redam detik.com
Papua tidak perlu dengan cara represif. memilih narasumber Mahasiswa Papua,
Pihak aparat keamanan harus melakukan Faniz Pamius Wenda dan Wakil Ketua
pendekatan dialog dan persuasif dalam DPR RI Fadli Zon.
menyelesaikan masalah Papua. Penutup berita merupakan bagian dari
perangkat sintaksis. Terlihat dari empat
2. Framing Detik.com berita, detik.com berpihak pada mahasiswa
Cara Wartawan Menyusun fakta Papua. Keberpihakan ini dipertegas bahwa
(Sintaksis). Dalam empat berita terkait kebebasan pendapat, berkumpul dan
kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua bersuara harus diutamakan agar kejadian
yang menjadi objek penelitian ini, tersebut tidak terulang kembali. Di sisi lain
detik.com menonjolkan headline, sebagai detik.com juga mendesak pemerintah dan
berikut: (1) ³6HVDONDQ .DWD-NDWD 5DVLV´; (2) polisi untuk mengungkapkan dalang
³5DVLV ,WX 0HQ\DNLWNDQ´; (3) ³8VXW 7XQWDV rasisme yang merupakan oknum apart
5DVLVPH´; (4) ³7LQGDN $SDUDW 5DVLV´. keamanan.
Pemilihan kosakata atau kalimat Pertanyaannya, mengapa berita
memberikan gambaran bahwa bagaimana detik.com menyudutkan dan menyalahkan
wartawan memaknai peristiwa rasisme aparat kemananan diduga pelaku rasisme
terhadap mahasiswa Papua pada 16 terhadap mahasiswa Papua? Penggunaan
Agustus 2019 lalu. kalimat yang digunakan detik.com
Sementara itu lead yang digunakan mengajak khalayak agar kasus rasisme ini
detik.com cenderung memberikan sudut harus dikawal dan tidak boleh diintervensi
pandang bahwa atau perspektif terhadap oleh siapapun. Posisi detik.com ini jelas
khalayak bahwa pelaku rasisme adalah berpihak kepada mahasiswa Papua sebagai
ormas dan oknum aparat keamanan, yakni: korban rasisme. Detik.com melihat bahwa
isu rasisme ini bisa merubah situasi menjadi ini apa yang dilakukan mahasiswa Papua
panas bahkan memunculkan konflik dan seperti berkumpul, berekspresi dan
kerusuhan yang akibatnya stabilitas berpendapat dicurigai sebagai bentuk
keamanan terganggu. Dikhawatirkan bila separatis. Ironis, Indonesia sebagai negara
kasus rasisme ini tidak diselesaikan maka berdemokrasi seharusnya mahasiswa Papua
masyarakat Papua tidak percaya lagi mendapatkan perlindungan. Oleh karena
terhadap pemerintah dan aparat keamanan. itu, detik.com mendesak ke pemerintah dan
Apalagi banyak masyarakat Papua ingin kepolisian untuk menyelesaikan masalah
"refrendum" dan memisahkan diri bagian tersebut dan mengungkap pelaku rasis ke
NKRI. Detik.com tahu betul bahwa isu publik.
rasisme ini sangat sensitif. Cara Wartawan Menuliskan Fakta
Dengan demikian, bargaining (Tematik). Dalam penulisan berita, media
detik.com sangat tepat bersama publik mempunyai tema tertentu yang akan
membela Papua. Jika tidak mengikuti arus dipublikasikan kepada khalayak. Beberapa
besar publik bisa dipastikan pembaca elemen tematik yaitu koherensi: antarkata
detik.com akan ditinggalkan. Dari dan proposisi atau kalimat.
perspektif bisnis media tidak baik. Strategi Dari empat berita yang telah dianalisi
detik.com menggarap isu rasisme sangat menunjukan bahwa detik.com
cerdas, di satu sisi tidak membuat situasi menempatkan mahasiswa Papua sebagai
menjadi panas, sisi lain mengikuti arah korban rasisme. Sejak peristiwa rasis
pembaca khalayak. tersebut detik.com dalam teks beritanya
Cara Wartawan Mengisahkan Fakta berpihak kepada mahasiswa Papua. Selama
(Skrip). Sturktur skrip merupakan cara ini beberapa kasus menelan korban jiwa
wartawan mengisahkan fakta. Dalam empat bagi orang Papua. Namun tidak ada
teks berita detik.com, mahasiswa Papua kejelasan penindakannya. Di antaranya
ditempatkan sebagai unsur what. Dari pelanggaran HAM, kekerasan dan
empat teks berita detik.com menyebutkan diskriminasi yang membuat orang Papua
"penyerangan mahasiswa Papua", "oknum merasa hukum di Indonesia masih tebang
lontarkan rasis ke mahasiswa Papua", "rasis pilih. Akibatnya, masyarakat Papua
dan diskriminatif terhadap mahasiswa menjadi distrust terhadap pemerintah
Papua" dan "aparat keamanan diduga rasis Indonesia dan aparat keamanan
ke mahasiswa Papua". (https://nasional.kompas.com/read/2019/0
Unsur who atau pemilihan 9/07/06412371/lipi-pelanggaran-ham-di-
narasumber yang dipilih oleh detik.com papua-harus-berujung-pada-pengadilan-
yaitu Mahasiswa Papua, Faniz Pamius dan?page=all).
Wenda, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, Ketidakadilan inilah patut diketahui
Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara publik Indonesia bahwa Papua masih
(AMAN), Rukka Sombolinggi dan Kepala memiliki problem yang belum
Staf Presiden, Moeldoko. Dalam pemilihan terselesaikan. Bukan tidak mungkin bila
narasumber detik.com mengedepankan terjadi masalah maka Papua akan berjuang
objektivitas. Sementara why, detik.com untuk "referendum". Terakhir peristiwa
menyoroti siapa pelaku di balik peristiwa rasisme terhadap mahasiswa Papua menjadi
rasisme terhadap mahasiswa Papua. tantangan bagi pemerintah pusat dan
Bahkan di salah satu berita detik.com kepolisian untuk menyelesaikan masalah
menyebutkan pelaku rasis merupakan tersebut.
aparat keamanan. Cara Wartawan Menekankan Fakta
Unsur how, detik.com menyoroti (Retoris). Struktur retoris merupakan
dampak peristiwa rasisme terhadap penggunaan wartawan dalam menenkankan
mahasiswa Papua sangat berbahaya bagi peristiwa dengan penonjolan kata, kalimat
stabilitas keamanan nasional. Sebab selama dan gambar. Inti dari retoris adalah wacana
Berkaitan dengan berita tentang kasus Orientasi berita juga mengarah kepada
rasisme terhadap mahasiswa Papua, secara pelaku rasisme.
umum detik.com belum menerapkan Detik.com secara terang
konsep jurnalisme damai. Detik.com memberitahukan bahwa pelaku merupakan
cenderung mengedepankan rasa emosional oknum aparat keamanan. Karakteritik
yakni empati. Artinya, detik.com jurnalisme damai oleh detik.com
memberikan pandangan kepada pembaca menampilkan apa adanya aktor-aktor yang
dan masyarakat bahwa kasus rasisme terlibat dalam kasus rasisme sampai
terhadap mahasiswa Papua merupakan memaparkan nasib masa depan mahasiswa,
peristiwa yang menyedihkan, tidak patut social gap dan akar masalahnya. Artinya,
ditiru dan memukul seluruh bangsa detik.com ingin kasus rasisme terhadap
Indonesia. Detik.com telah memberitakan mahasiswa Papua diakhiri dengan selesai.
apa adanya dengan memperingati dari
pihak pemerintah, polisi dan TNI bahwa Kesimpulan
kasus rasisme harus ditangani dengan serius Analisis framing, tribunnews.com
agar tidak terulang kembali. meletakan mahasiswa Papua sebagai
Detik.com memandang kasus rasisme korban rasisme. Mahasiswa Papua
terhadap mahasiswa Papua bukan sebagai dibingkai tribunnews.com sebagai korban
konflik antarsuku. Namun, detik.com main hakim sendiri dan diintimidasi. Hal ini
menyoroti kasus rasisme bisa berdampak mengarahkan pandangan khalayak untuk
besar bahkan berpotensi konflik antarsuku. merasakan empati mahasiswa Papua.
Detik.com menekankan kasus rasisme ini Karena posisi mahasiswa Papua sebagai
merupakan kasus kriminal dengan korban maka harus dibela.
menyebut "oknum". Tribunnews.com menyudutkan aparat
Dalam Kamus Besar Bahasa keamanan yang bertindak represif dalam
Indonesia, oknum artinya seorang atau mengamankan mahasiswa Papua.
perorangan, berarti tidak ada kaitannya Tribunnews.com juga memberi penekanan,
dengan kelompok warga atau instansi kepolisian lebih persuasif dan membuka
tertentu. Hal ini agar situasi tidak panas dan ruang dialog dalam menyelesaikan kasus
pembaca semakin rasional melihat kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua.
tersebut. Misalnya kasus rasisme ini Sementara itu detik.com meletakan
merupakan konflik suku, tidak menutup mahasiswa Papua sebagai korban. Dari
kemungkinan terjadi perpecahan antaranak pemilihan diksi, detik.com tampak lebih
bangsa Indonesia. Maka fokus dan angle berani dalam membela mahasiswa Papua
detik.com mengarah peristiwa kriminal. seperti ditemukan pada diksi ³6HVDONDQ
Sesuai dengan analisis framing, Kata-kata Rasis, Rasis Itu Menyakitkan,
detik.com berusaha menampilkan Usut Tuntas Rasisme dan Tindak Aparat
rekonsiliasi bagi bangsa Indonesia bahwa 5DVLV´
ujaran rasisme membuat mahasiswa Papua Bahkan detik.com dengan tegas
di seluruh Indonesia merasa tidak nyaman. menyebut pelaku rasisme merupakan