Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 12
MATER + EJAAN BAHASA INDONESIA, ‘TATA KALIMAT, ‘TATA MAKNA, KOSAKATA ANN. Ejaan adalah keseluruhan peraturan yang menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan interrelasi antara lambang-lambang itu dalam suatu bahasa. Dalam sistem ejaan, suatu bahasa ditetapkan: a. Cara fonem dilambangkan dengan huruf. b. Cara satuan-satuan morfologis, seperti kata dasar, kata ulang, kata ber-imbuhan, dan kata majemuk dituliskan. ©. Cara menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat. d. Cara pemakaian tanda baca. Penggunaan huruf, penulisan kata, dan Penggunaan tanda baca tidak boleh diabaikan karena akan mengakibatkan perbedaan makna. a. Pemenggalan Suku Kata Pemenggalan suku kata digunakan jika kata terpisah oleh pergantian baris. Cara pemenggalan adalah sebagai berikut: 1, Jika ada dua vokal berurutan di tengah kata, pemenggalan dilakukan antara vokal pertama dengan vokal kedua, misalnya ma-in, fa-ut 2. Huruf diftong tidak boleh dipenggal, misalkan sau-da-ra, au-la. 3. Jika ada satu konsonan di tengah kata, Pemenggalannya dilakukan _sebelum konsonan, misalnya: a-da, na-da. 4, Jika terdapat dua konsonan di tengah kata, pemenggalannya dilakukan antara konsonan pertama dengan konsonan kedua, misalnya cap-lok, in-struk-si. 5. _Jika terdapat tiga konsonan atau lebih di tengah kata, pemenggalannya dilakukan setelah konsonan yang _pertama; misalnya sastra —> sas-tra, infra > in-fra 1; ES BAHASA INDONESIA 6. Imbuhan termasuk morfonemiknya dipenggal sebagai satu kesatuan, misalnya pedajar- an, trans-mi-g-re-si 7. Kata yang terdiri atas dua unsur dipenggal atas unsur-unsurnya, misalnya kilo-gram, bi-o-gra-f. Catatan: Dalam pergantian baris akhiran (-/) dan suku kata yang terdiri atas satu vokal, tidak boleh dipisahkan, misalnya meng-a-lami, a- kan, itu. Penulisan Huruf Kapital Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama: 1. Pada awal kalimat. 2, Pada awal petikan langsung. 3. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama tahun dan kitab suci termasuk kata ganti untuk tuhan. 4, Nama gelar kehormatan, keagamaan, dan keturunan yang diikuti nama orang, 5. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instasi, dan nama tempat. Unsur nama orang Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. 9. Nama geografi. Jika nama geografi digunakan sebagai nama jenis, nama geografi tersebut ditulis dengan huruf 2x kecil 10. Unsur nama negara, lambang pemerintahan, serta nama dokumen resmi 11, Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang dipakai sebagai nama badan, lembaga pemerintah, serta nama dokumen resmi. 12. Semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan, kecuali kata tugas. 13. Unsur singkatan nama orang, gelar, dan sapaan. 14. Kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan dan pengacuan. Penulisan Huruf Miring Huruf miring adalah huruf yang dicetak miring ada tulisan tangan atau ketikan. Huruf miring dipakai: 1. Untuk penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. 2. Untuk —menegaskan atau meng- khususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata. 3. Untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya, Penulisan Kata 1. Kata dasar Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. 2. Kata turunan + Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya. + Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, imbuhan ditulis serangkai dengan kata mengikuti atau mendahuluinya. + Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dengan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan itu harus ditulis serangkai, + Jika salah satu satu unsur gabungan hanya dipakai_ dalam —_kombinasi, gabungan kata itu harus ditulis serangkai. Catatan: 1) Jika bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital di antara kedua unsur ditulis tanda hubung. 2) Bentuk terikat (maha-) ditulis terpisah jika diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, misalnya Maha Esa dan Maha Pengasih. 3. Bentuk ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. 4. Gabungan kata + Gabungan kata yang belum mendapat afiks (imbuhan) ditulis terpisah. + Gabungan kata yang mendapat prefiks (awatan) saja atau sufiks (akhiran) saja ditulis terpisah, awalannya dirangkaikan di kata pertama, sedangkan akhirannya dirangkaikan dengan kata kedua. + Kata gabung yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai + Gabungan kata yang mungkin dapat menimbulkan salah arti dapat ditulis dengan menggunakan tanda hubung. + Gabungan kata berikut ditulis serangkai, seperti acapkali, adakalanya, bilamana, bismilah, bumiputra, kilometer, daripada, dukacita, halalbihalal, _hulubalang, kacamata, kasatmata, _keretabahasa, ‘manakala, manasuka, matahari, olahraga, peribahasa, puspawarna, _radioaktit, ‘saputangan, sediakala, segitiga, sukacita, sukarela, syahbandar, timangsa. + Klitik ku), (mu), dan (-nya) ditulis serangkai + Kata depan ditulis terpisah. + Kata sandang si dan sang ditulis terpisah. + Partikel (lah), (-kah), dan (-tah) ditulis, serangkai. + Partikel per ditulis terpisah jika berarti mulai, demi, dan setiap. Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik bahasa daeran maupun dari bahasa asing seperti bahasa Sanskerta, bahasa ‘Arab, bahasa Portugis, bahasa Belanda atau bahasa Inggrs. Berdasarkan taraf _integrasinya, —unsur pinjaman bahasa dalam bahasa indonesia, dapat dibagi atas dua golongan_besar. Pertama, unsur pinjaman yang _belum sepenuhnya terserap ke dalam Bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttlecock, 1’ exploitation de! ‘homme par I' homme. Unsur- unsur pinjaman yang pengucapannya dan penulisannya disesualkan dengan kaidah Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperunya sehingga bentuk Indonesia-nya masin dapat diperbandingkan dengan bentuk asalnya. // ze, 7) f. Pemakaian Tanda Baca 1 3 AN. Tanda titik (.) digunakan: Pada akhir kalimat yang bukan pemyataan atau seruan. Dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, intisar, atau daftar. Untuk memisahkan angka jam, menit, detik, yang menunjukkan waktu, atau jangka waktu. Di antara nama penulis, judul karangan yang tidak berakhir dengan tanda tanya, tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Untuk memisahkan bilangan ribuan, atau kelipatannya, tetapi tidak dipakai jika tidak ‘menunjukkan jumlah. Tanda titi tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi, tabel, di belakang alat pengirim, dan tanggal surat atau penerima surat. Tanda koma (,) digunakan: Di antara unsur-unsur suatu perincian atau pembilangan Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata, seperti tetapi atau ‘melainkan. Untuk memisahkan anak kalimat dariinduk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Namun, tanda baca () tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi kalimatnya. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di datamnya: oleh Karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu. Untuk memisahkan kata seru, seperti: 0, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat Di antara: (nama dan alamat (i) bagian-bagian alamat (ii) tempat dan tanggal (iv) nama dan tempat wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam penulisan daftar pustaka. Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga. Di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Untuk mengapit keterangan_tambahan yang sifatnya tidak membatasi (nat juga pemakaian tanda pisah). Untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Namun, tanda baca (,) tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang diakhiri dengan tanda baca tanya atau tanda seru Tanda titik koma (:) digunakan: Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Tanda titi dua (:) digunakan Pada akhir suatu pemyataan lengkap yang diikuti suatu pemberian atau rangkaian. Sesudah kata atau ungkapan yang memeriukan suatu pemerian Dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku. Di antara ()Jilid atau nomor dan halaman. (ii) Bab dan ayat dalam kitab suci. (ii) Judul suatu karangan. (iv) Nama kota dan penerbit buku acuan. Tanda hubung (-) digunakan: Untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris. Untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya. Untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Untuk memperjelas: (). Hubungan kata dengan ungkapan. (ii) Penghilang bagian kelompok kata. Untuk merangkaikan: () (e+) dengan kata berikutnya yang mulai dengan huruf Kapital (i) (ke-) dengan angka. (ii) Angka dengan al n (-an), (Wv) Singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. (v)_Jabatan rangkap. Untuk merangkaikan unsur_ bahasa Indonesia dengan unsur asing. AN, A. FRASA (KELOMPOK KATA) Frasa atau kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang ~membentuk satu kesatuan, tetapi tidak membentuk Subjek-Predikat dan tidak membentuk makna baru. Bentuk baru itu tidak menimbulkan makna yang berbeda dengan makna kata sebelumnya. Misalnya, dalam frasa buku saya, artinya tetap, yaitu buku milk saya. Berbeda dengan mata majemuk yang dapat menimbulkan makna baru, misalnya rumah sakit bukan bermakna rumah yang sakit. a. Macam-Macam Frasa 1. Frasa nominal, yaitu frasa yang berintikan kata benda, misalnya rumah baru (inti atau yang diterangkan adalah rumah). Frasa verba, yaitu frasa yang berintikan kata kerja, misalnya sudah pergi (berintikan kata kerja pergi) Frasa adjektiva, yaitu frasa yang berintikan kata sifat, misalnya sangat baik (berintikan kata sifat baik). Frasa adverbia, yaitu frasa yang tidak mempunyai inti, frasa ini hanyalah gabungan dua kata keterangan atau lebih, misalnya sudah akan dan hampir tidak. Frasa preposisional, yaitu frasa yang didahului_ kata depan dan frasa ini juga tidak mempunyai int Frasa numeral (bilangan), misalnya lima kod b. Frasa Berdasarkan Tipe Strukturnya 1. Frasa endosentris, yaitu frasa yang salah satu unsur atau kedua unsumya menjadi inti frasa itu. Frasa endosentris dibagi menjadi tiga, yaitu: Frasa_ endosentris yang subordinatif apabila salah satu unsumya sebagai inti dan unsur lainnya sebagai keterangan. Misalnya: harga pasar —_beberapa guru > MM M D di D = diterangkan = inti M-= menerangkan = penjelas Mayoritas frasa dalam bahasa Indonesia berpola (D-M). Frasa yang berpola (M-D) sangat sedikit. + Frasa endosentris yang koordinatif apabila semua unsur frasa itu dapat beriaku sebagai inti, misalnya suami istri, baik buruknya, sawah ladang, meja kursi. Frasa setara dapat disisipi konjungsi dan, ‘atau, maupun tanpa mengubah makna. + Frasa endosentris yang apositif apabila salah satu unsumya sebagai keterangan, tetapi keterangan itu dapat _mengganti kedudukan yang —_diterangkannya, misalnya Pak Ahmad, guru baru di sekolah kami, melambaikan tangannya. Frasa guru baru di sekolah kami dalam kalimat tersebut berfungsi menjelaskan Pak Ahmad. 2. Frasa eksosentris, yaitu frasa yang un- sur- unsumya tidak menjadi inti frasa itu Frasa eksosentris dibagi empat, yaitu: + Frasa eksosentris yang efektif adalah frasa yang menunjukan arah, misalnya di sekolah, kepada _peminta-minta, dari pasar. Eksosentris _preposisional mengandung preposisi/kata depan. + Frasa eksosentris yang objektif adalah frasa yang salah satu unsurnya sebagai objek, misalnya melambaikan tangan + Frasa eksosentris predikatif, misalnya ‘saya membeli. + Frasa_eksosentris konjungtif, misalnya karena sakit Pola Pembentuk Frasa Pola pembentukan frasa sebagai berikut. 1. Kata benda + kata benda, misalnya rumah beton dan kapal layar 2. Kata benda + kata kerja, misalnya kapal terbang dan baju renang 3. Kata benda + kata sifat, misalnya baju kotor dan kitab suci 4. Kata kerja + kata benda, misalnya pulang kampung dan mandi madu 5. Kata keterangan + kata sifat, misalnya sangat indah dan amat kuat KLAUSA Klausa adalah suatu konstruksi yang dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional yang menurut // A, 7° tata bahasa tradisional dikenal sebagai Subjek dan Predikat. Klausa ini merupakan bagian dari kalimat yang luas atau kalimat majemuk. Klausa terdiri atas dua macam yang dijelaskan sebagai berikut. a. Klausa Utama/induk Kalimat Klausa yang dapat berdiri sebagai kalimat. Cirinya Klausa utama tidak boleh didahului konjungsi, misalnya’ Bapak membaca koran ketika ibu memasak di dapur. Bapak membaca koran (klausa__induk), sedangkan ibu memasak di dapur (klausa anak). b. Klausa Bawahan/Anak Kalimat Klausa yang tidak dapat berdiri sebagai kalimat. Cirinya didahului oleh konjungsi, misalnya Saya datang ketika la tidur. Klausa ketika /a tidur dalam kalimat itu, tidak dapat berdiri sendir Cc. KALIMAT Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, serta diakhiri oleh infonasi selesai. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf Kapital dan diakhiri dengan tanda titk (.), tanda tanya (?), atau tanda seru Menurut abli tata bahasa tradisional, kalimat adalah satuan kumpulan kata yang mengandung pengertian yang lengkap. Kelengkapan ini merupakan keharmonisan bentuk dan tanggapan. Pola yang menentukan sempurna atau tidaknya suatu kalimat sebagai berikut. ‘Subjek - Predikat - (Objek) Menurut ahli tata bahasa modern, kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului oleh kesenyapan dan diakhiri oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan _bagian ujaran itu sudah lengkap. Kalimat harus mencakup beberapa segi, yaitu: 1. Unsur segmentaliutama meliputi kata, frasa, dan klausa. 2. Unsur —suprasegmental/prosodi_berupa intonasi. 3. Makna/arti 4. Situasi. 00 APN Sebelum membicarakan kalimat, berikut ini beberapa istilah yang berhubungan dengan kalimat. a. Kategori dan Fungsi Kata yang mempunyai bentuk dan perilaku yang sama dimasukkan dalam kategori/ kelompok yang sama. Bahasa Indonesia memiliki empat kategori yang sama: (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, dan (4) adverbia atau kata keterangan. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri dari dari kelompok preposisi atau kata depan, konjungsi atau kata sambung, interjeksi atau kata seru, dan partikel. Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat itu. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa, yaitu predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Di samping itu, ada fungsi lain, yaitu atributif (yang menerangkan), predikatif (yang dianggap sebagai sebutan), dan substantif (yang dianggap sebagai kata benda). Bab ini hanya membicarakan fungsi kata atau fungsi frasa dalam kalimat. 1. Predikat Predikat merupakan bagian yang dipentingkan dalam —kalimat dan memberikan penjelasan tentang subjek. Misainya, kalimat Saya makan, kata makan dalam kalimat itu merupakan intinya, Oleh karena itu, makna dalam kalimat itu adalah predikat. Contoh lain kalimat, Saya yang makan. Kata saya dalam kalimat itu merupakan bagian yang dipentingkan atau predikat. 2. Subjek Subjek adalah bagian yang diterangkan dalam kalimat. Misalnya, kalimat Dia guru. Kata dia dalam kalimat itu adalah bagian yang diterangkan atau subjek. Contoh lainnya, Anak itu rajin. Kucing itu binatang. Ayah sedang bekerja. Kata anak, kucing, dan ayah dalam kalimat itu merupakan bagian yang diterangkan atau subjek. 3. Objek Objek adalah bagian predikat dalam kalimat yang mempunyai kedudukan yang sangat erat sehingga tidak dapat b. c. dipisahkan dalam —kalimat, _kecuali berubah bentuk atau arti. Misalnya kalimat, Saya membaca buku di perpustakaan. Membaca buku dalam kalimat itu tidak dapat dipisahkan, kecuali berubah bentuk kata membaca menjadi baca atau berubah artinya. Ada fungsi lain dalam kalimat yang seperti objek, yaitu pelengkap. Perbedaannya terletak pada objek dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak dapat dijadikan subjek. 4. Keterangan Keterangan adalah bagian predikat dalam kalimat yang kedudukannya renggang sehingga dapat dipisahkan —_tanpa menimbulkan perubahan makna. Contoh frasa di perpustakaan dalam kalimat, Saya membaca buku di perpustakaan dapat dipisahkan tanpa _mengubah makna kalimat menjadi Di perpustakaan ‘saya membaca buku. Bagian Kalimat Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kalimat disebut juga unsur inti dalam kalimat (bagian kalimat yang tidak dapat dilepaskan) dan bagian bukan inti kalimat (bagian kalimat yang dapat. dilepaskan). Bagian inti (unsur inti) kalimat, yaitu S-P-(O) dan bagian yang bukan int, yaitu keterangan. Ragam Kalimat Menurut tata bahasa tradisional, jika dilihat dari bentuknya, kalimat dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Adapun menurut tata bahasa modern, kalimat itu dapat berupa kalimat mayor dan kalimat minor. Jika ditinjau dari segi maknanya, kalimat dapat berupa kalimat deklaratif atau kalimat berita, kalimat interogatif atau kalimat tanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah, kalimat eksklamatif atau kalimat seru, dan kalimat emfatik atau kalimat penegasan. 1. Kalimat tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu Klausa atau satu susu- nan Subjek-Predikat. Kalimat tunggal terdiri dari satu kesatuan baik dengan atau tanpa bagian bukan inti a) b) 1) 2) 3) Kalimat tunggal berpredikat adjektiva Kalimat berpredikat adjektiva_disebut kalimat statis. Dalam tata bahasa lama, sama seperti kalimat ekuatif disebut kalimat nominal. Pola pembentukannya dengan menjejerkan nomina/frasa nomina dengan adjektiva/frasa adjektiva sebagai S dan P. Jika S atau P atau kedua-duanya Panjang, dapat digunakan kata adalah. Kalimat tunggal berpredikat verba Kalimat berpredikat verba disebut kalimat verbal. Verba ada tiga macam, yaitu verba transiti, verba_intransitif, dan verba semitransitif. Kalimat verbal dibagi menjadi kalimat transitif, kalimat intransitif, dan kalimat semitransitf. Kalimat transitif Kalimat transitif adalah kalimat yang berobjek. Kalimat transit dibagi lagi menjadi: Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang berobjek satu, nya Pemerintah akan memasok semua kebutuhan leba- ran. (pemerintah= S; akan memasok = kebutuhan lebaran = 0) Kalimat dwitransitif adalah kalimat yang berobjek dua, misalnya la mencarikan adiknya pekerjaan. (ia = S; mencarikan = P; adiknya = O; pekerjaan = pelengkap). Kalimat intransitif Kalimat intransitif adalah kalimat yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap. Seperti halnya dengan kalimat tunggal lain, kalimat intransitif dapat diikuti oleh keterangan. Polanya adalah S-P (Ket) Jika verba intransitif diikuti_ nomina, nomina itu merupakan bagian dari verba itu. Kalimat semitransitif Kalimat semitransitif adalah kalimat yang tak berobjek, tetapi berpelengkap. Verba dalam kalimat semitransitif adalah verba semitransitif. Kalimat aktif dan pasif Kalimat aktif dan pasif dalam kalimat menyangkut beberapa hal: (1) macam verba yang menjadi predikat, (2) subjek dan objek, dan (3) bentuk verba yang dipakai. Kalimat pasif adalah perubahan kalimat aktiftransitif dengan cara sebagai berikut. J, 3 2) APN + Pertukarkanlah S dengan O. + Gantilah P yang berprefiks (meNN-) dengan (di) atau hapuslah (meN-) dari verbanya pelaku perbuatannya _pronomina pertama dan pronomina kedua. + Tambahkan kata oleh pada pelaku pronomina ketiga sifatnya fakultatf. Jika pelakunya pronomina pertama atau pronomina kedua, tidak peru ditambahkan kata oleh, 3. Kalimat dengan frasa lain sebagai predikat Selain frasa nomina, frasa verbal, frasa adjektiva, dan frasa lainnya, dapat berfungsi sebagai predikat 4. Kalimat menurut isinya Ditinjau dari segi maknanya, kali terbagi_menjadi lima kelompok, kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat emfatik Berikut ini penjetasannya. a) Kalimat berita Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pambaca atau pendengar. Kalimat berita tersebut juga kalimat deklaratif Ciri-ciri Kalimat berita sebagai berikut. 1) Isinya memberitahukan sesuatu. 2) Intonasinya netral (nada suara berakhir turun). 3) Tanggapan pembaca atau pendengar ti- dak ada (zero). 4) Dalam tulisan, diawali dengan huruf kapi- tal dan diakhiri dengan tanda titi (.). b) Kalimat perintah Kalimat perintah adalah Kalimat yang isinya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah disebut juga kalimat imperati. Ciri-ciri kalimat perintah adalah sebagai berikut. 1) _Isinya perintah untuk melakukan sesuatu. 2) Intonasinya perintah (nadanya agak naik). 3) Tanggapannya dalam bentuk perbuatan. 4) Dalam tulisan, kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!. Macam-macam kalimat perintah 1) Perintah biasa: Usirlah anjing itu! 2) 3) 4) 5) 6) c) 1) 2) 3) 4) 1) 2) 3) 4) 4) 1) 2) 3) e) Permintaan: Coba ambilkan majalah itu! Ajakan: Marilah kita berangkat sekarang! Syarat: Tanyakan kepadanya, tentu ia mau menerangkannya! Ejekan/cemooh: Buatlah sendirijika eng- kau bisa! Larangan: Janganlah merokok di sini! Kalimat tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu kepada seseorang. Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif. Pada garis besamya kalimat tanya itu ada dua macam: kalimat tanya total (kalimat tanya yang jawabannya ya atau tidak) dan kalimat tanya parsial (kalimat tanya yang jawabannya ditentukan oleh kata tanyanya) Ciri-ciri kalimat tanya’ Isinya menanyakan sesuatu. Intonasinya tanya (naik pada akhir kali- mat) ‘Tanggapannya berupa jawaban. Dalam bahasa tulis diakhiri dengan tanda tanya (7). Cara membentuk kalimat tanya total ada dua cara, yaitu Dengan menambahkan kata apakah, misalnya Apakah Anda sakit? Dengan menambahkan partikel (Kah), misalnya Sakitkah Anda? Dengan mengubah intonasinya, misalnya Anaknya malas? Dengan menambah kata bukan, ya, be- lum, tidak, misalnya: Dia sakit, bukan? Kalimat seru Kalimat seru adalah kalimat yang isinya mengungkapkan _kekaguman perasaan perasaan. Karena rasa kagum berhubungan dengan sifat, kalimat seru dibentuk dari kalimat statif. Kalimat seru disebut juga kalimat interjektif. Cara membuatnya sebagai berikut: Balikkan urutan kalimat dari S-P menjadi P-s. ‘Tambahkan partikel (-nya) pada P. ‘Tambahkan kata seru di depan P. Kalimat emfatik Kalimat emfatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek. Penegasan ini dilakukan dengan: 1) Tambahkan partikel (—lah) di belakang S. 2) Tambahkan kata sambung yang dibelakang S. Dengan penegasan itu, S berubah fungsi menjadi P. 5. Kalimat majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Pada garis besamya, kalimat majemuk terbagi menjadi dua macam, yaitu kalimat maje- muk setara dan kalimat mejemuk berting- kat. a) Kalimat majemuk setara Kalimat majemuk —setara__ adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa yang hubungannya setara. Klausa- Klausa dalam kalimat majemuk setara merupakan Kiausa utama. Klausa satu dengan yang lainnya _dihubungkan dengan kata penghubung atau yang disebut koordinator. Itulah sebabnya kalimat_majemuk setara disebut juga kalimat koordinasi atau kalimat gabung. Hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk setara dapat digambarkan sebagai berikut. klausat + klausa2 + klausa 3 Klausa uaa | klausa via | klausa utama koordinator —_koordinator b) Kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang diperluas dan perluasan itu berbentuk kiausa baru. Hubungan antara kiausa satu dengan Kiausa lain disambung —_ dengan subordinator. itulah sebabnya, kalimat majemuk bertingkat disebut juga kalimat subordinasi atau kalimat kompleks. Hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat dapat diperhatikan dalam bagan berikut. klausa1 + klausa 2 klausa utama | klausa sematanfanak kalimat subordinator Konjungsi atau kata sambung yang digunakan dalam kalimat _majemuk bertingkat sebagai berikut. 1) Sejak menyatakan hubungan waktu awal. 2) Sewalty dan ketika menyatakan hubungan. waktu bersamaan, 3) Sebelum dan sehabis _menyatakan hubungan waktu berurutan. 4) Hingga dan sampai_menyatakan hubungan waktu hadir. 5) vika, kalau, dan andaikan menyatakan hubungan syarat. 6) Supaya dan agar menyatakan hubungan tyjuen. 7) Walaupun, biarpun, kendatipun, dan meskipun —menyatakan—_hubungan konsesif/perlawanan 8) Seperti dan ibarat menyatakan hubungan perbandingan 9) Sebab dan karena menyatakan hubungan Penyebab 10) Sehingga, sampai-sampai,_ maka, dan akibatnya menyatakan hubungan akibat 11) Seakan-akan dan seolah-olah menyatakan hubungan sangkalan 12) Padahal — menyatakan —_hubungan kenyataan 13) Maka menyatakan hubungan hasil 14) Bahwa dan apa menyatakan hubungan penjelas 15) Yang menyatakan hubungan atribul keterangan c) Kalimat Efektif Kalimat yang bak harus _disusun berdasarkan kaidah-kaidah sebagai berikut, 1) Unsur-unsur penting yang ada dalam sebuah kalimat. 2) Aturan-aturan tentang EYD. 3) Cara memilin kata/diksi dalam kalimat. Kalimat yang jelas dan baik akan dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektit Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat efektif adalah: ()_ Kesepadanan dan kesatuan antara struk- tur bahasa dengan cara atau jalan pikiran yang logis. (i) Kesejajaran bentuk bahasa yang digu- nakan. (ii), Penekanan untuk mengemukakan ide. (iv) Kehematan dalam menggunakan kata, (v)_ Kevariasian datam struktur kalimat. CLL AN. A. MACAM-MACAM MAKNA KATA Berdasarkan sifat_ hubungan antara_ kata dengan maknanya, makna kata dapat dibagi menjadi a. Makna Leksikal (disebut juga makna kamus) merupakan makna kata yang langsung mengacu kepada benda, tindakan, atau sifat yang dimaksudkan oleh kata itu. b. Makna Gramatikal/struktural (disebut juga makna tata bahasa) merupakan makna kata yang timbul kemudian setelah_mengalami proses tata bahasa. Proses tata bahasa itu ada dua macam, yaitu proses morfologis (pembentukaan kata) dan proses sintaksis (pembentukan frasa dan kiausa atau kalimat). Berdasarkan ada tidaknya makna tambahan, makna kata dapat dibedakan menjadi: a. Makna denotatif (disebut juga makna konseptual, makna objektif, makna lugas, atau makna sebenamya) merupakan makna kata dalam alam wajar dan sesuai dengan konsep makna kata asal. Makna denotatif merupakan makna kata apa adanya karena tidak mengandung makna tambahan, baik tambahan rasa maupun tambahan denotasi lainnya atau kiasan. b. Makna konotatif (disebut juga makna kontekstual, makna subjektif atau tambahan rasa, makna kiasan) merupakan aspek makna sebuah kata atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicaraan dan pendengar atau pada penulis dan pembaca. Makna ini merupakan tambahan dari sikap sosial serta sikap pribadi yang dikemukakan pada makna konseptual. Berdasarkan hubungan makna antara satu kata dengan kata lain, dikenal beberapa istilah: a. Sinonim merupakan dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi berlainan bentuk luarnya, misalnya telah—sudah. b. Homonim merupakan dua kata atau lebih yang sama lafal dan ejaannya, tetapi mengungkapkan makna yang berbeda karena dari asal yang berlainan atau tidak mempunyai hubungan makna. Menurut tingkatan, homonim ada dua macam: 6 NN 1. Homograf adalah dua kata atau lebih yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafainya dan tidak mempunyai hubungan makna, 2. _Homofon adalah dua kata atau lebih yang sama lafainya, tetapi berlainan ejaannya dan tidak mengandung hubungan makna. 3. Hiponim adalah dua kata atau lebih yang maknanya terangkum oleh sebuah kata yang makna lebih luas atau superordinatnya, 4. Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna ganda, tetapi masih dalam satu alur pengertian. Kepolisemian terjadi karena pergeseran makna atau tafsiran yang berbeda. Perpindahan Makna Kata Perpindahan makna kata terjadi jika sebuah kata menduduki nilai_ semantik baru dalam Penggunaan bahasa umum. Beberapa macam perpindahan makna di antaranya: 1 Kata yang berasal dari tiruan _bunyi (onomatope), misalnya mengetuk, menggedor, mengaum, tokek, dan tekukur. Kata yang berasal dari nama orang (apelativa), misalnya mujair, boikot, delman, dan honda. Majas (kiasan) merupakan kata yang maknanya diganti dengan makna konotasi yang lain. Istilah merupakan kata atau gabungan kata yang secara tepat mengungkapkan makna konsep, proses, dan sifat dalam bidang tertentu, Majas Majas kadang-kadang disalahtafsirkan dengan istlah gaya bahasa. Seperti disebutkan di atas, majas hanyalah sebagian dari gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dalam arti kiasan atau bukan dalam arti sebenamya. Pada garis besamya, majas itu ada tiga macam, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan. 1, Majas perbandingan Majas perbandingan ada tiga macam, yaitu perumpamaan, metafora, dan Personifikasi + Perumpamaan/simile adalah majas. yang menggunakan perumpamaan atau peribahasa yang menggunakan kata seperti, umpama, sebagai, laksana, ibarat, serupa, dan bak. b. + Metafora adalah majas_perbandingan yang menggunakan kata-kata kiasan yang tidak menggunakan kata seperti sehingga disebut juga perbandingan langsung + Personifikasi adalah majas perbandingan dengan cara meletakkan sifat-sifat insan (orang) pada benda mati. 2. Majas pertentangan Majas pertentangan ada tiga macam, yaitu hiperbola, litotes, dan ironi + Hiperbola adalah majas_ pertentangan yang menggunakan kata-kata yang mengandung makna _berlebih-lebihan padahal maknanya biasa-biasa saja. + Litotes adalah majas_pertentangan yang menggunakan kata-kata yang mengandung makna — merendahkan padahal maksudnya tinggi. + roni adalah majas pertentangan yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan yang dimaksud. 3. Majas pertautan Majas pertautan ada empat macam, yaitu. metonimia, sinekdok, alusio, dan eufemisme. + Metonimia adalah majas pertautan yang menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan hal-hal pembuat atau merek dagang benda itu + Sinekdok adalah majas pertautan yang menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan hal-hal yang dipentingkan. + Alusio adalah majas pertautan yang menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa umum yang terjadi atau menggunakan bahasa yang umum untuk menggunakan suatu maksud. + Eufemisme adalah majas pertautan yang menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan kesopanan atau kata-kata pantang. Istilah Istilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Perangkat Peraturan pembentukan istilah dan istilah yang dihasilkannya disebut tata istilah. AN, Bagian tata bahasa yang mempelajari seluk beluk strukturmorfem serta kemungkinan terjadinya perubahan golongan kata, arti, dan fungsi sebagai akibat perubahan struktumya disebut morfologi Yang menjadi objek penelitian morfologi adalah: 1. Morfem dan proses pembentukannya menjadi kata, 2. Pengulangan kata dan proses pembentukan- nya 3. Pemajemukan kata dan proses pembentukan- nya A. Morfem ‘Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mengandung makna dan atau fungsi yang Telatif stabil sehingga tidak dibagi dari bagian yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, morfem merupakan kesatuan yang membedakan arfi dalam Pembentukan kata. Secara garis besamya, morfem terdiri atas dua macam, yaitu morfem bebas dan ‘mortem terikat. Penjelasannya sebagai berikut: 1. Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dan mengandung makna leksikal. Misalnya: meja (KB), puku! (KK), baik (KS), dsb. 2. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata, dan hanya mempunyai makna gramatikal. Morfem terikat ini ada dua macam, yaitu morfem terikat ‘morfologis, contoh afiksasi (imbuhan); dan mortem terikat sintaksis, contoh partikel dan kata tugas. Pembentukan Kata Jadian Proses pembentukan kata jadian disebut afiksasi atau _pengaglutinasian. Proses ini terjadi apabila bentuk dasar dibubuhi imbuhan. Polanya adalah sebagai berikut. (Bentuk Dasar) + Imbuhan Bentuk dasar adalah bentuk bahasa tunggal maupun kompleks yang menjadi alas (dasar) pembentukan kata yang lebih luas. Contoh: berperikemanusiaan = (ber-) + perikemanusiaan (bentuk dasar) perikemanusiaan = (peri) + kemanusiaan (bentuk dasar) kemanusiaan = (ke-an) + manusia (bentuk dasar) (7/3 c Bentuk dasar kata manusia pada contoh di atas tidak dapat dipecah menjadi bentuk yang lebih kecil. Bentuk dasar yang demikian disebut bentuk asal. Bentuk asal ini pada hakikatnya adalah kata kerja berimbuhan (men-), atau kata kerja berimbuhan (ber-) Contoh: + penulis + menulis (bentuk dasar); (meN-) + tulis + pemandangan -» memandang (bentuk dasar); (meN-) + pandang + peladang > berladang (bentuk dasar), (ber-) + ladang Pada kata benda (per-) atau (peN-an) bentuk dasamya adalah kata kerja berimbuhan (per-) Contoh: + petinju — bertinju (bentuk dasar); (ber-) + tinju + perbuatan -» berbuat (bentuk dasar); (ber-) + buat Pembentukan Kata Ulang Proses pembentukan kata ulang disebut reduplikasi. Prosesnya terjadi apabila bentuk dasar diulang. Polanya sebagai berikut. (Bontuk Dasar) + Bentuk Dasar) Proses pengulangan itu ada dua macam, yaitu: 1, Proses pengulangan seluruhnya: proses ini dengan atau tanpa variasi fonem dengan atau tanpa imbuhan, misalnya: kursi (bentuk dasamya) > kursi-kusi rumah sakit (bentuk dasarnya) —> rumah sakit- rumah sakit >buah (bentuk dasamya) -> buah-buahan 2. Proses pengulangan sebagian, misalnya: berlarian (bentuk dasarya) —> berlari- larian rumah besar (bentuk dasarnya) —> rumah-rumah besar berjalan (bentuk dasamya) — berjalan- Jalan Prinsip proses pengulangan ada dua macam, yaitu: 1. Bentuk dasar yang diulang hendaknya bentuk berterima, yaitu bentuk yang digunakan dalam pemakaian bahasa 6 NN Contoh: kura-kura —> bukan kata ulang karena bentuk dasar kura tidak terdapat dalam pemakaian bahasa mengata-ngatakan -» bentuk dasamya mengatakan bukan mengata 2. Proses pengulangan tidak mengubah golongan kataljenis kata. Contoh: + berkata (kata kerja) > berkata-kata (kata kerja) + cepat (kata sifat) + cepat-cepat (kata sifat) Makna Proses Pengulangan 1. Menyatakan intensitas dalam arti + Kualitas, misalnya la berkata baik-baik. + Kuantitas, —misalnya — Rumah-rumah terendam air. + Frekuensi, misainya gelengkan kepalanya. 2. Melemahkan arti dalam arti + Agak, misalnya la berkata ragu-ragu. + Menyerupai, misalnya Mobil-mobilan itu sangat kuat Karena terbuat dari besi 3. Menyatakan —pekerjaan _berbalasan (resiprok) atau saling, misalnya Para tamu bersalam-salaman ketika_menghadiri acara itu. 4. Menyatakan bermacam-macam, misal- nya sayur-sayuran, buah-buahan, dan pohon-pohonan 5. Menyatakan kolektif, misainya dua-dua, empat-empat la menggeleng- Proses Pembentukan Kata Majemuk Proses pembentukan kata majemuk dapat juga disebut komposisi atau pemajemukan. Prosesnya dengan menggabungkan dua kata atau lebih. Pola kata mejemuk ditentukan oleh golongan kata yang membentuk kata majemuk itu, misalnya: + Kata benda + kata kerja = kapal terbang * Kata benda + kata benda = buah tangan + Kata benda + kata sifat = rumah sakit + Kata sifat + kata benda = besar kepala + Kata kerja + kata benda = naik daun Kata majemuk harus dibedakan dengan frasa karena proses penggabungan pada kata majemuk dapat menimbulkan makna baru f. Contoh: + kamar kecil > kata majemuk karena bukan kamar yang kecil + jalanbesar > —_frasa menunjukkan jalan yang besar Kata majemuk yang makna barunya tidak dapat ditelusuri dari unsur-unsurnya disebut kata majemuk idiomatik atau ungkapan. Contoh: kambing hitam > makna barunya tidak dapat dicari dari kata kambing dan hitam, tetapi bermakna orang yang disalahkan. 1. Ciri-ciri kata majemuk + Gabungan itu membentuk makna baru + Gabungan itu membentuk satu_unsur pusat atau inti + Gabungan itu biasanya terdiri atas kata dasar. + Gabungan itu mempunyai pemakaian yang tinggi. + Gabungan ‘itu harus seluruhnya_jika diulang. + Gabungan itu masih dapat diberi imbuhan. 2. Macam-macam kata majemuk + Kata majemuk — kopulatif adalah persenyawaan dua kata yang sederajat, misalnya tanah air, sumpah serapah, + Kata majemuk —detematif adalah persenyawaan yang mempunyai hubungan atributif. Kata pertama sebagai yang diterangkan dan kata yang kedua sebagai penerangan, misalnya kamar tidur, raja muda, dan saputangan. + Kata majemuk posesif adalah jika kata pertama sebagai penerangan, sedangkan kata kedua sebagai yang diterangkan, misalnya panjang tangan, keras kepala (menunjukkan kiasan) panjang tangan, keras kepala. Artinya, kata majemuk menunjukkan kiasan. karena frekuensi Imbuhan dalam Bahasa Indonesia Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat morfologi yang digunakan dalam pembentukan. kata. Imbuhan mempunyai bentuk, fungsi, dan makna/nosi.. 1. Menurut bentuknya afiks ity ada dua macam + Prefiks (awalan), misalnya (men-), (ber), (di), (ter-), (pen-), (se-), dan (ke-). + Infiks (sisipan), misalnya (-eF), (-em-), dan (er). a) ») Sufiks (akhiran), misalnya (-kan), (-), (Can), (-nya). Konfiks (imbuhan terputus), misalnya (ke- an), (per-an), (peN-an), dan (ber-an). Imbuhan gabung, misalnya (men-kan), (di-kan), (men-),(ber-an), (ke-an). ‘Menurut fungsinya imbuhan itu ada dua macam Afiks pembentuk kata kerja, misalnya (men-), (ber-), (di-), dan (ter-). Afiks pembentuk kata benda, misalnya (pen-), (per-), dan (-an). Imbuhan pembentuk kata kerja Kata kerja atau verba adalah kata yang mengandung makna dasar_tindakan {(aksi), proses, dan keadaan yang bukan sifat. Ciri-ciri kata kerja: Dapat diperiuas dengan sekelompok kata dengan + kata sifat Dinegasikan/diingkari dengan kata tidak. Fungsi utamanya sebagai predikat atau inti predikat dalam kalimat. Bentuk kata kerja Verba asal berdiri sendiri tanpa afiks, misalnya ada dan duduk. Verba turunan 1) Dasar bebas afiks wajib, misalnya ‘mendarat dan melebar. 2) Dasarbebas afiks manasuka, misalnya ‘membaca dan bekerja. 3) Dasar terikat afiks wajib, misalnya bertemu dan berjuang. 4) Reduplikasi, misalnya berjalanjalan dan memukul-mukul. 5) Majemuk, misainya naik haji dan campur tangan. Imbuhan yang digunakan sebagai pem- bentuk kata kerja: 41) Prefiks (men-), (ber-),(ter-), dan (di), 2) Sufiks (-Kan), dan (-). 3) Imbuhan gabung seperti dalam tabel di bawah ini. [Prone || Sur 41 2 3 terlihat (men-) (di-) (-kan) er) Gay (ber-) ke) (an) (/ 37

You might also like