Professional Documents
Culture Documents
114-Article Text-758-1-10-20190215
114-Article Text-758-1-10-20190215
Achmad Padi a*
aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden
Wijaya Mojokerto
Abstract
The problem of education in this country, in addition to the curriculum, methods are
also in the spotlight. This can be understood because the method is indeed more
important than the curriculum, you know that your knowledge is good. But the
method also depends on the implementation of the teacher, because the teacher is
more important than the method itself, al-mudarris ahammu min ath thariqah.
However, the spirit of a teacher is more meaningful than his own body, wa ruhul
mudarris ahammu min mudarris nafsuhu. Because of any sophisticated method, if you
are in a teacher who is not eager to have nothing. The principle of the
interrelationship between curriculum, methods, and teachers, has been recognized by
the importance of Hasyim Asy'ari and the muktabar scholars who are directly
involved in the care of educational institutions. The purpose of this study is to
describe Ath-thoriqah your understanding is in the perspective of KH. Hasyim Asy'ari
and Operationalization in Learning at STIT Raden Wijaya Mojokerto. 1) Education
offered by KH. Hasyim Asy'ari is a character-based education that is being heralded
by the current Minister of Education to be used as a reference in the formation of
character of students. 2) In the process of improving teaching, Ath-thoriqah will
understand. Or At-thorikotu ahammu minal maddah wal mudarisu ahammu interest
in tharikoh wa ruhul mudaris ahammu minal mudarris as conveyed by Kyai Dr. H.
Syukri Zarkasyi, MA, needs to be sustained by the Soul of a Teacher and not limited to
the capacity of his own teacher who is still reluctant in his heart "wallahu a'lam.
Keywords: Ath-thoriqah ahammu minal madah, Hasyim Asy’ari, STIT Raden Wijaya
1
PROGRESSA Journal of Islamic Religious Instruction Vol. 2 No. 1 Pebruari 2018 ISSN 2579-9665 (Printed), 2579-9673 (Online)
2
Ath-thoriqah ahammu minal madah dalam perspektif KH. Hasyim Asy’ari dan Operasionalisasi dalam Pembelajaran di
STIT Raden Wijaya Mojokerto
jawab, perumpamaan, ceramah, targhib dan dari kelompok sosial yang, sebagai pengrajin
tarhib, pengulangan dan latihan, metode
dan navigator, tidak tersentuh oleh atau
muizhah dan masih banyak lagi metode- menentang humanisme. Dari peringkat ini
metode yang di ajarkan oleh Rasulullah muncul antusiasme Francis Bacon untuk
kepada kita semua melalui hadist-hadist kemajuan dan pemberontakan abad ketujuh
beliau baik qauli, fi’li dan taqriri. belas melawan kepercayaan pada otoritas. Di
Kurikulum bukan hanya berupa hal-hal Galileo, Descartes, dan Bacon,
yang ada dalam buku teks, mata pelajaran, pemberontakan ini diarahkan terhadap
atau rencana guru, tetapi meliputi lebih dari skolastik dan humanisme. Ilmu muncul
isi bahan pelajaran. Kurikulum juga dalam oposisi terbuka terhadap humanisme
mengandung hubungan kemanusiaan di (Zilsel, 2013:38).
dalam kelas, metode mengajar, prosedur KH Hasyim Asy’ari, juga tampil
penilaian, strategi, dan pola proses menawarkan beberapa etika yang harus
pembelajaran. Sehingga selain mengandung dimiliki oleh seorang pendidik sebagai bekal
hubungan, kurikulum juga segala usaha dalam melaksanakan tuganya, sebagaimana
sekolah untuk memengaruhi anak agar berikut ini: seorang guru harus senantiasa
mereka dapat belajar dengan baik di dalam mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub
kelas, di halaman sekolah, di luar ilallah); senantiasa takut kepada Allah (al-
lingkungan sekolah atau semua kegiatan un- khauf ilallah); senantiasa bersikap tenang dan
tuk memengaruhi subjek belajar sehingga selalu berhati-hati (wara’); senantiasa
menjadi pribadi yang diharapkan (Trianto, tawadhu’, khusyuk, mengadukan segala
2016:104). persoalannya hanya kepada Allah; tidak
Di pondok pesantren misalnya, ada menggunakan ilmunya hanya untuk meraih
prinsip bahwa metode lebih penting dari kepentingan dunia semata; tidak terlalu
materi; guru lebih penting dari metode; dan memanjakan anak didik; berlaku zuhud
jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri. dalam kehidupan duniawi; menghindari
Jadi selain materi dan guru, jiwa guru sangat berusaha dalam hal-hal yang rendah;
berperang penting dalam keberhasilan menghindari tempat-tempat yang kotor dan
pengajaran. Karena dengan jiwa keikhlasan tempat maksiat; senantiasa mengamalkan
dan pengabdiannya, guru akan dapat sunnah Nabi; istiqamah dalam membaca Al-
mewarnai murid. Ini sesuai pendapat Sir Qur’an; selalu bersikap ramah, ceria, dan
Pency Nunn, seorang guru besar pendidikan suka menaburkan salam; membersihkan diri
di University of London yang mengatakan dari segenap perbuatan yang tidak disukai
bahwa baik buruknya suatu pendidikan oleh Allah (ijtniabul manhiyat); selalu
tergantung kebaikan, kebijakan, dan menumbuhkan semangat untuk menambah
kecerdasan pendidik (Akbar, 2015). ilmu pengetahuan; tidak menyalahgunakan
Metode lebih penting dari materi. Materi ilmu dengan cara menyombongkannya; dan
apapun yang disampaikan, membiasakan diri menulis, mengarang, dan
jika menggunakan metode yang meringkas (Akbar, 2015).
benar, maka akan dapat diterima para siswa Ada pun etika adab-adab seorang guru
dengan baik. Sebaliknya, materi yang telah ketika mengajar, Hasyim As’Ari
dipersiapkan dengan matang, akan menjadi menawarkan gagasan tentang etika atau
hampa, tanpa metode yang baik (Binhadjid, adab-adab guru ketika mengajar
2013). Dalam sejarah Eropa, perkembangan sebagaimana berikut: Mensucikan diri dari
intelektual, metode lebih penting daripada hadas dan kotoran; berpakaian yang sopan
konten material. Semangat sains, yang dan rapi serta usahakan berabau wangi;
memicu era modern dari semua periode berniatlah beribadah ketika dalam
lainnya, berasal mengajarkan ilmu kepada anak didik;
sampaikanlah hal-hal yang diajarkan oleh
Allah; biasakanlah
membaca untuk menambah ilmu pengetahuan; berilah salam ketika masuk ke
4
Ath-thoriqah ahammu minal madah dalam perspektif KH. Hasyim Asy’ari dan Operasionalisasi dalam Pembelajaran di
STIT Raden Wijaya Mojokerto
dalam kelas; sebelum mengajr mulailah minat peserta didik; bersikap terbuka dan
terlabih dahulu dengan berdoa untuk para lapang dada terhadap peserta didik;
ahli ilmu yang telah lama meninggalkan kita; membantu memecahkan masalah dan
berpenampilan yang kalem dan jauhi hal-hal kesulitan para peserta didik; bila terdapat
yang tidak pantas dipandang mata; peserta didik yang berhalangan hendaknya
menjauhkan diri dari banyak bergurau dan mencari hal ikhwal kepada teman-temannya;
banyak tertawa; jangan sekali-kali mengajar tunjukkan sikap arif dan penyayang kepada
dalam kondisi lapar, marah, mengantuk, dan peserta didik; dan selalulah rendah hati,
sebagainya; pada waktu mengajar hendaklah tawadhu’(Akbar, 2015).
mengambil duduk yang strategis; usahakan
Operasionalisasi Ath-thoriqah ahammu
tampil dengan sikap ramah, lemah lembut,
jelas dalam betutur, tegas, lugas, dan tidak minal madah dalam dalam Pembelajaran di
sombong; dalam mengajar hendaklah STIT Raden Wijaya Mojokerto, menjadi
diskursus yang serius. Guru adalah Profesi
mendahulukan materi-materi yang penting
yang sangat mulia, Karena bukan hanya
dan disesuaikan dengan profesi yang
sekedar kesejahteraan dunia yang menjadi
dimiliki; jangan sekali-sekali mengerjakan
tujuan hidupnya, melainkan menjadi guru
hal-hal yang bersifat syubhat dan bisa
juga memiliki tujuan akhirat kelak, yaitu
membinasakan; perhatikan masing-masing
amal ibadah yang tak terputus pahalanya
kemampuan murid dalam mengajar dan
meskipun sang guru itu sudah tiada lagi.
tidak terlalu lama, serta menciptakan
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: Dari
ketenangan dalam ruangan belajar;
pada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya,,
menasihati dan menegur dengan baik bila
Rasulullah SAW telah bersabda : Jika anak Adam
terdapat anak didik yang bandel; bersikaplah
meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari
terbuka terhadap berbagai macam persoalan
tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang
yang ditemukan; berilah kesempatan kepada
bermanfaat, dan anak soleh yang
peserta didik yang datangnya ketinggalan
berdoa
dan ulangilah penjelasan agar tahu apa yang
kepadanya.'' (HR Muslim)
dimaksud; dan bila sudah selesai, berilah
kesempatan kepada anak didik untuk Pemahaman hadits diatas pun, mulai
menanyakan hal-hal yang kurang jelas atau memudar, Banyak sekali realita di luar sana
belum dipahami (Akbar, 2015). yang menunjukkan bahwa dengan gaji
rendah itu dapat menjadikan seorang guru
Tidak hanya itu, Hasyim Asy’ari masih
menjadi patah semangat dalam
menawarkan beberapa adab guru terhadap
pengajarannya, mereka mengajar asal-asalan
para murid-muridnya, sebagaimana berikut:
dan akhirnya hanya mengeluhkan kecilnya
seorang guru harus berniat mendidik dan
gaji tersebut. Sehingga tuntutan untuk
menyebarkan ilmu pengetahuan serta
menjadi guru yang kreatif, inovatif dan
menghidupkan syariat Islam; menghindari
profesional baik dalam proses perencanaan
ketidak ikhlasan dan mengejar keduniawian;
pembelajaran, pelaksanaanya maupun proses
hendaknya selalu melakukan intrsopeksi diri;
evaluasi pembelajaran guna dan tujuannya
menggunakan metode yang mudah
adalah agar nantinya menghasilkan peserta
dipahami oleh para murid; membangkitkan
didik yang mampu mengembangkan potensi
antusias peserta didik dengan
yang di milikinya masing-masing pupus
memotivasinya; memberikan latihan-latihan
sudah. Meskpun dalam pembentukan dan
yang bersifat membantu; selalu
pendidikan seorang guru selalu akan di
memperhatikan
tekankan seorang guru harus mampu
kemampuan peserta didik; tidak terlalu
mengolah dan mengkombinasikan serta
mengorbitkan salah seorang peserta didik
memvariasikan model, metode dan teknik
dan menafikan yang lainnya; mengarahkan
pembelajaran. Namun terkadang kita lupa
beberapa hal yang tak kalah penting nya
dari itu semua yaitu Kejiwaan Guru atau
Jiwa
5
PROGRESSA Journal of Islamic Religious Instruction Vol. 2 No. 1 Pebruari 2018 ISSN 2579-9665 (Printed), 2579-9673 (Online)