Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097

doi https://doi.org/10.20886/jppdas.2019.3.1.13-26

DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU,


SEGMEN ARJOSARI-PACITAN
(Fluvial landform dynamics caused by sedimentation of Grindulu River,
Arjosari-Pacitan Segment)

Arina Miardini 1
1 Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Jl. A. Yani, Pabelan, P.O. Box 295, Surakarta 57102, Indonesia


Email: arinamiardini@gmail.com

Diterima: 21 Maret 2019 ; Direvisi: 16 April 2019 ; Disetujui: 29 April 2019

ABSTRACT
Landforms experience dynamics during the geomorphological process. The fluvial
process occurs due to the flow of water from erosion, erosion transportation, and
sedimentation activities. Sedimentation material is resulted from erosion transported
through the river. Later the deposited erosion will produce landform variations.
Therefore, information of landform dynamic is important in controlling runoff and
floods. The purpose of this study was to identify and determine the dynamics of the
fluvial landform in Grindulu River, Arjosari-Pacitan Segment. The method used is
combination of desk analysis and field surveys. The desk analysis is conducted to identify
the types of landforms through visual interpretation of SPOT-7 Imagery, while field
surveys are to determine sample units using purposive sampling. Based on landform
analysis in the Arjosari-Pacitan Segment, there were five fluvial landforms processes due
to sedimentation namely point bar, channel bar, flood plain, meandering, and natural
levee. The dynamics that occur are dominated by the aggradation process, namely the
addition of flood plain landform area of 0.872 ha (0.216%), channel bar of 0.091 ha
(0.019%), and natural levee of 0.014 ha (0.002%). The identification of landforms can be
used as a basis in spatial planning to optimize water system in watershed.

Keywords: landform; fluvial; sedimentation; Grindulu Watershed

ABSTRAK
Bentuklahan mengalami dinamika selama terjadinya proses geomorfologi. Proses
fluvial terjadi akibat aliran air dari aktivitas erosi, transportasi, dan sedimentasi. Material
sedimentasi berasal dari hasil erosi yang terangkut melalui sungai yang kemudian
diendapkan yang nantinya akan menghasilkan variasi bentuklahan. Dengan demikian
informasi mengenai dinamika bentuklahan sangat penting untuk mengendalikan aliran
permukaan dan banjir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengetahui
dinamika bentuklahan hasil proses fluvial di Sungai Grindulu, Segmen Arjosari-Pacitan.
Metode yang digunakan yaitu kombinasi antara desk analysis (dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis bentuklahan melalui interpretasi citra SPOT-7) dan survey
lapangan (menentukan unit sampel secara purposive sampling). Hasil analisis bentuklahan
pada Segmen Arjosari-Pacitan diperoleh lima bentuklahan proses fluvial akibat sedimentasi
yaitu point bar, channel bar, flood plain, meandering, dan natural levee. Dinamika yang
terjadi didominasi oleh proses agradasi yaitu penambahan luasan bentuklahan flood plain

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 13
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

sebesar 0,872 ha (0,216%), channel bar sebesar 0,091 ha (0,019%), dan natural levee sebesar
0,014 ha (0,002%). Identifikasi bentuklahan ini dapat dijadikan dasar dalam perencanaan
tata ruang untuk mengoptimalkan tata air dalam DAS.

Kata kunci: bentuklahan; fluvial; sedimentasi; DAS Grindulu

I. PENDAHULUAN diangkut oleh aliran keluar DAS, namun


Perkembangan bentuklahan meru- sebagian ada yang mengendap pada
pakan salah satu aspek dalam kajian bagian tertentu di bagian bawah kaki
proses geomorfologi (Huggett, 2007). bukit, saluran sungai, daerah dataran
Salah satu bentukan lahan yang banjir dan waduk (Banuwa, 2013).
mendominasi pada permukaan lahan di Deposisi sedimen hasil proses fluvial akan
dunia adalah bentuklahan fluvial menghasilkan berbagai bentuklahan yang
(Balasubramanian, 2016). Geomorfologi berbeda bergantung bentuk dan
fluvial merupakan kajian yang ukurannya. Aliran air yang membawa
mempelajari tentang interaksi antara sedimen menyebabkan berbagai macam
bentukan sungai dan proses bentuklahan hasil pengendapan misalnya
pembentukannya dalam kisaran ruang dan variasi bentuklahan pada saluran sungai,
waktu. Bentuklahan diklasifikasikan dataran banjir, kipas alluvial, teras sungai
berdasarkan genesis, proses, dan batuan. dan delta (Huggett, 2007). Pengendapan
Bentuklahan fluvial disebabkan karena sedimen dapat berupa channel bar, point
proses fluvial akibat proses air yang bar dan overbank (River & Das, 2016).
mengalir baik yang memusat dan atau Salah satu DAS yang memiliki
aliran permukaan (Raharjo, 2013). kerawanan erosi dan sedimentasi tinggi
Morfologi fluvial dipengaruhi oleh rezim yaitu DAS Grindulu. DAS Grindulu
aliran, hasil sedimen dan karakteristik merupakan DAS terbesar di Kabupaten
lembah (Ibisate, Ollero, & Elena, 2011). Pacitan seluas 71.518,7 ha (BPDAS Solo,
Proses fluvial oleh aliran sungai terjadi 2011). Tingkat erosi di DAS Grindulu
karena adanya aktivitas erosi, transportasi sangat tinggi, material yang terangkut
dan sedimentasi yang saling berkaitan kurang lebih 60 ton ha/tahun (erosi yang
(Charlton, 2008). dapat ditoleransi 12,5 ton/ha/th) (KPPIP,
Sedimentasi menjadi salah satu 2019). Berdasarkan penelitian Wijayanti &
ancaman besar terhadap ekosistem sungai Gunawan (2017) besarnya sedimentasi
(Paryono, Damar, Susilo, Dahuri, & yang mencapai muara sungai Grindulu
Suseno, 2017). Sedimentasi adalah proses diperkirakan mencapai 1.636.543
dimana partikel tanah terkikis dan ton/tahun. Tingginya tingkat erosi dan
diangkut melalui aliran air atau media sedimentasi yang terjadi di DAS Grindulu
pengangkut lainnya dan diendapkan ini disebabkan karena DAS Grindulu
sebagai lapisan padat (sedimen) dalam memiliki jenis tanah Entisol. Jenis tanah ini
badan air seperti danau atau sungai mempunyai tingkat erodibilitas yang
(Tundu, Tumbare, & Onema, 2018). Hal ini tinggi, tekstur tanah yang didominasi debu
menegaskan bahwa tidak semua sedimen dan kandungan bahan organik yang tinggi.

14 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No. 1, April 2019 : 13-26

Menurut BBWS Bengawan Solo (2015) antara aliran sungai dengan material dasar
sungai-sungai di DAS Grindulu memiliki sungai yang mengkontrol mekanisme kerja
kemiringan yang besar dengan kecepatan sungai, misalnya proses banjir sungai,
arus yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh sedimentasi, perubahan alur sungai,
pula terhadap proses transportasi proses penggerusan sungai, yang
sedimen ke hilir. DAS Grindulu juga rawan merupakan aktivitas sungai secara alami
terhadap bencana banjir yang (Charlton, 2008). Bentuklahan proses
memungkinkan transportasi sedimen yang fluvial saat ini menjadi ilmu terapan yang
lebih besar dan kecepatan yang tinggi. bermanfaat dalam perencanaan
Berdasarkan data BNPB (2019) bahwa modifikasi saluran sungai, kebijakan
dalam kurun 10 tahun terakhir telah sungai, pengendalian banjir dan erosi,
tercatat 21 kejadian banjir di DAS pembangunan bangunan struktural,
Grindulu. Tabarestani & Zarrati (2015) pembuatan saluran air, perencanaan
menyatakan bahwa ketidakstabilan aliran penggunaan lahan, dan upaya pemulihan
dalam kejadian banjir menimbulkan sungai (Balasubramanian, 2016; Kasvi,
dampak terhadap struktur medan aliran Laamanen, Lotsari, & Alho, 2017).
dan gerakan partikel sedimen.
Pengenalan mengenai bentuklahan II. BAHAN DAN METODE
yang berasal dari endapan fluvial sangat
A. Waktu dan Lokasi
penting dalam pemahaman evolusi sungai
sebagai bahan pertimbangan manajemen Penelitian dilakukan pada Januari 2019
limpasan, desain sistem pengendalian di Sungai Grindulu Segmen Arjosari-
banjir, serta infrastruktur transportasi Pacitan dengan panjang 10,6 km yang
(Hudson, 2017). Tujuan penelitian ini dibagi menjadi 8 segmen. Lokasi
adalah untuk mengidentifikasi dan penelitian berada pada bagian tengah dan
mengetahui dinamika bentuklahan hasil hilir DAS Grindulu. Berdasarkan Peraturan
proses fluvial di Sungai Grindulu, segmen Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01
Arjosari-Pacitan. Dinamika bentuklahan Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian
dalam kajian ini meliputi proses dan hasil. Teknis untuk Menetapkan Kelas Air bahwa
Proses yang terjadi adalah perubahan pembagian segmentasi badan air
geomorfologi bentuklahan yang dilakukan berdasarkan beberapa
dipengaruhi oleh proses fluvial akibat pertimbangan, yaitu penggunaan air,
adanya agradasi dan degradasi oleh topografi wilayah, morfologi sungai,
sedimentasi yang menghasilkan potensi sumber air, potensi sumber
bentuklahan yang bervariasi. pencemar, dan batas administrasi.
Penelitian ini bermanfaat sebagai Penentuan segmentasi sungai dilakukan
pemahaman dinamika sungai di masa berdasarkan batas administrasi tiap desa
depan, melalui proses fluvial dan pada lokasi dengan tingkat kerawanan
kemampuan memprediksi evolusi sungai banjir tinggi. Berdasarkan Dokumen RTRW
(Kasvi, Laamanen, Lotsari, & Alho, 2017). Pemerintah Kabupaten Pacitan (2010)
Dinamika sungai merupakan hasil interaksi

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 15
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

Gambar (Figure) 1. Lokasi Penelitian pada Sungai Grindulu, Segmen Arjosari-Pacitan (Research location on the
Grindulu River, Arjosari-Pacitan Segment)
Sumber (Source): Analisis data (Data analysis), 2019

Kecamatan Arjosari dan Pacitan bervariasi dan KTK yang rendah. Topografi
merupakan lokasi prioritas pengendalian DAS Grindulu didominasi oleh kemiringan
banjir dalam program pembangunan lereng curam seluas 28.277,4 ha (39,5%),
tahun 2009-2028 di Kabupaten Pacitan. agak curam seluas 23.495,4 ha (32,9%),
Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada datar seluas 12.041,2 ha (18,8%), dan
Gambar 1. sangat curam seluas 7.705,4 ha (10,8%).

Berdasarkan data BPDAS Solo (2012) B. Bahan dan Alat


kondisi iklim di DAS Grindulu didominasi Bahan yang digunakan dalam penelitian
tipe iklim C dan D dengan 4 bulan kering ini adalah Citra SPOT-7 yang telah
dan 6 bulan basah dengan curah hujan terkoreksi dengan format Enhanced
terendah mencapai 875 mm/ tahun dan Compression Wavelet (.ecw), perekaman
maksimal 3.627 mm/ tahun. Jenis tanah tahun 2015 dan 2017 untuk interpretasi
pada lokasi penelitian didominasi oleh bentuklahan, DEMNAS 1507-43 untuk
jenis Entisol, agihan jenis tanah ini penentuan dataran banjir, peta jaringan
kompleks dengan jenis tanah Inceptisol, sungai RBI skala 1:25.000, dan koordinat
Mollisol, dan Vertisol. Tanah Entisol cheking lapangan tahun 2019. Alat yang
memiliki potensi erosi sangat berat digunakan adalah GPS untuk pengambilan
dengan tekstur didominasi oleh debu (silt), titik sampel, kamera, Software Arc GIS
konsistensi gembur-agak teguh, pH 10.1.

16 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No. 1, April 2019 : 13-26

C. Metode Penelitian citra selanjutnya dilakukan pengecekan


Penelitian ini dilakukan dengan metode lapangan.
kombinasi antara desk analysis dengan
survey lapangan. Pengenalan bentuklahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan menggunakan klasifikasi dari A. Dinamika Bentuklahan Fluvial akibat
Verstappen (1983). Desk analysis Sedimentasi
dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-
Proses fluvial dengan agen utama dari
jenis bentuklahan hasil proses fluvial
aliran air sungai akan mengangkut
melalui interpretasi citra secara visual-
sejumlah sedimen dan mengendap dan
manual. Delineasi bentuklahan dilakukan
menyebabkan penumpukan material
dengan digitasi on screen dalam bentuk
sehingga membentuk kenaikan permuka-
data vektor. Kunci interpretasi masing-
an yang disebut sebagai agradasi. Dalam
masing bentuklahan dikenali melalui
dinamika terdapat pula bagian yang
perbedaan ciri spesifik obyek pada citra
mengalami pengikisan sehingga berakibat
berdasarkan rona/ warna, ukuran, bentuk,
pada berkurangnya bagian suatu bentang
pola, tekstur, bayangan, situs, dan asosiasi
alam, yang dapat terjadi karena erosi yang
(Sutanto, 1994). Untuk interpretasi
disebut sebagai degradasi. Bentuklahan
bentuklahan dataran banjir
fluvial akibat sedimentasi dapat dilihat
dikombinasikan dengan data topografi
pada Gambar 2 a dan b.
berupa kemiringan yang diturunkan dari
data DEMNAS menggunakan spatial Hasil analisis bentuklahan pada Segmen
analyst tools dengan hasil akhir berupa Arjosari-Pacitan diperoleh lima
data raster dan kemudian dilakukan bentuklahan proses fluvial akibat
klasifikasi. Data raster kemudian diubah sedimentasi yaitu point bar, channel bar,
menjadi data vektor dan dilakukan flood plain, meandering dan natural levee.
eliminasi. Bentuklahan dataran banjir Kunci interpretasi yang digunakan dalam
dibatasi pada kemiringan lereng sampai mengenali bentuklahan fluvial pada
8%. Hasil interpretasi bentuklahan dari penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.

Gambar (Figure) 2. Bentuklahan fluvial akibat sedimentasi pada Segmen Arjosari-Pacitan a) tahun 2015, b).
tahun 2017 (Fluvial landform caused by sedimentation process on Arjosari-Pacitan Segment
a) year 2015, b) year 2017)
Sumber (Source): Analisis data (Data analysis), 2019

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 17
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

Tabel (Table) 1. Kunci interpretasi visual bentuklahan fluvial (Key visual interpretation of
fluvial landform)
Rona/
Bentuklahan Warna Ukuran Bentuk Tekstur Pola Bayangan Situs Asosiasi
(Landform) (Tone/ (Size) (Shape) (Texture) (Pattern) (Shadow) (Site) (Association)
Colour)
Point bar Krem, cerah Sedang Lonjong Halus Kurang Tidak Endapan Dekat sungai
memanjang teratur terlalu lumpur dan dataran
tegas banjir
Channel Bar Krem, cerah Sedang Lonjong Halus Kurang Tidak Endapan Ditengah
teratur terlalu lumpur sungai dan
tegas
Flood plain Hijau, coklat, Luas Tidak Halus Tidak Tidak tegas Air, vegetasi, Dekat
gelap beraturan teratur sungai sungai,
pemukiman,
lahan
pertanian
Meandering Hijau, gelap Sedang Membentuk Halus Tidak Tidak tegas Kelokan Dataran
huruf u atau s teratur sungai banjir, badan
air, point bar
dan channel
bar
Natural Coklat, Gelap Sedang Memanjang Agak Tidak Tegas Batuan, Dataran
levee kasar teratur membentuk banjir, badan
tanggul dan air, point bar
bervegetasi
Sumber (Source): Analisis data (Data analysis), 2019

Berdasarkan penelitian Hosu & Sabo pengaliran sungai. Hal ini berimplikasi
(2012) bahwa proses agradasi berupa pada menurunnya daya tampung sehingga
sedimentasi menjadi faktor yang dominan saat terjadi debit yang tinggi maka sungai
dalam perubahan morfologi sungai. Hal ini akan meluap terutama pada dataran
terjadi pula pada sungai Segmen Arjosari- banjir dan dataran alluvial disekitarnya.
Grindulu bahwa selama kurun waktu 2 Identifikasi bentuklahan asal proses fluvial
tahun telah terjadi proses agradasi yaitu: pada segmen sungai maka dapat
a) Perubahan paling dominan terjadi pada digunakan sebagai perencanaan tata
bentukan lahan dataran banjir dengan ruang demi terwujudnya kondisi tata air
penambahan luasan sebesar 0,872 ha DAS yang optimal. Upaya tersebut
(0,216%), b) channel bar bertambah 0,091 ditargetkan pada pengendalian daya rusak
ha (0,019%), dan c) natural levee air akibat erosi dan sedimentasi. Lokasi
mengalami penambahan luas 0,014 ha pengendalian erosi sebagai sumber
(0,002%). Selain proses agradasi terjadi material sedimen diprioritaskan pada: 1)
pula proses degradasi yaitu bentuklahan tebing sungai dengan kedalaman >3 m yg
point bar mengalami penurunan seluas berada pada wilayah hulu dan pada areal
1,298 ha (0,262%). meandering (Segmen Bolosingo, Arjosari,
Gembong, dan Borang) melalui kegiatan
Dinamika bentuklahan yang perlu
pengendalian morfoerosi tebing sungai
diwaspadai adalah terjadinya agradasi
(stream bank protection) berupa
yang menyebabkan penambahan luasan
penanaman vegetasi yang mendukung
akibat sedimentasi. Agradasi ini dapat
stabilitas tebing sungai, 2) Alur sungai
mengancam penurunan kapasitas

18 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No. 1, April 2019 : 13-26

yang teridentifikasi deposit sedimentasi sungai di daerah meandering sungai. Point


(Segmen Bolosingo, Arjosari, Gembong, bar adalah endapan sedimen yang
dan Borang) melalui normalisasi sungai, berbentuk busur di sepanjang bagian
pembuatan sediment trap, dam dalam dari lekukan sungai dengan arah
pengendali, dam penahan, dan gully plug. vertikal dari saluran sungai (Coffman,
Malstaff, & Heitmuller, 2011).
B. Bentuklahan Fluvial akibat Sedimentasi
Pembentukan point bar di sepanjang
Permasalahan sedimentasi dapat sungai yang diamati lebih disebabkan oleh
terjadi karena adanya perubahan tekanan arus sungai dari tempat yang
penggunaan lahan. Penelitian Putri & lebih tinggi kelerengannya sehingga yang
Terunajaya (2012) menyatakan bahwa
mengakibatkan erosi di suatu tepi sungai
perubahan penggunaan lahan dapat
kemudian hasil erosi tersebut diendapkan
meningkatkan debit puncak 5 sampai 35
pada arah yang berlawanan. Ukuran point
kali, hal ini terjadi karena
bar yang dijumpai bervariasi bergantung
ketidakseimbangan pada air hujan yang
dari alur dan besarnya kelokan sungai.
terinfiltrasi lebih rendah sehingga terjadi
Pada alur sungai yang besar (lebar aliran
aliran permukaan (run off) yang
lebih dari 40 m pada muka air normal)
menyebabkan terkikisnya tanah dan
berpotensi terjadi erosi. Hasil erosi berupa akan berbanding lurus dengan tekanan
sedimen akan terbawa aliran dan aliran sungai, sehingga berpotensi untuk
mengendap pada bagian tertentu di mengerosi tepi alur di kelokan sungai.
sungai. Berdasarkan penelitian Ningrum Adanya kelokan sungai akan memperkecil
(2014) pemantauan sedimentasi secara kecepatan aliran sungai sehingga material
spasial menunjukkan bahwa perubahan sedimen akan mengendap di sekitar
penggunaan lahan di hulu akan lekukan. Perkembangan point bar sejalan
mengakibatkan timbulnya sedimentasi dengan berkembangnya sungai menjadi
dimulai dari tengah hingga hilir. meander. Morfologi bentuklahan point
Sedimentasi yang ditandai dengan adanya bar akan bertambah luas maju (slip-off
endapan-endapan di kanan kiri Sungai slope) dengan membentuk igir (ridges)
Grindulu mulai terjadi pada bagian tengah dan ledok memanjang (swale) secara
sampai hilir. Menurut Abdullah, Magetsari berurutan (Dibyosaputro, 2016). Pada
& Purwanto (2003) bahwa endapan pada penelitian ini secara total luasan point bar
bagian tengah-hilir di Sungai Grindulu mengalami degradasi akibat pengerukan
berupa material lepas dari hasil rombakan dan pengikisan akibat aliran banjir, namun
dan pelapukan batuan yang terdiri dari
pada beberapa lokasi point bar juga
kerakal, kerikil, pasir dan tanah.
bertambah maju. Salah satu perubahan
b.1. Point Bar bentuklahan point bar dapat ditunjukkan
Point bar atau disebut sebagai gosong pada Gambar 3.
tepi sungai banyak dijumpai pada tepi alur

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 19
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

a. b.
Gambar (Figure) 3. Perubahan point bar a. Tahun 2015 dan b. Tahun 2017 (Point bar transformation a. Year
2015 and b. Year 2017)
Sumber (Source): Citra SPOT 7 2015, 2017 (SPOT 7 Imagery 2015, 2017)

Gambar (Figure) 4. Gosong tepi sungai (Point Bar)


Sumber (Source): Dokumentasi pribadi, 2019

b.2. Channel bar terkait dengan pasokan sedimen (fase,


Channel bar atau disebut gosong kuantitas dan ukuran butir) yang
tengah sungai merupakan endapan seperti terangkut oleh saluran sela terjadi banjir
bukit pasir yang terbentuk secara sehingga berpengaruh pada
bertahap disimpan di sepanjang sisi perkembangan bukit pasir. Channel bar
dangkal tengah alur sungai dan juga mampu menjebak sedimen selama
menghasilkan akresi lateral (Hudson, kejadian banjir sehingga dalam jangka
2017). Material dan pembentukan channel panjang memungkinkan terjadinya
bar hampir mirip dengan point bar, namun perubahan pada morfologi dan
hanya berbeda pada lokasi sedimentasi saluran sungai bagian hilir
pengendapannya. Menurut Wintenberger (Wang & Xu, 2015).
et al. (2015) perkembangan channel bar

20 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No. 1, April 2019 : 13-26

Gambar (Figure) 5. Gosong tengah sungai (Channel Bar)


Sumber (Source): Dokumentasi pribadi, 2019

b.3. Flood plain


Flood plain atau dataran banjir
merupakan dataran yang berada pada sisi
kanan kiri sungai yang mungkin terendam
pada waktu air tinggi. Dataran banjir
terbentuk dari hasil endapan di alur dan
pengendapan sedimen halus pada daerah
genangan pada waktu banjir (Linsley,
Kohler, & Paulhus, 1996). Pembentukan
dataran banjir berawal dari material hasil Gambar (Figure) 6. Dataran banjir (Flood plain)
Sumber (Source): Dokumentasi pribadi, 2019
erosi terangkut ke arah hilir dalam jumlah
yang besar dan waktu yang relatif lama,
b.4. Meandering
sehingga membentuk tebing-tebing sungai
Meandering atau kelokan sungai
yang berfungsi sebagai batas alur sungai
merupakan bentukan alam sungai yang
kemudian diendapkan pada daerah yang
dihasilkan dari proses migrasi bertahap
relatif rendah dan membentuk dataran.
saluran sungai dan erosi tanggul. Meander
Endapan ini terdiri dari material pasir,
sungai menggeser lereng di bagian bawah
batu halus, dan lumpur. Dataran banjir
dengan mengendapkan sedimen pada
berada di sepanjang kanan kiri sungai
bagian dalam tikungan, sementara pada
sebagian besar telah dimanfaatkan
sisi cekungan akan terkikis (Ahmed &
menjadi kawasan permukiman dan
Fawzi, 2011). Adanya kelokan sungai akan
kawasan pertanian.

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 21
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

Gambar (Figure) 7. Meander (Meandering)


Sumber (Source): Dokumentasi pribadi, 2019

mengurangi kecepatan aliran sungai yang banyak dijumpai pada dataran banjir
sehingga menyebabkan pengendapan yang membentuk suatu batas dengan
sedimen secara horizontal. Jika dilihat saluran sungai yang mengalami banjir.
sungai bermeander memiliki alur Tanggul alami memiliki ketinggian yang
berbelok-belok menyerupai huruf “S” lebih tinggi dibandingkan dengan saluran
berulang. Sungai bermeander terbentuk sungai dan meruncing ke bawah mencapai
oleh adanya pergerakan menyamping batas ambang banjir (Smith & Perez-
akibat arus sungai terhadap formasi dan arlucea, 2008). Tanggul alami yang
perubahan bentuk lengkungan sungai. terbentuk pada lokasi penelitian
Kondisi topografi pada daerah meandering merupakan akumulasi sedimen yang
mempengaruhi kekuatan gradien tekanan, memanjang dan berbatas tegas dengan
gesekan di sepanjang batas saluran, sungai sebagai tanda tinggi muka air
percepatan sentrifugal karena sungai tertinggi saat banjir. Tanggul alam
kelengkungan, dan perubahan kecepatan yang terbentuk dekat dengan alur sungai
aliran (Legleiter, Harrison, & Dunne, berasal dari proses pengendapan material
2011). sungai yang membawa sedimen akibat
luapan banjir. Ukuran material sedimen
b.5. Natural levee yang kasar mengendap di sekitar palung
Natural levee atau tanggul alami sungai. Material kasar yang terendapkan
merupakan salah satu bentukan fluvial dalam waktu yang lama dan terjadi terus

22 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No. 1, April 2019 : 13-26

Gambar (Figure) 8. Tanggul alam (Natural levee)


Sumber (Source): Dokumentasi pribadi, 2019

menerus akan membentuk tanggul alam berkembangnya luasan bentuklahan


dengan perbedaan elevasi dan kemiringan fluvial akibat sedimentasi yang dapat
yang cukup curam. Tanggul alam berperan menyebabkan penurunan kapasitas
menahan air hasil limpasan banjir dan pengaliran sungai. Identifikasi
dapat kembali lagi ke badan air. Bentukan bentuklahan ini dapat dijadikan dasar
tanggul alam biasanya dimanfaatkan dalam perencanaan upaya pengendalian
untuk menentukan pembangunan tanggul daya rusak air akibat erosi dan
buatan. Tanggul biasanya dibangun di atas sedimentasi yang diprioritaskan pada
tanggul alami pada tepi aliran sungai Segmen Bolosingo, Arjosari, Gembong,
(Hyndman & Hyndman, 2010). dan Borang.

IV. KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kepada Balai
Identifikasi bentuklahan pada Sungai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Segmen Arjosari-Pacitan dilakukan
Hutan Lindung dan Perhutanan Sosial Solo
berdasarkan interpretasi citra secara
atas dukungan datanya.
visual, terdiri dari lima bentuklahan proses
fluvial akibat sedimentasi yaitu point bar,
DAFTAR PUSTAKA
channel bar, flood plain, meandering, dan
natural levee. Dalam kurun waktu 2 tahun Abdullah, C. I., N. A. Magetsari &
telah terjadi dinamika yang didominasi Purwanto, H. S. (2003). Analisis
dinamik tegasan purba pada satuan
oleh proses agradasi dengan derajat
batuan paleogen – neogen di daerah
perubahan rata-rata sebesar 0,065%. Pacitan dan sekitarnya, Provinsi Jawa
Adanya proses agradasi menunjukkan Timur ditinjau dari studi sesar minor

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 23
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

dan kekar tektonik. PROC. ITB Sains & Dibyosaputro, S. (2016). Karakteristik
Tek, 35(2), 111–127. point bar di Sungai Bogowonto,
Ahmed, A., & Fawzi, A. (2011). Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa
Meandering and bank erosion of the Tengah. Geomedia, 14, 1–12.
River Nile and its environmental Hosu, M., & Sabo, H. (2012). The
impact on the area between Sohag. morphodynamics of the some ú river
Arab J Geosci, 4(1–11). channel , Northwestern Romania , as
https://doi.org/10.1007/s12517-009- response to natural influences,
0048-y 1(January), 210–215.
Balasubramanian, A. (2016). Fluvial https://doi.org/10.1016/j.apcbee.201
landforms. 2.03.034
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.171 Hudson, P. F. (2017). Fluvial depositional
16.39044 processes and landforms.
Banuwa, I. (2013). Erosi. Jakarta: https://doi.org/10.1002/9781118786
Prenadamedia Group. 352.wbieg087
BBWS Bengawan Solo. (2015). Rencana Huggett, R. J. (2007). Fundamentals of
Pengelolaan sumber daya air wilayah geomorphology. Canada: Routledge.
Sungai Bengawan Solo. Surakarta: Hyndman, D., & Hyndman, D. (2010).
Kementerian Pekerjaan Umum. Natural hazard and disaster. Brooks
BNPB. (2019). Data kejadian banjir. Cole.
https://dibi.bnpb.cloud. Diakses pada Ibisate, A., Ollero, A., & Elena, D. (2011).
14 Maret 2019. Influence of catchment processes on
BPDAS Solo. (2011). Rencana tindak fluvial morphology and river habitats
rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) Influence of catchment processes on
dalam rangka pengendalian banjir fluvial morphology and river habitats.
dan tanah longsor DAS Solo tengah- Limnetica, 30(2), 169–182.
hilir. Direktorat Perencanaan dan Kasvi, E., Laamanen, L., Lotsari, E., & Alho,
Evaluasi Pengelolaan DAS Direktorat P. (2017). Flow patterns and
Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan morphological changes in a sandy
Perhutanan Sosial. meander bend during a flood —
BPDAS Solo. (2012). Penyusunan rencana spatially and temporally intensive
pengelolaan Daerah Aliran Sungai ADCP measurement approach. water,
SWP Grindulu terpadu. Surakarta: 9(106), 6–11.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran https://doi.org/10.3390/w9020106
Sungai Solo. Direktorat Jenderal KPPIP. (2019). Proyek prioritas nasional.
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan retrieved from
Sosial. https://kppip.go.id/proyek-strategis-
Charlton, R. (2008). Fundamentals of nasional/p-proyek-bendungan-dan-
fluvial geomorphology. London: jaringan-irigasi/bendungan-tukul/
Routledge. Legleiter, C. J., Harrison, L. R., & Dunne, T.
Coffman, D. K., Malstaff, G., & Heitmuller, (2011). Effect of point bar
F. T. (2011). Characterization of development on the local force
geomorphic units in the Alluvial balance governing flow in a simple ,
Valleys and Channels of Gulf Coastal meandering gravel bed river, 116, 1–
Plain Rivers in Texas , with examples 29.
from the Brazos , Sabine , and Trinity https://doi.org/10.1029/2010JF0018
Rivers , 2010. Denver. 38

24 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai E-ISSN: 2579-5511/ P-ISSN: 2579-6097
(Journal of Watershed Management Research)
Vol. 3 No. 1, April 2019 : 13-26

Linsley, R. K., Kohler, M. A., & Paulhus, J. . https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2


(1996). Hidrologi untuk insinyur. 008.02.009
Jakarta: Erlangga. Sutanto. (1994). Penginderaan jauh jilid II.
Ningrum, M. (2014). Kajian perubahan Yogyakarta,: Gadjah Mada University
penggunaan lahan DAS Bogowonto Press.
terhadap rencana tata ruang wilayah Tabarestani, M. K., & Zarrati, A. . (2015).
dalam rangka pengendalian Sediment transport during flood
sedimentasi. Universitas Gadjah Mada. event : a review. International Journal
Paryono, Damar A., Susilo S.B., Dahuri R., Environmental Science Technology,
Suseno H. (2017). Sedimentasi di delta 12(424), 775–788.
Sungai Citarum, Kecamatan Muara https://doi.org/10.1007/s13762-014-
Gembong, Kabupaten Bekasi. 0689-6
https://doi.org/10.20886/jppdas.2017. Tundu, C., Tumbare, M. J., & Onema, J. K.
1.1.15-26 (2018). Sedimentation and its impacts /
Pemerintah Kabupaten Pacitan. (2010). effects on river system and reservoir
Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan water quality : case study of Mazowe
Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Catchment , Zimbabwe. International
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Association of Hydrological Sciences.,
Pacitan. 377, 57–66.
Putri, A. P., & Terunajaya. (2012). Pengaruh https://doi.org/10.5194/piahs-377-57-
perubahan pola tata guna lahan 2018
terhadap sedimentasi di hulu Sungai Verstappen, H. (1983). Applied
Ular. Tekhnil Sipil USU, 1(2). geomorphology. Amsterdam: Elsevier.
Raharjo, P. D. (2013). Penggunaan data Wang, B., & Xu, Y. J. (2015). Sediment
penginderaan jauh dalam analisis trapping by emerged channel bars in
bentukan lahan asal proses fluvial di the lowermost Mississippi River during
wilayah Karangsambung. Jurnal a major flood. Water, 7, 6079–6096.
Geografi, 7(2), 167–174. https://doi.org/10.3390/w7116079
https://doi.org/10.15294/jg.v7i2.85 Wijayanti, D. A., & Gunawan, T. (2017).
River, T., & Das, S. S. (2016). Vertical Pemanfaatan citra penginderaan jauh
sequences of lithofacies in point bar untuk ekstraksi parameter laju erosi-
and natural levee deposits ,. sedimentasi di daerah aliran sungai.
International Journal of Environmental Universitas Gadjah Mada.
Sciences, 6(5), 746–757. Wintenberger, C. L., Rodrigues, S., Claude,
https://doi.org/10.6088/ijes.6070 N., Jugé, P., Bréhéret, J., & Villar, M.
Smith, N. D., & Pérez-arlucea, M. (2008). (2015). Geomorphology dynamics of
Natural levee deposition during the nonmigrating mid-channel bar and
2005 flood of the Saskatchewan River superimposed dunes in a sandy-
geomorphology natural levee gravelly river ( Loire River , France ).
deposition during the 2005 flood of the Geomorphology, 248, 185–204.
Saskatchewan River. Geomorphology, https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2
101(2008), 583–594. 015.07.032

@2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. 25
DINAMIKA BENTUKAN LAHAN FLUVIAL AKIBAT SEDIMENTASI DI SUNGAI GRINDULU.................................................. (Arina Miardini)

Halaman ini sengaja dibiarkan kosong.

26 @2019 JPPDAS All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license.

You might also like