Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE TECHNOLOGY

SOCIETY (STS) DISERTAI DENGAN MIND MAP (MM) UNTUK


MEMBERDAYAKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Ivayuni Listiani
Prodi PGSD FIP IKIP PGRI MADIUN

Abstract

The purpose of this study was to determine the effectiveness of a Science Technology
Society model accompanied with Mind Map to empower the ability to science procces
skills. This study was a quasi-experimental study. The study used a one-group pretest-
posttest design. The population of the study was all students of grade X of Public Senior
High School 7 Surakarta in the academic year of 2013/2014. Sample was taken using
cluster random sampling technique with a sample of 27 students. The instrument used
was questionnaire, observation sheets, interviews, and tests. The ability to KPS data was
tested with the Paired sample t-test and calculated by Ngain. The results showed the
effectiveness of STS models accompanied with MM, in which it had been successful in
increasing the ability to KPS with a value of Ngain of 0.54 and the result was significance
at p=0.000, making the ability belong to “medium” category. Based on the results of
research and hypothesis testing, it can be concluded that STS model accompanied with
MM was effective in empowering the ability to KPS of the tenth graders of Senior High
School 7 Surakarta in the academic year of 2013/2014.

Keywords: Science Technology Society (STS), Mind Map (MM), Science Procces Skills

Abstrak

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran berbasis Science
Technology Society disertai Mind Map untuk memberdayakan keterampilan proses sains.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain penelitian menggunakan one
group pretest-posstest design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
cluster random sampling dengan pengambilan sampel sejumlah 27 siswa. Instrumen yang
digunakan adalah angket, lembar observasi, wawancara dan tes. Data kemampuan
menganalisis diuji dengan uji Paired sample t-test dan dihitung dengan Ngain. Hasil penelitian
menunjukan bahwa efektivitas model berbasis STS disertai MM menunjukkan peningkatan
dengan kategori sedang dalam memberdayakan KPS dengan perolehan Ngain 0,54 serta hasil
signifikansi sebesar p=0,000. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis dapat disimpulkan
bahwa model STS disertai MM efektif dalam memberdayakan KPS siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci: Science Technology Society (STS), Mind Map (MM), Keterampilan Proses
Sains

112
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  113

A. Pendahuluan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan


Era globalisasi yang spiritual keagamaan, pengendalian diri,
berkembang semakin pesat kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
membawa perubahan yang serta ketrampilan yang diperlukan
signifikan disegala bidang dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
kehidupan terutama pada bidang Suasana belajar dan proses pembelajaran
pengetahuan. Pesatnya ilmu yang sedemikian rupa dapat diwujudkan
pengetahuan mulai dioptimalkan dalam kegiatan belajar mengajar.
melalui pemanfaatan manusia Kegiatan belajar mengajar dirancang dan
sebagai sumber daya yang dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai
dimanfaatkan dalam berbagai sisi dengan kompetensi dasar dan indikator
kehidupan. Pemanfaatan manusia agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
sebagai sumber daya dalam Pencapaian tujuan pembelajaran secara
persaingan global dilakukan maksimal mendasari betapa pentingnya
dengan mengaplikasikan ilmu memberdayakan proses dalam
pengetahuan dalam bidang pembelajaran, khususnya dalam
teknologi. Seperti yang kita pembelajaran IPA.
rasakan sekarang aplikasi dari ilmu Pembelajaran IPA diarahkan untuk
pengetahuan yang berkembang mencari tahu melalui serangkaian proses
juga meningkatkan kemajuan sehingga dapat membantu siswa untuk
teknologi yang semakin kompleks. memperoleh pemahaman yang lebih
Kemajuan teknologi yang semakin mendalam. Biologi merupakan salah satu
kompleks merupakan salah satu bagian dari IPA, oleh karenanya
perubahan dalam era globalisasi. pembelajaran biologi seharusnya mengacu
Kemajuan teknologi dan informasi pada hakikat biologi sebagai ilmu sains,
yang berkembang semakin pesat yang terdiri dari dari hands on, minds on
mendorong manusia untuk dapat dan hearts on activities agar pembelajaran
memanfaatkan dan menguasainya biologi tidak kehilangan ruhnya sebagai
dengan baik dan tepat guna. sains (Suciati, 2011). Hands on atau
Penguasaan teknologi yang baik keterampilan merupakan kegiatan yang
dan tepat guna dapat dilakukan harus dilakukan siswa dalam pembelajaran
dengan berbagai cara, salah seperti mengamati, mengelompokkan,
satunya melalui pendidikan. membuat rumusan masalah, membuat
Pendidikan menurut hipotesis, mengkomunikasikan,
Undang Undang No.20 Tahun mengiterpretasikan, dan lain sebagainya
2003 pasal 1 merupakan usaha merupakan proses yang harus
sadar dan terencana untuk diberdayakan dalam pembelajaran biologi
mewujudkan suasana belajar dan agar siswa dapat mencapai konsep-konsep,
proses pembelajaran agar peserta fakta, teori sebagai
didik secara aktif mengembangkan
114  Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 1, Juni 2015, 112 – 126

produk sains atau minds on pengukuran, penyusunan atau perakitan


sehingga siswa dapat memperoleh alat dalam melakukan proses.
sikap-sikap ilmiah atau hearts on Keterampilan sosial terlibat dalam
seperti jujur, teliti, bekerja sama, melaksanakan kegiatan belajar mengajar
menghargai dan lain sebagainya karena siswa berinteraksi dengan sesama
dalam pelaksanaan pembelajaran. untuk mendiskusikan hasil pengamatan.
Tujuan pembelajaran Biologi di Penerapan KPS menekankan adanya
sekolah sesuai dengan keterlibatan fisik dan mental intelektual
Permendiknas No. 22 Tahun 2011 siswa yang dapat digunakan untuk
adalah untuk memperoleh melatih dan mengembangkan kecakapan
kompetensi dasar ilmu berpikir siswa. KPS dapat
pengetahuan dan teknologi serta dikembangkan melalui pemberian
membudayakan berpikir ilmiah pengalaman belajar secara langsung.
secara kritis, kreatif dan mandiri Pengalaman belajar dapat
(BSNP, 2011). Berkaitan dengan dibentuk melalui serangkaian proses
tujuan pembelajaran di atas dapat pembelajaran, dimana pembelajaran
disimpulkan bahwa pembelajaran seharusnya tidak terpaku pada konsep
mengharuskan para guru untuk saja melainkan juga pada aplikasi dari
memberikan pengalaman lebih konsep tersebut agar pembelajaran lebih
dalam pembelajaran. bermakna. Pembelajaran seharusnya
Pembelajaran biologi berkaitan dengan permasalahan yang ada
seharusnya lebih memberdayakan dalam kehidupan sehari-hari supaya
pada proses karena melalui proses siswa dapat mengkonstruk
pembelajaran siswa akan pengetahuannya melalui pengalaman
memperoleh ilmu pengetahuan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat
yang lebih bermakna dan dapat Vico dalam Poedjiadi (2005) yang
mengembangkan Keterampilan menyatakan bahwa manusia dikaruniai
Proses Sains (KPS) serta kemampuan untuk membangun atau
kemampuan berpikirnya. KPS mengkonstruk pengetahuan setelah
menurut Rustaman et al. (2005) berinteraksi dengan lingkungannya.
merupakan keterampilan proses Pembelajaran tersebut sejalan dengan
yang melibatkan keterampilan- teori belajar Ausubel yang menjelaskan
keterampilan kognitif atau tentang proses dikaitkannya informasi
intelektual, manual, dan sosial. baru pada konsep-konsep relevan yang
Keterampilan kognitif atau terdapat dalam struktur kognitif siswa
intelektual terlibat karena siswa untuk dapat memberikan penyelesaian
menggunakan pikirannya dalam nyata dari permasalahan yang nyata
melakukan proses. Keterampilan (Trianto, 2010). Konsep yang diberikan
manual terlibat ketika siswa yang disertai dengan aplikasi secara
menggunakan alat dan bahan, langsung akan memberikan pengalaman
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  115

belajar pada siswa sehingga siswa kurang mengembangkan proses belajar


dapat memahami konsep yang inovatif. Proses pembelajaran
pembelajaran dengan baik. belum mengakomodasikan siswa untuk
Pembentukan struktur kognitif terlibat secara aktif dalam pembelajaran
melalui aplikasi secara langsung serta penggunaan bahan ajar dalam
memerlukan strategi-strategi yang pembelajaran masih berupa buku dari
dapat diberdayakan oleh pendidik, sekolah dan LKS yang diperoleh dari
sehingga diperlukan pendidik yang penerbit sehingga siswa terkesan pasif.
mempunyai kompetensi sebagai Kepasifan siswa berdampak pada kurang
seorang pendidik. tertariknya siswa dalam kegiatan
Undang Undang Guru dan pembelajaran yang menyebabkan
Dosen No. 14 Tahun 2005 rendahnya KPS siswa dalam
menyatakan bahwa guru profesional berkomunikasi untuk mengungkapkan
adalah guru yang mempunyai: 1) apa yang kurang dimengerti sehingga
kompetensi paedagogik seperti siswa masih kesulitan dalam
merencanakan dan melaksanakan memecahkan soal yang mempunyai
evaluasi pembelajaran; 2) tingkatan C4-C6. Rendahnya
kompetensi profesional seperti kemampuan siswa dalam memecahkan
penguasaan materi subjek, soal dikarenakan dalam pembelajaran
memahami kurikulum dan kurang memberdayakan science literacy
perkembangannya, pengelolaan siswa. Chabalengula et al. (2008)
kelas, memiliki wawasan tentang menyatakan bahwa pendidikan harus
inovasi pendidikan, penggunaan mempromosikan pembangunan literasi
strategi, media, dan sumber belajar; ilmiah antara siswa dengan memberikan
3) kompetensi kepribadian seperti representasi yang seimbang dari banyak
tauladan, evaluasi kinerja sendiri dan aspek literasi ilmiah.
menerima kritik; 4) kompetensi Hasil Trends in International
sosial seperti berkomunikasi, Mathematics and Science Studies/TIMSS
berkontribusi terhadap (2011) menunjukkan bahwa hasil sains
pengembangan pendidikan dan Indonesia berada pada urutan ke-40 dari
memanfaatkan ICT. Berdasarkan 42 negara dengan nilai rata-rata sebesar
tuntutan tersebut guru dituntut untuk 406. Hasil serupa juga ditunjukkan dalam
mampu menciptakan pembelajaran studi Programme for International Student
yang mendorong siswa aktif dalam Assessment/ PISA (2012) dimana skor
pembelajaran melalui serangkaian Indonesia kembali turun menjadi 382 dan
proses. menduduki peringkat ke-64 dari 65
negara. Keadaan tersebut mengindikasikan
Fakta di lapangan rendahnya kemampuan anak Indonesia
pembelajaran biologi masih dalam kemampuan mengidentifikasi
berorientasi pada produk dan masalah ilmiah,
116  Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 1, Juni 2015, 112 – 126

menggunakan fakta ilmiah, Surakarta. Berdasarkan hasil analisis


memahami sistem kehidupan, dan kebutuhan menunjukkan bahwa proses
memahami penggunaan peralatan pembelajaran biologi di kelas X kurang
sains (Pusat Penilaian Pendidikan mengaktifkan peran siswa dalam
Balitbang Kemendikbud, 2011). mengembangkan KPS, siswa belum
Hasil observasi di SMA diarahkan untuk berproses sesuai dengan
Negeri 7 Surakarta berkaitan hakikat pembelajaran biologi sebagai
dengan Standar Nasional pembelajaran sains. Kondisi
Pendidikan (SNP) menunjukkan pembelajaran yang belum mengaktifkan
bahwa masih terdapat GAP antara peran aktif siswa mengakibatkan siswa
kontribusi dan implementasi pada mengetahui berbagai konsep tanpa
beberapa standar. Standar yang didukung dengan penerapan dari konsep
memiliki ketercapaian terendah yang telah dipelajari sehingga
yaitu standar proses, hal ini menyebabkan kurangnya science
dikarenakan masih adanya proses literacy siswa. Science literacy penting
pembelajaran yang belum untuk dikembangkankan dalam
terpenuhi dengan baik. Hasil pembelajaran karena merupakan suatu
analisis kebutuhan menunjukkan kemampuan dan sikap untuk memahami,
bahwa proses pembelajaran biologi mengkomunikasikan, serta menerapkan
di SMA Negeri 7 Surakarta belum pengetahuan yang dimiliki dalam
mengoptimalkan keterlibatan aktif memecahkan masalah yang ada di
siswa dalam pembelajaran. Siswa lingkungan (Toharudin, Hendrawati, dan
hanya diberikan materi, Rustaman, 2011).
merangkum dan mengerjakan Science Technology Society (STS)
latihan soal dalam Lembar Kerja merupakan salah satu model pembelajaran
Siswa (LKS). Pembelajaran yang dapat meningkatkan literacy science
biologi yang kurang melibatkan dikarenakan dalam pembelajarannya
keaktifan siswa mengakibatkan mengkaitkan antara ilmu pengetahuan dan
siswa cenderung pasif dalam teknologi dengan permalahan yang ada di
pembelajaran sehingga masyarakat. Model pembelajaran
keterampilan siswa dalam dirancang dengan mengkolaborasikan
berproses kurang dikembangkan antara model pembelajaran STS disertai
secara optimal. Mind Map (MM) agar memberikan warna
Berdasarkan analisis SNP lain dalam skenario pembelajaran yang
diperoleh bahwa GAP tertinggi diharapkan dapat memudahkan siswa
adalah standar proses yaitu sebesar dalam memahami konsep dan memberikan
1,85. Hal ini mengindikasikan motivasi siswa untuk tertarik dalam
bahwa masih ada kekurangan mengikuti kegiatan pembelajaran. Buzan
dalam pelaksanaan proses (2010) menyatakan bahwa MM
pembelajaran di SMA Negeri 7
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  117

merupakan suatu cara mencatat penelitian adalah: “Efektivitas Model


yang kreatif, efektif dan secara Pembelajaran Science Technology
harfiah akan memetakan pikiran- Society (STS) disertai Mind Map (MM)
pikiran. MM merupakan teknik untuk Memberdayakan Keterampilan
pemetaan pikiran untuk Proses Sains (KPS) Siswa”.
memepermudah siswa dalam
memahami materi pembelajaran B. Metode Penelitian
dengan memaksimalkan kerja otak. Penelitian dilaksanakan di SMA
Pembelajaran melalui STS disertai Negeri 7 Surakarta kelas X semester
MM dilakukan dengan sintaks genap tahun pelajaran 2013/2014.
pendahuluan, pembentukan Sampel dalam penelitian diambil dari
konsep, aplikasi konsep, kelas X yang terdiri dari 7 kelas
pemantapan konsep dengan MM, kemudian dilakukan pemilihan secara
dan penilaian. cluster random sampling dan diambil 1
Penggunaan model kelas, yaitu kelas X-IPA 1 sebagai kelas
pembelajaran STS disertai MM eksperimen dengan membandingkan
diharapkan dapat meningkatkan hasil pretest dan Posttest. Penelitian
ketertarikan siswa dalam mengikuti dilakukan dengan menggunakan metode
proses pembelajaran sehingga siswa eksperimen semu (Quasi exsperimental
dapat memberdayakan KPS. Adanya research). Metode eksperimen semu
keterlibatan siswa dalam digunakan karena banyak dari subjek
menciptakan pengalaman belajarnya penelitian yang tidak dapat dikontrol
melalui keterampilan proses akan atau dikendalikan (Darmadi, 2011).
memudahkan siswa dalam Desain penelitian yang digunakan yaitu
memahami konsep pembelajaran. One Group Pretest-Posttest Design
Hal ini sejalan dengan teori belajar dimana dalam desain kelompok atau
konstruktivis yang menekankan pada kelas dipilih secara random sebanyak
penguasaan konsep pembelajaran satu kelas. Kelas yang terpilih adalah
yang dibentuk oleh siswa melalui kelas diberikan perlakuan atau treatment
pengalaman belajar. Keterlibatan berupa model pembelajaran STS disertai
siswa dalam pembelajaran yang MM. Data yang diperoleh kemudian
memberdayakan KPS melalui model diolah dan dianalisis untuk mengetahui
pembelajaran berbasis STS disertai ada tidaknya pengaruh efektivitas model
MM diharapkan dapat digunakan pembelajaran STS disertai MM terhadap
sebagai bekal dalam penyelesaian KPS siswa kelas X SMA Negeri 7
masalah yang ada (Carrol, 1989). Surakarta. Desain penelitian ini disajikan
pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian One
Berdasarkan uraian pada Group Pretest-Posttest Design
(Syaodih Sukmadinata, 2012).
latar belakang di atas, judul
118  Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 1, Juni 2015, 112 – 126

Kelompok Pra Treat Pasca diperoleh yang berkaitan dengan obyek


test ment test penelitian (Riduwan, 2004). Fungsi dari
A O1 X1 O2
dokumentasi pada penelitian adalah untuk
Keterangan: mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester
O1 : Test awal yang diberikan. kelas X semester 1 tahun pelajaran
X : Perlakuan yang diberikan 2013/2014 mata pelajaran biologi yang
yaitu model pembelajaran digunakan untuk uji keseimbangan.
STS disertai MM. Observasi atau pengamatan digunakan
O2 : Tes akhir yang diberikan. untuk mengamati perilaku dan sikap
individu yang muncul dalam proses
Variabel dalam penelitian kegiatan pembelajaran. Observasi dapat
terdiri dari variabel bebas dan mengukur proses pembelajaran secara
variabel terikat. Variabel bebas eksternal, misalnya tingkah laku siswa,
merupakan variabel yang keaktifan siswa, kegiatan diskusi,
mempengaruhi variabel terikat partisipasi siswa, serta interaksi antar
dalam suatu treatment (Arikunto, siswa. Observasi harus dilakukan pada
2006). Variabel bebas dalam saat proses berlangsung (Sudjana, 2010).
penelitian adalah model Teknik non tes melalui observasi
pembelajaran STS disertai MM. digunakan untuk mengukur hasil belajar
Variabel terikat merupakan ranah psikomotor dan ranah afektif.
variabel yang dipengaruhi oleh Penilaian dilakukan oleh observer dengan
variabel bebas sebagai akibat dari memberikan checklist (√) pada lembar
suatu treatment (Arikunto, 2006). observasi. Skala yang digunakan pada
Variabel terikat dalam penilitian lembar observasi adalah skala
ini adalah KPS.
Numerical Rating Scale dengan skala
Teknik pengumpulan data
yang bernilai 1 sampai dengan 4
yang digunakan dalam penelitian
(Widoyoko, 2009). Angket digunakan
adalah teknik tes dan non tes.
untuk mengambil data pendukung
Teknik tes digunakan untuk
berupa hasil belajar ranah psikomotor
mengambil data KPS dan hasil
dan afektif. Pengukuran data pendukung
belajar ranah kognitif. Pertanyaan
menggunakan angket dalam bentuk
dalam tes dapat berupa tes tertulis
pilihan ganda yaitu bentuk angket
maupun lisan. Tes yang akan
dimana pengisi angket tinggal memberi
digunakan pada penelitian berupa
tanda silang pada pilihan jawaban yang
tes obyektif yaitu bentuk pilihan
dianggap paling benar. Alternatif
ganda. Teknik non tes berupa
jawaban tiap item ada empat. Pemberian
dokumentasi, observasi, dan angket.
skor tiap item pernyataan menurut skala
Teknik dokumentasi dilakukan
Likert dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
dengan mengumpulkan data dan
berkas yang dibutuhkan kemudian
menelaah dokumen yang
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  119

Tabel 2. Skor Penilaian dalam penelitian ini digunakan untuk


Berdasarkan Skala Likert mengukur instrumen yang berbentuk tes
(Sugiyono, 2010). hasil belajar pada ranah kognitif.
Nilai
Pernyataan Sikap Pernyata Pernyata
Validitas terdiri dari tiga yaitu validitas
an positif an negatif isi, validitas konstruk dan validitas butir
Sangat Setuju (SS) 4 1 soal. Validitas butir soal dan butir angket
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
dihitung dengan menggunakan rumus
Sangat Tidak 1 4 koefisien Product moment dari Karl
Setuju (STS) Pearson (Arikunto, 2010).
rXY =
Instrumen penelitian dalam N  XY   X Y 
penilaian KPS berupa tes pilihan 2 2 2 2

ganda, kemampuan kognitif yang {N  X  X }{N Y  Y  }


Keterangan :
digunakan berupa tes objektif,
rXY : koefisien korelasi antara x dan y N
sedangkan untuk tes objektif
: cacah subyek yang dikenai tes
sebelum digunakan untuk
(instrumen)
mengambil data penelitian,
X : skor untuk butir ke-i
diujicobakan terlebih dahulu untuk
Y : skor total (dari subyek try out)
mengetahui kualitas soal.
Jika harga ruv < r tabel, maka
Penguajian kualitas soal dilakukan
korelasi tidak signifikan sehingga item
untuk mengetahui validitas,
pertanyaan dikatakan tidak valid.
reliabilitas, daya beda dan taraf
Sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item
kesukarannya.
pertanyaan dinyatakan valid. Acuan
1. Uji validitas
penilaian validitas dari butir soal atau
Validitas merupakan mutu
item menurut Riduwan (2004) adalah:
penting dari setiap tes. Validitas
0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
merupakan ketepatan dan
0,6 – 0,799 : Tinggi (T)
kecermatan suatu instrumen dalam 0,4 – 0,599 : Cukup (C)
melakukan fungsi ukurnya 0,2 – 0.399 : Rendah (R)
(Darmadi, 2011). Valid berarti 0,00- 0,199 : Sangat Rendah (SR)
instrumen tersebut dapat digunakan Hasil uji validitas tes try out soal
untuk mengukur apa yang di kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar
seharusnya diukur. Uji validitas secara ringkas disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman Uji Validitas Tes


Instrumen Penelitian Jumlah Keputusan Uji Validitas
Item Valid Invalid
Keterampilan Proses Sains 20 20 0
Hasil belajar Kognitif 50 44 6
Hasil belajar Afektif 24 24 0
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  120

Berdasarkan Tabel 3 dapat Dengan:


diketahui bahwa hasil perhitungan uji r11 : Reliabilitas test secara
validitas tes keterampilan proses keseluruhan
sains dan hasil belajar afektif p : Proporsi subjek yang
menjawab item dengan benar
menunjukkan semua jumlah item
q : Proporsi subjek yang
valid, sedangkan tes kognitif terdapat menjawab item dengan benar
6 item tidak valid. (q= 1-p)
∑pq : jumlah hasil perkalian antara p
2. Reliabilitas
dan q
Reliabel artinya dapat k : Banyaknya item
dipercaya. Suatu tes dikatakan S : Standar deviasi dari test
mempunyai taraf reliabilitas yang (standar deviasi adalah akar
tinggi jika tes tersebut dapat variansi)
memberikan hasil yang tetap apabila Dengan ketentuan koefisien korelasi
diteskan berulang-ulang. Riduwan yang dapat dilihat pada tabel 4.
(2004) menyatakan bahwa reliabilitas Tabel 4. Koefisien Korelasi
instrumen tes yang memberikan Koefisien Kriteria realibilitas
jawaban yang benar bernilai 1 dan korelasi
jawaban salah bernilai 0. Untuk 0,81 < r < 1,00 Sangat tinggi
0,61 < r < 0,80 Tinggi
menghitung tingkat reliabilitas tes 0,41 < r < 0,60 Cukup
hasil belajar, digunakan rumus Kuder 0,21 < r < 0,40 Rendah
Richason (KR-20) untuk tes hasil 0,00 < r < 0,21 Sangat rendah
kognitif karena tes berbentuk pilihan Kriteria: Apabila r11 > rtabel maka soal
ganda. Berikut ini merupakan rumus tersebut reliabel.
dari Kuder Richardson (KR-20) : Hasil uji reliabilitas tes tryout

S  pq 
 k  2 soal analitis di kelas X SMA Negeri
r    2 Karanganyar secara ringkas
 2 
k 1 


11 S
disajikan pada Tabel 5.
 

Tabel 5. Rangkuman Uji Reabilitas Hasil Tes Tryout Siswa


Jumlah Keputusan Uji
Instrumen Penelitian Indeks Reabilitas
Item Reabilitas
Keterampilan Proses Sains 20 0,831 Sangat Tinggi
Hasil belajar Kognitif 50 1,018 Sangat Tinggi
Hasil belajar Afektif 24 0,910 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 5 hasil 3. Indeks Kesukaran


uji reliabilitas instrumen Taraf kesukaran suatu item butir
pembelajaran cukup dan reliabel soal dapat diperoleh dari banyaknya siswa
untuk digunakan, yang dibuktikan yang menjawab benar. Soal yang baik
dengan indeks reliabilitas yang adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
masuk pada kriteria sangat tinggi. juga tidak terlalu sukar atau bisa
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  121

dikatakan bahwa soal yang baik Js : jumlah seluruh siswa yang mengikuti
adalah soal dengan kategori sedang. tes
Untuk mengukur tingkat kesukaran Kriteria tingkat kesukaran soal :
tiap butir soal digunakan rumus : Soal dengan 0,00 < 0,30 : sukar
B Soal dengan 0,30 < 0,70 : sedang
P 
Js Soal dengan 0,70 1,00 : mudah
Keterangan : (Arikunto, 2010)
P : tingkat kesukaran item soal Hasil uji taraf kesukaran tes try
B : Jumlah siswa yang menjawab out di kelas X SMAN 2 Karanganyar
benar secara ringkas disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa
Jumlah Keputusan Uji Validitas
Jumlah
Instrumen Penelitian Item
Soal Sukar Sedang Mudah
dipakai
Keterampilan Proses Sains 20 20 5 10 5
Hasil belajar Kognitif 50 40 10 20 10

Berdasarkan Tabel 6 hasil yang pandai dengan yang kurang


uji taraf kesukaran tes diperoleh hasil pandai. Rumus yang digunakan untuk
untuk instrumen KPS terdapat 5 soal menentukan daya pembeda adalah:
BA BB
D= − = PA − PB
JA JB
yang masuk kategori sukar, 10 soal
Keterangan :
yang masuk kategori sedang, dan 5
J : Jumlah peserta tes
soal yang masuk kategori mudah. JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah

Taraf kesukaran pada hasil belajar Y : skor total (dari subyek uji coba)
ranah kognitif 10 soal yang masuk BA : banyaknya peserta kelompok
kategori sukar, 20 soal yang masuk atas yang menjawab soal
kategori sedang, dan 10 soal yang dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok
masuk kategori mudah.
bawah yang menjawab soal
dengan benar
4. Daya Pembeda Soal BA

JA
: proporsi peserta kelompok atas
Daya pembeda soal yang menjawab soal dengan
merupakan kemampuan suatu soal benar
yang berfungsi untuk
mnengktegorikan kemampuan antara
siswa yang pandai dengan yang
berkemampuan kurang. Suatu soal
yang mempunyai daya pembeda
tinggi menandakan bahwa soal
tersebut dapat membedakan siswa
122  Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 1, Juni 2015, 112 – 126

BB
Butir soal yang dipakai adalah
: proporsi peserta kelompok yang mempunyai nilai D baik dengan
JB

bawah yang menjawab soal indeks 0.40 – 0.70 dan baik sekali
dengan benar dengan indeks 0.70 – 1.00.
Klasifikasi daya pembeda Hasil uji taraf kesukaran tes
menurut Arikunto (2010) adalah: tryout di kelas X SMA N 2
D: 0.00 – 0.20 : jelek (poor) Karanganyar secara ringkas disajikan
D: 0.20 – 0.40 : cukup (satisfactory) pada Tabel 7.
D: 0.40 – 0.70 : baik (good)
D: 0.70 – 1.00 : baik sekali (excellent)
D: Negatif : semua butir soal yang
mempunyai D negatif dibuang

Tabel 7 Rangkuman Uji Daya Pembeda Hasil Tes Try Out Siswa
Jumlah Keputusan Uji Validitas
Jumlah
Instrumen Penelitian Item Baik
Soal dipakai Jelek Cukup Baik sekali Negatif
Keterampilan Proses Sains 20 20 7 8 5 0 0
Hasil belajar Kognitif 50 40 25 19 3 0 3

Analisis data penelitian homogenitas menggunakan Levene’s, uji


efektivitas model STS disertai MM hipotesis menggunakan Wilcoxon dan
menggunakan analisis inferensial. untuk mengetahui efektivitas diuji degan
Analisis statistik inferensial Ngain.
digunakan untuk mengetahui
efektivitas model pembelajaran C. Hasil
biologi berbasis STS disertai MM Hasil uji efektivitas dari produk
dalam memberdayakan KPS. model pembelajaran berbasis STS
Analisis statistik inferensial disertai MM diperoleh dari data KPS
dilakukan dengan uji Paired melalui uji hipotesis dan nilai
sample t test (uji t berpasangan) peningkatan gain ternormalisasi (Ngain).
menggunakan bantuan program Hasil uji hipotesis data KPS disajikan
analisis SPSS 18 yang didahului pada Tabel 8 Hasil uji Gain dan Ngain
dengan uji prasyarat yaitu uji KPS disajikan pada Tabel 9.
homogenitas dan uji normalitas. uji

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis KPS


Uji Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan
Normalitas Kolmogorov- Sig pretest = 0,08 H0 diterima Data normal
Smirnov Sig postest =
0,200
Homogenitas Levene’s test Sig = 0,532 H0 diterima Data Homogen
Hasil Pretest – Paired thitung = -8,194 H0 ditolak Hasil tidak
Posttest Sample t-test p = 0,000 sama (ada
beda)
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  123

Tabel 9. Hasil Data Gain dan N-Gain


Rata-rata
Jenis Data N
Gain N-Gain
Keterampilan Proses Sains 27 15,37 0,54

Berdasarkan hasil dan nilai posttest seperti pada Gambar.1


penelitian dapat dibuat histogram dan perbandingan persentase penilain
rata-rata perbandingan KPS pretest aspek KPS pada Gambar 2.

100 86,3
80 70,37

Rata-rata 60 Pretest
40
posttest
20

0
Hasil Keterampilan Proses Sains

Gambar 1. Histogram Perbandingan Nilai Rata-rata KPS Pretest-Posttest

100 96,3
92,59 92,59
100 90,12 Mengamati
85,19
90 81,48 Menafsirkan/ intepretasi
77,78
80 74,07
Mengelompokkan

70 62,96 Memprediksi/ meramalkan


55,56
60
Merumuskan masalah
Persentase

50
Membuat hipotesis
40
Mengajukan pertanyaan
30
Merencanakan percobaan
20
Menggunakan alat dan bahan
10
Mengkomunikasikan hasil percobaan
0

Aspek Menerapkan konsep

Gambar. 2 Histogram Perbandingan Persentase Penilaian Aspek KPS


Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  124

D. Pembahasan aspek menafsirkan atau interpretasi.


Data nilai pretes dan Pada aspek ini siswa dilatihkan untuk
posttest yang telah diketahui mencatat hasil pengamatan kemudian
bahwa distribusinya normal dan mengungkap kan hasil yang diperoleh
homogen selanjutnya dianalisis berdasarkan percobaan yang telah
dengan uji lanjut berupa uji Paired dilakukan. Aspek terendah berada pada
Sample t-test (Uji t dua sampel aspek mengelompokkan, pada aspek ini
berpasangan) untuk mengetahui siswa diarahkan untuk melakukan
ada tidaknya efektivitas model kegiatan mencari perbedaan, mengontras
pembelajaran STS disertai MM kan ciri-ciri, membandingkan dan
dalam memberdaya kan KPS mencari dasar penggolongan.
siswa. Berdasarkan perhitungan Pembelajaran dengan
menggunakan uji lanjut Paired menggunakan model STS disertai MM
Sample t-test diperoleh thitung menekankan pada pembelajaran
sebesar -8,194 dengan probabilitas pemecahan masalah melalui penyelidikan
sebesar 0,000 (p < 0,05), maka H0 untuk menemukan solusi dari
ditolak sehingga dapat dinyatakan permasalahan yang ada di masyarakat.
bahwa ada perbedaan antara nilai Pembelajaran dilakukan dengan
KPS siswa sebelum dan sesudah menggunakan kelompok. Siswa
diberikan model pembelajaran STS dikelompokkan secara heterogen agar
disertai MM. Berdasarkan hasil kemampuan interaksi soasial akan muncul
tersebut dapat disimpulkan bahwa dan memunculkan kebiasaan sikap bekerja
pembelajaran menggunakan model sama dengan teman. Melalui kerja
pembelajaran berbasis STS disertai kelompok siswa menjadi lebih mudah
MM pada materi pencemaran dalam berbagi pengetahuan dan bersama-
lingkungan dapat memberdayakan sama saling membantu menemukan
KPS siswa. konsep mealui penyelidikan. Hal ini
Hasil uji menunjukkan sejalan dengan teori Vigotsky yang
nilai peningkatan Ngain berdasarkan menekankan pentingnya interaksi sosial
kriteria Hake (1998) hasil KPS dengan orang lain yang mempunyai
mengalami peningkatan dari hasil pengetahuan yang lebih baik dan sistem
pretest dan posttest yang masuk secara kultural telah berkembang dengan
dalam kriteria peningkatan baik. Vygotsky memberi tempat yang
kategori “Sedang”. Kenaikan nilai lebih penting pada aspek sosial dengan
yang berada pada kategori sedang teman lain memacu terbentuknya ide baru
berati menandakan ada perbedaan dan memperkaya perkembangan
antara hasil pretest dan posttest. intelektual siswa, sehingga siswa perlu
KPS diukur berdasarkan aspek berinteraksi dengan para ahli baik didalam
penyusunnya yang terdiri dari 11 pembelajaran maupun pada kegiatan
aspek. Aspek tertinggi berada pada laboratorium.
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  125

Bruner juga menyatakan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki dengan


dalam pembelajaran diperlukan pengetahuan baru. Sejalan dengan
adanya proses scaffolding. NSTA (2010) yang mengemukakan
Scaffolding merupakan suatu bahwa siswa akan termotivasi untuk
proses untuk membantu siswa mempelajari konsep dalam pembelajaran
menuntaskan masalah tertentu sains melalui serangkain proses sains
melampaui kapasitas apabila didahului oleh permasalahan
perkembangannya melalui bantuan yang mungkin pernah dialami oleh siswa
guru, teman atau orang lain yang dan kebanyakan orang sehingga siswa
memiliki kemampuan lebih. cenderung aktif mengembangkan KPS
Pembelajaran dengan melalui kegiatan pembelajaran.
menggunakan model STS disertai
MM memberikan pengaruh positif E. Kesimpulan dan Saran
pada kenaikan skor rata-rata, Kesimpulan yang dipeoleh dari
sehingga nilai rata-rata siswa setelah penelitian adalah model STS disertai MM
mengalami pembelajaran dengan terbukti memiliki efektif untuk
model STS disertai MM mengalami memberdayakan KPS diperoleh dari
peningkatan. Melalui pembelajaran penilaian Ngain yang memiliki nilai 0,54
yang mengaitkan ilmu pengetahuan yang berarti memiliki peningkatan
dan teknologi dengan masyarakat dengan kategori “Sedang”. Setelah
atau lingkungan membuat siswa dilakukan uji secara statistik diperoleh
aktif dalam kegiatan pembelajaran. adanya perbedaan KPS siswa, sebelum
Permasalahan yang ada di dan setelah diterapkan model berbasis
lingkungan yang dikemas sesuai STS disertai MM dengan hasil p= 0,00.
dengan tahap STS disertai MM Saran dalam penelitian
sebagai teknik menyimpulkan menggunakan model STS disertai MM
kegiatan pembelajaran memberikan adalah menggunakan waktu dan
suatu model pembelajaran baru bagi mengelola kelas seefektif mungkin
siswa sehingga siswa memiliki dalam mengajarkan materi dengan
antusias yang tinggi dalam model pembelajaran STS disertai MM
mengikuti kegiatan pembelajaran. agar sesuai rencana dan dapat digunakan
Kegiatan pembelajaran yang disusun sebagai salah satu alternatif dalam
mampu mengembangkan KPS kebijakan pengembangan kurikulum
siswa. Hal ini relevan dengan teori sekolah, khususnya pada pembelajaran
belajar Ausubel dimana IPA di SMA.
pembelajaran yang dipelajari
haruslah bermakna, proses bermakna DAFTAR RUJUKAN
terjadi apabila seseorang mampu
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
mengasimilasikan
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
126  Premiere Educandum, Volume 5 Nomor 1, Juni 2015, 112 – 126

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Novak, J. D., & Gowin, D. B. 2008.


Evaluasi Pendidikan. Learning How To Learn. New
Yogyakarta: Bumi Aksara. York: Cambridge University Press.

BSNP. 2006. Standar Isi Mata Nurohman, Sabar. 2009. Penerapan


Pelajaran IPA. Jakarta: Pendekatan STM dalam
Depdiknas. Pembelajaran IPA sebagai Upaya
Meningkatkan Lifeskills Peserta
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Didik. Diunduh dari
Mind Map untuk Anak. http://www.chass.ncsu.edu/ids/sts
Jakarta : PT Gramedia tanggal 5 Juni 2014.
Pustaka Utama.
Poedjiadji, A. 2007. Model
Darmadi, H. 2011. Metode Pembelajaran Sains Teknologi
Penelitian Pendidikan. Masyarakat. Bandung:
Bandung: Alfabeta. Rosdakarya.
Depdiknas. 2006. Petunjuk Teknis Pusat Penelitian Pendidikan Balitbang
Pengembangan Silabus dan Kemdikbud. 2013. Survei
Contoh Model Silabus SMA. Internasional PISA (Programme
Jakarta: BSNP. for International Student
Assessment). Diperoleh 25
Depdiknas. 2008. Perangkat Februari 2012, dari
Pembelajaran KTSP SMA. http://litbang.kemdiknas.go.id/deta
Jakarta: Direktorat il.php.
Pembinaan Sekolah
Menengah Atas. Riduwan. 2004. Metode dan Teknik
Menyusun Tesis. Bandung:
Hake, RR. 1998. Interactive Alfabeta.
Engangement Versus
Traditional Method: A Six- Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S.,
Thousand Student Survey of Yudianto, S.A., Achmad, Y.,
Mechanics Test Data for Subekti, R., Rochintaniawati, D., &
Introductory Phyics Course. Nurjhani, M. 2005. Strategi Belajar
Am. J. Phus. 66: 64-74. Mengajar Biologi. Bandung: UPI
Press.
Hyerle, D., & Alper, Larry. 2012.
Peta Pemikiran Thinking Suciati, 2010. Membangun Karakter
Maps. Jakarta: PT Indeks. Peserta Didik Melalui
Pembelajaran Biologi Berbasis
Hyerle, D. 2009. Visual Tools for Keterampilan Proses. Proceeding
Constructing Knowledge. Seminar Nasional VII Pendidikan
Thousand Oaks, CA: Corwin. Biologi FKIP UNS, 237-243.
Surakarta: FKIP Universitas
Joyce & Well. 2000. Models of Sebelas Maret.
Teaching. USA: Allyn and
Bacon.
Ivayuni Listiani: Efektivitas Model Pembelajaran Science Technology Society...  127

Sudjana, N., & Rivai, A. 2007. Pendidikan. Bandung: Remaja


Media Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
Sinar Baru Algesindo.
Trianto. 2010. Mendesain Model
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pembelajaran Inovatif Progresif:
Kuantitatif dan Kualitatif dan Konsep, Landasana, dan
R & D. Bandung: Alfabeta. Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2012. (KTSP). Jakarta: Kencana.
Metode Penelitian

You might also like