Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.

1, Maret 2019: 14-22

KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

Mai Darni1, Sulastri2

1FakultasPsikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com


2
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

ABSTRACT: ANXIETY AMONG MOTHERS OF DAUGHTER WITH SCHIZOFRENIA

Introduction: Schizofrenia is a severe mental dirsorder. Adolescence with schizofrenia can be a tough challanger for
the parents. Problems in adolescnece with schizofrenia can be a souce of anxiety especially for mothers.
Purpose: This study aims to describe the anxiety in mothers who have young women who suffer from schizophrenia.
The subjects in this study were two mothers who had young teenagers with schizophrenia.
Methods: The location of the research was in the Bandar Lampung region. The study was conducted using qualitative
methods with methods of collecting data on interviews, observation and documentation.
Results: Based on the results of data analysis it can be concluded that there is anxiety in both respondents in
accompanying their young women. The source of anxiety in the first respondent was anxiety because of the pain
suffered by the respondent's child, education, future and additional anxiety and in the second respondent who was the
source of anxiety was illness, education being taken by the respondent's daughter, and the future. The first
respondent with a source of pain, future anxiety, education and the presence of additional anxiety was sufficient to
overcome his anxiety after nearly seven years accompanying his daughter. One of the factors is the condition of her
daughter who gradually improved, this can be seen from the daughter of the respondent who has been able to carry
out daily activities. The second respondent with a source of pain, education and future anxiety still looks anxious, this
can be caused either by the condition of his unstable daughter.
Conclusion: Mothers of adolescence with schizofrenia found to be having anxiety.

Keywords: Anxiety, schizophrenia, adolescents

Pendahuluan: Skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat. Remaja penderita skizofrenia menjadi tantangan
besar bagi orang tua. Permasalahan pada remaja skizofrenia dapat menimbulkan kecamasan khususnya kepada ibu
sebagai pengasuh utama.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan pada ibu yang memiliki remaja putri yang
menderita skizofrenia.
Metode: Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang ibu yang memiliki remaja putrid penderita skizofrenia. Lokasi
yang menjadi tempat penelitian adalah di wilayah Bandar Lampung.Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat kecemasan pada kedua responden dalam
mendampingi remaja putri mereka. Sumber kecemasan pada responden pertama adalah kecemasan karena sakit
yang di derita anak, pendidikan, masa depan dan kecemasan tambahan dan pada responden kedua yang menjadi
sumber kecemasan adalah sakit, pendidikan yang sedang ditempuh putri responden, dan masa depan. Responden
pertama dengan sumber kecemasan sakit, masa depan,pendidikan dan adanya kecemasan tambahan cukup mampu
mengatasi kecemasannya setelah hampir tujuh tahun mendampingi putrinya. Salah satu yang menjadi faktornya
adalah kondisi putrinya yang berangsur membaik, hal ini bisa terlihat dari putri responden yang telah bisa melakukan
aktivitas sehari-hari. Responden kedua dengan sumber kecemasan sakit, pendidikan dan masa depan masih terlihat
kecemasannya, hal ini bisa disebabkan salah satunya karena kondisi putrinya yang belum stabil.
Simpulan: Ibu yang memiliki anak penderita skizofrenia ditemukan mengalami kecemasan.

Kata Kunci: Kecemasan,skizofrenia, remaja

PENDAHULUAN terjadi diluar kehendak dan tidak bisa diprediksi.


Kecemasan akan diperparah jika, seseorang merasa
Kecemasan merupakan sebuah fenomena tidak sanggup menghadapinya karena meragukan
kognitif, dimana seseorang merasa sesuatu akan kemampuan diri sendiri. Menurut Freud kecemasan
14
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu adanya disposisi atau kecenderungan merasa
tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya bahagia.
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai Terdapat beberapa bentuk-bentuk gangguan
(Wiramihardja,2007). Kecemasan sebagai keadaan kecemasan, dintaranya adalah gangguan obsesiv
yang emosional yang mempunyai ciri keterangsangan konfulsif, yaitu Gangguan kecemasan dimana indvidu
fisiologis, perasaan yang tegang yang tidak memilki pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan
menyenangkan dan perasaan aprehensi atau yang tidak akan hilang (obsesi), dan/atau dorongan
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu untuk melakukan perilaku berulang yang seperti ritual
yang buruk akan segera terjadi (Nevid,Spencer& untuk mencegah atau menghasilkan situasi serupa
Beverly, 2003). dimasa depan (kompulasi). gangguan obsesif
Kecemasan adalah suatu perasaan takut kompulsif bukan merupakan satu melainkan dua
yang tidak menyenangkan yang disertai dengan bentuk gangguan, tetapi karena kedua gangguan ini
meningkatnya ketegangan fisiologis.Dalam teori biasanyanya berkaitan maa sering disebut
pembelajaran dianggap sebagai suatu dorongan yang bersamaan. Ganguan obsesif terjadi bila individu
menjadi perantara antara suatu situasi yang merasa dipaksa untuk berpikir mengenai sesuatu cara
mengancam dan perilaku menghindar. Kecemasan terus menerus. Jadi dalam hal ini obsesif bersifat
dapat diukur dengan self report, dengan mengukur terjadi dipikiran, yaitu individu tidak berdaya untuk
ketegangan fisiologis, dengan mengamati perilaku melawan arus pikiran yang muncul terus menerus dan
yang tampak (Davison,2006). Kecemasan adalah berulang-ulang, seolah-olah pikiran tersebut memiliki
gangguan psikologis yang mencakup ketegangan kekuatan sendiri dan tidak bisa dikendalikan.
motorik (bergetar, tidak dapat duduk tenang, tidak Gangguan kompulsif biasanya menyertai
dapat bersantai), hiperaktivitas (pusing, jantung yang gangguan obsesif karena gangguan kompulsif terjadi
berdetak cepat, dan juga berkeringat) dan harapan- bila individu dipaksa dengan segera untuk melakukan
harapan dan pikiran-pikiran yang mendalam tindakan tindakan atau tingkah laku tertentu yang
(King,2010). sebenarnya tidak diinginkannya, tetapi bila tidak
Menurut Freud (dalam Wiramihardja, 2015) dilakukan muncul perasaan bersalah, cemas, dan
terdapat tiga jenis kecemasan. Pertama, kecemasan sebagainya sehingga akhirnya dia melakukannya
nyata (reality anxiety) adalah keadaan yang tidak (Siswanto,2007)
menyenangkan yang sumbernya objektif atau nyata, Ciri-ciri kecemasan menurut Nevid,Spencer &
rasa takut akan adanya bahaya nyata yang berasal Beverly (2003) adalah :
dari luar. Kedua, kecemasan neurotik (neurotic 1. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan
anxiety) adalah kecemasan yang tidak dan anggota tubuh yang bergetar atau gemetar,
memperlihatkan sebab dan ciri-ciri yang jelas, rasa banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa
takut akan hukuman yang muncul jika suatu instink kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung
tidak dapat dikendalikan. Ketiga, kecemasan moral berdebar keras atau bertak kencang, pusing ,merasa
(moral anxiety) adalah rasa takut akan suara hati, lemas atau mati rasa,sering buang air kecil, merasa
akibat adanya keinginan yang tertahan didalam hati sensitif, atau mudah marah.
nurani. 2. Secara behavioral meliputi perilaku menghindar,
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari perilaku melekat dan dependent, perilaku terguncang.
kesehatan. Kesehatan jiwa menurut Maniger (dalam 3. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu,
Wiramihardja,2005) merupakan penyesuaian individu perasaan terganggu atau ketakutan atau aphensi
terhadap dunia lingkungannya dan terhadap diri orang terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
lain dengan keefektifan dan kebahagian yang keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan
maksimum. Efektivitas dan isi dari cara individu yakni segera terjadi tanpa penjelasan yang jelas, ketakutan
adanya penghormatan terhadap ketaatan atas aturan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan
main yang dilakukan secara menyenangkan. Dalam ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir
mental yang sehat harus terdapat kemampuan dalam bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa
memelihara dirinya, temperamen, inteligen yang siap sulit memfokuskan pikiran dan
pakai, perilaku yang memiliki pertimbangan sosial, berkonsentrasi.(Nevid,Spencer& Beverly, 2003).
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

15
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

Gangguan jiwa atau yang biasa disebut gangguan kejiwaan lain pada tingkah lakuny. Dan di
dengan gangguan mental adalah penyimpangan dari kemudian hari bisa berkembang menjadi bentuk-
keadaan ideal dari suatu kesehatan mental (Kaplan & bentuk kenakalan remaja (Kartono, 2010)
Sadock,1990) atau dapat pula dimaknakan dengan Tugas masa perkembangan masa remaja
tidak sehatnya mental atau kurangnya kesehatan difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan
mental (Notosoedirjo dan Latipun,2005). perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku
merujuk ke DSM-III adalah sindrom atau perilaku, secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan
atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup masa remaja (Harlock,1989) adalah sebagai berikut:
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan
suatu gejal penderitaan (distress) atau hendaya 1) Mampu menerima keadaan fisiknya
(impairmen/disability) di dalam satu atau lebih fungsi 2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia
yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, dewasa
disimpulkan bahwa disfungsi adalah disfungsi dalam 3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota
segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan kelompok
itu tidak sema-mata terletak di dalam hubungan 4) Mencapai kemandirian emosional
antara seorang dengan masyarakat. (Maslim, 2013) 5) Mencapai kemandirian ekonomi
Penyebabnya gangguan jiwa menurut 6) Mengembangkan konsep dan ketrampilan sangat
Kartono (2011) adalah a. Faktor organis atau somatis; diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
misalnya terdapat kerusakan pada otak dan proses masyarakat.
dementia. B. Faktor-faktor psikis dan struktur 7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
kepribadiannya; misalnya reaksi neurotis dan reaksi dewasa dan orang tua
psikotis pribadi terbelah, pribadi psikopatis dan lain- 8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
lain. Kecemasan, kesedihan, kesakitan hati, depresi, diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
dan rendah diri bisa menyebabkan orang sakit secara 9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
psikis, mengakibatkan ketidakseimbangan mental 10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung
dan desintegrasi kepribadiannya. Maka jawab kehidupan keluarga
struktur kepribadiannya dan pemasakan pengalaman- Tugas-tugas perkembangan remaja yang
pengalaman dengan cara yang keliru bisa membuat amat penting adalah mampu menerima keadaan
orang tergnggu jiwanya. Terutama sekali apabila dirinya. Memahami peran seks/jenis
beban psikis ternyata jauh lebih berat dan melampaui kelamin,mengembangkan
kesanggupan memikul bebn tersebut. C. Faktor-faktor kemandirian,mengembangkan tanggung jawab pribadi
linkungan atau sosial, faktor-faktor milieu, pergaulan, dan sosial,menginternalisasikan nilai-nilai moral dan
masyarakat luas. merencanakan masa depan. Dewasa ini tidak sedikit
Perkembangan dunia remaja saat ini remaja yang melakukan perbuatan antisocial maupun
membawa remaja berada pada masa rawan, masa asusila karena tugas-tugas perkembangan tersebut
badai dan masa stess.Faktor ini salah satunya adalah kurang berkembang dengan baik (Sarwono,2012)
disebabkan oleh kemajuan ilmu penegetahuan dan Skizofrenia merupakan kelompok gangguan
teknologi serta arus globalisasi yang begitu kuat, yang psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh
memaksa remaja untuk bisa menyesuaikan diri distorsi-distorsi mengenai realitas, juga sering terlihat
dengan perubahan-perubahan tersebut.Kegagalan adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta
dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan- disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi,
perubahan pada akhirnya dapat menimbulkan pikiran dan kognisi (Carson dan Butcher dalam
stressor psikososial bagi remaja, sehingga tidak Wiramihardja 2005).Skizofrenia adalah gangguan
sedikit remaja yang mengalami gangguan kejiwaan mental yang sangat berat.Gangguanini di tandai
baik ringan maupun berat (Ali dan Asrori,2016). dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang
Gangguan pada masa remaja dan anak- kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan
anak, yang disebut sebagai childhoot disorders dan persepsi.Sedangkan gejala negatifnya antara lain
menimbulkan penderitaan emosional minor serta seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan),
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

16
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi berubah dan kemampuan untuk merespon tuntutan
pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya lingkungan, serta gaya dan atau teknik berkomunikasi.
relasi personal.Tampakgejala-gejala skizofrenia Suatu keluarga yang tidak fleksibel, resisten dan
menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan terisolasi dari semua kekuatan-kekuatan yang ada di
individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan luarnya dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan
afek dan menggangu relasi personal. Semua hal baik untuk berubah, sering memperlihatkan dampak
tersebut mengakibatkan individudengan skizofrenia negative kepada anggota-anggota keluarga (tertentu)
mengalami penurunan fungsi ataupun berupa abnormalitas (Wiramihardja,2005).
ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat Gejala-gejala skizofrenia biasanya
terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus diklasifikasikan sebagai gejala-gejala positif, gejala-
relasinya dengan manusia lain (Setiadi, 2014). gejala negative dan defisit kognitif.
Saddock and Saddock (2001) mengungkapkan 1. Gejala positif
bahwa 15 persen penderita yang masuk rumah sakit Gejala positif ditandai dengan adanya distorsi
jiwa adalah pasien skhizofrenia dan sebagian besar atau kelebihan dalam fungsi normal, dan biasa
pasien ini akan tinggal di rumah sakit untuk jangka disebut “positif” karena mencerminkan sesuatu yang
waktu yang lama. Pria lebih sering daripada wanita ditambahkan di atas atau lebih dari perilaku normal.
untuk menderita skizofreniadan kebanyakan dimulai Gejal-gejala positif dari skizofrenia mencakup
sebelum usia 30 tahun. Kasus yang paling sering halusinasi, delusi, pikiran yang terganggu dan
adalah pada usia 15 tahun sampai 35 tahun (50% gangguan pada pergerakan.
dibawah usia 25 tahun) dan jarang sebelum usia 10 2. Gejala negative
tahun atau sesudah 40 tahun (Saddock and Gejala negative skizofrenia mencerminkan
Saddock,2001). Usia puncak onset untuk laki-laki kekurangan perilaku dan hilangnya atau turunnya
adalah 15 – 25 tahun, sedangkan untuk wanita usia fungsi normal seseorang. Karenanya gejala positif
puncak adalah 25 – 35 tahun (Kaplan dan melibatkan sesuatu yang berlebihan, gejala negative
Saddock,1997). melibatkan ketidakhadiran sesuatu. Satu gejala
Gangguan skizofrenia dapat terjadi pada setiap negative adalah afek datar (flat effect) yang berarti
individu baik laki-laki maupun perempuan, dari usia bahwa orang tersebut menunjukkan sedikit atau tidak
anak-anak hingga dewasa. Pada anak-anak gejala- menunjukkan emosi sama sekali, berbicara tanpa
gejala skizofrenia tidak nampak jelas, sedangkan tekanan emosi dan mempertahankan ekspresi wajah
pada individu dewasa tampak lebih jelas yang tidak bergerak (King,2007).
(Wiramihardja,2005).
Salah satu jenis atau bentuk gangguan jiwa 3. Gejala Kognitif
yang dialami oleh anak usia remaja adalah gangguan Gejala-gejala kognitif dari skizofrenia,
jiwa skizofrenia. Gangguan ini muncul akibat meliputi kesulitan untuk mempertahankan atensi,
manifestasi dari berbagai permasalahan dan hambatan dalam menyimpan informasi dalam ingatan
persaingan hidup seperti tidak bisa menerima dan ketidakmampuan untuk memaknai informasi dan
kekecewaan, adanya konflik keluarga, membuat keputusan.Gejala-gejala kognitif ini mungkin
ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan tampak kecil dan sering kali hanya dapat dideteksi
kenyataan yang diterima ataupun tekanan dari orang melalui tes-tes neuropsikologis. Individu yang
tua serta kondisi sosial menyebabkan seorang remaja mengalami skizofrenia ditandai dengan tiga gejala
tidak mampu mengendalikan dirinya.Jika salah satu yang umum dialami,yaitu gejala positif,gejala negative
anggota keluarga memiliki gangguan psikologis, para dan gejala kognitif
ahli teori sistem keluarga tidak melihatnya sebagai
permasalahan dalam individual, tetapi sebagai suatu METODE PENEL.ITIAN
indikasi mengenai sistem keluarga yang disfungsional. Penelitian ini menggunakan metode
Bentuk-bentuk khusus yang memungkinkan anggota penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
keluarga mengalami psikopatologi akan tergantung suatu pendekatan terhadap suatu fenomena dalam
pada interaksi yang kompleks diantara keeratan situasi dimana fenomena tersebut ada yang
keluarga (families-cohesiveness), kemampuan untuk berorientasi pada penemuan (Moleong, 2007).
Penelitian kualitatif tidak memaksakan diri hanya
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

17
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

untuk membatasi penelitian pada upaya menerima percakapan responden dan penulis memperlihatkan
atau menolak dugaan-dugaan, melainkan mencoba kecemasan responden:
memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi Saya lebih kuatirin anak saya ini dari pada bapaknya,
tersebut tampak (Purwandari, 2009). Dalam kalau dia ini (putrinya) masih panjang perjalannya,
penelitian ini menggunakan dua Teknik triangulasi kalau bapaknya yaaa….namanya udah umur juga
yaitu triangulasi metode dan triangulasi ,gak gitu saya kuatirin lah…,anak-anak yang lain juga
data.Triangulasi metode dilakukan dengan beberapa bantuin saya (A147-A151SKM12)
metode yang digunakan peneliti dalam penelitian yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi.Pada Responden sering merasa khawatir dan takut
triangulasi data penulis menggunakan berbagai akan masa depan putrinya selain itu, responden juga
sumber dari hasil, observasi dan dokumentasi dan merasakan gangguan pada fisiknya, seperti pada
wawancara lebih dari satu subjek yang dianggap percakapan berikut:
memiliki sudut pandang yang berbeda. Kalau dulu pertama anak saya sakit, sering suka
susah tidur, darah tinggi saya bu….sekarang saya
HASIL udah pasrah memang ini nasib saya, jadi biar saya
Responden Pertama (S) enggak sakit juga”(A161-A164 SKM14).
Dari teori mengenai kecemasan di atas
terlihat pada kedua responden ini.Pada responden Kalau dulu pertama anak saya sakit, sering suka
pertama selama mendampingi putrinya sakit kurang susah tidur, darah tinggi saya, Bu..sekarang saya
lebih tujuh tahun telah cukup melakukan perawatan sudah pasrah memang ini nasib saya, jadi biar saya
secara medis.Setidaknya telah empat kali putrinya enggak sakit juga…S161-S164
menjalani perawatan di RSJ.Responden yang hanya
seorang ibu rumah tangga berusaha Hal ini diperkuat dengan transkrip percakapan dengan
mencarikesembuhan bagi putrinya.Kondisi putri responden, sebagai berikut:
responden yang sakit membuat kecemasan pada Alhamdulillah…semangat kursus jahitnya, dia
responden, terutama saat terjadi kekambuhan.Saat ini kumpulin sendiri uang dari jualan, trus buat bayar
kondisi putri responden berangsur membaik, hal ini kursusnya ini. (A138EK12)
bisa terlihat dari kemampuan putri responden yang
telah melakukan kegiatan sehari-hari dengan Senang saya bu…mudah-mudahan bisa untuk bekal
berjualan dan mengikuti kursus menjahit. Beberapa dia nanti (A143A144EK14)
kecemasan yang terjadi yaitu:
1) Kecemasan Pendidikan. Semuanya dukung dia bu.., apalagi kakak-kakaknya
Putri responden mengalami gangguan skizofrenia yang di padang. Kakaknya seneng bener bu…kan
saat berusia 14 tahun dan sedang duduk di bangku mereka kerja nyablon, tapi dulunya gak diajarin jahit
sekolah menengah pertama.Akibat sakit yang dialami sama bapaknya, jadi agak nyesel juga gak bisa jahit.
putri responden membuatnya tidak bisa melanjutkan Sekarang lihat adiknya bisa jahit, seneng bener bu….
pendidikannya.Kondisi putri responden yang terputus (A139-A142 EK13)
masa pendidikannya membuat kecemasan pada
responden. Terputusnya pendidikan putri responden Berkaitan dengan harapan responden
membuat responden mengkhawatirkan masa depan terhadap putrinya mengenai kesembuhan, memiliki
putrinya. jodoh dan masa depan yang baik. Seperti terdapat
dalam transkrip percapan berikut:
2) Kecemasan Masa Depan Harapan saya biar dia sembuh, bisa punya
Kecemasan akan masa depan dirasakan jodoh(S85S86EK7)
dalam mendampingi putrinya. Selain kecemasan akan
masa depan, kecemasan yang dialami responden 3) Kecemasan Tambahan
bisa terlihat pada gangguan fisiologis.Hal ini terlihat Responden saat ini tinggal bersama ketiga
dari hasil observasi dan wawancara penulis. Transkrip putrinya, kedua putrinya yang lain sedang menempuh
pendidikan di sekolah menengah pertama dan
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

18
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

sekolah dasar. Saat putri responden mengalami Responden Kedua (R)


kekambuhan hal lain yang menjadi kecemasannya 1) Kecemasan karena sakit
adalah kedua putrinya. Hal ini dikarenakan saat Pada responden kedua (R) masih sangat terlihat
putrinya kambuh maka kedua putrinya yang akan kecemasannya dalam menghadapi kondisi putrinya
ketakutan karena tak jarang saat kambuh putrinya yang mengalami gangguan skizofrenia hampir tiga
akan merusak barang yang ada di rumah dan tahun ini.Kecemasan yang di rasakan responden
memarahi adik-adiknya. Oleh karena itu responden berkaitan dengan sakit putrinya, pendidikan dan masa
berusaha untuk menjaga kedua putrinya dari rasa depannya.Hal ini diperkuat dengan hasil observasi,
takut saat putrinya kambuh. responden sering meremas-remas jari jemarinya,
tampak curiga pada setiap awal
4) Dinamika psikologis responden I (S) pertemuan.Responden juga keberatan untuk
Responden telah mendampingi memberikan foto atau di foto. Transkrip percakapan
putrinya yang mengalami gangguan skizofrenia yang menunjukkan kecemasan responden adalah
kurang lebih tujuh tahun lamanya. Saat itu usia sebagai berikut:
putrinya 14 tahun dan sedang duduk dibangku “saya kadang suka susah tidur, lemes, gak semangat,
sekolah menengah pertama. Sejak saat itu jantungnya suka deg-degan. Gimana nantinya dia ini”
pengobatan secara medis telah dilakukan demi (R90-R94 SKS SKM)
kesembuhan putrinya.Akibat sakit yang dialami
putrinya membuatnya harus berhenti 2) Kecemasan pendidikan
sekolah.Menghadapi kondisi demikian membuat Putri responden walaupun saat ini kondisnya belum
responden merasa khawatir akan masa depan stabil, namun kegiatan sekolahnya tetap berjalan
putrinya. Responden merupakan ibu rumah tangga seperti biasa.Keluarga besar memberikan dukungan
yang hanya mengurusi keenam anaknya di kepada putrinya untuk terus bersekolah.Namun untuk
rumah.Saat ini ketiga anak responden telah kegiatan diluar sekolah, responden
berkeluarga.Tiga orang putrinya tinggal bersama membatasinya.Alasan responden membatasi kegiatan
responden dan suaminya. Melihat kondisi putrinya putrinya adalah karena kondisinya sendiri yang masih
yang berangsur membaik, responden memilih sangat mengkhawatirkan responden. Seperti dalam
berjualan di depan rumahnya untuk memenuhi transkrip percakapan berikut:
kebutuhan hidup sehari-hari. Beberapa hal yang sekolahnya ya lancer gak lancer bu.. namanya juga
menjadi sumber kecemasan pada responden adalah, anak kayak gitu, gak bisa mikir yang berat-berat.
masa depan putrinya, kondisi sakitnya, pendidikan Gurunya juga sudah kita kasih tau”.tapi kalau temen-
dan ada kecemasan tambahan. temannya enggak tau. Kadang dia bilang nanti pingin
Kecemasan tambahan yang dirasakan kuliah, saya semangatin aja. Iya…nanti dikuliahin,mau
responden karena responden memiliki dua anak pilih apa (R75-R81 SKS SKP)
perempuan yang masih sekolah di SMP dan SD yang
keduanya merupakan adik dari putrinya yang 3) Kecemasan masa depan
mengalami skizofrenia.Kecemasan itu manakala Melihat kondisi putrinya yang seperti itu membuat
putrinya mengalami kekambuhan bisa membuat responden mengkhawatirkan masa depan putrinya.
kedua putrinya ini ketakutan, dan responden harus Walaupun putrinya masih dapat melanjutkan
segera mengkondisikan keduanya agar tidak pendidikannya, tetapi itu belum membuat responden
ketakutan.Saat ini kondisi putri responden berangsur memiliki harapan terhadap masa depannya.Hal ini
membaik, hal ini bisa terlihat dari kemampuan putri ditambah lagi dengan belum terlihatnya potensi yang
responden menjalankan aktivitas sehari-hari dan dapat membantunya saat dewasa kelak.Berdasarkan
mengikuti kursus menjahit. Membaiknya kondisi teori kecemasan diatas dan mengenai tingkatan
putrinya membuat perasaan responden merasa kecemasan pada responden ada pada tingkatan
senang dan memiliki harapan yang besar terhadap kecemasan sedang.Dimana responden masih terlihat
masa depan putrinya. Harapan responden sering putus asa menghadapi kondisi yang harus di
diantaranya kesembuhan putrinya dan putrinya bisa hadapinya.
mendapatkan jodoh.
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

19
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

Melihat kondisi putrinya yang belum stabil, responden bahwa semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa
tetap memiliki harapan yang cukup besar terhadap sulit memfokuskan pikiran dan berkonsentrasi.
putrinya. Harapan itu berupa kesembuhan putrinya Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang
dan masa depan yang baik. Seperti terdapat pada tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
transkrip percakapan berikut: memiliki objek yang jelas.Terkadang, seseorang
Dia bisa sembuh, bisa kerja untuk masa menghadapi kecemasan sebagai sebuah tantangan
depan nyalah…(R47EK4) sehingga mempersiapkan sesuatu untuk
menghadapinya. Hal ini yang akan memberikan hasil
4) Dinamika Psikologis Responden 2 (R) yang positif. Tetapi terkadang pula, kecemasan
Responden merupakan seorang orang tua membuat seseorang tidak berdaya, dan merasa tidak
tunggal setelah beberapa tahun lalu bercerai dari mampu menghadapi kecemasan itu sehingga ingin
suaminya.Putrinya sendiri telah tiga tahun mengalami lari dari masalahnya dengan mengembangkan defend
gangguan skizofrenia.Saat ini responden dan putrinya mechanism (mechanism pertahanan diri/ego
tinnggal bersama keluarga adiknya.Kehidupan Melihat kecemasan yang dialami oleh responden
mereka sangat tergantung dengan keluarga adiknya, dan di sesuaikan dengan tingkat kecemasan menurut
untuk itu responden menjadi tukang cuci di rumah Nevid, Rathus, & Green(2005), maka tingkat
adiknya.Saat ini putri responden masih menempuh kecemasan yang responden saat ini ada pada
pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan.Kondisi tingkatan kecemasan ringan.Kecemasan ringan
putrinya yang belum membaik membuat responden berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
terlihat sangat khawatir.Kecemasan yang di terjadi kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan
pada responden berdasarkan teori dari Nevid, Rathus, persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
& Greene (2005) menunjukkan tingkat waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
sedang.Beberapa faktor yang menyebabkan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
kecemasan yang dirasakan responden diantaranya a. Respon Fisiologis terdiri dari, sesekali nafas pendek,
responden yang merupakan orang tua tunggal dan nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
kondisi putrinya yang belum stabil. Sehingga lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.
membuat responden sangat mengkhawatirkan b. Respon kognitif terdiri dari mampu menerima
kelanjutan masa depan putrinya. rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
DISKUSI c. Respon perilaku dan emosi terdiri dari tidak dapat
Hasil penelitian sesuai dengan ciri-ciri duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kecemasan yang diungkapkan oleh Nevid, Rathus,& kadang-kadang meninggi.
Green (2003),yaitu:
1. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan Pada responden pertama (S) kecemasan yang
dan anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, dirasakannya berangsur menurun seiring dengan
banyak berkeringat, mulut atau kerongkongan terasa kondisi putrinya yang mulai terlihat stabil. Hal ini bisa
kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung berdebar disebabkan karena beberapa faktor:
keras atau berdetak kencang, pusing,merasa lemas 1) Rentang waktu hampir tujuh tahun dalam
atau mati rasa,sering buang air kecil, merasa sensitif, mendampingi putrinya ternyata cukup membuat
atau mudah marah. responden mampu beradaptasi dengan keadaan yang
2. Secara behavioral meliputi perilaku menghindar, harus dihadapi terutama mengelola kecemasan.
perilaku melekat dan dependent, perilaku terguncang. 5) Dukungan yang cukup dari keluarga untuk
3. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, kesembuhan dan kelanjutan masa depan putri
perasaan terganggu atau ketakutan atau aphensi responden
terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, 6) Putri responden mulai menunjukkan kemampuannya
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan yang sangat menunjang masa depannya.
segera terjadi tanpa penjelasan yang jelas, ketakutan Kemampuan yang dimiliki putri responden adalah
akan kehilangan kontrol, ketakutan akan menjahit dan berjualan. Tentu saja ini akan membantu
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir keuangan dirinya dan keluarga responden.
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

20
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

Pada responden pertama (R) kecemasan Cattel (Alwisol, 2009) menekankan pentingnya
belum mengalami penurunan disebabkan beberapa kecemasan sebagai aspek kepribadian karena
faktor yaitu: bahaya dampaknya terhadap fungsi fisik dan mental.
a. Responden adalah orang tua tunggal setelah bercerai Menurutnya kecemasan itu bisa merupakan sutu
dengan suaminya beberapa tahun yang lalu. keadaan sekaligus sifat dari kepribadian. Orang
b. Responden sangat bergantung dengan keluarga tertentu dapat mengalami berbgai tingkat kecemasan
adiknya dalam hal keuangan dan pengobatan sebagai dampak keadaan yang mengancam atau
putrinya. menekan. Orang tersebut dalam keadaan cemas. Di
c. Hampir tiga tahun putrinya mengalami gangguan sisi lain, ada orang yang terus menerus kronis cemas,
skizofrenia, kondisi putrinya masih sangat labil. yang berarti cemas itu menjadi bagian atau faktor dari
d. Putri responden merupakan anak satu-satunya, yang kepribadiannya
seharusnya bisa menjadi tumpuan harapan bagi
responden. SIMPULAN DAN SARAN
Ibu yang memiliki anak penderita skizofrenia
Responden pertama S dengan lamanya waktu ditemukan mengalami kecemasan. Ibu S mengalami
mendampingi putrinya yang mengalami gangguan tingkat kecemasan ringan, dikarenakan waktu
skizofrenia cukup mampu mengelola mendampingi anak kurang lebih 7 tahun, sehingga
kecemasannya.Harapan responden terhadap masuk dalam tingkat kecemasan ringan yang
kesembuhan putrinya cukup tinggi, yang didasari membuat cukup mampu mengelola kecemasannya.
kondisi putrinya yang berangsur stabil dan mampu Dan mempunyai harapan terhadap kesembuhan
melakukan kegiatan sosial dan cukup mandiri secara putrinya, dengan dasar kondisi putrinya yang
finansial. Akan tetapi, muncul kecemasan lain yang berangsur-angsur stabil dan cukup mampu
dirasakan responden yaitu harus mengkondisikan melakukan kegiatan sosial dan secara mandiri,
keluarga terutama kedua anak yang kecil dan kondisi sehingga resonden mempunyai akan kesembuhan
suamiyang mulai menunjukkan adanya gangguan total dari putri serta memperoleh pasangan hidup.
skizofrenia. Kecemasan yang responden S rasakan Akan tetapi muncul kecemasan lain yang dirasakan
saat ini berada pada tingkat kecemasan yaitu harus mengkondisikan keluarga terutama kedua
ringan.Kondisi ini bisa disebabkan karena masa anak yang kecil dan kondisi suami yang mulai
responden merawat putrinya selama kurang lebih menunjukkan adanya gangguan skizofrenia.
tujuh tahun dan terlihat kondisi putri responden yang Pada Responden kedua R. Masa mendampingi putri
berangsur membaik.Putri responden telah mampu selama hampir tiga tahun. Masih sangat terlihat
melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga kecemasan dan kadang terlihat putus asa. Hal ini
memunculkan harapan pada responden dengan disebabkan karena responden adalah orang tua
kondisi yang dirinya dan putrinya alami.Harapan- tunggal dan putrinya merupakan anak satu-satunya.
harapan tersebut berupa kesembuhan putriya dan Saat ini kondiri putri masih sangat labil, walapun
memiliki pasangan hidup. demikian keadaanya tetapi pendidikan masih terus
Pada responden kedua R yang masa dilanjutkan. Selain itu, responden belum pernah
mendamping putrinya yang mengalami gangguan melihat kemandirian pada putrinya. Responden masih
skizofrenia hampir tiga tahun masih terlihat memerlukan dukungan dari keluarga, terutama adik
kecemasan dan kadang terlihat putus asa.Hal ini bisa yang sangat membantu menghadapi masalah ini.
disebabkan karena responden adalah orang tua Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga
tunggal dan putrinya merupakan anak satu- dengan skizofrenia diharapkan memberikan dukungan
satunya.Saat ini kondisi putrinya masih sangat labil, penuh kepada penderita. Hal ini akan sangat
walaupun pendidikan masih terus dilanjutkan. membantu penderita skizofrenia. Peran orang tua
Responden belum bisa melihat kemampuan yang dalam mendampingi remaja putri yang mengalami
dimiliki putrinya untuk membantunya mandiri di masa gangguan skizofrenia sangatlah dibutuhkan.
depan. Dukungan dari keluarga adik sangat Dukungan yang baik dari keluarga tentu saja
membantu responden mengahadapi permasalahan berdampak positif bagi penderita skizofrenia. Lebih
yang dihadapi. lanjut, lingkungan masyarakat cukup berperan bagi
Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com
Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

21
Jurnal Psikologi Malahayati, Volume 1, No.1, Maret 2019: 14-22
KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI REMAJA PUTRI PENDERITA SKIZOFRENIA

terciptanya masyarakat yang sehat, oleh karena itu Maslim, R. (2013). Rangkuman Diagnosis Gangguan
masyarakat juga dituntut untuk memberikan dukungan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJIII dan DSM-5.
kepada penderita skizofrenia.Masyarakat diharapkan Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
memberi ruang bagi penderita skizofrenia yang sudah Atmajaya.
cukup stabil untuk dapat terlibat dalam masyarakat.
Sehingga diharapkan kondisi mereka yang mengalami Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif:
gangguan skizofrenia akan berangsur membaik. Bandung: Rosdakarya
Sekolah dan guru juga diharapkan lebih
berperan dalam mendampingi para remaja yang Nefid Jeftey S, Ratus Spencer A dan Greene Beverly
tengah menempuh pendididkan. Lebih menggiatkan (2003) . Pengantar Psikologi Abnormal . Bandung,
lagi ruang konsultasi bagi para siswa yang memasuki Erlangga
usia remaja. Tidak bisa dipungkiri usia remaja dengan
problematikanya membuat remaja membutuhkan Notosoedirjo dan Latipun.2005. Kesehatan Mental
ruang bagi mereka untuk mengungkapkan apa yang Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press
menjadi permasalahan mereka.
Poerwandari (2009). Pendekatan Kualitatif Dalam
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Psikologi. Jakarta Lembaga
Pengembangan Sara Pengukuran dan Pendidikan
Alwisol (2009). Psikologi Kepribadian, Edisi Revisi. Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Malang, UMM Press
Sadock.B.J and Saddock, V.A (2001) Pocekt
Asrori, M., & Ali, M. (2006). Psikologi remaja Handbook of Clinical psychiatry. Edisi ke 3.
perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi Philadelpia. Lippincott Williams & Walkins.
Aksara.
Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja edisi revisi.
Hurlock, E. B. (2008). Perkembangan Anak Jilid 2 Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Edisi Ke-6. Jakarta: Erlangga.
Setiadi. 2014. Pemulihan Gangguan Jiwa: Pedoman
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Bagi Penderita , keluarga dan Relawan. Tidak
Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga Dipublikasikan

Kaplan,H.I dan Sadock,B.J (1997). Sinopsis Psikiatri. Siswanto, (2007). Kesehatan Mental:K onsep,
Jakarta. Gramedia Widya Sarana Cakupan dan Perkembangannya .Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET
Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja edisi revisi.
Kartono, K. (2010). Patologi Sosial 2 Kenakalan
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. (1990). Pocket
Kartono, K. (2011). Patologi Sosial 3, Ganguan-
handbook of clinical psychiatry. In Pocket
gangguan kejiwaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
handbook of clinical psychiatry.
Persada
Laura A.King (2010). Psikologi Umum: Sebuah
Wiramihardja, S. A. (2005). Pengantar psikologi
Pandangan Apresiatif. Jakarta Salemba
abnormal. Bandung: Refika Aditama.
Humanika.
Wiramihardja, (2015). Pengantar psikologi abnormal.
Bandung: Refika Adita

Mai Darni1Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: umizanki@gmail.com


Sulastri2Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Email: sulastri2270@gmail.com

22

You might also like