Professional Documents
Culture Documents
1 Analisis Perilaku Instabilitas Perekonomian Indonesia Aplikasi Vector Error Correction Model
1 Analisis Perilaku Instabilitas Perekonomian Indonesia Aplikasi Vector Error Correction Model
Perry Warjiyo
Bank Indonesia
ABSTRACT
SEKTOR RIIL:
- Terjadi kepanikan investor domestic - Terjadinya peningkatan kerusuhan
khususnya para pengusaha Cina anti Cina disejumlah kota di Jawa
- Berbondong-bondong masyarakat - Publik menduga akan terjadi
memborong bahan pangan (food kesulitan untuk mendapatkan pangan
rush)
SOSIAL-POLITIK
- Kegagalan pemerintah mengatasi
Desember 1997- - Hilangnya kepercayaan terhadap
masalah-masalah ekonomi yang
Januari 1998 rezim Soeharto
muncul
- Situasi politik menjadi tidak menentu
270 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Juli
MONETER:
- Suku bunga naik secara ekstrem - Kebijakan moneter yang sangat ketat
- Inflasi tinggi berlanjut untuk mengontrol suplai uang
- Perbankan kolaps - Tidak ada resolusi terhadap
restrukturisasi perbankan
SEKTOR RIIL:
Sejumlah bentuk kontraksi ekonomi - Kerusuhan yang berlanjut pada
seperti: sejumlah tempat di Indonesia
- Indeks harga Saham (stock market
index) jatuh
Juni – Desember - sektor riil secara mendasar telah
1998 kolaps
SOSIAL POLITIK:
- Secara menyeluruh terjadinya - Pemerintahan Habibie di pandang
ketidakpastian yang besar terhadap tidak memiliki kredibilitas dan
ekonomi, sosial dan politik legitimasi untuk mengatasi permasa
lahan sosial, ekonomi dan politik
yang terjadi
- Fenomena masyarakat melakukan
tindakan main hakim sendiri
berlanjut
Sumber: Feridhanusetyawan & Pangestu (2004)
Sektor/blok ekonomi yang menarik untuk ekonomi menunjukkan sektor ini termasuk
dikaji baik sebagai sumber instabilitas yang pertama kali mengalami guncangan
(penghasil shock/guncangan) ataupun sebagai akibat dari instabilitas ekonomi kawasan
penerima instabilitas berdasarkan fenomena Asia Tenggara.
ekonomi selama era krisis ekonomi sampai 3. Blok produksi pertanian dan non pertanian,
saat ini adalah sebagai berikut: kedua blok ini penting untuk diketahui
1. Blok permintaan komoditas, blok ini perilakunya sehubungan dengan adanya
penting dikaji mengingat selama periode fenomena yang berbeda antara produksi
menjelang krisis (triwulan kedua 1997) pertanian dan non pertanian pada saat krisis
sampai pasca krisis diketahui kontribusi ekonomi terjadi. Saat krisis pada kondisi
yang terbesar yang menentukan parah yang ditunjukkan dengan partum-
pembentukan Produk Domestik Bruto buhan PDB negatif yakni sepanjang
Indonesia adalah konsumsi rumah tangga triwulan pertama 1998 sampai triwulan
yakni berkisar antara 67 persen sampai 81 pertama 1999, tampak bahwa sektor
persen per triwulan. Dengan demikian pertanian tetap bisa tumbuh dimana pada
sangat penting untuk memahami atau triwulan 1 dan triwulan 3 tahun 1998
menentukan shock yang menentukan blok pertumbuhan sektor pertanian masing-
permintaan komoditas ini, dan bagaimana masing adalah 11,2 persen, sedangkan pada
dampak instabilitas dari blok ini terhadap triwulan 1 tahun 1999 tumbuh 17,5 persen.
blok ekonomi di luar dirinya. Adapun umumnya sektor non pertanian
2. Blok Finansial, sebagaimana yang telah pada periode krisis ekonomi yang parah
diuraikan dalam Tabel 1 sektor finansial tersebut pertumbuhannya adalah negatif
termasuk sektor yang paling krusial baik (lihat Tabel 2). Dengan demikian
sebagai sumber instabilitas bagi sektor bagaimana dampak instabilitas dan shock
ekonomi lain maupun sebagai penerima ekonomi terhadap blok produksi pertanian
instabilitas dari luar. Pengalaman dari krisis dan non pertanian serta bagaimana dampak
2006 Irawan & Warjiyo 271
instabilitas dari blok ini terhadap blok Amerika Serikat sampai Rp. 4.000,00 per
ekonomi di luar dirinya menarik untuk dolar Amerika Serikat.
dikaji. Disamping perilaku output, blok Dengan semakin terbukanya ekonomi
produksi ini juga akan mencakup perilaku Indonesia dengan ekonomi internasional akan
investasi dan permintaan tenaga kerja berimplikasi eksisnya pengaruh variabel-
(employment) dari sektor pertanian dan non variabel makroekonomi dan ekonomi
pertanian. internasional terhadap kinerja blok-blok
4. Blok Permintaan Ekspor, Blok ini penting ekonomi di atas, begitu juga akan ada saling
untuk dikaji perilakunya ketika adanya interaksi antar veriabel-variabel ekonomi antar
instabilitas ekonomi mengingat pada blok. Hal ini juga berimplikasi bahwa
periode krisis ekonomi ada fenomena yang rancangan kebijakan ekonomi yang bertujuan
menarik dimana turunnya nilai tukar rupiah menstabilisasi sektor pertanian dan non
terhadap dolar tidak menyebabkan pertanian serta sektor ekonomi lainnya tidak
peningkatan pertumbuhan ekspor bisa lepas dari bagaimana kebijakan tersebut
Indonesia. Fakta empiris menunjukkan dilakukan secara integratif baik yang
ketika terjadi depresiasi rupiah yang lebih menyangkut dari sisi ekonomi pertanian,
besar pada tahun 1998 dan tahun 1999 kebijakan ekonomi makro dan kebijakan
(nilai tukar pada periode tersebut berkisar perdagangan internasional.
antara Rp. 7.100,00 per dolar Amerika
Serikat sampai Rp. 11.590,00 per dolar 1.2. Tujuan Penelitian
Amerika Serikat), nilai ekspor lebih rendah Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
dibanding tahun 1997. Nilai ekspor pada bertujuan sebagai berikut; Sektor atau blok
tahun 1998 dan 1999 masing-masing ekonomi mana yang menjadi sumber
sebesar 95,8 milyar rupiah dan 91,8 milyar instabilitas penting bagi perekonomian, dan
rupiah, bandingkan dengan nilai ekspor blok atau sektor ekonomi mana yang paling
tahun 1997 yang sebesar 121,2 milyar banyak menerima guncangan dari blok
rupiah padahal nilai tukar pada tahun 1997 ekonomi di luar dirinya.
berkisar antara Rp. 2.400,00 per dolar
Tabel 2. Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Selama Periode Krisis Ekonomi yang Parah
makroekonomi yang melihat ekonomi secara Selanjutnya studi model sektor pertanian
agregat dan keseluruhan (whole), para ahli yang dikategorikan sebagai model sektor
ekonomi pertanian memberikan perhatian pertanian generasi ketiga. Ciri-ciri spesifiknya
pada analisis sektoral. Model-model yang adalah model terdiri atas sejumlah besar
dibentuk umumnya merefleksikan penerapan persamaan dan variabel. Model juga telah
teori-teori ekonomi mikro dibandingkan teori memiliki keterkaitan harga dan perdagangan
ekonomi makro. yang signifikan antara sektor pertanian,
Generasi pertama dari model kajian sektor makroekonomi dan ekonomi internasional.
pertanian ini menempatkan sektor pertanian Namun kelemahan model-model ini adalah
sebagai entitas yang berdiri sendiri dan gagal menunjukkan peran akumulasi aset dan
terpisah dengan sektor-sektor lainnya. Dalam arti penting dari pasar finansial dalam
model-model seperti ini sejumlah variabel- menentukan keputusan investasi. Sejumlah
variabel makroekonomi ekonomi seperti studi yang dapat dimasukkan dalam kategori
interest rate (suku bunga), pendapatan ini adalah antara lain Lamm (1981) dan
(income), dan harga-harga umum hanya Prentice dalam Sugema (1992).
diposisikan sebagai variabel eksogenus. Bentuk model generasi ketiga lainnya yang
Dengan demikian sektor-sektor ekonomi di lebih memiliki keterkaitan yang lengkap
luar sektor pertanian tidak menerima pengaruh adalah seperti apa yang dilakukan oleh
umpan balik dari sektor pertanian. Contoh O’Mara dalam Sugema (1992). Model mereka
studi-studi generasi pertama ini dapat dilihat ini memasukkan interaksi antara komponen-
antara lain yang dilakukan oleh Cromary komponen sebagai berikut: (1) produsen
(1959) dan Quance & Tweeten (1972). pertanian dan penyuplai input; (2) output
Generasi kedua model kajian sektor pertanian dan chanel pasarnya melalui
pertanian, pada generasi kedua ini model konsumsi akhir; (3) permintaan komoditas non
studinya telah menunjukkan keterkaitan pertanian oleh rumah tangga pertanian; (4)
dengan makroekonomi. Keterkaitan itu sektor pertanian dan perdagangan interna-
didapat melalui sisi permintaan ekonomi, sional; (5) pertanian dan pasar kredit; dan (6)
dimana dampak sektor non pertanian terhadap pertanian dan perdagangan internasional.
sektor pertanian ditangkap melalui permintaan Hughes & Penson (1980) mengkaji kasus
input pertanian, sedangkan umpan baliknya Amerika serikat sedangkan O’Mara (1985)
(pengaruh sektor pertanian terhadap sektor untuk kasus Australia. Walaupun demikian
non pertanian) ditangkap melalui permintaan model ini sangat menekan arti penting sektor
output pertanian oleh sektor non pertanian. pertanian dan terlihat tidak berusaha untuk
Sedangkan keterkaitan dengan ekonomi menangkap semua kemungkinan hubungan
internasional ditunjukkan melalui permintaan antar sektor ekonomi secara apa adanya, hal
ekspor. Beberapa studi yang terkategorikan ini wajar karena mereka adalah ahli ekonomi
model generasi kedua ini antara lain yang pertanian sehingga perhatiannya lebih fokus
dilakukan oleh Hoffman &Penn (1976), Chen pada peran sektoral dibandingkan makroeko-
(1977) dan Zeitner (1977). Sejumlah nominya.
kelemahan dari model-model generasi kedua
ini adalah: (1) gagal menunjukkan dampak 2.3. Pendekatan yang Integratif
akumulasi aset terhadap keputusan investasi Seperti yang telah diungkapakan di atas
dan konsumsi; dan (2) tidak mampu umumnya pakar makroekonomi lebih tertarik
menangkap dampak kebijakan sektoral dan pada kajian-kajian dalam perspektif macro
masih menempatkan sektor internasional modeling, dan cenderung mengabaikan sektor
sebagai sistem yang eksogenus. pertanian dalam studi mereka. Hal ini
2006 Irawan & Warjiyo 275
menyebabkan model mereka cenderung makroekonomi, untuk kasus Indonesia hal ini
underestimate (memandang sebelah mata) telah dicoba dilakukan antara lain oleh
akan arti penting sektor pertanian dalam Kasymir (2001) dan Dradjat (2004), walaupun
mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. teknik kuantitatif yang digunakan bukan
Di sisi lain para pakar ekonomi pertanian analisis general equilibrium tetapi dengan
over-emphasis (terlalu berlebihan) dalam analisis time series ekonometrika namun
menunjukkan peran sektor pertanian logika modelnya menggunakan prinsip
dibandingkan sektor ekonomi lainnya. general equilibrium.
Sejumlah pakar ekonomi baik dari Kedua, sektor pertanian dibagi menjadi
kalangan makroekonomi maupun ekonomi sejumlah komoditas-komoditas pertanian
pertanian mencoba memecahkan masalah di seperti padi, gandum, wool, ternak sapi dan
atas dengan menggunakan analisis yang sebagainya. Pendekatan kedua ini didasarkan
disebut dengan integratif approach (pende- pada perspektif pakar ekonomi pertanian.
katan yang integratif). Dalam logika berpikir Pendekatan pertama relatif lebih mudah
mereka, sektor pertanian begitu juga dilakukan dan bisa memberikan informasi
komponen-komponen ekonomi lainnya harus tentang keterkaitan antara sektor pertanian
diberikan titik tekan yang sama dalam studi- dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Namun
studi ekonomi yang merefleksikan keterkaitan gambaran fakta yang diberikan pendekatan
antar sektor ekonomi. pertama ini tidak serinci pendekatan kedua.
Beberapa studi yang menggunakan Pende- Namun kelemahan pendekatan kedua bahwa
katan Integratif antara lain dapat dilihat pada pendekatan tersebut akan sulit diiimplemen-
studi Devados, Meyers & Starleaf (1980). tasikan sehubungan dengan masalah
Logika dasar mereka adalah mencoba keterbatasan data walaupun diakui keunggulan
mengombinasikan pandangan pakar makro- pendekatan ini akan memberikan informasi
ekonomi dan pakar ekonomi pertanian dalam rinci tentang bagaimana masing-masing pasar
suatu kerangka pikir yang disebut kerangka komoditas pertanian berinteraksi dengan
kerja general equilibrium. Dalam kerangka sektor-sektor ekonomi di luar pertanian
kerja yang sedemikian itu dipercaya cerita sehingga dapat diketahui komoditas apa yang
yang lengkap dan utuh apa adanya tentang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor-
hubungan antara sektor pertanian, makro- sektor ekonomi lainnya. Untuk kasus
ekonomi dan ekonomi internasional tersebut Indonesia model ini telah dicoba dilakukan
dapat diperoleh. antara lain oleh Asnawi (2000), walaupun
teknik kuantitatif yang digunakan bukan
Kerangka kerja general equilibrium
analisis general equilibrium melainkan
mereka tersebut membagi sistem ekonomi
analisis time series ekonometrika namun
dalam 3 blok bangunan penting yakni blok
logika modelnya menggunakan prinsip
pertanian, blok makroekonomi dan blok
general equilibrium.
ekonomi internasional. Blok pertanian
mengandung sejumlah variabel pertanian yang Blok makroekonomi umumnya dibagi
menunjukkan hubungan penawaran dan menjadi tiga komponen yakni pasar finansial,
permintaan. Ada dua pendekatan dalam pasar barang, dan sektor pemerintahan.
analisis variabel-variabel pertanian ini yakni: Sedangkan blok internasional terdiri atas pasar
pertama, analisis yang melibatkan data semi- impor dan ekspor. Blok makroekonomi ini dan
agregat dimana sektor pertanian dibagi blok pertanian saling terkait melalui level
menjadi dalam sejumlah sub-sektor seperti harga-harga umum, suku bunga, pendapatan
tanaman pangan, perkebunan dan peternakan. nasional, dan pasar input pertanian. Adapun
Pendekatan ini adalah pendekatan pakar pengaruh balik dari sektor pertanian ke sektor
makroekonomi ditangkap melalui harga
276 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Juli
output, pendapatan rumah tangga, dan keberadaan netralitas uang tersebut. Di sisi
produksi. Sedangkan blok makroekonomi dan lain temuan Fischer (1977), Blinder (1982),
blok perdagangan internasional ditangkap dan Orden (1986) mengindikasikan bahwa
melalui ekspor, impor, capital flow, balance of uang tidak netral. Studi lain menunjukkan
payment, suku bunga, dan exchange rate. adanya kompromi dari dua pandangan di atas
Adapun keterkaitan blok pertanian dan blok lihat misalnya seperti yang dilakukan oleh In
internasional dapat ditangkap melalui ekspor dan sugema dalam Sugema (1992) yang
pertanian dan impornya dan exchange rate. menunjukkan bahwa uang adalah netral dalam
Pendekatan integratif ini akan memberikan jangka panjang tetapi menunjukkan fenomena
kerangka berpikir yang tepat bagi penelitian- fixed/flex price dalam jangka pendek. Hasil
penelitian di wilayah kajian makrekonomi studi Habibullah (1997) untuk kasus Indonesia
pertanian. Masalah yang timbul dari model menunjukkan inflasi di Indonesia adalah
dengan pendekatan yang seperti ini adalah fenomena moneter.
landasan teori atau mazhab eknomi yang Kalangan monetaris berpendapat bahwa
melandasi, pemilihan landasan teori atau kondisi PPP (purchasing power parity) dan
mazhab ekonomi yang dipakai akan sangat kondisi IRP (interest rate parity) terjadi dalam
berpengaruh terhadap penentuan model jangka panjang. PPP klasik berimplikasi
dengan pendekatan integratif ini. Secara garis bahwa exchange rate sama dengan ratio antara
besar seseorang peneliti dapat memilih apakah harga luar negeri dengan harga domestik.
melandasi model penelitiannya berdasarkan Sedangkan kondisi IRP menunjukkan bahwa
pendekatan monetaris ataukah Keynesian. exchange rate ditentukan oleh differential
Letak perbedaan utama dari kedua teori ini suku bunga (interest rate differential)
terletak pada ada-tidaknya hal-hal sebagai (perbedaan antara suku bunga domestik dan
berikut: Netralitas uang, intererest parity suku bunga luar negeri. Sejumlah hasil
(IRP), Purchasing Power Parity (PPP) dan penelitian menunjukkan beberapa hal yang
Phillips Curve. berbeda tentang keberadaan PPP. Sejumlah
Kalangan monetaris berpendapat bahwa studi mendukung keberadaan hipotesis PPP
uang seharusnya netral dalam jangka panjang jangka panjang ini misalnya Glens (1992);
dalam arti tingkat inflasi dari semua Lothian & Taylor (1996); Coakley & Fuertes
komoditas akan sama dengan kenaikan dari (2001); dan Mohamed et al. (2001),
suplai uang. Namun Keynesian, dengan sebaliknya studi-studi Corbae & Outliaris
berlandaskan pada asumsi fixed/flex price, (1988); O’Connel (1998); Baum et al. (1999);
menunjukkan bahwa uang tidak netral. dan Cuddington & Hong (2000) tidak
Asumsi fixed/flex price berimplikasi bahwa menemukan kondisi PPP tersebut eksis. Sama
sejumlah harga komoditas seperti harga dengan halnya studi PPP di Negara lain, untuk
komoditas manufaktur adalah sangat rigid kasus Indonesia sejumlah studi menemukan
(very sticky/fixed) sementara harga komoditas kesimpulan yang berbeda, Bahmani-Oskooee
yang lainnya misal harga komoditas pertanian (1993) dengan menggunakan data triwulanan
sangat fleksibel menyesuaikan diri terhadap 1973 sampai 1988, Baharumshah & Ariff
perubahan moneter, komponen harga yang (1997) dengan menggunakan pendekatan unit
fleksibel ini akan sangat mudah melonjak root dan kointegrasi Engle-Granger
dengan adanya monetary shock. Dengan menemukan bahwa kondisi PPP tidak eksis
demikian menurut Keynesian inflasi dari untuk Indonesia, tetapi sebaliknya
harga yang fixed dan fleksibel tidaklah sama, Pattinasarany (1997) dengan melakukan
itu artinya uang tidak netral (Frankel, 1986). analisis kointegrasi antara exchage rate dan
Sejumlah studi seperti yang dilakukan oleh indeks harga series 1986:9 sampai 1996:7
Barro (1977) tampaknya menunjukkan membuktikan kondisi PPP berlaku untuk
2006 Irawan & Warjiyo 277
Indonesia, pendapat terakhir diperkuat oleh Model didasarkan pada mazhab pemikiran
Liew et al. (2003) dengan menggunakan data new-classical. Secara umum model
series triwulanan memperlihatkan bahwa mengasumsikan ada dua negara, domestik dan
bilateral Rupiah-dolar Amerika serikat meng- luar negeri, yang mana masing-masing terdiri
ikuti nonlineary PPP equilibrium level. atas tiga agen ekonomi (konsumen, produser
Kalangan Keynesian meyakini bahwa dan pemerintah). Konsumen mempunyai
dalam jangka pendek akan terjadi trade-off fungsi tujuan memaksimisasi utilitas
(hubungan berlawanan arah) antara sepanjang hidupnya (life time utility) dengan
unemployment (tingkat pengangguran) dan kendala ketersediaan dana. Sedangkan
laju inflasi. Hubungan yang sedemikian itu produser terdiri atas dua komponen yakni
sering disebut juga Phillips Curve. Namun petani yang menghasilkan komoditas
kalangan monetaris dan para pendukung pertanian dan perusahaan-perusahaan
rational expectation mengatakan bahwa menghasilkan komoditas non pertanian.
fenomena Phillips Curve tidak lagi eksis Produser-produser tersebut menggunakan dua
dengan kenyataan ditemukannya sejumlah input yakni modal dan tenaga kerja yang mana
bukti yang menunjukkan bahwa inflasi yang input-input di suplai oleh rumah tanga-rumah
tinggi juga diikuti oleh tingkat pengangguran tangga. Pemerintah berperan bertanggung
yang tinggi pula, fenomena ini khususnya jawab dalam mensuplai uang dan menerapkan
tampak nyata pada perekonomian dunia di kebijakan ekonomi seperti tarif, pajak dan
pertengahan tahun 1970-an dan awal 1980-an lain-lain. Hubungan antara ekonomi domestik
(Dornbusch & Fisher, 1994). dan luar negeri di dapat melalui arus
komoditas dan modal.
2.4. Pendekatan Maekroekonomi Pertanian
yang Digunakan dalam Penelitian ini 3. METODE PENELITIAN
Pendekatan makroekonomi pertanian yang Model In-Sugema Modifikasi tersebut
digunakan dalam penelitian ini relatif baru, berhasil mencapai empat hal yang diinginkan
dimana model ini diadopsi dari model Sugema yakni: 1) Model mengakomodasi sisi
(1992). Model Makroekonomi pertanian ini permintaan dan sisi penawaran dalam
diinisiasi oleh In (1990) dan selanjutnya perekonomian; 2) Model memberikan dasar
digunakan dan dimodifikasi oleh Sugema yang kuat tentang analisis multisektoral dalam
(1992). Di dalam studinya mereka perekonomian; 3) Model memberikan keter-
menerapkan pembentukan model dimana kaitan yang lengkap hubungan sebagai
persamaan-persamaan perilaku dalam setiap berikut: antara pasar komoditas dan pasar aset
blok dalam model didapat melalui perilaku finansial, dan antara ekonomi domestik dan
maksimisasi fungsi tujuan dari masing-masing ekonomi internasional; 4) Model mampu
agen ekonomi. Estimasi persamaan-persamaan memberikan interaksi dinamik antar ekonomi
dalam model menggunakan regresi kointegrasi makro, ekonomi internasional dan pertanian
dan keterkaitan dimasukkan dalam kerangka dengan menerapkan teknik kointegrasi dan
kerja Error Correction Model. Perbedaan vector error correction mechanism, dimana
model penelitian ini dengan model In dan koefisien-koefisien estimasi yang dihasilkan
Sugema terletak pada model ekonometrikanya oleh model vector error correction tersebut
dimana model ini menggunakan pendekatan sangat kaya dengan implikasi ekonomi.
Vector Error Corection Model selanjutnya kita Berikut ini adalah model-model yang
sebut sebagai Model In-Sugema Modifikasi. dimaksudkan:
278 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Juli
i Z5, t i 5t
spillover dan eksternalitas pada bab ini dan
Z5, t E t 1 (2.7) seterusnya adalah beberapa istilah yang merujuk
i 1 pada konsep yang sama (lihat: Sugema (1992)
dimana: dan Beck & Winker (2004)) yakni deviasi antara
Z4 = 7 x 1 vektor untuk variabel-variabel keseimbangan jangka panjang dan data faktual-
nya, dimana deviasi ini merupakan sumber shock
(LC_A, LC_N, LREER, LP_A,
terhadap variabel endogenus yang dipengaruhi-
LP_N, dan LX_BIN) nya.
280 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Juli
empiris penting yang dapat dilihat dari tabel 4 lainnya, atau dengan kata lain blok aset
adalah sebagai berikut: Pertama, diantara finansial menjadi sumber instabilitas tertinggi
empat blok diluar blok permintaan komoditas, bagi blok permintaan komoditas. Hal ini tidak
blok permintaan aset finansial tampaknya mengherankan karena aset finansial dapat
memberikan eksternalitas yang terbesar terha- bersifat subtitusi terhadap komoditas dalam
dap blok permintaan komoditas dibandingkan arti membeli aset finansial yang lebih banyak
blok-blok lainnya. Hal ini ditunjukkan jumlah saat ini akan mengurangi konsumsi atas
koefisien disequilibrium error yang signifikan komoditas, dan sebaliknya. Sumber
pengaruhnya terhadap persamaan-persamaan instabilitas penting lainnya bagi blok
blok permintaan komoditas dengan jumlah permintaan komoditas adalah berasal dari blok
terbanyak berasal dari blok aset finansial. Hal produksi non pertanian, sedangkan yang
ini mengindikasikan permintaan komoditas paling kecil dampak gangguannya adalah
memiliki volatilitas yang lebih tinggi terhadap berasal dari blok produksi pertanian dan blok
gangguan (disturbances) dari blok/pasar aset permintaan ekspor.
finansial dibanding dari disturbances blok
Variabel
Blok Data
Simbol Keterangan simbol
LC_BINA Log nilai Import Sumber: CEIC data Company limited (ribu USA $)
Pertanian
LCBIN_N1 Log nilai import non Sumber: CEIC data Company limited (ribu USA $)
pertanian
LCA Log total Permintaan Dihitung PDB pertanian – Ekspor Pertanian (dalam
komoditas Pertanian milyar rupiah)
LCN Log total Permintaan Dihitung; PDB pertanian – Ekspor non pertanian
komoditas non pertanian (milyar Rupiah)
LPA Log Harga output Data harga output didekati dengan Indeks harga
pertanian. pedagang besar untuk pertanian (1983=100). Sumber
BLOK CEIC data Company Limited
PERMIN-
TAAN LPN Log Harga Ourput Indeks Harga Pedagang Besar Manufaktur 1983=100
KOMO- Industri
DITAS LREER Log Real Effective Sumber: Bagian Analisis dan Perencanaan Kebijakan
Exchange Rate (APK BI)
LX Log Pengeluaran Pengeluaran Konsumsi rumah tangga (milyar rupiah).
konsumsi rumah tangga Sumber: International Financial Statistic (IFS)
domestik
LPBINA Log harga Impor Didekati dengan Indeks harga Pedagang besar non
komoditas pertanian migas (1983=100) sumber CEIC data Company
Limited
LPBINN1 Log harga Impor Didekati dengan indeks harga pedagang besar Impor
Komoditas non (1983=100)
pertanian
2006 Irawan & Warjiyo 281
LM2 Log M2 M2. Sumber; Bagian Studi Sektor Riil Bank Indonesia
LPM Log implicit price for implicit price for holding money = P x inflasi
holding money (Harga dimana:
Implisit Pemegangan P = (PA)w1(PN)w2(pbina)w3 (pbinn1)w4
uang) w1 = CA/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w2 = CN/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w3 = C_bina/(CA+ CN+C_bina + Cbin_n1)
w4 = Cbin_n1/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
LPB log implicit price for implicit price for domestic bonds (pb) =
domestic bonds (Harga P x (interes rate – inflasi)
Implisit Pemegangan dimana
Surat Berharga P = (PA)w1(PN)w2(pbina)w3 (pbinn1)w4
Domestik) w1 = CA/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w2 = CN/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w3 = C_bina/(CA+ CN+C_bina + Cbin_n1)
w4 = Cbin_n1/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
PERMIN- LPBIN log implicit price for implicit price for foreign bond =
TAAN foreign bond (Harga P x {(interest rate-inflasi) + (et+1- et)/et}
ASET Implisit Pemegangan dimana:
Surat Berharga Luar e = exchange rate (Rp/US dolar)
Negeri P = (PA)w1(PN)w2(pbina)w3 (pbinn1)w4
w1 = CA/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w2 = CN/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w3 = C_bina/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
w4 = Cbin_n1/(CA+ CN+ C_bina + Cbin_n1)
LW Log Nominal Wealth Nominal Wealth (W) =(M2 + Surat Berharga
Domestik (domestic bond )+Surat Berharga Luar
Negeri (foreign bond /foreign assets)
LB Log Surat Berharga Klaim terhadap Pemerintah Pusat dan Sektor Swasta
(bond) domestik (Claims on Central Govt. and Private Sektor) dideflasi
dengan harga implisit dari Surat Berharga (bond )
domestik. Sumber: International Financial Statistic
(IFS)
LBBIN Log bond Luar negeri Aset Luar Negeri (Foreign Assets ) dideflasi dengan
Harga Implisit dari Surat Berharga (bond) luar negeri
LYA Log PDB Pertanian. PDB Pertanian adalah jumlah PDB tanaman pangan,
PDB tanaman perkebunan, PDB peternakan, PDB
hutan, PDB Perikanan. Sumber: Studi Sektor Riil
Bank Indonesia
r Harga Modal (suku Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 30 hari
PRO- bunga) (% per tahun) ( Bank Indonesia Certificates Rate:
DUKSI Auction Target: 30 days (% pa)). Sumber: Studi
PERTA- Sektor Riil Bank Indonesia
NIAN LPA Log Harga output Data harga output didekati dengan Indeks harga
pertanian. pedagang besar untuk pertanian (1983=100). Sumber:
CEIC data Company Limited
LWA Log Upah Tenaga Kerja Satuan (Rp per bulan). Sumber: Studi Sektor Riil
Sektor Pertanian Bank Indonesia
282 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Juli
tampaknya senada dengan hasil studi Zaini Sedangkan untuk permintaan komoditas
(2003) yang mengatakan bahwa sektor non pertanian impor, relatif penyebab
pertanian mempunyai multiplier effect guncangan tidak banyak yakni hanya berasal
terhadap pendapatan rumah tangga yang lebih dari disequilibrium error penawaran
besar dibandingkan dengan sektor non komoditas non pertanian domestik, sehingga
pertanian dimana untuk sektor pertanian dapat diprediksi kemungkinan impor
multiplier effectnya berkisar antara 1,62 – 1,91 komoditas non pertanian domestik lebih
yang berarti pengembangan sektor pertanian banyak disebabkan oleh masalah-masalah
sebesar 1 satuan rupiah akan berdampak pada guncangan penawaran komoditas non
kenaikan pendapatan rumah tangga sebesar pertanian domestik. Faktor lain yang menjadi
1,62 – 1,91 satuan rupiah pada sektor sumber guncangan adalah permintaan bond
pertanian terkait, bandingkan dengan luar negeri, penulis menduga hal ini karena
multiplier effect terhadap pendapatan rumah terjadinya disequilibrium permintaan bond
tangga dari sektor non pertanian yang hanya luar negeri dalam bentuk lonjakan permintaan
berkisar antara 0,55 -1,68. Sedangkan di atas keseimbangan jangka panjangnya akan
disequilibrium error permintaan komoditas berimbas pada nilai tukar yang selanjutnya
non pertanian impor dan permintaan perubahan nilai tukar ini akan menjadi sumber
komoditas pertanian impor memberikan shock bagi permintaan impor komoditas non
dampak/spillover yang terkecil. pertanian domestik.
Ketiga, diantara empat persamaan Keempat, untuk disequilibrium error yang
permintaan komoditas, permintaan komoditas berkaitan dengan pertanian tampak bahwa
pertanian impor menerima dampak/spillover yang berpengaruh signifikan secara statistik
yang terbesar dari luar sistem/blok permintaan terhadap sejumlah persamaan di luar pertanian
komoditas, spillover yang dimaksud berasal adalah disequilibrium error permintaan
dari penawaran (output) pertanian dan non komoditas pertanian domestik, disequilibrium
pertanian, permintaan tenaga kerja non error permintaan tenaga kerja pertanian,
pertanian, permintaan ekspor pertanian dan disequilibrium error penawaran output
non pertanian, dan permintan bond luar negeri. pertanian dan disequilibrium error permintaan
Hal ini mengindikasikan beberapa hal yakni: ekspor pertanian. Fenomena ini
1) bahwa permintaan komoditas pertanian mengindikasikan adanya feed back (umpan
impor sangat responsive terhadap berbagai balik) sektor pertanian terhadap sektor non
guncangan dari luar, 2) Mengatasi dilema pertanian. Hal ini merupakan temuan penting
masuknya komoditas impor membutuhkan karena menunjukkan stabilisasi sektor
kebijakan yang kompleks dan rumit karena pertanian akan mempengaruhi sejumlah
banyak faktor yang mampu menyebabkan komponen ekonomi di luar sektor pertanian.
shock terhadap permintaan impor komoditas
pertanian, dari sumber spillover menunjukkan 4.2. Blok Permintaan Aset
bahwa fenomena impor komoditas pertanian Tabel 5 merangkum variabel-variabel
bukan hanya terkait dengan masalah kelebihan disequlibrium error yang dapat menjadi
atau kekurangan suplai domestik dari sumber instabilitas dari blok permintaan aset
komoditas pertanian domestik saja, tetapi juga finansial. Ada sejumlah temuan empiris
karena faktor-faktor lain. Oleh karena itu tidak penting yang dapat dilihat pada tabel 5
cukup mengatasi impor komoditas yang marak tersebut, yakni:
di era reformasi hanya dengan mengatasi
melalui kebijakan membatasi masuknya
komoditas impor melalui halangan tarif atau
non tarif.
2006 Irawan & Warjiyo 285
Permintaan
Komoditas
0.006546 -0.076272 0.056862 2.695065 -0.387030 -0.968806 0.013963
non Pertanian
(0.01484) (0.12444) (0.06931) (3.65713) (0.17300) (1.56262) (0.01856)
Impor
[ 0.44114] [-0.61294] [ 0.82040] [ 0.73694] [-2.23715] [-0.61999] [ 0.75214]
(E_CBIN_
N1(-1))
Keterangan: Angka di dalam ( ) adalah standard error
Angka di dalam [ ] adalah t-statistics
Sel yang diarsir menunjukkan signifikan secara statitistik (t-statistics > 2)
PERMIN- Permintaan
TAAN Komoditas -0.198874 0.155306 0.126802 -36.96758 0.031579 -0.009901 -0.058094
KOMODI- Pertanian (0.49064) (0.37089) (0.08572) (25.3085) (0.03806) (0.02723) (0.14503)
TAS Domestik [-0.40534] [ 0.41874] [ 1.47931] [-1.46068] [ 0.82973] [-0.36364] [-0.40056]
(E_CA(-1))
Permintaan
Komoditas 0.115304 0.202955 -0.001535 10.65940 -0.036063 0.004344 0.106849
non Pertanian (0.34109) (0.25784) (0.05959) (17.5942) (0.02646) (0.01893) (0.10082)
Domestik [ 0.33805] [ 0.78714] [-0.02577] [ 0.60585] [-1.36302] [ 0.22949] [ 1.05976]
(E_CN(-1))
2006 Irawan & Warjiyo 289
Permintaan
Komoditas
0.112368 0.079955 -0.005217 -5.343706 -0.013457 -0.007878 0.047073
non Pertanian
(0.09077) (0.06862) (0.01586) (4.68230) (0.00704) (0.00504) (0.02683)
Impor
[ 1.23791] [ 1.16523] [-0.32896] [-1.14126] [-1.91120] [-1.56387] [ 1.75434]
(E_CBIN_N1
(-1))
Keterangan: Angka di dalam ( ) adalah standard error
Angka di dalam [ ] adalah t-statistics
Sel yang diarsir menunjukkan signifikan secara statitistik (t-statistics > 2)
Permintaan
Komoditas
0.002821 0.100464 0.001322 -4.728091 -0.004865 -0.002454 0.007128
non Pertanian
(0.01704) (0.11393) (0.01230) (3.07522) (0.00603) (0.00342) (0.01529)
Impor
[ 0.16553] [ 0.88177] [ 0.10745] [-1.53748] [-0.80742] [-0.71713] [ 0.46604]
(E_CBIN_N1
(-1))
Keterangan: Angka di dalam ( ) adalah standard error
Angka di dalam [ ] adalah t-statistics
Sel yang diarsir menunjukkan signifikan secara statitistik (t-statistics > 2)
Permintaan
0.304442 0.278817 0.016289 0.017421 0.058682 0.001389
Komoditas
(0.55441) (0.52451) (0.04421) (0.05322) (0.06471) (0.00471)
Pertanian Impor
[ 0.54913] [ 0.53158] [ 0.36848] [ 0.32734] [ 0.90682] [ 0.29500]
(E_C_BINA(-1))
Permintaan
6.179666 6.381458 -0.187925 1.366378 1.186381 -0.031069
BLOK Komoditas
(6.27061) (5.93238) (0.50000) (0.60195) (0.73192) (0.05325)
PERMIN- Pertanian
[ 0.98550] [ 1.07570] [-0.37585] [ 2.26991] [ 1.62093] [-0.58350]
TAAN (E_CA(-1))
KOMO- Permintaan
-8.354533 -8.304403 0.249463 -0.203128 0.084482 0.036179
DITAS Komoditas non
(4.32449) (4.09124) (0.34482) (0.41513) (0.50476) (0.03672)
Pertanian
[-1.93191] [-2.02980] [ 0.72346] [-0.48931] [ 0.16737] [ 0.98526]
(E_CN(-1))
Permintaan
-2.724061 -2.580978 -0.081502 -0.072743 -0.061322 -0.002227
Komoditas non
(1.14299) (1.08134) (0.09114) (0.10972) (0.13341) (0.00971)
Pertanian Impor
[-2.38328] [-2.38684] [-0.89427] [-0.66298] [-0.45964] [-0.22950]
(E_CBIN_N1(-1))
Keterangan: Angka di dalam ( ) adalah standard error
Angka di dalam [ ] adalah t-statistics
Sel yang diarsir menunjukkan signifikan secara statitistik (t-statistics > 2)
Ketiga, Variabel permintaan ekspor non masing blok dalam arti kemampuan masing-
pertanian merupakan variabel yang paling masing blok menciptakan instabilitas didalam
banyak menerima eksternalitas yang berasal model perekonomian. Angka dalam kurung
dari luar blok permintaan ekspor. Ini berarti pada setiap sel mencerminkan posisi rangking
permintaan ekspor non pertanian adalah dari blok yang bersangkutan didalam
variabel yang paling volatile dimana mentransmisikan disequilibrium errornya
pergerakannya sangat dipengaruhi oleh kepada blok penerima (dalam tabel berada
gangguan dan perubahan yang berasal dari dalam baris pertama), jadi angka (1) pada
blok ekonomi lain. Hal juga menunjukkan suatu sel blok menunjukkan blok yang
kebijakan untuk memacu ekspor non pertanian bersangkutan berperan paling penting dalam
merupakan kebijakan yang relatif kompleks menghasilkan dan menstransmisikan disequili-
dan sulit karena melibatkan sejumlah variabel brium errornya kepada blok penerima, sebagai
ekonomi dari berbagai blok yang harus di contoh pada baris kedua Tabel 9, blok
intervensi. permintaan komoditas merupakan sumber
instabilitas yang paling penting bagi blok
4.6. Gambaran Umum Analisis Error permintaan komoditas dan blok produksi non
Correction Model pertanian tetapi bukan instabilitas penting bagi
blok permintaan aset.
Berdasarkan diskusi dari seksi III.1 sampai
III.5 penulis telah mencoba menganalisis Untuk blok permintaan aset, blok produksi
semua kemungkinan keterkaitan antar lima pertanian dan produksi non pertanian
blok dalam model penelitian. Bagian ini akan merupakan sumber instabilitas terbesar. Blok
merangkum poin-poin penting dari sejumlah permintaan aset juga memberikan umpan balik
diskusi pada bab III untuk mendapatkan instabilitasnya yang kuat berturut-turut kepada
gambaran umum tentang saling keterkaitan blok permintaan komoditas dan blok
antar blok di dalam model penelitian. pertanian. Fenomena ini menunjukkan distorsi
terhadap pasar uang melalui kebijakan
Ringkasan hubungan saling keterkaitan
moneter akan secara efektif mempengaruhi
dapat dilihat pada Tabel 9 yang mana
konsumsi dan produksi pertanian.
menunjukkan arti penting relatif masing-
294 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Juli
Dibandingkan blok lainnya, blok permin- banyak menerima eksternalitas dari blok
taan aset dan blok produksi non pertanian lainnya. Blok yang paling besar memberikan
merupakan sumber instabilitas utama bagi ekternalitas bagi blok permintaan ekspor
blok produksi pertanian. Tetapi pada saat yang berturut-turut berdasarkan rankingnya adalah
bersamaan blok produksi pertanian merupakan blok permintaan aset, permintaan ekspor,
sumber instabilitas penting bagi blok produksi pertanian dan blok permintaan
permintaan aset dan blok produksi pertanian. komoditas.
Hal ini mengindikasikan adanya interaksi dua Untuk mendapatkan kesimpulan yang
arah yang kuat antara blok produksi pertanian lebih tajam tentang arti penting masing-
dengan blok permintaan aset dan blok masing blok dalam perekonomian, maka kita
produksi non pertanian dibandingkan antara perlu melihat posisi masing-masing blok
blok pertanian dengan blok lainnya. sebagai sumber atau penerima instabilitas.
Blok produksi non pertanian merupakan Tabel 10 merangkum peringkat masing-
sumber instabilitas penting bagi blok permin- masing blok dimana angka 1 mencerminkan
taan komoditas dan di saat yang sama pula peringkat tertinggi sedangkan angka 5
blok permintaan komoditas memberikan mencerminkan peringkat terendah. Jika dilihat
umpan balik disturbancesnya yang kuat bagi dari tabel 10 tampak bahwa blok yang paling
blok produksi non pertanian. Fenomena ini tinggi kemampuanya mentransmisi instabilitas
menunjukkan adanya interaksi dua arah yang ke blok lain sekaligus sebagai penerima yang
kuat antara blok produksi non pertanian dan penting bagi instabilitas atau disturbances
blok permintaan komoditas. blok lain berturut-turut adalah blok
Adapun untuk blok permintaan ekspor, permintaan komoditas dan blok permintaan
blok ini adalah blok yang paling rendah aset pada posisi teratas dikuti oleh blok
kemampuannya memberikan eksternalitas produksi non pertanian dan blok produksi
bagi blok lainnya, blok ini hanya memberikan pertanian. Sedangkan yang paling rendah
eskternalitas bagi blok permintaan komoditas kemampuan mentransmisi instabilitas ke blok
saja. Walaupun demikian di sisi lain blok ini lain adalah blok permintaan ekspor.
2006 Irawan & Warjiyo 295
Tabel 10. Tingkat Kemampuan Blok sebagai Sumber dan Penerima Eksternalitas (disturbances)