Aplikasi Mikroorganisme Lokal Bonggol Pisang Dan P

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences.

Maret, 2017
Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 1, No. 1, Hal. 35-43
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942

APPLICATION OF LOCAL MICROORGANISM GOAT MANURE


ON BALURAN VARIETY SOYBEAN
(Glycine max L. Merrill) YIELDS

Dian Nur Aini; Bambang Sugiyanto; Herlinawati*

Crops Production Technology Study Program


Department of Agricultural Production, State Polytechnic of Jember
Mastrip street, Po Box 164 Jember 68121
*Corresponding author: herlinawati1234@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine Soybean (Glycine max L.) var Baluran yields with application
of Local Microorganism (MOL) derived from stump of banana tree and goat manure. This
research was carried in field trials Polytechnic of Jember, District Sumbersari, Jember. This
study uses a randomized complete block design factorial with two factors and 3 repetitions,
factor concentration of MOL (M) 3 level is 0 ml/L, 50 ml/L, 100 ml/L banana weevil. 3 levels
factor dose manure goat (K) is the 0 g/plot, 4 g/plot, 6 g/ plot. Data was analyzed using
ANOVA and then further tested by using DMRT level of 5%. These results indicate that
addition concentration of MOL (M) provides real effect in the parameter of filled pods per
sample. While the treatment of goat manure (K), which provides real effect on the weight of
dry fields pods. The interaction between MOL (M) and goat manure (P) gave an significant
effect in the parameter of the weighs of dry field pods per treatment samples.

Keywords: Goat Manure; MOL Banana Tree Stump; Soybean Yield

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 35


Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences. Maret, 2017
Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 1, No. 1, Hal. 35-43
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942

APLIKASI MIKROORGANISME LOKAL BONGGOL PISANG DAN PUPUK


KANDANG KAMBING TERHADAP PRODUKSI
KEDELAI (Glycine max L. Merrill)
VARIETAS BALURAN

Dian Nur Aini; Bambang Sugiyanto; Herlinawati*

Progam Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan


Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember
Jl. Mastrip Po. Box 164 Jember 68121
*Corresponding author: herlinawati1234@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi kedelai (Glycine max L.) varietas
Baluran dengan aplikasi Mikroorganisme Lokal (MOL) bonggol pisang dan pupuk kandang
kambing. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Jember,
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3
pengulangan. Faktor konsentrasi MOL (M) dengan 3 taraf meliputi: 0 ml/L air, 50 ml/L air,
100 ml/L air. Faktor dosis Pupuk kandang kambing (K) meluputi: 0 g/plot, 4 g/plot, 6 g/plot.
Analisa data menggunakan ANOVA dan diuji lanjut menggunakan DMRT 5%. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi MOL bonggol pisang (M)
memberikan pengaruh nyata pada parameter jumlah polong bernas persampel. Sedangkan
perlakuan pupuk kandang kambing (K) yang memberikan pengaruh nyata pada parameter
pengamatan berat polong kering sawah. Interaksi antara MOL bonggol pisang (M) dan
pupuk kandang kambing (P) memberikan pengaruh nyata pada parameter berat polong
kering sawah persampel.

Kata Kunci: Kedelai; MOL Bonggol Pisang; Pupuk Kandang Kambing

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 36


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

PENDAHULUAN memperbaiki sifat fisik tanah,


Kedelai merupakan salah satu meningkatkan panjang dan kerapatan akar,
tanaman kacang-kacangan andalan nasi- biomassa, luas daun, serapan nitrogen,
onal yang menunjang program diversi- produksi biji, efisiensi penggunaan air
fikasi pangan dan mendukung ketahanan (Sutanto and Rachman, 1998; Susanti et
pangan nasional. Kedelai banyak diman- al., 2008; Bandyopadhyay et al., 2010).
faatkan sebagai bahan baku olahan Menurut Lingga (1991), pupuk kandang
makanan, pakan ternak maupun bahan kambing dalam bentuk padat/segar
baku industri manufaktur. mengandung bahan organik 31% dan rasio
Kedelai merupakan salah satu C/N 25-30%. Kandungan unsur hara di
tanaman pangan penting di Indonesia dalam pupuk kandang kambing bentuk
setelah beras dan jagung. Menurut padat yaitu 69% H20, 0,95% N, 0,35%
Oktaviani and Haryono (2013), setiap 100 P2O5, 1,00% K2O.
g kedelai mengandung 34,90 g protein, Kelemahan dari pupuk kotoran
18,10 g lemak, 34,80 g karbohidrat dengan kambing adalah tingginya C/N. Hal
nilai 331 kalori. tersebut menyebabkan proses penguraian
Kebutuhan akan kedelai semakin hara berjalan lambat sehingga tanaman
meningkat, seiring dengan meningkatnya kurang mampu menyerap nutrisi yang
jumlah penduduk. Kebutuhan kedelai terkandung di dalamnya.
dalam negeri pada tahun 2011 sebesar 2,4 Pupuk kandang memerlukan proses
juta ton, tetapi hanya mampu terpenuhi pengomposan agar C/N rasio rendah.
sebesar 1,44 juta ton. Oleh sebab itu Pupuk kandang yang baik harus
pemerintah telah melakukan impor kedelai mempunyai rasio C/N <20 (Novizan,
sebanyak 1,7 juta ton. Dilain sisi, produksi 2005). Proses penguraian kotoran kambing
kedelai di Indonesia dari tahun 1980 memerlukan adanya dekomposer yang
sampai 2015 mengalami kenaikan dengan murah, mudah dan ramah lingkungan,
rata-rata tumbuh 2,52%. Pada tahun 2015 diantaranya adalah pemanfaatan MOL
produksi kedelai mencapai 998,87 ribu ton, bonggol pisang.
mengalami kenaikan 18,12% dari pada Bonggol pisang jarang dimanfaatkan
produksi di tahun 2014 (Departemen oleh manusia dan dibiarkan membusuk
Pertanian, 2008). secara alami. Tetapi jika dimanfaat dengan
Peningkatan konsumsi tersebut baik, maka dapat digunakan sebagai
seharusnya diimbangi dengan peningkatan mikroorganisme dekomposer. Dalam 100 g
produksi, beberapa cara diantaranya adalah bonggol kering, terdapat 66,2 g
dengan perluasan areal tanam maupun karbohidrat, selain itu juga mengandung
penerapan teknologi budidaya. protein dan mineral-mineral penting
Permasalahan yang sering dihadapi (Widiastuti, 2008; Wulandari et al., 2009).
para petani kedelai adalah kondisi lahan Dari permasalahan tersebut
yang kurang produktif karena penggunaan diperlukan upaya untuk mengurangi
pupuk anorganik secara terus menerus. Hal tingginya angka C/N rasio dengan
tersebut berdampak pada kerusakan pengaplikasian MOL bonggol pisang
struktur dan biologi tanah. Oleh sebab itu, dengan tujuan mendekomposer bahan
sangat diperlukan metode alternatif untuk organik pupuk kandang kambing.
perbaikan sifat tanah, yaitu menggunakan Berdasarkan alasan di atas dilakukanlah
pupuk organik. penelitian mengenai aplikasi MOL
Penggunaan pupuk kandang dari bonggol pisang dan pupuk kandang
kotoran kambing sangat baik sebagai kambing terhadap produksi Kedelai
suplai bahan organik serta dapat varietas Baluran dengan tujuan

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 37


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

mempercepat proses pelapukan pupuk kandang kambing 0


kandang kambing menjadi kompos kg/plot
sehingga tanaman kedelai akan lebih 8. M3K2 : MOL bonggol pisang
mudah menyerap hara dalam tanah. 100 ml/L + pupuk
kandang kambing 4
BAHAN DAN METODE kg/plot
Penelitian dilaksanakan di lahan 9. M3K3 : MOL bonggol pisang
percobaan Politeknik Negeri Jember, Desa 100 ml/L + pupuk
Sumbersari, Kecamatan Sumbersari, kandang kambing 6
Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. kg/plot
Ketinggian tempat berkisar 89 mdpl.
Bahan tanam yang digunakan benih Data dianalisis secara statistik
kedelai varietas Baluran, bonggol pisang dengan menggunakan Analisis Of
ambon, gula merah, air cucian beras, pupuk Variance (ANOVA). Jika terdapat perla-
kandang kambing, pestisida, NPK mutiara, kuan berbeda nyata maka diuji lanjut
Gandasil D, Gandasil B, abu sekam. dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range
Test) taraf 5%.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang Pembuatan MOL
digunakan yaitu RAK (Rancangan Acak Pembuatan MOL menggunakan 5 kg
Kelompok) Faktorial dengan dua faktor bonggol pisang sebagai sumber
meliputi konsentrasi MOL bonggol pisang mikroorganisme, 1 kg gula merah sebagai
0 ml/L (M1), 50 ml/L (M2), 100 ml/L (M3) sumber glukosa, dan 10 liter air cucian
serta dosis pupuk kandang kambing 0 beras sebagai sumber karbohidrat. Bonggol
kg/plot (K1), 4 kg/plot (K2), 6 kg/plot (K3) dicacah dan dihaluskan kemudian difer-
dengan 3 kali ulangan. Kombinasi kedua mentasikan selama 15 hari ditempat yang
faktor tersebut, diantaranya: sejuk, tidak terkena cahaya matahari
1. M1K1 : MOL bonggol pisang 0 langsung. Setiap dua hari sekali dilakukan
ml/L + pupuk kandang pembukaan tutup ember fermentasi yang
kambing 0 kg/plot menggelembung.
2. M1K2 : MOL bonggol pisang 0
ml/L + pupuk kandang Teknik Penanaman
kambing 4 kg/plot Tanah diolah dua kali dan dibentuk
3. M1K3 : MOL bonggol pisang 0 plot-plot penanaman dengan lebar 1 m
ml/L + pupuk kandang panjang 2 m sebanyak 27 plot. Lahan
kambing 6 kg/plot dibuat parit keliling dekat pematang secara
4. M2K1 : MOL bonggol pisang 50 membujur dan melintang dengan lebar 50
ml/L + pupuk kandang 0 cm sedalam 30 cm.
kg/plot Penanaman dilalukan pada lubang
5. M2K2 : MOL bonggol pisang 50 tanam dengan kedalaman ± 2 cm. Setiap
ml/L + pupuk kandang lubang ditanami 3 benih kedelai varietas
kambing 4 kg/plot Baluran. Jarak tanam yang digunakan
6. M2K3 : MOL bonggol pisang 50 adalah 40 cm x 20 cm dalam bedengan,
ml/L + pupuk kandang setelah itu lubang tanam ditutup dengan
kambing 6 kg/plot abu sekam dan disiram.
7. M3K1 : MOL bonggol pisang
100 ml/L + pupuk

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 38


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

Aplikasi Perlakuan dengan cara ditampi. Kemudian disimpan


Pengaplikasian pupuk kandang dalam tempat yang kering dalam karung
kambing diberikan sesuai dosis yaitu K1: 0 dan diusahakan terbebas dari serangan
kg/plot, K2: 4 kg/plot, K3: 6 kg/plot hama.
dengan cara ditebar rata dan dicangkul
hingga tercampur dengan tanah. Plot yang Parameter Pengamatan
sudah di aplikasikan pupuk kandang sesuai Adapun parameter penelitian ini
perlakuan, dilakukan aplikasi MOL meliputi tinggi tanaman pada setiap
bonggol pisang. Aplikasi MOL bonggol perlakuan (cm), yang dilakukan pada saat
pisang dilakukan sesuai konsentrasi yaitu tanaman berumur 35 HST dengan cara
M1: 0 ml/L, M2: 50 ml/L, M3: 100 ml/L diukur dari pangkal batang pada
air yang disiramkan pada tanah dengan permukaan tanah sampai titik tumbuh.
hasil kalibrasi untuk perplotnya yaitu 10 Selain itu parameter yang diamati
liter. setelah panen (87 HST) meliputi jumlah
Pemupukan susulan pada saat cabang produktif; jumlah polong hampa
tanaman berumur 15 HST menggunakan per sampel; jumlah polong bernas per
NPK mutiara 150 kg/ha dengan cara dilarik sampel; berat polong kering sawah per
dan diberi jarak 10 cm dari tanaman sampel (g); berat polong kering sawah per
kemudian ditutup kembali dengan tanah. plot (g); produksi per sampel (g); produksi
perplot (g); berat kering sawah brangkasan
Panen dan Pascapanen per sampel (g); berat kering oven
Panen tanaman kedelai varietas brangkasan per sampel (g); berat 100 biji
Baluran pada saat tanaman berumur 87 per plot (g).
HST dan secara visual, polong sudah 95%
bewarna kuning kecoklatan seacara HASIL DAN PEMBAHASAN
merata. Selain itu, 70% daun sudah Jumlah Polong Hampa Per Sampel
menguning dan sebagian mengalami Data hasil pengamatan terhadap
kerontokan. Batang berwarna kuning agak jumlah polong hampa per sampel, terlihat
coklat dan gundul. Kadar air biji kedelai bahwa dosis pupuk kandang kambing
panen lahan 17%. menunjukkan hasil berbeda nyata
Pemanenan dilakukan dengan cara (significant). Tabel 1 berikut adalah hasil
mencabut tanaman sampel terlebih dahulu, uji lanjut taraf 5% perlakuan dosis pupuk
tanaman sampel dimasukkan dalam kandang kambing terhadap jumlah polong
amplop coklat (satu tanaman sampel hampa per sampel.
/amplop), kemudian mencabut pada
keseluruhan tanaman dalam satu plot. Tabel 1. Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Kambing
Kedelai dipisahkan antara sampel Terhadap Jumlah Polong Hampa Per
Sampel
dan hasil perplotnya. Setelah pemungutan Dosis Pupuk Kandang Rata-Rata
selesai, seluruh hasil panen perplotnya Kambing
dijemur. Tanaman sampel (brangkasan) 0 kg/plot 7,14b
yang dimasukkan kedalam amplop coklat 4 kg/plot 7,77ab
persampelnya kemudian di oven dengan 6 kg/plot 9,43a
suhu 100 ˚C selama 4 jam. Keterangan: Angka yang diikuti huruf (notasi)
Penjemuran dilakukan hingga yang sama dan kolom yang sama
polong memiliki kadar air 13%. Setelah menunjukkan berbeda tidak nyata
pada uji DMRT taraf 5 %
pengeringan, dilakukan pengupasan po-
long. Selanjutnya biji dipisahkan dari kulit
polong dan kotoran-kotoran yang ada

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 39


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

Perlakuan dosis pupuk kandang Novizan (2005) menyatakan bahwa unsur


kambing pada dosis 6 kg/plot memberikan hara yang berasal dari bahan organik harus
hasil jumlah polong hampa persampel mengalami dekomposisi terlebih dahulu
rerata tertinggi yaitu 9,43 polong. Hal agar mampu diserap oleh tanaman.
tersebut dapat disebabkan karena hawa Pemberian pupuk kandang dapat membuat
panas yang berasal dari aktivitas jasad hara dalam tanah menjadi lebih subur dan
renik sehingga mempunyai rasio C/N mampu memacu pertumbuhan dan
diatas 30. Menurut Hartatik and Widowati perkembangan akar.
(2006), rasio C/N pupuk kandang yang
baik harus bernilai <20. Hal ini sesuai Tabel 2. Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Kambing
dengan pendapat Lingga (1991) bahwa terhadap Produksi Per Plot
Dosis Pupuk
pupuk kandang kambing dalam bentuk Kandang Kambing
Rata-Rata (g)
padat atau segar mengandung bahan 0 kg/plot 742,00 b
organik 31%, dan rasio C/N 25-30%. 4 kg/plot 798,22 ab
Rasio C/N yang terlalu tinggi dapat 6 kg/plot 833,11 a
menghambat proses penguraian hara Keterangan :Angka-angka yang diikuti dengan
sehingga ketersediaan hara bagi tanaman huruf kecil yang sama menunjukan
akan berkurang. Selain itu rasio C/N juga berbeda tidak nyata pada uji DMRT
akan menghambat proses pertumbuhan taraf 5%
akar (Barker and Pilbeam, 2015).
Kotoran kambing bertekstur agak Selain itu, dengan meningkatnya laju
keras dan berbentuk butiran-butiran fotosintesis maka akan meningkatkan
sehingga sukar dipecah secara fisik atau bobot biji. Hal ini sesuai dengan
terurai. Hal tersebut mempengaruhi proses pernyataan Zakaria (2004) yang menya-
dekomposisi. Roidah (2013) menyatakan takan dengan meningkatnya laju fotosin-
bahwa perbandingan unsur C terhadap tesis, maka produksi biji menjadi lebih
unsur N, P, K harus diperhatikan pada saat tinggi. Penelitian yang telah dilakukan
pengaplikasian pada tanah. Apabila Chairudin et al. (2015) juga membuktikan
memiliki perbandingan yang besar dapat bahwa cahaya mempegaruhi bobot biji,
menghambat proses imobilisasi mikroba. karena naungan mampu menurunkan bobot
Djuarnani (2005), juga menyatakan bahwa brangkasan kedelai per tanaman.
C/N rasio yang tinggi mengurangi aktivitas
biologi mikroba. Berat 100 Biji Per Plot
Pengamatan berat 100 biji dilakukan
Produksi Per Plot pada setiap hasil perplot. Penghitungan
Produksi per plot merupakan berat 100 biji ini diulang sebanyak tiga kali
keseluruhan biji yang dihasilkan oleh disetiap plotnya.
tanaman dalam satu plot. Data hasil uji Data yang tersaji pada Tabel 3,
lanjut DMRT 5%, yang disajikan pada menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan 100 ml/L air MOL bonggol pisang
dosis 6 kg/plot pupuk kandang kambing memberikan hasil rerata tertinggi pada
memberikan hasil rerata terbaik pada parameter berat 100 biji yaitu 13,49 g.
parameter produksi perplot yaitu 833,11 g. Pemberian MOL bonggol pisang pada
Hal ini diduga bahwa semakin banyak konsentrasi yang paling tinggi mempe-
pupuk kandang yang diaplikasikan, maka ngaruhi pembentukan polong yang berpe-
ketersediaan unsur hara yang ada pada ngaruh terhadap berat biji.
lahan mampu menciptakan kondisi tanah
yang ideal bagi pertumbuhan tanaman.

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 40


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

Tabel 3. Konsentrasi MOL Bonggol Pisang Tabel 4. Interaksi Antara Konsentrasi MOL
Terhadap Parameter Berat 100 Biji Per Bonggol Pisang dan Dosis Pupuk Kandang
Plot Kambing Terhadap Berat Polong Kering
Konsentrasi MOL Rerata Berat 100 Sawah Per Sampel
Biji Per Plot (g) Interaksi antara Rerata Berat Polong
0 ml/L 12,50 b Konsentrasi MOL dan Kering Sawah Per
50 ml/L 12,70 b Dosis Pupuk Kandang Sampel
Kambing
100 ml/L 13,49 a M1K1 64,7 bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan M2K1 71,5 ab
huruf kecil yang sama menunjukan M3K1 65,3 bc
berbeda tidak nyata pada uji DMRT M1K2 69,2 bc
taraf 5% M2K2 65,7 bc
M3K2 68,2 bc
MOL bonggol pisang mengandung M1K3 63,3 c
senyawa-senyawa yang membantu mengi- M2K3 69,6 bc
kat ion AL, Ca dan Fe sehingga mampu M3K3 77,8 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan
meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. huruf kecil yang sama menunjukan
Unsur tersebut berperan dalam fase berbeda tidak nyata pada uji DMRT
generatif, yaitu pada prosespembungaan taraf 5%
dan pembentukan biji Setianingsih (2009).
Hal ini diperkuat oleh pendapat Waluyo Hal ini diperkuat oleh pendapat
and Suharto (1990) bahwa ukuran biji Panudju (2011) bahwa fungsi MOL
maksimum tiap tanaman ditentukan secara sebagai bahan utama untuk mempercepat
genetik, namun ukuran nyata biji yang pengomposan bahan organik menjadi
terbentuk ditentukan oleh lingkungan kompos. Pada MOL bonggol pisang
semasa pengisian biji. mengandung beberapa jenis mikroba
antara lain: Aeromonas sp., Bacillus sp.,
Berat Polong Kering Sawah Per Sampel dan Aspergillus nigger, mikrobia ini
Interaksi antara MOL bonggol mampu mendekomposisi atau mengurai
pisang dan pupuk kandang kambing bahan organik (Kesumaningwati, 2015).
menunjukkan hasil berbeda nyata Suplai bahan organik berupa pupuk
(significant) terhadap berat polong kering kandang kambing dengan dekomposer
sawah persampel. Hasil uji DMRT 5% MOL pada tanah akan memudahkan akar
pada parameter berat polong kering sawah dalam penyerapan unsur hara. Hal tersebut
per sampel yang tertera pada Tabel 4 sesuai dengan hasil penelitian Ariyanto
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi (2013), bahwa pupuk kandang yang diberi
100 ml/L air MOL bonggol pisang dengan perlakuan bioaktivator mampu mengalami
dosis 6 kg/plot pupuk kandang kambing peningkatan kualitas. Bahan organik yang
menunjukkan hasil rerata tertinggi yaitu terdekomposisi akan membuat tanah kayak
77,8 g. Hal ini diduga bahwa dengan akan hara dan menjadi gembur sehingga
konsentrasi MOL bonggol pisang tertinggi memudahkan akar menembus. Selain itu
dapat mendekomposer pupuk kandang juga memiliki aerasi yang baik (Hakim et
kambing sehingga dapat mempengaruhi al., 1986). Akar tanaman yang dapat
pengisian polong. Santosa (2008), berkembang dengan baik akan lebih mudah
menyatakan bahwa bahwa MOL mengan- menyerap air dan unsur hara yang tersedia
dung unsur hara makro dan mikro, yang di dalam tanah sehingga tanaman dapat
dapat meningkatkan hasil tanaman. tumbuh dan berkembang secara optimal
serta menghasilkan produksi tinggi
(Dinariani et al., 2014)

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 41


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

Pupuk kandang mengandung banyak Manis (Zea mays saccharata Sturt).


nitrogen dan mempengaruhi bahan organik Jurnal Sains Dan Teknologi, 4(2).
tanah melalui dua cara yaitu sebagai pp.164–176.
sumber hara yang dapat meningkatkan
jumlah hara tersedia dan menaikan hasil Bandyopadhyay, K.K., A.K. Misra, P.K.
tanaman, serta dapat mempertahankan Ghosh, and K.M. Hati. 2010. Effect
bahan organik tanah (Soepardi, 1983). of Integrated Use of Farmyard
Selain itu pupuk kandang mengandung Manure and Chemical Fertilizers on
sejumlah unsur hara makro yang Soil Physical Properties and
dibutuhkan oleh tanaman. Productivity of Soybean. Soil and
Tillage Research, 110(1). pp.115–
KESIMPULAN 125.
Dari hasil penelitian diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: Barker, A.V. and D.J. Pilbeam. 2015.
a. Perlakuan konsentrasi MOL bonggol Handbook of Plant Nutrition. CRC
pisang berpengaruh nyata pada press.
parameter jumlah polong bernas
persampel dengan nilai rerata tertinggi Chairudin, C., E. Efendi, and S.
sebesar 102,74 polong pada perlakuan Sabaruddin. 2015. Dampak Naungan
M3 (konsentrasi 100 ml/L air MOL terhadap Perubahan Karakter
bonggol pisang) dan berat 100 biji Agronomi dan Morfo-Fisiologi Daun
dengan nilai rerata tertinggi 13,49 g pada Tanaman Kedelai (Glycine max
pada perlakuan M3 (100 ml/L air MOL (L.) Merrill). Jurnal Floratek, 10(1).
bonggol pisang). pp.26–35.
b. Perlakuan dosis pukan (pupuk kandang)
kambing berpengaruh nyata pada Dinariani, D., Y.B. Heddy, and B. Guritno.
parameter jumlah polong hampa 2014. Kajian Penambahan Pupuk
persampel dengan nilai rerata tertinggi Kandang Kambing dan Kerapatan
sebesar 9,43 polong pada perlakuan K3 Tanaman yang Berbeda Pada
(dosis 6 kg/plot pupuk kandang Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
kambing), berpengaruh nyata pada Jagung Manis (Zea mays saccharata
parameter produksi perplot dengan nilai Sturt). Jurnal Produksi Tanaman,
rerata tertinggi sebesar 833,11 g pada 2(2).
perlakuan K3 (dosis 6 kg/plot pupuk
kandang kambing). Djuarnani, I.N. 2005. Cara Cepat
c. Perlakuan interaksi konsentrasi MOL Membuat Kompos. AgroMedia.
bonggol pisang dan pukan kambing
berpengaruh nyata pada parameter berat Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis,
polong kering sawah persampel dengan S.G. Nugroho, M.A. Dika, G. Ban,
nilai rerata tertinggi sebesar 77,8 g pada Hong, and H.H. Bailley. 1986.
perlakuan M3K3 (konsentrasi 100 ml/L Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung:
air MOL bonggol pisang dan dosis 6 Universitas Lampung.
kg/plot pukan kambing).
Hartatik, W. and L.R. Widowati. 2006.
DAFTAR PUSTAKA Pupuk kandang. In: Penambahan
Ariyanto, S.E. 2013. Perbaikan Kualitas Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Pupuk Kandang Sapi dan Bogor: Balai Besar Litbang
Aplikasinya pada Tanaman Jagung Sumberdaya Lahan Pertanian.

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 42


Author : Dian Nur Aini;Bambang Sugiyanto;Herlinawati* ________________________________________

Kesumaningwati, R. 2015. Penggunaan tanaman padi (Oryza sativa L.)(uji


Mol Bonggol Pisang (Musa coba penerapan system of rice
paradisiaca) Sebagai Dekomposer intensification (SRI)). Thesis.
Untuk Pengomposan Tandan Universitas Negeri Sebelas Maret.
Kosong Kelapa Sawit. Ziraa’ah
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 40(1). Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
pp.40–45. Jurusan ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Lingga, P. 1991. Jenis dan Kandungan Bogor.
Hara pada Beberapa Kotoran Ternak.
In: Pusat Pelatihan Pertanian dan Susanti, H., S.A. Aziz, and M. Melati.
Pedesaan Swadaya (P4S). Bogor: 2008. Produksi biomassa dan bahan
Antanan. bioaktif kolesom (Talinum
triangulare (Jacq.) Willd) dari
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang berbagai asal bibit dan dosis pupuk
Efektif. Jakarta: Agronedia Pustaka. kandang ayam. Jurnal Agronomi
Indonesia (Indonesian Journal of
Oktaviani, S.T. and N. Haryono. 2013. Agronomy), 36(1).
Analisis Neraca Air Budidaya
Tanaman kedelai (Glycine max [L] Waluyo, D. and Suharto. 1990.
Merr.) pada Lahan Kering. Jurnal Heritabilitas, Korelasi Genotip dan
Teknik Pertanian Lampung, 2(1). Sidik Lintas beberapa Karakter
pp.7–16. Galur-galur Kacang Merah
(Phaseolus vulgaris L) di Dataran
Panudju, T.I. 2011. Pedoman Teknis Rendah. Skripsi. Surakarta:
Pengembangan Rumah Kompos Universitas Sebelas Maret.
Tahun Anggaran 2011. Jakarta:
Direktorat Perluasan Dan Zakaria, B. 2004. AKtivitas Fisiologi dan
Pengelolaan Lahan, Direktorat Produksi Kentang pada Berbagai
Jenderal Prasarana Dan Jenis Bokhasi dan Dosis Mukoriza.
SaranaPertanian Kementerian Buletin Pertanian, 7(2). pp.70–77.
Pertanian.

Roidah, I.S. 2013. Manfaat penggunaan


pupuk organik untuk kesuburan
tanah. Jurnal Bonorowo, 1(1).
pp.30–43.

Santosa, E. 2008. Peranan Mikro


Organisme Lokal dalam Budidaya
Tanaman Padi Metode Sysytem of
Rice Intensification. Jakarta:
Departemen Pertanian.

Setianingsih, R. 2009. Kajian pemanfaatan


pupuk organik cair mikroorganisme
lokal (MOL) dalam priming, umur
bibit dan peningkatan daya hasil

Publisher: Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 43

You might also like