Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 30
PERSIAPAN LAHAN (FR.COP.OPA.PLH) Nu] First Resources Ltd. One Source Infinite Possibilities OPERATIONAL BEST PRACTICES ee rerourers ~ Manual Issue No. Issue Date Issued By Name of procedure Prepared by \ K Hasoloan Sinaga VP Operations ot Status: General 4" July, 2012 Code : MN.FR.COP.OPAPLH Operations CopyNo. : 14 PERSIAPAN LAHAN Approved by : (ee if- Cik Sigih Fangiono Ciliandra Fangiono Dy. CEO CEO No Copying without Fist Resources Li. permission except a permitiod by Document Cntol Center (Corporate Sustanabilly) seoeeeet COMMITTEE STANDARD OPERATING PROCEDURE - OIL PALM AGRONOMY No. Name Position |Steering Committee Operations (SCO) 1 | Hasoloan Sinaga Vice President Operations. 2 | Harianto Tanamoeliono Managing Director Riau 3 | sikin Hutomo Managing Director Kalimantan Barat 4 | Lau Cong Kiong Managing Director Kalimantan Timur 5 | Lion Senjaya Deputy Managing Director Kalimantan Timur 6 | Triyono Widodo Director Plantation Riau 7 | Erianto Tinambunan Director Plantation Kalimantan Barat 8 | Azaria Yoga Director Plantation Kalimantan Timur - Kubar 9 | Susyanto Toto Director Plantation Kalimantan Timur - Nunukan 10 | Chainchua Chia Head Research & Development 11 | Bambang Dwitaksono Head Sustainability 42 | Tan Eng kiong 13 | Benyamin Basuki Yulianto Head Internal Audit ‘Senior Manager Learning & Development Organizing Committee Operations (OCO) 1] Octen Suhadi 2 | Pandapotan Sitompul 3 | Budi Hermansyah Manager System & Development Manager Agronomy Officer Agronomy REVISION NOTES ‘Section Revision | Revision| Page History of Revision Signature Number Date | Number FR-CSM-COD-5/1-0/01-09-2011 Keterangan No. Pengendalian Catatan Revisi pada Prosedur bisa disesualkan dengan identifikasi dokumen dan halaman Prosedur terkait. oak eNe Sn TABLE OF CONTENTS Tyjuan Ruang Lingkup Definisi-Definisi Dokumen Referensi Tanggung Jawab Filosofi, Kebijakan Dan Pedoman Teknis Persiapan Lahan 61. 62. 6.3. 6.4. 65. 6.6. 67. 6.8. 6.9. 6.10. 6.11 6.12. 6.13. 6.14. 6.15. Kultur Teknis Land Clearing Mutu Dan Ketepatan Persiapan Lahan/Lapangan Areal Tanaman Baru (New Planting) Master Plan Beberapa Hal yang Menjadi Perhatian Dalam Persiapan Lahan Kebijakan Perusahaan dalam Penerapan Aspek Lingkungan dan Konservasi pada Pembukaan Lahan Dalam Rangka Mendukung Kebijakan Di atas Komitmen Perusahaan Dalam Pelaksanaan Land Clearing Land Clearing Dengan Metode “Zero Burning” Metode Land Clearing Penyusunan Program Land Clearing. Survei Pendahuluan Lay-Out Dan Desain Blok Tanaman Kelapa Sawit Teknis Land Clearing Pembuatan Patok Batas. ‘SOP Code MN.FR.COP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES an a Issue Date 1 July, 2012 Revision No./Date _| - PERSIAPAN LAHAN anes ‘Siatus General ResoURer Pagel pages: Sof 20 4. TUJUAN Untuk memberikan standarisasi persiapan lahan yang berlaku di lingkungan First Resources Group. 2. RUANG LINGKUP Pedoman ini meliputi kebijakan dan pedoman teknis persiapan lahan kelapa sawit secara sistematis di First Resources Group. 3. DEFINISI 3.1. Land Clearing/Pembukaan Lahan Kegiatan membuka lahan hutan atau areal baru menjadi lahan perkebunan. 3.2, NKT (Nilai Konsenvasi Tinggi) Sesuatu yang berni kat lokal, regional atau global yang meliputi nilai ekologi, jasa lingkungan, sosial dan budaya. 3.3. SEIA (Social and Environmental Impact Assessment) Penilaian terhadap dampak sosial dan lingkungan yang akan terjadi sebelum pembukaan areal untuk penanaman kelapa sawit 3.4, Zero burning Pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit dengan proses pematangan tanah tanpa melalui proses pembakaran. 3.5. Blok Tanaman Areal tanaman seluas kurang lebih 30 ha dengan panjang 1.000 m dan lebar 300 m. 3.6. Blocking/ Batas Blok Batas-batas areal tanaman. 3.7. Drainase Pari buatan yang berfungsi menyekap air dan atau mengalirkannya di permukaan tanah. 3.8. Imas Kegiatan memotong rapat semak dan pohon/tumbuhan yang berdiameter <7,5 om hingga tidak lebih 15 om dari permukaan tanah. 3.9. Tumbang Kegiatan membersihkan areal dari tegakan kayu/ pokok dengan diameter > 7,5 om. 3.10. Rumpuk Pekerjaan merumpuk kayu-kayu sehabis diimas dan ditumbangkan. 3.11. Rumpuk Mekanis/Stacking Pekerjaan merumpuk kayu-kayu tebangan setiap gawangan mati dengan menggunakan alat berat. ‘No copying witout First Resources Ltd parmsslonexcopt as permitted by Document Control Center (Corporate Sustalnebiliy) OPERATIONAL BEST PRACTICES [SEO __[UNFREDRD roe Ra a cae PERSIAPAN LAHAN Sana canara as Pactra [sr 4. DOKUMEN REFERENS! 4.1. SOP Pembukaan Lahan - CLP Group 4.2. Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit 4.3. Surat Keputusan Direksi No. 005/Sustainability FR/P/XIU2011 "Kebijakan Penanganan Orangutan (Pongo pigmaeus)”. 4.4, Surat Keputusan Direksi_ No. —009/Sustainability_FR/P/I/2012 tentang "Penerapan Aspek Lingkungan dan Konservasi pada Pembukaan Lahan” 5. TANGGUNG JAWAB No copying without Fret Resources Ltd. parmision except as permitted by Document Control Center (Corporate Sustalnablly) FIRST, ‘SOP Code MNFRCOP.OPAPLH Issue No, 1 OPERATIONAL BEST PRACTICES Issue Date duly, 2012 RevisionNo, Date | - PERSIAPAN LAHAN Siatus ‘General Pagelot rages Tot 20 6. FILOSOFI, KEBIJAKAN DAN PEDOMAN PERSIAPAN LAHAN 6.1. 6.2. 6.3. 64. 6.5. 66. Kultur teknis land clearing (pembukaan lahan) merupakan faktor ketiga yang menentukan kuantitas perolehan produksi sesudah jenis tanah dan kualitas bibit. Mutu dan ketepatan persiapan lahan/lapangan akan mempengaruhi beberapa hal berikut: a) Biaya pembukaan/persiapan lahan. b) Mutu dan kemudahan penanaman kelapa sawit. ©) Masa tanaman belum menghasilkan (TBM). 4) Produksi TBS/MKS/IKS yang akan diperoleh pada tahun pertama panen dan tahun- tahun berikutnya e) Biaya pemelinaraan pada waktu TBM, perawatan dan panen pada waktu tanaman menghasilkan (TM). Areal tanaman baru (new planting) dibangun dari hutan sekunder dan areal dalam HGU yang belum diusahakan, dimana kondisi fisik antara satu tempat dengan tempat yang lain tidak terlalu sama. Kondisi fisik yang dimaksud adalah kondisi tanah, topografi, kerapatan tegakan pohon, infrastruktur dan lain-lain. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pembukaan lahan hendaknya dipersiapkan "master plan” secara detail. Master plan tersebut digunakan sebagai dasar dalam perencanaan Pembangunan perkebunan yaitu penentuan lokasi bibitan, areal tanam, infrastruktur, perumahan "emplasemen’, lokasi pabrik dan penggunaan lainnya beserta waktu pelaksanaannya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan "master plan’ adalah sebagai berikut: a) Perijinan pendirian perusahaan telah disetujul oleh instansi terkait. b) Perijinan pembukaan lahan (Izin Lokasi/izin Prinsip) telah mendapat persetujuan dari pemerintah daerah setempat. ¢) Peta lokasi, peta elevasi, peta topografi (Bisa diperoleh dari Bakosurtanal, TNI AD atau BPN). Peta tersebut dapat dijadikan dasar dalam melakukan survey areal oleh perusahaan termasuk penentuan titik nol dan tata batas sesuai izin lokasi. d) Penetuan titik nol yang merupakan tik dimulainya seluruh aktifitas pembukaan lahan (diletakkan saat survey areal). Di dalam pelaksanaan persiapan lahan, perusahaan mempunyai kebijakan pembukaan lahan yang tertuang—dalam~=s Surat —-Keputusan—Direksi_—No. 009/Sustainability_FRIP/I/2012 "Penerapan Aspek Lingkungan dan Konservasi pada Pembukaan Lahan ("Implementation of Environment and Conservation in Land Clearing’) . Hal ini sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. No copying without First Resources Lid prmission except ss pormited by Document Control Centr (Corporat Sustalnbilly) eee ‘SOP Code MNFRCOP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES = m Tseue Date uly, 2012 RevisionNo Date | Status Pagelot pages ‘ot 20 PERSIAPAN LAHAN 67. 6.8. 6.9. Land clearing dengan metode “zero burning” memiliki beberapa keuntungan, antara lai a) Terjaganya kelestarian keanekaragaman hayati (flora dan fauna). b) Mencegah terjadinya pencemaran udara karena asap. ©) Mempertahankan unsur hara tanah yang berasal dari pelapukan limbah hutan. Dalam rangka mendukung kebijakan di atas, maka beberapa hal penting yang akan dilakukan dalam persiapan lahan yaitu: a) Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan (SEIA) harus dilakukan oleh penilaian NKT independen sebelum melakukan pembukaan areal untuk penanaman kelapa sawit. b) Program pengelolaan (management plan) harus dibuat oleh pihak operasional dengan mempertimbangkan aspek-aspek keberianjutan (legal, ekonomi, lingkungan dan sosial). Program ini dibuat setelah identifikasi NKT dan SEIA. ©) Perusahaan harus menjaga Kawasan Bernilai Konservasi kawasan ini dilarang untuk dilakukan pembukaan lahan. d) Perusahaan tidak melakukan pembukaan lahan pada kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya dan perlindungan setempat. ) Komitmen perusahaan adalah menerapkan metode "zero burning’ yaitu land clearing perkebunan tanpa pembakaran, inggi (KBKT) dan d) Mencegah terjadinya penyebaran kebakaran ke lahan masyarakat dan kebun. Pada saat persiapan lahan, harus memperhatikan juga kelestarian satwa yang dilindungi (termasuk Orangutan). Kebijakan terkait Orangutan terdapat pada Surat Keputusan Direksi No. 005/Sustainability FR/P/XU2011 "Kebijakan Penanganan Orangutan (Pongo pigmaeus)”. io copying without First Resources LU. permission except as permitted by Document Control Centr (Corporat Sustain) ‘SOP Code MNFR.COP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES = a Issue Date duly, 2012, Revision No./Date _ | - PERSIAPAN LAHAN fees ‘Status General RESOURCES Pagel pages Sof 20 6.10. Metode Land Clearing Tabel 2.1. Metode Land Clearing untuk Areal Datar ~ Bergelombang Pree ketene Eee) 1. Survei dan desain blok 7. Pancang dan pembuatan jalur 2. Pembuatan kontrak kerja tanam 3. Pembuatan batas blok 8 Rumpuk mekanis 4, Pembuatan drainase 9, — Pancang titik tanam 5. PembuatanjalanMR&CR | 10. Pembuatan lubang tanam 6. Imas dan tumbang 11. Penanaman LCC 12.__Ever dan tanam kelapa sawit Tabel 2.2. Metode Land Clearing untuk Areal Bukit - Bergunung Metode Land Clearing Pada Areal Bukit - Bergunung 1. Survei dan desain blok 7. Pancang dan pembuatan jalur 2. Pembuatan kontrak kerja tanam 3. Pembuatan batas blok 8. Rumpuk mekanis 4, Pembuatan drainase 9, Pembuatan teresan 5. Pembuatan jalan MR & CR 10. Pancang titik tanam 6. Imas dan tumbang 11. Pembuatan lubang tanam 12. Penanaman LCC 13. _Pengeceran dan tanam Tabel 2.3. Metode Land Clearing untuk Areal Rendahan (eeenoc hae enul 1. Survei dan desain blok 8. Rumpuk mekanis 2. Pembuatan Kontrak kerja 9. Pancang level tergenang 3. Pembuatan batas blok 10. Pancang titik tanam 4. Pembuatan drainase 11, Pembuatan tapak timbun 5. Pembuatan jalan MR & CR 12. Pembuatan lubang tanam 6. mas dan tumbang 13. Penanaman LCC 7. Pancang dan pembuatan jalur | 14. Pengeceran dan tanam tanam 6.11. Penyusunan Program Land Clearing 6.12. Land clearing sebaiknya dipersiapkan secara maksimal, sehingga selama 18 bulan program dapat diselesaikan sebaik mungkin. Semua tahapan pekerjaan (time schedule) agar disusun secara sistematis dan tidak saling menghambat satu lain. Didalam penyusunan "time schedule” tersebut harus memperhatikan faktor-faktor berikut: Iklim, Tenaga Kerja, Alat dan Bahan. 6.13. Contoh jadwal kerja kegiatan operasional land clearing dapat dilihat pada Tabel 2.4. ‘No opying without First Resources Lid. parmislon excopt as permitted by Document Control Center (Corporat Sustainability) ‘SOP Code WNFROOPOPAPLH Tesue No, 1 Tesue Dato uy, 2072 Revision Ne (Bete _|- PERSIAPAN LAHAN : ; en Stee = Froutert Pagelfpeges | 10of 20 OPERATIONAL BEST PRACTICES Tabel 2.4. Diagram Kegiatan Operasional Land clearing untuk Areal Datar - Bergelombang ues cee cay |Survel dan desain blok Pembuatan kontrak kera [Pembuatan batas Blok [Pembuatan drainase [Pembuatan MR dan OR mas dan tumbang Pancang dan buat jalur tanam| Rumpuk mekanis Pancang tanam [Pembuatan Lubang tanam Penanaman LGC [Ecor dan tanam kelapa sawit Keterangan: - Bulan Juli-September asumsi musim kemarau - Bulan Mei-September merupakan penyempumaan drainase dan jatan 6.14. Survel Pendahuluan 6.14.1. Survei harus dilakukan dengan metode yang tepat dan semua data harus diperiksa dengan cermat. Keberhasilan pengelolaan kegiatan di masa mendatang sangat tergantung pada keakuratan surveil dan pengukuran lapangan. 6.14.2. Peta harus dilengkapi skala, misalnya (1 : 20.000) dan mencakup semua kon lapangan yang penting seperti sungai, areal rendahan, bukit dan areal yang tidak diperbolehkan ditanami sesuai ketentuan poin 6.7. butir d. 6.14.3. Peninjauan lapangan 6.14,3.1. Group Manager/Manager Kebun melihat lokasi bersama staf GIS dan staf lainnya untuk mengenal kondisi lahan dan titi penting. 6.14.3.2. Tentukan tanda-tanda batas (jika tersedia) dengan menggunakan peta survei yang disusun oleh instansi pemerintah maupun titik-titik Teferensi yang telah diketahui. Tanda-tanda batas di lapangan sebaiknya dipasang menggunakan beton permanen sebelum memulai kegiatan lapangan. ‘No copying without First Resources Lc. parmislon except as parmitod by Document Control Center (Corporate Sustainabilly) ‘SOP Code MNFROOP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES an = teove Dele hy, 2012 Revision No, Date | - PERSIAPAN LAHAN (Senge Status General Neovners Pagel pages Tot 20 6.14.3.3. Periksa ulang batas areal dengan tokoh masyarakat setempat dan 6.14.3.4, petugas pemerintahan untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul selama pembangunan kebun. Pemeriksaan lokasi dari udara akan menyediakan gambaran yang baik dan membantu mengindentifikasi masalah dilapangan. 6.14.4. Rintis awal 6.14.41 6.14.4.2. 6.14.43. 6.14.44, 6.14.45. 6.14.46. Tim survei awal membuat jalur rintisan pada areal secara paralel menggunakan “sistem grid” berinterval sekitar 1.000 meter. Jarak antar rintisan (grid) tersebut harus dikurangi jika diperlukan adanya informasi tambahan (misainya pada areal rawa, interval i dikurangi menjadi 100 m x 100 m untuk mengindentifkasikan masalah secara jelas). Pertimbangkan jaringan jalan yang akan dibangun selama penentuan jalur rintisan untuk menghindari duplikasi pekerjaan. Tim survei melakukan pengamatan secara sistematis berdasarkan “sistem grid’ tersebut. Ahli tanah mengidenfikasi jenis tanah, memeriksa sistem drainase, dan mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul. Contoh air dan tanah diambil sambil melakukan pengamatan lapangan, sementara lokasi contoh tersebut dicatat dan dipetakan. Titik pengambilan contoh biasanya terletak pada titik temu garis-garis grid yang ditentukan berdasarkan sistem referensi. Cara terbaik adalah dengan membuat garis timur-barat secara alfabetik dan garis utara-selatan secara numerik untuk menyediakan referensi alfanumerik pada setiap titik. Sistem referensi grid ditandai pada grafik dengan ukuran 2,5 mm? atau diplot pada kertas komputer jika GPS telah digunakan. Manager poyek harus secara rutin memeriksa peta awal untuk melihat kesalahan dan mengenal Kondisi yang mungkin akan berpengaruh terhadap pembangunan kebun di masa mendatang, GPS merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk kegiatan awal survei, pemetaan secara akurat dan untuk membuat peta kebun. Oleh sebab itu perlu adanya surveyor yang terlatih menggunakan GPS. Peralatan yang lebih canggih seperti electronic range finder, altimeter, dan direction finder juga mulai digunakan untuk pembangunan kebun. Jika mungkin, alat yang lebih canggih seperti “ortho-corrected aerial photograph" seharusnya digunakan. Secara periodik, peralatan GPS perlu dilakukan kaliberasi oleh staf GIS. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga akurasi hasil pengukuran dan pemetaan lahan. Pemeliharaan dan koreksi terhadap peta dasar kebun yang berisi seluruh informasi penting hendaknya dilakukan secara ruti ‘No copying without First Resources Lia permission except as permitted by Document Convo! Center (Corporate Sustalnabiliy) Lees OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Code MNFR.COP.OPAPLH Tssu8 No oF PERSIAPAN LAHAN Tssve Date 7 July, 2012 Revision No, (Date Slats General Pagelof pages: of 20 6.14.6. 6.14.6. Survei dasar 6.14.5.1 6.14.5.2. 6.14.5.3. 6.14.54. 6.14.55. Pelaksanaan survei awal pada areal baru biasanya dilakukan oleh staf GIS atau kontraktor yang telah dikenal, khususnya jika survei tersebut menggunakan teknologi satelit. Pada saat pelaksanaan survei dasar ini dilakukan identifikasi pada kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi dan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan oleh penilai NKT independen. Kawasan KBKT harus diberi tanda batas yang jelas berupa patok Pihak Kebun harus menginformasikan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi dengan jelas kepada kontraktor baik secara tulis maupun lisan sebelum dilakukan pekerjaan pembukaan lahan. Selain itu, pihak kebun bertanggungjawab menyampaikan larangan atau ketentuan yang tidak diperbolehkan dilakukan oleh kontraktor terhadap pohon- pohon dalam kawasan konservasi dan pohon-pohon sebagai sumber madu dan buah-buahan yang dilindungi masyarakat serta satwa yang dilindungi (termasuk Orangutan). Jika terdapat keraguan tentang batas lokasi, agar dipastikan dengan bantuan dari petugas survei pemerintah daerah. Prosedur survei dasar yang digunakan adalah: bersihkan jalur sepanjang batas areal, pasang beton permanen (2 m x 10 om x 10 om) pada semua tanda-tanda penting di lapangan dan tandai tanda tersebut pada peta kebun. Jangan menggunakan aliran air sungai atau pohon sebagai tik referensi permanen. Penyelesaian survei 6.14.6.1. 6.14.6.2. 6.14.6.3. 6.14.64, Berdasarkan sketsa kerja yang diperoleh, susun peta kebun yang terutama berisi saluran drainase, jalan primer, dan perkiraan_ukuran setiap blok. Jikaterjadi perselisihan mengenai batas kebun, agar dilakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Dengan penggunaan teknologi GPS, dapat dibuat peta kebun yang secara akurat menunjukkan luas dan batas areal. Selain itu dengan tehnik overlay, pada peta dasar dapat ditambahkan informasi tentang drainase, jalan dan titik referensi lainnya sehingga dihasilkan sistem informasi GIS. Kemudian peta digital dapat dinubungkan dengan data dasar yang berisi data agronomi yang sesuai untuk menghasilkan peta yang menunjukan informasi kuitur teknis tertentu. Manager kebun, asisten pembibitan dan asisten afdeling memeriksa peta kebun yang telah lengkap selama peninjauan lapangan sehingga persiapan lahan dan — penamaan dapat direncanakan dan dikoordinasikan dengan tepat. ‘No copying without First Resources Lid. permission except as permitted by Document Control Center (Corporate Sustains) SOP Code YNFRCOPOPAPL OPERATIONAL BEST PRACTICES Teeve No 1 Issue Date 1 July, 2012 Revision No./Date | - PERSIAPAN LAHAN en Status General HESOURCES Pagelof pages: 13 of 20 6.14.65. Hasil identifikasi pada kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi dan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan harus disampaikan kepada Sustainability Department dan Pihak Operasional dalam hal ini Direktur Plantation untuk dijadikan sebagai pedoman pembuatan program pengelolaan (management plan) secara bersama-sama dengan mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan (legal, ekonomi, lingkungan dan sosial). 6.15. _Lay-Out dan Desain Blok Tanaman Kelapa Sawit 6.15.1. Luas dan Bentuk Blok 6.15.1.1. 6.15.1.2. 6.15.1.3. 6.15.1.4, 6.15.1.5. Luas suatu blok tanaman kelapa sawit yang ideal adalah 25-30 ha (luas areal tanam-tidak termasuk jalan). Pada daerah datar - bergelombang, bentuk blok adalah empat persegi panjang dengan ukuran 1.000 m x 300 m (30 ha). Luas dan bentuk biok dapat dilihat pada Gambar 2.1. 2 3 Gambar 2.1. Contoh Luas dan Bentuk Blok 30 ha Pada daerah bergelombang — berbukit, bentuk bloknya disesuaikan dengan kondisi areal. Pada blok ukuran 30 ha maka panjang jalan 1.000 m dengan arah Timur-Barat dan Lebar jalan 300 m dengan arah Utara-Selatan. Desain blok seperti ini menjadikan jalan produksi selalu mendapat sinar matahari sepanjang hari. Di tengah blok dibuat jalan kontrol dengan lebar 2 m-3 m dengan arah Utara-Selatan. Jalan ini berupa gawangan yang dibersihkan tanpa mengurangi populasi per hektar. No copying without First Resources Lid prmission except as perited by Document Control Center (Corporat Sustalnabiliy) ‘SOP Code MNFR.COP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES Issue Ne oF Teeve Date dy, 2012 Revision No./Date | - PERSIAPAN LAHAN ae Status General RESOURCES Pegelof pages tat 20 6.15.1.6. Bentuk blok dengan ukuran 1.000 m x 300 m akan mengoptimalkan efisiensi supervisi dan produktivitas karyawan terutama didasarkan atas kemampuan rata-rata pemanen mengangkut buah dari dalam blok (rintis tengah) hingga TPH dan operasional dengan sentralisasi kebun, 6.16. Teknis Land Clearing 6.16.1. Tujuan land clearing adalah mempersiapkan areal yang dimulai dari erencanaan tata ruang dan tata letak lahan sehingga memungkinkan untuk dilakukan penanaman yang memenuhi standar kualitas dan sistem jaringan jalan, saluran air, konservasi tanah dan air, perumahan dan pabrik sesuai dengan keadaan areal (topografi) dan bersifat permanen. 6.16.2. Land clearing dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a) Mekanis tanpa imas b) Semi mekanis : ada imas c) _ Rendahan (excavator) 6.16.3. Pembuatan Blok Tata Batas 6.16.3.1. Pembuatan blok tata batas dikenal dengan istilah “blocking”. 6.16.3.2. Dasar penentuan titik awal blok berdasarkan master plan. 6.16.3.3. Blocking dikerjakan setelah selesai dilakukan survei tata batas, survei det dan telah dilaksanakan ganti rugi lahan. Luas blocking ini tergantung dari luas lahan yang telah dibebaskan, dan lebar jalan yang digunakan + 4m, 6.16.3.4. Pekerjaan blocking dikerjakan secara mekanis dengan menggunakan alat berat dan jalan ini merupakan batas antara tanah masyarakat dengan tanah perusahaan yang akan dibuka. 6.16.3.5. Untuk memudahkan proses penumbangan, pekerjaan blocking juga ditujukan dalam pembuatan desain blok dengan luas + 100 ha yang dikerjakan secara manual (rintis). 6.16.3.6. Setelah pekerjaan blocking, areal tersebut dibentuk menjadi blok-blok kecil dengan luas 25-30 ha dan dikerjakan dengan menggunakan alat berat sesuai dengan kondisi areal. 6.16.4. Pembuatan Drainase 6.16.4.1. Pada kondisi areal tergenang atau rendahan, maka perlu dilakukan pembuatan drainase. 6.16.4.2. Pembuatan drainase bertujuan untuk mengeringkan areal dengan cara membuat parit yang ukurannya disesuaikan dengan kondisi lapangan. Secara detail akan dibahas pada bab Pembuatan dan Pemeliharaan Parit (FR.COP.OPA.PPP). "No copying without First Resources Lt permission except os permited by Document Control Center (Corporate Sustfnaiy) ‘SOP Code MN-FRCOP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES Teev0 No a issue Date Ty, 2012 Revision No./Date | - PERSIAPAN LAHAN en —, Some NeOUReE Pagelofrages | 1Sof 20 6.16.5. Pembuatan Jalan 6.16.5.1. Pembuatan jalan biasanya dilakukan bersamaan dengan pembuatan blok. Pembuatan jalan bertujuan untuk memudahkan aktivitas di lapangan. 6.16.5.2. Pembuatan jalan harus dimulai pada saat pembukaan lahan dan harus sudah selesai sebelum dilakukan penanaman. Pembuatan jalan secara detail akan dibahas pada bab Pembuatan dan Perawatan Jalan dan Jembatan (FR.COP.OPA.PWJ). 6.16.6. Imas 6.16.6.1. Selesai pembuatan blok dilakukan pekerjaan imas. Apabila land clearing dilakukan dengan mekanis, maka pekerjaan imas tidak periu dilakukan. 6.16.6.2. mas (underbrushing) yaitu memotong rapat_ semak dan pohon/tumbuhan yang berdiameter <7,5 cm hingga tidak lebih 10 cm dari permukaan tanah. 6.16.6.3. Kualitas imasan yang baik disajikan pada Gambar 2.2. ‘Sumber : PT. PIS - Riau Gambar 2.2. Kualitas Imasan yang Baik No copying without First Resources Ltd permission except as permitted by Document Control Center (Corporate Sustainability) OPERATIONAL BEST PRACTICES SOP Code WNFR.COP_OPAPLH Tes No a1 Issue Date 1° July, 2012, Revision No. Bats] - PERSIAPAN LAHAN Seen cee stats Goer Feta Pagelotpages | 18 20 6.16.7. Tumbang 6.16.7.1. Pekerjaan menumbang yaitu membersihkan areal dari tegakan kayu. 6.16.7.2. 6.16.73. 6.16.7.4. 6.16.75. 6.16.76. 6.16.77. 6.16.78. 6.167. |. Seluruh ranting (kanopi) pohon yang telah ditumbang harus Tumbang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan manual tergantung dari topografi areal. Penumbangan mekanis dilakukan pada areal datar sampai bergelombang dan areal bukit sampai bergunung. Penumbangan mekanis dilakukan dengan menggunakan alat berat.. Penumbangan manual biasanya dikerjakan pada areal rendahan atau rawa dimana alat berat tidak mampu mengerjakan dan menjangkau areal tersebut. Alat penumbangan manual yang biasa digunakan adalah chainsaw. Tumbang dilaksanakan setelah_pekerjaan mengimas, untuk pokok/kayu dengan diameter > 7,5 om. Pada areal datar_sampai bergelombang, arah tumbangan_harus sejaiar dengan _arah_barisan tanaman_untuk_memudahkan_pekerjaan_stacking. Sedangkan pada areal bukit sampai berqunung arah tumbangan harus searah dengan kemiringan_lereng. Pada areal rendahan_arah tumbangan_searah barisan tanaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penumbangan yaitu: a) Dilarang menumbang atau merusak pohon-pohon sebagai sumber madu dan buah-buahan yang dilindungi masyarakat. a) Arah tumbangan harus disesuaikan dengan kanopi pohon dan arah angin. Pada areal berbukit-bergunung, pekerjaan_menumbang _harus dilakukan mulai dari bawah bukit mengarah ke atas bukit. Hal ini bertujuan agar pohon tumbangan tidak menghambat pekerjaan ‘tumbang selanjutnya. Ketentuan tinggi tunggul maksimum hasil tumbangan dari permukaan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Ketinggian Tinggi Tunggul Td cu LeU) TO Ca 75-25 30 26-30 60 31-76 90 >76 | 150 untuk memudahkan pekerjaan stacking. ‘No copying without First Resources Lid. parmislon excop as permitted by Document Control Center (Corporat Sustainabilly) eee SOP Cade z OPERATIONAL BEST PRACTICES aN “ sieeoeee Issue Date ‘4 July, 2012 Revision Na Bato | - PERSIAPAN LAHAN — = Pagelof pages: ATof 20 6.16.7.10.Kayu yang telah ditumbang dan tidak dikeluarkan dari areal harus 6.16.7.11.Kualitas tumbang yang baik disajikan pada Gambar 2. dipotong dengan panjang 1,5 2,0 meter. ‘Sumber : PT. PIS - Riau Gambar 2.3. Kualitas Tumbang yang Baik 6.16.8. Rumpuk Mekanis (Stacking) 6.16.8.1. 6.16.8.2. 6.16.8.3. 6.16.84. 6.16.8.5. 6.16.8.6. Pemancangan rumpuk dilakukan apabila seluruh kayu sudah 1eang. Lokasi pancang rumpukan nantinya akan dijadikan dasar gawangan mati pada saat pelaksanaan pancang tanam. Kayu hasil cincangan dirumpuk memanjang (dalam pancang rumpukan) searah barisan tanaman. Pembersihan jalur tanam secara mekanis (stacking) dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti bulldozer dan atau excavator. Kayu hasil cincangan dirumpuk memanjang (dalam pancang rumpukan) searah barisan (jalur rumpukan). Jalur rumpukan harus berada di jalur gawangan mati. Lebar rumpukan kayu dibuat maksimum 4 meter. Arah rumpukan membujur dari utara ke selatan. Rumpukan pertama dimulai dari sebelah barat antara barisan tanaman 1 dan 2 (pada jarak + 6 m dari tepi jalan produksi) atau sesual pancang rumpukan yang telah dipasang . Jarak antar rumpukan yang satu dengan jalur rumpukan lain adalah 4 baris tanaman tergantung volume kayu hasil tumbangan. ‘No copying without First Resources Ltd. permission except as parmtted by Document Control Center (Corporate Sustlnebiliy) FIRST SOP Code WAFRGOP.OPAPLA OPERATIONAL BEST PRACTICES —— mr Ieve Dato ay 2072 Revision No. Oae_| - PERSIAPAN LAHAN = oa Pogeltpeges | 18ot 20 6.16.8.7. Pada areal rendahan, dimana areal tersebut agak basah maka pelaksanaan /and clearing dapat dikerjakan secara manual dan atau Mmenggunaken alat excavator dengan jarak antara rumpukan yang ‘satu dengan rumpukan lain adalah 4 baris tanaman. 6.16.8.8. Jalur rumpukan kayu yang panjangnya + 300 meter diputus pada setiap jarak 50 meter dengan lebar + 6 meter (2 pisau bulldozer). 6.16.89. Titik tanam yang akan dipancang harus bebas dari tunggul kayu dengan jarak minimum 1,5 meter dari kiri dan Kanan jalur tanaman. 6.16.8.10.Kualitas rumpukan/stacking yang baik disajikan pada Gambar 2.4. ‘Sumber : PT.FAP ~ Kalimantan Barat Gambar 2.4. Kualitas Rumpuk Makanis/Stacking yang Baik 6.16.9. Pembuatan Tapak kuda dan Teresan Pada areal dengan sudut kemiringan lebih dari 12° atau slope lebih dari 27% Luas blok (wama hitam) > Asal bibit (warna hitam) {> Dasar warna putih Keterangan: #CR Bahan tanaman berasal dari Costa Rica #LS_— : Bahan tanaman berasal dari Lonsum #MR_: Bahan tanaman berasal dari Marihat #SC —: Bahan tanaman berasal dari Socfindo #SR__: Bahan tanaman berasal dari Sriwijaya #PG__: Bahan tanaman berasal dari PNG Gambar 2.5.Patok Blok 6.7.2.4. Patok blok secara berkala dilakukan perawatan. Semua patok blok diverifikasi oleh Mantri Sensus dibawah pengawasan Asisten Afdeling, ‘No copying without First Resources Lid. parmislon except as permitod by Document Control Center (Corporate Sustainability) First Resources Ltd. One Source Infinite Possibilities OPERATIONAL BEST PRACTICES es Issue No. Issue Date Issued By Name of procedure Prepared by NU Hasoloan Sinaga_ VP Operations - Procedure o1 Status : General 4" July, 2012 Code : PR.FR.COP.OPA.PLH Operations Copy No. PROSEDUR PERSIAPAN LAHAN Approved by : It (ji, 7 LAN Cik Sigin Fangiono Ciliandra Fangiono Dy. CEO CEO No Copying without Fist Resources Li. permission except as permitted by Document Contol Center (Corporate Sustanabillty) ine area COMMITTEE STANDARD OPERATING PROCEDURE - OIL PALM AGRONOMY No. Name Position \Steering Committee Operations (SCO) 1 | Hasoloan Sinaga Vice President Operations 2 | Harianto Tanamoeliono Managing Director Riau 3 | Sikin Hutomo Managing Director Kalimantan Barat 4 | Lau Cong Kiong Managing Director Kalimantan Timur 5 | Lion Sanjaya Deputy Managing Director Kalimantan Timur 6 | Triyono Widodo Director Plantation Riau 7 | Erianto Tinambunan Director Plantation Kalimantan Barat 8 | Azaria Yoga Director Plantation Kalimantan Timur - Kubar 9 | Susyanto Toto Director Plantation Kalimantan Timur - Nunukan 10 | Chainchua Chia 11 | Bambang Dwilaksono 12 | Tan Eng Kiong 43. | Benyamin Basuki Yuianto Head Research & Development Head Sustainability Head Internal Audit Senior Manager Learning & Development Organizing Committee Operations (OCO) 1 | Octen Suhadi 2 | Pandapotan Sitompul 3 | Budi Hermansyah Manager System & Development Manager Agronomy Officer Agronomy REVISION NOTES Section Revision | Revision Page History of Revision i | Amber ry of Revisios Date | Number | S30"=te FR-CSM-COD-5/1-0/01-08.2011 Keterangan No. Pengendalian Catatan Revisi pada Prosedur bisa disesualkan dengan identifixasi dokumen dan halaman Prosedur terkait. oar eNs forme TABLE OF CONTENTS Tujuan Ruang Lingkup Definisi-Definisi Dokumen Referensi Tanggung Jawab Prosedur Persiapan Lahan 6.1. Peralatan dan Bahan Survei 6.2. Peralatan Land Clearing 6.3. Tenaga Kerja SOP Cove PRERGOPOPAPIN OPERATIONAL BEST PRACTICES 50% to = Issue Date 1 July, 2012, PROSEDUR PERSIAPAN LAHAN fmol = FIRST Status General pewenes? = EEG 1. TUJUAN Untuk memberikan standarisasi prosedur teknis persiapan lahan yang berlaku di lingkungan First Resources Group. 2. RUANG LINGKUP Pedoman ini meliputi prosedur teknis persiapan lahan secara sistematis di First Resources Group. 3. DEFINISI 3.1. Land Clearing/Pembukaan Lahan Kegiatan membuka lahan hutan atau areal baru menjadi lahan perkebunan. 3.2, NKT (Nilai Konsenvasi Tinggi) Sesuatu yang bernilai konservasi tinggi pada tingkat lokal, regional atau global yang meliputi nilai ekologi, jasa lingkungan, sosial dan budaya, 3.3, SEIA (Social and Environmental Impact Assessment) Penilaian terhadap dampak sosial dan lingkungan yang akan terjadi sebelum pembukaan areal untuk penanaman kelapa sawit 3.4, Zero burning Pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit dengan proses pematangan tanah tanpa melalui proses pembakaran. 3.5. Blok Tanaman ‘Areal tanaman seluas kurang lebih 30 ha dengan panjang 1.000 m dan lebar 300 m. 3.6. Blocking/ Batas Blok Batas-batas areal tanaman. 3.7. Drainase Parit buatan yang berfungsi menyekap air dan atau mengalirkannya di permukaan tanah. 3.8. Imas Kegiatan memotong rapat semak dan pohon/tumbuhan yang berdiameter <7,5 cm hingga tidak lebih 15 cm dari permukaan tanah. 3.9. Tumbang Kegiatan membersihkan areal dari tegakan kayu/ pokok dengan diameter > 7,5 cm. 3.10, Rumpuk Pekerjaan merumpuk kayu-kayu sehabis diimas dan ditumbangkan. 3.11. Rumpuk Mekanis/Stacking Pekerjaan merumpuk kayu-kayu tebangan setiap gawangan mati dengan menggunakan alat berat. ‘No copying without Fst Resources Lid. parmission except as permitted by Document Control Center (Corporate Sustalnabilly) ‘SOP Code PRFR.COP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES Issue No, oF Issue Date Fly, 2012 PROSEDUR PERSIAPAN LAHAN Remo Ne Oe | ‘Status ‘General resounets Pagelot pages Got 7 4, DOKUMEN REFERENSI 4.4. SOP Pembukaan Lahan - CLP Group 4.2. Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit 4.3. Surat Keputusan Direksi No. 005/Sustainability_FR/P/XIV2011 "Kebijakan Penanganan Orangutan (Pongo pigmaeus)”. 44, Surat Keputusan Direksi No. — 009/Sustainability_FR/P/I2012 ™Penerapan Aspek Lingkungan dan Konservasi pada Pembukaan Lahan” 5. TANGGUNG JAWAB "No copying without Firs Resources Ltd parmission except as pormited by Document Control Center (Corporate Sustlnabliy) ‘SOP Cote PRFR.COP.OPAPLH OPERATIONAL BEST PRACTICES Tseue No oF Issue Date sly, 2012 RavisionNo./Dato_| = PROSEDUR PERSIAPAN LAHAN FIRST Status General RESOURCES Pagelof pages ToT 6. RINCIAN PROSEDUR PERSIAPAN LAHAN : 6.1, Peralatan dan Bahan Survei 6.1.1. Peralatan yang digunakan untuk survei pendahuluan adalah sebagai berikut: a) Theodolite, atau alat pengukur kemiringan areal. b) Meteran (100 m). ©) Abney level d) Kompas. ) Chainsaw. f) Parang. 9) Palu/ pukulan. h) GPS dan alat elektronik lainnya. i) Bor tanah, peralatan pengambilan analisis tanah 6.1.2. Bahan yang digunakan untuk survei pendahuluan adalah sebagai berikut a) Bahan baker chainsaw. b) Pancang. ©) Cat (warna putih, merah dan biru). d) Kertas grafik (2,5 mm?) e) Kertas isometric A3 untuk pembuatan peta. f) Tinta dan pulpen untuk membuat peta. 6.2. Peralatan Land Clearing Secara umum peralatan yang dipakei dalam land clearing, yaitu: Reece Ere 1. Blocking Bulldozer dan Excavator, Meteran dan Theodolite 2. Imas Parang 3. Tumbang Bulldozer dan Chain saw 4. Cincang Chain saw, parang dan kapak 5. Batas blok Bulldozer 6. Rumpuk/stacking _| Bulldozer dan Excavator 6.3. Tenaga Kerja a) Sebagian besar pekerjaan di /and clearing dilakukan oleh kontraktor. Setiap pekerja di persiapan lahan harus menggunakan APD yang memad: b) Pelaksanaan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dan Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan (SEIA) harus dilakukan oleh penilaian NKT independen. ‘No copying without First Resources Lid. permission except as permitted by Document Control Centr (Corporat Sustainaiiy) STANDAR PENGUKURAN PERSIAPAN LAHAN (FR.COP.OPA.PLH) wen ora Buen ws . ‘uek wun nnn) esenu9814) ur ieesinn exten 2 ((u) weynduns webuop weuey Bupyoers semeny| z ta vao'doo'es is| Buryonns mayen usvedore ‘uep ueing uieep ueBuedfuoa peccaeeaeeaeamacemes | weunsee = Ev aes ‘wondu380q woussnseon so poweH | Toy, a ‘sprepueis (ra'ya0'400 ws'1s) BunweI9 puET ‘siuoweunseoy pue spuepueyg

You might also like