Professional Documents
Culture Documents
ID Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perbanka
ID Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perbanka
Penyelesaian« 61
Oleh :
Abstract
Bad credit or loan is the credit problem experienced repayment difficulties due to the
factors or elements of intentional or due to conditions beyond the ability of debtors. bad
credit is highly feared by every bank, because it would interfere with the bank's financial
condition, may even result in the cessation of business activities of the bank. The emergence
of non-performing loans including bad credit, basically does not occur suddenly, but
through a process. Bad credit can be caused either by the creditors (banks) and debtors. If
bad credit happens because the debtor does not carry out his achievements as contained in
the credit agreement, then before execution collateral, the debtor must first be declared in
default, which is done through a court decision. For the creditor must sue the debtor on the
basis of default. But before suing the debtor, the creditor must first subpoena the contents so
that the debtor fulfill his achievements. If the debtor does not also meet the performance,
then the lender can sue the debtor on the basis wanpretasi, whereby if the court decides that
the debtor was in default, then the lender can execute on the collateral provided by
borrowers.
Abstrak
Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan
debitur. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap bank, karena akan
mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan
usaha bank. Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada
dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit
macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Apabila kredit
macet tersebut terjadi karena debitur tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana
terdapat dalam perjanjian kredit, maka sebelum melakukan eksekusi barang jaminan,
debitur harus terlebih dahulu dinyatakan wanprestasi, yang dilakukan melalui putusan
pengadilan. Untuk itu kreditur harus menggugat debitur atas dasar wanprestasi. Akan
tetapi sebelum menggugat debitur, kreditur harus melakukan somasi terlebih dahulu yang
isinya agar debitur memenuhi prestasinya. Apabila debitur tidak juga memenuhi
prestasinya, maka kreditur dapat menggugat debitur atas dasar wanpretasi, dengan mana
apabila pengadilan memutuskan bahwa debitur telah wanprestasi, maka kreditur dapat
melakukan eksekusi atas barang jaminan yang diberikan oleh debitur
sering kali justru membawa kerugian yang Ketentuan tersebut seolah-olah Bank juga
lebih besar bagi kreditur padahal undang- tidak mementingkan jaminan dalam
undang menentukan bahwa proses pencairan kredit. Namun kemudian
peradilan dilakukan dengan cara diakomodir dalam Pasal 8 Undang-
sederhana, cepatdan biaya ringan, namun undang Nomor 10 tahun 1998 bahwa
kenyataannya kreditur tidak mendapat penerapan 5 c (character, capacity,
jaminan perlindungan hukum. Apa saja capital, collateral, condition of economy)
yang menjadi kendala dalam demikian penting bagi Bank untuk
menyelesaikan kredit macet. mencairkan kredit. Pasal tersebut
Berdasarkan latar belakang diatas menegaskan bahwa dalam memberikan
bagaimana cara menyelesaikan bila kredit atau pembiayaan berdasarkan
debitur melakukan wanprestasi dalam hal prinsip syariah, Bank umum wajib
ini sudah tergolong kreditnya macet mempunyai keyakinan berdasarkan
berdasarkan kreteria Peraturan BI Nomor analisis yang mendalam atas iktikad baik
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian dan kemampuan serta kesanggupan
Kualitas Aset Bank Umum dan SE BI nasabah debitor untuk melunasi utangnya
nomor 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 atau mengembalikan pembiayaan
Perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank dimaksud sesuai dengan yang
Umum. diperjanjikan. Kemudian diperkuat lagi
perihal pentingnya penerapan prinsip 5 c
GDODP SHQMHODVDQ SDVDO D\DW ³XQWXN
B. PEMBAHASAN
memperoleh keyakinan tersebut, sebelum
Melihat dari arti kredit tidak
memberikan kredit, Bank harus
semata-mata Bank berani mengeluarkan
melakukan penilaian yang seksama
kredit kemudian hanya dengan
terhadap watak, kemampuan, modal,
kepercayaan yang ada atau bersumber dari
agunan, dan prospek usaha dari nasabah
nasabah saja. Demikian juga jika
debitor´.
diperhatikan apa yang ditegaskan
Aturan Perbankan telah
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-
diintegrasikan teori hukum prinsip 5 C ke
Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
dalam beberapa ketentuan pasal-pasal
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Perbankan untuk selanjutnya menjadi
7 tahun 1992 Tentang Perbankan,
pedoman bagi Bank dalam mencairkan
merumuskan pengertian kredit..
kredit. Prinsip 5 C bertujuan untuk
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 65
2. Eksekusi Jaminan Kredit eksekusi. Hal ini berarti jika nasabah bank
melakukan perbuatan wanprestasi,
Secara fakta sejarah perbankan di
kreditor serta merta dapat langsung
Indonesia telah mewariskan senjata yang
melaksanakan penjualan barang milik
paling ampuh dan cepat dalam
Debitur yang dijadikan barang jaminan
memberantas kredit macet yaitu melalui
atau agunan dengan perantara kantor
Parate eksekusi atau mengeksekusi
pelayanan piutang dan lelang
sendiri/langsung (melelang) agunan tanpa
negara,penjualan ini dapat dilakukan
campur tangan pengadilan.3
tanpa media Pengadilan Negeri.
Menurut Sri Soedewi Mascjhoen
Pengertian Parate eksekusi ini
6RIZDQ SDUDWH HNVHNXVL DGDODK ³(NVHkusi
menjadi kabur sebagai akibat dari adanya
yang dilaksanakan tanpa mempunyai title
putusan pengadilan yang menerapkan
eksekutorial (GrosseAkta Notaris atau
ketentuan eksekusi Grosse Akta dalam
Keputusan Hakim) melalui parate
sengketa parate eksekusi. Dari Pasal 6
eksekusi (eksekusi langsung) yaitu
UUHT dan Pasal 1178 ayat (2) KUHpdt
pemegang Hak Tanggungan dengan
tersebut diketahui bahwa Undang-undang
adanya janji untuk menjual atas
memberikan kepada pemegang hipotek
kekuasaan sendiri dapat melaksanakan
pertama untuk menjual langsung atas
haknya secara langsung tanpa melalui
kekuasaan sendiri barang objek hipotek
keputusan hakim atau grosse akta
tanpa melalui pengadilan.
QRWDULV´ 4
Dapat disimpulkan bahwa untuk
Dari beberapa arti dan definisi
melakukan eksekusi terhadap hak
mengenai Parate eksekusi, dapat
tanggungan yang telah dibebankan atas
disimpulkan bahwa tidak hanya keputusan
tanah dapat dilakukan tanpa harus melalui
hakim yang dapat dieksekusi, tetapi
proses gugat-menggugat (proses
terdapat ketentuan yang memberikan hak
ligitimasi) apabila debitur telah
kepada kreditor untuk melaksanakan
melakukan cidera janji. Hal ini sesuai
sendiri eksekusi tanpa perantara
dengan yang ditentukan dalam Pasal 14
pengadilan yang disebut dengan Parate
UUHT. Kredit bermasalah terutamanya
3
Bachtiar Sibarani, Parate Eksekusi dan golongan kredit macet pada bank milik
Paksa Badan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.15, negara merupakan salah satu bentuk yang
September 2001, hal. 22.
4
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981, dikategorikan sebagai piutang negara
Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, karena bank milik negara merupakan
Yogyakarta, hal. 32.
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 68
salah satu badan yang secara langsung suatu pernyataan bersama yang
atau tidak langsung dikuasai negara (pasal memuat jumlah dan kewajiban
12 Peraturan Pemerintah Pengganti penanggung utang untuk
Undang-undang No.49 tahun 1960 melunasinya.
tentang Panitia Urusan Piutang Negara). b. Pernyataan bersama ini mempunyai
Penyelesaian kredit bank milik negara kekuatan pelaksanaan, seperti suatu
dapat diusahakan melalui Panitia Urusan putusan hakim yang telah
Piutang Negara (anggotanya wakil dari berkekuatan hukum pasti. Dengan
Depatemen Keuangan, Departemen demikian, PUPN mempunyai
Hankam, Kejaksaan Agung dan dari Bank kewenangan parate executie.
Indonesia; sedangkan struktur c. Pelaksanaannya dilakukan oleh ketua
organisasinya terdiri atas PUPN Pusat, panitia dengan surat paksa melalui
wilayah dan cabang). Mekanisme cara penyitaan, pelelangan barang-
penanganan piutang negara oleh PUPN, barang kekayaan penanggung
yaitu apabila piutang negara tersebut telah utang/penjamin utang dan
diserahkan pengurusannya kepadanya penyaderaan terhadap penanggung
oleh pemerintah atau bank milik negara utang/penjamin utang dan pernyataan
terssebut. Piutang yang diserahkan adalah lunas piutang negara.
piutang yang adanya dan besarnya telah d. Dalam hal penyitaan khusus
pasti menurut hukum, tetapi yang khususnya terhadap kekayaan yang
penanggung utangnya tidak melunasinya tersimpan di lembaga perbankan,
sebagaimana mestinya. Mekanisme maka sesuai dengan ketentuan pasal 4
penyelesaian pengurusan piutang negara Keputusan Menteri Keuangan
paling tidak melalui tahapan: No.376/KMK.09/1995, maka PUPN
a. Setelah dirundingkan oleh panitia dapat melakukannya tanpa
dengan penanggung utang dan memerlukan izin terlebih dari
diperoleh kata sepakat tentang Menteri Keuangan. Adapun hasil dari
jumlah utangnya yang masih harus penyitaan tersebut untuk digunakan
dibayar, termasuk bunga uang, pembayaran atau pelunasan hutang
denda, serta biaya-biaya yang penanggung utang/penjamin utang.
bersangkutan dengan piutang ini,
oleh ketua panitia dan penanggung
utang atau penjamin utang dibuat
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 69
putusan hakim dapat dilaksanakan hanya artinya proses penyelesaian perkara kredit
putusan condemnatoir sajalah yang dapat macet di Pengadilan berjalan lama.
dilaksanakan. Menurut Sudikno Demikian juga halnya dalam dunia
Mertokusumo6 putusan hakim mempunyai praktek, biaya tidak resmi sering dijumpai
kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan di lingkungan pengadilan, biaya tersebut
untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dikenakan oleh pihak tertentu selaku
dalam putusan itu secara paksa oleh alat- penjual jasa hukum. Sebagai contoh,
alat negara, kekuatan eksekutorial yang biaya pengambilan berkas di Pengadilan,
dimaksud dalam hal ini adalah kepala pengalaman menunjukkan bahwa berkas
putusan yang berbunyi : Demi Keadilan tersebut tidak akan dikerjakan atau
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. diserahkan bila pemohon hanya
Prosedur penanganan permohonan membayar biaya resmi saja, jadi harus
Fiat Eksekusi melalui badan peradilan membayar pula biaya tidak resmi. Dalam
kurang ideal dan harus menempuh waktu kasus kredit macet yang banyak ditangani
yang cukup lama, padahal perhitungan hambatan yuridis yang banyak ditemui
kerugian bank (bunga) berjalan terus dan dalam praktek, adalan rawan sekali
tidak dapat ditangguhkan sehingga pada muncul upaya hukum perlawanan pihak
umumnya proses penanganan Fiat ketiga (derden verzet) atau perlawanan
Eksekusi atas kasus kredit macet tidak dari pihak debtitur yang tidak puas
dapat ditempuh dalam waktu yang cepat, obyeknya akan dieksekusi.
hal ini dapat dilihat sejak diberlakukannya Selain hambatan yuridis yang
Undang-Undang Hak Tanggungan banyak timbul dalam proses penanganan
terdapat banyak perkara tentang fiat eksekusi, hak tanggungan di
permohonan Fiat Eksekusi untuk Pengadilan Negeri, maka dari hasil
menyelesaikan kasus kredit macet yang pemantauan yang dilakukan maka
diajukan kepada Pengadilan Negeri hambatan non yundis dapat menyebabkan
memakan waktu cukup lama yaiturata- hambatan dalam proses penanganan fiat
rata memakan waktu hingga2 tahun eksekusi. Umumnya para penegak hukum
bahkan ada juga yang sudah berjalan lebih di Pengadilan masih kurang dedikasinya
dari 4 tahun tapi belum dapat dituntaskan, maupun pengabdiannnya pada
masyarakat, dalam arti penegak hukum
6
Sudikno Mertokusumo, 2010, Hukum tersebut punya orientasi pribadi apabila
Acara Perdata, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta. ada orang yang berpengara di pengadilan
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 71
dapat memenuhi semua keinginan si dengan pelelangan harus antre dan rela
penegak hukum maka segala urusannya di mengalah dengan sidang-sidang yang lain,
Pengadilan akan diperlancar, tapi kalau terutama sidang perkara pidana yang
tidak dapat mengerti kemauan penegak jumlahnya sehari bisa belasan perkara,
hukumnya maka urusannya di Pengadilan ditambahlagi dengan kurang efektifnya
bisa menjadi berbelit-belit, hal ini benar- pengaturan jadwal sidang.
benar nyata terjadi MDGL LVX ³mafia Di Indonesia, ditemukan bahwa
peradilan´ PDVLK berjalan. Di sisi lain tidak semua wilayah hukum memiliki
masih ada penegak hukum advokad, kantor lelang, dalam arti masih banyak
apabila prinsipal yang bersangkutan Pengadilan Negeri yang mempunyai
memberikan kuasa kepada seorang Kantor lelang di luar kota. Misalnya suatu
Advokat untuk mengurusi perkaranya daerah Kabupaten yang tidak mempunyai
maka kepiawaian dan kemahiran advokat kantor lelang sendiri, sehingga apabila
dalam beracara di pengadilan sangat akan mengadakan lelang harus
menentukan kelancaran suatu perkara. memberitahu Kantor Lelang Negara
Faktor niat dan itikad Advokat yang didaerah lain yang ada kantor lelangnya.
memang ingin membantu atau bahkan Keengganan orang untuk ikut serta dalam
tidak jarang pula Advokat yang sengaja lelang atau untuk menjadi pembela dalam
mengulur-ulur waktu dengan berbagai pelaksanaan lelang dapat menghambat
macam trik yang bertujuan menghambat proses fiat eksekusi. Kadang kala peserta
suatu perkara demi kepuasan kliennya. lelang mengalami kesulitan untuk
Selain itu sering ruang pengadilan yang menempati obyek lelang karena harus
dapat digunakan beracara masih kurang, mengajukan gugatan perdata namun ada
sehingga ketika akan mengadakan lelang pula orang yang berpegangan pada mitos
terhadap obyek jaminan kredit macet, bahwa orang yang menempati barang
maka tidak jarang para pihak terkait yang dibeli dari lelang kelak akan
masih harus menunggu ruang sidang yang mengalami nasib yang sama, yaitu usaha
bisa digunakan, sekalipun ada ruang nya akan rugi dan tanahnya akan dilelang
sidang yang kosong tetapi ukurannya juga, animo masyarakat untuk menjadi
kurang memadai dan tidak bisa peserta lelang tidak terlalu tinggi.
menampung jumlah peserta lelang atau Akibatnya sering terjadi dimana dalam.
penonton yang jumlahnya tidak bisa suatu pelaksanaan lelang tidak ada
dibilang sedikit. Pihak yang terkait peminatnya. Budaya masyarakat di
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 72
Indonesia yang lebih suka praktisnya saja pelunasan kredit tersebut, terutama
dan tidak suka repot, apalagi sistem jaminan khusus yang bersifat kebendaan.
hukum yang berlaku di Indonesia saat ini Tata cara eksekusi obyek Hak
adalah adopsi dari sistern pemerintahan Tanggungan secara jalur hukum antara
Hindia Belanda. Ketimpangan dalam lain melakukan eksekusi atas kekuasaan
peradilan lebih disebabkan karena sendiri dan melakukan eksekusi atas
masyarakat belum memiliki hukum yang perintah Ketua Pengadilan Negeri
menjadi budaya dalam kehidupan sehari- berdasarkan sertifikat hak tanggungan,
hari yang umumnya masyarakat tidak namun dapat juga dilakukan penyelesaian
suka dengan birokrasi dan administrasi, kredit bermasalah dengan cara melakukan
kurang memikirkan artinya pencegahan penjualan dibawah tangan, dengan catatan
kredit macet, yang panting dapat bantuan selama pihak debitur bersikap kooperatif.
kredit sudah senang, kalau ada masalah Penyelesaian kasus kredit
ditangani nanti saja. bermasalah sering kali justru membawa
Selain itu kelemahan bank dalam kerugian yang lebih besar bagi kreditur
menerapkan analisa kredit yang harus (bank), padahal undang-undang
benar-benar memenuhi 7P dan 5 C, selain menentukan bahwa proses peradilan
prinsip-prinsip kehati-hatian bank. Salah dilakukan dengan cara sederhana, cepat
satu unsure dari 7P dan 5c itu adalah dan biaya ringan, namun kenyataannya
jaminan atau adanya jaminan yang diikat kreditur tidak mendapat jaminan
alam perjanjian kredit. Banyak terjadi perlindungan hukum. Bahkan praktek
penyelesaian kredit bermasalah dengan penyelesaian kredit bermasalah di
menempuh jalur hukum menempuh waktu lapangan terutama di lingkungan
yang lama, melewati jalan yang terjal, dan peradilan sering sekali dialami hambatan-
menghabiskan biaya yang cukup besar, hambatan yang justru mengakibatkan
bahkan terkadang memberikan hasil yang kerugian bagi kreditur.
kurang menjanjikan. Kondisi ini jelas Hambatan non yuridis dimaksud
tidak menguntungkan bagi lembaga adalah upaya hukum perlawanan dapat
perbankan. Dalam rangka menjalankan ditempuh oleh termohon eksekusi untuk
usaha bank untuk menyalurkan dana menghambat proses fiat eksekusi,
kepada masyarakat sebagaimana yang penegak hukum cenderung mengejar
telah dijelaskan diatas maka bank motivasi pribadi serta kurangnya kualitas
memandang pentingnya meminta jaminan hakim dan pegawai pengadilan dibidang
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 73
Jurnal
Bahan Hukum