Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum.

Penyelesaian« 61

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERBANKAN

Oleh :

Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum.


Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstract

Bad credit or loan is the credit problem experienced repayment difficulties due to the
factors or elements of intentional or due to conditions beyond the ability of debtors. bad
credit is highly feared by every bank, because it would interfere with the bank's financial
condition, may even result in the cessation of business activities of the bank. The emergence
of non-performing loans including bad credit, basically does not occur suddenly, but
through a process. Bad credit can be caused either by the creditors (banks) and debtors. If
bad credit happens because the debtor does not carry out his achievements as contained in
the credit agreement, then before execution collateral, the debtor must first be declared in
default, which is done through a court decision. For the creditor must sue the debtor on the
basis of default. But before suing the debtor, the creditor must first subpoena the contents so
that the debtor fulfill his achievements. If the debtor does not also meet the performance,
then the lender can sue the debtor on the basis wanpretasi, whereby if the court decides that
the debtor was in default, then the lender can execute on the collateral provided by
borrowers.

Keywords: Bad credit or loan, Dedtor and Creditor, Wanprestasi.

Abstrak

Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan
debitur. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap bank, karena akan
mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan
usaha bank. Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada
dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit
macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Apabila kredit
macet tersebut terjadi karena debitur tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana
terdapat dalam perjanjian kredit, maka sebelum melakukan eksekusi barang jaminan,
debitur harus terlebih dahulu dinyatakan wanprestasi, yang dilakukan melalui putusan
pengadilan. Untuk itu kreditur harus menggugat debitur atas dasar wanprestasi. Akan
tetapi sebelum menggugat debitur, kreditur harus melakukan somasi terlebih dahulu yang
isinya agar debitur memenuhi prestasinya. Apabila debitur tidak juga memenuhi
prestasinya, maka kreditur dapat menggugat debitur atas dasar wanpretasi, dengan mana
apabila pengadilan memutuskan bahwa debitur telah wanprestasi, maka kreditur dapat
melakukan eksekusi atas barang jaminan yang diberikan oleh debitur

Kata Kunci: Kredit Macet, Kreditur dan Debitur, Wanprestasi.


Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 62

A. PENDAHULUAN peraturan perundang-undangan


yurisprudensi, doktrin dan lain-lain
Beberapa macam usaha perbankan
sumber hukum yang mengatur masalah
yang ditawarkan, usaha perbankan yang
perbankan sebagai lembaga dan aspek
paling banyak diminati oleh masyarakat
kegiatan yang harus dipatuhi oleh suatu
baik perseorangan maupun badan usaha
bank. Pengertian kredit menurut pasal 1
adalah jasa dibidang perkreditan. Kredit
angka 11 Undang-Undang Nomor 10
yang dicairkan oleh bank adalah dalam
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
bentuk uang kontan (Fresh money),
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
kemudian kredit tersebut dimanfaatkan
tentang Perbankan, kredit adalah :
oleh penerima kredit (debitur) untuk
³Penyediaan uang atau tagihan yang
kepentingan pribadi, misalnya tambahan
dapat dipersamakan dengan itu,
modal usaha, konsumsi barang kebutuhan, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam
dan lain sebagainya. Disisi yang lain,
antara bank dengan pihak lain yang
yaitu bagi pihak bank, pencairan kredit mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka
dapat dikatakan sebagai salah satu
waktu tertentu dengan pemberian
penghasilan yang menguntungkan, EXQJD ´
perputaran uang yang lancar dan
Dari pengertian tersebut dapat
mengindikasikan tingkat kesehatan bank
ditarik kesimpulan bahwa hubungan
tersebut. Di Indonesia yang mengatur
hukum yang terjadi dalam pemberian
mengenai perbankan adalah Undang-
kredit adalah hubungan hukum perdata
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
antara bank dengan nasabahnya, karena
Perbankan yang diubah dengan Undang-
kesepakatan bank dengan nasabah untuk
Undang Nomor 10 Tahun 1998.
menyediakan dana guna memenuhi
Pengertian bank dalam pasal 1 angka 1
kebutuhan nasabah yang pada umumnya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
dituangkan dalam suatu perjanjian kredit.
tentang Perbankan adalah : "Badan usaha
Selain itu Kredit atau credit berasal dari
yang menghimpun dana dari masyarakat
kata credere artinya kepercayaan. Dapat
dalam bentuk simpanan dan
dipahami bahwa orang akan berhati-hati
menyalurkannya kepada masyarakat
dalam menerima atau mengajukan kredit.1
dalam rangka meningkatkan taraf hidup
Dalam hal ini seorang nasabah debitur
rakyat banyak".
1
Nasrun Tamin, Kiat Menghindari Kredit
Hukum perbankan merupakan Macet, Cetakan Pertama, Dian Rakyat, Jakarta,
2012, hal. 2.
seperangkat kaidah hukum dalam bentuk
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 63

yang memperoleh kredit dari bank adalah a. Potensi pertumbuhan usaha.


tentu seseorang yang mendapat b. Kondisi pasar dan posisi debitur
kepercayaan dari bank. Hal ini dalam persaingan.
menunjukkan bahwa yang menjadi dasar c. Kualitas manajemen dan
pemberian kredit oleh bank kepada permasalahan tenaga kerja.
nasabah debitur adalah kepercayaan. d. Dukungan dari grup atau afiliasi.
Secara umum enam unsur-unsur kredit Upaya yang dilakukan debitur dalam
diantaranya adanya kepercayaan, waktu, rangka memelihara lingkungan hidup
resiko, prestasi, kreditur dan debitur.2 Kedua, Kinerja Debitur. Penilaian
Tujuan penetapan kolektibilitas terhadap kinerja (performance) debitur
kredit adalah untuk mengetahui kualitas meliputi penilaian terhadap komponen-
kredit sehingga bank dapat mengantisipasi komponen sebagai berikut:
risiko secara dini karena risiko kredit a. Ketepatan pembayaran pokok dan
dapat mempengaruhi kelangsungan usaha bunga.
bank. Disamping itu penetapan b. Ketersediaan dan keakuratan
kolektibilitas kredit digunakan untuk informasi keuangan debitur.
menetapkan tingkat cadangan potensi c. Kelengkapan dokumentasi kredit.
kerugian akibat kredit bermasalah. d. Kepatuhan terhadap perjanjian kredit.
Penetapan kualitas kredit mengacu pada e. Kewajaran sumber pembayaran
ketentuan Bank Indonesia yaitu PBI kewajiban.
nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Berdasarkan parameter tersebut
Kualitas Aset Bank Umum dan SE BI maka kualitas kredit ditetapkan menjadi
nomor 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 lancar, dalam Perhatian Khusus, Kurang
Perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank Lancar, Diragukan dan Macet. Penetapan
Umum. Sesuai PBI tersebut, kualitas kualitas kredit dilakukan dengan
kredit dapat ditentukan berdasarkan mempertimbangkan materialitas dan
parameter yang terdiri dari Pertama, signifikansi dari faktor penilaian dan
Prospek Usaha. Penilaian terhadap komponen tersebut terhadap karakteristik
prospek usaha meliputi penilaian terhadap debitur yang bersangkutan.Untuk kredit
komponen-komponen sebagai berikut: mikro, kecil dan menengah dengan
jumlah tertentu, penetapan kualitas kredit
2
Rachmat Firdaus, Manajemen dapat hanya didasarkan pada ketepatan
Perkreditan Bank Umum, Cetakan Kelima,
Alfabeta, Bandung, 2011, hal. 3. pembayaran. Kasus kredit bermasalah
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 64

sering kali justru membawa kerugian yang Ketentuan tersebut seolah-olah Bank juga
lebih besar bagi kreditur padahal undang- tidak mementingkan jaminan dalam
undang menentukan bahwa proses pencairan kredit. Namun kemudian
peradilan dilakukan dengan cara diakomodir dalam Pasal 8 Undang-
sederhana, cepatdan biaya ringan, namun undang Nomor 10 tahun 1998 bahwa
kenyataannya kreditur tidak mendapat penerapan 5 c (character, capacity,
jaminan perlindungan hukum. Apa saja capital, collateral, condition of economy)
yang menjadi kendala dalam demikian penting bagi Bank untuk
menyelesaikan kredit macet. mencairkan kredit. Pasal tersebut
Berdasarkan latar belakang diatas menegaskan bahwa dalam memberikan
bagaimana cara menyelesaikan bila kredit atau pembiayaan berdasarkan
debitur melakukan wanprestasi dalam hal prinsip syariah, Bank umum wajib
ini sudah tergolong kreditnya macet mempunyai keyakinan berdasarkan
berdasarkan kreteria Peraturan BI Nomor analisis yang mendalam atas iktikad baik
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian dan kemampuan serta kesanggupan
Kualitas Aset Bank Umum dan SE BI nasabah debitor untuk melunasi utangnya
nomor 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 atau mengembalikan pembiayaan
Perihal Penilaian Kualitas Aktiva Bank dimaksud sesuai dengan yang
Umum. diperjanjikan. Kemudian diperkuat lagi
perihal pentingnya penerapan prinsip 5 c
GDODP SHQMHODVDQ SDVDO D\DW ³XQWXN
B. PEMBAHASAN
memperoleh keyakinan tersebut, sebelum
Melihat dari arti kredit tidak
memberikan kredit, Bank harus
semata-mata Bank berani mengeluarkan
melakukan penilaian yang seksama
kredit kemudian hanya dengan
terhadap watak, kemampuan, modal,
kepercayaan yang ada atau bersumber dari
agunan, dan prospek usaha dari nasabah
nasabah saja. Demikian juga jika
debitor´.
diperhatikan apa yang ditegaskan
Aturan Perbankan telah
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-
diintegrasikan teori hukum prinsip 5 C ke
Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
dalam beberapa ketentuan pasal-pasal
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Perbankan untuk selanjutnya menjadi
7 tahun 1992 Tentang Perbankan,
pedoman bagi Bank dalam mencairkan
merumuskan pengertian kredit..
kredit. Prinsip 5 C bertujuan untuk
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 65

mengetahui kemampuan dan kemauan Semua prinsip-prinsip yang harus


nasabah untuk mengembalikanb pinjaman diperhatikan dan dilaksankan oleh Bank
dengan tepat waktu. Menurut Sutedi sebelum mencairkan kredit di atas penting
(2010, 13, lih juga Kashmir, 2004: 134) untuk mencegah terjadinya kualitas kredit
mengemukakan bahwa di dalam yang kurang lancer apalagi macet (lih.
permohonan kredit, Bank perlu mengkaji PBI No. 7/ 2/ PBI/ 2005). Oleh karena
permohonan kredit. Hal yang penting pula Bank dalam melakukan perjanjian kredit
dan bagi Bank dalam mencairkan kredit juga melakukan perjanjian pengikatan
adalah Bank wajib memiliki dan jaminan (accesoir) sebagai penerapan
menerapkan pedoman perkreditan salah satu prinsip 5 c (collateral) agunan,
sebagaimana yang ditetapkan oleh maka Bank dalam mencairkan kredit dan
ketentuan Pasal 8 ayat 2 yang diatur lebih diikat dengan jaminan, terutama jaminan
lebih lanjut dengan SK Direksi BI No 27/ hak tanggungan yang biasa objeknya
162/ KE/ DIR. Semua Bank umum wajib adalah tanah, juga dilakukan penilaian
untuk memiliki dan menerapkan oleh Bank.
Kebijaksanaan Perkreditan Bank 1. Pengikatan Jaminan Kebendaan
(disingkat KPB) dalam pelaksanaan
Kredit yang diberikan dengan
kegiatan perkreditannya dan juga
jaminan berupa hak atas tanah, pengikatan
melampirkan Pedoman Penyusunan
jaminan tidak diperkenankan untuk
Kebijaksanaan Perkreditan Bank
dituangkan dalam akta di bawah tangan.
(PPKPB). PPKPB mencantumkan
Hal ini disebabkan pengikatan jaminan
beberapa hal yang sekurang-kurangnya
atas tanah, dimana setiap perjanjian yang
harus dimuat dalam ketentuan KPB yaitu:
bermaksud memindahkan hak atas tanah
a. Prinsip kehati-hatian dalam
memberikan suatu hak baru atas tanah,
perkreditan.
harus dibuktikan dengan suatu akta yang
b. Organisasi dan manajemen
dibuat oleh menteri Agraria. Dalam hal
perkreditan.
pemberian kredit yang didasari dengan
c. Kebijaksanaan persetujuan kredit.
suatu perjanjian kredit, maka perjanjian
d. Dokumentasi dan administrasi kredit.
kredit ini perlu mendapat perhatian yang
e. Pengawasan kredit.
khusus baik oleh bank sebagai kreditur
f. Penyelesaian kredit yang
maupun oleh nasabah sebagai debitur,
bermasalah.
karena perjanjian kredit mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 66

pemberian, pengelolaannyamaupun seorang kreditur tertentu, yaitu pemegang


penatalaksanaan kredit itu sendiri. Hak hak jaminan itu didahulukan terhadap
Tanggungan mempunyai kekuatan kreditur lain apaila debitur cedera janji.
eksekutorial yang dapat dipersamakan Hak Tanggungan hanya menggantikan
dengan putusan pengadilan, apabila hipotik sepanjang yang menyangkut tanah
dikemudian hari kredit yang dicairkan saja, sedangkan hipotik atas kapal laut dan
tersebut bermasalah hingga akhirnya pesawat udara tetap berlaku. Hak
macet maka kreditur dapat mengeksekusi tanggungan tidak timbul sebagai akibat
jaminan yang telah dibebani hak adanya perjanjian pokok atau awal yaitu
tanggungan tersebut. Pasal 9 UU no. 4 perjanjian utang piutang antara kreditur
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dengan debitur, yang mana debitur
mengatur bahwa pemegang hak bersedia memberikan jaminan berupa
tanggungan adalah orang perseorangan obyek tidak bergerak yang dipasang hak
atau badan hukum yang berkedudukan tanggungan. Sekalipun kreditur adalah
sebagai pihak yang berpiutang dan yang pemegang hak tanggungan atas benda
dapat menjadi pemegang hak tanggungan yang dijaminkan namun kreditur tidak
adalah siapapun juga yang berwenang dapat begitu saja menguasai fisik
melakukan perbuatan perdata untuk bangunan yang dijaminkan tersebut.
memberikan utang, yaitu baik Secara yuridis penguasaan dan
perseorangan warga negara Indonesia penggunaan tahan yang bersangkutan
maupun orang asing. tetap berada pada pihak pemeganghak.
Hak Tanggungan dalam UUHT Sedangkan pihak kreditur hanya
tidaklah dibangun dari suatu yang belum mempunyai wewenang untuk
ada, hak tanggungan dibangun dari suatu mengeksekusi tahah yang bersangkut dan
yang belum ada, hak tanggungan apabila nantinya debitur melalaikan
dibangun dengan mengambil alih atau kewajibannya atau tidak dapat memenuhi
mengacu asas-asas dan ketentuan pokok kewajibannya. Kewenangan kreditur
dari hipotik yang diatur dalam KUH pemegang Hak Tanggungan dapat
Perdata. Hak Tanggungan adalah salah dikatakan istimewa, mengingat kreditur
satu jenis dari hak jaminan Hipotik, gadai, mempunyai kewenangan untuk
dan fidusia. Hak jaminan dimaksudkan mengambil pelunasan atas piutangnya
untuk menjamin utang seorang debitur lebih dahulu dibanding kreditur lainnya.
yang memberikan hak utama kepada
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 67

2. Eksekusi Jaminan Kredit eksekusi. Hal ini berarti jika nasabah bank
melakukan perbuatan wanprestasi,
Secara fakta sejarah perbankan di
kreditor serta merta dapat langsung
Indonesia telah mewariskan senjata yang
melaksanakan penjualan barang milik
paling ampuh dan cepat dalam
Debitur yang dijadikan barang jaminan
memberantas kredit macet yaitu melalui
atau agunan dengan perantara kantor
Parate eksekusi atau mengeksekusi
pelayanan piutang dan lelang
sendiri/langsung (melelang) agunan tanpa
negara,penjualan ini dapat dilakukan
campur tangan pengadilan.3
tanpa media Pengadilan Negeri.
Menurut Sri Soedewi Mascjhoen
Pengertian Parate eksekusi ini
6RIZDQ SDUDWH HNVHNXVL DGDODK ³(NVHkusi
menjadi kabur sebagai akibat dari adanya
yang dilaksanakan tanpa mempunyai title
putusan pengadilan yang menerapkan
eksekutorial (GrosseAkta Notaris atau
ketentuan eksekusi Grosse Akta dalam
Keputusan Hakim) melalui parate
sengketa parate eksekusi. Dari Pasal 6
eksekusi (eksekusi langsung) yaitu
UUHT dan Pasal 1178 ayat (2) KUHpdt
pemegang Hak Tanggungan dengan
tersebut diketahui bahwa Undang-undang
adanya janji untuk menjual atas
memberikan kepada pemegang hipotek
kekuasaan sendiri dapat melaksanakan
pertama untuk menjual langsung atas
haknya secara langsung tanpa melalui
kekuasaan sendiri barang objek hipotek
keputusan hakim atau grosse akta
tanpa melalui pengadilan.
QRWDULV´ 4
Dapat disimpulkan bahwa untuk
Dari beberapa arti dan definisi
melakukan eksekusi terhadap hak
mengenai Parate eksekusi, dapat
tanggungan yang telah dibebankan atas
disimpulkan bahwa tidak hanya keputusan
tanah dapat dilakukan tanpa harus melalui
hakim yang dapat dieksekusi, tetapi
proses gugat-menggugat (proses
terdapat ketentuan yang memberikan hak
ligitimasi) apabila debitur telah
kepada kreditor untuk melaksanakan
melakukan cidera janji. Hal ini sesuai
sendiri eksekusi tanpa perantara
dengan yang ditentukan dalam Pasal 14
pengadilan yang disebut dengan Parate
UUHT. Kredit bermasalah terutamanya
3
Bachtiar Sibarani, Parate Eksekusi dan golongan kredit macet pada bank milik
Paksa Badan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.15, negara merupakan salah satu bentuk yang
September 2001, hal. 22.
4
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981, dikategorikan sebagai piutang negara
Hukum Perdata : Hukum Benda, Liberty, karena bank milik negara merupakan
Yogyakarta, hal. 32.
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 68

salah satu badan yang secara langsung suatu pernyataan bersama yang
atau tidak langsung dikuasai negara (pasal memuat jumlah dan kewajiban
12 Peraturan Pemerintah Pengganti penanggung utang untuk
Undang-undang No.49 tahun 1960 melunasinya.
tentang Panitia Urusan Piutang Negara). b. Pernyataan bersama ini mempunyai
Penyelesaian kredit bank milik negara kekuatan pelaksanaan, seperti suatu
dapat diusahakan melalui Panitia Urusan putusan hakim yang telah
Piutang Negara (anggotanya wakil dari berkekuatan hukum pasti. Dengan
Depatemen Keuangan, Departemen demikian, PUPN mempunyai
Hankam, Kejaksaan Agung dan dari Bank kewenangan parate executie.
Indonesia; sedangkan struktur c. Pelaksanaannya dilakukan oleh ketua
organisasinya terdiri atas PUPN Pusat, panitia dengan surat paksa melalui
wilayah dan cabang). Mekanisme cara penyitaan, pelelangan barang-
penanganan piutang negara oleh PUPN, barang kekayaan penanggung
yaitu apabila piutang negara tersebut telah utang/penjamin utang dan
diserahkan pengurusannya kepadanya penyaderaan terhadap penanggung
oleh pemerintah atau bank milik negara utang/penjamin utang dan pernyataan
terssebut. Piutang yang diserahkan adalah lunas piutang negara.
piutang yang adanya dan besarnya telah d. Dalam hal penyitaan khusus
pasti menurut hukum, tetapi yang khususnya terhadap kekayaan yang
penanggung utangnya tidak melunasinya tersimpan di lembaga perbankan,
sebagaimana mestinya. Mekanisme maka sesuai dengan ketentuan pasal 4
penyelesaian pengurusan piutang negara Keputusan Menteri Keuangan
paling tidak melalui tahapan: No.376/KMK.09/1995, maka PUPN
a. Setelah dirundingkan oleh panitia dapat melakukannya tanpa
dengan penanggung utang dan memerlukan izin terlebih dari
diperoleh kata sepakat tentang Menteri Keuangan. Adapun hasil dari
jumlah utangnya yang masih harus penyitaan tersebut untuk digunakan
dibayar, termasuk bunga uang, pembayaran atau pelunasan hutang
denda, serta biaya-biaya yang penanggung utang/penjamin utang.
bersangkutan dengan piutang ini,
oleh ketua panitia dan penanggung
utang atau penjamin utang dibuat
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 69

2. Penyelesaian Kredit Macet melalui Pengadilan Negeri, dari penetapan


Pengadilan
tersebut kemudian dilanjutkan dengan
Dalam hal debitur tidak memenuhi petunjuk dari Panitera Sekretaris
kewajibannya, setiap kreditur dapat Pengadilan kepada pegawai/staf
mengajukan gugatan untuk memperoleh pengadilan untuk melakukan tugasnya.
keputusan pengadilan. Peradilan yang Hambatan yuridis adalah prosedur
dapat menangani kredit bermasalah yaitu penanganan permohonan eksekusi hak
peradilan umum melalui gugatan perdata tanggungan harus melalui banyak tahap
dan peradilan niaga melalui gugatan sehingga penanganannya rumit, memakan
kepailitan.Apabila sudah ditetapkan waktu lama dan banyak celah yang dapat
keputusan pengadilan yang kemudian dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
mempunyai kekuatan hukum untuk Apalagi dari beberapa kasus sangat
dilaksanakan atas dasar perintah dan dimungkinkan satu debitur mempunyai
dengan pimpinan ketua pengadilan negeri kredit/utang ditempat lain yang
yang memeriksa gugatannya pada tingkat memungkinkan juga digugat di Pengadian
pertama, menurut ketentuan-ketentuan Niaga. Dengan kata lain penanganan
HIR pasal 195 dan selanjutnya. Atas perkara kredit macet melalui badan
perintah ketua pengadilan ketua peradilan melalui badan peradilan melalui
pengadilan tersebut dilakukanlah proses yang berbelit-belit dan tidak
penyitaan harta kekayaan debitur, untuk sederhana. Menurut M. Yahya Harahap5,
kemudian dilelang dengan perantara ditinjau dari segi Yuridis asas ini
kantor lelang. Dari hasil pelelangan itu mengandung makna bahwa eksekusi
kreditur memperoleh pelunasan menurut hukum perdata adalah
piutangnya. menjalankan putusan yang telah
Pada hakekatnya penanganan berkekuatan hukum tetap. Namun tidak
perkara kredit macet melalui pengadilan semua putusan pengadilan dapat
melalui proses yang tidak sederhana. dilaksanakan dieksekusi sebab pada
Dalam penanganan permohonan fiat prinsipnya hanya putusan yang telah
eksekusi atas perkara kredit macet melalui berkekuatan hukum tetap sajala yang
pengadilan negeri ada beberapa tahapan dapat dilaksanakan (in kracht
yang harus dijalani. Setiap akan berganti vangewijsde). Selanjutnya tidak semua
tahap, harus didahului dengan 5
M. Yahya Harahap, 2007, Hukum acara
dikeluarkannya Penetapan oleh Ketua Perdata, Sinar Grafika, Jakarta.
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 70

putusan hakim dapat dilaksanakan hanya artinya proses penyelesaian perkara kredit
putusan condemnatoir sajalah yang dapat macet di Pengadilan berjalan lama.
dilaksanakan. Menurut Sudikno Demikian juga halnya dalam dunia
Mertokusumo6 putusan hakim mempunyai praktek, biaya tidak resmi sering dijumpai
kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan di lingkungan pengadilan, biaya tersebut
untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dikenakan oleh pihak tertentu selaku
dalam putusan itu secara paksa oleh alat- penjual jasa hukum. Sebagai contoh,
alat negara, kekuatan eksekutorial yang biaya pengambilan berkas di Pengadilan,
dimaksud dalam hal ini adalah kepala pengalaman menunjukkan bahwa berkas
putusan yang berbunyi : Demi Keadilan tersebut tidak akan dikerjakan atau
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. diserahkan bila pemohon hanya
Prosedur penanganan permohonan membayar biaya resmi saja, jadi harus
Fiat Eksekusi melalui badan peradilan membayar pula biaya tidak resmi. Dalam
kurang ideal dan harus menempuh waktu kasus kredit macet yang banyak ditangani
yang cukup lama, padahal perhitungan hambatan yuridis yang banyak ditemui
kerugian bank (bunga) berjalan terus dan dalam praktek, adalan rawan sekali
tidak dapat ditangguhkan sehingga pada muncul upaya hukum perlawanan pihak
umumnya proses penanganan Fiat ketiga (derden verzet) atau perlawanan
Eksekusi atas kasus kredit macet tidak dari pihak debtitur yang tidak puas
dapat ditempuh dalam waktu yang cepat, obyeknya akan dieksekusi.
hal ini dapat dilihat sejak diberlakukannya Selain hambatan yuridis yang
Undang-Undang Hak Tanggungan banyak timbul dalam proses penanganan
terdapat banyak perkara tentang fiat eksekusi, hak tanggungan di
permohonan Fiat Eksekusi untuk Pengadilan Negeri, maka dari hasil
menyelesaikan kasus kredit macet yang pemantauan yang dilakukan maka
diajukan kepada Pengadilan Negeri hambatan non yundis dapat menyebabkan
memakan waktu cukup lama yaiturata- hambatan dalam proses penanganan fiat
rata memakan waktu hingga2 tahun eksekusi. Umumnya para penegak hukum
bahkan ada juga yang sudah berjalan lebih di Pengadilan masih kurang dedikasinya
dari 4 tahun tapi belum dapat dituntaskan, maupun pengabdiannnya pada
masyarakat, dalam arti penegak hukum
6
Sudikno Mertokusumo, 2010, Hukum tersebut punya orientasi pribadi apabila
Acara Perdata, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta. ada orang yang berpengara di pengadilan
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 71

dapat memenuhi semua keinginan si dengan pelelangan harus antre dan rela
penegak hukum maka segala urusannya di mengalah dengan sidang-sidang yang lain,
Pengadilan akan diperlancar, tapi kalau terutama sidang perkara pidana yang
tidak dapat mengerti kemauan penegak jumlahnya sehari bisa belasan perkara,
hukumnya maka urusannya di Pengadilan ditambahlagi dengan kurang efektifnya
bisa menjadi berbelit-belit, hal ini benar- pengaturan jadwal sidang.
benar nyata terjadi MDGL LVX ³mafia Di Indonesia, ditemukan bahwa
peradilan´ PDVLK berjalan. Di sisi lain tidak semua wilayah hukum memiliki
masih ada penegak hukum advokad, kantor lelang, dalam arti masih banyak
apabila prinsipal yang bersangkutan Pengadilan Negeri yang mempunyai
memberikan kuasa kepada seorang Kantor lelang di luar kota. Misalnya suatu
Advokat untuk mengurusi perkaranya daerah Kabupaten yang tidak mempunyai
maka kepiawaian dan kemahiran advokat kantor lelang sendiri, sehingga apabila
dalam beracara di pengadilan sangat akan mengadakan lelang harus
menentukan kelancaran suatu perkara. memberitahu Kantor Lelang Negara
Faktor niat dan itikad Advokat yang didaerah lain yang ada kantor lelangnya.
memang ingin membantu atau bahkan Keengganan orang untuk ikut serta dalam
tidak jarang pula Advokat yang sengaja lelang atau untuk menjadi pembela dalam
mengulur-ulur waktu dengan berbagai pelaksanaan lelang dapat menghambat
macam trik yang bertujuan menghambat proses fiat eksekusi. Kadang kala peserta
suatu perkara demi kepuasan kliennya. lelang mengalami kesulitan untuk
Selain itu sering ruang pengadilan yang menempati obyek lelang karena harus
dapat digunakan beracara masih kurang, mengajukan gugatan perdata namun ada
sehingga ketika akan mengadakan lelang pula orang yang berpegangan pada mitos
terhadap obyek jaminan kredit macet, bahwa orang yang menempati barang
maka tidak jarang para pihak terkait yang dibeli dari lelang kelak akan
masih harus menunggu ruang sidang yang mengalami nasib yang sama, yaitu usaha
bisa digunakan, sekalipun ada ruang nya akan rugi dan tanahnya akan dilelang
sidang yang kosong tetapi ukurannya juga, animo masyarakat untuk menjadi
kurang memadai dan tidak bisa peserta lelang tidak terlalu tinggi.
menampung jumlah peserta lelang atau Akibatnya sering terjadi dimana dalam.
penonton yang jumlahnya tidak bisa suatu pelaksanaan lelang tidak ada
dibilang sedikit. Pihak yang terkait peminatnya. Budaya masyarakat di
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 72

Indonesia yang lebih suka praktisnya saja pelunasan kredit tersebut, terutama
dan tidak suka repot, apalagi sistem jaminan khusus yang bersifat kebendaan.
hukum yang berlaku di Indonesia saat ini Tata cara eksekusi obyek Hak
adalah adopsi dari sistern pemerintahan Tanggungan secara jalur hukum antara
Hindia Belanda. Ketimpangan dalam lain melakukan eksekusi atas kekuasaan
peradilan lebih disebabkan karena sendiri dan melakukan eksekusi atas
masyarakat belum memiliki hukum yang perintah Ketua Pengadilan Negeri
menjadi budaya dalam kehidupan sehari- berdasarkan sertifikat hak tanggungan,
hari yang umumnya masyarakat tidak namun dapat juga dilakukan penyelesaian
suka dengan birokrasi dan administrasi, kredit bermasalah dengan cara melakukan
kurang memikirkan artinya pencegahan penjualan dibawah tangan, dengan catatan
kredit macet, yang panting dapat bantuan selama pihak debitur bersikap kooperatif.
kredit sudah senang, kalau ada masalah Penyelesaian kasus kredit
ditangani nanti saja. bermasalah sering kali justru membawa
Selain itu kelemahan bank dalam kerugian yang lebih besar bagi kreditur
menerapkan analisa kredit yang harus (bank), padahal undang-undang
benar-benar memenuhi 7P dan 5 C, selain menentukan bahwa proses peradilan
prinsip-prinsip kehati-hatian bank. Salah dilakukan dengan cara sederhana, cepat
satu unsure dari 7P dan 5c itu adalah dan biaya ringan, namun kenyataannya
jaminan atau adanya jaminan yang diikat kreditur tidak mendapat jaminan
alam perjanjian kredit. Banyak terjadi perlindungan hukum. Bahkan praktek
penyelesaian kredit bermasalah dengan penyelesaian kredit bermasalah di
menempuh jalur hukum menempuh waktu lapangan terutama di lingkungan
yang lama, melewati jalan yang terjal, dan peradilan sering sekali dialami hambatan-
menghabiskan biaya yang cukup besar, hambatan yang justru mengakibatkan
bahkan terkadang memberikan hasil yang kerugian bagi kreditur.
kurang menjanjikan. Kondisi ini jelas Hambatan non yuridis dimaksud
tidak menguntungkan bagi lembaga adalah upaya hukum perlawanan dapat
perbankan. Dalam rangka menjalankan ditempuh oleh termohon eksekusi untuk
usaha bank untuk menyalurkan dana menghambat proses fiat eksekusi,
kepada masyarakat sebagaimana yang penegak hukum cenderung mengejar
telah dijelaskan diatas maka bank motivasi pribadi serta kurangnya kualitas
memandang pentingnya meminta jaminan hakim dan pegawai pengadilan dibidang
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 73

hukum perbankan, kurangnya jumlah perjanjian kredit, maka sebelum


sarana lelang dan tidak adanya kantor melakukan eksekusi barang jaminan,
lelang negara di daerah, budaya debitur harus terlebih dahulu dinyatakan
masyarakat kurang mengerti hukum wanprestasi, yang dilakukan melalui
terutama mengenai hak dan kewajibannya putusan pengadilan. Untuk itu kreditur
daam perjanjian kredit. Selanjutnya harus menggugat debitur atas dasar
upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk wanprestasi. Akan tetapi sebelum
mengatasi hambatan dalam pelaksanaan menggugat debitur, kreditur harus
flat eksekusi Hak Tanggungan yang melakukan somasi terlebih dahulu yang
berupa hambatan yuridis dengan adanya isinya agar debitur memenuhi prestasinya.
perlawanan pihak ketiga yang sewaktu- Apabila debitur tidak juga memenuhi
waktu dapat timbul dimuka persidangan prestasinya, maka kreditur dapat
dengan memberi bukti-bukti dan saksi- menggugat debitur atas dasar wanpretasi,
saksi. Sedangkan upaya mengatasi dengan mana apabila pengadilan
hambatan non yuridis antara lain minta memutuskan bahwa debitur telah
petunjuk kepada tingkat hukum yang wanprestasi, maka kreditur dapat
lebih tinggi yakni Pengadilan Tinggi atau melakukan eksekusi atas barang jaminan
Mabkamah Agung ataupun komisi hukum yang diberikan oleh debitur.
berkenan dengan pengeluaran kebijakan
yang sesuai, melakukan pendekatan 2. Saran
kepada aparat penegak hukum di
Dalam penyelesaian kredit
pengadilan tentang kepastian hukum yang
bermasalah, disarankan terjadi kerjasama
seharusnya diterapkan dalam penanganan
yang baik antara pihak nasabah, bank dan
fiat eksekusi, memberikan pemahaman
pihak ketiga yang membantu penyelesaian
pada masyarakat terutama tentang hak dan
kredit bermasalah tersebut. Pengawasan
kewajiban dalam suatu perjanjian kredit.
dan pembinaan yang telah dengan baik
dilakukan oleh pihak bank perlu terus
C. PENUTUP ditingkatkan, tanpa bermaksud
PHQFDPSXUL WHUODOX GDODP ³UXPDK
1. Simpulan
WDQJJD´ GHELWXU
Apabila kredit macet tersebut
terjadi karena debitur tidak melaksanakan
prestasinya sebagaimana terdapat dalam
Dr. I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.Hum. Penyelesaian« 74

DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998


Tentang Perubahan Atas Undang-
Buku Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan.
M. Yahya Harap, 2007, Hukum acara
Perdata, Sinar Grafika, Jakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor
4/6/PBI/2002 Tanggal 6
Nasrun Tamin, 2012, Kiat Menghindari September 2002, Tentang
Kredit Macet, Cetakan Pertama, Perubahan atas Surat Keputusan
Dian Rakyat, Jakarta. Direksi Bank Indonesian Nomor
31/147/KEP/DIR, Tanggal 12
Rachmat Firdaus, 2011, Manajemen Nopember 1998 Tentang Kualitas
Perkreditan Bank Umum, Cetakan Aktiva Produktif.
Kelima, Alfabeta, Bandung.
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981, Indonesia Nomor
Hukum Perdata : Hukum Benda, 40/PMK.07/2006 Tentang
Liberty, Yogyakarta. Petunjuk Pelaksanaan Lelang
Menteri Keuangan Republik
Sudikno Mertokusumo, 2010, Hukum Indonesia.
Acara Perdata, Universitas Atma
Jaya, Yogyakarta.

Jurnal

Bachtiar Sibarani, Parate Eksekusi dan


Paksa Badan, Jurnal Hukum
Bisnis, Vol. 15 September 2001.

Bahan Hukum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986


Tentang Peradilan Urnum.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996


Tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan dengan Tanah.

You might also like