Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Andi Wibowo

http://ejournal.uniramalang.ac.id/attamkin/

Volume 1 No. 1 Mei 2018

ASSET BASED COMMUNITY DEVELOPMENT DI PESANTREN WISATA:


IMPLEMENTASI STRATEGIS DI PP. AN-NUR 2 AL MURTADLO MALANG

Abdillah Ubaidi Djawahaira


aProgram Studi Perbankan Syariah
Universitas Islam Raden Rahmat

Info Artikel Abstract


Diterima: April 2018 This paper aims to explore the Asset Base Community Development
Disetujui: Mei 2018 (ABCD) on the implementation of the pesantren community, focusing
Dipublikasikan: Mei 2018 on seven specific principles. Induction deduction design, including in-
depth interviews, Focus Group Discussion (FGD), workshops,
Kata Kunci: observations, and document analysis, were used. Findings of
ABCD, community "Mapping Tourism Asset" Pesantren Wisata Annur 2 Al Murtadlo
development, Mapping Malang. Community members have a high level of shared meaning,
Tourism Asset, pondok commitment, full participation and an internationally focused
pesantren, pesantren
democratic power distribution, social capital ties, and effective access
wisata
to internal resources. And good relationships with communities and
external organizations. Pesantren as an institution has both material
and immaterial tools. Both are the components of the existence of
pesantren as an institution of education, social and religious. The
Mapping Tourism Asset becomes a strong marker for the
development of pesantren from an institution of religious education
(Islam), socially, culturally and culturally has a strong opportunity to
become part of the growth the halal tourism industry in Indonesia.
The approach and methodology of ABCD used in this research
resulted in mapping "tourism assets" of pesantren wisata that is, the
true of education program; museum; spot of selfie; bank of garbage;
and the souvenir center.

© 2018 LPPM Unira Malang

Alamat korespondensi: p-ISSN: 2621-2765


Program Studi Perbankan Syariah e-ISSN: 2621-3532
Universitas Islam Raden Rahmat
e-mail: abdillah@uniramalang.ac.id

AT-TAMKIN Volume I No.1 Mei 2018


Djawahair, Abdillah Ubaidi

Pendahuluan pemetaan aset manusia, sosial, finansial, dan


Asset based community development fisik memerlukan effort lebih untuk
(ABCD) adalah pendekatan terhadap kepentingan masa depan. Pertimbangan aset
pembangunan berbasis komunitas yang selanjutnya berfungsi untuk membentuk
berkelanjutan. Di luar mobilisasi sebuah masa depan komunitas pariwisata, namun
komunitas tertentu, berkaitan dengan juga memainkan peran tambahan dalam
bagaimana menghubungkan aset lingkungan mengarahkan pilihan mata pencaharian
mikro dengan makro. Landasan ABCD lainnya untuk orang-orang di wilayah ini.
adalah bahwa komunitas dapat mendorong Pendekatan baru ABCD di bidang
proses pembangunan itu sendiri dengan pariwisata belum diterapkan secara eksplisit
mengidentifikasi dan memobilisasi aset yang di wilayah penelitian. Pendekatan bottom-up
ada, namun seringkali tidak dikenalinya. ABCD berpotensi untuk bekerja sama
Dengan demikian perlu adanya aksi dengan pengembangan pariwisata berbasis
menghadapi tantangan yang ada dan komunitas, jika bisa diaplikasikan dengan
menciptakan perbaikan sosial lokal dan strategi yang berhati-hati. Sulit untuk
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. mendukung lingkungan antagonis atau
Paradigma ABCD diusulkan oleh dalam setting di mana hirarki sosial
Lembaga Pengembangan Komunitas menurunkan nilai orang. Meskipun
Berbasis Aset di Northwestern University, demikian, ABCD bisa mendapatkan dari
Chicago, berdasarkan pemikiran ulang yang metode diproduksi oleh praktik
ekstensif mengenai pendekatan berbasis pengembangan partisipatif untuk penelitian
kebutuhan utama untuk pembangunan berbasis masyarakat (komunitas), dan dari
perkotaan dan pedesaan di Amerika Utara analisis dan pengembangan, dan terutama
(Kretzmann & McKnight, 1993). Ada 5 (lima) untuk pengembangan kapasitas eksekutif
aspek utama dalam paradigma ABCD, adalah (Chandra & Research Scholar, 2017).
Asset Based Approach, Deficit Based vs Asset Model ABCD telah muncul dari kritik
Based Comparison, Power of Associations, atas pendekatan berbasis kebutuhan
Principles for facilitating Asset Based (Mathie & Cunningham, 2014). Dimulai
Community Development dan Power of dengan memetakan sumber daya yang ada di
Associations. sebuah komunitas, karena berfokuskan pada
Wu & Pearce (2014) dalam studinya kapasitas, kekuatan, dan aset komunitas.
membahas salah satu komponen Kapasitas, asosiasi, dan institusi merupakan
pendekatan ABCD secara penuh, berfokus titik awal pendekatan ini. Oleh karena itu,
pada aset pariwisata sebagai prioritas untuk ABCD adalah strategi community
menciptakan ide baru bagi masa depan development yang terutama mengenali dan
komunitas pariwisata, menyadari bahwa memperkuat aset individu, asosiasi, dan

24 | a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t
Volume 1 No. 1 Mei 2018
p-ISSN: 2621-2765
e-ISSN: 2621-3532

institusi berdasarkan kebutuhan dari luar tidak penting. Namun, anggota


masyarakat. komunitas setempat harus dimobilisasi dan
ABCD dianggap fungsionalitas diberi tahu bagaimana sumber daya tersebut
karena mengandalkan empat komponen dapat dimanfaatkan secara efektif. Oleh
komplementer. Pertama, diasumsikan karenanya dengan hati-hati harus
bahwa orang memiliki kekuatan dan mengidentifikasi dan menggunakan banyak
kapasitas, penemuan yang merupakan kapasitas yang dimiliki komunitas
katalisator penting untuk diambil tindakan masyarakat lokal.
perubahan. Kedua, mempertimbangkan Pesantren sebagai suatu institusi
pentingnya asosiasi, jaringan, dan hubungan mempunyai perangkat baik yang bersifat
sosial dengan terkait dengan peluang material maupun immaterial. Keduanya
eksternal. Ketiga, menawarkan alat dan merupakan komponen peyangga eksistensi
metode untuk anggota masyarakat dalam pondok pesantren sebagai suatu lembaga
mengidentifikasi aset dan pendidikan, sosial dan agama. Disamping
menghubungkannya. Keempat, keduanya sebagai bagian integral suatu masyarakat,
berorientasi pada orang dan didorong oleh pesantren juga merupakan small community
warga dalam pendekatannya. (komunitas kecil) dengan sistem nilai yang
ABCD adalah strategi untuk khas, yang membedakan dengan lingkungan
pengembangan berbasis masyarakat yang sekitarnya. Abdurrahman Wahid
berkelanjutan. Ini berbeda dari Inisiatif Bank menyebutnya sebagai sub kultur. Sebagai
Dunia dalam Pengembangan Berbasis sub kultur, maka lingkungan pesantren
Masyarakat karena difokuskan pada terdapat 5 (lima) faktor utama sebagai
masyarakat mobilisasi daripada reformasi kreterianya (Harjanto, 1993). Pertama,
kelembagaan, meski ada potensi saling eksistensi pesantren sebagai sebuah
melengkapi. Di luar mobilisasi sebuah lembaga kehidupan yang menyimpang dari
komunitas tertentu, ABCD mengandung pola kehidupan umum di negeri ini. Kedua,
kaitan inisiatif berbasis masyarakat terdapat sejumlah penunjang yang menjadi
terhadap lingkungan makro dan tulang punggung kehidupan pesantren.
mempromosikan lingkungan kebijakan Ketiga, berlangsungnya proses
kondusif untuk inisiatif tersebut. pembentukan tata nilai tersendiri, lengkap
Penggunaan kebijakan dan dengan simbol-simbol khas. Keempat,
pendekatan ABCD memungkinkan adanya adanya daya tarik yang memungkinkannya
pembangunan dan partisipasi masyarakat sebagai alternatif bagi masyarakat
yang berkelanjutan. Sedangkan aset sekitarnya. Dan kelima, berkembangnya
masyarakat merupakan sesuatu yang amat proses simbosis mutualisme antara
penting, ini tidak berarti bahwa sumber daya pesantren dengan masyarakat sekitarnya.

a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t | 25
Volume 1 No. 1 Mei 2018
Djawahair, Abdillah Ubaidi

Secara umum Pesantren sejalan dengan konsep wisata halal yang


didefinisikan sebagai lembaga pendidikan sudah dikukuhkan dengan adanya nota
yang memiliki 5 (lima) elemen pokok, yaitu: kesepahaman antara Kemenparekraf dengan
(1) Pondok/Asrama: adalah tempat tinggal DSN-MUI No. 11/ KS. 001/W.PEK/2012 dan
bagi para santri. Pondok inilah yang menjadi No. B-459/DSN-MUI/XII/2012 tentang
ciri khas dan tradisi pondok pesantren dan Pengembangan dan Sosialisasi Pariwisata
membedakannya dengan sistem pendidikan Syariah.
lain yang berkembang di Indonesia; (2)
Pendekatan dan Metodologi
Masjid: merupakan tempat untuk mendidik
Pendekatan ABCD adalah seperangkat
para santri terutama dalam praktek seperti
metode yang digunakan untuk memobilisasi
shalat, pengajian kitab klasik, pengkaderan
anggota masyarakat, dalam hal ini
kyai, dan lain-lain; (3) Pengajaran kitab-
komunitas Pesantren (PP. Annur 2
kitab klasik: merupakan tujuan utama
Bululawang Kabupaten Malang) terkait visi
pendidikan di pondok pesantren; (4) Santri:
dan agenda rencana bersama membangun
merupakan sebutan untuk siswa/ murid
pesantren wisata. Meski tidak ada blue print
yang belajar di pondok pesantren; dan (5)
resmi, metode ini biasanya bisa meliputi
Kyai: merupakan pimpinan pondok
(Mathie & Cunningham, 2014): (a)
pesantren. Kata kyai sendiri adalah gelar
mengumpulkan cerita tentang keberhasilan
yang diberikan masyarakat kepada seorang
anggota komunitas dan menganalisis alasan
ahli agama Islam yang menjadi pimpinan
keberhasilan; (b) memetakan semua
pesantren dan mengajarkan kitab-kitab
kapasitas dan aset komunitas; (c)
klasik. (Dhofier, 1982).
mengorganisir kelompok inti; (d)
Inisiasi pesantren wisata diharapkan
membangun hubungan antar aset lokal
akan menjadi ikhtiar dalam memperkuat
untuk pemecahan masalah yang saling
kelima elemen tersebut. Pendekatan ABCD
menguntungkan di dalam komunitas; (e)
diharapkan dapat mengeksplorasi
mengadakan kelompok perencanaan yang
partisipasi maksimal dan berkelanjutan
representatif; dan (f) memanfaatkan
masing-masing elemen (asrama, masjid,
aktivitas, sumber daya, dan investasi dari
pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan
luar komunitas. Langkah-langkah ini
kyai) dalam mewujudkan cita pesantren
menjadi organizing, visioning, planning,
wisata di PP. Annur 2 Bululawang Kabupaten
implementing dan evaluating. Model
Malang. Ikhtiar dari pesantren wisata adalah
Konseptual ABCD ditunjukkan pada Gambar
konsepsi pengembangan pesantren sebagai
1.
destinasi wisata halal.Pengembangan
pesantren sebagai destinasi wisata halal

26 | a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t
Volume 1 No. 1 Mei 2018
p-ISSN: 2621-2765
e-ISSN: 2621-3532

An approach to • Asset over needs


community based • Association as a core asset
development
The Asset
Based For example:
Community A set of methods • Mapping assets
Development to mobilize community • Colecting success stories
Approach members • Building relationships
(ABCD) • Mobilizing the community
• Link to macro environment
A strategy of
• Supporting a policy
community-based
environment
development
Gambar 1. Model Konseptual ABCD oleh Mathie dan Cunningham (2004)
Pada tahap awal pendekatan ABCD adalah praktik pengakuan, mendokumentasikan,
memobilisasi masyarakat melalui dan memetakan aset. Pembentukan
penyelidikan apresiatif untuk kelompok yang bisa mengarahkan
mempromosikan perubahan positif (dalam pendekatan ABCD adalah satu langkah lebih
organisasi atau masyarakat) dengan fokus lanjut dan bisa dipecahkannya masalah
pada puncak pengalaman dan kesuksesan di masyarakat dengan membangun hubungan
masa lalu. Analisis melalui penyelidikan antar aset lokal. Pada fase terakhir ABCD,
apresiatif menjadi titik acuan untuk perwakilan kelompok inti harus
tindakan masyarakat ke depannya. memanfaatkan kegiatan, sumber daya, dan
Melakukan penyelidikan apresiatif adalah investasi dari luar masyarakat. Berikut
tentang menemukan energi untuk adalah tahapan pendekatan ABCD dalam
perubahan. Pada tahap kedua bentuk disajikan dalam Tabel 1.
pengembangan berbasis aset memerlukan
Tabel 1. Tahapan Pendekatan dan Metodologi
Tahapan Aktivitas Deskripsi
Pertama Mobilisasi Melakukan penyelidikan apresiatif adalah tentang
masyarakat menemukan energi untuk perubahan
Kedua pengembangan Pembentukan kelompok yang bisa mengarahkan
berbasis aset pendekatan ABCD adalah satu langkah lebih lanjut dan
bisa dipecahkannya masalah masyarakat dengan
membangun hubungan antar aset lokal.
Ketiga Perlibatan perwakilan kelompok inti harus memanfaatkan
masyarakat luat kegiatan, sumber daya, dan investasi dari luar
masyarakat

a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t | 27
Volume 1 No. 1 Mei 2018
Djawahair, Abdillah Ubaidi

mengakses informasi tambahan tentang aset


Implementasi Kegiatan dan Hasil
pesantren wisata yang diidentifikasi.
Implementasi Kegiatan
Informasi Profil Peserta FGD disajikan pada
1. Focus group discussion (FGD)
Tabel 2.
Kegiatan FGD diselenggarakan untuk

Tabel 2. Informasi Profil Peserta FGD


Jumlah
Group Entitas Komunitas Posisi/ Jabatan Durasi
Peserta
Pengasuh, Pengasuh
FGD-1 Kyai 7
utama
Pengurus,
Penaggungjawab seksi
FGD-2 Santri [Ustadz] 11
(TI, Kebersihan,
keamanan)
FGD-3 Santri Ketua Kamar 10
Penanggung jawab
FGD-4 Santri [Ustadz] 2
masjid
Masyarakat sekitar,
FGD-5 Eksternal pejabat terkait, alumni, 10 2 hari
wali santri

2. Questionnaire-Based Surveys ditugaskan untuk mempertimbangkan


Kuesioner diuji coba sebelum disebar. masalah apa pun yang menyangkut
Uji coba pengisian kuesioner diawalai perubahan dalam keterlibatan program
dengan pembentukan tim kecil yang terdiri pesantren wisata. Profil demografis
dari santri senior dan ketua kamar yang partisipan ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Profil Demografis Parsitispan
Statistik Frekuensi (N = 300) %
Profil Demografis
Gender Laki-laki 175 58,4
Perempuan 125 41,6
Educational Level SMP 150 50,0
SMA/ MA 75 25,0
Ma’had Ali 25 8,3
Salafiyah Wustho 25 8,3
Asatidz 25 8,3
Asal Daerah Kab. Malang 85 28,3
Kota Malang 75 25,0
Batu 60 20,0
Luar Malang Raya 80 26,7

28 | a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t
Volume 1 No. 1 Mei 2018
p-ISSN: 2621-2765
e-ISSN: 2621-3532

3. Seminar/Workshop Pelaksanaan Lifting Original Product


Seminar/workshop dilakukan untuk Pesantren Wisata
meyukseskan pelaksanaan bank sampah dan a) Pelaksanaan waktu program di setiap
tema pesantren wisata. Kegiatan workshop adanya event pondok pesantren;
Bank Sampah diikuti oleh 5 orang delegasi, b) Pelaksanaan di waktu hari libur santri;
untuk kerajinan recycle diikuti 25 orang Pemasaran Lifting Original Product
delegasi dan training desain diikuti 10 orang Pesantren Wisata menyasar kepada santri,
delegasi. Keseluruhan kegiatan tersebut wali santri dan alumni.
dilaksanakan masing-masing selama satu
hari kerja. 2. Bidang Kebersihan
Nama program adalah Trash Recycling
Hasil Kegiatan dan Pembelajaran dari Pesantren Wisata, yaitu suatu program yang
Implementasi Kegiatan bertujuan membantu PP. An-nur 2 Al-
Murtadlo agar terjaga kebersihannya dari
1. Bidang Wirausaha
sampah dan dapat menghasilkan karya daur
Nama program adalah Lifting Original
ulang dari sampah-sampah yang kiranya
Product Pesantren Wisata, yaitu sebuah
bisa dimanfaatkan kembali (daur ulang).
program yang bertujuan sebagai wadah
Langkah-langkah:
untuk produk-produk Pondok Pesantren An-
a) Trash Recycling Pesantren
nur 2 Al-Murtadlo seperti halnya buku,
WisataMengubah perilaku santri
kalender, sarung, dan berbagai macam
agar memiliki jiwa akan pentingnya
Merchandise yang lain agar terkumpul di
menjaga kebersihan lingkungan
satu tempat untuk mempermudah santri,
(pesantren wisata);
wali santri, alumni atau pengunjung untuk
b) Bisa memanfaatkan sampah menjadi
mendapatkannya. Sehingga menjadi sentra
sebuah karya;
oleh-oleh. Metode implementasi Lifting
c) Membentuk kepengurusan bank
Original Product Pesantren Wisata:
sampah;
a) Pengumpulan produk dan karya-
d) Menyusun mengkonsep struktur
karya pesantren;
dari program Bank sampah;
b) Peminjaman alat-alat dan fasilitas
e) Memberikan himbauan pada santri
penjualan;
akan larangan membuang sampah
c) Penyusunan jadwal pemasaran;
sembarangan dengan memasang
d) Aksi pemasaran produk khas
pamflet;
pesantren;
f) Melaksanakan sidak yang telah
e) Memanfaatkan event-event yang
terjadwal;
dapat meningkatkan pemasaran
produk pesantren.

a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t | 29
Volume 1 No. 1 Mei 2018
Djawahair, Abdillah Ubaidi

g) Mendaur ulang sampah yang dapat Minal Iman” yang artinya


di jadikan karya “kebersihan itu sebagian dari iman”
Pelaksanaan Trash Recycling Pesantren dan diharapkan dengan adanya
Wisata menyesuaikan dengan metode program ini, santri bisa bertambah
pelaksanaan, yaitu : iman nya dan juga kesehatnya.
a) Inspeksi mendadak dan waktunya
yaitu setelah dhuhur dan sore ketika 3. Bidang Supporting Program
santri-santri pergi untuk membeli Pesantren Wisata
makanan di kantin; Nama program ini adalah Supporting
b) Workshop kerajinan hand made dari Pesantren Wisata, yaitu program yang
sampah pada Senin, 19 Pebruari bertujuan untuk membantu Pondok
2018 dengan tujuan agar santri- Pesantren An-nur 2 Al-Murtadlo dalam
santri mampu membuat karya dari membangun Pesantren Wisata dengan
sampah dan untuk proses bentuk mural-mural di beberapa tembok
pembuatan karya ini dilaksanakan di agar terlihat lebih indah dan artistic.
waktu senggang para santri, Program ini mensupport sekaligus
sehingga tidak mengganggu pada mengkonsep beberapa program di pondok
kegiatan santri; pesantren wisata. Sesuai dengan nama
c) Rabu, 24 Pebruari 2018 struktur wisata, kami mengintregrasikan warna atau
kepungurusan bank sampah gambar dengan nuansa islami. Selain itu
diserahkan kepada LPBNU. mencoba mengkonsepkan beberapa
Sasaran program Trash Recycling Pesantren kegiatan didalam pondok yang dirasa
Wisata meliputi: kurang rapi khususnya pada bidang
a) Pondok pesantren An-Nur 2 Al- ekstrakurikuler. Harapannya mural serta
Murtadlo, agar menjadi pondok lebih gambar-gambar islami bisa menghibur para
bersih sehat dan indah, hal ini juga santri dan bisa membuat para wali santri
akan mengangkat tema yang saat ini nyaman dengan suasana pesantren wisata.
sedang diusung oleh pengasuh yaitu Agrnda Supporting Program Pesantren
pesantren wisata dan harapannya, Wisata:
ketika karya-karya dari sampah ini a) Pengumpulan santri santri yang
banyak di ciptakan oleh santri maka berbakat di bidang mural;
hal ini bisa menjadi contoh untuk b) Memberikan sedikit arahan
pesantren yang lain dalam mengenai mural’
mengkondisikan sampah yang ada; c) Mengkonsep mural yang akan di
b) Semua santri, sebagai bentuk lukis;
realisasi dari hadist “Annadhofatu

30 | a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t
Volume 1 No. 1 Mei 2018
p-ISSN: 2621-2765
e-ISSN: 2621-3532

d) Mencari tempat yang strategis perjalanan seseorang dibanding dengan


sebagai objek mural nanti; tempat lain yang dilalui selama perjalanan.
e) Melaksanakan aksi melukis pada Definisi destinasi wisata menurut Ricardson
objek yang telah di tentukan; dan Fluker (2004) “A significant place visited
f) Mendata kepengurusan on a trip, with some form of actual or
ekstrakulikuler; perceived boundary. The basic geographic
g) Mengkonsep struktur unit for the production of tourism statistics.”
ekstrakulikuler Dari pengertian ini pesantren bisa
Supporting Program Pesantren Wisata dikategorikan sebagai destinasi, karena
dalam pelaksanaannya, membagi waktunya signifiakannya waktu berkunjung saat orang
menjadi beberapa minggu: bermobilisasi dari suatu titik ke titik lain
a) Minggu pertama: Pendataan santri- (pesantren). Hanya selama ini destinasi yang
santri yang memiliki skill dimaksud bukan dalam rangka tourism, tapi
menggambar mural, mencari dana keperluan lainnya.
dari beberapa asatid yang antusias; Suatu destinasi yang dikunjungi,
b) Minggu kedua: Pembelian alat, cat wisatawan dipandang sebagai sosok
dan mendata serta mengkonsep konsumen sementara. Tentunya mereka
tempat yang akan digambar; akan mengeluarkan sejumlah uang untuk
c) Minggu ketiga: Penggambaran mural keperluan selama di lokasi dan ihwal yang
bernuansa islami; diperlukan untuk dibawa pulang. Tentunya
d) Minggu keempat: Penggambaran ini akan berdampak positif bagi
mural bernuansa islami. perekonomian, yaitu dampak pendapatan
Sasaran Supporting Program Pesantren masyarakat, kesempatan kerja, pendapatan
Wisata: pemerintah lokal dan multiplier effects
a) Santri-santri yang memiliki bakat lainnya.
dan minat dalam menggambar Kusdianto (1996), secara spesifik
tersalurkan; mengelompokkan destinasi wisata
b) Beberapa dinding pesantren yang berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut: (1)
memungkinkan untuk digambar Destinasi sumber daya alam, seperti iklim,
mural dengan tema islami, yang bisa pantai, hutan; (2) Destinasi sumber daya
menjadi spot selfi dan wisata budaya, seperti tempat bersejarah, museum,
edukasi. teater, dan masyarakat lokal; (3) Fasilitas
rekreasi, seperti taman hiburan, park
Pesantren wisata adalah sebuah buatan; (4) Even seperti pesta kesenian Bali,
destinasi, suatu tempat yang dikunjungi Pesta Danau Toba, Pasar Malam; (5)
dengan waktu yang signifikan selama Aktivitas spesifik, seperti Singapore Shoping

a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t | 31
Volume 1 No. 1 Mei 2018
Djawahair, Abdillah Ubaidi

Festival, Jakarta Shoping Festival, Surabaya pada area penelitian dengan memusatkan
Shoping Festival; (6) Daya tarik psikologis, perhatian pada hal baru dalam konteks
seperti wisata edukasi pesantren, pariwisata. Komunitas pesantren
petualangan, dan keterpencilan. diberdayakan untuk memetakan aset
Berbasis aset, terfokus secara pariwisata, pesantren wisata. Dari pemetaan
internal, dan berbasis hubungan, dan program kerja yang dilakukan
pendekatan ABCD telah dilakukan (wirausaha, kebersihan dan supporting
mendapatkan popularitas (Kretzmann & program), dihasilkan mapping tourism yang
McKnight, 1993). Pelajaran ini berkontribusi ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Edukasi

Pusat
Oleh- Museum
Oleh "Tourismen
Assets"
Pesantren
Wisata

Bank Spot
Sampah Selfie

Gambar 2. “Mapping Tourism Asset” Pesantren Wisata Annur 2 Al Murtadlo

Hasil Kegiatan
wisata Annur 2 Al Murtadlo, disajikan pada
Berikut hasil kegiatan yang dilakukan
Tabel 4.
dengan pendekatan ABCD pada pesantren
Tabel 4. Hasil Kegiatan Pendekatan ABCD di Pesantren Wisata Annur 2 Al Murtadlo
No. Bidang Detailing “Tourism Assets”
Kegiatan Pesantren Wisata
1. Wirausaha Lifting Original Product Pesantren Pusat Oleh-oleh,
Wisata, yaitu sebuah program yang Edukasi
bertujuan sebagai wadah untuk
produk-produk Pondok Pesantren An-
nur 2 Al-Murtadlo seperti halnya buku,
kalender, sarung, dan berbagai macam
Merchandise yang lain agar terkumpul
di satu tempat untuk mempermudah

32 | a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t
Volume 1 No. 1 Mei 2018
p-ISSN: 2621-2765
e-ISSN: 2621-3532

santri, wali santri, alumni atau


pengunjung untuk mendapatkannya.
Sehingga menjadi sentra oleh-oleh.
Metode implementasi Lifting Original
Product Pesantren Wisata

2. Kebersihan Trash Recycling Pesantren Wisata, Bank Sampah,


yaitu suatu program yang bertujuan Edukasi
membantu Pondok Pesantren An-nur
2 Al-Murtadlo agar terjaga
kebersihannya dari sampah dan dapat
menghasilkan karya daur ulang dari
sampah-sampah yang kiranya bisa
dimanfaatkan kembali (daur ulang).

3. Supporting Support untuk Pondok Pesantren An- Spot selfie, museum


Program nur 2 Al-Murtadlo dalam membangun
Pesantren Pesantren Wisata dengan bentuk
Wisata mural-mural di beberapa tembok agar
terlihat lebih indah dan artistic.
Program ini mensupport sekaligus
mengkonsep beberapa program di
pondok pesantren wisata. Sesuai
dengan nama wisata,
mengintregrasikan warna atau
gambar dengan nuansa islami.

sumber daya budaya, seperti tempat


Kesimpulan dan Saran
bersejarah, museum, edukasi dan
“Tourism Asset” Pesantren Wisata
masyarakat lokal/ komunitas pesantren; (2)
Annur 2 Al Murtadlo adalah: wisata edukasi,
Destinasi yang menonjolkan, seperti
museum, spot selfie, bank sampah; dan pusat
lanscape/ topografi yang khas, park buatan,
oleh-oleh. Dengan aset tesebut gagasan
spot selfi dan; (e) Destinasi even, pengajian
pesantren wisata Annur 2 Al Murtadlo
ahad pagi, ahad kliwon, haul pendiri
mempunyai keunggulan sebagai destinasi
pesantren, dan lain-lain.
wisata halal yang bercirikan: (1) Destinasi

Daftar Pustaka
Ansori, Yusak (2009). Tourism Board – Strategi Promosi Pariwisata Daerah, Surabaya: Putra
Media Nusantara
Chandra, P., & Research Scholar, R. (2017). Asset based community development in mountain
environs: a strategic application for sustainable community based tourism development
in the Jaunsar-Bawar region of Uttarakhand, India. African Journal of Hospitality, 6(3), 1–
11. Retrieved from www.ajhtl.com
Kretzmann, J. P., & McKnight, J. L. (1993). Introduction. Building Communities from the Inside

a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t | 33
Volume 1 No. 1 Mei 2018
Djawahair, Abdillah Ubaidi

Out: A Path Toward Finding and Mobilizing a Community’s Assets, 1–11.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Mathie, A., & Cunningham, G. (2014). From Clients to Citizens: Asset-Based Community
Development as a Strategy for community- Driven Development. Development in
Practice, 13(5), 474–486. https://doi.org/10.1108/eb046277
Pitana, IG dan Surya, DIK (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta: Penerbit Andi
Soekadijo, R.G. , Anatomi Pariwisata: Memahamai Pariwisata sebagai Systemic Lingkage,
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011
Suherlan, Ade (2015). Persepsi Masyarakat Jakarta Terhadap Islamic Tourism, The Journal of
Tauhidinomics Vol. 1 No. 1,
Wu, M. Y., & Pearce, P. L. (2014). Asset-based community development as applied to tourism
in Tibet. Tourism Geographies, 16(3), 438–456.
https://doi.org/10.1080/14616688.2013.824502

34 | a t - t a m k i n : J u r n a l P e n g a b d i a n k e p a d a M a s y a r a k a t
Volume 1 No. 1 Mei 2018

You might also like