97-Article Text-159-1-10-20191127

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

P E N E L I T I A N I LM I A H

EVALUASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN


ABSTRAK
MEDIA DALAM
Pulmonary tuberculosis is still a
MENURUNKAN PREVALENSI
serious health problem that needs to be
TUBERKULOSIS equipped with appropriate countermeasures
and accurate. The increase in cases and
DI BALAI PEMBERANTASAN
deaths caused by pulmonary tuberculosis,
DAN PENCEGAHAN among others, because it is not threated any
of them do not understand have been
PENYAKIT PARU
infected with the TB bacillus so that the
PAMEKASAN prevalence of tuberculosis is still quite high.
Therefore, the necessary handling seriously
through health education role that
communication education with intensive use
of media that will reduce the prevalence or
at least remain. In general. The purpose of
the study to evaluate the effectivesness oh
the use of media in reducing the prevalence
of tuberculosis. The study “evaluation of
ROLE RELATIONS OF THE FAMILY IN Effectiveness of Media in Reducing
Prevalence Of Tuberculosis in The Central
TREATING THE WOUND WITH THE SPEED Eradication and Prevention of Lung Disease
OF RECUPERATION OF THE SEAM Pamekasan “ use purposive sampling with
the snowball method. Sample research is
WOUND IN THE COMMUNITY HEALTH pulmonary tuberculosis patients treated in
CENTRE TAMBELANGAN THE BP4 much as 3 respondents. The results
showed three informants as respondents are
SUBDISTRICT TAMBELANGAN THE all in the first 2 months visiting tuberculosis
SAMPANG REGENCY drug taking as much as 8 times visit support
the availability of infrastructure, knowledge
of personel. Strategy, advocacy, resoueces
and funding are two inhibiting factors lack of
education and knowledge of the patients, the
lack of commitment oh health workers all of
the prevalence of tuberculosis as well as
visual media is the most effective in reducing
QURROTU AINI*) the prevalence of tuberculosis. Sugestions
for researchers to address the increasing
DINAWATI*) prevalence of lung integration across every
*)Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) sector and cross-sectoral programs to
develop internal networks and external
Ngudia Husada Madura networks.

Keyword : pulmonary Tuberculosis , media,


and effective
PENDAHULUAN

Di Indonesia penyakit TBC Paru karena cakupan tinggi tapi hasil pengobatan
masih merupakan masalah kesehatan yang rendah serta adanya kasus-kasus baru akibat
serius. Penyakit ini menular dengan cepat transisi demografi (Depkes RI, 2008).
pada orang yang rentan dan daya tahan Salah satu tujuan umum dari
tubuh yang lemah, diperkirakan seorang Millenium Development Goals(MDGs) dengan
penderita TBC aktif dapat menularkan basil target waktu untuk pencapaian tahun 2015
TBC kepada 10 orang disekitarnya. yaitu salah satunya penanganan terhadap
Peningkatan kasus dan kematian yang wabah penyakit. Wabah penyakit disini salah
disebabkan oleh TBC Paru antara lain karena satu diantaranya adalah penyakit TB Paru
tidak diobati, tidak mengerti telah terinfeksi yang perlu penangggulangan dengan strategi
basil TBC, angka cakupan yang rendah, juga yang tepat dan akurat, menurut badan
kesehatan dunia (WHO) Dari tabel diatas menunjukkan
penyakit TBC merupakan penyebab penyakit bahwa dari Th 2008 sampai dengan tahun
pembunuh peringkat ke-3 dunia setelah 2010 penemuan klien baru TB BTA Posisitf
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran (CDR) masih kurang dari target nasional yaitu
pernafasan pada semua kelompok usia dan 70% sehingga angka kesembuhan pun kurang
nomer satu dari golongan penyakit infeksi dari target nasional yaitu 85%
(Depkes RI, 2008). Tabel 1.3 Penemuan klien baru TB BTA (CDR)
Untuk menanggulangi penyakit TB Positif dan angka kesembuhan TB Paru (CR)
paru tersebut dan tujuan MDGs bisa tercapai di Kabupaten Pamekasan
maka diperlukan suatu penanganan secara NO TAHUN CDR CR
serius melalui peran pendidikan kesehatan 1 2008 81 % 75 %
yaitu pendekatan komunikasi dengan 2 2009 87 % 84 %
menggunakan media. Di beberapa Negara 3 2010 91 % 84 %
disebutkan bahwa pelaksanaan program Sumber : Dinas Kesehatan, Kabupaten
pendidikan kesehatan dengan menggunakan Pamekasan
media yang intensif akan menurunkan Dari tabel diatas menunjukkan
prevalensiTB Paru atau paling tidak bahwa di kabupaten Pamekasan dari tahun
prevalensinya relative tetap (Depkes RI, 2008 sampai dengan tahun 2010 penemuan
2008). klien baru TB BTA positif (CDR) sudah
Hasil survey prevalensi TB di melebihi dari target nasional 70% hanya angka
Indonesia tahun 2010 menunjukkan bahwa kesembuhannya (CR) masih kurang dari target
angka prevalensi TB BTA Positif secara nasional 85%.
nasional 107 per100.000 penduduk. Mengacu Tabel 1.4
pada hasil survey prevalensi tahun 2010 Angka kesembuhan dan angka DO TB Paru di
diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif BP4 Pamekasan
secara nasional 3-4% setiap tahunnya. NO TAHUN CR DO
Prevalensi TB Paru dapat dilihat dengan target 1 2008 45 % 43%
penanggulangan TB yaitu penemuan klien 2 2009 48 % 45%
baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari 3 2010 52 % 23%
perkiraan dan menyembuhkan 85% dari Sumber: BP4 Pamekasan, UPT Dinkes Prop
semua klien TB Paru. Serta angka dropout Jatim
<5% Dari tabel diatas menunjukkan
Tabel 1.1
bahwa di BP4 Pamekasan tahun 2008 sampai
Prevalensi TB BTA Positif di Indonesia Th. dengan tahun 2010 angka kesembuhan klien
2010 baru TB Paru BTA Positif masih rendah yaitu
NO WILAYAH PREVALENSI TB kurang dari target nasional 85%, dan angka
1 Sumatera 160 Per 100.000 Dropout yang masih tinggi > 5%.
penduduk Gambaran tabel diatas
2 Jawa dan 110 Per 100.000 menunjukkan bahwa Tuberkulosis cukup
Bali penduduk bermasalah dalam penyembuhannya dan
3 Indonesia 210 Per 100.000 angka Dropout yang masih tinggi. Masalah ini
Timur penduduk belum diulas secara spesifik sehingga
4 DIY dan Bali 68 Per 100.000 memberi gambaran bahwa penelitian ini
penduduk memiliki fenomena yang harus diselesaikan.
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Faktor-faktor yang menyebabkan
Indonesia tingginya prevalensi TB dipengaruhi oleh 2 hal
Dari tabel diatas menunjukkan di Jawa yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Timur didapatkan jumlah penderita lama dan Faktor internal diantaranya yaitu dari segi
baru BTA Positif sebanyak 110 dari 100.000 manusia penyebabnya pengetahuan yang
penduduk. rendah sehingga menimbulkan kurangnya
Tabel 1.2 pengetahuan dan pendidikan kesehatan
Penemuan klien baru TB BTA Positif (CDR) tentang TBC Paru, kurangnya nutrisi yang
dan angka kesembuhan TB Paru (CR) di Jawa dikonsumsi sehingga menyebabkan mallnutrisi
Timur dan penyakit yang menurunkan daya tahan
NO TAHUN CDR CR tubuh seseorang diantaranya penyakit DM dan
1 2008 50 % 75 % Immunosupresan. Dari faktor eksternal yaitu
2 2009 56 % 83 % dari segi luar tubuh manusia disebabkan
3 2010 65 % 84 % karena keadaan sosial ekonomi yang rendah
Sumber: Dinas Kesehatan, Propinsi Jawa dan kesehatan lingkungan yang jelek, tenaga
Timur penyuluh yang kurang bisa memotivasi klien
dan keluarga, sistem pencatatan dan pendengar, gaya bicara yang bervariasi,
pelaporan yang kurang akurat, media mengikutsertakan peserta dan selingilah
pendidikan yang kurang diterima oleh humor untuk menghidupkan suasana
masyarakat, advokasi dari pengambil (Notoatmodjo, 2010). Diharapkan dengan
keputusan tidak berjalan dan sumber dana dilakukan pendidikan kesehatan dengan
yang kurang (Depkes RI, 2008). menggunakan media maka akan muncul
Menurut peneliti faktor utama yang pemahaman dan perubahan sikap dan
menyebabkan masih tingginya prevalensi TB perilaku klien TB Paru sehingga dapat
karena media pendidikan yang kurang diterima menurunkan angka prevalensi Tuberkulosis.
oleh masyarakat. Masyarakat belum melihat, Dari masalah yang ada ini penulis berusaha
membaca dan mendengar apa itu meneliti evaluasi efektivitas penggunaan
Tuberkulosis dan penanggulangannya media dalam menurunkan prevalensi
sehingga hal ini membuat mereka kurang Tuberkulosis di BP4 Pamekasan.
mengetahui dan memahami tentang penyakit Tujuan akhir Dari penelitian ini
Tuberkulosis dan cara penanggulangannya. adalah Mengevaluasi efektivitas penggunaan
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh media dalam menurunkan prevalensi
peneliti didapatkan bahwa dari 10 orang klien Tuberkulosis.
Tuberkulosis yang berobat di BP4 Pamekasan
ada 4 orang yang pernah melihat dan
memperhatikan media tentang penyakit TB METODE PENELITIAN
dan penanggulangannya di poster, leaflet dan
mendengarkan di radio sedangkan selebihnya penelitian ini berbentuk deskriptif
6 orang tidak memperhatikan media dan tidak kualiotatif, yang diperkuat dengan adanya
tahu apa itu penyakit Tuberkulosis. interpretasi peneliti terhadap data yang
Dari faktor-faktor penyebab diatas diperoleh sebagai kreatifitas berpikir dalam
apabila tidak segera ditanggulangi akan memahami suatu gejala dari kata-kata dan
membawa dampak memperbanyak rantai tidakan prilaku melelui simbol simbol yang
penularan penyakit TB Paru karena kurangnya ada, peneliti menggunakan pendekatan teori
penemuan klien Tuberkulosis, meningkatnya system yaitu, input, proses dan out put.
angka kesakitan dan angka kematian TB Pengambilan data untuk penelitian ini
karena penatalaksanaan penyakit TB yang dilaksanakan mulai bulan Juni minggu
kurang akurat pemberiannya dan yang paling pertama samapi pada bulan Juli minggu
berbahaya akan menimbulkan MDR TB (Multi keempat 2011. Penelitian ini dilakukan di BP4
Drug Resistance) yaitu kekebalan ganda Pamekasan yaitu balai pemberantasan dan
kuman TB terhadap anti Tuberculosis (OAT) pencegahan penyakit paru Pamekasan.
karena kasus TB yang tidak berhasil
disembuhkan dan karena ketidak patuhan Data dalam penelitian ini bersumber
klien berobat sesuai jangka waktu yang telah pada responden dimana data tersebut
ditetapkan. diperoleh melalui pengamatan langsung
Salah satu cara untuk berupa wawancara dan tanya jawab kepada
meminimalisir angka prevalensi dilakukan pasien Tuberkulosis dan petugas pengelola
pendidikan kesehatan berupa promosi program Tuberkulosis berdasarkan sumber
kesehatan dengan menggunakan media untuk data dapat dikelompokkan menjadi data
menyampaikan informasi kesehatan sehingga Primer dan data Sekunder.
dapat mempermudah penerimaan pesan-
Analisis data dalam penelitian
pesan kesehatan bagi klien, keluarga dan
kualitatif, pada dasarnya dilakukan pada saat
msyarakat. Berdasarkan fungsinya sebagai
pengumpulan data . teknik analisis yang
penyalur pesan-pesan kesehatan media ini
digunkan diproses menjadi tiga langkah yaitu,
dibagi menjadi 3 yakni: media cetak, media
(1) melakukan reduksi data, yaitu
elektronik, dan media papan(Notoatmodjo,
penyeleksian data dengan melakukan
2010). Hal-hal yang perlu diperhatikan agar
penyederhanaan data dengan cara membuat
pesan dapat diterima ada 3 hal yaitu: 1).
konsep kerangka kerja, membuat kotak
Sasaran pendidikannya (untuk msyarakat
pengelompokan data, dan pertanyaan
yang buta huruf akan berbeda dengan
pertanyaan penelitian (instrumen). (2)
masyarakat yang telah berpendidikan) 2). Alat
penampilan data dengan cara memberikan
yang digunakan harus menarik, 3).
definisi (pemaknaan) dari ringkasan yang
Komunikatornya harus memperhatikan hal-hal
terstruktur dan sinopsis. (3) memberikan
senyum untuk menarik simpati, tunjukkan
kesimpulan dan verivikasi yang merupakan
perhatian bahwa hal yang dibicarakan
interpretasi peneliti dari gambaran pemaknaan
sangatlah penting, pandangan mata keseluruh
yang diperoleh dari data display (penampilan
data). Tentu saja kesimpulan dan verifikasi diperlukan peran media yang merupakan alat
melalui proses. pendukung untuk memberi pemahaman bagi
masyarakat agar prevalensi Tuberculosis
HASIL PENELITIAN dapat teratasi dengan baik. Pada dasarnya,
media merupakan antisipasi terhadap kondisi
Gambaran Efektifitas Penggunaan Media pelaksanaan program pemberantasan yang
Pendidikan Tuberkulosis walaupun selama ini sebagian besar telah
dijalankan. Prioritas ditujukan terhadap
Balai Pemberantasan dan peningkatan mutu pelaksanaan dan
Pencegahan Penyakit Paru (BP4) Pamekasan pelayanan, di samping penggunaan obat
merupakan UPT Dinas Kesehatan Propinsi yang rasional untuk memutuskan rantai
Jawa Timur yang melayani seluruh pasien di penularan serta mencegah meluasnya
wilayah Madura, maka dari hasil penelitian resistensi prevalensi tuberkulosis di
antara bulan Oktober-November didaptkan masyarakat.
132 orang yang didiagnose TB Paru. Namun Gambaran input layanan juga
yang diobati di BP4 Pamekasan sebanyak 5 ditekankan pada pengetahuan/pendidikan
orang sedangkan 127 orang dikirim ke pasien dan pengetahuan petugas. Dari hasil
puskesmas yang terdekat dengan pasien. penelitian, menunjukkan rata-rata mereka
yang berobat dan berkunjung ke BP4
Untuk meneliti gambaran efektifitas
Pamekasan 60% SD, 30% SMP, dan 10%
penggunaan media tuberkulosis peneliti
SMA/S1. Sedangkan petugas yang mengelola
menggunakan instrumen terdiri dari tiga aspek
program TBC sudah berpengalaman seperti
layanan meliputi input layanan, proses
yang dikemukakan oleh H. Moh. Kasih umur
layanan, dan output layanan.
39 tahun.
Input layanan yang meliputi “Pada dasarnya, saya bekerja di BP4
sarana/prasarana, pengetahuna baik dari Pamekasan selama 13 tahun, dan saya
petugas maupun pasien, strategi, dan sumber bertugas di bagian Poli Paru,. Saya telah
dana. Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa mendapatkan pelatihan TBC dan
sarana/prasarana yang digunakan dengan penanggulangannya dari Depkes Propinsi
media cetak, lembar balik, poster, bookflet, Jatim dan saat ini ditunjuk sebagai Wasor di
leaflet, media papan yaitu memasang baliho di BP4 Pamekasan. ( Wawancara 10 November
depan BP4 Pamekasan atau di sudut-sudut 2011).
kota. Seperti yang dikemukakan oleh informan Dengan demikian dapat dikatakan
yang bernama Sudahnan, bahwa media bahwa hambatan penting yang menyebabkan
sangat menunjang terhadap pemahaman kegagalan pengobatan TB Paru karena
tentang TBC. pendidikan yang rendah/ pengetahuan yang
rendah khususnya terhadap penyakit TBC dan
“Menurut saya Tuberkulosis adalah hygiene. Dari data terlihat pasien yang
penyakit paru yang membuat orang batuk- berkunjung ke BP4 Pamekasan 60% SD,
batuk sampai mengeluarkan darah yang sedangkan faktor pendukung suatu pesan
pengobatannya harus sampai enam bulan, dapat diterima salah satunya pengalaman dan
karena saya mengetahui TBC dari spanduk pengetahuan petugas kesehatan. Karena, bila
atau tulisan-tulisan besar yang dipajang di petugas kesehatan lebih menguasai materi
jalan-jalan. Selain itu, saya melihat dan dan ilmu tentang penyakit TBC maka ia akan
mendengar TBC dari iklan di TV, Radio.” lebih mudah menyampaikan permasalahan
(Wawancara 25 Oktober, 2011). tentang penyakit TBC kepada pasien dan
keluarganya.
Selanjutnya, hal senada diungkapkan Gambaran input layanan pada strategi
oleh seorang ibu rumah tangga yang bernama meliputi penyuluhan di dalam ruangan dan
Siti Halimah : penyuluhan di luar ruangan,. Adapun dari hasil
“Saya tahu tentang TBC dari radio, TV penelitian penyuluhan yang telah diadakan di
setiap hari. Menurut saya, penyakit TBC BP4 Pamekasan (1) Di dalam gedung : (a)
adalah penyakit batuk disertai darah, sesak Penyuluhan yang diberikan kepada pasien TB
dan harus berobat selama 6 bulan tidak boleh dan keluarganya yan dilakukan setiap hari di
putus. Saya tahu dari poster dan baliho besar poli TB dan pojok DOTS. (b) Koordinasi teknis
yang dipajang dipinggir jalan, begitupun pesan program penanggulangan TB dengan dokter
di rumah sakit paru BP4 Pamekasan.” Puskesmas se-Kabupaten Pamekasan juga
(Wawancara 10 November, 2011). kabupaten lainnya se-wilayah exkaresidenan
Dengan demikian dapat dikatakan Madura. (c) BP4 Pamekasan TB SMS and call
seiring perkembangan teknologi, maka center (2) Di luar gedung: (a) Talk show peran
PKK daalm program penanggulangan TB dan kesehatan berupa poster, sticker, spanduk, dll
pemilihan penyuluh TB PKK terbaik se- ke tiap UPT Dinkes Propinsi Jatim. Demikian
kecamatan Pademawu, Pamekasan. (b) pula Kepala BP4 Pamekasan setiap 3 bulan
Penyuluhan program penanggulangan TB bagi sekali mengadakan pertemuan koordinasi
pengurus kesehatan pondok pesantren dan dengan kepala puskesmas dan pengelola
lembaga pendidikan islam di Kabupaten program TB se-Kabupaten Pamekasan
Pamekasan sebanyak 50 peserta. membahas tentang evaluasi program TB di
Dengan demikian kalau mengarah tiap-tiap puskesmas dan BP Pamekasan serta
pada temuan penelitian ini, penyuluhan bisa apakah ada kendala dan pemecahan masalah
dilakukan dengan dua cara. Yaitu, penyuluhan dari kendala tersebut. Seperti yang
langsung dan tidak langsung. Penyuluhan dikemukakan oleh program TB di Kabupaten
langsung dapat dilakukan dengan perorangan yaitu Bapak Bambang
atau kelompok. Penyuluhan tidak langsung “Kami selaku pengelola program TB
dengan menggunakan media seperti: bahan berkomitmen bahwa TBC harus diberantas
cetak seperti leaflet, poster atau spanduk, tuntas sehingga penyakit TBC di Kabupaten
sedangkan bentuk media massa dapat berupa Pamekasan tidak merajalela dengan cara aktif
koran, majalah, radio, televisi dan poster. promotif case finding serta juga
Gambaran input layanan pada sumber memberdayakan masyarakat.” (Wawancara, 8
dana meliputi dana dari Dinas Kesehatan November 2011).
Propinsi Jatim dan dana dari operasional Dengan demikian jika pejabat
seperti diungkapkan oleh kepala BP4 keputusan dan petugas kesehatan mempunyai
Pamekasan dr. H. Farid Anwar, M.Kes : komitmen yang tinggi maka program
“ Dinas Kesehatan Propinsi Jatim penanggulangan TBC akan berjalan tentunya
melalui seksi PKRS langsung menyalurkan dengan penggunaan alat media.
media seperti leaflet, bookflet, lembar balik, Hanya saja ada sebagian petugas
poster, spanduk, dll tentang penyakit dan pengelola program di puskesmas yang tidak
penanggulangan TBC termasuk dana biaya berkomitmen dalam pencatatan dan pelaporan
penyelenggaraan PKRS dengan tujuan dengan alasan jarak seperti yang
masyarakat bisa dapat menerima dan dikemukakan oleh seorang petugas
mengetahui tentang penyakit TBC.” puskesmas, “Saya tidak perlu mengirimkan
(Wawancara 12 November 2011) surat balasan yang penting pasiennya sudah
Dari fakta di atas menunjukkan bahwa saya obati karena jarak puskesmas dan BP4
di BP4 Pamekasan sudah tersedia dana yang Jauh” (Wawancara, 10 November 2012)
cukup untuk memberikan informasi dan Gambaran proses pelayanan meliputi
pengetahuan tentang penyakit TBC dengan penyuluhan tidak langsung yaitu dengan
menggunakan media kepada pasien dan menggunakan media seperti bahan cetak,
masyarakat sehingga pesan kesehatan stiker, leaflet, poster, spanduk, elektronik
tersebut khususnya Tuberkulosis mudah dengan mempergunakan radio, tv, sedangkan
diterima dengan baik. media papan berupa baliho. Sedangkan
Proses layanan disini meliputi penyuluhan langsung dengan cara perorangan
advokasi, pendidikan kesehatan, dengan atau kelompok yang dilakukan setiap hari di
menggunakan media,kegiatan poli Tb dan pojok DOTS. Seperti yang telah
penanggulangan tuberkulosis. Berdasarkan dikemukakan oleh Bapak H. Moh. Kasih
hasil pengamatan di BP4 Pamekasan “Selama ini dalam memberikan
advokasi bertujuan untuk memperoleh penyuluhan kepada pasien dan keluarga saya
komitmen dan dukungan penentu kebijakan mempergunakan media bantu yaitu lembar
unsur terkait. Dalam hal ini adalah Kepala balik,leaflet, sehingga mereka cepat mengerti
Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kepala BP4 tentang apa yang saya suluhkan. Untuk talk
Pamekasan, petugas kesehatan/pengelola show nya dokter yang memberikan penjelasan
tuberkulosis di BP4 Pamekasan, dan di radio suara kerimata pamekasan”
pengelola program tuberkulosis di Kabupaten (Wawancara, 12 November 2012).
Pamekasan. Dengan demikian media pendidikan
Dari hasil pangamatan, Kepala Dinas kesehatan merupakan alat bantu pendidikan
Kesehatan Propinsi Jawa Timur melalui seksi dengan maksud sebagain saluran untuk
PKRS mengadakan pertemuan koordinasi menyampaikan informasi kepada masyarakat
antar UPT Dinkes Prop Jatim tiap 3 bulan sehingga pesan kesehatn mudah diterima
sekali yang membahas program PKRS di tiap dengan baik.
UPT dan pemberdayaan masyarakat. Selain Selanjutnya kegiatan penanggulangan
itu, Dinas Kesehatan Prop Jatim melalui seksi tuberkulosis itu ditujukan kepada pasien,
PKRS menyalurkan media pendidikan keluarga, dan masyarakat agar mereka
mengetahui tentang penyakit TBC kemudian Adapun output pelayanan dapat dilihat
mampu dan mau menanggulangi penyakit dalam pengamatan laporan tertulis dan dicatat
TBC tersebut. dalam bentuk matriks dan diisi untuk periode
tertentu seperti yang tercantum di bawah ini :
Tabel 5

Output pelayanan pemeriksaan tuberkulosis :

Has Minggu
Diagnos No. Jmlh
il Pengob
e Reg Kunjungan
lab
1 2 3 4 5 6 7 8

TB 1 289 OAT 1 7/1 14/10 21/10 28/10 4/11 11/11 18/11 25/11 8
TB/ DM 2 0 OAT 1 0 10/10 17/10 24/10 31/10 7/11 14/11 21/11 8
TB 3 177 OAT I 3/1 12/10 19/10 26/10 2/11 9/11 16/11 23/11 8
6 0
237 5/1
5 0
Dari matrik diatas peneliti hanya Jawa Timur dan dana operasional BP4
mempergunakan 3 orang sebagai sample dari Pamekasan
5 orang pasien TB Paru yang diobati di BP4
Pamekasan selama bulan Oktober-November Proses layanan meliputi advokasi
2011. dalam hal ini Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Dari ketiga informan di atas, ketiga- Jatim.Kepala BP4 PAmekasan, petugas
tiganya selama 2 bulan melakukan kunjungan kesehatan penanggulangan penyakit
rawat jalan di BP4 Pamekasan tiap minggu. tuberkulosis di BP4 Pamekasan maupun di
Jadi dalam 2 bulan mereka melakukan Dinkes kabupaten. Kedua, pendidikan
kunjungan 8 kali dan rutin mengambil dan kesehatan dengan menggunakan media cetak,
minum obat tuberkulosis media elektronik, dan media papan. Ketiga
Dari hasil diatas disimpulkan bahwa kegiatan penanggulangan tuberkulosis ini
untuk meneliti gambaran efektifitas ditujukan kepada pasien, keluarga, dan
penggunaan media tuberkulosis di BP4 masyarakat.
Pamekasan diperlukan instrumen yang
meliputi tiga aspek layanan meliputi input Output pelayanan dilihat dari jumlah
layanan,proses layanan,dan out put layanan.In kunjungan pasien untuk mengambil dan
put layanan meliputi sarana/prasarana berupa minum obat tuberkulosis dengan dilihat dari
media cetak (lembar pencatatan dan pelaporan. Dengan demikian
balik,poster,bookflet,leaflet), media elektronik untuk melihat efektifitas media pendidikan
(TV dan radio) dan media papan (baliho). Input kesehatan tergantung dari adanya input,
layanan ke dua yaitu pengetahuan/pendidikan proses layanan. Bila keduanya berjalan
baik dari petugas maupun dari pasien. dengan baik maka output layanan yang
Petugas yang mengelola program dihasilkan mencapai hasil yang maksimal.
penanggulangan Tuberkolusis ini sudah Seperti disebutkan dibeberapa Negara bahwa
berpengalaman dan bertugas selama 13 tahun pelaksanaan program pendidikan kesehatan
dan mendapatkan diklat penanggulangan dengan menggunakan media yan intensif akan
Tuberkolusis dari Dinkes Provinsi Jawa Timur, menurunkan prevalensi TB Paru atau
berijasah D3 Perawat. Sedangkan pasien prevelensinya relative tetap (Depkes RI, 2008)
yang berkunjung ke BP4 Pamekasan rata-rata
berpendidikan SD sebanyak 60%, SMP 30% Menurut penelitian para ahli, indera
dan SMA/S1 sebanyak 10%. Input layanan ke yang paling banyak menyalurkan
tiga yaitu srategi meliputi penyuluhan didalam pengetahuan kedalam otak adalah mata
gedung (dilakukan di Poli TB dan pertemuan kurang lebih 75% sampai 87%, pengetahuan
koordinasi antara BP4 dengan puskesmas), di manusia disalurkan oleh mata. Sedangkan
luar gedung dengan mengadakan talk show di 13% sampai 25% lainnya disalurkan melalui
radio, penyuluhan ke pondok pesantren dan indera yang lain (Notoatmodjo, 2003).
ibu-ibu PKK. Input layanan ke empat yaitu Mengingat sebagian besar pasien yang datang
sumber dana, jadi dana untuk PKRS diperoleh ke BP4 Pamekasan berasal dari kalangan
dari anggaran rutin Dinas Kesehatan Propinsi menengah kebawah dengan pendidikan dan
pengetahuan yang rendah, ketiga informan
berpendapat bahwa mereka lebih memilih ke puskesmas dan puskesmas wajib
media yang banyak gambar dengan sedikit memberikan laporan umpan balik kepada BP4
tulisan karena dengan media tersebut mereka Pamekasan. Dengan demikian pencatatan dan
cepat memahami pesan sehingga tertarik pelaporan sangat diperlukan untuk
untuk melakukan sesuatu. Jadi para ahli mengevaluasi keberhasilan program.
menyimpulkan bahwa alat-alat visual
mempermudah cara penyampaian dan Berdasarkan teori sistem seperti yang
penerimaan informasi. telah digunakan pada dasarnya pada
hambatan efektifitas media pendidikan
Faktor Yang Menghambat Efektifitas Media kesehatan terletak pada dua kelemahan yaitu
input dan proses layanan. Bahwa input
Ganbaran hambatan dalam input layanan sebanding lurus dengan proses
layanan dapat dilihat dari layanan. Dengan kata lain hasil output layanan
pendidikan/pengetahuan yang rendah optimal diperoleh dari adanya input layanan
khususnya terhadap penyakit tuberkulosis dan yang baik. Efektifitas media pendidikan
penanggulangannya. Seperti yang telah kesehatan tergantun dari adanya input dan
dikemukakan oleh seorang ibu rumah tangga proses layanan yang baik.
yang bernama Siti Halima
Faktor-faktor yang Mendukung Efektifitas
“Saya hanya lulusan SD Pak Dokter, Media
itupun tidak lulus. Jadi saya baru tahu
menderita penyakitTBC ini setelah diberi Faktor pendukung efektifitas media
penyuluhan oleh pak dokter, saya hanya pendidikan kesehatan pada dasarnya terletak
seorang tani, penghasilan saya hany cukup pada input layanan dan proses layanan. Pada
untuk dimakan, sehingga jika beli obat mahal input layanan sudah tersedianya sarana dan
saya tidak punya uang” (Wawancara, 12 prasarana yang memadai yaitu media cetak,
November 2012) media elektronik, dan media papan
diantaranya tersedianya lembar balik, leaflet,
Dengan pendidikan yang kurang poster, bookflet, tentang tuberkulosis untuk
menyebabkan seseorang tidak dapat untuk media cetak, media elektronik berupa screen,
men ingkatkan kemampuannya untuk LCD proyektor, note book. TV, DVD plater,
mencapai taraf hidup yang lebih baik yang soun system, tape, camera digital, media
sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. papan terpasang baliho di depan BP4
Demikian pula kemiskinan atau sosial ekonomi Pamekasan dan di pojok kota. Hal ini seperti
yang kurang mengharuskan mereka untuk yang dikemukakan oleh Wasor BP4
bekerja keras (secara fisik), sehingga kondisi Pamekasan.
ini mempersulit proses penyuluhan
tuberkulosis yang mereka derita. “ selama ini dalam upaya promosi
penanggulangan penyakit TBC saya
Sementara faktor penghambat dari memperguanakan media lembar balik, poster,
proses layanan yaitu advokasi dari pengelola leaflet, bookflet, radio supaya masyarakat
program tuberkulosis di puskesmas kabupaten mengetahui apa itu TBC dan
yaitu dalam hal pengiriman laporan umpan penanggulangannya.” (Wawancara, 10
balik pasien yang diobati di puskesmas. November 2011).
Seperti yang telah dikemukakan oleh
pengelola program TBC di Puskesmas Waru Demikian pula pada seorang pasien
yeng bernama Moh. Amin mengatakan
“Bukannya saya tidak mau
mengirimkan umpan balik tapi karena jarak “Dengan melihat poster dan baliho
antara Puskesmas Waru dengan BP4 tentang TBC masyarakat akan cepat
Pamekasan yang jauh sedangkan saya tidak mengetahui tentang penyakit TBC dan akan
ada dana transportasi untuk mengantarkan memeriksa penyakitnya ke Rumah sakit Paru”
umpan balik tersebut” (Wawancara, 17 (Wawancara, 12 Oktober 2011).
November 2012).
Faktor pendukung yang kedua yaitu
Sedangkan dari hasil kesepakatan pengetahuan dan keterangan petugas
dalam pertemuan koordinasi antara pengelola program tuberkulosis dan respon
puskesmas dan BP4 Pamekasan diputuskan dari pasien. Hal ini dilihat dari hasil wawancara
bahwa bila ada pasien yang dikirim ke dengan seorang petugas
puskesmas, BP4 Pamekasan wajib
memberikan surat pengantar/surat pengiriman
“Saya sudah bertugas di Poli Paru terletak pada input layanan berupa
lebih kurang dari 13 tahun menjadi tugas sarana/prasarana, pengetahuan, strategi, dan
penyuluh ini diperlukan pengetahuan yang dana. Sedangkan proses layanan tergantung
lebih dan kesabaran yang tinggi karena pasien dari advokasi dan penggunaan media
maunya cepat sembuh dan sepat pulang” pendidikan kesehatan.
(Wawancara, 7 November 2011).
Model Media yang Paling Efektif untuk
Sedangkan informan yang bernama Menyampaikan Pesan
Sudahnan mengatakan, “Pak dokter dan
petugas menjelaskan secara cermat dan sabar Media pendidikan kesehatan adalah
tentang penyakit TBC dan dengan dibantu alat bantu pendidikan yang dipergunakan
menggunakan pesan-pesan melalui bahasa sebagai saluran untuk menyampaikan
yang sederhana sehingga saya mudah informasi kesehatan. Dari hasil penelitian, di
memahami apa itu TBC’ (wawancara, 8 BP4 Pamekasan sudah menggunakan media
November 2011). cetak, elektronik, papan untuk mempermudah
penyampaian informasi tentang tuberkulosis.
Dengan demikian pesan dapat Seperti yang telah diungkapkan oleh
diterima dengan baik bila ada komunikator, Sudahnan
informan, dan alat bantu/media.
“Saya mngetahui tentang TBC dari spanduk
Sementara itu, faktor lainnya yaitu dan gambar tulisan besar yang treletak di
strategi yang digunakan dengan mengadakan pojok jalan-jalan kota. Selain itu, saya melihat
penyuluhan di dalam gedung dan di luar dan mendengar tentang tuberkulosis dari TV
gedung seperti yang telah dikemukakan oleh dan radio” ( Wawancara, 15 Oktober 2011)
Kepala BP4 Pamekasan“ Kita mengadakan
upaya kegiatan masyarakat berupa promosi
tentang BP4 sendiri dan penyuluhan tentang Hal senada diungkapkan oleh Siti Halima
TBC dan penanggulangannya. Contohnya “Media yang sangat cocok untuk saya adalah
dengan menggunakan penyuluhan PKK, poster dan baliho karena gambarnya besar-
pondok pesantren, dan lomba tentang besar dan sedikit tulisan” (Wawancara, 10
pemilihan penyuluh terbaik” (Wawancara,12 Oktober 2012)
November 2011)
Sedangkan Moh. Amin mengatakan
Strategi ini sangat akurat karena tepat “Dengan adanya brosur penyakit TBC yang
waktu, tepat sasaran, dan tepat guna. Tak diperoleh dari BP4 Pamekasan saya
kalah pentingnya faktor utama yaitu sumber memahami penyakit yang saya derita,
dana. Dana PKRS (Promosi Kesehatan ditambah dengan penjelasan dari keponakan
Rumah Sakit) diperoleh dari Dinas Kesehatan membacakan tulisan yang ada di brosur saya
Propinsi Jatim dan operasinal BP4 pun semakin paham” (Wawancara, 20 Oktober
Pamekasan itu sendiri sehingga dengan 2012).
adanya dana tersebut dapat tersedia sarana, Dengan demikian media yang paling
prasarana dan pertemuan koordinasi dapat efektif digunakan yakni dengan menggunakan
terlaksana dengan baik. media cetak, dan media papan karena
gambarnya yang menarik dengan tulisan yang
Pada proses layanan faktor sedikit contohnya poster, baliho, dan lembar
pendukung efektifitas media pendidikan yaitu balik. Media tersebut dapat membuat
advokasi para pengambil keputusan. Bila ketertarikan pasien untuk datang berkunjung
pengambil keputusan ini mempunyai ke BP4 Pamekasan. Mengingat kebanyakan
komitmen yang tinggi maka suatu program besar pasien yang datang ke BP4 berasal dari
akan berjalan sehingga keberhasilanlah yang kalangan menengah ke bawah dengan
akan tercapai. Seperti yang telah yang pendidikan dan pengetahuan yang masih
dikemukakan Wasor BP4 Pamekasan rendah.

“Saya akan berusaha memberantasan Kelemahan dan Kekuatan Efektifitas


penyakit TBC karena ini merupakan tanggung Penggunaan Media
jawab saya kepada masyarakat supaya Pulau
Madura bisa terbebas dari penyakit TBC’ Melihat kelemahan senagai faktor
(Wawancara, 17 November 2011) penghambat dan kekuatan sebagai faktor
pendukung menjadi sangat penting dilakukan
Dengan demikian pada dasarnya untuk memproyeksi pengembangan program.
pendukung efekifitas pendidikan, kesehatan Dengan melihat kondisi obyektif kelemahan
dan kekuatan yang selama ini dimiliki, akan seharusnya dikonsumsi secara rutin, juga
terlihat bagaimana ancaman yang akan terjadi karena kemiskinan mengharuskan mereka
bila kelemahan itu tidak segera dibenahi bekerja keras (secara fisik), sehingga kondisi
menjadi celah positif sebagai kekuatan dan ini mempersulit proses penyembuhan penyakit
faktor pendukung. TB Paru yang diderita (Yunus,dkk, 2002).

Begitu juga dengan memberdayakan Oleh karena itu,diperlukan strategi


apa yang menjadi kekuatan selama ini dan komunikasi untuk menciptakan sebuah
menjadikan sebagai faktor pendukung untuk pendekatan strategi Komunikasi merupakan
mencapai peluang ketercapaian efektifitas dan tahap perencanaan untuk menciptakan
hasil yang optimal. Analisis SWOT (Strength, sebuah pendekatan komunikasi dari sebuah
Weakness, Opportunities, Thteats) adalah informasi agar informasi tersebut tepat
istrumen perencanaan strategi untuk sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh
mengevaluasi sebuah program dan kegiatan penerimanya.Dalam hal merancang media
yang telah digunakan. Dengan mengguankan informasi tentang penyakit TBC ini, maka
kerangka kerja, kekuatan dan kelemahan, diperlukan suatu strategi komunikasi yang
kesempatan ekstrenal dan ancaman, ringan, mudah dimengerti dan jelas. Maka
instrumen ini meberikan cara yang sederhana materi informasi tersebut disampaikan dalam
untuk memperkirakana cara terbaik untuk bahasa Indonesia yang baku dan dapat
melaksanakan sebuah strategi. dimengerti.

Kekuatan dan kelemahan seperti yang Strategi komunikasi pada media


digambarkan dalam penjabaran evaluasi informasi ini adalah menyampaikan materi-
efektiftas penggunaan media dalam materi dengan komunikasi bersifat
menurunkan prevalensi tuberkulosis di BP4 informatif, efektif, dan efisien yang dapat
Pamekasan dalam bab hasil penelitian dan memberikan pengetahuan mengenai
pembahasan, sebetulnya ada beberapa celah penyakit TBC yang menular pada anak
positif yang dapat dikembangkan sebagai dengan bedasarkan materi-materi informasi
faktor pendukung. Pertama, peneliti melihat yang relevan.Agar tujuan tersebut tercapai
penggunaan media tidak efektif karena faktor maka, materi yang didalamnya terdapat
pengetahuan dan pendidikan dari pasien bahasa medis yang kurang dimengerti,
sehingga diperlukan adanya peran keluarga diubah menjadi kalimat-kalimat ringan yang
yang mendukung sebagai PMO (Pengawas dapat dimengerti semua golongan
Minum Obat) termasuk juga kepada petugas masyarakat. Semua materi informasi yang
untuk menyampaikan pesan-pesan TBC disampaikan dikemas dengan sederhana
dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. agar mudah dipahami oleh target.

Selain itu, faktor sosial ekonomi yang Kedua, diusahakan lebih banyak
rendah/kemiskinan mengharuskan mereka pertemuan koordinasi antar petugas pengelola
untuk bekerja keras sehingga hal ini program TB di puskesmas dan BP4
mempersulit penyuluhan tubekulosis. Seperti Pamekasan. Sehingga petugas puskesmas
yan dikemukakan oleh pendapat para ahli bisa memberikan umpan balik pasien yang
pendidikan yang rendah/ pengetahuan yang diobati di Puskesmas atas kiriman BP4
rendah, khususnya terhadap penyakit dan Pamekasan. Bila koordinasi ini terlaksanakan
hygiene. Dengan pengetahuan yang kurang dengan baik dimungkinkan akan menurunkan
penderita tidak menyadari bahwa prevalensi tuberkulosis. Selain itu, bila
penyembuhan penyakit dan kesehatan itu peretemuan koordinasi sering dilakukan
umumnya berpangkal dari penderita atau bilamana ada masalah-masalah akan dibuat
masyarakat itu sendiri. pengetahuan yang solusi pemecahannya. Seperti dipertegas
kurang menyebabkan sesorang tidak dapat dalam buku untuk memperoleh akses
meningkatkan kemampuannya untuk pelayanan DOTS yang bermutu mulai dari
mencapai taraf hidup yang baik yang sangat diagnosis, followup sampai akhir pengobatan
dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan dan menjamin keteraturan pengobatan pasien
(Yunus,dkk, 2002). supaya tidak putus obat diperlukan koordinasi
baik didalam UPK maupun diluar
Demikian pula tuberculosis adalah
UPK.(Depkes RI,2008) Jadi untuk
penyakit yang umumnya menyerang
menurunkan prevalensi tuberkulosis perlu
masyarakat dengan status miskin karena tidak
dikembengkan jejaring baik internal maupun
sanggup meningkatkan daya tahan tubuh,
eksternal.
makanan yang tidak mencukupi dan kurang
gizi, tidak sanggup membeli obat yang
Kekuatan efektifitas penggunaan tepat guna, advokasi dari pengambil
media tergantung dari pertama pengetahuan keputusan, dan sumber dana.
dan keterangan petugas pengelola program
TBC. Di BP4 petugas pengelola program TBC Faktor- faktor yang menghambat pesan
mempunyai pengalaman kerja 13 tahun dan kesehatan tidak cepat diterima yakni
berijasah D3 Perawat sehingga didalam pendidikan dan pengetahuan yang kurang dari
memberikan pesan kesehatan khusunya pasien dan kurangnya komitmen dari petugas
tentang penyakit TBC lebih menguasai pengelola program TBC kabupaten.
informan dan memerlukan kesabaran dan
ketelatenan. Kedua, isi pesan yang Media yang paling efektif digunakan
disampaikan petugas menarik, gaya bicara agar pesan kesahatan cepat diterima adalah
bervariasi, dan kadang-kadng diselingi dengan media visual karena media tersebut memuat
humor. Ketiga mempergunakan alat gambar yang menarik dengan tulisan yang
bantu/media dengan memakai leaflet,lembar sedikit. Contoh lembar balik, poster, dan
balik,bookflet. Keempat petugas BP4 baliho. Selain itu, media informan sebagai
mempergunakan strategi yang akurat dengan pengantar yang digunakan untuk
melihat pendidikan pasien, umur sehingga mengantarkan sebuah informasi yang berisi
diperlukan bahasa yang mudah dimengerti pengetahuann dan keterangan kepada
yang membuat pasien,keluarga dan penerima, lalu diproses secara intelektual oleh
masyarakat bisa tahu, mampu dan mau penerima menjadi sebuah pesan yang
berperilaku hidup sehat. Kelima, Advokasi dari dimengerti dan diingat oleh penerima. Hasil
pengambil keputusan dimulai dari tingkat atas penelitian ini menunjukkan, bahwa masyarakat
sampai dengan tingkat bawah berkometmen yang pendidikannya relative menengah ke
dalam program penanggulangan tuberculosis bawah mampu memahami dengan mudah
dengan mempergunakan DOTS. Seperti tentang TBC. Artinya, media sangat
dalam buku promosi kesehatan dan ilmu mempunyai pengaruh yang sangat besar
prilaku bahwa suatu pesan kesehatan cepat dalam menurunkan prevalensi Tuberkulosis.
diterima tergantung dari pengetahuan
komunikator, isi pesan, alat bantu dan strategi
yang digunakan (Notoatmodjo,2007) DAFTAR PUSTAKA
sehingga dapat disimpulkan bahwa
komunikasi dapat berhasil bila didalamya Arif Mansjoer, dkk.(2001). Kapita
terdapat pemberi pesan, penerima pesan dan Selekta Kedokteran Edisi ke 3 jilid 1. Jakarta :
media sebagai alat bantu. Media Aesculapius

KESIMPULAN Anderson .(2007). Buku Ajar


Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC
Seiring dengan perkembangan
teknologi, maka diperlukan media yang Anwar Jusuf, dkk.(2006). Standard
merupakan alat pendukung untuk memberi Internasional untuk Pelayanan Tuberkulosis.
pemahaman bagi masyarakat agar prevalensi Jakarta
Tuberculosis dapat teratasi dengan baik. Pada
Bungin, M. Burhan.(2007). Penelitian
dasarnya, media merupakan antisipasi
Kualitatif. Jakarta: Prenata Media Group
terhadap kondisi pelaksanaan program
pemberantasan yang walaupun selama ini Depkes RI.(2000). Pedoman Nasional
sebagian besar telah dijalankan. Prioritas Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta
ditujukan terhadap peningkatan mutu
pelaksanaan dan pelayanan, di samping Depkes RI.(2002). Pedoman Nasional
penggunaan obat yang rasional untuk Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta
memutuskan rantai penularan serta
mencegah meluasnya resistensi prevalensi Depkes RI.(2008). Pedoman Nasional
tuberkulosis di masyarakat. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta

Faktor-faktor yang mendukung pesan Moleong, Lexy J.(2001). Metodologi


kesehatan tentang TBC cepat diterima yaitu: Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
tersedianya sarana dan prasarana, Rosdakarya
pengetahuan dan keterangan petugas
pengelola program TBC mempergunakan alat Notoatmodjo, S.(2003). Pendidikan
bantu atau media menggunakan strategi yang dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
akurat, yaitu tepat waktu dan sasaran, serta Cipta
Notoatmodjo, S.(2005). Metodologi Wahit Iqbal Mubarok, SKM.(2005).
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Cipta CV Sagung Seto
Notoatmodjo, S.(2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Wahit Iqbal Mubaroq, SKM.(2009).
Rineka Cipta Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Notoatmodjo, S.(2010). Ilmu Perilaku Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nursalam, dkk.(2008). Pendidikan
Dalam Keperawatan . Jakarta: Salemba
Medika
Rosady Ruslan, SN.(2005).
Manajemen Public relations dan Media
Komunikasi. Jakarta :PT. Raja Grafindo
Persada
Saukah, dkk.(2007). Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas
Negeri Malang
Strauss, dkk.(2007). Dasar-dasar
Penelitian Kualitatif. Terjemahan. Muhammad
Shodiq dan Imam Mustaqin.(2003). Yoyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono, Dr. Prof,(2010). Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, Dr.Prof,.(2011). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sukmadinata,dkk.(2009). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sudarti Kresno, Dr.dra, (2000).
Aplikasi Metode Kualitatif Dalam Penelitian
Kesehatan.Jakarta:Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia

You might also like