Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Aplikasi

TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Teori Behavioristik


Pendidikan dan6 No.
Agama Islam Vol. Konstruktifistik
2 Nop 2016 dalam Kegiatan
Pembelajaran

Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran di


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

Achmad Pandu Setiawan a*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya
Mojokerto
*Koresponden penulis: akhmad.pandu@yahoo.com

Abstract
Behaviorism learning theory is oriented towards results that can be measured and
observed. Repetition and training used so that the desired behavior can become a
habit. The expected results of the implementation of this behavioristic theory is the
formation of a desired behavior. The desirable behavior gets positive reinforcement
and behavior that is not appropriate awarded the negative. Evaluation or assessment
based on observed behavior. In theory this learned professor was not much give a
lecture, but the brief instruction is followed by examples by themselves or through
simulation. The purpose of this paper is to describe the application of the theory
Behavioristic and konstruktifistik in learning activities at the School of Raden Wijaya
Tarbiyah Mojokerto. Behavioristic learning theory emphasizes the changes in
behavior as well as a result of the interaction between stimulus and response.
Learning is a process of behavioral changes as a result of the interaction between
stimulus and response. A person is considered to have learned if he could show
changes in behavior. Although learning theory tigkah behavior began to be
abandoned century, but collaborate on this theory with cognitive learning theory and
the theory of other learning is essential for creating a learning approach that is
appropriate and effective, because basically there is no single theory of learning that is
truly suited to creating a learning approaches and effective fit. especially with
constructivism learning model. The role of the faculty in constructivist learning very
demanding mastery of a broad and in-depth about the material taught. A broad and
deep knowledge allow a lecturer accept different views and ideas of students and also
makes it possible to indicate whether or not the idea of the road. Mastery of the
material allows a professor to understand all kinds of roads and the model to arrive at
a solution to the problem without fixed on one model.
Keywords: Behavioristik, Konstruktifistik , Teaching, Learning

A. Pendahuluan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu


Di awal abad 20 sampai sekarang ini pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk
teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran
dan banyak ahli psikologi yang baru lebih yang pas dan efektif, khususnya dengan model
mengembangkan teori belajar kognitif dengan pembelajaran konstruktivisme.
asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi Di dalam kelas konstruktivis, para
prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi mahasiswa diberdayakan oleh pengetahuannya
pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi
teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan strategi dan penyelesaian, debat antara satu
diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan lainnya, berfikir secara kritis tentang
dengan teori belajar kognitif dan teori belajar cara terbaik untuk menyelesaikan setiap
lainnya sangat penting untuk menciptakan masalah. Beberapa prinsip pembelajaran
pendekatan pembelajaran yang cocok dengan pendekatan konstruktivis
dan diantaranya bahwa

33 33
observasi dan mendengar aktivitas dan modul dan program-program pembelajaran lain
pembicaraan matematika mahasiswa adalah yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-
sumber yang kuat dan petunjuk untuk respon serta mementingkan faktor-faktor
mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara penguat (reinforcement), merupakan program
dimana pertumbuhan pengetahuan mahasiswa pembelajaran yang menerapkan teori
dapat dievaluasi. belajar yang dikemukakan Skiner.
Lebih jauh dikatakan bahwa dalam Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung
konstruktivis aktivitas mungkin diwujudkan teori behavioristik tidak menganjurkan
melalui tantangan masalah, kerja dalam digunakannya hukuman dalam kegiatan
kelompok kecil, dan diskusi kelas pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut
menggunakan apa yang ’biasa’ muncul dalam dengan penguat negatif (negative
materi kurikulum kelas ’biasa’. Dalam reinforcement) cenderung membatasi
konstruktivis proses pembelajaran senantiasa mahasiswa untuk berpikir dan berimajinasi.
”problem centered approach” dimana dosen
Menurut Guthrie hukuman memegang
dan mahasiswa terikat dalam pembicaraan
peranan penting dalam proses belajar.
yang memiliki makna. Beberapa ciri itulah yang
Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner
akan mendasari pembelajaran dengan
tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
pendekatan konstruktivis.
a. Pengaruh hukuman terhadap
B. Tujuan
Penulisan perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara.
Mendeskripsikan aplikasi teori behavioristik
dan konstruktifistik dalam kegiatan b. Dampak psikologis yang buruk mungkin
pembelajaran di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
Raden Wijaya Mojokerto terhukum) bila hukuman berlangsung
lama.
C. Pembahasan
c. Hukuman yang mendorong si
1. Penerapan Teori Behavioristik terhukum untuk mencari cara lain
dalam (meskipun salah dan buruk) agar ia
Kegiatan Pembelajaran terbebas dari hukuman. Dengan kata lain,
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar hukuman dapat mendorong si terhukum
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku melakukan hal-hal lain yang kadangkala
dimana reinforcement dan punishment menjadi lebih buruk daripada kesalahan yang
stimulus untuk merangsang mahasiswa dalam diperbuatnya.
berperilaku. Pendidik yang masih Skinner lebih percaya kepada apa yang
menggunakan kerangka behavioristik biasanya disebut sebagai penguat negatif. Penguat
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi negatif tidak sama dengan hukuman.
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon
Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun yang muncul berbeda dengan respon
secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang sudah ada, sedangkan penguat negatif
yang komplek (Paul, 1997). (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
Pandangan teori behavioristik telah cukup respon yang sama menjadi semakin kuat.
lama dianut oleh para pendidik. Namun dari Misalnya, seorang mahasiswa perlu dihukum
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang karena melakukan kesalahan. Jika mahasiswa
paling besar pengaruhnya terhadap tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka
perkembangan teori belajar behavioristik. hukuman harus ditambahkan.
Program-program pembelajaran seperti Aliran psikologi belajar yang sangat besar
Teaching Machine, Pembelajaran mempengaruhi arah pengembangan teori dan
berprogram,
praktek pendidikan dan pembelajaran
hingga
kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat
menekankan pada terbentuknya perilaku otomatis-mekanis dalam menghubungkan
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori stimulus dan respon sehingga terkesan
behavioristik dengan model hubungan stimulus seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya
responnya, mendudukkan orang yang belajar mahasiswa kurang mampu untuk
sebagai individu yang pasif. Respon atau berkembang sesuai dengan potensi yang ada
perilaku tertentu dengan menggunakan pada diri mereka.
metode drill atau pembiasaan semata.
2. Penerapan Teori Konstruktifistik
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
dalam
diberikan reinforcement dan akan menghilang
Kegiatan Pembelajaran
bila dikenai hukuman.
Teori belajar pada dasarnya merupakan
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan suatu teori yang menjelaskan bagaimana
pembelajaran tergantung dari beberapa hal mahasiswa-mahasiswa belajar, meliputi
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi kesiapan belajar, proses mental, dan apa
pelajaran, karakteristik mahasiswa, media dan yang dilakukan mahasiswa pada usia tertentu.
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak merupakan hasil bentukan sendiri, oleh
pada teori behavioristik memandang bahwa karenanya tidak ada transfer pengetahuan dari
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak seorang ke orang lain, sebab setiap orang
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan membangun pengetahuannya sendiri. Bahkan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan bila dosen ingin memberikan pengetahuan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah kepada mahasiswa, maka pemberian itu
memindahkan pengetahuan (transfer of diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh
knowledge) ke orang yang belajar atau mahasiswa sendiri melalui pengalamannya.
mahasiswa. Mahasiswa diharapkan akan Untuk terjadinya konstruksi pengetahuan ada
memiliki pemahaman yang sama terhadap beberapa kemampuan yang harus dimiliki
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang mahasiswa antara lain; kemampuan mengingat
dipahami oleh pengajar atau dosen itulah yang dan mengungkapkan kembali pengalaman,
harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006). kemampuan membandingkan, mengambil
Demikian halnya dalam proses belajar keputusan mengenai persamaan dan perbedaan,
mengajar, mahasiswa dianggap sebagai objek dan kemampuan untuk lebih menyukai
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan pengalaman yang satu dari pada yang lainnya.
penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para Inti dari konstruktivisme di atas berkaitan
pendidik mengembangkan kurikulum yang erat dengan beberapa teori belajar, yaitu; teori
terstruktur dengan menggunakan standart- perubahan konsep, teori belajar bermakna
standart tertentu dalam proses Ausubel, dan teori Skemata (Suparno, 1997:49).
pembelajaran yang harus dicapai oleh para Namun menurut peneliti pembelajaran
mahasiswa. Begitu juga dalam proses evaluasi konstruktivisme juga berkaitan dengan teori
belajar mahasiswa diukur hanya pada hal-hal belajar Bruner. Penjelasan dari masing-masing
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal teori tersebut adalah sebagai berikut.
yang bersifat unobservable kurang dijangkau
dalam proses evaluasi. a. Teori Perubahan
Konsep
Implikasi dari teori behavioristik dalam
Teori belajar perubahan konsep
proses pembelajaran dirasakan kurang
merupakan suatu teori belajar yang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi
menjelaskan adanya proses evolusi
mahasiswa untuk berkreasi, bereksperimentasi
pemahaman konsep mahasiswa dari
dan mengembangkan kemampuannya
mahasiswa yang sedang belajar. Pada
sendiri.
mulanya mahasiswa memahami sesuatu
melalui konsep secara spontan.
Pengertian
spontan merupakan pengertian yang tidak kenyataannya sang pasien menderita sakit
sempurna, bahkan belum sesuai dengan kangker sudah stadium 4 (kritis sekali),
konsep ilmiah, dan harus mengalami sudah
perubahan menuju pengertian yang logis dan ”amat kritis”. Seorang dokter ”bohong”
sistematis, yaitu pengertian ilmiah. Proses (tidak jujur) merupakan peristiwa anomali
penyempurnaan pemahaman itu berlangsung bagi peserta didik tertentu. Peristiwa-
melalui dua bentuk yaitu tanpa melalui peristiwa lain seperti itu akan menantang
perubahan yang besar dari pengertian peserta didik untuk lebih berpikir dan
spontan tadi (asimilasi), atau sangat perlu mempersoalkan mengapa pikiran awal
adanya perubahan yang radikal dari mereka tidak benar.
pengertian yang spontan menuju pengertian
Banyak pendidik budi pekerti, moral, nilai
yang ilmiah (akomodasi).
ataupun agama menggunakan data anomali
Agar terjadi perubahan konsep secara untuk memacu perubahan konsep pada
radikal/ akomodatif maka dibutuhkan peserta didik. Mereka menyediakan data-
keadaan dan syarat sebagai berikut: data, fakta-fakta dan peristiwa yang
1) Harus ada ketidakpuasan terhadap memberikan data berbeda dengan keyakinan
konsep yang telah ada. Peserta didik anak atau prediksi anak. Harus diakui bahwa
mengubah konsepnya jika mereka yakin data anomali kadang kala gagal mendorong
bahwa konsep mereka yang lama tidak perubahan konsep karena para ilmuan dan
dapat digunakan lagi untuk menelaah peserta didik kadang menemukan cara untuk
situasi, pengalaman, dan gejala yang baru. mengabaikan data-data atau fakta-fakta yang
berlawanan tersebut. Ada beberapa orang
2) Konsep yang baru harus dimengerti, bereaksi terhadap data anomali: (1)
rasional, dan dapat memecahkan mengabaikan dan menolaknya, (2)
persoalan atau fenomena yang baru. mengecualikan data itu dari teori yang telah
3) Konsep yang baru harus masuk akal, ada, (3) mengartikan kembali data itu, (4)
dapat memecahkan dan menjawab mengartikan kembali data itu dengan sedikit
persoalan yang terdahulu, dan juga perubahan, dan (5) menerima data itu serta
konsisten dengan teori-teori atau mengubah teori atau konsep sebelumnya.
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Teori perubahan konsep membedakan dua
4) Konsep baru harus berdaya guna bagi macam perubahan yaitu: restrukturisasi
perkembangan penelitian dan penemuan kuat (perubahan yang kuat) dan
yang baru (Suparno, 1997: 50-51). restrukturisasi lemah (perubahan yang
lemah). Perubahan yang kuat terjadi bila
Menurut kaum konstruktivis, salah satu
seseorang mengadakan akomodasi terhadap
penyebab terbesar ketidakpuasan terhadap
konsep yang telah ia punyai ketika
konsep lama adalah adanya peristiwa
berhadapan dengan fenomena yang baru.
anomali. Suatu peristiwa yang bertentangan
Perubahan yang lemah bila orang tersebut
dengan yang dipikirkan peserta didik. Suatu
hanya mengadakan asimilasi skema yang
peristiwa di mana peserta didik tidak dapat
lama ketika berhadapan dengan fenomena
mengasimilasikan pengetahuannya untuk
yang baru. Dengan dua perubahan itu
memahami fenomena yang baru. Misalnya,
pengetahuan manusia berkembang dan
bagi peserta didik yang berpikir
berubah. Untuk memungkinkan perubahan
bahwa
tersebut, diperlukan situasi anomali, yakni
”kejujuran” bersifat mutlak (berlaku objektif
suatu keadaan yang menciptakan
dan universal), akan menjadi bingung ketika
ketidakseimbangan dalam pikiran manusia
melihat seorang dokter ”berbohong”
atau yang menantang seseorang berpikir.
kepada pasiennya dengan mengatakan bahwa
penyakitnya ”agak serius”, Vygotsky (Kukla, 2003: 6-10; Fosnot (ed),
kendati 1996: 18) membedakan dua macam
konsep:
konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep
spontan diperoleh peserta didik dari tidak tepat. Dengan demikian, seorang
kehidupan sehari-hari dan konsep ilmiah pendidik dibantu untuk mengarahkan peserta
diperoleh dari pelajaran di sekolah. Kedua didik dalam pembentukan pengetahuan
konsep tersebut saling berhubungan terus- mereka yang lebih tepat. Teori perubahan
menerus. Apa yang dipelajari peserta didik di konsep sangat membantu karena mendorong
sekolah mempengaruhi perkembangan pendidik untuk menciptakan suasana dan
konsep yang diperoleh dalam kehidupan keadaan yang memungkinkan perubahan
sehari-hari dan sebaliknya. Perbedaan yang konsep yang kuat pada peserta didik
mencolok dari kedua konsep itu adalah ada sehingga pemahaman mereka lebih sesuai
atau tidak adanya sistem. Konsep spontan dengan pengertian ilmuan.
didasarkan pada kejadian khusus dan tidak
b. Teori Skema
merupakan bagian yang bertalian secara logis
dari suatu sistem pemikiran, sedangkan Jonassen menjelaskan bahwa skema
konsep ilmiah disajikan sebagai bagian dari adalah abstraksi mental seseorang yang
suatu sistem. Sehubungan dengan adanya digunakan untuk mengerti sesuatu hal,
dua konsep tersebut, dianjurkan agar menemukan jalan keluar, atau memecahkan
pendidik tidak menolak konsep spontan persoalan (galam Suparno, 1997:55). Menurut
peserta didik, tetapi membantunya agar teori skema, pengetahuan itu disimpan dalam
konsep itu diintegrasikan dengan konsep suatu paket informasi atau skema yang
yang ilmiah. Hal ini harus semakin disadari terdiri atas suatu set atribut yang
oleh pendidik bahwa konsep (spontan menjelaskan objek tersebut, maka dari itu
ataupun ilmiah) dalam diri seseorang terus membantu kita untuk mengenal objek atau
berkembang untuk semakin mendekati kejadian itu. Hubungan skema yang satu
pemahaman para ilmuan. dengan yang lain memberikan makna dan arti
kepada gagasan kita. Belajar menurut teori
Teori perubahan konsep cukup senada
skema adalah mengubah skema (Suparno,
dengan teori konstruktivisme dalam arti
1997:55). Lebih jauh ia menyatakan:
bahwa dalam proses pengetahuan seseorang
mengalami perubahan konsep. Pengetahuan Orang dapat membentuk skema baru dari
seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan suatu pengalaman baru. Orang dapat
merupakan proses berkembang yang terus menambah atribut baru dalam skemanya
menerus. Dalam perkembangan itu ada yang yang lama. Orang dapat melengkapi dan
mengalami perubahan besar dengan memperluas skema yang telah dimilikinya
mengubah konsep lama melalui akomodasi, dalam berhadapan dengan pengalaman,
ada pula yang hanya mengembangkan dan persoalan, dan juga pemikiran yang baru.
memperluas konsep yang sudah ada melalui Biasanya seseorang bila menghadapi
asimilasi. Proses perubahan terjadi bila si pengalaman baru yang tidak cocok dengan
peserta didik aktif berinteraksi dengan skema yang dimilikinya, ia akan mengubah
lingkungannya. skema lamanya. Dalam proses belajar
mahasiswa mengadakan perubahan
Konstruktivisme, yang menekankan
skemanya, baik dengan menambah atribut,
bahwa pengetahuan dibentuk oleh peserta
memperluas, memperhalus, ataupun
didik yang sedang belajar, dan teori
mengubah sama sekali skema lama
perubahan konsep, yang menjelaskan bahwa
peserta didik mengalami perubahan konsep Teori skema berpendapat bahwa
terus menerus, sangat berperanan dalam pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
menjelaskan mengapa seorang peserta didik informasi, atau skema, yang terdiri dari
bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konstruksi mental gagasan kita. Skema adalah
konsep yang ia pelajari. Konstruktivisme abstraksi mental seseorang yang digunakan
dapat membantu untuk mengerti untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan
bagaimana peserta didik membentuk keluar, ataupun memecahkan
pengetahuan yang persoalan.
Orang harus mengisi atribut skemanya menggunakan asimilasi dan akomodasi.
dengan informasi yang benar agar dapat Perbedaannya adalah bahwa teori skema
membentuk kerangka pemikiran yang benar. tidak menjelaskan proses pengetahuan, tetapi
Kerangka pemikiran inilah yang menurut lebih bagaimana pengetahuan manusia itu
Jonassen dkk.( Suparno,1997: 55), membentuk tersimpan dan tersusun.
pengetahuan struktural seseorang, di mana
Hal lain yang terkait dengan
pengetahuan struktural tersebut terdiri dari
konstruktivisme dan layak untuk diketahui,
skema-skema yang dipunyai dan hubungan
bahwa konstruktivisme sangat berbeda dan
antara skema-skema itu.
bahkan bertentangan dengan teori belajar
Bagaimana seseorang membentuk dan behaviorisme. Perbedaan antara kaum
mengubah skema, hal itu merupakan proses behavioris dan konstruktivis dalam hal
belajar. Orang dapat membentuk skema baru pengetahuan, belajar dan mengajar sebagai
dari suatu pengalaman baru. Orang dapat berikut.
melengkapi dan memperluas skema yang
1) Menurut kaum behavioris, pengetahuan itu
telah dipunyainya dalam berhadapan dengan
hasil pengumpulan pasif dari subjek dan
pengalaman, persoalan dan juga pemikiran
objek yang diperkuat oleh lingkungannya,
yang baru. Dalam proses belajar seseorang
sedangkan bagi kaum konstruktivis,
mengadakan perubahan-perubahan
pengetahuan itu adalah hasil kegiatan aktif
skemanya baik dengan menambah atribut,
peserta didik yang meneliti lingkungannya.
memperhalus, memperluas, ataupun
Bagi kaum behavioris, pengetahuan itu
mengubah sama sekali skema lama.
statis dan sudah jadi, sedang kagi kaum
Skemata adalah suatu jaringan hubungan konstruktivis, pengetahuan itu suatu proses
konsep-konsep. Jaringan itu menguraikan apa menjadi.
yang diketahui seseorang dan menyediakan
2) Mengajar, bagi kaum behavioris, adalah
dasar untuk mempelajari konsep-konsep
mengatur lingkungan agar dapat
baru, serta memperkembangkan dan
membantu peserta didik. Bagi kaum
mengubah jaringan yang telah ada.
konstruktivis, mengajar berarti partisipasi
Sementara itu pengetahuan struktural
dengan peserta didik dalam membentuk
seseorang, yang terdiri dari macam-macam
pengetahuan, membuat makna,
skemata dan hubungan antar skemata itu,
mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis,
didasarkan pada teori skema. Pengetahuan
mengadakan justifiksi. Jadi mengajar
struktural adalah pengetahuan akan
adalah suatu bentuk belajar sendiri,
bagaimana konsep-konsep dalam suatu
di mana “…teachers begin to construct an
domain saling terkait. Pengetahuan struktural
understanding of how knowledge
menjembatani perubahan dari pengetahuan
develops
deklaratif ke prosedural. Pengetahuan
” (Fosnot, 1989: 85).
deklaratif adalah pengetahuan yang
mengungkapkan suatu pengertian atau 3) Belajar menurut kaum behavioris adalah
kesadaran akan objek, kejadian atau ide. menerima pengetahuan, keterampilan dan
Dalam pengetahuan ini seseorang dapat sikap dari pendidik tanpa mengadakan
menjelaskan apa yang ia ketahui tetapi ia perubahan apa-apa. Setiap peserta didik
tidak menggunakan apa yang ia ketahui itu. mempunyai cara yang sama dalam
menerima pengetahuan, keterampilan dan
Menurut teori skema, seseorang belajar
sikap tertentu. Pendidik cukup
dengan mengadakan restrukturisasi atas
menciptakan satu cara pembelajaran untuk
skema yang ada, baik dengan menambah
semua peserta didik. Menurut kaum
maupun dengan mengganti skema itu. Ini
konstruktivis, peserta didik mempunyai
mirip dengan konstruktivisme Piaget
cara sendiri untuk mengerti, masing-
yang
masing mempunyai cara yang cocok
untuk
mengkonstruksi pengetahuannya yang asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep
kadang sangat berbeda dengan teman dan atau pengertian yang sudah dimiliki
pendidiknya. Maka pendidik perlu mahasiswa, dan keduanya mengasumsikan
menciptakan berbagai cara pembelajaran adanya keaktifan mahasiswa dalam belajar.
untuk membantu peserta didik yang
d.Teori Belajar Bruner
cara belajarnya memang berbeda-beda
pula (Suparno, 1997: 62-63). Menurut Bruner, “pembelajaran adalah
proses yang aktif dimana pelajar membina ide
Kaum behavioris memandang bahwa
baru berasaskan pengetahuan yang lampau”.
belajar merupakan sistem respon tingkah
Selanjutnya Bruner (Nur, 2000:10)
laku terhadap rangsangan fisik. Penganut
menyatakan bahwa “mengajarkan suatu
aliran ini berpendapat bahwa mendengarkan
bahan kajian kepada mahasiswa adalah untuk
dengan baik penjelasan pendidik atau terlibat
membuat mahasiswa berfikir untuk diri
dalam suatu pengalaman akan berakibat
mereka sendiri, dan turut mengambil bagian
peserta didik dapat mempunyai
dalam proses mendapatkan pengetahuan.
keterampilan tertentu sesuai dengan apa
Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu
yang didengarkannya. Keterampilan
produk”. Masih menurut Bruner
merupakan tujuan dari suatu tujuan
(Dahar,
pembelajaran. Peserta didik dipandang
1997:98) bahwa dalam
sebagai subjek yang pasif, membutuhkan
membangun
motivasi luar dan dipengaruhi oleh suatu
pengetahuan di dasarkan kepada dua asumsi
penguatan. Oleh sebab itu para pendidik
yaitu:asumsi pertama adalah perolehan
mengembangkan kurikulum yang terstruktur
pengetahuan merupakan suatu proses
baik dan menentukan bagaimana peserta
interaktif yaitu orang yang belajar akan
didik harus dimotivasi, dirangsang dan
berinteraksi dengan lingkungannya secara
dievaluasi. Kemajuan belajar peserta didik
aktif, perubahan tidak hanya terjadi
diukur dengan hasil yang dapat diamati.
dilingkungan tatapi juga dalam diri orang itu
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel sendiri.
David Ausubel (Dahar, 1989:112) terkenal Asumsi kedua adalah orang yang
dengan teori belajar bermakna (meaningful mengkonstruksi pengetahuannya dengan
learning). Belajar bermakna adalah suatu menghubungkan informasi yang masuk
proses belajar dimana informasi baru dengan informasi yang tersimpan yang
dihubungkan dengan struktur pengertian diperoleh sebelumnya. Menurut Bruner,
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses belajar terdapat tiga episode
belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar yang harus dilalui anak, yakni (1)
mencoba menghubungkan fenomena baru informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi.
kedalam struktur pengetahuan mereka. Ini
Dalam memandang proses belajar, Bruner
terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan
menekankan adanya pengaruh kebudayaan
konsep yang telah ada, yang akan
terhadap tingkah laku seseorang. Cara belajar
mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan
yang terbaik menurut Bruner adalah
struktur konsep yang telah dipunyai si pelajar
memahami konsep, arti, dan hubungan dan
(Suparno, 1997: 54).
sampai pada suatu kesimpulan. “Dengan
Kedekatan teori belajar bermakna Ausubel teorinya free discovery learning, Bruner
dengan konstruktivisme adalah keduanya mengatakan bahwa proses belajar akan
menekankan pentingnya mengasosiasikan berjalan dengan baik dan kreatif jika dosen
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta memberikan kesempatan kepada mahasiswa
baru kedalam sistem pengertian yang telah untuk menemukan suatu konsep, teori,
dimiliki, keduanya menekankan aturan, atau pemahaman melalui contoh-
pentingnya contoh yang dijumpai dalam kehidupannya”
(Budiningsih, 2005:43).
Garis besar pemikiran filsafat
konstruktivisme (Suparno, 1997: 49) yang
3. Permasalahan yang muncul
diambil manfaatnya untuk proses belajar
berkenaan dengan penerapan Teori
peserta didik adalah sebagai berikut.
Behavioristik dan Teori Konstruktifistik
berikut cara penyelesaiannya 1) Pengetahuan dibangun oleh peserta
didik sendiri, baik secara personal
a. Pengembangan tingkah laku Belajar
(Teori maupun secara sosial;
Behavioristik) 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari
Di samping penggunaan reinforcement pendidik ke peserta didik, kecuali hanya
untuk memperkuat tingkah laku, ada dua dengan keaktifan peserta didik sendiri
metode lain yang penting untuk untuk menalar,
mengembangkan pola tingkah laku baru 3) Peserta didik aktif mengkontruksi
yakni shaping dan modelling. terus menerus, sehingga selalu terjadi
Frazier dalam (Sri Esti,2006: 139) perubahan konsep menuju ke konsep yang
menyampaikan penggunaan shaping untuk lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan
memperbaiki tingkah laku belajar. Ia konsep ilmiah,
mengemukakan lima langkah perbaikan 4) Pendidik sekadar membantu menyediakan
tingkah laku belajar murid antara lain: sarana dan situasi agar proses konstruksi
peserta didik berjalan mulus.
a) Datang di kelas pada waktunya.
4. Pengendalian atau Perbaikan
b) Berpartisipasi dalam belajar dan
Tingkah Laku berkaitan dengan aplikasi
merespon dosen.
Teori Behavioristik
c) Menunjukkan hasil-hasil tes dengan
a. Memperkuat Tingkah Laku Bersaing
baik. d) Mengerjakan pokerjaan rumah.
Dalam usaha merubah tingkah laku yang
e) Penyempurnaan. tak diinginkan diadakan penguatan tingkah
Clarizio (1981) memberi contoh bagus laku yang diinginkan misalnya dengan
tentang bagaimana dosen menggunakan kegiatan-kegiatan kerjasama, membaca dan
modelling untuk mengembangkan minat bekerja di satu meja untuk mengatasi
murid-murid terhadap literatur bahasa kelakuan-kelakuan menentang, melamun, dan
Inggris. la memberi contoh membaca buku hilir mudik. Contohnya, sekelompok
bahasa Inggris kadang-kadang tertawa mahasiswa yang memperlihatkan tingkah
terbahak-bahak, tersenyum,mengerutkan dahi laku yang tidak diinginkan, yaitu menarik
dan sebagainya, untuk membangkitkan minat rambut, mengabaikan perintah dosen,
anak terhadap buku itu. Modelling bisa berkelahi, berjalan sekeliling kelas. Sesudah
diterapkan di sekolah dengan mengambil menerapkan aturan-aturan kelas kepada
dosen maupun orang lain atau anak lain yang mahasiswa, dosen melupakan atau
sebaya sebagai model dari suatu tingkah mengabaikan tingkah laku mahasiswa yang
laku, mungkin pelajaran Bahasa dan lain-lain. mengacau dan memuji tingkah laku
Berkaitan dengan pengajaran keterampilan mahasiswa yang memberi kesempatan dosen
motorik dan akademis, misal mahasiswa untuk mengajar. Dalam beberapa waktu,
diajak ke suatu tempat di mana terdapat social reinforcement untuk tingkah laku yang
sesuatu yang bisa ditiru oleh anak atau tepat mengurangi tingkah laku yang tidak
menghadirkan model tersebut ke dalam diinginkan.
kelas/sekolah. b. Ekstinksi
b. Pengembangan tingkah laku Belajar Ekstinksi ialah proses di mana suatu
(Teori operant yang telah terbentuk tidak
Konstruktif) mendapat
reinforcement lagi. Ekstinksi dilakukan yang mesti dilakukan oleh murid. Bukti
dengan membuat/meniadakan peristiwa- menunjukkan, bahwa hukuman atas kelakuan
peristiwa penguat tingkah laku. Ekstinksi murid yang tak pantas lebih efektif daripada
dapat dipakai bersama-sama dengan metode tidak menghukum. Ada dua bentuk
lain seperti “modelling dan social hukuman:
reinforcement”. Misalnya, Ana salah seorang
(1) Pemberian stimulus derita,
siswi kelas tiga yang selalu mengacungkan
misalnya:
tangan ketika dosen meminta para
bentakan, cemoohan, atau
mahasiswa untuk menjawab pertanyaan. ancaman.
Tetapi dosen tidak memberikan perhatian
pada Ana yang ingin menjawab pertanyaan (2) Pembatalan perlakuan positif, misalnya:
dosennya tersebut. Suatu ketika Ana tidak mengambil kembali suatu mainan atau
mau lagi mengacungkan tangan ketika dosen mencegah anak untuk bermain-main bersama
meminta para mahasiswa untuk menjawab teman-temannya.
pertanyannya meskipun ia bisa
menjawabnya.
5. Pengendalian atau Perbaikan
Ekstinksi berlangsung terutama jika Tingkah Laku berkaitan dengan aplikasi
reinforcement adalah perhatian. Apabila Teori Konstruktifistik
murid memperhatikan ke sana ke mari, maka
Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar
perubahan interaksi dosen akan
adalah kegiatan yang aktif, di mana
menghentikan tingkah laku murid tersebut.
peserta didik membangun sendiri
c. Satiasi pengetahuan, keterampilan dan tingkah
Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh lakunya. Peserta didik mencari arti sendiri
seseorang melakukan perbuatan berulang- dari yang mereka pelajari. Peserta didik
ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. sendiri lah yang bertanggung jawab terhadap
Contoh: seorang ayah yang memergoki anak hasil belajarnya. Mereka sendiri yang
kecilnya merokok menyuruh anak merokok membuat penalaran dengan apa yang
sampai habis satu pak sehingga anak itu dipelajarinya, dengan cara mencari makna,
bosan. membandingkan dengan apa yang telah ia
ketahui dengan pengalaman dan situasi baru.
d. Perubahan Lingkungan Stimuli
Belajar adalah lebih merupakan suatu
Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan proses untuk menemukan sesuatu, daripada
oleh perubahan kondisi stimuli yang suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu
mempengaruhi tingkah laku itu. Jika suatu (Fosnot, 1989: 20). Belajar bukanlah suatu
tugas yang sulit mengecewakan murid, maka kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi
dosen dapat mengganti dengan tugas yang suatu proses pemikiran yang berkembang
kurang begitu sulit. Jika di kelas ada dua dengan membuat kerangka pengertian yang
orang murid yang melamun, dosen dapat baru. Peserta didik harus mempunyai
menghampiri atau duduk di dekat mereka. pengalaman dengan membuat hipotesis,
e. Hukuman prediksi, mengetes hipotesis, memanipulasi
objek, memecahkan persoalan, mencari
Untuk memperbaiki tingkah laku,
jawaban, meneliti, berdialog, mengadakan
hukuman hendaknya diterapkan di kelas
refleksi, mengungkapkan pertanyaan,
dengan bijaksana. Hukuman dapat mengatasi
mengekspresikan gagasan, dan lain
tingkah laku yang tak diinginkan dalam
sebagainya untuk membentuk konstruksi
waktu singkat, untuk itu perlu disertai
pengetahuan yang baru. roses belajar itu
dengan reinforcement. Hukuman
antara lain bercirikan sebagai berikut.
menunjukkan apa yang tak boleh
dilakukan murid, sedangkan reward 1) Belajar berarti membentuk makna.
menunjukkan apa Proses pembentukan makna ini
berdasarkan
pengetahuan yang sudah dimiliki untuk mengerti sendiri. Maka penting bahwa
sebelumnya melalui interaksi langsung setiap peserta didik mengerti kekhasan,
dengan objek. Makna diciptakan oleh keunggulan dan kelemahannya dalam
peserta didik dari apa yang mereka lihat, mengerti sesuatu. Mereka perlu
dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti menemukan cara belajar yang tepat bagi diri
itu dipengaruhi oleh pengertian yang sendiri. Setiap peserta didik mempunyai cara
telah ia punyai. yang cocok untuk mengkonstruksi
2) Konstruksi terjadi lewat asimilasi dan atau pengetahuannya yang kadang-kadang sangat
akomodasi. Setiap kali berhadapan dengan berbeda dengan teman-temannya yang lain.
fenomena atau persoalan yang baru, Dalam kerangka ini, sangat penting bahwa
diadakan asimilasi dan atau akomodasi. peserta didik dimungkinan untuk mencoba
bermacam- macam cara belajar yang cocok
3) Belajar bukanlah kegiatan bagi dirinya, begitu juga penting bagi
mengumpulkan fakta, melainkan lebih pendidik menciptakan bermacam-macam cara
suatu pengembangan pemikiran dengan belajar yang cocok untuk peserta didiknya.
membuat pengertian (konsep) yang baru. Pendidik juga perlu menciptakan bermacam-
Proses belajar adalah proses macam situasi dan metode pembelajaran yang
pengembangan pemahaman atau membantu peserta didik. Satu model
pemikiran dengan membuat pemahaman belajar dan mengajar tidak akan membantu
yang baru. Belajar itu meredifinisi banyak bagi peserta didik yang begitu
pengetahuan, konsep lama menjadi majemuk.
pengertian ataupun konsep yang baru.
Belajar bukanlah hasil perkembangan, Di dalam kelas, sering kali peserta
melainkan merupakan perkembangan itu didik sudah membawa konsep yang
sendiri, suatu perkembangan yang bermacam- macam sebelum pelajaran formal
menuntut penemuan dan pengaturan dimulai. Inilah pengetahuan dasar mereka
kembali pemikiran seseorang. untuk dapat dikembangkan menjadi
pengetahuan yang baru. Mereka juga
4) Hasil belajar yang sebenarnya terjadi pada membawa perbedaan tingkat intelektual,
waktu skema seseorang dalam keraguan personal, sosial, emosional, kultural ketika
yang merangsang pemikirannya lebih masuk ruang pelajaran. Ini semua
lanjut. Situasi ketidak seimbangan mempengaruhi pemahaman mereka. Latar
(disequilibrium) adalah situasi yang baik belakang dan pengertian awal yang dibawa
untuk memacu belajar. peserta didik sangat penting dimengerti oleh
5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pendidik agar dapat membantu memajukan
peserta didik dengan dunia fisik dan dan memperkembangkannya sesuai dengan
lingkungannya. pengetahuan yang lebih sempurna.

6) Belajar akan bermakna jika terjadi melalui Karena pengetahuan dibentuk baik secara
refleksi dan memecahkan konflik kognitif individual maupun sosial, maka
dan menggugat pengetahuan lamanya kesempatan untuk belajar kelompok,
yang kurang sempurna. diskusi, cooperative learning dapat
dikembangkan. Menurut Glasersfeld, dalam
7) Hasil belajar seseorang tergantung pada
belajar kelompok (Suparno,1997:63), peserta
apa yang telah diketahui si peserta didik:
didik yang mengerjakan suatu persoalan
konsep-konsep, nilai-nilai, tujuan, sikap
secara bersama- sama, harus mengungkapkan
dan motivasi yang mempengaruhi
bagaimana melihat persoalan tersebut dan
interaksi dengan bahan yang dipelajari
apa yang ingin mereka buat dengan
(Fosnot, 1989:
persoalan itu. Inilah salah satu cara
19-20;34-40).
menciptakan refleksi, yang menuntut
Setiap peserta didik mempunyai kesadaran akan apa yang sedang dipikirkan
cara dan sedang dibuat. Selanjutnya hal
tersebut akan memberikan kesempatan pembelajaran adalah bahwa pendidik
kepada seseorang untuk secara aktif tidak dapat secara langsung memberikan
membuat abstraksi. Bagi peserta didik, informasi, melainkan proses belajar hanya
menjelaskan sesuatu kepada kawan-kawan akan terjadi bila peserta didik berhadapan
dapat membantu untuk melihat sesuatu langsung dengan realitas atau objek
lebih jelas terutama inkonsistensi pandangan tertentu. Pengetahuan diperoleh oleh
mereka sendiri. Seseorang yang diberi peserta didik atas dasar proses
kesempatan untuk menjelaskan bahan pada transformasi struktur kognitif tersebut.
seluruh kelas, biasanya terpacu untuk belajar Dengan demikian tugas pendidik dalam
lebih sungguh- sungguh. proses pembelajaran adalah
Konstruktivisme sosial menekankan menyediakan objek pengetahuan secara
bahwa belajar menyangkut dimasukkannya konkret, mengajukan pertanyaan-
seseorang dalam suatu dunia simbolik atau pertanyaan sesuai dengan pengalaman
konsep. Pengetahuan dikonstruksi bila peserta didik atau memberikan
seseorang terlibat secara sosial dalam pengalaman-pengalaman hidup konkret
dialog dan aktif dengan percobaan, diskusi (nilai-nilai, tingkah laku, sikap, dll) untuk
kelompok dan tukar pengalaman. Belajar juga dijadikan objek pemaknaan.
merupakan proses di mana seseorang b. Kaum konstruktivis berpendapat bahwa
dimasukan dalam suatu kultur orang-orang pengetahuan dibentuk dalam diri individu
terdidik. Dalam hal ini peserta didik tidak atas dasar struktur kognitif yang telah
hanya perlu akses ke pengalaman fisik, tetapi dimilikinya, hal ini berimplikasi pada
juga pada konsep-konsep dan model proses belajar yang menekankan aktivitas
dari ilmu pengetahuan yang telah ada. personal peserta didik. Agar proses belajar
Maka peran pendidik di sini penting, karena dapat berjalan lancar maka pendidik
mereka menyediakan kesempatan yang dituntut untuk mengenali secara cermat
cocok dan juga prasarana masyarakat ilmiah tingkat perkembangan kognitif peserta
bagi peserta didik. Dalam konteks ini, didik. Atas dasar pemahamannya
kegiatan-kegiatan yang memungkinkan para pendidik merancang pengalaman belajar
peserta didik berdialog dan berinteraksi yang dapat merangsang struktur kognitif
dengan para ahli, dengan lembaga-lembaga anak untuk berpikir, berinteraksi
penelitian, dengan sejarah penemuan ilmiah, membentuk pengetahuan yang baru.
dengan masyarakat pengguna hasil ilmiah Pengalaman yang disajikan tidak boleh
akan sangat membantu dan merangsang terlalu jauh dari pengetahuan peserta
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka. didik tetapi juga jangan sama seperti yang
6. Implikasi Konstruktivisme telah dimilikinya. Pengalaman sedapat
terhadap mungkin berada di ambang batas antara
Proses Pembelajaran pengetahuan yang sudah diketahui dan
pengetahuan yang belum diketahui
Ada sejumlah implikasi yang relevan
(Mukminan,dkk., 1998: 44; Fosnot
terhadap proses pembelajaran berdasarkan
(ed),
pemikiran konstruktivisme personal dan
1996: 18-20) sebagai zone of proximal
sosial. Implikasi itu antara lain sebagai
development of knowledge.
berikut.
c. Terkait dengan kedua hal di atas, maka
a. Kaum konstruktivis personal berpendapat
dalam proses pembelajaran seorang
bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pendidik harus menciptakan pengalaman
konstruksi individual dengan melakukan
yang autentik dan alami secara sosial
pemaknaan terhadap realitas yang
kultural untuk para peserta didiknya.
dihadapi dan bukan lewat akumulasi
Materi pembelajaran sungguh harus
informasi. Implikasinya dalam
kontekstual, relevan dan diambil
proses
dari
pengalaman sosio budaya setempat. adalah pembelajaran dengan bekerjanya
Pendidik tidak dapat memaksakan suatu sejumlah mahasiswa yang sudah terbagi
materi yang tidak terkait dengan kedalam kelompok-kelompok kecil untuk
kehidupan nyata peserta didik. mencapai tujuan tertentu secara bersama-
Pemaksaan hanya akan menimbulkan sama (Moejiono,1991/1992:60).
penolakan atau menimbulkan kebosanan Pengembangan pembelajaran dalam
atau akan menghambat proses kelompok dapat menumbuhkan suasana
perkembangan pengetahuan peserta didik. memelihara disiplin diri, dan kesepakatan
d. Dalam proses pembelajaran pendidik berperilaku. Melalui kegiatan kelompok
harus memberi otonomi, kebebasan terjadi kerja sama antar mahasiswa, juga
peserta didik untuk melakukan eksplorasi dengan dosen yang bersifat terbuka. Belajar
masalah dan pemecahannya secara berkelompok dapat dijadikan arena
individual dan kolektif, sehingga daya persaingan sehat, dan dapat pula
pikirnya dirangsang untuk secara optimal meningkatkan motivasi belajar para anggota
dapat aktif membentuk pengetahuan kelompok. Dengan pendekatan
dan pemaknaan yang baru. konstruktivisme, dosen melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok
e. Pendidik dalam proses pembelajaran belajar. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa
harus mendorong terjadinya kegiatan kelompok yang anggotanya heterogen.
kognitif tingkat tinggi seperti Kelompok mahasiswa bisa sangat bervariasi
mengklasifikasi, menganalisis, bentuknya, baik anggotanya maupun
menginterpretasikan, memprediksi dan jumlahnya. Menurut Slavin (1995:4-5)
menyimpulkan, dll. “kelompok yang efektif terdiri dari empat
f. Pendidik merancang tugas yang sampai enam orang, dengan struktur
mendorong peserta didik untuk mencari kelompok yang bersifat heterogen”.
pemecahan masalah secara individual dan Pembelajaran dengan konsep komunitas
kolektif sehingga meningkatkan belajar dapat berlangsung apabila ada
kepercayaan diri yang tinggi dalam komunikasi dua arah. Mahasiswa yang
mengembangkan pengetahuan dan rasa terlibat dalam kegiatan komunitas belajar
tanggungjaawab pribadi. memberi informasi yang diperlukan oleh
g. Dalam proses pembelajaran, pendidik teman bicaranya dan sekaligus meminta
harus memberi peluang seluas-luasnya informasi juga yang diperlukan teman
agar terjadi proses dialogis antara sesama belajarnya. Kegiatan beIajar ini dapat
peserta didik, dan antara peserta didik terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan
dengan pendidik, sehingga semua pihak dalam berkomunikasi, tidak ada pihak yang
merasa bertanggung jawab bahwa merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
pembentukan pengetahuan adalah yang menganggap paling tahu, semua pihak
tanggungjawab bersama. Caranya mau saling mendengarkan, pembelajaran
dengan memberi pertanyaan-pertanyaan, dengan teknik komunitas belajar ini sangat
tugas- tugas yang terkait dengan topik membantu pembelajaran di kelas.
tertentu, yang harus dipecahkan, didalami Untuk pelaksanaan metode-metode
secara individual ataupun kolektif, tersebut berpedoman kepada langkah-
kemudian diskusi kelompok, menulis, langkah yang ditentukan dalam waktu
dialog dan presentasi di depan teman perencanaan. Langkah-langkah
yang lain (Suparno, 1997: 61-69). pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai
berikut.

7. Komunitas Belajar (Learning Community) 1) Langkah pertama, mahasiswa


didorong
Komunitas belajar atau belajar
kelompok
dan diberi motivasi agar mengemukakan D. Penutup
pengetahuan awalnya tentang konsep dari
Behaviorisme adalah teori perkembangan
pokok bahasan atau sub pokok bahasan
perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
yang akan dibahas. Dosen memancing
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap
dengan memberikan pertanyaan-
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan
pertanyaan problematik tentang fenomena-
dapat diperkuat dengan umpan balik positif
fenomena yang sering ditemui sehari-hari
atau negatif terhadap perilaku kondisi yang
dengan mengaitkan konsep yang akan
diinginkan. Hukuman kadang-kadang
dibahas. Mahasiswa di beri kesempatan
digunakan dalam menghilangkan atau
untuk mengkomunikasikan,
mengurangi tindakan tidak benar, diikuti
mengilustrasikan pemahamannya tentang
dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
konsep itu. Pada langkah ini
penggunaan metode tanya jawab sangat Teori belajar behavioristik menekankan pada
diperlukan antara mahasiswa dengan perubahan tingkah laku serta sebagai akibat
dosen, mahasiswa dengan mahasiswa yang interaksi antara stimulus dan respon. Belajar
difasilitasi oleh dosen. merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
2) Langkah kedua, mahasiswa diberi
antara stimulus dan respon. Seseorang
kesempatan untuk menyelidiki dan
dianggap telah belajar apabila ia bisa
menemukan konsep-konsep dan
menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
permasalahan-permasalahan melalui
pengumpulan dan pengorganisasian dan Walaupun teori belajar tigkah laku mulai
penginterpretasian data dalam suatu ditinggalkan diabad ini, namun
kegiatan yang telah dirancang dosen. Pada mengkolaborasikan teori ini dengan teori
tahap ini dosen menggunakan metode belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat
inquiry. Secara bekerja kelompok penting untuk menciptakan pendekatan
mahasiswa membahas kemudian pembelajaran yang cocok dan efektif, karena
mendiskusikan temuannya dengan pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar
kelompok-kelompok lain. Secara yang betul-betul cocok untuk menciptakan
keseluruhan tahap ini akan memenuhi rasa sebuah pendekatan pembelajaran yang pas
keingintahuan mahasiswa tentang topik dan efektif. khususnya dengan model
pelajaran yang dibahas pada saat itu. pembelajaran konstruktivisme.
3) Langkah ketiga, Mahasiswa memberikan Peran dosen dalam pembelajaran
penjelasan dan solusi yang didasarkan konstruktivis sangat menuntut penguasaan
pada observasinya ditambah dengan bahan yang luas dan mendalam tentang bahan
penjelasan-penjelasan dosen untuk yang diajarkan. Pengetahuan yang luas dan
menguatkan pengetehuan mahasiswa yang mendalam memungkinkan seorang dosen
telah mereka bangun, maka mahasiswa menerima pandangan dan gagasan yang
membangun pengetahuan dan pemahaman berbeda dari murid dan juga memungkinkan
baru tentang konsep yang sedang untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan
dipelajari. Hal ini menjadikan mahasiswa atau tidak. Penguasaan bahan memungkinkan
tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. seorang dosen mengerti macam-macam jalan
dan model untuk sampai pada suatu
4) Langkah terakhir, dosen
pemecahan persoalan tanpa terpaku pada satu
berusaha menciptkan iklim pembelajaran
model. Kedua modal ini tidak dapat dipisahkan
yang memungkinkan mahasiswa dapat
karena beberapa unsur saling melengkapi.
mengaplikasikan pemahaman konsepnya
tentang topik pelajaran saat itu.
E. Daftar Pustaka Hadi, Ahmad. 2013. Teori Belajar
Behavioristik.
Alit, Mahisa. 2004. Pembelajaran Konstruktivisme,
dalam http://nudisaku.blogspot.com
Apa dan Badaimana Penerapannya di Dalam
Kelas. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme.
UPT Pendidikan Kecamatan Kapetakan. dalam http://belajarpsikologi.com/teori-
belajar- behaviorisme.
Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru
Dalam Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar
Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia. Matematika.
Jakarta: Depdikbud
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGafindo Persada Johanes,dkk. 2004. Kompetensi Matematika Kelas
1
Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala SMA Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Meier, Dave. 2002. The Accelerated
Yogyakarta
Learning
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar Handbook. Bandung: Kaifa
dan
Nurhadi,dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Penerapannya dalam KBK. Malang:
Blakey, Joseph. 1966. Macmillan Student Editions: Universitas Negeri Malang
Intermediate Pure Mathematics (Fourth
Ormrod, Jeanne Ellis. 2012. Psikologi
Edition). London: Macmillan & Co. Ltd
Pendidikan.
incorporating Cleaver-Hume Press Ltd
United States of America: Pearson
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Education.
Pembelajaran.
Silberman, Mel. 1998. Active Learning
Jakarta: Rineka Cipta. (Second
Creswell, J.W,. 1998. Qualitatif Inquiry and Edition). New Jersey: A Willey Company
Research Design; Chosing Among Five Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori
Traditions: London, New Delhi: Sage dan Praktik. Jakarta: PT.Indeks.
Publications, Inc.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung:
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Tarsito
Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta:
Sugiyono. 2005. Statistika untuk
Depdikbud Penelitian.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Bandung: CV Alfabeta

Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah untuk Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Jakarta: Depdiknas. Bandung: JICA- Universitas Pendidikan
Esti Wuryani, Sri. 2002. Psikologi Indonesia
Pendidikan.
Sunardi,dkk. 2004. Matematika 1B Kurikulum
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana 2004
Indonesia
Kelas 1 SMA. Jakarta: Bumi Aksara
(Grasindo)
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme
Esti Wuryani, Sri. 2003. Standar Kompetensi dalam
Kurikulum 2004 MataPelajaran Matematika. Pendidikan. Jogjakarta: Kanisius
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Tri Anni, Catharina. 2004. Psikologi
Belajar.
Semarang: UPT MKK UNNES

Tri Rahayu, Iin dkk. 2004. Observasi


dan
Wawancara. Malang: Bayumedia
Publishing

You might also like