Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

BUDAYA ORGANISASI PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI

DENGAN MODEL BISNIS KONVENSIONAL


Lita Oktaviani, Anissa Lestari Kadiyono
Magister Sains Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran
e-mail: Lita83oktaviani@gmail.com

Abstract: Organizational culture in distributor companies with conventional business


models. This study aims to get an overview of organizational culture at PT. X which is a
distribution and trading company of motorized vehicle spare parts with conventional
business concepts. Companies are required to be able to continue to compete and achieve
company goals amid the rise of e-commerce based businesses. The high level of employee
turnover makes the company must have a strong culture. Organizational culture acts as the
main foundation in the life of an organization. In this study, corporate culture will be
assessed based on the seven dimensions of Robbins's organizational culture (2012), namely
innovation and risk taking, attention to detail, outcome orientation, people orientation, team
orientation, aggressiveness, and stability. Determination of the sample using a simple
random technique with a total sample of 30 respondentss. The analytical method used is
descriptive analysis that is not intended to test hypotheses based on the results of scoring,
PT. X has a strong corporate culture. The dimensions that have the strongest influence are
team orientation and outcome orientation (mean 3.7), while the dimensions with the lowest
score are aggressiveness (mean 3.1).

Keywords:Organizational culture, distributor companies, conventional business models.

Abstrak: Budaya Organisasi pada perusahaan distribusi dengan model bisnis


konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran budaya organisasi di
PT. X yang merupakan perusahaan distribusi dan perdagangan spare part kendaraan
bermotor dengan konsep bisnis konvensional. Perusahaan dituntut untuk dapat terus bersaing
dan mencapai tujuan perusahaan di tengah maraknya bisnis berbasis e-commerce. Tingginya
tingkat turnover karyawan membuat perusahaan harus memiliki budaya yang kuat. Budaya
organisasi berperan sebagai landasan utama dalam kehidupan suatu organisasi. Pada
penelitian ini, budaya perusahaan akan dinilai berdasarkan tujuh dimensi budaya organisasi
Robbins (2012), yaitu innovation and risk taking, attention to detail, outcome orientation,
people orientation, team orientation, aggressiveness, dan stability. Penentuan sampel
menggunakan teknik acak sederhana dengan jumlah sampel sebanyak 30 respondenMetode
analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif yang tidak dimaksudkan untuk pengujian

46
[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 47

hipotesis Berdasarkan hasil skoring, PT. X memiliki budaya perusahaan yang kuat. Dimensi
yang berpengaruh paling kuat adalah team orientation dan outcome orientation (mean 3,7),
sedangkan dimensi dengan skor terendah adalah aggresiveness (mean 3,1).

Kata kunci: Budaya organisasi, perusahaan distributor, model bisnis konvensional.

PENDAHULUAN

Di tengah maraknya bisnis e-commerce, utamanya membeli, menyimpan dan menjual


menjalankan bisnis konvensional murni kembali barang dagang tanpa memberikan
tentulah menjadi tantangan tersendiri. nilai tambah. Nilai tambah di sini maksudnya
Menjamurnya bisnis e-commerce membuat mengolah kembali atau mengubah bentuk
persaingan semakin ketat, baik persaingan sifat barang, sehingga mempunyai nilai jual
dengan sesama pelaku bisnis konvensional yang tinggi. Sederhananya, perusahaan
juga pelaku bisnis e-commerce. Mereka dagang adalah perusahaan yang membeli
berkompetisi mencari pelanggan untuk barang kemudian menjualnya kembali tanpa
memperoleh profit margin yang sebesar- mengubah produknya.
besarnya. Sejak berdiri tahun 2009, PT.X tidak
Bisnis konvensional memiliki mengalami banyak perubahan dari segi bisnis
keunggulan dimana penjual dan pembeli dapat maupun operasional. Perusahaan ini masih
bertransaksi secara tatap muka dan pembeli tetap pada konsep bisnis yang murni
dapat langsung melihat langsung produk yang konvensional, dimana para tenaga
diinginkan sehingga mengetahu dengan pasti marketingnya turun langsung menghampiri
kualitas dari barang tersebut. Sementara itu pelanggan. Tidak ada promo ataupun
kelemahannya adalah jangkauan pemasaran penjualan lewat media digital yang saat ini
yang terbatas dan membutuhkan modal cukup sudah banyak dilakukan kompetitornya.
besar karena harus memiliki toko fisik. Alasannya adalah karena merek dagang
PT. X adalah perusahaan yang bergerak mereka yang tidak dikenal orang, sehingga
di bidang jual beli accu dan spare part membutuhkan pendekatan pemasaran yang
kendaraan bermotor. Perusahaan ini berbedaagar produk mereka memiliki nilai
merupakan perusahaan dagang yang kegiatan jual.

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699


48 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

Untuk dapat tetap bersaing, perusahaan adanya karyawan baru. Kesiapan penerimaan
harus memanfaatkan Sumber Daya Manusia ini harus diiringi dengan penguatan budaya
(SDM) secara optimal agar tujuan perusahaan organisasi.
tercapai. SDM yang yang berkualitas akan Robbin (2012) mengungkapkan
berkontribusi pada meningkatnya pentingnya sinergisitas perubahan dengan
produktivitas organisasi. Tidak hanya penguatan budaya organisasi. Budaya
mengandalkan tenaga penjualan, namun organisasi yang lemah mengakibatkan
proses yang terjadi di dalam perusahaan ketidaksiapan individu-individu menghadapi
secara keseluruhan menjadi support system perubahan. Mereka lebih menyukai nilai-nilai,
yang juga krusial bagi keberhasilan baik nilai-nilai individu maupun nilai
perusahaan. Proses internal ini dapat meliputi kelompok yang selama ini telah dimiliki.
kualitas pelayanan internal, pelaksanaan Mereka juga lebih menyukai cara kerja yang
management system yang baik, juga sistem selama ini telah mereka lakukan dan menolak
penyimpanan, keluar masuk barang yang baik adanya perubahan, terutama perubahan yang
dan rapi. menuntut kemampuan dan keterampilan baru.
Di tengah persaingan bisnis yang ketat, Budaya organisasi sendiri dapat
perubahan tren bisnis dan komitmen PT. X didefinisikan sebagai suatu bentuk acuan
untuk bertahan pada model bisnis interaksi para anggota organisasi dan bentuk
konvensional, maka diperlukan perhatian acuan interaksi dengan pihak luar. Bentuk
yang serius berkaitan dengan budaya acuan tersebut adalah nilai, norma dan aturan
organisasi. Hal ini dikarenakan berdasarkan sebagai dasar para anggota untuk berpikir dan
data dari HRD tingkat turnover karyawan berperilaku O’Reilly, Chatman & Caldwell
cukup tinggi terutama untuk jabatan tenaga (1991). Sedangkan Robbins (2012)
penjualan (baik level staf, team leader mendefinisikan budaya organisasi sebagai
maupun supervisor). Karyawan yang sering sistem makna bersama yang dipegang oleh
berganti-ganti dengan latar belakang yang anggota yang membedakan organisasi dari
beragam, membuat karyawan lama harus organisasi lain. Budaya organisasi yang kuat
selalu memiliki kesiapan perubahan dengan memberikan stabilitas bagi organisasi.

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 49

Kuat lemahnya budaya dapat diketahui. (2005) menyimpulkan budaya organisasi


Jika sebagian besar karyawan memiliki berpengaruh terhadap motivasi, kepuasan
pendapat yang sama tentang misi dan nilai kerja dan kinerja perusahaan.
organisasi, dapat dikatakan bahwa budayanya Robbins (2012) mengemukakan tujuh
kuat; jika pendapatnya berbeda-beda, maka dimensi budaya organisasi sebagai berikut:
budayanya lemah (Robbins, 2012). Dalam
1. Innovation and risk taking. Sejauh
budaya yang kuat, nilai-nilai inti organisasi
mana karyawan didorong untuk
keduanya sangat dipegang dan dibagikan
menjadi inovatif dan mengambil
secara luas. Wiener (dalam Robbins, 2012)
risiko.
mengemukakan semakin banyak anggota yang
2. Attention to detail. Tingkat di mana
menerima nilai inti dan semakin besar
karyawan diharapkan untuk
komitmen mereka, semakin kuat budaya dan
menunjukkan ketepatan, analisis, dan
semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku
perhatian terhadap detail.
anggota organisasi, karena intensitas berbagi
3. Outcome orientation. Sejauh mana
yang tinggi menciptakan iklim kontrol
manajemen berfokus pada hasil atau
perilaku yang tinggi.
hasil daripada pada teknik dan proses
Budaya organisasi berpengaruh yang digunakan untuk mencapainya.
terhadap perilaku anggota organisasi. Budaya 4. People orientation. Sejauh mana
organisasi memberikan karakteristik pada keputusan manajemen
organisasi yang membedakannya dari mempertimbangkan efek hasil pada
organisasi lain. Keutamaan budaya organisasi orang-orang dalam organisasi.
merupakan pengendalian dan arah dalam 5. Team orientation. Sejauh mana
bentuk sikap dan perilaku manusia yang kegiatan kerja diorganisir di sekitar
melibatkan diri dalam suatu kegiatan tim daripada individu
organisasi, sebagaimana Deal, et al (1982) 6. Aggressiveness. Mengutamakan sejauh
menyatakan bahwa budaya organisasi mana orang agresif dan kompetitif
mempengaruhi produktivitas, kinerja, daripada mudah bergaul.
komitmen, kepercayaan diri dan perilaku etis. 7. Stability. Tingkat di mana kegiatan
Penelitian yang dilakukan oleh Koesmono organisasi menekankan
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
50 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

mempertahankan status quo berbeda keberadaan, menentukan frekuensi


dengan pertumbuhan. kemunculan sesuatu, dan mengkategorikan
informasi.
PT. X adalah sebuah perusahaan dagang
Variabel pada penelitian ini adalah
konvensional yang berada di tengah
budaya organisasi diartikan sebagai
persaingan yang ketat dan perubahan tren
seperangkat asumsi atau nilai-nilai yang
bisnis yang mengarah pada bisnis e-
diyakini bersamaoleh seluruh karwayan dan
commerce. SDM menjadi kendala karena
digunakan sebagai pengarah perilaku para
angka turnover yang tinggi pada tenaga
karyawan sehingga perusahaan dapat berjalan
pemasaran. Hal tersebut perlu disiasati dengan
dengan baik. Budaya organisasi diukur
penerapan budaya perusahaan yang kuat
dengan menggunakan skala budaya organisasi
untuk mempertahakankan stabilitas
berdasar enam dimensi dari Robbins, yaitu:
perusahaan dan mengarahkan karyawan pada
innovation and risk taking, attention to detail,
perilaku produktif untuk pencapaian laba
outcome orientation, people orientation, team
perusahaan. Dimensi budaya mana yang kuat
orientation, aggresiveness, dan stability.
dan lemah dikaji menggunakan tujuh dimensi
Subjek penelitian adalah karyawan PT.
budaya organisasi Robbins (2012).
X, dimana populasinya adalah 127 karyawan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis
yang tersebar di kantor Jakarta dan 7 kantor
merumuskan masalah: Bagaimanakah
pemasaran di kota-kota lain. Teknik
gambaran budaya organisasi di PT. GS
pengambilan yang dilakukan adalah dengan
Golshine.
teknik sampel acak sederhana sebanyak 30
METODE PENELITIAN responden. Penelitian ini menggunakan data
Penelitian ini menggunakan metode primer berupa kuesioner yang disebar
kuantitatif dengan kedalaman analisis yang kepadakaryawan PT. Xdengan kriteria sudah
digunakan adalah metode deskriptif. Darwis bekerja minimal 1 tahun. Kriteria 1 tahun
(dalam Azwar, 2011) mengatakan bahwa studi digunakan dengan harapan karyawan sudah
deskriptif merupakan alat untuk menemukan mengenali budaya perusahaannya dengan
makna baru, menjelaskan sebuah kondisi baik.

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 51

Alat ukur budaya organisasi dengan validitas di atas 0,3 (Azwar, 2011). Peneliti
menggunakan tujuh dimensi yang melakukan uji validitas instrumen budaya
dikemukakan oleh Robbins (2012) yang organisasi dengan 54 item dan jumlah item
terdiri dari 54item. Instrumen penelitian yang gugur sebanyak 17 item. Dari 34 item tersebut
digunakan adalah skala Likert. kemudian dilakukan uji reliabilitas dan
didapat nilai Alpha Cronbach(α = 0,942).
Uji validitas digunakan untuk
Berikut adalah dimensi-dimensi budaya
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
organisasi dan contoh item dari masing-
daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
masing dimensi:
variabel. Item yang valid memiliki nilai
Tabel 1. Contoh Item Masing-Masing Dimensi
No Dimensi Contoh Item Pernyataan
Perusahaan mendorong karyawannya untuk berpikir
1 Innovation and risk taking
kreatif dan inovatif
Para pimpinan dapat bersikap tenang dalam menghadapi
2 Stability
masalah dan mengambil keputusan
Perusahaan menetapkan kerja lembur untuk
3 Outcome orientation
menyelesaikan target kerja
Perusahaan membuat berbagai kebijakan yang membuat
4 People orientation
karyawan merasa aman dalam bekerja
Perusahaan berani mengambil resiko besar untuk
5 Aggresiveness
memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi
Baik atasan dan bawahan dapat bersikap fleksibel dan
6 Team orientation informal untuk mencairkan suasana dan menjalin
kerjasama yang lebih baik
Ketika bekerja, para karyawan memperhatikan detil
7 Attention to detail
pekerjaannya dengan baik agar tidak terjadi kesalahan

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699


52 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

Metode analisa yang digunakan adalah demografi dalam angket identitas dengan skor
analisa deskriptif yang bertujuan memberikan total budaya organisasi karyawan yang
deskripsi mengenai subjek penelitian kemudian diolah untuk menghasilkan rerata
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh pada setiap data demografi yang dipotret dan
dari subjek yang diteliti dan tidak disajikan dalam bentuk histogram serta
dimaksudkan untuk pengujian hipotesis prosentase agar mudah dibaca. Untuk skor
(Azwar, 2011). Data deskripsi yangdihasilkan pengkategorian adalah sebagai berikut:
berupa total perbandingan antara data
Tabel 2. Kategori Skor Dimensi Rata-rata

Kategori Jumlah skor


Sangat lemah 1,0-1,8
Lemah 1,9-2,6
Cukup kuat 2,7-3,4
Kuat 3,5-4,2
Sangat kuat 4,3-5,0
HASIL DAN PEMBAHASAN dari status kekaryawanannya 90% adalah
Hasil karyawan tetap, sementara 10% karyawan
Penelitian dilakukan kepada 30 kontrak. Pendidikan terakhir responden cukup
karyawan PT. X yang telah bekerja selama beragam, kebanyakan responden lulusan S1
minimal 1 tahun, baik dengan status karyawan yaitu sebesar 43%, lulusan SMA / Sederajat
tetap maupun kontrak. 80% responden sebanyak 12% dan lulusan D3 sebesar 17%.
penelitian berjenis kelamin laki-laki
Berikut tabel yang menunjukkan
sedangkan sisanya 20% perempuan. Dilihat
demografi dari responden pada penelitian ini:

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 53

Tabel 3. Tabel Demografi Responden Penelitian


NO DEMOGRAFI FREKUENSI PERSENTASE
1 Jenis Kelamin
Laki-Laki 24 80%
Perempuan 6 20%
2 Usia
19 - 30 Tahun 10 33%
31 - 45 Tahun 20 67%
46 - 55 Tahun 0 0%
> 55 Tahun 0
3 Pendidikan 0%
SD/SMP Sederajat 0 0%
SMA / Sederajat 12 40%
D3 5 17%
S1 13 43%
S2 0 0%
4 Jabatan
Staf 19 63%
Team Leader 2 7%
Supervisor 8 27%
Manager 1 3%
5 Tenure
1 - 3 Tahun 11 37%
4 - 6 Tahun 10 33%
7 - 9 Tahun 9 30%
6 Status Kekaryawanan
Kontrak 3 10%
Tetap 27 90%

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699


54 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

Berdasarkan hasil perhitungan budaya kategori kuat, yaitu innovation and risk
organisasi secara keseluruhan menunjukkan taking, outcome orientation, team orientation,
karyawan sebagian besar menilai budaya dan team orientation.Tiga dimensi lainnya,
organisasi di PT. X adalah kuat dengan skor yaitu stability, aggresiveness, dan attention to
perhitungan 3,5.Dari tujuh dimensi budaya the detail berada pada kategori cukup kuat.
organisasi, empat dimensi berada pada

Rata-rata Skor Per Dimensi


3.8
3.7
3.6 3.7 3.7
3.5 3.6
3.4 3.5
3.3 3.4
3.2 3.3
3.1
3 3.1
2.9
2.8

Diagram 1. Rata-rata Skor Per Dimensi

Dimensi budaya organisasi dengan dibandingkan bekerja sendiri, saling


skor paling tinggi sebesar 3,7 adalah team membantu ketika ada rekannya yang
orientationdan outcomeorientation, artinya membutuhkan juga sangat mengutamakan
karyawan lebih bekerja secara berkelompok

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 55

hasil dan pencapaian dibandingkan menilai budaya ini cukup kuat dan 26,7%
prosesnya. menilai budaya ini lemah, artinya
kebanyakan responden menilai bahwa
Dimesi yang mendapatkan skor paling
kompetisi dan daya saing perusahaan dengan
rendah adalah aggresiveness dengan skor
perusahaan lain yang menjadi saingan cukup
3,1. Mayoritas responden sebesar 46,7%
kuat.

Tabel 4. Distribusi frekuensi Dimensi Budaya Organisasi

Innovation
Outcome People Aggressive Team Attention to
& risk Stability
Kategori orientation orientation ness orientation detail
taking
F % F % F % F % F % F % F %
Sangat
6 20,0% 1 3,3% 4 13,3% 3 10,0% 4 13,3% 7 23,3% 3 10,0%
Kuat
Kuat 11 36,7% 12 40,0% 12 40,0% 16 53,3% 4 13,3% 12 40,0% 10 33,3%
Cukup
12 40,0% 13 43,3% 13 43,3% 8 26,7% 14 46,7% 8 26,7% 10 33,3%
Kuat
Lemah 1 3,3% 4 13,3% 1 3,3% 3 10,0% 8 26,7% 3 10,0% 7 23,3%
Sangat
0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lemah
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Rata-rata 3,5 3,4 3,7 3,6 3,1 3,7 3,3

Pembahasan pelanggan dalam jumlah besar. Disamping itu,


PT. X memiliki budaya organisasi yang sistem penjualan yang diterapkan adalah
kuat. Dimensi budaya team orientation dan penjualan berdasarkan target team dan
outcome orientation adalah dimensi yang perorangan. Mereka terbiasa bekerja saling
paling kuat diantara tujuh dimensi lainnnya. membantu dan terjalin hubungan positif
Skor team orientation yang tinggi dapat diantara karyawannya. Tidak hanya itu,
dipahami karena lini bisnis PT. X adalah hampir semua karyawan di PT. X
perusahaan distribusi dan perdagangan, berhubungan langsung dengan pihak
dimana perusahaan berhubungan dan pelanggan, dimana ketika bersentuhan
melakukan penjualan langsung dengan langsung dengan pelanggan yang dijadikan
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
56 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

keutamaan adalah pelayanan yang prima. Baik dan loyalitas. Sebagai perusahaan yang
pelayanan internal dan eksternal yang terjadi bergerak di bidang penjualan, maka profit
di perusahaan mengutamakan team adalah indikator keberhasilan perusahaan. PT.
orientation untuk dapat memberikan X memiliki komposisi karyawan 50%
pelayanan yang prima kepada pelanggan. merupakan tenaga penjualan yang secara
Organisasi dengan team orieantation yang langsung turun ke lapangan. Mereka memiliki
tinggi mengutamakan kolaborasi dan target penjualan yang sudah ditentukan.
menekankan kerjasama antar karyawan untuk Keberhasilan utama dan pemberian
pencapaian tujuan bersama. Dalam organisasi penghargaan diberikan berdasarkan penilaian
yang memiliki team orientation tinggi, para dari pencapaian target individu dan kelompok.
anggotanya cenderung lebih memiliki Oleh karena itu, outcome orientation menjadi
hubungan yang positif dengan rekan kerja budaya yang kuat di perusahaan ini.
juga dengan atasannya (Erdogan, et al., 2006). Budaya people orientation yang tinggi
Dalam organisasi yang memiliki budaya mengutamakan keadilan, dukungan, dan
outcome orientation yang kuat, para menghormati hak individu. Organisasi
anggotanya akan sangat mengutamakan menekankan dan mengharapkan para
pencapaian, hasil dan tindakan untuk anggotanya berperilaku saling menghormati
mencapai hasil sebagai nilai yang penting. dan menghargai satu sama lain (Erdogan, et
Karyawan dilatih dan diberikan al., 2006). Penelitian yang yang dilakukan
pendampingan untuk dapat menjual produk oleh Sheridan (1992) menemukan bahwa
secara efektif dan berapa banyak keuntungan karyawan rata-rata bertahan 14 bulan lebih
yang diperoleh setiap harinya. Hasil lama di perusahaan dengan budaya people
penelitian dari Nohria, et al (2003) oriented. Sebagai contoh lain, Starbucks
menunjukkan organisasi yang memiliki adalah perusahaan dengan budaya people
budaya outcome orientation juga memiliki orientation. Perusahaan membayar
performance-oriented culture, dimana karyawannya di atas upah minumum,
penghargaan menjadi indikator keberhasilan memberikan fasilitas kesehatan, dan biaya
pencapaian seseorang dibandingkan senioritas pendidikan bagi karyawan yang bekerja part-

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 57

time maupun full-time. Hasil dari kebijakan perilaku saling menghargai dan menghormati
ini adalah perusahaan mendapat keuntungan satu sama lain.
dari angka turnover yang rendah Perusahaan yang mempunyai budaya
dibandingkan dengan industri yang setara innovation & risk taking adalah perusahaan
(Weber, 2005). Pada organisasi dengan people yang fleksibel, mudah beradaptasi, dan
oriented culture, manajemen mencoba hal-hal baru. Perusahaan seperti ini
mempertimbangkan efek hasil pada orang- ditandai dengan garis hirarki yang datar, gelar
orang dalam organisasi (Robbins, 2012). dan status-status lain tidak terlalu dimainkan.
PT. X memiliki budaya people Penelitian oleh Deutschman (2004) terhadap
orientation yang kuat yang dinilai oleh perusahaan W.L Gore & Associates yang
mayoritas karyawan. Dari 30 responden yang dikenal karena produk-produknya yang
berpartisipasi dalam penelitian ini, 30% inovatif menemukan bahwa perusahaan ini
merupakan karyawan lama yang telah tidak memiliki bos dalam pengertian
bergabung sejak perusahaan berdiri 9 tahun tradisional, dan karyawan didorong untu
lalu. Hal ini sejalan dengan penelitian dari merayakan kegagalan sama seperti halnya
Sheridan (1992) yang menyatakan bahwa merayakan kesuksesan sebagai bentuk
perusahaan dengan budaya people oriented keberanian untuk mengambil resiko (risk
yang kuat akan membuat karyawan bertahan taking).
lebih lama. Suasana kekeluargaan juga sangat Di PT. X yang budaya innovation& risk
dirasakan oleh para karyawannya dimana taking berada dalam kategori kuat, karyawan
perusahaan mengadakan kegiatan outing yang dilibatkan dalam proses pengambilan
sifatnya liburan setiap tahunnya. Hal keputusan. Mereka diajak berdiskusi, bertukar
inidikarenakan manajemen ingin agar pikiran dan diperbolehkan mengajukan usulan
karyawannya memiliki hari untuk bersenang- yang akan dipertimbangkan untuk
senang bersama rekan-rekan kerjanya. Selain pengambilan kebijakan manajemen.
untuk memperkuat kerjasama dan Karyawan juga dipercaya untuk mengambil
kebersamaan antar karyawan, kegiatan ini keputusan sendiri dan menjalankannya untuk
juga mendukung proses meningkatkan hampir setiap permasalahan terkait pekerjaan
mereka. Hal ini tidak hanya diterapkan pada
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
58 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

level supervisor atau manajer, tapi juga pada walaupun tindak menutup kemungkinan
level staf, dimana mereka memiliki hak untuk organisasi profit juga memiliki budaya stabil.
memberikan usulan dalam upaya Kraft Food adalah contoh perusahaan dengan
menyelesaikan masalah yang ada. Dengan sistem pengambilan keputusan yang
adanya tujuh cabang kantor perwakilan tersentralisasi dan berpegang teguh pada
penjualan di kota-kota yang berbeda, peraturan Thompson (2006). Budaya birokrasi
pengambilan resiko dan upaya berpikir kreatif seperti ini membuat ide-ide bagus harus
dibutuhkan untuk mempercepat pengambilan terhenti sejak awal dan menghambat
keputusan demi kelancaran operasional karyawan berinovasi.
perusahaan. Tidak semua keputusan Di PT. X, budaya stabil cukup kuat,
bergantung pada kantor pusat, kantor namun masih lebih rendah tingkatannya dari
perwakilan pemasaran diberikan kemandirian budaya innovation & risk taking. Artinya
menjalankan operasionalnya secara fleksibel perusahaan ini masih berpegang pada aturan
demi tercapainya tujuan bersama dan tapi tidak terpaku jika ada aturan yang
pencapaian produktivitas perusahaan. menghambat dan masih dapat bertindak
Budaya stability dapat dilihat dari fleksibel. Kondisi kantor perwakilan
kebijakan perusahaan yang dapat diprediksi, pemasaran yang berada jauh dari kantor pusat,
berpegang pada aturan, dan birokratis. Ketika mengharuskan perusahaan untuk fleksibel
lingkungan stabil dan pasti, budaya seperti ini untuk mencapai efektivitas dan efisiensi.
dapat membantu perusahaan menjadi efektif Namun di sisi lain, budaya stabil dapat cukup
dengan menyediakan output pada level yang kuat ketika melihat bentuk perusahaan yang
stabil dan konstan Westrum (2004). Budaya tidak mengalami perubahan sejak awal berdiri
ini menghindari pengambilan tindakan yang tahun 2009. Mereka masih menjalankan
cepat, sebagai hasilnya perusahaan kurang sistem pemasaran tradisional turun ke
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lapangan door to door, dan sistem promosi
lingkungan yang dinamis. Kebanyakan yang itu-itu saja, yaitu pemasangan spanduk
perusahaan dengan budaya stabil adalah di toko-toko dan bengkel rekanan. Tidak ada
organisasi pemerintahan atau sektor privat, upaya inovatif memanfaatkan teknologi

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 59

internet yang sedang berkembang pesat. (2004) pada perusahaan Microsoft yang
Perusahaan masih bergantung 100% pada dikenal sebagai perusahaan dengan budaya
kemampuan para tenaga penjualnya tanpa agresif, menemukan bahwa perusahaan
berusaha menambah dukungan dari sisi lain dengan budaya ini rentan terhadap masalah
dengan memanfaatkan teknologi. hukum. Microsoft sendiri seringkali mendapat
Budaya attention to the detail ditandai masalah hukum yang bertumpuk, dimana satu
dengan penekanan pada presisi dan perhatian masalah muncul sebelum masalah hukum
pada hal-hal kecil secara detil. Menurut lainnnya terselesaikan. Perusahaan semacam
Westrum (2004), hal ini sangat membantu ini juga cenderung abai terhadap tanggung
bagi industri perhotelan untuk dapat jawab sosial perusahaan (Corporate social
berkompetisi dan membedakan mereka responsibility).
dengan perusahaan lain. Di perusahaan Dengan tingginya resiko menjadi
distribusi dan pemasaran, perhatian terhadap perusahaan dengan budaya agresif, tidak
detil tidak terlalu diperlukan karena mereka mengherankan jika PT. X memiliki skor
mengutamakan kecepatan dan fleksibilitas. budaya agresif yang paling rendah
Dengan komposisi karyawan 50% adalah dibandingkan dengan dimensi-dimensi budaya
tenaga pemasaran, maka kecepatan dan lainnya. PT. X tetap berfokus pada pencapaian
fleksibilitas lebih diperlukan, sedangkan tujuan, namun dengan cukup kehati-hatian
perhatian terhadap detil lebih diperlukan oleh untuk menghindari pelanggaran yang dapat
departemen keuangan, akuntansi, pajak dan mengarah pada tindakan fraud (kecurangan)
administrasi yang proporsinya hanya sekitar dan pelanggaran lain. Mereka berorientasi
25% dari total karyawan di PT. X. Budaya ini pada hasil dengan memperhatikan aturan dan
cukup kuat, namun tidak telalu menjadi tanggung jawab.
perhatian kecuali untuk bagian-bagian tertentu
di perusahaan. SIMPULAN DAN SARAN
Perusahaan dengan budaya agresif yang Simpulan
tinggi ditandai dengan kompetisi yang tinggi Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
dan keinginan untuk mengungguli pesaing. gambaran budaya perusahaan di PT. X berada
Penelitian yang dilakukanoleh Greene, et al pada kategori kuat. Dimensi yang berada pada
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
60 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61

kategori kuat adalah team orientation, pencapaian tujuan bersama. Sebagai


outcome orientation, people orientation, dan perusahaan yang fokus utamanya adalah
innovation and risk taking. Hal ini sesuai penjualan, maka perhatian terhadap detail
dengan profil perusahaan yang merupakan tidak terlalu diutamakan, tapi tetap dijalankan
perusahaan distribusi dan penjualan dimana dan menjadi budaya yang cukup kuat untuk
mereka mengandalkan tenaga pemasaran posisi atau jabatan tertentu di perusahaan.
untuk melakukan penjualan dan menghasilkan Hasil penelitian ini diharapkan dapan
profit perusahaan. Kesuksesan dan memberikan manfaat bagi perusahaan, dimana
penghargaan diperhitungkan dari pencapaian perusahaan dapat mempertahankan bahkan
target dibandingkan dengan senioritas dan meningkatkan budaya-budaya yang sudah
loyalitas. Hal ini juga mendukung budaya kuat dengan mengembangkan program-
innovation and risk taking yang menuntut program yang dapat meningkatkan budaya
fleksibilitas dan menghilangkan garis hirarki perusahaan. Meningkatkan kualitas program-
tradisional. Dimensi-dimensi budaya yang program yang sudah berjalan agar tetap dapat
kuat membuat PT. X dapat bertahan memberikan kontribusi yang maksimal bagi
menghadapi persaingan walaupun masih budaya perusahaan.
memegang teguh bentuk bisnis pemasaran dan
Saran
promosi konvensional dan karyawan lama
Adapun saran bagi penelitian ini adalah
masih tetap bertahan sejak perusahaan berdiri.
agar penelitian selanjutnya dapat dilakukan
Tiga dimensi yang berada pada kategori
pada perusahaan distribusi dengan model
cukup kuat adalah stability, attention to detail,
bisnis yang berbeda, misalnya perusahaan
dan aggresiveness. Hal ini menggambarkan
distribusi yang memanfaat teknologi e-
bahwa PT. X adalah perusahaan yang cukup
commerce.
dinamis, mudah beradaptasi dengan
Bagi perusahaan diharapkan agar
perubahan lingkungan. Mereka cukup
mempertahankan budaya organisasi team
kompetitif namun tetap berpegang pada aturan
orientation dengan mengembangkan program-
dan norma untuk menghindari kecurangan dan
program kekaryawanan yang dapat
pelanggaran yang dapat menghambat proses

ELECTRONIC ISSN 2622-6626 UNP JOURNALS


[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 61

meningkatkan kerjasama antar indivisu dalam bagi tenaga penjual untuk meningkatkan daya
kelompok. Perusahaan sangat perlu saing dengan perusahaan distribusi spare
meningkatkan budaya aggresiveness terutama parts lain.

DAFTAR RUJUKAN

Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Culture: A Profile compaprison


Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Approach to Assessing Person-
Organization Fit. Academy of
Deal, T., Kennedy, A. (1982). Corporate Management Journal. 34 (3). 487-516.
Cultures: The Rites and Rituals of
Corporate Life. Addison-Wesley Robbins, S.P. (2012)Organizational Behavior.
Publishing Company 15th Edition, Prentice-Hall, Inc., New
York.
Deutschman, A. (2004). The fabric of
creativity. Fast Company, 89, 54–62. Sheridan, J. (1992). Organizational
culture and employee retention.
Erdogan, B., Liden, R. C., & Kraimer, M. L. Academy of Management Journal, 35,
(2006). Justice and leader-member 1036–1056.
exchange: The moderating role of
organizational culture. Academy of Thompson, S. (2006). Kraft CEO slams
Management journal, 49(2), 395-406. company, trims marketing staff.
Advertising Age, 77, 3–62.
Greene, J., Reinhardt, A., & Lowry, T. (2004).
Teaching Microsoft to make nice? Westrum, R. (2004). Increasing the number of
Business Week, 3885, 80–81; Schlender, guards at nuclear power plants.Risk
B. (1998, June 22). Gates’s crusade. Analysis: An International Journal, 24,
Fortune, 137, 30–32. 959–961.
Koesmono, H.T., (2005). Pengaruh Budaya Weber, G. (2005). Preserving the counter
Organisasi Terhadap Motivasi Dan culture. Workforce Management, 84,
Kepuasan Kerja Serta Kinerja 28–34; Motivation secrets of thes 100
Karyawan Pada Sub Sektor Industri best employers. (2003). HR Focus, 80,
Pengolahan Kayu Skala Menengah Di 1–15.
Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. 7 (2). 171-188.
Nohria, N., Joyce, W., & Roberson, B. (2003).
What really works. Harvard Business
Review, 81, 42–52.
O'Reilly, C.A., Chatman, J., Caldwell, D.F.,
(1991). People and Organization
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699

You might also like