Professional Documents
Culture Documents
Budaya Organisasi Pada Perusahaan Distribusi Dengan Model Bisnis Konvensional
Budaya Organisasi Pada Perusahaan Distribusi Dengan Model Bisnis Konvensional
46
[Oktaviani & Kadiyono,Budaya organisasi pada...] 47
hipotesis Berdasarkan hasil skoring, PT. X memiliki budaya perusahaan yang kuat. Dimensi
yang berpengaruh paling kuat adalah team orientation dan outcome orientation (mean 3,7),
sedangkan dimensi dengan skor terendah adalah aggresiveness (mean 3,1).
PENDAHULUAN
Untuk dapat tetap bersaing, perusahaan adanya karyawan baru. Kesiapan penerimaan
harus memanfaatkan Sumber Daya Manusia ini harus diiringi dengan penguatan budaya
(SDM) secara optimal agar tujuan perusahaan organisasi.
tercapai. SDM yang yang berkualitas akan Robbin (2012) mengungkapkan
berkontribusi pada meningkatnya pentingnya sinergisitas perubahan dengan
produktivitas organisasi. Tidak hanya penguatan budaya organisasi. Budaya
mengandalkan tenaga penjualan, namun organisasi yang lemah mengakibatkan
proses yang terjadi di dalam perusahaan ketidaksiapan individu-individu menghadapi
secara keseluruhan menjadi support system perubahan. Mereka lebih menyukai nilai-nilai,
yang juga krusial bagi keberhasilan baik nilai-nilai individu maupun nilai
perusahaan. Proses internal ini dapat meliputi kelompok yang selama ini telah dimiliki.
kualitas pelayanan internal, pelaksanaan Mereka juga lebih menyukai cara kerja yang
management system yang baik, juga sistem selama ini telah mereka lakukan dan menolak
penyimpanan, keluar masuk barang yang baik adanya perubahan, terutama perubahan yang
dan rapi. menuntut kemampuan dan keterampilan baru.
Di tengah persaingan bisnis yang ketat, Budaya organisasi sendiri dapat
perubahan tren bisnis dan komitmen PT. X didefinisikan sebagai suatu bentuk acuan
untuk bertahan pada model bisnis interaksi para anggota organisasi dan bentuk
konvensional, maka diperlukan perhatian acuan interaksi dengan pihak luar. Bentuk
yang serius berkaitan dengan budaya acuan tersebut adalah nilai, norma dan aturan
organisasi. Hal ini dikarenakan berdasarkan sebagai dasar para anggota untuk berpikir dan
data dari HRD tingkat turnover karyawan berperilaku O’Reilly, Chatman & Caldwell
cukup tinggi terutama untuk jabatan tenaga (1991). Sedangkan Robbins (2012)
penjualan (baik level staf, team leader mendefinisikan budaya organisasi sebagai
maupun supervisor). Karyawan yang sering sistem makna bersama yang dipegang oleh
berganti-ganti dengan latar belakang yang anggota yang membedakan organisasi dari
beragam, membuat karyawan lama harus organisasi lain. Budaya organisasi yang kuat
selalu memiliki kesiapan perubahan dengan memberikan stabilitas bagi organisasi.
Alat ukur budaya organisasi dengan validitas di atas 0,3 (Azwar, 2011). Peneliti
menggunakan tujuh dimensi yang melakukan uji validitas instrumen budaya
dikemukakan oleh Robbins (2012) yang organisasi dengan 54 item dan jumlah item
terdiri dari 54item. Instrumen penelitian yang gugur sebanyak 17 item. Dari 34 item tersebut
digunakan adalah skala Likert. kemudian dilakukan uji reliabilitas dan
didapat nilai Alpha Cronbach(α = 0,942).
Uji validitas digunakan untuk
Berikut adalah dimensi-dimensi budaya
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
organisasi dan contoh item dari masing-
daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
masing dimensi:
variabel. Item yang valid memiliki nilai
Tabel 1. Contoh Item Masing-Masing Dimensi
No Dimensi Contoh Item Pernyataan
Perusahaan mendorong karyawannya untuk berpikir
1 Innovation and risk taking
kreatif dan inovatif
Para pimpinan dapat bersikap tenang dalam menghadapi
2 Stability
masalah dan mengambil keputusan
Perusahaan menetapkan kerja lembur untuk
3 Outcome orientation
menyelesaikan target kerja
Perusahaan membuat berbagai kebijakan yang membuat
4 People orientation
karyawan merasa aman dalam bekerja
Perusahaan berani mengambil resiko besar untuk
5 Aggresiveness
memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi
Baik atasan dan bawahan dapat bersikap fleksibel dan
6 Team orientation informal untuk mencairkan suasana dan menjalin
kerjasama yang lebih baik
Ketika bekerja, para karyawan memperhatikan detil
7 Attention to detail
pekerjaannya dengan baik agar tidak terjadi kesalahan
Metode analisa yang digunakan adalah demografi dalam angket identitas dengan skor
analisa deskriptif yang bertujuan memberikan total budaya organisasi karyawan yang
deskripsi mengenai subjek penelitian kemudian diolah untuk menghasilkan rerata
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh pada setiap data demografi yang dipotret dan
dari subjek yang diteliti dan tidak disajikan dalam bentuk histogram serta
dimaksudkan untuk pengujian hipotesis prosentase agar mudah dibaca. Untuk skor
(Azwar, 2011). Data deskripsi yangdihasilkan pengkategorian adalah sebagai berikut:
berupa total perbandingan antara data
Tabel 2. Kategori Skor Dimensi Rata-rata
Berdasarkan hasil perhitungan budaya kategori kuat, yaitu innovation and risk
organisasi secara keseluruhan menunjukkan taking, outcome orientation, team orientation,
karyawan sebagian besar menilai budaya dan team orientation.Tiga dimensi lainnya,
organisasi di PT. X adalah kuat dengan skor yaitu stability, aggresiveness, dan attention to
perhitungan 3,5.Dari tujuh dimensi budaya the detail berada pada kategori cukup kuat.
organisasi, empat dimensi berada pada
hasil dan pencapaian dibandingkan menilai budaya ini cukup kuat dan 26,7%
prosesnya. menilai budaya ini lemah, artinya
kebanyakan responden menilai bahwa
Dimesi yang mendapatkan skor paling
kompetisi dan daya saing perusahaan dengan
rendah adalah aggresiveness dengan skor
perusahaan lain yang menjadi saingan cukup
3,1. Mayoritas responden sebesar 46,7%
kuat.
Innovation
Outcome People Aggressive Team Attention to
& risk Stability
Kategori orientation orientation ness orientation detail
taking
F % F % F % F % F % F % F %
Sangat
6 20,0% 1 3,3% 4 13,3% 3 10,0% 4 13,3% 7 23,3% 3 10,0%
Kuat
Kuat 11 36,7% 12 40,0% 12 40,0% 16 53,3% 4 13,3% 12 40,0% 10 33,3%
Cukup
12 40,0% 13 43,3% 13 43,3% 8 26,7% 14 46,7% 8 26,7% 10 33,3%
Kuat
Lemah 1 3,3% 4 13,3% 1 3,3% 3 10,0% 8 26,7% 3 10,0% 7 23,3%
Sangat
0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Lemah
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%
Rata-rata 3,5 3,4 3,7 3,6 3,1 3,7 3,3
keutamaan adalah pelayanan yang prima. Baik dan loyalitas. Sebagai perusahaan yang
pelayanan internal dan eksternal yang terjadi bergerak di bidang penjualan, maka profit
di perusahaan mengutamakan team adalah indikator keberhasilan perusahaan. PT.
orientation untuk dapat memberikan X memiliki komposisi karyawan 50%
pelayanan yang prima kepada pelanggan. merupakan tenaga penjualan yang secara
Organisasi dengan team orieantation yang langsung turun ke lapangan. Mereka memiliki
tinggi mengutamakan kolaborasi dan target penjualan yang sudah ditentukan.
menekankan kerjasama antar karyawan untuk Keberhasilan utama dan pemberian
pencapaian tujuan bersama. Dalam organisasi penghargaan diberikan berdasarkan penilaian
yang memiliki team orientation tinggi, para dari pencapaian target individu dan kelompok.
anggotanya cenderung lebih memiliki Oleh karena itu, outcome orientation menjadi
hubungan yang positif dengan rekan kerja budaya yang kuat di perusahaan ini.
juga dengan atasannya (Erdogan, et al., 2006). Budaya people orientation yang tinggi
Dalam organisasi yang memiliki budaya mengutamakan keadilan, dukungan, dan
outcome orientation yang kuat, para menghormati hak individu. Organisasi
anggotanya akan sangat mengutamakan menekankan dan mengharapkan para
pencapaian, hasil dan tindakan untuk anggotanya berperilaku saling menghormati
mencapai hasil sebagai nilai yang penting. dan menghargai satu sama lain (Erdogan, et
Karyawan dilatih dan diberikan al., 2006). Penelitian yang yang dilakukan
pendampingan untuk dapat menjual produk oleh Sheridan (1992) menemukan bahwa
secara efektif dan berapa banyak keuntungan karyawan rata-rata bertahan 14 bulan lebih
yang diperoleh setiap harinya. Hasil lama di perusahaan dengan budaya people
penelitian dari Nohria, et al (2003) oriented. Sebagai contoh lain, Starbucks
menunjukkan organisasi yang memiliki adalah perusahaan dengan budaya people
budaya outcome orientation juga memiliki orientation. Perusahaan membayar
performance-oriented culture, dimana karyawannya di atas upah minumum,
penghargaan menjadi indikator keberhasilan memberikan fasilitas kesehatan, dan biaya
pencapaian seseorang dibandingkan senioritas pendidikan bagi karyawan yang bekerja part-
time maupun full-time. Hasil dari kebijakan perilaku saling menghargai dan menghormati
ini adalah perusahaan mendapat keuntungan satu sama lain.
dari angka turnover yang rendah Perusahaan yang mempunyai budaya
dibandingkan dengan industri yang setara innovation & risk taking adalah perusahaan
(Weber, 2005). Pada organisasi dengan people yang fleksibel, mudah beradaptasi, dan
oriented culture, manajemen mencoba hal-hal baru. Perusahaan seperti ini
mempertimbangkan efek hasil pada orang- ditandai dengan garis hirarki yang datar, gelar
orang dalam organisasi (Robbins, 2012). dan status-status lain tidak terlalu dimainkan.
PT. X memiliki budaya people Penelitian oleh Deutschman (2004) terhadap
orientation yang kuat yang dinilai oleh perusahaan W.L Gore & Associates yang
mayoritas karyawan. Dari 30 responden yang dikenal karena produk-produknya yang
berpartisipasi dalam penelitian ini, 30% inovatif menemukan bahwa perusahaan ini
merupakan karyawan lama yang telah tidak memiliki bos dalam pengertian
bergabung sejak perusahaan berdiri 9 tahun tradisional, dan karyawan didorong untu
lalu. Hal ini sejalan dengan penelitian dari merayakan kegagalan sama seperti halnya
Sheridan (1992) yang menyatakan bahwa merayakan kesuksesan sebagai bentuk
perusahaan dengan budaya people oriented keberanian untuk mengambil resiko (risk
yang kuat akan membuat karyawan bertahan taking).
lebih lama. Suasana kekeluargaan juga sangat Di PT. X yang budaya innovation& risk
dirasakan oleh para karyawannya dimana taking berada dalam kategori kuat, karyawan
perusahaan mengadakan kegiatan outing yang dilibatkan dalam proses pengambilan
sifatnya liburan setiap tahunnya. Hal keputusan. Mereka diajak berdiskusi, bertukar
inidikarenakan manajemen ingin agar pikiran dan diperbolehkan mengajukan usulan
karyawannya memiliki hari untuk bersenang- yang akan dipertimbangkan untuk
senang bersama rekan-rekan kerjanya. Selain pengambilan kebijakan manajemen.
untuk memperkuat kerjasama dan Karyawan juga dipercaya untuk mengambil
kebersamaan antar karyawan, kegiatan ini keputusan sendiri dan menjalankannya untuk
juga mendukung proses meningkatkan hampir setiap permasalahan terkait pekerjaan
mereka. Hal ini tidak hanya diterapkan pada
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
58 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61
level supervisor atau manajer, tapi juga pada walaupun tindak menutup kemungkinan
level staf, dimana mereka memiliki hak untuk organisasi profit juga memiliki budaya stabil.
memberikan usulan dalam upaya Kraft Food adalah contoh perusahaan dengan
menyelesaikan masalah yang ada. Dengan sistem pengambilan keputusan yang
adanya tujuh cabang kantor perwakilan tersentralisasi dan berpegang teguh pada
penjualan di kota-kota yang berbeda, peraturan Thompson (2006). Budaya birokrasi
pengambilan resiko dan upaya berpikir kreatif seperti ini membuat ide-ide bagus harus
dibutuhkan untuk mempercepat pengambilan terhenti sejak awal dan menghambat
keputusan demi kelancaran operasional karyawan berinovasi.
perusahaan. Tidak semua keputusan Di PT. X, budaya stabil cukup kuat,
bergantung pada kantor pusat, kantor namun masih lebih rendah tingkatannya dari
perwakilan pemasaran diberikan kemandirian budaya innovation & risk taking. Artinya
menjalankan operasionalnya secara fleksibel perusahaan ini masih berpegang pada aturan
demi tercapainya tujuan bersama dan tapi tidak terpaku jika ada aturan yang
pencapaian produktivitas perusahaan. menghambat dan masih dapat bertindak
Budaya stability dapat dilihat dari fleksibel. Kondisi kantor perwakilan
kebijakan perusahaan yang dapat diprediksi, pemasaran yang berada jauh dari kantor pusat,
berpegang pada aturan, dan birokratis. Ketika mengharuskan perusahaan untuk fleksibel
lingkungan stabil dan pasti, budaya seperti ini untuk mencapai efektivitas dan efisiensi.
dapat membantu perusahaan menjadi efektif Namun di sisi lain, budaya stabil dapat cukup
dengan menyediakan output pada level yang kuat ketika melihat bentuk perusahaan yang
stabil dan konstan Westrum (2004). Budaya tidak mengalami perubahan sejak awal berdiri
ini menghindari pengambilan tindakan yang tahun 2009. Mereka masih menjalankan
cepat, sebagai hasilnya perusahaan kurang sistem pemasaran tradisional turun ke
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lapangan door to door, dan sistem promosi
lingkungan yang dinamis. Kebanyakan yang itu-itu saja, yaitu pemasangan spanduk
perusahaan dengan budaya stabil adalah di toko-toko dan bengkel rekanan. Tidak ada
organisasi pemerintahan atau sektor privat, upaya inovatif memanfaatkan teknologi
internet yang sedang berkembang pesat. (2004) pada perusahaan Microsoft yang
Perusahaan masih bergantung 100% pada dikenal sebagai perusahaan dengan budaya
kemampuan para tenaga penjualnya tanpa agresif, menemukan bahwa perusahaan
berusaha menambah dukungan dari sisi lain dengan budaya ini rentan terhadap masalah
dengan memanfaatkan teknologi. hukum. Microsoft sendiri seringkali mendapat
Budaya attention to the detail ditandai masalah hukum yang bertumpuk, dimana satu
dengan penekanan pada presisi dan perhatian masalah muncul sebelum masalah hukum
pada hal-hal kecil secara detil. Menurut lainnnya terselesaikan. Perusahaan semacam
Westrum (2004), hal ini sangat membantu ini juga cenderung abai terhadap tanggung
bagi industri perhotelan untuk dapat jawab sosial perusahaan (Corporate social
berkompetisi dan membedakan mereka responsibility).
dengan perusahaan lain. Di perusahaan Dengan tingginya resiko menjadi
distribusi dan pemasaran, perhatian terhadap perusahaan dengan budaya agresif, tidak
detil tidak terlalu diperlukan karena mereka mengherankan jika PT. X memiliki skor
mengutamakan kecepatan dan fleksibilitas. budaya agresif yang paling rendah
Dengan komposisi karyawan 50% adalah dibandingkan dengan dimensi-dimensi budaya
tenaga pemasaran, maka kecepatan dan lainnya. PT. X tetap berfokus pada pencapaian
fleksibilitas lebih diperlukan, sedangkan tujuan, namun dengan cukup kehati-hatian
perhatian terhadap detil lebih diperlukan oleh untuk menghindari pelanggaran yang dapat
departemen keuangan, akuntansi, pajak dan mengarah pada tindakan fraud (kecurangan)
administrasi yang proporsinya hanya sekitar dan pelanggaran lain. Mereka berorientasi
25% dari total karyawan di PT. X. Budaya ini pada hasil dengan memperhatikan aturan dan
cukup kuat, namun tidak telalu menjadi tanggung jawab.
perhatian kecuali untuk bagian-bagian tertentu
di perusahaan. SIMPULAN DAN SARAN
Perusahaan dengan budaya agresif yang Simpulan
tinggi ditandai dengan kompetisi yang tinggi Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
dan keinginan untuk mengungguli pesaing. gambaran budaya perusahaan di PT. X berada
Penelitian yang dilakukanoleh Greene, et al pada kategori kuat. Dimensi yang berada pada
UNP JOURNALS PRINTED ISSN 2087-8699
60 Jurnal RAP UNP, Vol. 10 No. 1, Mei 2019 hal. 46-61
meningkatkan kerjasama antar indivisu dalam bagi tenaga penjual untuk meningkatkan daya
kelompok. Perusahaan sangat perlu saing dengan perusahaan distribusi spare
meningkatkan budaya aggresiveness terutama parts lain.
DAFTAR RUJUKAN