Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF ANGKUTAN UMUM ANTAR KOTA DI

PROVINSI SULAWESI UTARA

VIRGINIA ANGGRIANI FELANITA POLLA


GUSTAAF BUDDY TAMPI
VERY Y. LONDA

Research that has been conducted aims to analyze how the Implementation of Policy Determination of Inter-
City Public Transportation Tariff in North Sulawesi Province. The method used in this research is qualitative
method. Based on the results of the study can be concluded that the Implementation of the Policy
Determination of Inter-City Public Transportation Tariff in North Sulawesi Province has not been running
properly. Judging from the survey results in the field based on the amount of tariff written in the Decree
issued by the Governor of North Sulawesi. In the actual tariff rules on the route Kawangkoan - Manado tariff
as per SK Rp 12.600, - in fact the current tariff of Rp 15.000, - route Manado - Langoan Rp 15.000, - to Rp
17.000, - Manado - Tondano route Rp 9,400, - to Rp 10,000, - Manado - Tomohon route Rp 7, 400, - to Rp
8.000, - Manado - Kotamobagu route Rp 34.500 to Rp 55.000, - Manado - Bitung route Rp 9,700, - to Rp
10.000, - and route Manado - Amurang Rp 13.800, - to Rp 15.000 , -.The sanctions stated in Article 10 in the
Pergub of North Sulawesi number 13 of 2016 which should be feared by the recipients of policies that violate
the rules are in fact not known by the recipients of the policy so that it becomes something that is considered
unimportant to something that is not important to be conveyed and known. Furthermore, four factors that
determine the success of a policy implementation of communication, resources, disposition, bureaucratic
structure has not been implemented and a barrier to the successful implementation of the policy of
determining public transportation rates. Lack of public respect for existing policies for various reasons that
exist inhibit the implementation of a policy. To solve the existing problems in the implementation of the inter-
city public tariff policy adoption in North Sulawesi Province, provincial and district / city governments as
policy makers and policy-makers should be concerned about whether or not a policy should be implemented.

Keywords: Policy Implementation, Public Transportation, Tariff.

PENDAHULUAN Menyadari pentingnya transportasi bagi kehidupan


Transportasi merupakan sarana transportasi yang manusia, melalui pelaksanaan kebijakan pemerintah
digunakan manusia dalam menjalankan aktivitas. menyangkut kesejahteraan para pengusaha
Transportasi memiliki beberapa jenis diantaranya transportasi dimana hal ini dapat berdampak pada
transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi pelayanan yang diberikan para pelaku transportasi
udara. Transportasi darat dalam hal ini angkutan kepada masyarakat sebagai pengguna sarana
umum adalah salah satu sarana transportasi yangg transportasi maka pemerintah di tuntut berperan
sangat sering di gunakan manusia dalam aktif dalam pelaksanaan aturan penyesuaian tarif
menjalankan aktivitas dari suatu tempat ke tempat angkutan demi tercapainya efisiensi yang lebih
yang lain. Selain memudahkan aktivitas manusia, baik, menguntungkan bagi para pengendara (supir)
pelayanan yang diberikan diharapkan dilakukan maupun para pengguna transportasi (penumpang).
secara cepat, aman, nyaman, dan murah. Melihat Untuk itu dengan adanya kebijakan pemerintah
dari pentingnya sarana transportasi, transportasi menurunkan Bahan Bakar Minyak (BBM) maka
darat yang dalam hal ini angkutan umum harus perlu adanya evaluasi kembali tentang penetapan
selalu ada karena jika tidak dapat mempersulit tarif angkutan umum berdasarkan Peraturan
manusia menjalankan aktivitasnya dari suatu Gubernur Sulawesi Utara nomor 13 tahun 2016
tempat ke tempat lain. Hal ini juga dapat dilihat tentang penyesuaian kembali tarif angkutan umum
dari meningkatnya kebutuhan akan jasa anggkutan dengan menimbang dengan adanya penurunan
umum diantaranya angkutan orang ataupun barang harga jual eceran bahan bakar minyak dalam negeri
ke daerah lain atau kepelosok daerah. Dilihat dari yang berlaku mulai tanggal 1 april 2016 maka
peranan penting transportasi tersebut, maka jasa dalam rangka meningkatkan daya beli pengguna
angkutan umum harus di tata untuk menciptakan jasa angkutan penumpang antarkota kelas ekonomi
suatu ketertiban, kenyamanan, dan kelancaran jasa dijalankan dengan mobil bus umum dengan tetap
angkutan dengan biaya terjangkau oleh masyarakat. memperhatikan upaya peningkatan mutu pelayanan,

1
di pandang perlu menyesuaikan kembali tarif taksi gelap yang ada, menimbulkan penolakan dari
angkutan dengan memperhatikan aturan yang pihak pengendara (supir) angkutan umum karena
berlaku bahwa apabila para pengendara (supir) dengan adanya taksi gelap akan mempengaruhi
yang tidak mengindahkan Peraturan Gubernur ini tingkat pengguna angkutan umum dan pendapatan
akan di cabut izin operasi/izin trayek sesuai dengan mereka akan berkurang. Dan itu membuat pihak
perundang-undangan yang berlaku (pasal 10). dan angkutan umum melakukan pungutan diluar tarif
pasal 11 tertulis bahwa menugaskan Kepala dan membuat besar tarif tidak sesuai dengan
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika kebijakan yang telah ditetapkan.
Provinsi Sulawesi Utara dan instansi yang terkait Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti
untuk melakukan pengawasan dan pengamanan dengan mengangkat judul : Implementasi
terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur Sulawesi Kebijakan Penetapan Tarif Angkutan Umum di
Utara nomor 13 tahun 2016. Provinsi Sulawesi Utara.
Namun sayangnya surat keputusan yang dibuat oleh TINJAUAN PUSTAKA
pemerintah ini pada kenyataannya masih belum Konsep Kebijakan Publik
diikuti dengan turunnya tarif angkutan umum, Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berdasarkan survei di beberapa terminal mengapa kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
belum sesuai dengan aturan yang ada seperti pada menjadi pedoman dan dasar rencana dalam
trayek Kawangkoan - Manado tarif sesuai SK Rp pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
12.600,- pada kenyataannya tarif saat ini Rp cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada
15.000,- trayek Manado - Langoan Rp 15.000,- pemerintahan, organisasi dan kelompok sector
menjadi Rp 17.000,- trayek Manado - Tondano Rp swasta, serta individu.
9.400,- menjadi Rp 10.000,- trayek Manado - Dalam Samodro Wibawa (2010:2-3), Budi
Tomohon Rp 7.400,- menjadi Rp 8.000,- trayek Winarmo (2012) mengutip pendapat beberapa
Manado - Kotamobagu Rp 34.500 menjadi Rp pakar sebagai berikut:
55.000,- trayek Manado - Bitung Rp 9.700,- Carl Friedrich (1963) melihat, bahwa kebijakan
menjadi Rp 10.000,- dan trayek Manado - Amurang adalah arah tindakan yang di usulkan oleh
Rp 13.800,- menjadi Rp 15.000,- hasil survei ini seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
membuktikan adanya masalah implementasi lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-
kebijakan pada penetapan tarif angkutan umum hambatan atau kesempatan-kesempatan dalam
antar kota. rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan
Pada awalnya harga tarif dinaikkan karena harga suatu sasaran atau maksud tertentu.
Bahan Bakar Minyak (BBM) juga naik, namun Richard Rose (1969) berpendapat, bahwa kebijakan
setelah harga BBM kembali turun tarif yang adalah serangkaian kegiatan yang sedikit banyak
awalnya dinaikkan tak kunjung di turunkan oleh berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya
pihak pengendara dengan alasan karena harga suku bagi mereka yang bersangkutan, bukan keputusan,
cadang tidak mengalami penurunan. Berbeda yang berdiri sendiri-sendiri.
dengan saat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), Robert Eyestone (1971) membuat definisi yang
surat keputusan belum diterbitkan tetapi tarif yang sangat luas, yaitu bahwa kebijakan publik adalah
ada sudah di naikkan oleh para pengendara (supir) hubungan suatu unit pemerintah dengan
berdasarkan pemahaman dan kalkulasi mereka. Hal lingkungannya.
ini yang menimbulkan rasa ketidakadilan bagi
Konsep Implementasi Kebijakan
masyarakat sebagai penumpang. Karena banyak
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang
diantara para pengguna transportasi terdiri dari
sangat strategis dalam proses kebijakan publik.
masyarakat yang penghassilannya di bawah rata-
Tahapan implementasi kebijakan tidak akan
rata, itulah sebabnya harus ada tindakkan dari
dimulai sebelum tujuan dan sasaran di tetapkan
pemerintah itu sendiri untuk mengawasi
terlebih dahulu. Dengan demikian tahap
pelaksanaan dari aturan yang telah dibuat untuk
implementasi kebijakan terjadi setelah undang-
dapat memberikan keringanan kepada masyarakat
undang ditetapkan dan adanya anggaran untuk
sebagai pengguna transsportasi.
membiayai pelaksanaan kebijakan tersebut.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi penetapan Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino
tarif yaitu adanya taksi gelap. Meningkatnya jumlah (2008:139) implementasi kebijakan adalah
2
“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik individu- menggunakan mobil bus dengan lajur khusus yang
individu atau pejabat-pejabat atau kelompok- terproteksi sehingga memungkinkan peningkatan
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kapasitas angkutan yang bersifat massal yang di
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah operasikan di Kawasan perkotaan (pasal 1 angka 2
digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 10 Tahun
Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino 2012 tentang standar pelayanan minimal angkutan
(2008:139) yang mendefinisikan implementasi massal berbasis jalan).
kebijakan sebagai pelaksana keputusan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tantang Lalu
kebijaksanaan dasar biasanya dalam bentuk Lintas dan Angkutan Jalan telah mengatur
undang-undang, namun dapat pula berbentuk mengenai Standar Pelayanan Angkutan Orang
perintah-perintah atau keputusan-keputusan (Pasal 141 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009)
eksekutif yang penting atau keputusan badan yang mewajibkan perusahaan angkutan umum
peradilan. untuk memenuhi standar pelayanan minimal yang
Dari beberapa definisi di atas, dapat diketahui meliputi: keamanan, keselamatan, kenyamanan,
makna dasar yang terkandung dalam kata keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Untuk
implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: melaksanakan ketentuan tersebut, Menteri
1. Adanya tujuan atau sasaran suatu kebijakan Perhubungan mengeluarkan Peraturan Menteri
2. Adanya aktifitas atau kegiatan pencapaian Perhubungan No. PM. 10 Tahun 2012 tentang
tujuan standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal
3. Adanya hasil dari kegiatan yang dilakukan Berbasis Jalan.
Konsep Transportasi Model Implementasi Kebijakan
Konsep Transportasi didasarkan pada adanya Model Implementasi Kebijakan menurut George C.
perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan Edward III dalam (Mulyadi 2016:28-29&68-69),
(destination). Perjalanan adalah pergerakan orang yaitu model implementasi kebijakan dengan
dan barang antara dua tempat kegiatan yang perspektif top down yang menunjuk pada 4 (empat)
terpisah untuk melakukan kegiatan perorangan atau Faktor yang berperan penting dalam pencapaian
kelompok dalam mayarakat. Perjalanan dilakukan keberhasilan Implementasi, yaitu :
melalui suatu lintasan tertentu yang 1. Komunikasi, yaitu menekankan bahwa setiap
menghubungkan assal dan tujuan, menggunakan kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan
alat angkut atau kendaraan dengan kecepatan baik jika terjadi komunikasi efektif antara
tertentu, sehingga perjalanan adalah proses pelaksana program (kebijakan) dengan para
perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain. kelompok sasaran (target grup). Tujuan dan
Transportasi adalah pemindahan manusia atau sasaran dari program kebijakan dapat
barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menghindari adanya distorsi atas kebijakan
menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh dan program.
manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk 2. Sumberdaya, yaitu menekankan setiap
memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas kebijakan harus didukung oleh sumberdaya
sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya yang memadai, baik sumberdaya manusia
menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan maupun sumberdaya finansial. Sumberdaya
taksi. Transportasi sendiri terbagi tiga yaitu, manusia adalah kecukupan baik kualitas
transportasi darat, transportasi laut dan udara. maupun kuantitas implementor yang dapat
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal melingkupi seluruh kelompok sasaran.
Berbasis Jalan yang selanjutya disebut Standar Sumber daya finansial adalah kecukupan
Pelayanan Minimal adalah persyaratan modal investasi atau sebuah
penyelenggaraan angkutan massal berbasis jalan program/kebijakan. Keduanya harus
mengenai jenis dan mutu pelayanan yang berhak diperhatikan dalam implementasi kebijakan.
diperoleh setiap pengguna jasa angkutan massal Sebab tanpa kehandalan implementor,
berbasis jalan secara minimal (pasal 1 angka 1 kebijakan menjadi kurang energik dan
peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 10 Tahun berjalan rogram tak dapat lambat. Sedangkan
2012 tentang standar pelayanan minimal angkutan sumberdaya finansial menjadi
massal berbasis jalan). Angkutan massal berbasis keberlangsungan kebijakan. Tanpa ada
jalan adalah suatu sistem angkutan umum yang dukungan finansial yang memadai, program
3
tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam lintas jalan. Angkutan umum adalah angkutan
mencapai tujuan dan sasaran. penumpang yang dilakukan dengan sewa atau
3. Disposisi, yaitu menekankankan terhadap bayar.
karakteristik yang erat kepada implementor Jenis Angkutan
kebijakan/program. Karakter yang paling Jenis pelayanan angkutan orang dengan kendaraan
penting dimiliki oleh implementor adalah bermotor umum dalam trayek sebagaimana
kejujuran, komitmen dan demokratis. dimaksud dalam pasal 22 huruf a PP nomor 74
Implementor yang memiliki komitmen yang tahun 2014, terdiri dari :
tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan a. Angkutan lintas batas Negara yang merupakan
diantara hambatan yang ditemui dalam angkutan orang yang melalui lintas batas
kebijakan. Kejujuran mengarahkan Negara lain
Implementor agar tetap barada dalam ras b. Angkutan antar kota antar Provinsi yang
program yang telah di gariskan dalam merupakan angkutan orang dari suatu kota ke
guideline program/kebijakan. Komitmen dan kota lain (AKAP)
kejujurannya membawanya semakin antusias c. Angkutan kota dalam Provinsi yang
dalam melaksanakan tahap-tahap program merupakan angkutan orang dari suatu kota ke
secara konsisten. Sikap yang demokratis akan kota lain tapi masih dalam lingkup satu
meningkatkan kesan baik implementor dan provinsi (AKDP)
kebijakan dihadapan anggota kelompok d. Angkutan perkotaan angkutan orang dari
sasaran. Sikap ini akan menurunkan resistensi kecamatan satu ke kecamatan lainnya dalam
dari masyarakat dan menumbuhkan rasa lingkup satu kabupaten
percaya dan kepedulian kelompok sasaran e. Angkutan pedesaan adalah angkutan orang
terhadap implementor dan program/kebijakan. dalam dan atau antar wilayah pedesaan
4. Struktur Birokrasi, menekankan bahwa
struktur birokrasi menjadi penting dalam Regulassi Terkait Tarif Angkutan
implementasi kebijakan. Aspek struktur a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
birokrasi ini mencakup dua hal penting; nomor 74 tahun 2014 tentang angkutan jalan
pertama adalah mekanisme, dan struktur b. Peraturan Gubernur Sulawesi Utara nomor 13
organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme tahun 2016 tentang penyesuaian kembali tarif
implementasi program biasanya sudah angkutan penumpang antar kota ke kelas
ditetapkan melalui Standar Operating ekonomi di jalan dengan mobil bus umum dan
Procedure (SOP) yang tercantum dalam angkutan taksi di Provinsi Sulawesi Utara
guadline program kebijakan. SOP yang baik
mencantumkan kerangka kerja yang jelas METODE PENELITIAN
sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami Jenis Penelitian
oleh siapapun, karena akan menjadi acuan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam bekerjanya implementor. Sedangkan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
struktur organisasi pelaksana pun sejauh adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mungkin menghindari hal berbelit, Panjang meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
dan kompleks. Struktur organisasi pelaksana peneliti adalah instrumen kunci, teknik
harus dapat menjain adanya pengambilan pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
keputusan atas kejadian luar biasa dalam (gabungan) analisis data bersifat induktif, dan hasil
program secara cepat. Dan hal ini hanya dapat penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
lahir jika struktur didesain secara ringkas dan pada generalisasi. Objek dalam penelitian kualitatif
fleksibel menghindari “Virus Weberian” yang adalah objek yang alamiah, atau naturral setting,
kaku, terlalu rirarkis dan birokratis. sehingga metode penelitian ini sering disebut
sebagai metode naturalistic (Sugiyono 2015:1-2).
Tinjauan Tentang Angkutan Umum
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
data yang lebih mendalam, yaitu memperoleh data
Indonesia nomor 74 tahun 2014 tentang Angkutan
berdasarkan sebagaimana fakta yang ada
Jalan, dijelaskan angkutan aadalah perpindahan
dilapangan, yang dialami, dirasakan dan dipikirkan
orang dan/atau barang dari suatu tempat ketempat
oleh partisipan/sumber data.
lain dengan menggunakan kendaraan diruang lalu
4
Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Lokasi penelitian ini peneliti mengambil lokasi di 1. Observasi
Dinas Perhubungan Provinsi Sulut. Dipilihnya Observasi merupakan cara melakukan
lokasi penelitian ini dilakukan secara “purposive” pangamatan langsung kepada objek yang
(sengaja) dengan beberapa pertimbangan antara diteliti dengan tujuan untuk memperoleh
lain: lokasi penelitian tersebut mudah dijangkau bahan yang berkaitan dengan objek sehingga
baik dari segi geografis maupun kemudahan akses dapat memperoleh data-data yang diperlukan.
data dan informasi peneliti. 2. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada
Fokus Penelitian
informan kunci dan informan pendukung
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada
lainnya tentang implementasi kebijakan
implementasi kebijakan pemerintah dalam
penetapan tarif angkutan umum antar kota di
penetapan tarif angkutan umum antar kota di
Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini dilakukan
Provinsi Sulawesi Utara berkaitan dengan :
dengan tujuan untuk memperoleh data yang
1. Komunikasi
akurat untuk menjawab fokus penelitian.
2. Sumberdaya
3. Dokumentasi
3. Disposisi
Dukumentasi yaitu bertujuan untuk
4. Struktur Birokrasi
meningkatkan kredibilitas atau derajat
kepercayaan dari hasil penelitian yang dapat
Sumber Data
berupa gambar, maupun catatan-catatan
A. Data Primer
penting menyangkut dengan objek penelitian.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan pihak-pihak yang Teknik Analisa Data
terkait dan terlibat langsung dengan objek Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian maupun melalui penggambaran penelitian ini adalah analisis data kualitatif,
secara langsung iplementasi kebijakan mengikuti konsep yang diberikan Miles and
penetapan tarif angkutan umum antar kota di Huberman dan Spradley.
provinsi Sulawesi utara. Dalam Sugiyono (2015-183), Miles dan Huberman
B. Data Sekunder (1984) mengungkapkan bahwa aktivitas dalam data
Data sekunder yaitu data yang di dapat secara kualitatif dilakukan secara interaktif dan
tidak langsung untuk mendukung penulisan berlangsung secara terus menerus pada setiap
pada penelitian ini melalui dokumen atau tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan
catatan yang ada serta tulisan-tulisan karya datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis
ilmiah dari berbagai media dan arsip-arsip data, yaitu data reduction, data display, dan
resmi yang dapat mendukung kelengkapan conclusion drawing/verification.
data primer yang senantiasa berkaitan dengan 1. Reduksi Data (Data Reduction)
masalah. Mereduksi data merupakan kegiatan
merangkum catatan-catatan lapangan dengan
Informan Penelitian memilih hal-hal pokok yang berhubungan
Dengan metode penelitian kualitatif maka dipilih dengan permasalahan penelitian. Kemudian
sepuluh (10) informan yang dianggap memahami catatan-catatan tersebut disusun secara
dan dapat memberikan informasi yang benar sistematis agar dapat memberikan gambaran
menyangkut fokus dalam penelitian ini, yaitu : yang relavan dengan fokus penelitian.
1. 1 (satu) orang Kepala Dinas Perhubungan
Provinsi Sulawesi Utara 2. Penyajian Data (Data Display)
2. 1 (satu) orang Sekretaris Dinas Setelah data direduksi, maka langkah
3. 2 (dua) orang Kepala Bidang Perhubungan selanjutnya adalah menyajikan data. Melalui
Darat & Kepala Sub Bagian Angkutan Darat penyajian data tersebut, maka data
4. 4 (empat) orang Staf terorganisasikan, tersusun dalam pola
5. 2 (dua) orang Organisasi Angkutan Darat hubungan, sehingga akan mudah dipahami.
“Organda”. Dengan menyajikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang

5
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya menjalankan tugas sebagai pelaksana dari
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Peraturan Gubernur Sulawesi Utara nomor 13
tahun 2016 tentang tarif.
3. Verifikasi Data (Verification and d. Struktur Birokrasi : Pimpinan yang ada di
Conclusion Drawing) Dinas Perhubungan Provinsi mengatakan
Penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal bahwa semua yang dilakukan berdasarkan
penelitian berlangsung hingga pada akhirnya. SOP. Namun ternyata banyak pegawai yang
Kesimpulan awal dikemukakan masih bersifat belum memahami tentang SOP (Standard
sementara dan dapat berubah bila ditemukan operational procedure). Karena kurang
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada pahamnya mereka tentang SOP tersebut,
tahap pengumpulan data berikutnya. penerapan peraturan tidak akan mendapatkan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan keseimbangan.
mencari pola dan hubungan data yang relevan Pembahasan
dengan fokus penelitian yang kemudian 1. Komunikasi
dituangkan dalam kesimpulan akhir. Setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan
dengan baik jika terjadi komunikasi yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
efektif antara pelaksana program (kebijakan)
Hasil Penelitian
dengan para kelompok sasaran (target grup).
Berdasarkan hasil wawancara mengenai
Tujuan dan sasaran dari program kebijakan
Implementasi Kebijakan Penetapan Tarif Angkutan
dapat di sosialisasikan secara baik sehingga
Umum Antar Kota di Provinsi Sulawesi Utara jika
dapat menghindari adanya distorsi atas
dilihat dari Teori model implementasi dari George
kebijakan dan program.
C. Edward III dapat dikatakan
Dalam komunikasi dapat ditarik kesimpulan
a. Komunikasi : Sosialisasi tentang Peraturan
bahwa aturan ini belum di implementasikan
Gubernur Sulawesi Utara nomor 13 tahun
sebagaimana mestinya. Hal ini di karenakan
2016 tentang penyesuaian kembali tarif
proses sosialisasi yang dilakukan oleh petugas
angkutan penumpang umum belum
perhubungan di unit-unit terminal belum
tersosialisasikan secara efektif. Proses
efektif. Dilihat dengan pernyataan yang
pelaksanaannya tidak di fasilitiasi. Masyarakat
disampaikan beberapa informan yang
sebagai pengendara (supir) dan penumpang
mmengatakan bahwa proses sosialisasi hanya
yang menjadi kelompok sasaran yang
melalui penyampaian dari mulut ke mulut dan
seharusnya mengetahui kebijakan untuk
tempelan Surat Keputusan mengenai tarif
dilaksanakan tetapi justru belum mengetahui
angkutan umum di depan kantor perhubungan
bahkan masyarakat sebagai penumpang baru
unit-unit terminal dianggap belum efektif
mengetahui peraturan ini melalui wawancara.
karena dilihat dari pernyataan beberapa
b. Sumberdaya : Kurangnya peran dari Dinas
informan yang sampai saat ini belum
Perhubungan terhadap pelaksanaan aturan.
mengetahui tarif berdasarkan Surat Keputusan
Perintah yang tegas terhadap wewenang yang
yang ada. Tindakan nyata melalui pengenalan
diberikan dalam pelaksanaan Peraturan
tentang Peraturan Gubernur Sulawesi Utara
Gubernur Sulawesi Utara nomor 13 tahun
nomor 13 tahun 2016 mengenai tarif kepada
2016 tentang penyesuaian kembali tarif
masyarakat yaitu melalui sosialisasi
angkutan umum sampai saat ini belum ada,
(Penyampaian dan Penjelasan) sampai saat ini
membuat para petugas lapangan tidak
belum dilakukan. Hal ini membuat masyarakat
mempermasalahkan aturan yang diterima
belum mengetahui tentang kebijakan yang
tidak sesuai dengan yang ada di lapangan.
sebenarnya harus diberlakukan dalam
c. Disposisi : Petugas Perhubungan belum
beraktivitas menggunakan kendaraan umum.
menjalankan tugas sebagaimana mestinya.
Dengan kata lain, sampai saat ini belum ada
Mereka belum dapat mengatasi pro dan kontra
inisiatif dan kepedulian dari petugas
yang terjadi akibat kesalapahaman yang
perhubungan yang ada di unit terminal
dterjadi. Sikap sebagai seorang pelaksana
kawangkoan mengatasi ketidaktahuan
tidak ditunjukan menciptakan perspektif yang
masyarakat terhadap kebijakan mengenai tarif
negative dari masyarakat terhadap Petugas
angkutan umum. Tidak adanya komunikasi
Perhubungan. Kurangnya komitmen dalam
6
yang efektif yang terjadi antara pelaksana Dinas Perhubungan untuk dilakukannya
program dengan kelompok sasaran membuat berdasarkan aturan yang ada. Wewenang
kebijakan belum terimplementasikan dengan hanya diberikan untuk disampaikan tapi tidak
baik. Kesimpulan bahwa Peraturan Gubernur diberikan peringatan dan ketegasan harus
Sulawesi Utara nomor 13 tahun 2016 tentang dilaksanakan berdasarkan apa yang ada dalam
Penyesuaian Kembali Tarif Penumpang Antar aturan. Sehingga kesimpulan dalam
Kota Kelas Ekonomi di Jalan dengan Mobil pelaksanaan Peraturan Gubernur Sulawesi
Bus Umum dan Angkutan Taksi di Provinsi Utara nomor 13 tahun 2016 tentang
Sulawesi Utara pada indicator komunikasi Penyesuaian Kembali Tarif Penumpang Antar
yakni sosialisasi yang dilakukan belum efektif Kota Kelas Ekonomi di Jalan Dengan Mobil
membuat parapenumpang sebagai salah satu Bus Umum dan Angkutan Taksi di Provinsi
yang menjadi penerima kebijakan, belum Sulawesi Utara pada indicator sumberdaya
mengetahui dan memahami isi dari Surat pemerintah Dinas Perhubungan sebagai
Keputusan mengenai tarif angkutan umum. pemberi kebijakan belum mengambil peran
2. Sumberdaya dalam pelaksanaan aturan mengenai tarif
Dalam implementasi kebijakan sumberdaya angkutan. Bagaimana pelaksana dapat
yang dikategorikan terdiri dari staf, informasi, menjalankan apa yang ditugaskan jika yang
wewenang dan fasilitas. Walaupun sudah menugaskan tidak memberikan ketegasan
ditunjang dengan sumber daya yang memadai terhadap apa yang disampaikan. Aturan tetap
tersedianya sumberdaya manusia yang harus diberlakukan, apapun kendala yang akan
mendukung, dikomunikasikan secara jelas dan ditemui dilapangan, untuk itu sangat penting
konsisten dan telah dipahami dengan bai kapa ketegasan dalam peran sebagai pemberi
yang harus dilakukan. Tetapi apabila dalam wewenang dan pelaksana wewenang
pelaksanaannya tidak ada ketegasan terhadap ditunjukan dalam pelaksanaan aturan tentang
wewenang yang diberikan maka implementasi tarif angkutan umum.
tidak akan berjalan secara efektif. 3. Disposisi
Kebijakanpun akan tinggal diatas kertas Disposisi yang dimaksud menekankan pada
menjadi dokumen saja. karakteristik implementor. Disposisi atau
Dilihat dari sumberdaya, yang menjadi sikap pelaksana kebijakan merupakan faktor
sumberdaya dari pelaksanaan Peraturan penting ketiga dalam pencapaian keberhasilan
Gubernur Sulawesi Utara nomor 13 tahun implementasi. Jika pelaksanaan kebijakan
2016 tentang tarif angkutan dalam hal ini ingin berjalan sesuai dengan yang diharapkan
semua petugas lapangan yang ada di unit-unit maka pelaksana tidak cukup hanya
terminal sebagai penerima wewenang dan mengetahui apa yang dilakukan tetapi
pemberi wewenang yaitu Pemerintah Dinas mempunyai komitmen yang tinggi bertahan
Perhubungan. Untuk itu, sumberdaya yang menghadapi hambatan yang ditemui dalam
dimaksud adalah wewenang sebagai pemberi pelaksanaan kebijakan.
dan penerima wewenangadalah faktor penting Dalam disposisi ini, sikap pelaksana kebijakan
dalam mengimplementasikan kebijakan mengenai tarif angkutan umum kurang
penetapan tarif angkutan umum di Provinsi berkomitmen terhadap tanggung jawab
Sulawesi Utara. Namun dalam diberikan. Hal ini terlihat pada belum adanya
pelaksanaannya sebagai pemberi wewenang tindakan dari pelaksana kebijakan dalam
tidak menunjukan tindakan perintah yang mengatasi pro dan kontra terhadap
tegas terhadap pelaksanaan kebijakan yang pelaksanaan kebijakan tarif angkutan umum
diberikan apabila atasan tidak memiliki selanjutnya belum adanya tindakan dari
ketegasan dalam memberikan perintah petugas dalam mengatasi kendaraan-
terhadap pelaksanaan kebijakan mengenai kendaraan yang tidak layak jalan dan jumlah
tarif angkutan umum. Dilihat berdasarkan tempat duduk dalam kendaraan yang melebihi
pernyataan dari petugas yang ada di salah satu dari kententuan yang ada. Komitmen yang
unit terminal mengenai kebijakan tentang tarif lemah membuat pelaksana tidak
angkutan umum sampai saat ini belum ada memperdulikan apa yang menjadi tugas dan
ketegasan atau peringatan dari Pemerintah tanggung jawab sebagai pelaksana seingga
7
tindakan pelaksana muncul hanya tergantung sebagai indikator yang berperan penting dalam
dari pengeluhan para penerima kebijakan. pencapaian keberhasilan implementasi belum
Kepedulian dan komitmen terhadap tugas difungsikan sebagaimana mestinya sehingga
sebagai pelaksana belum ditunjukkan menghambat pelaksanaan dari kebijakan
sehingga membuat perspektif yang negative penetapan tarif angkutan umum di Provinsi
dari masyarakat. Sehingga kesimpulan dalam Sulawesi Utara.
pelaksanaan Peraturan Gubernur Sulawesi
KESIMPULAN DAN SARAN
Utara nomor 13 tahun 2016 tentang
Kesimpulan
Penyesuaian Kembali Tarif Penumpang Antar
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Kota Kelas Ekonomi di Jalan Dengan Mobil
sebagaimana telah di uraikan pada bab sebelumnya,
Bus Umum dan Angkutan Taksi di Provinsi
Implementasi Kebijakan Penetapan Tarif Angkutan
Sulawesi Utara pada indicator disposisi atau
Umum Antar Kota di Provinsi Sulawesi Utara
sikap pelaksana di anggap kurang
belum terlaksana sebagaimana mestinya. Maka
berkomitmen dalam bertindak, mengabaikan
selanjutnya dapat di tarik kesimpulan sebagai
apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab.
berikut :
4. Struktur Birokrasi
1) Komunikasi yang resmi dalam tindakan
Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang
sosialisasi mengenai Peraturan Gubernur
signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Sulawesi Utara nomor 13 tahun 2016 mengenai
Aspek struktur birokrasi mencakup dua hal
tarif angkutan umum belum efektif.
penting yaitu mekanisme, itu biasanya sudah
2) Sumberdaya atau perintah sebagai pelaksana
ditetapkan melalui Standar Operating
pemberi wewenang belum memberi peran
Procedure (SOP) dan struktur organisasi yang
secara langsung dan tegas terhadap pelaksanaan
sangat membuat menghindari dari hal yang
aturan tentang tarif angkutan umum.
berbelit dan menjamin adanya pengambilan
3) Kurang Berkomitmen dalam melaksanakan
keputusan secara cepat dan terarah.
tanggung jawab yang diberikan pada
Terkait dengan struktur birokrasi yakni
pelaksanaan kebijakan.
didalamnya mengandung unsur
4) Ketidakpedulian terhadap tugas dan tanggung
ketersediaannya SOP yang menjadi pedoman
jawab dalam pembagian tugas dalam Struktur
dalam pelaksanaan suatu kebijakan tetapi hasil
Organisasi.
temuan peneliti menemukan bahwa dalam
pelaksanaan aturan mengenai tarif angkutan Saran
umum yang ada dalam Peraturan Gubernur Mengacu pada kesimpulan penelitian diaatas,
nomor 13 tahun 2016 tidak dibuatnya SOP beberapa saran disampaikan dalam penellitian ini
sebagai pedoman dalam pelaksanaan membuat diantaranya :
proses pelaksanaan aturan mengenai tarif 1. Sosialisasi mengenai Peraturan Gubernur nomor
angkutan membuat aturan ini belum berjalan 13 tahun 2016 mengenai tarif di sampaikan
sebagaimana mestinya. Selanjutnya struktur secara langsung kepada setiap pengguna di
organisasi yang belum terarah, pembagian masing-masing unit terminal dan pemerintah
tugas yang belum terstruktur membuat harus memastikan bahwa setiap pengguna itu
pelaksana kurang peduli terhadap tanggung mengetahui dengan jelas tentang Peraturan yang
jawab, memunculkan sikap saling harap telah ditetapkan.
mengharapkan satu dengan yang lain 2. Mekanisme penetapan jumlah tarif angkutan
menciptakan tidak adanya kerjasama di unit- umum dalam pembuatannya sebaiknya
unit terminal dalam pelaksanaan kebijakan dilakukan survey terlebih dahulu dilapangan,
tentang tarif angkutan umum. Sehingga apasaja yang harus disesuaikan sebelum
kesimpulan dalam pelaksanaan Peraturan ditentukan beberapa jumlah tarifnya agar dalam
Gubernur Sulawesi Utara nomor 13 tahun pelaksanaannya tidak ada yang dirugikan
2016 tentang Penyesuaian kembali Tarif 3. Sanksi yang tertulis dalam Peraturan Gubernur
Penumpang Antar Kota Kelas Ekonomi di Sulawesi Utara nomor 13 tahun 2016 mengenai
Jalan dengan Mobil Bus Umum dan Angkutan tarif angkutan umum perlu disampaikan dan
Taksi di Provinsi Sulawesi Utara pada diberlakukan. Sebagai pemberi wewenang harus
indikator keempat tentang struktur birokrasi lebih tegas memerintahkan, memperhatikan dan

8
mengawasi terlaksananya Peraturan Gubernur Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik.
Sulawesi Utara nomor 13 tahun 2016 agar Bandung: AIPI.
kebijakan yang ada hanya terdiam begitu saja Tangkilisan Y.B. 2003. The Policy-Making
dan tidak dilaksanakan Process. Engleword Cliffs: Prentice Hall.
4. Struktur Organisasi dalam rangka pembagian Wibawa S. 2010. Politik Perumusan Kebijakan
tanggung jawab sangat perlu dilakukan agar Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu
tidak menimbulkan rasa ketidakpedulian Winarno B. 2007. Kebijakan Publik. Yogyakarta:
terhadap tugas dan tanggung jawab yang Media Pressindo.
seharusnya dilaksanakan tetapi hanya saling Subarsono A.G. 2008. Analisis Kebijakan Publik.
menharapkan satu dengan yang lain untuk Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
mengerjakan. Kerjasama dalam satu tim sebagai Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif.
pelaksana kebijakan sangat penting untuk Bandung: Alfabeta.
dilakukan demi tercapainya keberhasilan Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif.
implementasi terhadap suatu kebijakan. Cetakan Kesebelas. Bandung: Alfabeta.
Valentia Bujung. 2017. Implementasi Kebijakan
DAFTAR PUSTAKA
Penetapan Tarif Angkutan di Kabupaten
Abidin S.Z. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta:
Minahasa. Tondano: Skripsi.
Yayasan Pancur Siwah.
Regulasi :
Agustino L. 2009. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 10
Bandung: PT. Alfabeta.
Tahun 2012 Tentang standar Pelayanan
Arenawati. 2013. Administrasi Pemerintahan
Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan.
Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Craswell J.W. 2014. Research Design Pendekatan
74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan.
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi
Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 13
Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tahun 2016 tentang Penyesuaian Tarif
Dwiyanto I. 2009. Kebijakan Publik Berbasis
Angkutan Antar Kota Kelas Ekonomi Di
Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta: Gava
Jalan Dengan Mobil Bus Umum Dan
Media.
Angkutan Taksi Di Provinsi Sulawesi
Mulyadi D. 2016. Kebijakan Publik dan Pelayanan
Utara.
Publik. Bandung: Alfabeta
Sumber Lain (webside) :
Nugroho R. 2003. Kebijakan Publik. Jakarta:
http://manadoline.com/pergub-resmi-dikeluarkan-
Rajagrafindo Persada.
ini-penyesuaian-tarif-angkutan-umum-di-
Nugroho R. 2008. Public Policy. Jakarta: Elex
sulut/
Media Komputindo.
http://elshinta.com/news/55923/2016/04/07/kemenh
Nugroho R. 2013. Metode Penelitian Kebijakan.
ub-imbau-masyarakat laporkan-tarif-tidak-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
turun
Nugroho R. 2015. Kebijakan Publik di Negara-
https://eprints.uns.ac.id/3281/1/1686226012012012
Negara Berkembang. Yogyakarta: Pustaka
71.pdf
Pelajar.
Pandoh M.Y. 2015. Implementasi Kebijakan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Manado: Skripsi.

You might also like