Morfologi Dan Citra Kota Kawasan Kauman, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati The Morphology and Image of Kauman Town, Juwana Sub District, Pati Regency

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Litbang:

Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK


http://ejurnal-litbang.patikab.go.id
Vol. 17 No. 1 Juni 2021 Hal 1-16

Morfologi dan Citra Kota Kawasan Kauman, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati

The Morphology and Image of Kauman Town, Juwana Sub District, Pati Regency

Wildansyah Firdaus Adiguna1) a)*, Marisa Triyanti2) b)


1) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pati
a) Jl.P. Sudirman No. 66 Pati, 59114. Jawa Tengah
2) Kantor Pertanahan Kota Pagar Alam
b) Jl. Laskar Wanita Mentarjo Pagar Alam, 31581. Sumatera Selatan

*Email: wildansyahfirdausadiguna@gmail.com

Naskah Masuk: 8 Desember 2020 Naskah Revisi: 15 April 2021 Naskah Diterima: 27 April 2021

ABSTRACT
Physical elements to form city image that can be perceived through the function, location, and character of a certain
urban area, are the keys to obtain the image of city. Kauman is a developing urban area in Juwana Sub-district, Pati Re-
gency. This research aims to identify the elements of urban morphology and the forming elements of the city image in
Kauman through the mental map method, based on the perceptions, experiences, memories, and feelings of its communi-
ty. This study uses a qualitative method with a descriptive analysis approach. This study used Trancik’s theory to investi-
gate urban morphology and used Lynch's theory to identify the forming elements of the city image. The urban morpholo-
gy of Kauman was arranged as follows: solid elements were found in figure-ground, 1 point single block, and 2 groups at
Jalan W.R. Supratman as multiple blocks. Meanwhile, void elements found 2 points. Linkage elements found a point.
There are 3 styles of architecture still founded in Kauman, including Colonial, Javanese traditional, and Chinese style.
Based on the analysis of the physical elements forming the Kauman Juwana image, it is arranged through 13 objects,
there are 2 path elements, 4 edge elements, 3 district elements, 1 node element, and 3 landmark elements.
Keywords: Juwana, physical elements, town image, urban morphology

ABSTRAK
Elemen fisik pembentuk citra kota yang dapat dirasakan melalui fungsi, lokasi, dan karakter merupakan kunci untuk
mengetahui gambaran citra kota tersebut. Kauman merupakan kawasan perkotaan di Kecamatan Juwana, Kabupaten
Pati yang terus mengalami perkembangan berikut citranya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi elemen
morfologi kota dan elemen pembentuk citra kota di Kauman melalui metode peta mental berdasarkan persepsi,
pengalaman, ingatan, dan perasaan masyarakat Kauman. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan analisis
deskriptif. Penelitian ini mengkaji elemen morfologi kota berdasarkan teori Trancik dan elemen pembentuk citra kota
berdasarkan teori Lynch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi Kota Kauman disusun melalui objek sebagai
berikut elemen solid ditemukan pada figure ground, blok tunggal 1 titik, dan blok ganda ditemukan 2 kelompok di
koridor Jalan W. R. Supratman, sedangkan elemen void ditemukan 2 elemen; linkage ditemukan 3 elemen; dan place
ditemukan 1 titik. Penampakan bangunan berkarakter kuat yang mewakili suatu langgam atau gaya bangunan
tertentu yang ditemukan yaitu bangunan bergaya Kolonial, Tradisional Jawa, dan Cina. Berdasarkan analisis, elemen
fisik pembentuk citra Kauman Juwana disusun melalui 13 objek, meliputi 2 elemen jalur (path), 4 elemen batas (edge), 3
elemen kawasan (district), 1 elemen titik temu (nodes), dan 3 elemen penanda kawasan (landmark).
Kata kunci : Juwana, elemen fisik, citra kota, morfologi kota

PENDAHULUAN ekonomi yang diwadahi dalam kota tersebut


akan mendorong penyesuaian dalam pemenu-
Tumbuh kembang suatu kota dipengaruhi oleh han kebutuhan ruang bagi aktivitas masyara-
dinamika yang terjadi pada penduduk dan kat. Sebuah kota tergambarkan melalui ling-
segala aspek yang berkaitan dengan mereka. kungan dan elemen-elemennya. Menurut
Dampaknya akan terlihat pada perkembangan Lynch (1960), elemen-elemen pembentuk citra
aktivitas dan perkembangan kawasan ter- kota terdiri dari paths (jalan), edges (batas),
bangun. Kehidupan sosial budaya, politik, dan districs (kawasan), nodes (simpul), dan

1
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

landmark (tetenger). Melalui citra tersebut, perekonomian di Kecamatan Juwana bahkan


makna bentuk kota bagi masyarakat yang men- Kabupaten Pati. Perkembangan kota yang pesat
diaminya akan lebih mudah diketahui, sekaligus dan peran sebagai simpul perekonomian serta
menjelaskan pentingnya persepsi masyarakat perdagangan, Kauman menghadapi ancaman
terkait. Citra kota, dimana elemen-elemen pem- perubahan menyebabkan fisik bangunan yang
bentuknya berdasarkan fisik kawasan akan ter- memiliki karakteristik tertentu. Perubahan
pengaruh oleh perkembangan kawasan ter- lanskap tersebut juga dapat berkontribusi ter-
bangun. Selain itu, terdapat pendapat yang hadap perubahan lingkungan fisik kota
menyatakan bahwa budaya memengaruhi pem- (Wulanningrum, 2016).
bentukan citra suatu kota (Tallo, Pratiwi, & As- Pertumbuhan fisik di Juwana cenderung
tutik, 2014). Hal tersebut juga berlaku untuk kurang dapat dikendalikan. Kawasan lama, khu-
aktivitas sosial dan perekonomian lokal. Ter- susnya Kampung Pecinan terlihat terbengkalai.
dapat keterkaitan yang bersifat timbal balik Kawasan tersebut mulai ditinggalkan, padahal
dalam hubungan antara citra kota, aktivitas bangunan-bangunan yang ada di kawasan ter-
masyarakat, dan keadaan fisik kawasan. Setiap sebut merupakan pembentuk kawasan yang
elemen akan saling memengaruhi dan memben- perlu dilestarikan untuk memberi makna dan
tuk gambaran identitas suatu kota. citra kawasan (Lake, Mberu, & Diaz, 2019).
Perkembangan kota-kota di Jawa, khu- Elemen pembentuk kota menjadi hal yang
susnya pesisir pantai utara Pulau Jawa, di-
menarik untuk dipelajari, utamanya perubahan
pengaruhi oleh aktivitas perdagangan yang
perkembangan kawasan warisan budaya. Ka-
mengandalkan perairan. Interaksi dagang yang
wasan tersebut biasanya ditandai dengan
terjadi antarpelaku yang merupakan penduduk
keberadaan bangunan bernilai sejarah. Peles-
lokal maupun asing memicu munculnya akul-
tarian elemen pembentuk kota perlu dilakukan
turasi budaya. Salah satunya dapat dijumpai di
sehingga dapat mendukung citra dan fungsi
sebuah kota kecil di pesisir pantai utara Jawa,
dari suatu kawasan (Lake, et al., 2019)
yaitu Juwana. Juwana berada dalam wilayah
Penelitian ini bertujuan untuk: 1)meng-
Kabupaten Pati. Juwana bernilai strategis de-
ngan posisinya yang dilewati oleh jalan nasio- identifikasi elemen morfologi kota dan elemen
nal yang cukup ramai. Penduduk Juwana pembentuk citra kota di kawasan Kauman me-
mayoritas merupakan masyarakat suku Jawa lalui metode peta mental berdasarkan persepsi,
dan terdapat penduduk keturunan Tionghoa pengalaman, ingatan, dan perasaan masyarakat
dalam jumlah yang sedikit. Selain keberagaman Kauman; 2) menganalisis bentuk kota secara
suku, terdapat pula ragam gaya bangunan di tekstural dengan menginterpretasikan bentuk
Juwana, tepatnya di Desa Kauman. Selain ba- kota, baik dalam dua dimensi maupun tiga di-
ngunan dengan karakter arsitektur Jawa dan mensi.
Cina, terdapat bangunan dengan gaya kolonial. Penelitian mengenai elemen-elemen pem-
Karakter kolonial pada bangunan adalah wujud bentuk citra kota di Kauman ini diharapkan
peninggalan masa kolonial Belanda karena pa- dapat bermanfaat bagi perencana kota dan
da masa tersebut, Juwana berstatus daerah pihak terkait dalam membangun citra yang
keasisten-residenan. Secara umum, Desa Kau- lebih jelas. Diharapkan fokus pembangunan
man terdiri dari Kampung Kauman dan Kam- Kawasan Kauman tidak merusak potensi yang
pung Pecinan. Kampung Kauman mewakili ka- telah ada, sekaligus menempatkan pendapat
wasan dengan karakter Islam dan Jawa dengan mayoritas penduduk kawasan sebagai tolak
bangunan penanda adalah Masjid Agung ukur kualitas fisik kawasan. Penelitian ini juga
Juwana. Sementara itu, Kampung Pecinan me- dapat digunakan sebagai dasar atau alat bantu
wakili karakter Cina dengan bangunan penanda untuk memahami permasalahan dan potensi
berupa kelenteng. peluang. Selain itu, hasil penelitian juga dapat
Kauman memiliki fungsi sebagai tempat dipertimbangkan sebagai alternatif solusi untuk
bermukim bagi masyarakat setempat. Selain mengatasi permasalahan dalam rangka
itu, Kauman juga menjadi salah satu simpul merancang Kauman di masa mendatang.
2
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

TINJAUAN PUSTAKA dan terdapat penduduk keturunan Tionghoa


dalam jumlah kecil/minoritas. Sejarah keda-
Sejarah Perkembangan Kota Pesisir
tangan etnis Cina di Juwana diindikasikan
Perkembangan kota pesisir memiliki dengan adanya ekspedisi besar dari Tiongkok
keeratan hubungan dengan awal pembangunan yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho seki-
ekonomi dan kemakmuran suatu wilayah tar tahun 1405 hingga 1433 (Daradjadi, 2013).
(Kurniati, 2016). Kota-kota di Indonesia banyak Rombongan tersebut menyinggahi kota-kota
tumbuh dimulai dari wilayah pesisir. Hal ini pelabuhan penting yang menjadi tujuan mere-
tidak terlepas dari karakteristik Indonesia se- ka, antara lain Jepara, Juwana, Tuban, Gresik,
bagai negara kepulauan. Berdasarkan sejarah dan Pasuruan. Selanjutnya, sebagian dari mere-
nusantara, perkembangan pusat-pusat kerajaan ka menetap di kota-kota yang disinggahi terse-
di nusantara banyak berpusat di wilayah but.
pesisir atau berhubungan dengan sistem sungai Juwana dilalui grote postweg atau jalan
pada kerajaan yang terletak di pedalaman. Ka- raya pos yang dibangun pada masa kolonial
pal-kapal pedagang asing sering singgah di Belanda ketika diperintah oleh Gubernur Jen-
nusantara untuk melakukan kegiatan deral Herman Willem Daendels. Pada masa ter-
perdagangan. Pedagang yang memiliki tujuan sebut, Juwana adalah daerah berstatus keasis-
berdagang tersebut berasal dari wilayah ten-residenan, kemudian diturunkan menjadi
Jazirah Arab, Gujarat, maupun Daratan kabupaten. Pada tanggal 1 Januari 1902, Ju-
Tiongkok. Oleh karena itu, ditemukan situs- wana menjadi kawedanan (Toer, 2005). Pada
situs peninggalan berupa permukiman etnis masa tersebut, Juwana berada pada posisi
yang berdampingan atau bahkan berakulturasi setingkat di atas kecamatan dan di bawah ka-
maupun berasimilasi dengan penduduk setem- bupaten. Hingga saat ini, peninggalan kolonialis
pat. Baiquni dalam Kurniati (2016) menjelas- Belanda masih terlihat pada bangunan fasilitas
kan bahwa pada abad VII hingga abad XVII, ke- publik dan beberapa rumah hunian di Juwana.
rajaan-kerajaan berbasis maritim muncul silih Selain itu, terdapat juga bangunan-bangunan
berganti, seperti Samudera Pasai, Sriwijaya, yang bergaya arsitektur Cina.
Kesultanan Demak, Kesultanan Ternate, dan Bangunan bernilai sejarah banyak
Kesultanan Banten. Kerajaan-kerajaan maritim ditemukan di Desa Kauman. Desa ini berbatas-
tersebut mencapai masa keemasan dengan an langsung dengan Sungai Juwana sehingga
mengembangkan perdagangan, baik di nusan- menjadi lokasi yang strategis bagi masyarakat
tara hingga mancanegara. maupun pedagang lokal dan asing. Sebagai aki-
Perkembangan kota-kota di Jawa banyak batnya, kebudayaan Jawa, Islam, dan Tionghoa
dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dari hidup berdampingan di permukiman Kauman.
luar. Oleh karena itu, kota-kota pada umumnya Desa Kauman terbagi menjadi dua kampung
berkembang di pesisir pantai utara Pulau Jawa. besar, yaitu Kampung Kauman dan Kampung
Interaksi yang terjadi melalui perdagangan di Pecinan. Desa Kauman memiliki ciri kota kuno
daerah pesisir tersebut menciptakan akulturasi di Pulau Jawa yang ditandai dengan keberadaan
budaya yang dibawa antar-pelaku kegiatan Alun-alun Juwana. Berdasarkan pola ruang kota
perdagangan. Di bagian utara Jawa, akulturasi kuno di Jawa, alun-alun memiliki fungsi pen-
menumbuhkan karakter unik yang dapat dilihat ting, yaitu sebagai pusat kegiatan dan landmark
pada tradisi budaya maupun pada elemen fisik suatu kota (Ashadi, 2017). Di sekitar Alun-alun
kotanya. Salah satu daerah yang mengalami Juwana, berdiri bangunan bekas Kantor
pengaruh kebudayaan dari luar dan mencip- Kawedanan Juwana, Masjid Agung Juwana, dan
takan suatu akulturasi budaya adalah Juwana. Pasar Lama Juwana. Selain itu, kawasan terse-
Juwana merupakan kota kecamatan yang but juga dikelilingi oleh permukiman
berada di wilayah Kabupaten Pati. Juwana ter- penduduk. Perkembangan teknologi trans-
letak di bagian timur laut Kabupaten Pati dan portasi darat berpengaruh terhadap pusat-
merupakan muara Sungai Juwana yang berna- pusat pertumbuhan di sekitar maupun di luar
ma Sungai Silugonggo. Penduduk Juwana kawasan pesisir. Hal ini menjadikan pertum-
mayoritas merupakan masyarakat suku Jawa buhan dan perkembangan kota-kota di pesisir
3
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

mengalami stagnasi, bahkan mengalami 3. makna sebagai potensi yang dibayangkan,


penurunan. Saat ini, kawasan pesisir identik yaitu kemampuan memahami ruang kota.
dengan kekumuhan dan identitas yang kurang Elemen pembentuk citra kota menurut
baik bagi suatu kota. Lynch (1960) dalam buku The Image of the City
menjelaskan pengetahuan mengenai elemen-
Teori Morfologi Kota elemen pembentuk kota. Elemen-elemen terse-
Menurut Trancik (1986), teori morfologi but menciptakan citra kota yang memberikan
kota meliputi figure ground, linkage, dan place. orientasi, identitas yang kuat, serta perasaaan
Adapun deskripsi masing-masing unsur sebagai nyaman terhadap suatu kota. Identitas kawasan
berikut: akan berkesan dan mudah dikenali bukan han-
1. figure ground, menekankan pada elemen sol- ya oleh penghuni kawasan, namun juga
id dan void pada kota. Solid adalah bagian pengunjung yang berasal dari luar kawasan
dari kota yang terbangun, sementara void (Lazuardi, et al., 2018). Ada lima elemen kota
adalah bagian dari kota yang tidak berdasarkan teori Lynch (1960), yaitu:
terbangun; 1. path (jalur/jalan utama), merupakan elemen
2. linkage, menekankan pada hubungan antar - utama karena pengamat bergerak dan ber-
pusat aktivitas yang ada di dalam kota; dan pindah tempat melalui jalan. Elemen ini
3. place, menekankan pada makna dari setiap menjadi penghubung bagi elemen-elemen
ruang yang ada pada kota. lain. Contoh elemen path adalah jalan utama
keluar masuk kawasan, jalur pejalan kaki
Citra Kota dan Elemen Pembentuk Citra
dengan rimbunan pohon, dan jalan di antara
Kota
pertokoan Cina. Elemen path yang menjadi
Citra kota merupakan bayangan visuali- jalur ke titik penting seperti fasilitas publik
sasi dari suatu tempat atau ruang yang diben- atau simbol kota akan memunculkan karak-
tuk dari irama tempat atau ruang tersebut ter kuat dan lebih mudah diingat oleh penga-
mencerminkan suatu waktu (sense of time). Cit- mat;
ra kota tumbuh mengakar dalam aktivitas so-
2. edge (tepi/pinggiran/batas), merupakan ele-
sial-ekonomi-budaya masyarakat kota (Lynch,
men linier yang membatasi suatu kawasan.
1960). Citra kota memberikan kemudahan bagi
Elemen ini dapat berupa sungai, jalan, deret-
pengguna jalan untuk memperoleh orientasi
an pohon (green belt), rel kereta api, saluran
dan pandangan yang nyaman dengan
irigasi, dan sejenisnya yang menjadi penegas
mengenali karakter suatu kawasan (Lazuardi,
batas dengan kawasan di sekitarnya. Elemen
Astuti, & Rini (2018). Wulanningrum (2014)
edge harus jelas menjadi pengakhiran atau
mengemukakan bahwa terdapat tiga unsur
yang memengaruhi kesan seseorang terhadap permulaan sebuah kawasan;
suatu kawasan, yaitu: 3. district (penggolongan area dengan karakter
1. identitas sebagai potensi yang dibacakan, atau fungsi tertentu), yaitu bagian kota yang
yaitu kemampuan orang dalam memahami memiliki ciri khas yang mirip bentuk, pola,
gambaran suatu kawasan. Subjek meng- wujud, dan fungsinya. Dalam suatu kota,
identifikasi kawasan melalui objek-objek, dapat ditemukan district dengan fungsi per-
perbedaan antarobjek, serta perihal lain mukiman (kawasan permukiman) di bagian
yang dapat diketahui; dalam kawasan dan district dengan fungsi
2. struktur sebagai potensi yang disusun, yaitu perdagangan (kawasan perdagangan) di ba-
kemampuan orang dalam melihat pola-pola gian depan kawasan yang berbatasan
kawasan melalui identifikasi hubungan an- dengan kawasan lain, terutama bagian yang
tarobjek, hubungan subjek-objek, dan pola menjorok ke jalan utama yang ramai. Contoh
lain yang dapat dilihat; dan lainnya adalah Kampung Pecinan;
4
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

4. nodes (simpul kawasan), yaitu titik per- ria usia di atas 25 tahun dan lama tinggal di ka-
temuan segala arah pada kawasan, dapat wasan penelitian lebih dari 25 tahun. Kriteria
berupa taman kawasan, alun-alun, persim- usia di atas 25 tahun ditetapkan karena diang-
pangan jalan, dan sebagainya. Pada beberapa gap sudah dapat menentukan pilihan dengan
kawasan tertentu, terdapat titik kumpul konsisten dan mandiri. Kriteria lama tinggal
masyarakat yang bisa digunakan sebagai ti- ditetapkan dengan asumsi bahwa narasumber
tik evakuasi pada saat terjadi bencana. Ele- telah hafal dan paham tentang detail fisik dan
men ini merupakan titik strategis yang bia- suasana kawasan penelitian. Selanjutnya, data
sanya menjadi pusat aktivitas. sekunder diperoleh melalui studi literatur.
5. landmark (tetenger), yaitu titik dengan objek Analisis data menggunakan teori morfo-
fisik yang menjadi penanda suatu kawasan. logi kota menurut Trancik (1986), yang terdiri
Apabila landmark memiliki nilai/makna atas figure ground, linkage, dan place. Selain itu,
yang khas, maka pengamat akan segera penggambaran citra kota Kauman dilakukan
menyadari telah memasuki suatu kawasan dengan menganalisis lingkungan fisik berdasar-
setelah melihatnya. Landmark mempunyai kan elemen-elemen pembentuk citra kota
ciri visual yang menarik perhatian serta menurut Lynch (1960), yaitu paths (jalan),
dapat ditemukan dalam bentuk tugu, mena- edges (batas), districs (kawasan), nodes
ra, masjid, dan sebagainya. (simpul), dan landmark (tetenger). Elemen-
elemen fisik tersebut melekat pada ingatan
METODE PENELITIAN yang membentuk citra terhadap kawasan oleh
seseorang.
Penelitian dilaksanakan di Desa Kauman, Cara yang dilakukan untuk memperoleh
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati pada Bulan elemen-elemen pembentuk citra kawasan ada-
Februari-Maret 2020. Metode penelitian yang lah wawancara dan peta mental. Peta mental
digunakan adalah kualitatif dengan analisis merupakan cara untuk memberikan pemaham-
deskriptif. Metode tersebut sesuai untuk men- an suatu tempat berdasarkan ingatan dan me-
deskripsikan dan menginterpretasikan keadaan nguraikan kembali informasi terkait lokasi dan
Kawasan Kauman Juwana dengan bantuan data tanda-tanda pada lingkungan geografis
yang dikumpulkan. Data yang digunakan adalah (Purwanto & Wijayanti, 2015). Melalui peta
data primer dan data sekunder. Data primer di- mental, informasi terkait penelitian dapat
peroleh melalui hasil pengamatan oleh penulis diketahui dari memori narasumber pada objek,
dan wawancara kepada lima narasumber yang letak, dan gambaran kondisi di Kauman Juwana.
dipilih menggunakan teknik purposive sam- Kerangka analisis penelitian dapat dilihat pada
pling. Narasumber yang dipilih memiliki krite- Gambar 1.

Gambar 1.
Kerangka Analisis Penelitian
Sumber: Hasil Analisis, 2020
5
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat sehingga tidak mengherankan jika


hingga saat ini, tepi Sungai Juwana merupakan
Perkembangan Perkotaan Juwana
permukiman yang padat.
Juwana berkembang dari sektor maritim. Permukiman Juwana memiliki ciri tumbuh
Hal ini sesuai dengan sejarah perkembangan dari tepian Sungai Silugonggo dengan bentuk
kota-kota di Indonesia yang banyak muncul permukiman linier (Widayati, Ninawati, Jayanti,
dari wilayah pesisir (Kurniati, 2016). Berdasar- & Surya, 2017). Tahun 1808, Daendels mem-
kan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Ka- bangun jalan raya pos (grote postweg) dari
bupaten Pati Tahun 2010-2030, Juwana meru- Anyer hingga Panarukan. Sejak dibangun jalan
pakan kawasan perkotaan bersama dengan raya pos tersebut, orientasi pembangunan per-
Kecamatan Jakenan, Kecamatan Kayen, Keca- mukiman beralih dari Sungai Silugonggo
matan Pati, dan Kecamatan Tayu (Jakatinata) menuju ke arah jalan raya pos (Kurniati, 2016).
(Suroso, 2019). Permukiman penduduk lambat laun menyebar
Berada di pesisir pantai utara Jawa Tengah, hingga ke pedalaman dan berkembang mem-
Juwana memiliki sejarah perkembangan yang bentuk pola radial dengan pusat Alun-alun Ju-
erat kaitannya dengan aktivitas perdagangan wana sebagai ruang terbuka sekaligus pusat
oleh pedagang-pedagang asing. Pada abad ke- orientasi. Selanjutnya, perkotaan Juwana tum-
16, Juwana merupakan salah satu kota buh dengan munculnya jalan-jalan yang mem-
pelabuhan penting di pesisir utara Jawa. Ko- bentuk permukiman dan kegiatan lainnya.
moditas perdagangan di Juwana yaitu hasil Hingga tahun 1960-an, Juwana banyak di-
bumi dan candu/opium. Selain itu, permukiman huni oleh masyarakat Tionghoa dengan per-
Pecinan di Juwana diawali dari peristiwa Geger mukiman Pecinan (Triartantio, 2017). Saat ini,
Pecinan atau Perang Kuning yang terjadi sekitar permukiman lama dengan bangunan-bangunan
tahun 1740 di Batavia. Peristiwa tersebut mem- lama hanya ditemukan di Jalan Silugonggo dan
buat sebagian etnis Tionghoa mengungsi ke ko- Kampung Kauman di belakang Masjid Agung
ta-kota di pesisir utara Jawa, salah satunya me- Juwana. Mayoritas bangunan merupakan ba-
lalui Sungai Juwana hingga mendarat dan ngunan baru. Perkembangan perkotaan Juwana
menetap di Juwana (Daradjadi, 2013; Kurniati, banyak didominasi oleh sektor perdagangan
2016). dan jasa, terutama dari sektor perikanan. Hing-
Dua abad yang lalu, Juwana merupakan ga saat ini, Juwana menjadi salah satu per-
bandar dagang yang ramai dan terkenal sebagai kotaan besar di Kabupaten Pati.
kawasan industri galangan kapal (Toer, 2005). Pola jaringan di perkotaan Juwana terpusat
Pada masa tersebut, Juwana berkembang pesat di Alun-alun Juwana yang terletak di Desa Kau-
sebagai kota bandar dan kota dagang dengan man. Desa Kauman terletak di pusat Kecamatan
banyak penduduk etnis Tionghoa. Selanjutnya, Juwana. Orientasi Desa Kauman terhadap Keca-
Sungai Juwana menjadi poros aktivitas matan Juwana dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.
Orientasi Desa Kauman Terhadap Kecamatan Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

6
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

Gambar 3.
Elemen Solid di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Morfologi Kawasan Kauman Juwana pergudangan yang banyak tersebar di sepan-


jang Jalan Pantura. Berdasarkan analisis
Untuk mengetahui morfologi kawasan di
figure ground, terlihat bahwa bangunan yang
Kauman Juwana, analisis yang digunakan yaitu
terletak di Jalan W.R. Supratman, Jalan P.
analisis figure ground, linkage dan place.
Diponegoro, dan Jalan Silugonggo memiliki
Figure Ground bangunan yang teratur dan sejajar linier
Analisis figure ground melihat melalui mengikuti jalan. Contoh elemen solid pada
tekstur kota yang dibedakan antara bagian yang kawasan penelitian dapat dilihat pada Gam-
terbangun (building mass) dan ruang tidak bar 3.
terbangun/ruang terbuka (open space). Media 2. Void
analisis yang digunakan adalah gambar peta Elemen void biasanya berupa kawasan ter-
hitam dan putih untuk mengidentifikasi elemen buka, baik taman maupun ruang terbuka
solid dan void pada kawasan Kauman. Solid lainnya. Pada kawasan Kauman Juwana, void
digambarkan dengan warna hitam, sedangkan terlihat di tepi Jalan Pantura berupa Alun-
kawasan di luar kawasan terbangun ditunjuk- alun Juwana dan Terminal Lama Juwana.
kan dengan warna putih. Dua lokasi ini menjadi sarana aktivitas bagi
1. Solid pengguna kawasan, baik untuk berkumpul,
Elemen solid pada kawasan menunjukkan bersosialisasi, maupun kegiatan ekonomi.
kepadatan bangunan didominasi oleh Lokasi yang diidentifikasi sebagai void di
bangunan yang cenderung tidak teratur dan Kauman Juwana bersifat publik dan berada
berukuran kecil. Hal tersebut menunjukkan di tepi jalur-jalur sirkulasi yang dilalui oleh
bahwa Desa Kauman Juwana didominasi kendaraan umum dan kendaraan pribadi.
oleh bangunan-bangunan dengan fungsi ru- Elemen void dalam skala kecil tersebar di
mah penduduk dan toko milik penduduk. permukiman penduduk, berupa halaman
Sementara itu, bangunan yang berukuran rumah atau taman pribadi milik masyarakat
besar di Kauman Juwana berupa Masjid di kawasan tersebut. Elemen void di kawa-
Agung Juwana, bangunan pertokoan, serta san penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

7
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

Gambar 4.
Elemen Void di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Linkage ini terlihat di Jalan W.R. Supratman sebagai


Elemen linkage terbagi menjadi 3 aspek, penghubung sekaligus jalur masuk menuju
yaitu garis (line), koridor, dan sumbu (axis). pusat perekonomian di Kecamatan Juwana.
Elemen garis di Kauman ditunjukkan oleh jari- Jaringan jalan di Kauman dapat dilihat pada
ngan jalan yang tersebar di kawasan. Jaringan Gambar 5.
jalan ini merupakan sirkulasi penghuni kawa- Place
san yang juga adalah pengguna bangunan untuk
Place merupakan identitas kawasan. Place
melakukan aktivitas sehari-hari.
penting untuk memahami karakteristik ruang
Elemen kedua ialah koridor yang mem- fisik kawasan. Place diidentifikasi sebagai
bentuk ruang penghubung antara dua area. Ele- bangunan penting yang menjadi pusat aktivitas,
men ini dapat ditemukan di Jalan W.R. Suprat- yaitu Masjid Agung Juwana. Masjid ini tidak
man yang menjadi penghubung Jalan Raya hanya menarik bagi penghuni kawasan, juga
Pantura menuju pasar, area pergudangan ikan, masyarakat dari luar kawasan. Masjid Agung
dan pelabuhan yang berada di utara kawasan. Juwana selain menjadi pusat aktivitas keaga-
Koridor W.R. Supratman didominasi oleh kawa- maan, juga menjadi simpul kegiatan, terutama
san perdagangan dan jasa. perekonomian. Di sekitar Masjid Agung Juwana,
Elemen sumbu merupakan elemen yang banyak ditemukan orang berjualan. Place pada
menghubungkan antardaerah penting. Elemen lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5.
Linkage di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020
8
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

Gambar 6.
Place di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Arsitektur Kauman Juwana Contoh bangunan berarsitektur Cina dapat


Kawasan Kauman Juwana memiliki dilihat pada Gambar 7.
ragam arsitektur yang beragam, diantaranya Bangunan Arsitektur Kolonial
arsitektur Cina, kolonial, dan Jawa. Selain itu,
Bangunan yang menggunakan arsitektur
juga terdapat langgam arsitektur modern.
kolonial dapat ditemukan di beberapa titik di
Bangunan Arsitektur Cina sekitar Alun-alun Juwana dan Jalan Silugonggo.
Bangunan dengan gaya arsitektur Cina Bangunan-bangunan peninggalan Belanda ter-
bercirikan atap ekor burung walet dan dengan sebut banyak berfungsi sebagai fasilitas publik,
tepi atap seperti pelana kuda. Bangunan ber- seperti SDN 1 Kauman dan Kantor Polsek Ju-
langgam Cina dapat ditemukan di tepi Sungai wana. Contoh bangunan berarsitektur kolonial
Juwana dan sepanjang koridor Jalan Silugonggo. dapat dilihat pada Gambar 8.

(7a) Atap Ekor Burung Walet (7b) Atap Pelana Kuda


Gambar 7.
Bangunan Berarsitektur Cina
Sumber: Hasil Analisis, 2020

9
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

Gambar 8. Gambar 9.
Mapolsek Juwana yang Berarsitektur Kolonial Bangunan Arsitektur Jawa di Kampung Kauman

Bangunan arsitektur Jawa jalan Pantura dengan kawasan pergudangan


Bangunan dengan arsitektur Jawa banyak ikan di sebelah utara kawasan. Path pada Ka-
tersebar di seluruh kawasan. Namun demikian, wasan Kauman dapat dilihat pada Gambar 10
bangunan berarsitektur Jawa pada umumnya dan Gambar 11.
terkonsentrasi di Kampung Kauman yang ter-
letak di sekitar Masjid Agung Juwana. Contoh
bangunan berarsitektur Jawa dapat dilihat pada
Gambar 9.

Elemen Citra Kawasan Kauman Juwana


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ter-
dapat lima elemen pembentuk citra kota di De-
sa Kauman, Kecamatan Juwana yaitu:
Path
Path merupakan jalur atau sirkulasi yang
biasanya digunakan masyarakat untuk Gambar 10.a
melakukan pergerakan atau aktivitas. Elemen Jalan Silugonggo
ini mudah dikenali karena manusia dapat me- Sumber: Hasil Analisis, 2020

rasakan dan mengamati kota dengan


melakukan pergerakan melaluinya. Elemen
path yang teridentif ikasi sebagai jalur yang
biasanya digunakan di Desa Kauman Juwana
adalah jalan utama yang bernama Jalan Silu-
gonggo dan Jalan W.R. Supratman. Path terse-
but merupakan jalan utama yang melalui kawa-
san Kauman Juwana.
Jalan Silugonggo menjadi akses utama
masyarakat, baik dari Desa Kauman maupun
dari luar kawasan menuju dan/atau melalui
kawasan Kauman. Akses ini menghubungkan
jalan Pantura dengan Pelabuhan Juwana yang
Gambar 10.b
terletak di utara kawasan. Adapun Jalan W.R. Jalan W.R. Supratman
Supratman merupakan penghubung antara Sumber: Hasil Analisis, 2020

10
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

Gambar 11.
Elemen Path di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Koridor Jalan Silugonggo didominasi oleh Edge


bangunan dengan fungsi perdagangan dengan
Edge merupakan elemen citra yang me-
penampakan fasad pertokoan lama yang seba- misahkan suatu kawasan dengan kawasan seki-
gian sudah berhenti beroperasi. Selain itu, tarnya. Elemen ini dapat berupa sungai, jalan,
sepanjang koridor juga ditemukan fasilitas pu- deretan pohon, jalur kereta api, saluran irigasi,
blik, seperti kantor polisi dan gereja. Sementara dan sejenisnya yang menjadi pembatas kawa-
san. Elemen edge juga dapat disebut sebagai
itu, koridor Jalan W.R. Supratman didominasi
tepian kawasan. Di Kauman, elemen edge teri-
oleh bangunan baru dengan fungsi bangunan dentifikasi berupa sungai dan jalan. Sisi utara
sebagai hunian/tempat tinggal dan tempat kawasan dibatasi oleh Jalan Pajeksan, se-
usaha. Jalur ini banyak dilalui oleh kendaraan dangkan sisi barat dibatasi oleh Jalan Komodo.
besar yang melakukan kegiatan bongkar muat Sungai Juwana membatasi kawasan di sisi ti-
mur, dan jalan pantura membatasi kawasan
maupun distribusi produk perikanan yang ter- pada sisi selatan. Elemen edge dapat dilihat pa-
letak di bagian utara kawasan. da Gambar 12.

Gambar 12.
Elemen Edges di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

11
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

District Karakter di sekitar Masjid Agung Juwana


yaitu bangunan berlanggam Jawa dengan
District merupakan suatu bagian kota
karakter pemukim yang merupakan masyara-
dengan karakter khusus yang dapat dikenali
kat Jawa dan beragama Islam. Area tersebut
oleh pengamat melalui bentuk, pola, wujud,
lebih dikenal sebagai Kampung Kauman. Se-
fungsi, dan batas yang jelas. Karakter ini dapat
mentara itu, karakter di sekitar Kelenteng Tjoe
dirasakan ketika berada di dalam kawasan
Tik Bio menunjukkan cukup banyak bangunan
maupun ketika mengamati dari luar kawasan
yang menampakkan corak langgam bangunan
dengan membandingkan dengan daerah sekitar
Cina. Area tersebut lebih dikenal dengan Kam-
wilayah pengamatan. Kauman memiliki tiga
pung Pecinan dan didominasi oleh pemukim
area dengan kesamaan karakter (district), yaitu
beretnis Tionghoa. Melalui identifikasi fungsi
Kampung Kauman (area sekitar Masjid Agung
bangunan, kawasan Kauman secara umum
Juwana), Kampung Pecinan (area sekitar Kelen-
merupakan permukiman dengan detil fungsi
teng Tjoe Tik Bio, dan koridor yang ada di Jalan
bangunan sebagai hunian/tempat tinggal dan
Silugonggo; Jalan P. Diponegoro; dan Jalan W.R.
fungsi tambahan bangunan berupa warung/
Supratman (area perdagangan dan penyediaan
toko kelontong. Penambahan fungsi bangunan
jasa). Lokasi district dapat dilihat pada Gambar
sebagai tempat usaha terjadi di sepanjang kori-
4.
dor jalan utama, yaitu Jalan Silugonggo dan
Kauman merupakan kawasan padat
Jalan P. Diponegoro, yang menjadi akses vital
bangunan dengan beragam karakter fisik
masyarakat. Oleh karena itu, terdapat ke-
bangunan yang tersebar. Pendefinisian elemen
cenderungan membentuk kawasan pertokoan
ketiga ini agak sulit dilakukan melalui kesa-
dan penyediaan jasa. Elemen district dapat
maan karakter fisik atau penampakan muka
dilihat pada Gambar 13.
bangunan pada kawasan. Hasil pengamatan
menunjukkan hanya terdapat sedikit kesamaan Nodes
pada beberapa bangunan yang membentuk ke- Nodes merupakan titik pertemuan segala
lompok cukup kecil dan berada dalam wilayah arah pada kawasan, berupa taman kawasan,
yang sempit. Hal ini kemungkinan merupakan alun-alun, persimpangan jalan, dan sebagainya.
hasil perubahan yang sudah terjadi sebe- Pada beberapa kawasan tertentu, terdapat titik
lumnya, dimana pada periode dahulu, kumpul masyarakat yang dapat digunakan se-
bangunan di kawasan ini cukup seragam bagai titik evakuasi saat terjadi bencana. Nodes
(homogen). Kesamaan karakter dapat dijumpai atau titik simpul kawasan Kauman adalah Alun-
pada area di sekitar Masjid Agung Juwana dan alun Juwana. Alun-alun Juwana selain menjadi
Kelenteng Tjoe Tik Bio. simbol ruang terbuka hijau, juga mewadahi

Gambar 13.
Elemen District di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020
12
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

Gambar 14.
Gambar 15.
Nodes Area PKL
Alun-alun di Depan Masjid Agung Juwana Nodes Pertokoan Modern di Sisi Timur Alun-alun
Sumber: Hasi Analisis, 2020
Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 16.
Elemen Nodes di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

aktivitas perdagangan serta menjadi lokasi khas, maka pengamat akan segera menyadari
penyelenggaraan kegiatan publik seperti acara telah memasuki suatu kawasan setelah
keagamaan dan acara sosial. Alun-alun Juwana melihatnya. Landmark dapat ditemukan dalam
memiliki lokasi strategis karena terletak di sisi bentuk tugu, menara, masjid, atau perbukitan.
jalan Nasional yang menjadi jalur kegiatan Landmark atau tetenger yang sering menjadi
dengan mobilitas tinggi. Alun-alun Juwana penanda bagi masyarakat kawasan Kauman
menjadi titik simpul kegiatan dari dalam dan dan sekitarnya adalah Alun-alun Juwana dan
luar kawasan Kauman Juwana. Selain tum- Masjid Agung Juwana. Kedua lokasi tersebut
buhnya pertokoan di sekitar Alun-alun Juwana, terletak berdekatan. Masjid Agung Juwana ter-
terdapat pula kegiatan perdagangan yang bi- letak di sebelah barat Alun-alun Juwana. Selain
asanya terjadi pada sore hari dengan perseba- itu, landmark di kawasan tersebut juga berupa
ran mengitari alun-alun. Oleh karena itu, Alun- Kelenteng Tjoe Tik Bio yang berada di antara
alun Juwana dapat dinyatakan sebagai simpul Sungai Juwana dan Jalan Silugonggo. Dengan
pergerakan kawasan. Elemen nodes dapat di- melihat keberadaan Alun-alun Juwana dan Mas-
lihat pada Gambar 14, 15, dan 16. jid Agung Juwana, dapat dipastikan bahwa
seseorang sudah melewati kawasan Kauman.
Landmark
Sementara itu, apabila telah melewati Kelen-
Landmark merupakan titik dengan objek teng Tjoe Tik Bio, artinya seseorang telah ber-
fisik yang menjadi penanda suatu kawasan. ada di dalam kawasan Kauman. Landmark di
Apabila landmark memiliki nilai/makna yang Kauman Juwana dapat dilihat pada Gambar 17.
13
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

Gambar 17.
Elemen Landmark di Kauman Juwana
Sumber: Hasil Analisis, 2020

KESIMPULAN DAN SARAN yang dahulu bertumpu pada aktivitas


perdagangan di aliran Sungai Juwana, kini beru-
Kesimpulan
bah karena aktivitas perdagangannya berada
Hasil identifikasi dan analisis elemen- pada jalur darat mengikuti koridor jalan W.R.
elemen pembentuk citra kota Kauman Juwana Supratman dan Jalan Raya Pantura. Berbagai
merupakan gambaran kesan yang terhimpun pengaruh perkembangan kota seperti kema-
dari pengamatan terhadap fisik kawasan Kau- juan teknologi transportasi dan rencana pem-
man oleh penulis dan narasumber yang meru- bangunan Kabupaten Pati mengakibatkan per-
pakan penduduk yang mendiami Kauman. Ber- ubahan orientasi lokasi perdagangan. Selain itu,
dasarkan morfologi kota, diperoleh hasil bahwa perkembangan tersebut juga berdampak ter-
pada figure ground ditemukan, terdapat elemen hadap aktivitas sosial-budaya dan perkem-
solid blok tunggal berupa Masjid Agung Juwana bangan fisik terbangun di dalam kawasan Kau-
serta elemen void berupa ruang terbuka hijau, man. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan
yaitu Alun-alun Juwana dan Terminal Lama fungsi bangunan di sepanjang jalan raya se-
Juwana; linkage di kawasan ditemukan Jalan bagai rumah tinggal sekaligus fungsi ekonomi.
W.R. Supratman, Jalan Silugonggo, dan Jalan P. Penampakan bangunan berkarakter kuat yang
Diponegoro sebagai jalur sirkulasi penghuni mewakili suatu langgam atau gaya bangunan
kawasan dan masyarakat luar untuk beraktivi- tertentu masih tersisa di beberapa bangunan,
tas; dan place berupa Masjid Agung Juwana antara lain bangunan bergaya Kolonial, Tradi-
yang menjadi pusat aktivitas sosial. sional Jawa, dan Cina.
Berdasarkan lima elemen pembentuk ci-
tra kota, diperoleh hasil: elemen path (jalan/ Saran
jalur) meliputi Jalan Silugonggo dan Jalan W.R. Beberapa saran yang dapat diberikan
Supratman; elemen edge (batas) meliputi Jalan berdasarkan hasil kajian terhadap wilayah
Komodo, Jalan Pajeksan, Jalan Raya Pantura, studi adalah (1) penelitian ini merupakan studi
dan Sungai Silugonggo atau Sungai Juwana; ele- awal dalam mengkaji morfologi Kota Kauman
men district (kawasan berkarakter) meliputi dan dapat diteruskan dengan penelitian lanju-
Kampung Pecinan, Kampung Kauman, serta tan untuk melihat perkembangan pola dan
Koridor Jalan W.R. Supratman sebagai kawasan struktur kawasannya; (2) Kauman memiliki
perdagangan; dan elemen nodes (simpul) ada- beberapa bangunan dengan potensi nilai histo-
lah Alun-alun Juwana dan elemen landmark ris yang mewakili suatu masa perkembangan
(tetenger) yaitu Masjid Agung Juwana, Kelen- kawasan. Oleh karena itu, penelitian lanjutan
teng Tjoe Tik Bio dan Alun-Alun Juwana. Identi- dibutuhkan untuk menilai potensi tersebut agar
tas Kauman Juwana sebagai permukiman lama dapat ditetapkan upaya tepat dalam rangka

14
Jurnal Litbang Vol. 17 No. 1 Bulan Juni 2021 Hal 1-16

pelestarian cagar budaya sesuai amanat Un- Suroso. (2019). Eksistensi Pembangunan
dang-Undang; (3) perlu adanya upaya Pe- Masyarakat dan Desa di Kawasan
merintah Kabupaten Pati untuk mengarahkan Perkotaan Kabupaten Pati. Jurnal Litbang,
dan mengendalikan pertumbuhan kawasan 15(2), 77-90.
perdagangan di Desa Kauman, Kecamatan Tallo, A.J., Pratiwi, Y., & Astutik, I. (2014). Iden-
Juwana untuk menghindari pertumbuhan fisik tifikasi Pola Morfologi Kota (Studi Kasus:
terbangun yang tidak diinginkan pada kawasan Sebagian Kecamatan Klojen, di Kota Ma-
Kauman; (4) pemerintah daerah perlu mem- lang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Ko-
ta, 25(3), 213-227.
bantu mengembangkan potensi di Desa Kau-
man, seperti potensi pariwisata sejarah; (5) Toer, P.A. (2005). Jalan Raya Pos, Jalan Daen-
masyarakat diharapkan memperhatikan dan dels. Jakarta: Lentera Dipantara.
mematuhi regulasi terkait dengan pem- Trancik, Roger. (1986). Finding Lost Space: The-
bangunan kawasan untuk mendukung peles- ories of Urban Design. New York: Van Nos-
tarian sejarah. trand Reinhold Company.
Triartantio, A. (2017). Perubahan Morfologi Per-
DAFTAR PUSTAKA mukiman Pecinan (Studi Kasus: Kauman
Juwana Kabupaten Pati). (Skripsi). Diam-
Ashadi. (2017). Alun-Alun Kota Jawa. Jakarta: bil dari http://repository. unissula.ac.id.
Arsitektur UMJ Press.
Widayati, N., Ninawati, Jayanti, T.B., Surya, R.
Daradjadi. (2013). Geger Pacinan 1740-1743 (2017) Early Studies on Potencies of Sub-
Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan district Administration of Juwana, District
VOC. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Pati, Central Java. Prosiding Seminar ICET
Kurniati, R. (2016). Sejarah Perkembangan 2017. Jakarta: Universitas Tarumanegara.
Struktur Ruang Kota Lasem. Ruang, 2(3), Wulanningrum, S. D. (2016). Kajian Morfologi
172-188. Diperoleh di http:// Kota (Studi Kasus: Kota Lama Semarang).
dx.doi.org/10.14710/ruang.1.4.172-188. Jurnal Ilmiah Arjouna, 1(1), 14-17.
Lake, R.C., Mberu, Y.B., & Diaz, A. (2019). Ele-
men-Elemen Pembentuk Sistem Kota La- BIODATA PENULIS
ma Kupang. Jurnal Arsitektur Komposisi,
12(3), 257-269. Wildansyah Firdaus Adiguna, lahir tanggal 27
Desember 1995 di Kabupaten Wonogiri. Pen-
Lazuardi, M. J., Astuti, W., & Rini, E. F. (2018). didikan S1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Analisis Citra Kawasan Mangkunegaran Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Beker-
Berdasarkan Penilaian Stakeholder
ja di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ru-
dengan Konsep Legibility. Region, 13(1),
95-114. ang Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.

Lynch, K. (1960). The Image of the City. Massa- Marisa Triyanti, lahir pada tanggal 30 Maret
chucetts: The M.I.T. Press. 1994 di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Su-
matera Selatan. Pendidikan S1 Perencanaan
Purwanto, E., & Wijayanti. (2015). Gambaran
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas
Bentuk Spasial Kampus Undip Tembalang
Diponegoro. Bekerja di Kantor Pertanahan Kota
Menurut Kemampuan Peta Mental Maha-
siswa. Jurnal Modul, 15(1), 23-38. Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan.

15
Morfologi dan Citra Kota Kauman Adiguna & Triyanti

16

You might also like