Professional Documents
Culture Documents
F. K - Prosiding - Suryono - Acute Coronary Syndrome
F. K - Prosiding - Suryono - Acute Coronary Syndrome
F. K - Prosiding - Suryono - Acute Coronary Syndrome
Cardi
ovascul
arandCar di
omet aboli
cJ ournal
Bagian/SMFKar diologi
FK.UNAI R-RSUDr .Soet omo,Sur abaya
Jl
.Mayjen.Pr
of.Dr
.Moes topo6- 8,Surabaya
E-mail:ccj@journal.
unair.
ac.i
d
Websit
e:e-journal.
unair
.ac.i
d/ccj
Digital Repository Universitas Jember
Digital Repository Universitas Jember ISSN 2774-2369
PROCEEDING of CONTINUING MEDICAL EDUCATION
Cardiology and Vascular Medicine Department
Universitas Airlangga
In Conjunction with SURABAYA CARDIOLOGY UPDATE
Editor :
Agus Subagjo, MD
Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan
bentuk apapun juga tanpa seizin penulis, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI),
dan Departemen – KSM Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga –
RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
Copyright Policy
Prohibition is applied to any acts of multiplying, reprinting, and republishing any part of this book or as a
whole without the permission of the authors, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(PERKI), and Department of Cardiology and Vascular, Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
First published by :
December 2020
Surabaya, Indonesia
Digital Repository Universitas Jember ISSN 2774-2369
AIRLANGGA CARDIOVASCULAR
International Conference II
Expert Meeting III
Editor
Agus Subagjo, MD
Reviewer
Revi Adheriyani, MD
Mia Puspitasari, MD
Office
Welcoming Letter
On behalf of the Organizing Committee, we cordially welcome you to the first and biggest
cardiovascular virtual meeting in Surabaya: 11th Surabaya Cardiology Update in conjunction
with Airlangga Cardiovascular International Conference II / Expert Meeting III and Continuing
Medical Education XXII.
Through our theme: “Transforming Global Cardiovascular Health through Collaboration: Facing
Future Challenges and Innovations”, we would like to deliver the latest update on best clinical
practice, and breakthrough in cardiac and vascular disease for all cardiologists, specialists,
general practitioners, and paramedics who put interest in cardiovascular field. I would like to
begin with expressing my deepest gratitude and appreciation for healthcare workers around the
world caring for patients in need and all their efforts to overcome the COVID-19 pandemic.
Our vision is to improve patient care by advancing knowledge and skill in prevention, diagnosis
and treatment of cardiovascular disease. The workshop and scientific programme offers not only
a comprehensive, but also more depth about cardiovascular disease with case interactive, to
ensure all can implement the presented lecture in their daily practice.
We look forward to welcoming you in our virtual platform on December 18-20th, 2020. We hope
that you will have enjoyable time with our programme and might stimulate a creative exchange
of ideas that will be personally rewarding.
Regards,
Chairman
Table of Content
Ethical
Featured— 1 Featured— 2
Most Frequent Daily Ethical Cases Telemedicine in Cardiovascular Field
Pangeran Akbar Syah, Idris Idham (1-7) Anna Ulfah Rahajoe (8-10)
Prinsip Preskripsi Latihan Fisik Peranan Pencitraan CT Jantung pada Penyakit Koroner
Basuni Radi (11-20) Kronik
Budi Susetyo Pikir (95-102)
Cara Mudah Membuat Preskripsi Aktivitas Fisik pada
Pasien dengan Penyakit Kardiovaskular yang Memiliki Pelaporan Coronary CT Angiography
Kebugaran Kardiorespirasi Rendah Endah Dewati Kartika Sari (103-107)
Dyana Sarvasti (21-26)
The Role of CMR in Multiple PVC: The Probability of
Preskripsi Latihan Fisik untuk Pasien dengan Penyakit ARVC?
Jantung Koroner Rosi Amrilla Fagi, Mohammad Satya Bisma (108-116)
Dyana Sarvasti (27-35)
Protokol Focus Assessed Transthorachic
Return to Work and Fit to Fly after Cardiovascular Echocardiography pada Kegawatan Kardiovaskuler
Disease and Procedures Sany R. Siswardana (117-119)
Meity Ardiana (36-41)
Advanced Echocardiography in Heart Failure: Beyond
Current Update in Diabetes Melitus Related Coronary Diagnosis
Artery Disease Management Amiliana M. Soesanto (120)
Djanggan Sargowo (42-56)
Peniliaian Ekokardiografi pada Penyakit Katup Mitral
The Cardiorenal Syndrome Lakshmi Pramushinta (121-126)
Djoko Soemantri (57)
Pemeriksaan Ekokardiografi pada Ventrikel Kanan
Displidemia Sany R. Siswardana (127-129)
Prihati Pujowaskito (58-75)
Transesophageal Echocardiography: A Trick to Remind
Role of Rosuvastatin in Very High Risk Patients Lipid Laurentia Utari Wibisono (130-133)
Management: How Low Should LDLL Go?
Mia Puspitasari (76-83) Case Study: Rapid Echocardiography for General
Physician and Specialist Other than Cardiologist
Healthy Food: Keto Diet, Mediterannean or Intermittent Dwi Ariyanti (134-148)
Fasting
Ratih R. Pasah (84-86)
Coronary Artery Disease and Intervention Acute Cardiac Care and Heart Failure
Tips and Trick to Achieve a Better Stent Optimization in Acute Heart Failure: “What could GP do more than
CAD: When to Use FFR, IVUS, and OCT? prompt?”
Antonia Anna Lukito (170-173) Akhtar Fajar Muzakkir (237-238)
Is It (Re)-Stenosis Related Chest Pain after PCI or Oxygen Therapy in Acute Heart Failure
Microvascular Disease Farhanah Meutia (239-246)
M. Hafid Akbar (174-184)
Respiratory Failure in Acute Heart Failure: Rapid
Perawatan Sindrom Koroner Akut/SKA di Gawat Oxygen Escalation Therapy
Darurat Farhanah Meutia (247-259)
Kurniawati (185-189)
Latest Update in The Management of Advanced Heart
Fibrinolitik pada Sindrom Koroner Akut Failure
Ni Ketut Suantari (190-192) Susetyo Atmojo (260)
Covid-19 Cardiovascular Manifestation: “The Role of The Impact of Atrial Fibrillation in Heart Failure with Reduced
Cardiologist” Ejection Fraction on Right Ventricular Function Based on
Agus Subagjo (333-338) Tricuspid Annular Plane Systolic Excursion
BSI Hutagaol, YP Santosa,
Anticoagulation in High Risk Population J Henrina, I Cahyadi (370-371)
Maulia Prismadani, Mohammad Yogiarto (339-346)
Correlation of Lipid Profile and Kidney Function in Ambulatory
Addressing the Population of Renal Denervation: Heart Failure Patient
Asia Renal Denervation Consortium (ARDeC), RDNi2, Latest Sidhi Laksono, Steven Philip Surya (372-376)
Publication on Specific Population
Muhammad Aditya, Yudi Her Oktaviono (347-354) The Relationship between Differential Count in Hematologic
Routine Assay and SYNTAX SCORE in Angiographic
Optimal DAPT for Asian Patients: Complexcity
Measuring Bleeding vs Thrombosis Risk BB Pratiwi, A Gonius,
Irawati Hajar Kikuko, Yudi Her Oktaviono (355-364) RS Zharfan, IE Hermawati, M Yusuf (377-384)
Suryono
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK Unej, RSD dr. Soebandi, Jember
Pendahuluan
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan oleh gabungan gugus tugas ESC, ACC, AHA, dan
penyebab utama kematian dan disabilitas baik di WHF, menjelaskan definisi cedera miokard sebagai
negara berkembang maupun negara maju. adanya bukti peningkatan nilai troponin jantung
Terdapat lebih dari 7 juta kematian di seluruh (cTn) dengan setidaknya satu nilai di atas batas
dunia disebabkan oleh PJK (12,8% dari total referensi atas persentil ke-99. Cedera miokard
[1]
kematian) pada tahun 2008 . Selain itu, PJK juga dianggap akut bila terdapat peningkatan atau
[5]
berperan terhadap penurunan kualitas hidup dan penurunan nilai cTn.
disabilitas. Sebanyak 6,8% Disability-adjusted life-
Infark miokard akut digunakan bila didapatkan
years lost (DALYs) terjadi pada pria dan 5,3%
[2] cedera miokard akut (peningkatan penurunan nilai
DALYs terjadi pada wanita akibat PJK . Di
[5]
cTn) dengan setidaknya satu dari :
Indonesia, PJK merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas, serta bertanggung 1. Gejala iskemia miokard
3
jawab terhadap sepertiga dari seluruh kematian
2. Perubahan EKG iskemik baru.
Jumlah tahun produktif yang hilang (Year of Life
Lost) akibat kematian premature akibat PJK 3. Terbentuk gelombang Q patologis baru pada
diperkirakan sekitar 3299 tahun hilang / 100.000. EKG.
Data di Indonesia hampir 30% populasi orang
4. Bukti pencitraan hilangnya miokard yang
dewasa berusia 40 tahun memiliki resiko tinggi
viabel atau kelainan gerakan dinding regional
PJK. Prevalensi ini jauh melebihi prevalensi di
baru dalam pola yang konsisten dengan
India (10,2%) dengan rentang usia sampel yang
etiologi iskemik.
[4]
sama (40 tahun ke atas) .
5. Trombus intrakoroner yang terdeteksi pada
Acute Coronary Syndrome(ACS)/Sindroma angiografi atau otopsi.
koroner akut(SKA) merupakan bagian PJK yang
membutuhkan penangan secara cepat dan tepat. Gugus tugas ini membagi jenis MI menjadi lima
[5]
Penanganan cepat dan tepat akan meningkatkan jenis :
menit). Kondisi ini menunjukkan adanya hingga reperfusi selama 120 menit harus
dengan elevasi segmen ST persisten yang a. PCI primer tetap menjadi terapi reperfusi
dapat menunjukkan perubahan EKG yang pilihan jika memungkinkan dalam jangka
mungkin termasuk elevasi segmen ST waktu ini dan dilakukan di fasilitas yang
transien, depresi segmen ST persisten atau disetujui untuk memberikan terapi pasien
atau gambaran EKG mungkin normal. b. Alur PCI primer mungkin tertunda
Target waktu sejak kedatangan hingga penentuan selama pandemi (hingga mencapai 60
EKG dan diagnosis maksimal adalah 10 menit. menit - menurut pengalaman) karena
Manajemen utama STEMI dengan durasi gejala penundaan dalam pemberian terapi dan
Strategi reperfusi yang dipilih adalah PCI primer c. Jika waktu target tidak dapat dipenuhi
bila dapat dilakukan dengan cepat dan efisien dan fibrinolisis tidak dikontraindikasikan,
(dalam waktu 120 menit). Terapi fibrinolitik maka fibrinolisis harus menjadi terapi lini
tidak dapat dilakukan dengan cepat (>120 menit) 2. Setiap pasien STEMI perlu dianggap
tanpa disertai kontraindikasi. Bila pasien menerima berpotensi terinfeksi karena hasil tes SARS-
terapi fibrinolitik, pasien tetap dirujuk ke sarana CoV-2 tidak dapat segera jadi pada pasien
dilakukan penilaian apakah pasien mengalami 3. Semua pasien STEMI harus menjalani tes
reperfusi. Pasien yang belum mengalami reperfusi SARS-CoV-2 sesegera mungkin pasca
dapat dilakukan rescue PCI di rumah sakit kontak medis pertama terlepas apapun
rujukan.
[7] strategi reperfusinya, selambat-lambatnya
setelah masuk ke ICU pasca PCI primer.
Dalam era pandemi, ESC menerbitkan pedoman Lakukan semua tindakan pencegahan untuk
untuk berbagai manajemen penyakit jantung. menghindari kemungkinan infeksi pada
Sejalan dengan pedoman saat ini, terapi reperfusi pasien lain dan tenaga kesehatan hingga
Sejalan dengan pedoman ESC, AHA/ACC juga Sindroma koroner akut tanpa elevasi segmen
menyarankan PCI primer sebagai manajemen ST(NSTE-ACS/NSTEMI) memiliki pedoman ESC
6
terbaik pasien yang dapat dirujuk dengan cepat baru yang dipublikasikan tahun 2020 . Alur
9
dari RS non-PCI (dalam 120 menit) . Untuk pasien manajemen pedoman ACS tanpa elevasi segmen
yang tidak mungkin memperoleh reperfusi cepat ST dapat dilihat dari diagram di bawah ini.
dengan PCI primer, pendekatan farmakoinvasif
Evaluasi awal meliputi penilaian klinis, pencitraan, interval waktu untuk pemeriksaan troponin jantung
dan algoritma 0 jam/1 jam troponin sensitivitas kedua dapat diperpendek shingga mengurangi
tinggi. EKG kondisi istirahat adalah alat diagnosis keterlambatan diagnosis. ESC untuk ini
pertama pada pasien dengan SKA. EKG harus merekomendasikan penggunaan algoritma 0
dilakukan dalam 10 menit kedatangan pasien. jam/1jam. NSTEMI dapat dikesampingkan pada
Pemeriksaan biomarker melengkapi penilaian klinis saat presentasi jika konsentrasi hs-cTn sangat
dan EKG yang dapat menunjukkan cedera rendah. NSTEMI dapat disingkirkan (rule out)
kardiomiosit yaitu hs-cTn. Bila presentasi klinis dengan kombinasi dari kadar baseline yang rendah
sesuai dengan iskemia miokard, elevasi troponin dan kurangnya peningkatan yang relevan dalam 1
jantung mengindikasikan IMA, dengan kadar yangg jam (tidak ada 1jamΔ). Pasien memiliki
meningkat tajam dalam 1 jam onset gejala. Untuk kemungkinan tinggi untuk NSTEMI jika konsentrasi
meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik, hs-cTn saat presentasi setidaknya cukup tinggi atau
konsentrasi hs-cTn menunjukkan peningkatan yang Langkah selanjutnya ada penentuan risiko. Dalam
jelas dalam satu jam pertama (1jamΔ). Namun, pedoman ESC terbaru, model stratifikasi risiko
perlu digarisbawahi bahwa algoritma ini digunakan seperti GRACE memerlukan pertimbangan khusus
bersama dengan semua informasi klinis yang dalam pengggunaannya. Skor risiko GRACE
tersedia termasuk karakteristik dari nyeri dada. Bila menawarkan performa diskriminatif terbaik. Namun,
pasien hanya berisiko rendah-sedang mengalami penting untuk diketahui bahwa terdapat beberapa
penyakit arteri koroner atau troponin jantung jenis skor risiko GRACE, dan masing-masing
dan/atau EKG normal atau tidak konklusif, coronary mengacu pada kelompok pasien yang berbeda dan
computed tomography angiography (CCTA) memprediksi hasil yang berbeda. Karena
direkomendasikan sebagai alternatif angiografi pembobotan variabel berbeda antar jenis skor risiko
invasif untuk menyingkirkan SKA. GRACE lainnya mungkin sangat berbeda untuk
pasien yang sama, arahan keputusan terapi dapat
menjadi berbeda.
Tabel 1.
Risiko sangat tinggi Risiko tinggi Risiko rendah
Instabilitas hemodinamik Nyeri Diagnosis NSTEMI sudah ditetapkan Tidak adanya tanda risiko
dada rekuren/refrakter Aritimia Perubahan segmen ST-T baru atau tinggi maupun sangat tinggi.
yang mengancam jiwa Komplikasi dianggap baru (simptomatik maupun
mekanik IMA silent)
Gagal jantung akut yang sangat Henti jantung yang teresusitasi tanpa
berhubungan dengan SKA NSTE elevasi segmen ST atau syok
Depresi segmen ST > 1mm/6lead kardiogenik
dengan elevasi segmen ST aVR Skor risiko GRACE > 140
dan atau V1
pasien-pasien naif aspirin. Tidak direkomendasikan mencapai inhibisi platelet pada saat PCI, bahkan
pemberian loading penghambat reseptor P2Y12 dapat menyebabkan peningkatan risiko
pada pasien yang anatomi koronernya tidak pendarahan, sehingga pemberian penghambat
diketahui atau pasien direncanakan menjalani reseptor P2Y12 dipertimbangkan pada kasus kasus
manajemen invasif dini. Beberapa trial skala besar tertentu dan sesuai dengan risiko pendarahan
menemukan bahwa pemberian baik klopidogrel pasien
atau penghambat reseptor P2Y12 poten kurang
DAPT terdiri dari penghambat reseptor P2Y12 (DAPT) direkomendasikan untuk diberikan selama
yang poten selain aspirin. Dual antiplatelet terapi 12 bulan, terlepas dari jenis stentnya. Dalam
skenario klinis tertentu, durasi DAPT dapat Dalam kasus hasil tes SARS-CoV-2 positif, pasien
dipersingkat (<12 bulan), diperpanjang (> 12 harus dipindahkan manajemen invasif ke rumah
bulan), atau dimodifikasi (mengganti DAPT, de- sakit COVID-19 yang dilengkapi dengan fasilitas
eskalasi DAPT) dan keputusan ini bergantung untuk menangani pasien positif COVID-19.
pada penilaian klinis individu dan risiko iskemik
Pasien dengan risiko menengah harus dievaluasi
serta perdarahan pasien, terjadinya efek samping,
dengan hati-hati dengan mempertimbangkan
komorbiditas, konsumsi obat lainnya, dan
diagnosis alternatif untuk T1MI, seperti MI tipe II,
ketersediaan masing-masing obat. Menurut studi
miokarditis, atau cedera miokard akibat gangguan
PEGASUS TIMI, pasien dengan ACS yang dapat
pernapasan atau kegagalan multiorgan atau
mentoleransi DAPT tanpa komplikasi perdarahan,
Takotsubo. Jika salah satu diagnosis banding
pemberian DAPT diperpanjang > 12 bulan harus
tampak masuk akal, strategi non-invasif harus
dipertimbangkan pada pasien dengan risiko
dipertimbangkan dan CCTA harus dipilih jika
trombotik tinggi dan tidak memiliki peningkatan
[8]
peralatan dan keahlian tersedia.
risiko perdarahan mayor yang mengancam nyawa,
dan dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
Kesimpulan
peningkatan risiko trombotik
ACS merupakan kondisi gawat darurat dengan
Pasien harus dilakukan pemantauan secara terus mortalitas dan morbiditas tinggi sehingga
menerus dan modifikasi faktor risiko memerlukan penanganan cepat dan tepat.
kardiovaskuler yang ideal dalam konteks Reperfusi pada STEMI harus segera diberikan baik
rehabilitasi kardiak meliputi kontrol lipid, tekanan masa pandemi COVID-19 maupun kondisi non
darah, gula darah, dan melakukan penghentian pandemi sesuai guidline yang ada. Ada beberapa
kebiasaan merokok, menjaga berat badan tetap perubahan rekomendasi pada penanganan NSTE-
ideal, serta mengonsumsi makanan berbahan ACS yang bertujuan meningkatkan kualitas layanan
dasar tumbuhan. dan keterlaksanaan di masing-masing sarana
kesehatan.
Penatalaksanaan pasien dengan SKA NSTE pada
masa pandemi tetap harus dipandu oleh Referensi
[4]
stratifikasi risiko . Pengujian SARS-CoV-2 harus
dilakukan sesegera mungkin setelah kontak medis 1. World Health Organization. Global atlas on
pertama, terlepas dari strategi terapi, untuk cardiovascular disease prevention and control.
memungkinkan tenaga medis menerapkan 2011. Geneva: World Health Organization
tindakan pencegahan yang adekuat dan protokol
2. World Health Organization. The global burden of
manajemen yang aman. Untuk pasien berisiko
disease: 2004 update. 2008. Geneva: World
tinggi, strategi medis bertujuan untuk stabilisasi
Health Organization
sambil merencanakan strategi invasif awal (<24
jam). Namun, waktu strategi invasif mungkin lebih
lama dari 24 jam sesuai dengan waktu menunggu
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan
hasil meriksaan SARS-CoV-2. Jika
Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
memungkinkan, area khusus untuk menangani
pasien ini sambil menunggu hasil pemeriksaan Pengembangan Kesehatan
4. Maharani, A., Praveen, D., Oceandy, D., 7. Ibanez B, James S, Agewall S, Antunes MJ,
Tampubolon, G. and Patel, A. Cardiovascular Bucciarelli-Ducci C, Bueno H, et al. 2017 ESC
disease risk factor prevalence and estimated 10- Guidelines for the management of acute
year cardiovascular risk scores in Indonesia: myocardial infarction in patients presenting with
The SMARThealth Extend study. PloS one; ST-segment elevation. Eur Heart J. 2018
2019. 14(4), p.e0215219
8. European Society of cardiology. ESC Guidance
5. Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, Chaitman BR, for the Diagnosis and Management of CV
Bax JJ, Morrow DA, White HD. Fourth Universal Disease during the COVID-19 Pandemic. Eur
Definition of Myocardial Infarction (2018). J Am Heart J. 2020
Coll Cardiol; 2018.
9. Mahmud E, Dauerman HL, Welt FGP,
6. Collet J-P, Thiele H, Barbato E, Barthélémy O, Messenger JC, Rao S V., Grines C, Mattu A,
Bauersachs J, Bhatt DL, et al. ESC Guidelines Kirtane AJ, Jauhar R, Meraj P, Rokos IC,
for the management of acute coronary Rumsfeld JS, Henry TD. Management of Acute
syndromes in patients presenting without Myocardial Infarction During the COVID-19
persistent ST-segment elevation. Eur Heart J; Pandemic. J Am Coll Cardiol. 2020
2020.