Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

A SYSTEMATIC REVIEW OF ENVIROMENTAL INFLUENCES ON CASES OF

DENGUE FEVER IN CHILDREN

Telaah Sistematis Tentang Pengaruh Lingkungan terhadap Kasus Demam Berdarah pada
Anak

ABSTRACT

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus.
The degue virus is transmitted to humans through mosquito bites. The clinical manifestations
are fever, muscle / joint pain accompanied by leukopenia, rash, lymphodenopathy,
thromocytopenia. In 2014, it was recorded that the most dengue sufferers were experienced
by children aged 1- 14 years, namely around 1065 cases, while children aged 6-12 years were
336. Apart from the virus carried by the Aedes Aegypti mosquito, there are several other
factors that cause the increase in dengue fever cases child. Among them, low sanitation and
also environmental factors.

Aims: This systematic review aimed to identify environmental and behavioral factors
associated with the incidence of DHF in children.

Methode: The method used in this research is literature study by searching for relevant
articles on several electronic databases, namely Google Scholar, SCOPUS and PubMed.

Results: There are several things that affect dengue fever in children. Most of the causes of
dengue fever in children are due to the environment. This effect can be prevented by
reconstructing the breeding environment for mosquitoes.

Conclusion: From the results of the study, it was found that the most effective way to control
dengue fever outbreaks in children was environmental control.

Key words: dengue fever, children, environment

ABSTRAK

Latar Belakang : Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue. Virus degue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Manifestasi klinis
nya yaitu demam, nyeri otot/ sendi disertai leukopenia, ruam, limfodenopati, tromositopenia.

1
Pada tahun 2014 tercatat penderita DBD terbanyak dialami oleh anak usia 1- 14 tahun yaitu
sekitar 1065 kasus sedangkan anak usia 6 – 12 tahun sebanyak 336. Selain karena virus
yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
meningkatnya kasus demam berdarah pada anak. Diantaranya, rendahnya sanitasi dan juga
faktor lingkungan.

Tujuan : Tujuan telaah sistematik ini adalah mengidentifikasi faktor lingkungan dan
perilaku yang terkait dengan kejadian DBD pada anak.

Metode : Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi literature dengan mencari
artikel yang relevan pada beberapa database elektronik, yaitu Google Scholar, SCOPUS dan
PubMed.

Hasil : Terdapat beberapa hal yang berpengaruh terhadap demam berdarah pada anak.
Sebagian besar penyebab demam berdarah pada anak disebabkan karena lingkungan.
Pengaruh ini dapat dicegah dengan merekontruksi lingkungan tempat penrkembangbiakan
nyamuk.

Kesimpulan : Dari hasil telaah ditemukan bahwa yang paling efektif dalam pengendalian
wabah demam berdarah pada anak adalah pengendalian lingkungan.

Kata kunci: demam berdarah, anak, lingkungan

Pendahuluan DBD pertama kali terjadi di Filipihina dan


Thailand. Perkembangan virus ini begitu
Demam Berdarah Dengue (DBD)
cepat. Sebelum 1970, terdapat 9 negara
adalah penyakit yang disebabkan oleh
yang mengalami wabah DBD akan tetapi
virus dengue. Virus degue ditularkan ke
selanjutnya menjadi penyakit endemik
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
pada lebih dari 100 negara.
betina, terutama Aedes Aegypti dan Aedes
albopictus (Kemenkes RI, 2015). Angka kejadian kasus DBD DI
Manifestasi klinis nya yaitu demam, nyeri indonesia pun selalu meningkat setiap
otot/ sendi disertai leukopenia, ruam, tahunnya. Selama 47 tahun terakhir sejak
limfodenopati, tromositopenia. WHO 1968 terjadi peningkatan yaitu dari 58
(2011) mengemukakan bahwa epidemi kasus menjadi 126.675 kasus pada tahun

2
2015 yang terjadi di 85% kota/ kabupaten penelitian I N Gede Suyasa dkk di Kota
di Indonesia. Pada tahun 2014 tercatat Denpasar menunjukkan adanya hubungan
penderita DBD terbanyak dialami oleh faktor lingkungan dan perilaku dengan
anak usia 1- 14 tahun yaitu sekitar 1065 keberadaan vektor DBD. Faktor yang
kasus sedangkan anak usia 6 – 12 tahun berperan dalam timbulnya penyakit
sebanyak 336. Selain karena virus yang berdasarkan segitiga epidemiologi
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti ada dipengaruhi oleh faktor manusia sebagai
banyak faktor yang lain yang host dan nyamuk Aedes aegypti sebagai
menyebabkan meningkatnya kasus demam vektor penular DBD.
berdarah pada anak. Diantaranya,
Pada beberapa penelitian yang
rendahnya sanitasi dan juga faktor
telah dilakukan didapatkan faktor-faktor
lingkungan.
lingkungan yang berhubungan dengan
Untuk mengatasi masalah tersebut, kejadian DBD antara lain: keberadaan
WHO telah merancang sebuah program barang bekas, luas ventilasi rumah,
untuk pengendalian dan pencegahan DBD keberadaan resting place potensial di
untuk tahun 2012 – 2020. Pada program dalam dan di luar rumah, dan keberadaan
ini terdapat 5 komponen utama, yaitu : jentik Aedes aegypti pada tempat
diagnosis dan manajeman kasus, penampungan air. Adapun faktor perilaku
surveilans terintegrasi dan persiapan KLB, yang berhubungan dengan insidensi DBD
pengendalian vektor berkelanjutan, yaitu menguras penampungan air,
implementasi vaksin, dan penelitian. Dari mengubur barang bekas, kebiasaan
kelima komponen ini dua komponen yang menggantung baju, pemasangan kawat
berperan dalam pencegahan primer adalah kasa pada ventilasi, penggunaan obat
pengendalian vektor dan implementasi nyamuk, dan penaburan bubuk abate.
vaksin. Saat ini vaksin dengue sudah Aktifitas nyamuk mungkin perlu
ditemukan, akan tetapi belum ditetapkan diperhatikan dalam memahami tingginya
sebagai imunisasi dasar lengkap oleh angka insiden DBD. Puncak aktifitas
pemerintah. Pengendalian vektor menggigit nyamuk Aedesaegypti sebagai
bertujuan: 1) mengurangi atau menekan vektor DBD adalah pada pukul 08.00 –
populasi vektor serendah-rendahnya 10.00 dan pukul 15.00 – 17.00. Pada
sehingga tidak berarti lagi dalam penular waktu tersebut, mayoritas anak usia 5 – 14
penyakit, 2) menghindarkan kontak antara tahun berada di lingkungan.
vektor dan manusia. Sebagaimana

3
Setiap penderita DBD yang
dilaporkan dilakukan tindakan perawatan
METODE
penderita, penyelidikan epidemiologi di
Beberapa database elektronik
lapangan, serta upaya pengendalian.
digunakan untuk mencari artikel yang
Tingginya angka kesakitan DBD
relevan, yaitu Google Scholar, SCOPUS
disebabkan karena adanya iklim tidak
dan PubMed. Proses pencarian pada
stabil dan curah hujan cukup banyak pada
database tersebut menggunakan beberapa
musim penghujan yang merupakan sarana
kombinasi kata kunci dengan OR dan
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
AND seperti “demam”, “anak-anak”,
yang cukup potensial (Dinkes Prov.Jateng,
“lingkungan”, “dbd”, “anak”, “demam
2008:22).
berdarah”, “child”, “dengue fever”,
Pada kasus DBD, metode yang “dengue”, “fever”, dan “environment”.
tepat untuk mencegah DBD adalah Pencarian terbatas pada pengaruh
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) lingkungan terhadap kasus demam
melalui 3M plus (menguras, menutup dan berdarah pada anak, jurnal, artikel
mengubur) plus nya adalah kegiatan- penelitian, dan diterbitkan dalam 5 tahun
kegiatan lainnya yang dapat mencegah terakhir masing-masing pada tahun 2016
atau memberantas nyamuk Aedes aegypti hingga 2020.
berkembang biak diantaranya penggunaan Penapisan artikel didasarkan pada
kawat kasa, memakai lotion anti nyamuk, kriteria inklusi dan eksklusi termasuk
dan menggunakan kelambu (Departemen jurnal dan artikel yang menginvestigasi
Kesehatan RI, 2005). berbagai pengaruh lingkungan terhadap
angka kejadian demam berdarah pada
Berdasarkan uraian tersebut,
anak. Jurnal dan artikel dikeluarkan jika
peneliti bermaksud untuk mengetahui
mereka hanya menyelidiki tentang
hubungan antara faktor lingkungan dan
epidemiologi demam berdarah. Selain itu,
perilaku yang berpengaruh terhadap
jurnal dan artikel yang menyelidiki tentang
kejadian DBD pada anak usia 6-12 tahun.
vaksin juga dikeluarkan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan
Penyaringan tahap pertama
rangkuman literature yang bertujuan untuk
dilakukan pada judul dan abstrak dan
mengidentifikasi faktor lingkungan dan
tahun terbit. Jurnal dan artikel yang sama
perilaku yang terkait dengan kejadian
telah dihapus. Penapisan berikutnya
DBD pada anak.
dilakukan dengan meninjau jurnal dan

4
artikel teks lengkap. Jadi, hanya 12 artikel (2008) menyatakan bahwa ada hubungan
yang dipilih. antara keberadaan kontainer dengan
keberadaan vektor DBD. Hasil penelitian
yang dilakukan Wati (2010) maupun
Sucipto (2015) menyatakan hal yang sama
yaitu terdapat hubungan yang signifikan
antara tempat penampungan air yang
terdapat jentik dengan kejadian DBD.
Keberadaan jentik nyamuk yang hidup di
berbagai tempat penampungan air seperti
bak mandi, genangan air di wastafel
maupun genangan air ditempat lainnya
sangat memungkinkan terjadinya demam

Gambar 1. Proses seleksi dan penilaian berdarah dengue dan apabila dibiarkan

kualitas artikel untuk tinjauan sistematis maka kejadian DBD akan terus meningkat.

HASIL DAN DISKUSI Pengaruh aktivitas di luar rumah

Berdasarkan tinjauan mendalam terhadap kejadian DBD pada anak

terhadap jurnal yang berhubungan, Hasil penelitian lain mengatakan

terdapat beberapa hal yang terbukti bahwa aktivitas merupakan faktor risiko

berpengaruh terhadap demam berdarah DBD pada anak usia <15 tahun. Anak

pada anak dan beberapa yang terbukti dengan aktivitas tinggi di luar rumah pada

tidak berpengaruh serta beberapa upaya jam 08.00-13.00 WIB dan jam 15.00-17.00

yang dapat dilakukan. WIB memiliki risiko 3,643 kali lebih besar
untuk sakit DBD daripada anak dengan

Pengaruh jentik nyamuk terhadap aktivitas rendah di luar rumah pada jam

kejadian DBD pada anak tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan

Berdasarkan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Widodo

menunjukkan bahwa ada hubungan yang (2012) yaitu seseorang yang memiliki

signifikan antara kepadatan jentik nyamuk aktivitas tinggi di luar rumah memiliki

(bebas jentik nyamuk) dengan kejadian risiko 1,66 kali lebih besar untuk sakit

DBD. Hal ini didukung oleh hasil DBD daripada seseorang yang memiliki

penelitian yang dilakukan oleh Suyasa aktivitas rendah di luar rumah.

5
Pengaruh curah hujan terhadap pada siang hari, tetapi sebaliknya
kejadian DBD pada anak menggunakan anti nyamuk seperti
Pada penelitian menyatakan bahwa menyemprot atau menggunakan kelambu
peningkatan curah hujan akan hanya pada malam hari saja, anggapan
meningkatkan kejadian DBD. Curah hujan mereka bahwa pada siang hari lebih
dapat meningkatkan transmisi penyakit banyak beraktifitas sehingga perlindungan
yang ditularkan oleh vektor dengan cara terhadap gigitan nyamuk tidak perlu
memacu proliferasi tempat berkembang dilakukan.
biak, tetapi juga dapat mengeliminasi
tempat berkembang biak dengan cara Pengaruh tidur di siang hari terhadap
menghanyutkan vektor. kejadian DBD pada anak
Penelitian lain mengatakan bahwa
Pengaruh tingkat pendidikan ibu Kebiasaan anak yang tidur pada siang hari
terhadap kejadian DBD pada anak akan mengakibatkan mudahnya
Ada pengaruh faktor pendidikan penyebaran penyakit demam berdarah
ibu rendah terhadap kejadian DBD pada dengue, dikarenakan nyamuk betina
anak usia 6-12 tahun. Sikap masa bodoh mencari umpannya pada siang hari.
dan kurangnya penyuluhan yang efektif Aktivitas menggigit nyamuk biasanya
menyebabkan pengetahuan masyarakat mulai pagi sampai sore hari, dengan dua
tentang penyakit menjadi rendah. puncak aktivitas yaitu antara pukul 08.00 –
Pendidikan yang relative rendah melatar 12.00 dan 15.00 – 17.00.
belakangi sulitnya penduduk untuk
mengetahui konsep kejadian penyakit Pengaruh kasa ventilasi terhadap
DBD. kejadian DBD pada anak
Secara teori, rumah yang tidak
Pengaruh faktor penggunaan obat anti sehat dapat menimbulkan berbagai macam
nyamuk terhadap kejadian DBD pada penyakit apabila rumah tersebut tidak
anak memiliki ventilasi yang memadai.
Sejalan dengan penelitian yang Keadaan rumah dengan kondisi ventilasi
dilakukan Ishak bahwa penggunaan obat yang tidak terpasang kasa nyamuk akan
anti nyamuk merupakan faktor risiko memudahkan nyamuk untuk masuk dan
tinggi untuk menghindari gigitan nyamuk. mengigit manusia yang ada di dalam
Temuan di lapangan sebagian responden rumah. Keluarga yang tinggal di rumah
tidak pernah menggunakan anti nyamuk dalam kondisi ventilasi yang tidak

6
terpasang kawat kasa mempunyai risiko Hsieh di Taiwan dan Sánchez-González et
untuk terjadinya penyakit DBD 5 kali al. di Meksiko menunjukkan bahwa risiko
dibanding keluarga yang tinggal di rumah penularan DBD tertinggi umumnya terjadi
yang ventilasinya dipasang kawat kasa. pada suhu 28 ° C. Suhu optimal ini
mengurangi siklus gonotrofik Aedes
Pengaruh pengelolaan sampah padat nyamuk, memperpanjang harapan hidup
terhadap kejadian DBD pada anak nyamuk, memperpendek masa inkubasi
Pengelolaan sampah padat harus ekstrinsik arbovirus, dan memfasilitasi
diperhatikan. Keluarga yang memiliki penyebaran vektor di wilayah geografis
pengelolaan sampah padat yang kurang yang lebih luas, yang berpotensi
baik berisiko 3,73 kali lebih besar terkena menyebabkan kemungkinan penularan
DBD dibandingkan keluarga yang demam berdarah lebih besar.
memiliki pengelolaan sampah padat yang
baik. Pengaruh pengetahuan warga mengenai
tanda dan gejala penyakit terhadap
Pengaruh perilaku membuang sampah kejadian DBD pada anak
terhadap kejadian DBD pada anak Aspek lain yang kami soroti adalah
Perilaku membuang sampah yang masih adanya kebingungan di antara warga
baik (membuang disposable container ke tentang tanda dan gejala DBD karena
tempat sampah tertutup serta membuang persentase orang tua atau pengasuh yang
air dari dalamnya dahulu) akan tinggi mengindikasikan diare dan muntah
mengurangi tempat perkembangbiakan sebagai gejala yang tidak biasa terjadi
nyamuk. selama DBD (walaupun muntah bisa
dianggap sebagai bagian dari DBD). Selain
Pengaruh suhu dan kelembaban itu, persentase orang tua yang menganggap
teradap kejadian DBD pada anak perlu berkonsultasi dengan dokter sangat
Suhu dan kelembaban dianggap rendah, dan pengobatan sendiri sangat
sebagai faktor penting bagi biologi teridentifikasi.
nyamuk, dinamika populasi, kelangsungan
hidup serta kemampuan untuk menularkan Pengaruh tempat penampungan air
virus dengue. Aedes spp. membutuhkan terhadap kejadian DBD pada anak
suhu optimal antara 15–35 ° C untuk Kontainer/tempat penampungan air
berkembang dan bertahan hidup adalah tempat penampungan air yang
sepenuhnya. Selain itu, studi oleh Chen & biasanya dipakai untuk keperluan rumah

7
sehari – hari, pada umumnya keadaan Aedes aegypti. Berdasarkan hasil
jernih, tenang dan tidak mengalir seperti penelitian Sebagian besar responden
bak mandi, ember, drum dan lain-lain. memiliki lebih dari satu tempat
Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti penampungan air didalam rumahnya. Dari
yaitu tempat dimana nyamuk Aedes 80 responden diketahui bahwa semua
aegypti meletakkan telurnya terdapat di responden memiliki tempat perindukan
dalam maupun di luar rumah. Tempat buatan, sebanyak 23 (73,3%) responden
perindukan yang ada dalam rumah yang menderita DBD dan 6 (20,7%) responden
paling utama adalah tempat-tempat tidak menderita DBD. Banyak dan
penampungan air: bak air mandi, drum, beragam jenisnya tempat penampungan air
vas bunga, tempayan, gentok plastik, responden sangat berpotensi bagi nyamuk
ember, tendon air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan
Aedes aegypti lebih menyukai tempat berkembang biak. Hal ini menjadi lebih
perindukan yang berwarna gelap, buruk lagi dengan perilaku responden yang
terlindung dari sinar matahari, permukaan tidak menutup tempat-tempat
terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan penampungan air. Sehingga tidak ada
tenang (10). hubungan antara tempat penampungan air
Hasil analisis uji chi-square dengan kejadian kejadian DBD pada anak
didapatkan bahwa nilai p = 0,983 dan usia < 15 tahun di wilayah kerja
disimpulkan tidak ada hubungan antara Puskesmas Wua-Wua kota Kendari tahun
jenis tempat perindukan buatan dengan 2018.
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Wua-Wua kota kendari, tidak tergantung Pengaruh jenis seragam sekolah
dari tempat perindukan buatan. Hal ini terhadap kejadian DBD pada anak
karena ditemukan tempat perindukan Hasil analisis bivariat dengan
buatan pada semua responden, sehingga menggunakan uji chi square diperoleh
dalam proses analisis menunjukkan adanya container index (p=0,005) sekolah dan
hubungan antara tempat perindukan buatan perilaku siswa dalam membuang barang
dengan keberadaan kejadian DBD. bekas (p=0,025) memiliki hubungan
Keberadaan tempat perindukan buatan signifikan terhadap kejadian DBD anak
sangat berperan dalam kepadatan vektor usia 5-14 tahun. Sedangkan faktor jenis
nyamuk Aedes aegypti, karena semakin seragam sekolah (p=0,104) dan
banyak tempat perindukan buatan maka penggunaan repelen di sekolah (p=0,682)
akan semakin padat populasi nyamuk tidak memiliki hubungan signifikan

8
terhadap kejadian DBD anak usia 5-14 Control and Prevention) mengenai
tahun. penggunaan baju panjang untuk mencegah
Aktifitas sekolah di wilayah kerja gigitan nyamuk perlu diperbaiki.15 Karena
Puskesmas Kedungmundu berlangsung penggunaan pakaian yang menutupi area
dari pagi hingga siang hari, yang mana gigitan nyamuk tidak cukup memberi
pada waktu tersebut merupakan salah satu dampak protektif apabila tidak diresapi
waktu puncak aktifitas menggigit nyamuk dengan repelen.
Ae. Aegypti, yaitu pada pukul 08.00 –
10.00 dan pada pukul 15.00 – 17.00. Pengaruh penggunaan repelan terhadap
Adapun bagian tubuh manusia yang kejadian DBD pada anak
menjadi area gigitan nyamuk ini adalah di Repelen adalah zat kimia yang
area pergelangan kaki dan siku, oleh dapat digunakan untuk melindungi diri
karena itu untuk mencegah DBD dari gigitan nyamuk atau serangga lain,
dibutuhkan proteksi diri agar terhindar dari sehingga dapat digunakan untuk mencegah
gigitan nyamuk ini.15 Salah satunya kejadian DBD. Repelen dapat digunakan
dengan menggunakan seragam sekolah pada kulit yang terbuka atau pada pakaian.
dengan lengan panjang dan celana Daya lindung repelen berbeda-beda
panjang. tergantung konsentrasi dan jenis bahan
Dari penelitian ini didapatkan aktif yang terkandung. Di Indonesia
bahwa jenis seragam sekolah tidak repelen sintetis yang beredar di masyarakat
memiliki hubungan yang signifikan mengandung bahan aktif DEET dengan
dengan kejadian DBD. Hal ini berbeda konsentrasi antara 10%-30%, pada
dengan penelitian Cédric Pennetier dkk konsentrasi tersebut DEET dapat memberi
yang menyatakan bahwa pemakaian baju perlindungan dari gigitan nyamuk selama
yang sudah diresapi dengan zat aktif 4-6 jam.17
KBR3023/PM memberikan perlindungan Dalam penelitian ini didapatkan
yang efektif dari dari gigitan nyamuk.16 bahwa penggunaa repelen tidak memiliki
Perbedaan hasil penelitian ini hubungan yang bermakna dengan kejadian
kemungkinan disebabkan oleh jenis DBD. Hal ini berbeda dengan penelitian
pakaian yang diteliti tidak sama. Seragam Tamza yang menyatakan bahwa
responden yang belum diresapi dengan penggunaan repelen berhubungan dengan
repelen belum memberi perlindungan yang kejadian DBD di area perumahan Kota
efektif dari gigitan nyamuk. Oleh karena Bandar Lampung.
itu, anjuran CDC (Center for Disease

9
Pengaruh kebiasaan menggantung
pakaian di dalam rumah terhadap Pengaruh forum penyampaian
kejadian DBD pada anak informasi terhadap kejadian DBD pada
Hasil uji statistik diperoleh nilai anak
p=0,128 yang berarti tidak ada pengaruh Adanya forum penyampaian infor-
faktor kebiasaan menggantung pakaian masi di Kecamatan Tembalang tidak
terhadap kejadian DBD. terbukti berpengaruh terhadap kejadian
DBD pada anak. Hasil uji statistik dipe-
Pengaruh tidur siang terhadap kejadian roleh nilai p=0,385 yang berarti tidak ada
DBD pada anak pengaruh faktor forum penyampaian
Hasil analisis menunjukkan bahwa informasi terhadap kejadian DBD pada
kebiasaan tidur siang tidak terbukti anak usia 6-12 tahun. (p=0,385;
berpengaruh terhadap kejadian DBD pada OR=0,684; 95% CI=0,289-1,616).
anak, uji statistik diperoleh nilai OR=1,509
95% CI=769-2,964 nilai p=0,231 yang Pengaruh sanitasi lingkungan sekolah
berarti tidak ada pengaruh faktor kebiasaan dasar terhadap kejadian DBD pada
tidur siang terhadap kejadian DBD pada anak
anak. Berdasarkan tabel diketahui
koefisien korelasi sebesar -0,122 dan nilai
Pengaruh rutinitas pemeriksaan jentik Sig. > α (0,570>0,05) sehingga dapat
terhadap kejadian DBD pada anak disimpulkan bahwa tidak terdapat
Kecamatan Tembalang hubungan yang signifikan antara sanitasi
sudahmemiliki petugas pemantau jentik lingkungan sekolah dasar dengan kejadian
yang di koordinir oleh petugas dari demam berdarah dengue Tanda negatif
kecamatan dan Puskesmas sebagai pada koefisien korelasi menunjukkan
pembina wilayah. Hasil analisis rutinitas korelasi yang terjadi antara sanitasi
pemeriksaa jentik tidak terbukti lingkungan sekolah dasar dengan demam
berpengaruh terhadap kejadian DBD pada berdarah dengue tidak berbanding lurus,
anak. Hasil uji statistik diperoleh nilai yang artinya semakin baik sanitasi
p=0,398 yang berarti tidak ada pengaruh lingkungan sekolah dasar, maka tidak
faktor rutinitas pemeriksaan jentik semakin berkurang kejadian DBD di
terhadap kejadian DBD pada anak usia 6- sekolah tersebut.
12 tahun.(p=0,398; OR=0,751; 95%
CI=0,386-1,460).

10
tidak ada hubungan yang signifikan antara pembuangan sampah dengan demam
ketersedian air bersih dengan kejadian berdarah dengue tidak berbanding lurus,
demam berdarah dengue. yang artinya semakin baik pengelolaan
sampah yang dilakukan, maka tidak
semakin berkurang kejadian DBD tersebut.
Pengaruh ketersediaan air bersih
terhadap kejadian DBD pada anak
Berdasarkan tabel di atas diketahui
Upaya pencegahan kejadian DBD pada
koefisien korelasi sebesar -0,224 dan nilai
anak
Sig. > α (0,293>0,05) sehingga dapat
A. Upaya pencegahan seperti kampanye
disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesehatan berbasis sekolah dan
hubungan yang signifikan antara
manipulasi lingkungan untuk
ketersediaan air bersih dengan kejadian
mengurangi tempat berkembang biak
demam berdarah dengue. Tanda negatif
di sekitar sekolah dan taman harus
pada koefisien korelasi menunjukkan
diperkuat, terutama dalam satu atau
korelasi yang terjadi antara ketersediaan
dua bulan sebelum awal musim hujan.
air bersih dengan demam berdarah dengue
Penelitian tersebut disebabkan karena
tidak berbanding lurus, yang artinya
belum maksimalnya program
semakin baik akses air bersih yang ada,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
maka tidak semakin berkurang kejadian
3M plus di lingkungan sekolah
DBD di sekolah tersebut.
sehingga rantai perkembangbiakan
nyamuk bisa berlangsung sampai
Pengaruh antara sarana pembuangan
nyamuk dewasa. Kegiatan 3M plus
sampah terhadap kejadian DBD pada
sendiri diantaranya (Kementerian
anak
Kesehatan RI, 2016):
Berdasarkan tabel di atas diketahui
1. Menguras, adalah membersihkan
koefisien korelasi sebesar -0,075 dan nilai
tempat yang sering dijadikan
Sig. > α (0,729>0,05) sehingga dapat
tempat penampungan air seperti
disimpulkan bahwa tidak terdapat
bak mandi, ember air, tempat
hubungan yang signifikan antara sarana
penampungan air minum,
pembuangan sampah dengan kejadian
penampung air lemari es dan lain-
demam berdarah dengue. Tanda negatif
lain,
pada koefisien korelasi menunjukkan
2. Menutup, yaitu menutup rapat-
korelasi yang terjadi antara sarana
rapat tempat-tempat penampungan

11
air seperti drum, kendi, toren air, perlindungan diri terhadap gigitan
dan lain sebagainya, dan nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali atau D. Untuk mencegah masuknya vektor
mendaur ulang barang bekas yang DBD sebaiknya ventilasi dilapisi
memiliki potensi untuk jadi tempat dengan kasa nyamuk serta tidak
perkembangbiakan nyamuk penular membuka pintu dan jendela sehingga
DBD. kemungkinan nyamuk untuk masuk ke
B. Menaburkan bubuk larvasida pada dalam rumah dan mengigit manusia
tempat penampungan air yang sulit akan semakin kecil.
dibersihkan, menggunakan obat E. Pendidikan kesehatan tentang
nyamuk atau anti nyamuk, memelihara pencegahan DBD diberikan dan tempat
ikan pemangsa jentik nyamuk, perkembangbiakan nyamuk
menanam tanaman pengusir nyamuk, dikeringkan. Strategi pencegahan
mengatur cahaya dan ventilasi dan vektor yang kuat direkomendasikan
lain-lain. dengan meningkatkan program
C. Pemakaian pakaian panjang pencegahan dan pengendalian malaria
merupakan salah satu upaya mencegah yang ada.
gigitan nyamuk. Dan meminimalkan F. Pemahaman tentang musim demam
potensi gigitan nyamuk Aedes aegyti, berdarah merupakan fitur epidemiologi
karena pakaian panjang menutupi penting yang memungkinkan upaya
anggota badan, seperti tangan dan kaki. pengendalian tepat waktu untuk
Hasil penelitian kualitatif yang memaksimalkan efektivitas
dilakukan oleh Suwanbamrung, dkk pencegahan, dan perencanaan
pada sekolah dasar di Thailand, juga kesehatan masyarakat.
menyatakan bahwa dalam mencegah G. Pengetahuan tentang demam berdarah .
gigitan nyamuk, dapat menggunakan Model regresi mengungkapkan bahwa
pakaian dan celana panjang serta membuang sampah dan genangan air
menggunakan kelambu ketika tidur dan dari sekitar tempat tinggal,
penelitian di Laos, mengungkapkan menggunakan minyak pengusir
anjuran bagi pekerja di bidang nyamuk, penggunaan kelambu,
perhutanan untuk memakai baju lengan pengasapan di dalam rumah, dan air
panjang, celana panjang dan sepatu pipa di dalam rumah dapat mengurangi
yang tertutup sebagai bentuk risiko dan kerentanan terhadap infeksi
DF.

12
oksigen, resusitasi cairan untuk
KESIMPULAN meningkatkan preload yang diberikan
Faktor-faktor yang memiliki secara cepat, kurang dari sepuluh menit.
hubungan bermakna dengan kejadian DBD Aktivitas merupakan faktor risiko
anak adalah container index di sekolah dan DBD pada anak usia <15 tahun. Anak
perilaku membuang barang bekas. Selain dengan aktivitas tinggi di luar rumah pada
itu, anak yang tinggal di permukiman jam 08.00-13.00 WIB dan jam 15.00-17.00
kumuh perkotaan maupun pinggiran kota WIB memiliki risiko sebesar 3,643 kali
dengan sanitasi dan pengelolahan limbah lebih besar untuk sakit DBD daripada anak
padat yang buruk disertai rentan terjadinya dengan aktivitas rendah di luar rumah pada
banjir memiliki hubungan bermakna jam tersebut, selain itu anak dengan
dengan kejadian DBD. Faktor-faktor yang aktivitas sedang di luar rumah pada jam
tidak memiliki hubungan bermakna 08.00-13.00 WIB dan jam 15.00-17.00
dengan kejadian DBD anak adalah memiliki risiko 8,500 kali lebih besr untuk
perilaku berpakaian (jenis seragam) dan sakit DBD daripada anak dengan aktivitas
penggunaan repelen. Faktor yang terbukti rendah di luar rumah pada jam tersebut.
berpengaruh terhadap kejadian DBD pada Mobilitas dan kebiasaan menggantung
anak usia 6-12 tahun yaitu pendidikan ibu pakaian bukan faktor risiko DBD pada
rendah, kebiasaan tidak memakai obat anti anak usia <15 tahun.
nyamukdan kebiasaan tidak memakai Pola musiman kejadian wabah
pakaian panjang. Probabilitas untuk DBD sangat terkait dengan curah hujan,
terjadinya DBD jika terdapat 3 faktor suhu, kelembaban. Sehingga, data iklim
risiko tersebut secara bersamaan adalah dan lingkungan dapat digunakan untuk
85,3%, faktor yang terbukti tidak membantu memprediksi wabah DBD.
berpengaruh: kebiasaan tidur siang, Namun, perlu diperhatikan dengan tidak
kebiasaan menggantung pakaian, forum adanya vaksinasi dan obat yang efektif,
penyampaian informasi dan rutinitas satu-satunya intervensi adalah
pemeriksaan jentik dan praktik PSN. pengendalian vektor untuk menahan
Tata laksana kegawatan demam wabah dan mencegah kejadian di masa
berdarah dengue dengan syok perlu depan.
dilakukan secara agresif dan simultan,
dimulai dengan resusitasi jantung paru KONFLIK KEPENTINGAN
untuk memastikan keterbukaan jalan
napas, kecukupan ventilasi dan suplai

13
Penulis menyatakan bahwa ulasan
ini tidak bertentangan dengan kepentingan
siapa pun.

14

You might also like