Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

KEADILAN DISTRIBUTIF ATAS PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

DALAM PERKAWINANBAGI KELUARGA MUSLIM DI INDONESIA

Siah Khosyi’ah

Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Raya A. H. Nasution No. 105 Bandung Jawa Barat
Email: skhosyiah@gmail.com

Abstrak

Pembagian harta bersama pasca putusnya perkawinan, baik putus perkawinan


karena perceraian maupun karena meninggal dunia, merupakan hal yang baru
dalam wacana hukum Islam (fikih), hal ini disebabkan karena konsep harta
bersama tidak dikenal dalam kitab-kitab fikih klasik karya ulama-ulama mazhab
pada masanya, yang senantiasa dijadikan rujukan dalam pengambilan hukum
hingga masa sekarang. Di Indonesia, pembagian harta bersama diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam Pasal 96 dan 97 yang menetapkan tentang aturan
ditribusi/pembagian harta bersama bagi suami istri yang putus perkawinan akibat
perceraian maupun kematian. Pasal97 Kompilasi Hukum Islam tersebut
sebenarnya memberikan gambaran fleksibilitas pembagian atas harta bersama
termasuk pada kasus-kasus tertentu karena pasal tersebut bersifat mengatur
(regelen) bukan memaksa (dwigen), sehingga pembagian tersebut tidak mutlak
dibagi dua sama rata antara suami istri,dan secara kasuistik ketentuan dalam
pasaltersebut dapat dikesampingkan.

Kata kunci: harta bawaan, harta bersama, harta perkawinan,keadilan


distributif, pembagian harta

Abstract

The division of marital joint property after the breakup of marriage, whether
dropping out of marriage due to divorce or due to death, is a new thing in Islamic
jurisprudence (fiqh). This is because the concept of mutual treasure is not known
in the books of classical Islamic jurisprudence of Muslim scholars of the schools
at their times, in which their work are always made as referral in the legal cases up
to the present days. In Indonesia, the distribution of common property is regulated
in the Compilation of Islamic Laws Articles 96 and 97, which stipulate the rules
of distribution of joint property for married couples whose married are off as a
result of divorce or death. Article 97 of the Compilation of Islamic Law actually
provides an overview of the flexibility of the distribution of common marital
property, including in certain cases because the article is regulating (regelen)
rather than forcing (dwigen), so that the division is not absolutely divided equally
between husband and wife, and casuistically the provisions of that article may be
disregarded.

Keywords: marriage portion, joint property, marital property, distributive


justice, wealth allotment
Vol. XI No. 1, Juni 2017

A. Pendahuluan. Hadirnya Islam membawa


Secara operasional perkawinan perubahan pandangan tentang
merupakan sarana untuk membangun pernikahan karena pernikahan dalam
keluarga dalam suatu struktur yang Islam merupakan akad yang
bersifat khusus.Masing-masing individu menghalalkan kedua belah pihak antara
dalam keluarga itu satu sama lain antara laki-laki dan perempuan untuk
mempunyai ikatan baik lewat hubungan hidup bersama mencapai tujuan
darah maupun lewat perkawinan. Ikatan perkawinan yaitu saki>nah,
tersebut membawa pengaruh pada saling mawaddahdan rah}mah. Sehingga bisa
berharap (mutual expectation) yang dipahami pernikahan sebagai akad untuk
sesuai dengan ajaran agama, dikukuhkan beribadah kepada Allah, akad untuk
dengan kekuatan hukum dan secara menegakkan syariat Allah, akad untuk
individual mempunyai ikatan batin membangun, meniti hari-hari dalam
sehingga memunculkan hak dan kebersamaan rumah tangga dengan
kewajiban dalam sebuah keluarga yang tujuan tersebut. Pernikahan berarti akad
dibentuk dalam suatu perkawinan. untuk saling melindungi dan akad untuk
Dasar sebuah keluarga dalam tidak melakukan pelanggaran dan saling
Islam adalah perkawinan dan adanya menyakiti hati dan perasaan. Konsep ini
ikatan darah.Islam mengakui nilai-nilai sejalan dengan surat al-Nisa ayat 20-21:
sebuah hubungan antara laki-laki dan
perempuan sehingga menganjurkan  
        
      
 
  ! "  #$% &   ! " ' ( # )&* ,+ -  . 
pernikahan.Itulah sebabnya Islam tidak
menganjurkanselibat (hidup tidak
menikah).Anjuran pernikahan dalam  *    ! " 4  5  (20) #& #/  #0 1
Islam memiliki tujuan yang jelas dan
#*6   &   !
   7 8 1 9    : 8 1 ;:  (
menghargai sebuah lembaga perkawinan
agar setiap orang memperoleh kepuasan (21) #<=>
parasaan, sebagai bentuk mekanisme
untuk mengurangi ketegangan, “Dan jika kamu ingin mengganti
membiakkan keturunan dan kedudukan isterimu dengan isteri yang lain,
sosial seseorang secara absah, serta sedang kamu telah memberikan
memperkuat pendekatan dalam keluarga kepada seseorang di antara
dan solidaritas kelompok. mereka harta yang banyak, maka
Hak dan kewajiban keluarga janganlah kamu mengambil
tidaklah sekedar ditentukan oleh ikatan kembali dari padanya barang
darah maupun hubungan perkawinan sedikitpun. Apakah kamu akan
saja akan tetapi keduanya saling mengambilnya kembali dengan
mempengaruhi, bahkan hak dan jalan tuduhan yang dusta dan
kewajiban dalam suatu keluarga tidak dengan (menanggung) dosa yang
sekedar merupakan hak privat dari nyata. Bagaimana kamu akan
keluarga itu sendiri tetapi bersandar mengambilnya kembali, padahal
pada masyarakat sekitarnya, itulah sebagian kamu telah bergaul
sebabnya rasa saling harap dalam suatu (bercampur) dengan yang lain
keluarga tidak saja dikukuhkan sebagai suami-isteri, dan mereka
institusinya oleh hubungan kekeluargaan (isteri-isterimu) telah mengambil
saja, tetapi berkaitan dengan dari kamu perjanjian yang kuat.”
keanggotaan masyarakat besar dalam
sebuat sistem sosial yang besar pula. Mujahid dan ‘Ikrimah memahami
kalimat mi>s\a>qan ghali>z}aadalah ‘aqd al-

36 Siah Khosyi’ah
Vol. XI No. 1, Juni 2017

nika>h},1 penafsiran tersebut didukung “Hai manusia, sesungguhnya


dengan adanya hadis yang berbunyi: Kami menciptakan kamu dari
? @"1 ,-AB !"( seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu
Islam memandang pernikahan berbangsa-bangsa dan bersuku-
bukan sebagai sarana untuk mencapai suku supaya kamu saling kenal-
kenikmatan lahiriah semata, tetapi mengenal.Sesungguhnya orang
bagian dari pemenuhan naluri yang yang paling mulia di antara kamu
didasarkan pada aturan Allah (bernilai disisi Allah ialah orang yang
ibadah). Tujuannya sangat jelas, yaitu paling taqwa di antara
membentuk keluarga yang saki>nah kamu.Sesungguhnya Allah Maha
(tenang), mawaddah (penuh cinta), dan mengetahui lagi Maha
rah}mah(kasih sayang) QS. Al-Rum ayat Mengenal.”
: 21
Tujuan pernikahan dalam Islam
C    
#     DE  ,    F G =!    H
,   tersebut berdampak pada pentingnya
I +  #JK   L# +A    &1 M 8 C  0 F A& D F
ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi ketika orang mau
 N + E H O A PF @
HQ R
  FS
 melangsungkan pernikahan sebagai
bentuk perjanjian diantara Allah dan
“Dan di antara tanda-tanda manusia serta antara manusia yang
kekuasaan-Nya ialah Dia terlibat didalamnya, tentu saja agar
menciptakan untukmu isteri-isteri perjanjian itu bisa kuat maka dibutuhkan
dari jenismu sendiri, supaya kamu syarat-syarat tertentu.
cenderung dan merasa tenteram Perkawinan tidak saja mempunyai
kepadanya, dan dijadikan-Nya akibat hukum terhadap diri pribadi mereka
diantaramu rasa kasih dan yang melangsungkan pernikahan dan
sayang.Sesungguhnya pada yang terhadap anak-anak yang dilahirkan akibat
demikian itu benar-benar terdapat perkawinan tersebut akan tetapi memiliki
tanda-tanda bagi kaum yang akibat hukum terhadap harta suami istri,
berpikir.” hubungan hukum kekeluargaan dan
kekayaan sangat erat kaitannya satu sama
Dengan begitu, pernikahan akan lainnya. Hubungan hukum dalam
mampu memberikan kontribusi bagi kekeluargaan menentukan hubungan
kesatabilan dan ketentraman masyarakat, hukum dalam dalam harta perkawinan
karena kaum laki-laki dan perempuan tidak lain merupakan hukum kekayaan
dapat memenuhi naluri seksualnya keluarga.2
secara benar dan sah. Lebih dari itu, Dalam setiap perkawinan harta
pernikahan dalam Islam adalah bagian kekayaan yang dimiliki suami istri baik
dari proses keberlangsungan generasi diperoleh sebelum terjadinya
manusia secara universal, QS. al-Hujurat perkawinan atau sesudah terjadinya
ayat 13: perkawinan yang dikenal dengan harta
bawaan dan harta bersama dapat
;6  N 5 S ,   5 &P =! + T+  &F 0 UH H diperhitungkan sebagai hak yang dapat
  N5  +  A( 8 F M V*  #1A8 %  5 &=8 C 
dipergunakan untuk kepentingan rumah
tangganya dengan persetujuan kedua
XW !     
W =Y +=F +   5 P   +=F  &Y belah pihak, sekalipun dalam harta
bawaan masing-masing berhak
mengusai sepanjang para pihak tidak

Keadilan Distributif atas Pembagian Harta Bersama 37


Vol. XI No. 1, Juni 2017

menentukan lain. Dalam hukum Islam diperoleh sebelum perkawinan atau


masing-masing suami istri berhak sesudah perkawinan melalui
memiliki harta secara perorangan dalam pengalihan hak misalnya, istri atau
batas yang dikuasainya dan tidak dapat suami setelah menikah ia
diganggu oleh pihak lain misalnya suami mendapatkan harta dari hasil warisan
istri menerima warisan, hibah atau orang tuanya, mendapatkan hibah,
wasiat tanpa ikut sertanya pihak lain, mendapatkan harta dari wasiat, jual
dan harta bawaan tersebut menjadi hak beli, tukar menukar dan lain-lainnya.
masing-masing baik suami maupun Sayuti Thalib menggambarkan
istri.3 tentang harta suami istri yang
Jika merujuk pada Pasal 42 dan diperoleh dalam perkawinan dengan
Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang melihat dari beberapa hal :
Nomor 1 Tahun 1974 tetang Perkawinan 1) Dilihat dari harta asal usul suami
di atas maka secara tegas hanya ada istri, ia menggolongkan pada tiga
hubungan hukum perdata dengan ibunya macam:
sehingga akibat hukum yang lebih jauh a) Harta masing-masing suami
dalam hak kebendaan dalam istri yang telah dimilikinya
perkawinan seperti yang diatur dalam sebelum mereka kawin baik
Pasal 65 ayat (1) poin c yang berasal dari warisan, hibah
mengatakan “Istri mempunyai hak yang atau usaha mereka sendiri-
sama atas harta bersama yang terjadi sendiri atau dapat disebut
sejak berlangsungnya perkawinan” sebagai harta bawaan
perkawinan yang dimaksud dalam pasal b) Harta masing-masing suami
tersebut adalah perkawinan yang diatur istri yang dimilikinya
menurut undang-undang yang berlaku. sesudah mereka berada
Lebih lanjut dalam Kompilasi Hukum dalam hubungan
Islam tentang pengaturan harta kekayaan perkawinan,tetapi
terdapat dalam Pasal-Pasal 85, 86, 87, diperolehnya bukan dari
88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96 dan usaha mereka baik
Pasal 97. Perkawinan yang tidak dicatat perorangan atau bersama-
berdampak pada hilangnya hak tuntutan sama tetapi merupakan
atas harta bersama jika perkawinan hibah, wasiat atau warisan
ersebut putus baik karena perceraian untuk masing-masing.
atau karena kematian, hak menuntut c) Harta yang diperoleh
nafkah ataupun harta waris ketika salah sesudah mereka berada
satu pihak meninggal dunia, harta dalam hubungan perkawinan
bersama yang diperoleh akibat atas usaha mereka berdua
perkawinan yang tidak dicatat hanya atau usaha salah seorang
dikuasai oleh masing-masing yang dari mereka atau disebut
menghasilkannya karena tidak ada harta harta pencaharian.
gonogini atau harta bersama yang 2) Dilihat dari sudut penggunaan,
dihasilkannya dari pernikahan yang sah. maka harta tersebut digunakan
untuk:
B. Harta dalam Perkawinan a) Pembiayaan untuk rumah
1. Harta Bawaan tangga, keluarga dan belanja
Harta bawaan merupakan harta sekolah anak- anak.
asal4 yang diperoleh seseorang, suami b) Harta kekayaan yang lain.
atau istri dalam kekuasaannnya dan 3) Dilihat dari ketentuan asalnya:
menjadi haknya masing-masing baik

38 Siah Khosyi’ah
Vol. XI No. 1, Juni 2017

a) Pada dasarnya harta suami nafkah bagi keluarganya karena


dan istri terpisah, baik harta kewajiban suami adalah memberi
bawaannya masing-masing nafkah termasuk kepada istrinya, oleh
atau harta yang diperoleh karenanya penghasilan dari harta asal
oleh masing-masing suami suami tidak dipandang sebagai harta
istri atas usahanya sendiri- asal melainkan sebagai harta
6
sendiri maupun harta yang bersama. Konsep tersebut sejalan
diperoleh oleh salah seorang dengan apa yang terdapat dalam surat
dari mereka karena hadiah al-Nisa ayat 34:
atau hibah atau warisan
  &F ;=Y  AA+ * 
+=F M+  :( Z [D\    C N\F
sesudah mereka terikat
dalam perkawinan 
b) Sebagai dasar dasar atas  ]A   ,  AP E  Z  7 8 1 ;=Y  0 :  8 1
pendirian tersebut dapat Z ^  _=F @ 
W <(. @

W * @  `a
 + F(
dipergunakan surat al-Nisa>’
ayat 32 yang maksudnya ,+ -A 
 <8( ,+ -A  b   A(c d'F +  +=F e  E .
 f( ,+ -A  :iF I ,+ - Nj-
 1N g
  h C
“bagi laki-laki ada harta
kekayaan perolehan dari
     
hasil usahanya dan bagi  5 +=F +  '#  ,+ 0 =Y A_ ' (   &8 k
perempuan ada harta X# 5 l=Y
kekayaan dari hasil usahanya
sendiri”.
c) Begitupun alasan penguat “Kaum laki-laki adalah
yang lain dalam surat al-Nisa pemimpin bagi kaum
ayat 29 yang artinya “Jangan perempuan, oleh karena Allah
kamu campurkan harta kamu telah melebihkan sebagian
diantara kamu dengan batil”. mereka (laki-laki) atas
d) Terpisahnya harta suami istri sebagian yang lain
itu memberikan hak yang (perempuan) dan karena
sama bagi istri dan si suami mereka (laki-laki) telah
mengatur hartanya sesuai menafkahkan sebagian dari
dengan kebijaksanaannya harta mereka.”
masing-masing.5
Ayat tersebut merupakan
Seorang yang tidak terikat gambaran bahwa Allah telah
dengan perkawinan maka semua menetapkan fungsi dan kewajiban
penghasilannya merupakan bagian masing-masing. Dengan
dari harta pribadinya akan tetapi jika menempatkan kata qawwa>mu>n dalam
seseorang terikat dengan perkawinan teks tersebut yang diartikan
maka penghasilan akan bergeser pemimpin dan penanggung jawab
sesuai dengan munculnya hak dan atas para perempuan maksudnya
kewajiban sebagai suami istri. adalah secara umum laki-laki dalam
Penghasilan dari harta asal istri secara konteks ayat ini adalah suami telah
mutlak dipandang sebagai harta asal menafkahkan sebagian dari harta
karena istri tidak dibebani memberi mereka untuk membayar mahar dan
nafkah suami akan tetapi sebagai biaya hidup untuk anak dan istrinya,
partner dalam mencari nafkah biaya tersebut bisa jadi dari
sementara harta asal suami penghasilan suami sebelum terjadinya
merupakan modal untuk mencari

Keadilan Distributif atas Pembagian Harta Bersama 39


Vol. XI No. 1, Juni 2017

perkawinan atau harta asal suami ini tentang harapan istri Nabi SAW.
sebagai modal untuk mencari nafkah. Ummu Salamah yang berkata kepada
Lafaz al-rija>lmerupakan bentuk Rasulullah “bahwa sesungguhnya
jama' dari kata rajulunyang sebagian laki-laki berjihad mengangkat senjata
besar ulama tafsir mengartikannnya melawan musuh sedangkan
dengan suami walaupun rajul artinya perempuan tidak demikian dan kami
laki-laki.Dalam teks ayat tersebut juga sebagai perempuan mendapat
bukan lelaki secara umum karena sebagian dari bagian laki-laki”
konsideran ayat tersebut ditegaskan menunjukkan bahwa setiap orang
lebih lanjut dengan lafazbima> anfaqu> baik laki-laki maupun perempuan
min amwa>lihim, karena mereka para memperoleh anugrah Allah dalam
suami menafkahkan sebagian harta kehidupan dunia sebagai imbalan
mereka untuk istri mereka.7 Bentuk usahanya atau atas dasar hak-haknya
kata anfaqu merupakan bentuk fi’il oleh karena itu mengharapkan
ma>d}i> tetapi bermakna mud}a>ri’ sesuatu tanpa hak merupakan sesuatu
menunjukkan bahwa memberi nafkah yang kurang adil.9 Dari kalimat
kepada istri merupakan suatu tersebut dapat dipahami bahwa
kebiasaan dan kenyataan dalam terpenuhinya hak dan kewajiban
masyarakat secara umum sejak dulu antara suami istri sesuai dengan
hingga kini kondisi tersebut masih potensi yang terdapat dalam diri
berlaku. masing-masing suami istri karena
usahanya sehingga diperolehnya
2. Harta Bersama sesuatu termasuk harta benda
Harta bersama8 merupakan merupakan suatu yang harus
harta dari hasil usaha bersama yang diperhitungkan.
diperoleh setelah perkawinan Pada umumnya di Indonesia
berlangsung sampai putusnya rumah tangga (keluarga) memiliki
perkawinan, baik karena perceraian empat macan harta:
atau karena kematian. Dalam surat 1) Harta yang diperoleh sebelum
al-Nisa>’ ayat 32 Allah berfirman: perkawinan, sebagai hasil usaha
masing-masing, yang di
^   &=F AD5  +m ^a   
W a [D\
    W  C N\=F Sumatera disebut dengan harta
....n 
 D 5  +m
pembujangan, di Bali disebut
dengan harta guna kaya. Menurut
“Dan bagi orang laki-laki ada UU Nomor 1 Tahun 1974, harta
bagian dari apa yang mereka ini ditetapkan dalam penguasaan
usahakan dan bagi para dan pengawasan masing-masing.
perempuan juga ada bagian 2) Harta yang dibawa saat mereka
dari apa yang mereka menikah, diberikan kepada kedua
usahakan.” mempelai, mungkin berupa
modal usaha atau perabot rumah
Kata iktasabu> dan tangga atau rumah tempat tinggal
iktasabnadiartikan dengan “yang suami istri. Di Minangkabau
mereka usahakan”, terambil dari kata disebut dengan harta asal.
kasaba penambahan huruf ta' 3) Harta yang diperoleh selama
sehingga menjadi iktasaba,yang perkawinan berlangsung, tetapi
menurut Quraish Shihab berarti ada karena hibah atau warisan dari
kesungguhan dan usaha ekstra , dan orangtua mereka atau keluarga.
jika dikaitkan dengan turunnya ayat Di jawa Tengah, Jawa timur dan

40 Siah Khosyi’ah
Vol. XI No. 1, Juni 2017

Yogyakarta disebut dengan harta peninggalan yang kemudian akan


gawan,di Jakarta disebut dengan menjadi harta waris orang yang
barang usaha, di Banten disebut meninggal.
dengan barang suhu, di Aceh Surat al-Nisa>’ ayat 32 di atas
disebut dengan haraenta tuha, di secara rinci tidak memberikan
Dayak Ngayu disebut dengan ketentuan yang jelas mengenai berapa
pinibit, dan Minangkabau disebut bagian masing-masing suami atau
dengan pusaka tinggi. istri dari harta bersama tersebut, hal
4) Harta yang diperoleh selama ini karena fleksibilitaskandungan
perkawinan atas usaha bersama makna al-Qur’an dalam menentukan
atau usaha salah seorang disebut bagiannya disesuaikan dengan
dengan harta pencaharian.10 kondisi perolehan masing-masing
Adanya harta bersama dalam usahanya atau bisa jadi ini merupakan
sebuah perkawinan itu sesungguhnya lapangan ijtihad yang ketetapan
tidak menutup kemungkinan adanya penentuan bagiannya diserahkan
harta milik masing-masing suami kepada manusia dalam hal ini hakim
istri, dalam Kompilasi Hukum Islam sebagai penegak hukum.
Pasal 86 dijelaskan bahwa, “Pada Dalam Kompilasi Hukum Islam
dasarnya tidak ada percampuran Pasal 96 dijelaskan bahwa “Apabila
antara harta suami dan harta istri terjadi cerai mati, maka separoh harta
karena perkawinan, harta istri tetap bersama menjadi hak pasangan yang
menjadi hak isrti dan dikuasai penuh hidup lebih lama” dan pada Pasal 97
olehnya, demikian juga harta suami dijelaskan bahwa “janda atau duda
tetap menjadi hak suami dan dikuasai cerai hidup masing-masing berhak
penuh oleh suami”. Pada Pasal 87 seperdua dari harta bersama
ayat (1)dijelaskan:“Harta bawaan dari sepanjang tidak ditentukan lain dalam
masing-masing suami dan istri dan perjanjian perkawinan”. Kalimat
harta yang diperoleh masing-masing sepanjang tidak ditentukan lain dalam
sebagai hadiah atau warisan adalah perkawinan menunjukkan bahwa ada
dibawah penguasaannnya masing- ketentuan-ketentuan pembagian lain
masing, sepanjang para pihak yang bukan dibagi dua melainkan
menentukan lain dalam perjanjian ditentukan berdasarkan kesepakatan
perkawinan;ayat (2):“Suami dan istri bersama sesuai dengan kondisi yang
menpunyai hak sepenuhnya untuk berpengaruh terhadap perolehan harta
melakukan perbuatan hukum atas tersebut. Sayuthi Thalib menyamakan
harta masing-masing berupa hibah, perjanjian dalam harta kekayaan
hadiah, sadaqah atau lainnya.” tersebut dengan syirkah pada bentuk
Penentuan harta bersama dalam usaha sehingga pembagian harta
ikatan perkawinan sangat penting bersama dapat ditentukan bersama
untuk menetapkan bagian masing- sesuai dengan kesepakatan dalam
masing suami istri atas harta tersebut perjanjian.11
apalagi jika kemungkinan kelak Harta bersama dapat berupa
pasangan suami istri tersebut tidak harta benda yang berwujud atau tidak
lagi terikat dalam perkawinan apakah berwujud, harta yang berwujud
karena perceraian atau karena meliputi harta bergerak atau harta
kematian.Dalam hukum kewarisan tidak bergerak dan surat-surat
pembagian ini sangat diperlukan berharga, sementara harta tidak
untuk menentukan harta-harta yang berwujud berupa hak dan kewajiban.
dapat dikategorikan sebagai harta Wiryono Prodjodikoro menjelaskan

Keadilan Distributif atas Pembagian Harta Bersama 41


Vol. XI No. 1, Juni 2017

tentang harta bergerak tersebut masih hidup, kondisi ini


meliputi hak memetik hasil atau hak menunjukkkan bahwa suami atau isrti
memakai, hak atas uang bunga yang tidak diberikan perlindungan terhadap
harus dibayar selama hidup keberadaan harta asal masing-masing
seseorang, saham-saham dari termasuk juga kewajibannya yang
perseroan, tanda-tanda pinjaman mungkin saja kewajiban suami istri
suatu negara baik negara sendiri yang kapasitasnya sebagai pribadi
maupun negara asing dan hak maupun keluarga Hukum adat baru
menuntut ke pengadilan tentang mengenal adanya pemisahan harta
penyerahan barang bergerak atau baik harta bawaan atau harta bersama
tentang pembayaran utang terhadap jika terjadi perceraian atau kematian
benda bergerak.12 Yusuf Musa diikuti perkawinan yang baru.14
menjelaskan tentang harta kekayaan Dalam tataran aplikasi di
yang bukan berbentuk benda dengan masyarakat masih adanya anggapan
berbagai cakupan yakni: yang mengabaikan tentang bagian
1) Hak kekayaan akan tetapi jika dari harta bersama antara suami istri
dinilai tidak dapat terwujud kondisi ini sangat dimungkinkan
seperti benda akan tetapi karena pengaruh kuat dari kebiasaan
memiliki ikatan yang kuat masyarakat yang berlangsung terus
dengan benda tersebut sehingga menerus atau kurangnya pemahaman
dinilai sebagai harta kekayaan, terhadap penyelesaian hukum Waris
misalnya hak seseorang untuk Islam dengan kelompok ahli warisnya
melewati jalan raya yang dilalui atau kemungkinan kurangnya
umum atau hak memperoleh kesadaran terhadap hakekat harta
pengairan dalam sebuah sebagai titipan Allah yang senantiasa
pertanian. akan kembali kepada-Nya. Sebagai
2) Hak kebendaan akan tetapi ada fakta Otje Salman mengemukakan
kaitannya dengan pribadi beberapa alasan yang didasarkan dari
pewaris, seperti mencabut hasil penelitiannya:
kembali pembarisn kepada orang 1) Janda (suami atau istri yang
lain, hak khiyar atas jual beli dan, meninggal) memandang bahwa
3) Hak yang tidak berwujud benda harta bersama adalah hasil usaha
tapi ada kaitannya dengan dia dengan suami/istrinya (yang
seseorang misalnya hak ibu meninggal), sehingga pemilik
untuk menyusui anaknya.13 harta bersama itu adalah dirinya
Dalam hukum adat harta dengan suami/istri tersebut.
perkawinan atau harta bersama tidak Dengan meninggalnya
dinilai sebagai milik pribadi atau istri/suami tersebut maka harta
milik suami istri melainkan bersama tersebut tinggal
dipandang sebagai milik keluarga, didirinya tersebut.
dimana anak-anak atau 2) Adanya anggapan bahwa harta
keturunannnya memiliki kedudukan bersama secara utuh merupakan
yang dominan, hal tersebut dapat bagian dari harta peninggalan
dibuktikan dengan cara pandang dan kalau itu dibagikan suatu
mereka dalam menempatkan anak hukum waris sesuai hukum waris
sebagai ahli waris utama dan tidak Islam maka janda akan dapat
menempatkan janda atau duda bagian yang kecilpadahal dia
sebagai ahli waris melainkan hanya memandang dirinyalah yang
memiliki hak pakai selama mereka mendapat bagian lebih

42 Siah Khosyi’ah
Vol. XI No. 1, Juni 2017

besarkarena itu diperoleh dari menentukan bagian suami dan isteri


hasil usahanya. Sebagai reaksi yang tentunya disesuaikan dengan peran
terhadap ketidak adilan hukum dan kontribusi masing-masing pihak,
waris Islam terhadap dirinya suami dan isteri dalam mendapatkan
maka janda menaran harta harta kekayaan bersama.
bersama untuk tidak dibagikan. Karena itu, urusan ini menjadi
3) Adanya anggapan bahwa harta ruang dan lapangan ijtihad yang
bersama secara utuh merupakan ketetapan penentuan bagiannya
bagian dari harta peninggalan diserahkan kepada manusia, dalam hal
dan janda bukan merupakan ahli ini adalah hakim sebagai penegak
waris tetapi memiliki hak untuk hukum dan keadilan. Dalam Kompilasi
menikmati atas hasil harta Hukum Islam Pasal 96 KHI dijelaskan
bersama selama dia masih hidup. bahwa “Apabila terjadi cerai mati, maka
4) Adanya anggapan bahwa ahli separoh harta bersama menjadi hak
waris utama anak-anak mereka pasangan yang hidup lebih lama”.
maka jika ada anak-anak tidak Sedangkan pada Pasal 97 KHI
saja harta bersama yang belum dijelaskan bahwa “janda atau duda cerai
dibagi tetapi harta asal simatipun hidup masing-masing berhak seperdua
tidak akan dibagikan. Pembagian dari harta bersama sepanjang tidak
waris baru akan dilakukan jika ditentukan lain dalam perjanjian
suami istri telah meninggal perkawinan”.
dunia.15 Kalimat sepanjang tidak
ditentukan lain dalam perkawinan
C. Ijtihad dalam Penerapan Harta menunjukkan bahwa ada ketentuan-
Bersama ketentuan pembagian lain yang bukan
Fenomena terciptanya harta dibagi dua melainkan ditentukan
bersama dalam perkawinan yang berdasarkan kesepakatan bersama sesuai
berkembang di dalam masyarakat dengan kondisi yang berpengaruh
Muslim Indonesia sangat beragam, terhadap perolehan harta tersebut.
mulai dari suami yang mendominasi, Sayuthi Thalib menyamakan perjanjian
atau juga isteri yang mengambil banyak dalam harta kekayaan tersebut dengan
peran, bahkan sangat mungkin suami syirkah pada bentuk usaha sehingga
telah membelanjakan harta bersama pembagian harta bersama dapat
tanpa sepengetahuan isteri (misalnya ditentukan bersama sesuai dengan
karena suami berselingkuh). Dalam kesepakatan dalam perjanjian.16
kasus lain dapat sebaliknya, yaitu isteri Pasal 97 KHI tersebut, sebenarnya
telah membelanjakan harta bersama sudah memberikan gambaran yang jelas
tanpa sepengetahuan suami (misalnya tentang fleksibilitas dalam pembagian
karena isteri yang berselingkuh/nusyuz). harta bersama, terutama padakasus-
Dalam suasana seperti ini, penerapan kasus tertentu, sebab pasal tersebut
Pasal 97 KHI bukan lagi harta mati. sifatnya mengatur (regelen) bukan
Lebih-lebih Surahal-Nisa>’ ayat 32 yang memaksa (dwingen) sehingga
menjadi landasan filosofis perumusan pembagian tersebut tidak mutlak
harta bersama dalam perkawinan sama demikian. Karena itu, secara kasuistik
sekali tidak memberikan ketentuan yang ketentuan tersebut dapat
jelas mengenai kadar/bagian masing- dikesampingkan. Ungkapan tersebut
masing suami atau isteri dari harta sejalan dengan kaedah fikih yang
bersama tersebut. Hal ini karena berbunyi: al-as}lbaqa>’u ma>ka>na
fleksibilitas-kelenturan Al-Qur’an dalam ‘ala>ma>ka>na ma> lam yakun

Keadilan Distributif atas Pembagian Harta Bersama 43


Vol. XI No. 1, Juni 2017

ma>yughayyiruhu. Jika hal ini dikaitkan membatalkan Putusaan Pengadilan


dengan rumusan yang terdapat pada Agama Cimahi dengan Nomor
Pasal 97 KHI, yang pada asalnya harta Putusan, 96/Pdt.G/2010/PA Cmhi
bersama antara duda dengan janda itu yang memberikan harta bersama
mendapat bagian sepikul segendong setengah(1/2) masing-masing antara
(separoh bagian), maka bisa jadi akan janda dengan duda. Putusan PTA
mengalami perubahan, jika dalam tersebut memberikan harta bersama
kasus-kasus tertentu itu ada unsur yang 1/3 untuk duda dan 2/3 untuk
mengubahnya. janda.dengan beberapa pertimbangan
Berkenaan dengan penerapan kemaslahatan yang digalidarisebab-
hukum (tat}bi>q al-ah}ka>m) dalam perkara sebab dan alasan hukum dalam
harta bersama di Pengadilan Agama, perkara banding yang diajukan.
para penegak hukum, demi tegaknya 2. Putusan Mahkamah Agung Nomor:
hukum dan keadilan bagi para pihak 226K/AG/2010 yang telah
pencari keadilan dapat menggunakan mengukuhkan putusan Pengadilan
metode diskresi, yaitu: kebijaksanaan Agama Bantuldengan
memutuskan sesuatu tidak berdasarkan NomorPutusan: 229/Pdt.G/2009/PA
ketentuan-ketentuan peraturan, undang- Btl. Yang memberikan bagian harta
undang atau hukum yang berlaku tetapi bersama 3/4 bagi termohon kasasi
atas dasar kebijaksanaan, pertimbangan yang dulu sebagai penggugat/
atau keadilan.17 Dalam literatur hukum terbanding, danbagian 1/4 bagi
Islam metode diskresi ini identik dengan pemohon kasasi yang dulu sebagai
metode ijtihad, yaitu: sebagai jalan tergugat dan pembanding.
untuk mendapatkan beberapa ketentuan Padatingkat banding hartabersama
hukum dari dalil sebagai landasan dibagi dua. Akantetapiputusan
pokoknya. Disamping itu bisa dijadikan PengadilanTinggi Agama
pula sebagai suatu metode untuk Yogyakarta Nomor:
memberikan kepastian hukum yang 34/Pdt.G/2009/PTA Ygk. Tertanggal
muncul akibat adanya tuntutan dan 18 November 2009 telah dibatalkan
kepentingan dalam bermuamalah.18 oleh Mahkamah Agung dengan
Seandainya saja majelis hakim nomor di atas. Dengan pertimbangan
Pengadilan Agama dalam memutuskan telah melakukan KDRT yang
pembagian harta bersama dalam kasus berdampak pada kekerasan fisik dan
cerai hidup menggunakan aturan syirkah psikis bagi termohon kasasi.
abdan dan hukum adat, juga metoda 3. Putusan Mahkamah Agung Nomor:
diskresi atau ijtihad dengan pendekatan 266K/AG/2010 yang memberikan
kaidah-kaidah istinba>t} al-ah}ka>m yang bagian kepada duda 1/5 bagiandan
lahir lebih dulu dibanding metoda 4/5 untuk janda, dengan
diskresidalam hukum nasional, bukanlah pertimbangan bahwa mantan
suatu yang tabu apalagi dikatakan suaminya tidak punya pekerjaan
melakukan pelanggaran hukum. tetap dan memiliki moral yang
Buktinya, eksepsi dari ketentuan Pasal kurang baik karena suka mabok
97 KHI telah banyak dilakukan oleh sehingga dinilai penghasilan harta
beberapa Pengadilan Agama dan perkawinan didominasi dari
Mahkamah Agung. Di antara putusan- penghasilan isteri.
putusan itu adalah: Putusan PTA dan putusan
1. Putusan PengadilanTinggiAgama Mahkamah Agung tersebut memberikan
Bandung dengan PutusanNomor: ilustrasi yang sesuai dengan maksud teks
248/Pdt.G/2010/PTA Bdg, telah nas}s} surah al-Nisa’ ayat 32 di atas,

44 Siah Khosyi’ah
Vol. XI No. 1, Juni 2017

bahwa harta bersama pembagiannya tetap, yang dinilai sebagai hukum


sangat fleksibel disesuaikan dengan rasa tertulis. Sedangkan ‘illat yang dapat
keadilan dan kemashlahatan.Putusan dijadikan persamaannya adalah
PTA dan Mahkamah Agung diatas jika keserasian atau kesamaan yng dapat
dikaji dalam metodologi hukum Islam dinilai oleh hakim sebagai bentuk yang
(ushul fikih) dapat dikembangkan pada mengandung kemaslahatan, sekalipun
aspek lain, jika yang dijadikan landasan tidak ada dalil syara’ yang mendukung
pertimbangan hukum oleh hakim dalam maupun yang menyanggahnya.Sebagai
putusan tersebut menyangkut contoh dalam kasus yang lain misalnya,
pelanggaran moral agama dan kesusilaan sahnya perceraian menurut Undang-
yang berakibat pada hilangnya hak harta Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
bersama separoh bagian dari Perkawinan harus dilakukan di hadapan
pasangannya masing-masing suami sidang pengadilan.Ketentuan ini
isteri. Pengembangan tersebut misalnya, dipandang membawa banyak maslahat.
tidak saja pada perilaku pasangan suami Bentuk qiyas seperti ini karena ‘illat-nya
isteri yang mabok, kekerasan dalam dikenal dengan al-Muna>sib al-Mursal.
rumah tangga (KDRT), baik kekerasan Dikalangan ushuliyyun dikenal dengan
fisik maupun psikis. Akan tetapi bisa istilah istis}la>h} atau al-Mas}lah}ah} al-
juga menyentuh aspek lain, misalnya Mursalah.19
salah satu pihak nusyu>z, berbuat zina, Ketentuan bagi rata (50% : 50%)
dan safi>h(boros). harta bersama dalam Pasal 97 KHI untuk
Putusan PTA dan MA tersebut masing-masing suami-isteri belum tentu
bisa dijadilan hukum asal atas alasan memenuhi rasa keadilan.Karena itulah
dan pertimbangan hukum lain yang untuk dapat memenuhi rasa keadilan
sama ‘illat hukumnya sebagai bentuk bagi para pihak, tentunya harus
analogi (kias). Hal tersebut bisa mengedepankan aspek kemanfaatan dan
dibenarkan sepanjang ‘illat hukum keadilan, di samping aspek kepastian
mengarahkan adanya kesamaan. ‘Illat hukum dan keseimbangan, apakah yang
hukum tersebut misalnya: bersangkutan memiliki komitmen
a. Kekerasan rumah tangga, pemabok, menjaga keharmonisan keluarga dalam
pemadat, zina (perselingkuhan), mewujudkan tujuan perkawinan yang
semuanya sama-sama merupakan saki>nah, mawaddah, dan rah}mah?
tindak pidana kejahatan yang Apakah juga yang bersangkutan
merusak moral agama dan kesusilaan. memiliki komitmen untuk menjaga
b. Sama-sama merusak hubungan keutuhan dan keberkahan harta
silaturrahmi. kekayaan yang menjadi harta bersama
c. Sama-sama berdampak pada dalam perkawinan? Karena itu, dalam
terganggunya psykologis beberapa kasus yang nyata-nyata tidak
pasangannya. memenuhi komitmen seperti itu,
d. Sama-sama tidak memelihara dan sejatinya pembagian harta bersama
menjaga agama (h}ifz} al-di>n) menjaga memperhatikan keadilan distributif,
kehormatan (h}ifz} al-‘ird}) yang berbasis keseimbangan
Dalam kajian ushul fikih hukum proporsional.
asal bisa berupa nass, ijma atau ijtihad Dengan demikian para hakim
para ulama. Putusan hakim baik di PTA berpeluang besar, bahkan sejatinya
maupun MA dapat dinilai sebagai melakukan diskresi dalam memutuskan
bentuk ijtihad oleh karenanya bisa perkara sesuai dengan ‘illat hukum dan
dijadikan hukum asal, apalagi putusan latarbelakang yang menyertainya. Dalam
hakim tersebut telah mempunyai hukum keadaan demikian, perubahan putusan

Keadilan Distributif atas Pembagian Harta Bersama 45


Vol. XI No. 1, Juni 2017

hukum yang progresif, termasuk dalam akandiputus dengan bagian yang sama
memutuskan perkara “harta bersama” antara suami dengan isteri secara
tidak dapat terhindarkan. Hal ini sesuai seimbang. Tetapi apabila
dengan kaidah fikih yang berbunyi: hakimmemahami konsep dasar harta
“al-h}ukm yadu>ru ma’a ‘illatihi wuju>dan bersama tidak bisa dilepaskan dari
wa ‘adaman”, yang juga diperkuat oleh bentukkerjasama dalam membangun dan
pendapat Ibnu Qayyim al-Jauziyah, mempertahankan rumah tangga,
bahwa hukum bisa berubah makapembagian harta bersama tersebut
dikarenakan perubahan waktu, tempat harus dibagi secara proporsional,
dan suasana (taghayyuru al-fatwa> bi seimbangdengan pelaksanaan tugas dan
taghayyuri al-azma>n wa al-kimnah wa tanggung jawabnya dalam rumah tangga
al-ah}wa>l wa al-‘awa>’id).20 sertabesarnya peran masing-masing
Dalam konteks kasus perceraian dalam menghasilkan harta bersama. Di
dan pembagian harta bersama, sini makna keadilan distributif tidak
penjelasan berikut ini diharapkan dapat selalu dengan pembagian yang sama
membantu pemahaman dalam mengukur rata, tetapi justru keadilan dapat
dimensi keadilandistributif terkat terwujud dengan mempertimbangkan
dengan pembagian harta bersama dalam komitmen dan keseriusan dalam
perkawinan, serta sebagai tolak ukur membangun rumah tangga yang
terhadap nilai kepastian dankemanfaatan harmoni, disamping besaran kontribusi
dalam putusan hakim Pengadilan antara usaha dengan hasil, dan
Agama. Dalamsebuah ilustrasi kewajiban dengan hak yang dilakukan
dideskripsikan bahwaseorang suami kedua belah pihak.
yang bekerja keras dengan sepenuh hati
untuk memenuhi kebutuhan rumah D. Penutup
tangganyaternyata harus menderita, Harta bersama dalam hukum Islam
depresi, akibat perselingkuhan isterinya (fikih) merupakan hal yang baru, karena
yang berakhir di mejahijau dan diputus dalam kitab-kitab fikih tidak
bersalah dengan hukuman pidana mengakomodir tentang harta bersama
penjara. Padahal mereka berdua, suami- dalam perkawinan, Al-Quran surat al-
isteri tersebut sudah bertahun-tahun Nisa’ ayat 32 dinilai sebagai dasar
membina dan membangun bahtera hukum adanya harta bersama dalam
rumah tangga denganpenuh suka dan perkawinan, dengan kontekstidak
dukayang dijalani bersama. Tetapi memberikan persentase bagian secara
godaan demi godaan duniawidan nafsu jelas.Hal tersebut berguna untuk
serakah, akhirnya membuat isteri goyah memberikan fleksibilitas dalam
pertahanannya, terjebak dan membagi harta bersama sesuai dengan
terjerumusscandal-affairbersama kondisi yang dikehendaki sesuai dengan
mantan pacarnya. Timbullah malapetaka rasa keadilan.Kompilasi Hukum Islam
yang berakhir Pasal 96 dan 97 menggambarkan
denganputusnyaperkawinan. separoh harta bersama bagi pasangan
Persoalan gugatan pembagianharta yang masih hidup dan pada Pasal 97
bersama pun muncul ke pengadilan separoh harta bersama bagi pasangan
berbarengan dengan terjadinya yang putus perkawinannya karena
perceraian.Apabila dalam perkara perceraian sepanjang tidak ditentukan
inihakim terikat dengan bunyi peraturan lain dalam perjanjian, pasal tersebut
perundang-undangan semata(spreekbuis merupakan pasal dalam rangka
van de wet, bouche de la hoi), maka penerapan hukum secara umum agar
perkara harta bersama tersebut masalah harta bersama memiliki

46 Siah Khosyi’ah
Vol. XI No. 1, Juni 2017

kepastian hukum. Akan tetapi penerapan berubah sebagaimana hakim boleh


tersebut bersifat tidak memaksa pada berijtihad melakukan upaya hukum yang
kasus-kasus tertentu karena ada unsur melatar belakanginya (al-h}ukm yadu>ru
yang mengubahnya sesuai dengan rasa ma’a ‘illatihi wuju>dan wa ‘adaman).
keadilan dan kemanfaatan, Dengan
demikian separoh harta bersama bisa

Pandeglang, Menes, Kecamatan Labuan


Catatan Akhir: Pandeglang disebut dengan kaya reujeung Di
Cilengsi Kecamatan Teluik Jambe-Karawang
1
Muh}ammad‘Ali> al-S{ab> u>ni>, Tafsi>r disebut dengan tepung kaya. Di Bandung,
A<ya>t al-Ah}ka>m, (Beirut: Da>r al-Kutub al- Cianjur disebut dengan campur kaya. Di Lemah
‘Alamiyah, 1999), hlm. 332. Abang, Lohbener, Kepandean, Karang anyar
2
J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Kecamatan Indramayu, Larangan, legok,
(Bandung: Citra Adytia Bakti, 1991), hlm. 5. Sindangkerta kecamatan Lohbener, Cilamaya,
3
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Muara, tegal Waru Karawang, disebut dengan
Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII-Press, sakaya atau pakaya. Di Kecamatan Kertasmaya,
1996), hlm. 61. Kecamatan Jati Barang, Kecamatan Juntunyuat
4
Dibeberapa daerah di Jawa barat harta Inrdamayu disebut dengan bareng sakaya, di
asal dikenal dengan berbagai sebutan, di Teluk Buyung, Batujaya Karawang disebut
Leuwiliang, Jasinga, Cianjur,dan Bekasi disebut dengan saguna sakaya. Di Singaraja kecamatan
dengan harta babawa. Di Cianjur, Bandung, Inrdamayu disebut dengan bareng molah, di
Cisarua, Depok, Cilengsi, Citeureup, Banjar, Kecamatan Teluk Jambe Kabupaten Karawang
Ciamis, Saruni Kecamatan Pandeglang disebut terdapat istilah tumpang kaya untuk harta
dengan sampakan. Di Teluk Jambe dan bersamain istilah tumpang kaya ini terdapat
Karawang disebut dengan warisan.Di Ratu jaya, dalam bentuk perkawinan nyalindung kagelung
Pondok Terong, Bandung dan Karawang Wetan da manggih kaya. Lihat M. Quraish Shihab,ibid.
9
disebut dengan harta bawaan. Di Kecamatan M. Quraish Shihab,ibid, hlm. 418.
10
Talagasari, Batujaya, Cilamaya, Kecamatan Muhibin dan Abdul Wahid, Hukum
Karawang Kabupaten Karawang disebut dengan Kewarisan Islam sebagai Pembaruan Hukum
barang pokok.Di pelawad Kecamatan Karawang Positif di Indonesia(Jakarta: Sinar Grafika,
disebut dengan babawaan.Di Kecamatan Teluk 2009), hlm. 58.
11
Jambe dikenal dengan raja kaya. Di Saruni, Sayuti Thalib, Hukum
Pandeglang, kebayan, Pagerbatu, Raraton Cilaja Kekeluargaan, hlm. 81.
12
kecamatan pandeglang disebut dengan harta Wiryono Prodjodikoro, Hukum
sulur. Di Cianjur Wanagiri Pasireuih Kecamatan Waris di Indonesia(Bandung: Sumur Bandung,
Saketi Pandeglang, Kecamatan 1986), hlm. 195.
Memes,Kecamatan Pagelaran, Kecamatan
13
Yu>su>f Mu>sa>, Al-Tirkah wa al-Mi>ras\
Labuan,Kabupaten Pandeglang disebut dengan fi> al-Isla>m (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1060 H), hlm.
harta pusaka atau harta Tuturunan.Lihat Lihat 96.
14
Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Otje Salman, Hukum Waris, hlm.
Perspektif Islam, Adat dan BW(Bandung: Refika 14.
15
Aditama, 2005), hlm. 60-61. Ibid., hlm. 24.
16
5
Sayiti Thalib, Hukum Kekeluargaan Sayuti Thalib, Hukum
Indonesia(Jakarta: UI Press, 1981), hlm. 79-81. Kekeluargaan, hlm. 81.
17
6
Otje Salman, Hukum Waris Puspa, Yan Pramadya, Kamus
Islam(Bandung: Refika Aditama, 2001), hlm. 12. Hukum(Semarang: Aneka Ilmu,2004), hlm.84.
7 18
M. Quraish Shihab, Tafsir al- Muhammad Ma’shum, Ilmu Ushul
Misbah(Jakarta: Lentera Hati, 2014), hlm. 424. Fiqh (Jombang: Darul Hikmah, 2008), h1m. 140.
8
Sebagaimana harta asal maka harta 19
Muhammad Abu>Zahrah, Us}ul> al-
bersama juga dikenal dengan beberapa sebutan Fiqh, (Beirut: Da>r al-Fikr al-‘Arabi, 1958), hlm.
di Leuwiliang, Depok, Banjar, Cikoneng dan 241.
Pandeglang disebut dengan harta gono-gini. Di 20
Ibn Qayyim al-Jauziyah, ‘I’la>m al-
Cisarua, Bandung, Kecamatan Pandeglang Muwaqi’i>n (Beirut: Da>r al-Fikri, t.t.), hlm.14.
Cijakan, Kadupandak Kecamatan Bojong
pandeglang, Wanagiri Kecamatan Saketi

Keadilan Distributif atas Pembagian Harta Bersama 47


Vol. XI No. 1, Juni 2017

DAFTAR PUSTAKA Puspa, Yan Pramadya.Kamus Hukum.


Semarang: Aneka Ilmu,2004.
Basyir, Ahmad Azhar. Hukum S{ab> u>ni>, Muh}ammad ‘A<li> al.- Tafsi>r
Perkawinan Islam.Yogyakarta: A<ya>t al-Ah}ka>m. Beirut: Da>r al-
UII-Press, 1996. Kutub al-‘Alamiyah, 1999.
Jauziyah, Ibn Qayyim al-.‘I’la>m al- Salman,Otje.Hukum Waris Islam.
Muwaqi’i>n.Beirut: Da>r al-Fikr, Bandung: Refika Aditama, 2001.
t.th. Satrio, J. Hukum Harta Perkawinan.
Ma’shum, Muhammad.Ilmu Ushul Fiqh. Citra Adytia Bakti, Bandung,
Jombang: Darul Hikmah,2008. 1991.
Muhibin, dan Abdul Wahid. Hukum Shihab, M. Quraish.Tafsir al-
Kewarisan Islam Sebagai Misbah.Jakarta: Lentera Hati,
Pembaruan Hukum Positif di 2014.
Indonesia.Jakarta: Sinar Grafika, Suparman, Eman. Hukum Waris
2009. Indonesia dalam Perspektif Islam,
Mu>sa>, Yu>su>f.Al-Tirkat wa al-Mi>ras\ fi> Adat dan BW. Bandung: Refika
al-Isla>m. Kairo: Da>r al-Ma'a>rif, Aditama, 2005.
1960. Thalib,Sayiti. Hukum Kekeluargaan
Prodjodikoro,Wiryono.Hukum Waris di Indonesia. Jakarta: UI Press, 1981.
Indonesia.Bandung: Sumur Zahrah, Muhammad Abu>. Us}u>l al-Fiqh.
Bandung, 1986. Beirut:Da>r al-Fikr al-‘Arabi, 1958.

48 Siah Khosyi’ah

You might also like