Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

ISSN: 0852-3681
E-ISSN: 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Kecernaan protein dan energi metabolis akibat pemberian zat aditif


cair buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) pada burung puyuh
japonica betina umur 16-50 hari
Meina Yuniarti, Fajar Wahyono dan Vitus Dwi Yunianto B.I

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

meyna872@gmail.com

ABSTRACT : Digestibility of crude protein and energy is used to measure digestibility


in poultry, digestible shows of feed substances absorbed by the body which will affect
the productivity of quail. This experiment was conducted to study the effect of red dragon
fruit liquid additif (Hylocereus polyrhizus), digestibility protein and metabolizable energy
by quail female age 16-50 days. Experiment used 200 japanese quails females, 7 weeks
age with average body weight of 13.61±0.49 g. The study was conducted in battery cages.
The experiment used Completely Randomized Design with 4 treatments and 5
replications: T0 (control), T1 (Award liquid additives red dragon fruit twice a day), T2
(one a day) and T3 (two days). The dose of a liquid additive is 5 ml/quail. Observation of
digestibility of crude protein (KcPK) and the energy carried by the method of total
collection for 3 days, measurements using a bomb calorimeter gross energy and protein
analysis using Kjeldahl method. Data were analyzed using a variety of test F at the level
5%, followed by Duncan's Multiple Range Test (UJBD) there is significant effect of the
treatment each treatment was showed liquid additives red dragon fruit was not significant
(P> 0.05) on crude protein digestibility and apparent metabolizable energy. The
conclusion, the given of liquid additives red dragon fruit did not increase digestibility of
crude protein and apparent metabolizable energy.

Keywords: quail, red dragon fruit, digestibility of crude protein

PENDAHULUAN suhu sekitar 20–25 oC dan kelembaban


Burung puyuh jepang (Coturnix 30–80% (Wuryadi, 2013).
coturnix japonica) menjadi populer Ciri-ciri dari burung puyuh
untuk diternakan karena memiliki jantan yaitu bulu bagian tenggorokan
keunggulan yaitu siklus hidup yang berwarna hitam dan bergaris putih,
singkat, capaian umur bertelur 42–50 sementara pada puyuh betina warna
hari dan menghasilkan telur 250–300 bulunya lebih terang terutama di bagian
butir/ekor/tahun (Listyowati dan wajah, dada dan perut (Wuryadi, 2013).
Roospitasari, 2000). Berat telur burung Produktifitas fase grower yang baik
puyuh mencapai 10 g yaitu hampir 7% sangat menentukan keberhasilan pada
dari berat badannya (Abidin, 2005). fase produksi telur. Pada peningkatan
Masa produktif burung puyuh sekitar 18 produktifitas tersebut, peternak
bulan, dapat hidup dengan baik pada memberikan zat aditif hal ini dapat

45
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

meningkatkan biaya produksi. oleh konsumsi pakan, tetapi juga


Penggunaan buah naga merah sebagai dipengaruhui oleh growth hormone yang
zat aditif merupakan solusi untuk disekresi oleh kelenjar hipofisa
peternak dalam menghemat biaya. (Rahayuningtyas dkk., 2014).
Kandungan buah naga merah Kandungan nutrisi pada pakan
(Hylocereus polyrhizus) setiap 100 g akan mempengaruhi tingkat konsumsi
daging buahnya terdapat protein 0,16- dan pertambahan bobot badan pada
0,23 (g); lemak 0,21-0,61 (g); serat 0,7- burung puyuh. Konsumsi burung puyuh
0,9 (g); vitamin B1 0,28-0,30 (mg); umur 3–6 minggu yaitu 11,62–13,50
vitamin B2 0,043-0,045 (mg); dan g/ekor/hari dengan rataan bobot badan
vitamin C 8–9 (mg) (Taiwan Food pada burung puyuh betina rata-rata 110-
Industry Develop dan Research 160 g dan jantan 110-140 g, burung
Authorities, 2005). Kadar gula 13 – 18 puyuh betina cenderung lebih besar
briks (Rizal, 2015). dibanding burung puyuh jantan
Vitamin C bersifat acidifier (Panjaitan dkk., 2012). Pertambahan
dapat menurunkan pH saluran bobot badan pada puyuh umur 3–6
pencernaan, mekanisme kerja acidifier minggu 16,26–20,52 g/ekor/minggu
adalah memperbaiki kecernaan dengan dengan pakan dalam bentuk ransum,
meningkatkan aktivitas enzim, pertambahan bobot badan erat
penurunan pH lambung dan menurunkan hubungannya dengan konsumsi pakan
bakteri pathogen dalam saluran dan bahan pakan yang disediakan
pencernaan. Usus halus pada unggas (Asiyah dkk., 2013). Kebutuhan nutrisi
memiliki pH normal yang berbeda-beda burung puyuh umur 3-5 minggu kadar
pada duodenum pH 5 - 6, jejunum pH 6,5 protein 20% dan energi metabolis 2600
- 7 dan ileum 7 – 7,5. Zat acid dapat kkal/kg (Listyowati dan Roospitasari,
menurunkan pH saluran pencernaan 2000). Faktor yang mempengaruhi
memberikan dampak positif yaitu kebutuhan protein pada unggas adalah
menurunkan jumlah mikroba pathogen strain, umur, kecepatan pertumbuhan,
seperti Escherichia coli dan Salmonella tingkat produksi, energi ransum, iklim
sp. dalam saluran pencernaan dapat dan penyakit (Wahju, 1992).
memberikan keuntungan yaitu Kecernaan adalah hasil proses
meningkatkan efisiensi zat makanan degradasi molekul makro yang terdapat
dalam pakan (Yuliansyah dkk., 2015). didalam bahan pakan menjadi senyawa
Antioksidan alami yang dapat ditemukan sederhana yang dapat diserap oleh organ
pada buah-buahan dan sayur-sayuran pencernaan. Kecernaan yang tinggi
yaitu vitamin C, vitamin E dan menunjukkan zat-zat pakan yang diserap
betakaroten. Antioksidan berfungsi tubuh semakin tinggi pula. Pakan yang
mencegah penyakit kanker, menjaga dikonsumsi oleh ternak akan
kesehatan sel dan kekebalan tubuh. berpengaruh terhadap tingkat konsumsi,
Kandungan vitamin C mampu kecernaan pakan, pertambahan bobot
meningkatkan absorpsi Fe (zat besi) badan, dewasa kelamin, produksi telur
didalam usus pada pH lambung optimal dan kualitas telur yang dihasilkan
mempertahankan zat besi dalam keadaan (Irawan dkk., 2012).
ferro mempengaruhi pembentukan Energi metabolis adalah energi
hemoglobin (Kumalaningsih dkk., yang dapat dicerna setelah dikurangi
2005). energi urin dan energi feses. Analisis
Faktor yang mempengaruhi kadar energi adalah usaha untuk
petumbuhan tidak hanya dipengaruhi mengetahui kadar energi bahan baku

46
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

pakan dengan cara menentukan energi kandang battery berukuran 90 x 60 x 30


bruto menggunakan alat bom cm3 yang terbuat dari kawat ram
calorimeter untuk mengukur panas yang sebanyak 20 petak, setiap petak kandang
ditimbulkan oleh proses pembakaran. diisi dengan 10 ekor burung puyuh.
(Murtidjo, 1987). Menurut Wahju Ransum yang digunakan terdiri
(1992) berbanding terbalik dengan dari tepung ikan, jagung kuning,
jumlah energi pada pakan, konsumsi konsentrat komersil, bekatul, bungkil
meningkat jika jumlah energi dalam kedelai dan top mix. Aditif cair yang
pakan kurang dari kebutuhan dan digunakan yaitu buah naga merah.
konsumsi akan turun jika jumlah energi Komposisi ransum dan kandungan
pakan melebihi kebutuhan. nutrisi ransum dapat dilihat pada Tabel
3. Perlakuan yang diberikan selama
MATERI DAN METODE penelitian adalah T0 : control, T1 : diberi
Penelitian ini dilaksanakan di perlakuan aditif cair buah naga merah 50
pada bulan September – Desember 2015 ml 2 kali sehari T2 : diberi perlakuan
di kandang non ruminansia yang aditif cair buah naga merah 50 ml 1 kali
berlokasi di Fakultas Peternakan dan sehari T3 : diberi perlakuan aditif cair
Peternanian, Universitas Diponegoro, buah naga merah 50 ml 2 hari sekali.
Semarang. Materi yang digunakan Berikut merupakan komposisi dan
dalam penelitian adalah burung puyuh kandungan ransum yang digunakan pada
betina umur 7 hari dengan dengan bobot penelitian disajikan dalam Tabel 1 dan
badan rata-rata 13,61 g sebanyak 200 Tabel 2.
ekor. Burung puyuh ditempatkan pada

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan penyusun ransum


Bahan Pakan EM PK LK SK Abu
kkal/kg --------------- % ---------------
Bekatul 2887,00 9,80 5,20 15,86 7,70
Jagung kuning 3321,00 8,90 0,95 0,11 1,49
Konsentrat 2300,00 30,51 3,51 7,00 20,00
Tepung ikan 2220,00 41,49 0,20 0,30 8,20
Bungkil kedelai 2216,00 44,60 1,10 4,40 5,80
Keterangan : Hasil analisis proksimat Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah, Ungaran (2015).

47
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

Tabel 2. Komposisi dan kandungan nutrisi ransum penelitian


Bahan Pakan Komposisi(%)
Bekatul 10,60
Jagung kuning 43,00
Konsentrat 30,00
Tepung ikan 8,00
Bungkil kedelai 8,00
Top mix 0,40
Total 100
Kandungan nutrisi ransum
Energi metabolis (kkal/kg)** 2763,93
Protein (%)* 20,91
Lemak (%)* 2,12
Serat kasar (%)* 4,20
Abu (%)* 8,58
Kadar kalsium (%)** 0,65
Kadar fosfor (%)** 0,65
Keterangan :
(*) Hasil analisis proksimat Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Tengah, Ungaran (2015).
(**) Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan
dan Pertanian, Universitas Diponegoro (2015).

Penelitian dilaksanakan dalam badan dimulai setelah masa adaptasi


beberapa tiga tahap yaitu tahap selesai kurang lebih 1 minggu.
pendahuluan, tahap perlakuan dan tahap Penimbangan konsumsi dan sisa
pengambilan data. Tahap pendahuluan konsumsi dilakukan setiap hari dan
yang bertujuan untuk memberikan masa penimbangan bobot badan dilakukan 1
adaptasi pada puyuh sebelum dilakukan minggu sekali. Rumus perhitungan
perlakuan. Aditif cair diperoleh dari bobot badan:
daging buah naga menimbang sebanyak
100 g daging buah naga kemudian (bobot badan akhir-bobot badan awal)
PBB (g/hari) =
ditambah air sebanyak 500 ml sehingga lama pemeliharaan (hari)

diperoleh perbandingan berat dan jumah


sebesar 1:5 dan diblender sampai Tahap pengukuran kecernaan
tercampur. protein kasar dan energi metabolis
Tahap perlakuan menggunakan dilakukan dengan metode kombinasi
200 ekor burung puyuh betina total koleksi dan indicator (Wahju,
dimasukkan kedalam kandang battery 1997). Total koleksi dilakukan pada
dan masing-masing unit percobaan diisi minggu kelima selama 3 hari
10 ekor. Burung puyuh dibagi secara menggunakan indikator Fe203 (0,5% dari
random ke dalam 4 perlakuan dan 5 pakan). Pada hari pertama pemberian
ulangan. Pemberian pakan dilakukan pakan dan penambahan indikator
sesuai standar pemberian pakan dan air dilakukan penampungan eskreta, hari
minum ad libitum. Pengukuran suhu dan kedua pemberian pakan tanpa indikator
kelembaban mikro dan makro dilakukan dilakukan pengambilan eskreta, hari
pada pagi, siang dan sore hari. ketiga dilakukan prosedur seperti hari
Pengambilan data konsumsi dan bobot pertama. Eskreta basah ditimbang

48
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

kemudian dijemur dibawah sinar sebagai berikut:


matahari selama 2 hari untuk
memperoleh berat kering udara. EMS =
Dilakukan menghilangkan kadar air
Keterangan :
sehingga diperoleh berat kering (BK)
EMS =Energi metabolis semu
dengan cara dioven pada suhu 60 oC
(kkal/kg)
selama 24 jam. Sampel diambil 10%
GE intake =Gross energi pakan
untuk dilakukan analisis PK dan GE.
dalam konsumsi
Kecernaan protein, yaitu jumlah
(kkal/kg)
protein tercerna dinyatakan dalam satuan
GE ekskreta =Gross energi dalam
persen (%) dan dihitung dengan rumus
ekskreta (kkal/kg)
menurut Anggorodi (1995).
Intake =Konsumsi pakan
(AxB)-(CxD)
Kecernaan protein = x100% HASIL DAN PEMBAHASAN
(AxB)
Pengaruh pemberian aditif cair
Keterangan: buah naga merah terhadap kecernaan
A = Jumlah konsumsi pakan protein dan energi metabolis dapat
B = % protein dalam pakan dilihat pada Tabel 2. Hasil yang
C = Jumlah ekskreta ditampilkan pada tabel tersebut
D = % Protein ekreta menunjukkan perlakuan pemberian
aditif cair buah naga merah pada burung
Energi metabolis dihitung puyuh Japonica (Coturnix coturnix
dengan rumus (Scott et al., 1982) japonica) betina umur 16 – 50 hari tidak
perlakuan pemberian aditif cair buah berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap
naga merah umur 16 – 50 hari kecernaan protein kasar dan EMS.

Tabel 2. Rerata kecernaan protein kasar dan energi metabolis yang mendapat perlakuan
pemberian aditif cair buah naga merah umur 16 – 50 hari
Perlakuan
Ulangan Total
T0 T1 T2 T3
KcPK (%) 69.98 69.47 68.84 70.09 69.60
EMS (kkal/kg) 3260.40 3271.49 3247.61 3245.31 3256.20

Kecernaan protein kasar (KcPK) pada ransum yang sama, tinggi


Berdasarkan hasil penelitian, rendahnya nilai kecernaan tergantung
rerata kecernaan PK ransum puyuh pada bahan penyusun ransum dan
Japonica betina adalah 69,60%. Hal ini banyaknya protein yang masuk dalam
menunjukkan bahwa hasil kecernaan PK saluran pencernaan (Widodo dkk.,
tergolong sedang, menurut Anggorodi 2013).
(1995) menyatakan kualitas ransum Pemberian aditif cair buah naga
berdasarkan daya cerna dibagi menjadi 3 merah belum dapat meningkatkan
kategori, yaitu: nilai kecernaan pada kecernaan pada burung puyuh Jepang
kisaran 50 - 60% adalah karena konsentrasi yang diberikan
kualitas rendah, 60 - 70% kualitas terlalu sedikit yaitu vit C ± 0,016
sedang dan diatas 70% kualitas tinggi. ml/ekor, sehingga belum dapat
Nilai KcPK hasil penelitian relatif sama menurunkan pH saluran pencernaan.
hal ini dikarenakan kandungan protein Menurut (Emma dkk., 2013) pemberian

49
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

asam jeruk pada level 0,8% efektif dalam Co-A (Rizal, 2015). Energi metabolis
menurunkan pH ilium 5.5, kondisi ini biologis hasilnya lebih tinggi dibanding
sangat mendukung pertumbuhan Bakteri dengan energi metabolis pakan, karena
Asam Laktat (BAL) dapat meningkatkan sudah mengalami proses pencernaan
proses pencernaan dan menekan didalam tubuh ternak (Sugiyono, 2015).
pertumbuhan bakteri pantogen
(Escherichia coli dan Salmonella sp.). KESIMPULAN
Mekanisme kerja dari Bakteri Asam Berdasarkan hasil penelitian
Laktat (BAL) dapat menghasilkan enzim dapat disimpulkan bahwa pemberian
pencernaan amylase, protease dan lipase aditif cair buah naga merah pada puyuh
meningkatkan kinerja enzim pencernaan Japonica umur 16 – 50 hari dengan
pada saluran pencernaan sehingga dapat frekuensi pemberian yang berbeda tidak
meningkatkan perombakan nutrien meningkatkan kecernaan protein kasar
(Haryati, 2011). dan energi metabolis.

Energi metabolis (EM) DAFTAR PUSTAKA


Hasil penelitian sesuai dengan Abidin, Z. 2005. Meningkatkan
hasil penelitian Dianti dkk. (2012) energi produktivitas puyuh (Ed. Revisi).
metabolis pada burung puyuh sebesar AgroMedia Pustaka. Jakarta.
3079,71 – 3219,77 kkal/kg. Faktor yang Anggarayono, H. I., Wahyuni dan
mempengaruhi energi metabolis Tristiarti. 2008. Energi metabolis
menurut Saputra dkk. (2001) kecernaan dan kecernaan protein akibat
energi matabolis dipengaruhi oleh gross perbedaan porsi pemberian
energy pakan dan banyaknya energi pakan pada ayam petelur. Dalam.
yang digunakan oleh ternak. Standar Bamualim, M. A., A. Thalib, Y.
kebutuhan nutrisi untuk energi metabolis N. Anggraeni, Mariyono,
bergantung pada suhu lingkungan, Samsul, B., Takahiro, T. (Ed).
mekanisme adaptasi suhu lingkungan Prosiding Seminar Nasional
pada unggas dapat dilihat dari Teknologi Peternakan dan
kemampuan mengkonsumsi ransum Veteriner. Bogor, 11 – 12
adanya mekanisme termodinamik yang Nopember 2008. Hal. 623-629.
mengontrol pemasukan dan pengeluaran Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi aneka
energi ke dalam dan keluar tubuh ternak unggas. Gramedia Pustaka
berfungsi untuk menstabilkan suhu Utama, Jakarta.
tubuh (Anggarayono dkk, 2008). Asiyah, N., D, Sunarti dan U,
Pemberian aditif cair buah naga Atmomarsono. 2013. Performa
merah belum dapat memperbaiki energi burung puyuh (Coturnix coturnix
metabolis pada burung puyuh, dengan jaonica) umur 3 sampai 6
kandungan zat aktif vitamin B1 0,28- minggu dengan pola pemberian
0,30 mg (Taiwan Food Industry Develop pakan bebas pilih (Free choice
dan Research Authorities, 2005) dan feeding). Animal Agricultural
kadar gula 13–18 briks dalam buah naga Journal. 2 (1): 497-502.
dapat digunakan tubuh untuk Dianti, R. Mulyono, F. dan Wahyono,
mengasilkan energi. Vitamin B1 2012. Pemberian daun
(Thiamin) berfungsi untuk transfer Crostalaria usaramoensis
aldehid merupakan komponen dari TPP sebagai sumber protein ransum
(thiamin pyro-phosphate) yang dipakai burung puyuh periode grower
pada perubahan piruvat menjadi asetil terhadap energi metabolis,

50
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

retensi nitrogen dan efisiensi dan Ilmu Pengetahuan Alam,


ransum. Animal Agricultural Universitas Negeri Malang.
Juounal. 1 (1): 203-214. Rizal, M. 2015. Prospek pengembangan
Emma, M. S. M. W., Osfar, S., Eko, W buah naga (Hylocereus
dan Achmanu. 2013. costaricensis) di kabupaten kutai
Karakteristik usus halus ayam kartanegara, Kalimantan Timur.
pedaging yang diberikan asam Dalam: Setyawan, D. A.,
jeruk nipis dalam pakan. Jurnal Sugiyarto, Ari P., Udhi, E. H.,
Veteriner. 14 (1): 105-110. Sutomo, A. Widiastuti (Ed).
Haryati, T. 2011. Probiotik dan prebiotik Prosiding Seminar Nasional
sebagai pakan imbuhan Masyarakat Biodiversitas
nonruminansia. WARTAZOA. Indonesia. Surakarta, Juli 2015.
21 (3): 125-132. Hal. 884-888.
Irawan, I., D, Sunarti dan L. D. Mahfudz. Saputra, P. H., O. Sjofjan dan I. H.
2012. Pengaruh pemberian pakan Djunaidi. 2001. Pengaruh
bebas pilih terhadap kecernaan penambahan fitobiotik
protein burung puyuh (Cotunix meniran(Phyllanthus niruri,L.)
cotunix japonica). Fakultas dalam pakan terhadap kecernaan
Peternakan dan Pertanian, protein kasar dan energi
Universitas Diponegoro, metabolis ayam pedaging.
Semarang. Animal Agliculture Universitas Brawijaya. Malang.
Journal. 1 (2): 238-245. Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. C.
Kumalaningsih, S., Suprayogi, B dan young. 1982. Nutrition of the
Yuda. 2005. Teknologi pangan. Chicken. M.L. Scot $ Assocites.
membuat makanan siap saji. Ithaca, New York.
Trubus Agrisarana, Surabaya. Sugiyono, N., Hindratiningrum, Y dan
Listyowati, E dan Roospitasari, K. 2000. Primandini. 2015. Determinasi
Puyuh: tata laksana budi daya energi metabolis dan kandungan
secara komersial. Penebar nutrisi hasil samping pasar
Swadaya, Jakarta. sebagai bahan pakan lokal ternak
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman meramu unggas. Jurnal Agriculture
pakan unggas. Kanisius. Peternakan. 15 (1): 41-45.
Yogyakarta. Taiwan Food Industry Develop dan
Panjaitan, I. Anjar, S dan Yadi, P. 2012. Research Authorities. 2005.
Suplementasi tepung jangkrik Food Industry Research and
sebagai sumber protein Development Institute. Taiwan.
pengaruhnya terhadap kinerja Widodo, A. R., H. Setiawan, Sudiyono,
burung puyuh (Coturnix coturnix Sudibya dan R., Indreswari.
japonica). Jurnal Ilmiah Ilmu- 2013. Kecernaan nutrient dan
Ilmu Peternakan. 15 (1): 8-14. performan puyuh (Coturnix
Rahayuningtyas, M. W., Susilowati, A coturnix japonica) jantan yang
dan Gofur. 2014. Pengaruh Umur diberi ampas tahu fermentasi
terhadap Pertambahan Bobot dalam ransum. Tropical Animal
Badan dan Kadar Hormon Husbandry. 2 (1): 51-57.
Pertumbuhan pada Burung Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas.
Puyuh Jantan (Coturnix-coturnix Cetakan Ketiga. Gadah Mada
japonica L.). Skripsi, Jurusan University Press. Yogyakarta.
Biologi, Fakultas Matematika

51
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (3): 45 - 52

Wuryadi, S. 2013. Beternak Puyuh. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)


AgroMedia Pustaka, Jakarta. sebagai acidifier dalam pakan terhadap
Yuliansyah, M. F., Eko, W., Irfan, H. D. kualitas internal telur ayam petelur.
2015. Pengaruh penambahan sari Jurnal Nutrisi Ternak. 1 (1):19-26.

52

You might also like