Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN

RELEVANSINYA BAGI PENGUATAN


NASIONALISME BANGSA INDONESIA

Marianus Mantovanny Tapung


Prodi S-1 Keperawatan STIKes St. Paulus Ruteng, Jl.Jend. Ahmad Yani, No.10, Ruteng-Flores 86508
Email: mtmantovanny26@gmail.com

Abstract: Multicultural Education And Its Relevance For Strengthening the Nation Nationalism
Indonesia. Change and development is a necessity for all the people of the nation, including
multicultural character of Indonesian society. Changes and developments can improve and develop
life, but on the other hand has the potential waning of passion and sense of nationalism (nationalism),
the emergence of ambiguity, anomaly, conflict, disintegration, separatism and racism, which impede
the construction and development of the nation. To anticipate the needs of Multicultural Education as
an approach and a strategic instrument to build and reinforce the sense and spirit of nationalism,
unity, unity and integrity of the nation. Multicultural education is an instrument of social
engineering that is dynamic, flexible, progressive, holistic transformasif and to reassert the awareness
of nationalism, solidarity, tolerance and tolerance and can cooperate in diversity. Multicultural
education becomes particularly relevant in the context of Indonesia as a manifestation of awareness
about cultural diversity, democracy, human rights and reduce the tendency to think, behave and act
discrimination, prejudices and stereotypes. Multicultural education community directing students to
the flow velocity sensitive face of globalization, the development of democracy, and was critical of
various models doctrinal monokulturalisme, radicalism and fundamentalism.

Key Words: Education, Multicultural, Strengthening Nationalism

Abstrak: Pendidikan Multikultural Dan Relevansinya Bagi Penguatan Nasionalisme Bangsa Indonesia.
Perubahan dan perkembangan adalah sebuah keniscayaan untuk semua masyarakat bangsa, termasuk
masyarakat Indonesia yang berkarakter multikultur. Perubahan dan perkembangan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kehidupan, tetapi pada pihak lain justru berpotensi memudarnya semangat dan rasa
kebangsaan (nasionalisme), munculnya ambiguitas, anomali, konflik, desintegrasi, separatisme dan
rasialisme, yang menghambat pembangunan dan pengembangan bangsa. Untuk mengantisipasinya dibutuhkan
Pendidikan Multikultural sebagai pendekatan dan instrumen strategis demi membangun dan menguatkan
kembali rasa dan semangat kebangsaan, persatuan, kesatuan, dan keutuhan bangsa. Pendidikan multikultural
merupakan instrumen rekayasa sosial yang dinamis, fleksibel, progresif, transformasif dan holistik untuk
menanamkan kembali kesadaran nasionalisme, solidaritas, toleransi dan tenggang rasa serta dapat bekerjasama
dalam kemajemukan. Pendidikan Multikultural menjadi sangat relevan dalam konteks Indonesia sebagai
manifestasi kesadaran tentang keanekaragaman kultural, demokrasi, HAM dan mereduksi kecenderungan
berpikir, bersikap dan bertindak diskriminatif, prasangka, dan stereotip. Pendidikan multikultural mengarahkan
masyarakat didik untuk peka menghadapi arus perputaran globalisasi, perkembangan demokrasi, dan bersikap
kritis terhadap berbagai model doktrinasi monokulturalisme, radikalisme dan fundamentalisme.

Kata Kunci:Pendidikan, Multikultural, Penguatan Nasionalisme

60
61 Tapung,
Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: Pendidikan
1, Nomor Multikultural
1, Juni 2016 dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 61

PENDAHULUAN degradasi dalam berbagai dimensi


kehidupannya, yang menyebabkan
Perubahan dan perkembangan melemahnya semangat kebangsaan dan
yang tergabung dalam gerbong keterpurukan dalam bidang ekonomi,
globaliasasi adalah suatu keniscayaan. politik, sosial budaya, moral dan
Masyarakat tidak mungkin lagi pendidikan. Ancaman pengerusan dan
melepaskan diri proses globalisasi yang degradasi ini justru potensial terjadi
sarat dengan perkembangan teknologi pada keadaan bangsa Indonesia yang
informasi dan pengetahuan. Globalisasi kental dengan suasana plural dalam
yang ditandai dengan kuatnya arus, bidang budaya, suku, bahasa, dan
informasi, demokrasi dan penghormatan agama. Bila karakter masyarakat tidak
terhadap Hak-hak Asasi Manusia cukup kuat menghadapi potensi
(HAM) dan eksistensi kelompok pengerusan dan degradasi ini, maka
masyarakat, di satu pihak dapat berakibat pada kondisi melunturnya
berdampak positif, tetapi tetapi juga semangat dan rasa kebangsaan
bisa berdampak negatif. Dampak positif (nasionalisme), konflik, desintegrasi,
akan terlihat dalam pengembangan dan separatisme dan rasialisme, yang sudah
pertumbuhan kehidupan masyarakat pasti berdampak pada terhambatnya
yang lebih sejahtera, berkualitas dan pembangunan dan pengembangan
berpengetahuan. Sedangkan dampak bangsa.
negatif dapat berupa bahaya benturan Untuk mengantisipasi terjadinya
peradaban yang menyebabkan potensi di atas, masyarakat bangsa
kekacauan, konflik dan perpecahan Indonesia memerlukan pendekatan dan
dalam suatu negara. Keadaan negatif ini instrumen strategik yang dapat
digambarkan oleh Samuel P. dijadikan sebagai sebuah gerakan
Huntington sebagai ‘benturan nasional untuk mewujudkan
peradaban’ (Clash of Civilization) dalam membangun dan menguatkan kembali
buku The Future of The World Order rasa kebangsaan, persatuan, kesatuan,
(Fukuyama & Hungtington, dan keutuhan bangsa agar tetap
2003:73-83). berdaulat dan bermartabat. Menurut
Apabila masyarakat tidak mampu kami, salah satu instrumen
memahami dan menghadapi fenomena pendekatannya yang strategis dan
ini, maka bukan tidak mungkin akan potensial adalah melalui pencanangan
menjadi korban darinya. Masyarakat dan penerapan konsep berikut praksis
bisa berada pada posisi ambigu, Pendidikan Multikultural.
kehilangan identitas dan karakter, Sebagai salah satu instrumen yang
kompetisi yang tidak sehat, dan konflik strategis dan potensial, Pendidikan
dimensional. Situasi dan kondisi ini Multikultural merupakan suatu
akan berakibat pada pengerusan dan pendekatan dinamis, fleksibel dan
progresif untuk melakukan transformasi jawab semua stakeholder, baik dalam
pendidikan yang secara holistik tingkat local maupun nasional dalam
mengkonstruksi pendidikan yang bebas menerapkan konsep dan praksis
monokulturisme dan diskriminasi, dan Pendidikan Multikultur. Sebagai
anti dengan kemajemukan. Pendidikan sebagai sebuah gerakan nasional
multikultural sebagai instrumen Pendidikan Multikultural perlu di-
rekayasa sosial dapat berperan endors dan didukung, karena merupakan
dalam menanamkan kesadaran manifestasi kesadaran tentang adanya
dalam masyarakat multikultur untuk keanekaragaman, demokrasi, HAM.
mengembangkan sikap nasionalisme, Penerapan konsep dan praksis
solidaritas, toleransi dan tenggang Pendidikan Multikultural di sekolah
rasa serta dapat bekerjasama dalam dapat meminimalisasi dan mereduksi
kemajemukan. segala bentuk kecenderungan berpikir,
bersikap dan bertindak diskriminatif,
Dalam konteks keindonesian,
prasangka, stereotip, fanatistik dan
pendidikan berbasis multikultural
radikalistik. Melalui Pendidikan
diarahkan agar masyarakat didik
Multikultural masyarakat didik
semakin memiliki rasa kebangsaan,
memiliki pengertian dan pemahaman
persatuan, kesatuan, dan keutuhan
terhadap sesama tanpa membedakan
bangsa yang kuat, memiliki kepekaan
status sosio ekonomi, gender, orientasi
menghadapi arus perputaran
seksual, latar belakang etnis, ras atau
globalisasi, perkembangan demokrasi,
budaya dan agamanya. Pendidikan
dan bersikap kritis terhadap berbagai
Multikultural menjadi salah satu bentuk
model doktrinasi monokulturalisme,
rekayasa sosial dan instrumen strategis
radikalisme dan fundamentalisme.
untuk mengembangkan kesadaran
Dengan adanya Pendidikan
atas kebanggaan seseorang terhadap
Multikultural, masyarakat didik
bangsanya.
diharapkan memiliki kemampuan
berpikir kritis (critical thinking) terhadap
berbagai perkembangan dan perubahan RASIONAL MUNCULNYA
yang mengarah pada kerusakan PARADIGMA PENDIDIKAN
lingkungan alam, sosial dan budaya MULTIKULTURAL
serta perpecahan baik secara vertikal
maupun horisontal. Konsep dan praksis Pendidikan
Mengingat pentingnya menjaga Multikultural tidak muncul begitu saja,
dan menguatkan nasionalisme, tetapi merupakan hasil dari dialekti-
kemampuan kritis dalam menghadapi ka pemikiran yang sudah pasti berba-
perkembangan dan menjawab beberapa sis pada masalah krusial yang sudah,
problematika kemajemukan, maka sedang dan akan melanda masyarakat
dibutuhkan komitmen dan tanggung
bangsa baik local, nasional maupun Alvin Toffler dalam bukunya
glob- Future Shock (1970) dan The Third Wave
al. Oleh karena itu, kami membahas ba- (1980) sudah menggambarkan tentang
gian ini mulai dari (1) Ketegangan Glob- situasi dan kondisi tegang masyarakat
al yang Memicu Ketidakseimbangan pada akhir abad 20 (menuju abad
dan Benturan Peradaban, selanjutnya 21), yang ditandai dengan berbagai
(2) Pemahaman Multikulturalisme dan gelombang perubahan. Sementara itu,
Membangun Kesadaran Multikultural; John Naisbit dalam bukunya Megatrends
(3) Pendekatan Pendidikan Multikultur- (1982) dan Reinventing The
al yang Dinamis, Progresif dan Fleksibel; Corporation (1985) mengulas tentang
dan (4) Pendidikan Multikultural dan munculnya ketegangan itu ketika terjadi
Pencapian Kompetensi Integratif pergeseran pemahaman terhadap dunia
yang bukan lagi sebagai perkampungan
Ketegangan Global yang Memicu
kecil (small village), tetapi sudah menjadi
Ketidakseimbangan dan Benturan
suatu kampung besar (global village)
Peradaban
(Mahfud,
Saat ini, masyarakat dunia pada 2008:viii).
umumnya dan masyarakat Indonesia Perubahan-perubahan yang terja-
khususnya sedang mengalami di sekarang ini sebagai dampak kema-
fenomena “sudden shift” (Kompas, juan informasi, ilmu dan teknologi ser-
24 Agustus 2015) yang berkarakter ta masuknya arus globalisasi membawa
‘tiba-tiba’ (sudden), ‘cepat’ (speed), dan pengaruh multidimensional. Dengan
‘mengejutkan’ (surprise). Namun, jauh demikian, untuk mempersiapkan mas-
sebelum gambaran fenomena ini, yarakat yang berkarakter majemuk da-
laporan Komisi Pendidikan UNESCO lam menghadapi berbagai perubahan
yang berjudul Learning: The Treasure tersebut, sangat dibutuhkan pendidikan
Within (Delors,1996, 17-18), telah dan pembelajaran dengan pendekatan
mengangkat beberapa macam fenomena dan model multikultural. Dalam pers-
‘ketegangan’ yang menjadi tantangan pektif global, tantangan dunia pendi-
sekaligus ancaman bagi masyarakat dikan salah satunya adalah pemahaman
dunia di abad pendidikan yang tidak rasis untuk mem-
persiapkan dan mendukung pembelaja-
21. Fenomena ketegangan tersebut,
ran tentang proses antar budaya, pemba-
antara lain: antara globalisasi dan
ngunan kemasyarakatan dan kalau perlu
lokalisasi, antara universalitas dan
aksi kelas. Dengan demikian, dunia pen-
individualitas, antara tradisi dan
didikan dalam era global harus mema-
modernitas, antara kompetisi dan
hami isu-isu dan permasalahan global
solidaritas, antara akselerasi/ ekspansi
seperti: keanekaragaman budaya, poli-
pengetahuan dan daya serap manusia,
tik, ekonomi, sosial, konflik dan perda-
dan antara yang spiritual dan material.
maian, ketergantungan antar bangsa di dukung terjadinya konflik peradaban,
dunia, masalah HAM, masalah lingkun- antara lain: (1) Kuatnya diferensiasi se-
gan seperti: degradasi lingkungan, pen- jarah, bahasa, budaya, tradisi dan agama
yakit dan migrasi penduduk, dll. (Mah- sehingga menyebabkan terjadinya konf-
fud, 2008:19). lik yang berkepanjangan; (2) Interaksi
yang meningkat dalam dunia yang se-
Sementara itu, fenomena
makin sempit mempertajam perbedaan
kemajemukan suatu bangsa bagaikan
dan menguatnya etnisitas; (3) proses
pisau bermata dua, satu sisi memberi
modernisasi ekonomi dan perubahan so-
dampak positif, yaitu kita memiliki
sial membuat masyarakat tercerabut dari
kekayaan khasanah budaya yang
identitas local yang sudah berakar dalam
beragam, akan tetapi sisi lain juga
dan melemahnya sumber identitas; (4)
dapat menimbulkan dampak negatif,
Terjadinya proses marjinalisasi terhadap
karena terkadang justru keragaman ini
kaum pribumi akibat kuatnya hembu-
dapat memicu konflik antar kelompok
san westernisasi; (5) kompromi politik
masyarakat yang pada gilirannya dapat
dan ekonomi lebih mudah dilakukan
menimbulkan konflik peradaban yang
dibandingkan kompromi dalam bidang
berakibat pada instabilitas di bidang
budaya. Budaya sering dikorbankan un-
keamanan, sosial, politik maupun
tuk kepentingan keberhasilan kompromi
ekonomi.
politik dan ekonomi.
Sosiolog Prancis Emile Durkheim
Menurut Tilaar (2004:14-15),
(1858-1917) menyebut kondisi
terdapat beberapa hal yang turut
perubahan (peralihan peradaban) dan
memicu (casus belli) munculnya konflik
pergeseran masyarakat ini berdampak
dalam masyarakat multikultur dewasa
pada suatu kondisi ‘tanpa nilai’ atau
ini, antara lain: (1) adanya perebutan
yang disebut anomie (Rochiati, 2015:87-
sumber daya, alat-alat produksi, dan
88; Outhwaite,
kesempatan ekonomi (acces to economic
2008:24). Anomie terjadi ketika terlibat
resources and to means of production); (2)
dalam peralihan peradaban manusia
perluasan batas-batas sosial budaya
merasakan kebingungan karena
(social and cultural borderline expansion );
budaya dan nilai-nilai yang lama akan
(3) benturan kepentingan politik,
ditinggalkan, sedangkan budaya dan
ideologi, dan agama (conflict of political,
nilai-nilai baru belum berhasil dicapai.
ideology, and religious interest).
Kebingungan ini menjadi potensi
terjadinya konflik dan kekacauan ketika Gibson (Djohar, 2003:85)
masyarakat tidak mampu mengelolanya menggambarkan bahwa kebanyakan
secara kritis dan rasional. masyarakat bangsa modern dan
postmodern yang ditandai oleh adanya
Menurut Hungtington (Fukuyama
situasi hiper kompetisi, suksesi revolusi
& Hungtington, 2003:77-81) ada lima
kenyataan mendasar yang dapat men-
teknologi serta dislokasi dan konflik itu dikenal. Dalam dunia peradaban
sosial. Situasi ini menghasilkan keadaan yang berbeda, harus belajar untuk
yang non-linier dan sangat tidak dapat hidup berdampingan dengan yang
diperkirakan dari keadaan masa lampau lain. Memahami dan menghayati
dan masa kini. Masa depan hanya dapat “perbedaan” menjadi ‘sesuatu yang
dihadapi dengan kreativitas, meskipun tidak boleh tidak’ (conditio sine qua non)
posisi keadaan sekarang memiliki ketika berpikir, bersikap dan bertindak
peranan penting untuk memicu dalam menghadapi kejadian-kejadian
kreativitas. Lebih lanjut dijelaskan sebagai dampak logis dari benturan
bahwa perubahan keadaan yang non- peradaban. Kejadian-kejadian destruktif
linier dan majemuk ini tidak akan sebagai dampak logis dari benturan
dapat diantisipasi dengan cara berpikir, peradaban hanya bisa direduksi dan
bersikap dan bertindak linier. Pemikiran, dikelola, bila masyarakat secara
sikap dan tindakan linier dan rasional individual dan komunal menciptakan
yang sekarang ini berkembang tidak dan membangun kesadaran akan
lagi fungsional untuk mengakomodasi pentingnya multikulturalisme.
perubahan keadaan yang akan terjadi. Multikuluralisme dan
Perang,konflik,danmaraknyakerusuhan pengejawantahannya menjadi sangat
yang berlatar belakang suku, adat, ras, vital dan mendesak untuk dicanangkan
dan agama yang kerap terjadi di banyak dan diterapkan demi mencegah dan
negara akhir-akhir ini, mungkin salah mengatasi ekses-ekses destruktif sebagai
satunya disebabkan karena pikiran, akibat dari perubahan yang tiba-tiba,
sikap dan tindakan manusia yang linear- non-linear dan majemuk.
rasional tidak bisa lagi secara optimal
Konsep multikulturalisme me-
mengakomodasi dan memfasilitasi
nekankan pentingnya memandang dun-
perubahan yang non-linier, majemuk
ia dari bingkai referensi budaya yang
dan cenderung ‘tiba-tiba’ (sudden),
berbeda, dan mengenali serta manghar-
‘cepat’ (speed), dan ‘mengejutkan’
gai kekayaan ragam budaya di dalam
(surprise).
negara dan di dalam komunitas global.
Pemahaman Multikulturalisme dan Multikulturalisme menegaskan perlu-
Membangun Kesadaran Multikultural nya menciptakan pendidikan di mana
berbagai perbedaan yang berkaitan den-
Lantas bagaimana menghadapi gan ras, etnis, gender, orientasi seksual,
keadaan seperti yang sudah digambarkan keterbatasan, dan kelas sosial diakui dan
di atas? Samuel seluruh masyarakat didik dipandang
P. Huntington (Fukuyama sebagai sumber yang berharga untuk
& Hungtington, 2003:175-176) dalam memperkaya proses pembelajaran.
poin tentang Mati Demi Kebudayaan, Menurut Parekh seperti yang di-
menegaskan bahwa benturan peradaban kutip Azyumardi Azra (2007) menga-
hanya dapat dipahami jika peradaban
takan: A Multicultural society, then is isme mencakup gagasan, cara pandang,
one kebijakan, penyikapan dan tindakan,
that includes several cultural communities oleh masyarakat suatu negara, yang ma-
with their overlapping but none the less dis- jemuk dari segi etnis, budaya, agama
tinc conception of the world, system of dan sebagainya, namun mempunyai ci-
mean- ing, values, forms of social ta-cita untuk mengembangkan semangat
organizations, his- toris, customs and kebangsaan yang sama dan mempunyai
practices”. Masyarakat multikultural kebanggan untuk mempertahankan ke-
adalah suatu masyarakat yang terdiri majemukan tersebut. Multikulturalisme
dari beberapa macam komu- nitas adalah berbagai manifestasi pola pikir,
budaya dengan segala kelebihann- ya, sikap dan tindakan bagaimana mas-
dengan sedikit perbedaan konsepsi ing-masing kelompok bersedia untuk
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, menyatu (integrate) tanpa mempedu-
bentuk organisasi sosial, sejarah, adat likan keragaman budaya yang dimiliki.
serta kebiasaan. Selanjutnya, Azyumar- Mereka semua melebur, sehingga pada
di Azra menjelaskan bahwa multikultur- akhirnya ada proses ‘hidridisasi’ yang
alisme merupakan salah satu bentuk meminta setiap individu untuk tidak
cara pandangan dunia yang menonjolkan perbedaan masing-masing.
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan
Keadaan ini mendorong beberapa
kebudayaan yang menekankan tentang
pemerhati dan pemikir pendidikan
penerimaan terhadap realitas
pada beberapa bangsa yang memiliki
keagamaan, pluralitas, dan
tingkat kemajemukan yang tinggi untuk
multikultural yang terdapat dalam
mendesain praksis pendidikan masa
kehidupan masyarakat. Selain itu, mul-
depan yang dapat mengakomadasi
tikulturalisme dapat juga dipahami se-
situasi kemajemukan tersebut. Desain
bagai pandangan dunia yang kemudian
pendidikan yang mengakomodasi
diwujudkan dalam kesadaran politik.
ragam kultur ini bertujuan untuk
Sementara itu Akhyar Yusuf Lubis membangun resistensi yang tinggi
(2006:174), dalam bukunya Deskontruksi terhadap muncunya konflik sebagai
Epistemologi Modern menjelaskan multi- konsekuensi dinamika kohesivitas
kulturalisme sebagai paham yang men- sosial pada masyarakat didiknya. Dalam
cakup suatu pemahaman, penghargaan menghadapi pluralisme budaya
serta penilaian atas budaya seseorang, tersebut, diperlukan paradigma baru
serta suatu penghormatan dan keingin- yang lebih toleran dan elegan untuk
tahuan tentang budaya etnis orang lain, mencegah dan memecahkan masalah
dan dapat juga dilihat sebagai sebuah benturan- benturan budaya tersebut,
ideologi yang mengakui dan menga- yaitu paradigma pendidikan
gungkan perbedaan dalam kesedera- multikultural. Hal ini penting untuk
jatan baik secara individual maupun mengarahkan
secara kebudayaan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa multikultural-
anak didik dalam mensikapi realitas Lebih lanjut, James A. Banks dalam
masyarakat yang beragam, sehingga bukunya Multicultural Education (1993:2)
mereka akan memiliki sikap apresiatif yang mendefinisikan Pendidikan
terhadap keragaman perbedaan Multikultural sebagai:
tersebut. Pendidikan Multikultural
An idea, an educational reform
dapat membawa pendidikan yang
movement, and a process whose
mampu menciptakan tatanan
major goal is to change the structure
masyarakat yang terdidik dan
of educational institutions so that
berpendidikan, bukan suatu
male and female students, exceptional
masyarakat yang menjauhi realitas
students, and students who are
sosial dan budaya.
members of diverse racial, ethnic, and
Pendidikan Multikultural dan cultural groups will have an equal
Rekonstruksi Sosial yang Dinamis, chance to achieve academically in
Progresif dan Fleksibel school
Pendidikan Multikultural adalah
Menurut Durkheim, salah satu
ide, gerakan pembaharuan pendidikan
cara untuk bisa mengantisipasi dan
dan proses pendidikan yang tujuan
mengembalikan keadaan ini adalah
utamanya adalah untuk mengubah
dengan melakukan rekonstruksi sosial
struktur lembaga pendidikan supaya
yang dapat dilakukan dengan kegiatan
siswa baik pria maupun wanita, siswa
pendidik (Rochiati, 2015:87-88), di mana
berkebutuhan khusus, dan siswa yang
masyarakat didik diarahkan kembali
merupakan anggota dari kelompok ras,
untuk menjalankan interaksi sosialnya
etnis, dan kultur yang bermacam-macam
dengan mengedepankan nilai-nilai
itu akan memiliki kesempatan yang
universal yang terkandung dalam nilai-
sama untuk mencapai prestasi akademis
nilai kultural dan agama.
di sekolah. Jadi Pendidikan
Salah satu bentuk rekonatruksi Multikultural akan mencakup: (1) Ide
sosial dalam bidang pendidikan adalah dan kesadaran akan nilai penting
denganmewacanakankonsepdanpraksis keragaman budaya; (2) Gerakan
pendidikan yang berbasis multicultural pembaharuan pendidikan; (3) Proses
atau Pendidikan Multikultural. Sebagai pendidikan.
sebuah bentuk rekonstruksi sosial,
Selanjutnya, menurut Banks (1993:19):
Pendidikan Multikultural menjadi
Multicultural education
sangat urgen dan mendesak untuk
describes a system of instruction that
dikonsepkan dan dipraksiskan dalam
attempts to foster cultural pluralism and
kegiatan pembelajaran di Negara-
acknowledges the differences between
negara yang sangat bernuansa plural
dan multikultural demi tegaknya races and cultures. It addresses the

keseimbangan. Hal ini ditegaskan oleh educational needs of a society that


contains more than
one set of traditions, that is a mixture of tas pribadi, kesempatan pendidikan dari
many cultures. The goal of multicultural individu, kelompok maupun negara. Di
education is to help students understand dalam pengertian ini terdapat adanya
and appreciate cultural differences pengakuan yang menilai penting aspek
and similarities and to recognize the keragaman budaya dalam membentuk
accomplishments of diverse ethnic, racial, perilaku manusia.
and socioeconomic groups. It is a practice
Selanjutnya, menurut Banks
that hopes to transform the ways in which
(2002:57-60) paradigma Pendidikan
students are instructed by giving equal
Multikultural sebagai salah
attention to the contributions of all the
satu instrumen strategis untuk
groups in a society. mengakomodasi realitas majemuk
Pendidikan Multikultural meng- masyarakat, memiliki lima dimensi yang
gambarkan tentang sistem instruksional saling berkaitan satu sama lain, yaitu:
yang mencoba untuk mendorong plural- (1) Content integration; Concepts, values,
isme budaya dan mengakui perbedaan and materials from a variety of cultures are
antara ras dan budaya. Hal ini dituju- included in teaching. Integrasi konten,
kan untuk mengakomadasi kebutuhan yaitu pemaduan konten menangani
pendidikan masyarakat yang berisi leb- sejauh mana guru menggunakan contoh
ih dari satu set tradisi, yang merupa- dan konten dari beragam budaya dan
kan campuran dari berbagai budaya. kelompok untuk menggambarkan
Tujuan pendidikan multikultural ada- konsep-konsep, nilai-nilai, prinsip,
lah untuk membantu siswa memahami generalisasi serta teori utama dalam
dan menghargai perbedaan budaya dan bidang mata pelajaran atau disiplin
persamaan dan mengenali pencapaian mereka; (2) The Knowledge Consturuction
kelompok-kelompok etnis, ras, dan so- Process; This belief asserts that all
sial ekonomi yang beragam. Pendidikan knowledge is created in the minds of human
multikultural menjadi praktek pendi- beings and can, therefore, be challenged. A
dikan yang diharapkan dapat mengu- critical part of multicultural education, the
bah cara pendidikan, di mana siswa di- idea that knowledge is a human construct
belajarkan dengan perhatian yang sama challenges teachers to alter their own
dengan kontribusi dari semua kelompok perceptions of the world before they can
dalam masyarakat. teach multiculturally. Proses penyusunan
pengetahuan; sesuatu yang
Pendidikan Multikultural merupa-
berhubungan dengan sejauh mana guru
kan suatu rangkaian kepercayaan (set
membantu pemahaman siswa,
of beliefs) dan penjelasan yang menga-
menyelidiki, dan untuk menentukan
kui dan menilai pentingnya keragaman
bagaimana asumsi budaya yang tersirat,
budaya dan etnis di dalam membentuk
kerangka acuan, perspektif dan
gaya hidup, pengalaman sosial, identi-
prasangka di
dalam disiplin mempengaruhi cara dari beragam kelompok, ras, etnis dan
pengetahuan disusun di dalamnya. (3) budaya.
An Equity Paedagogy; Teachers must Joseph R. Jones dalam artikelnya
modify their methods of instruction by Infusing Multicultural Education into
allowing for students’ cultural differences The Curriculum: Preparing Pre-Service
before they can encourage academic Teachers to Address Homophobia in K-12
achievement. Pedagogi kesetaraan; (2005:107-118) menegaskan Pendidikan
pedagogi kesetaraan terjalin ketika guru Multikultural diartikan sebagai
mengubah pengajaran mereka ke cara pendidikan mengenai keragaman
yang akan memfasilitasi prestasi kebudayaan. Pendidikan Multikultural
akademis dari siswa dari berbagai adalah perspektif yang mengakui
kelompok ras, budaya, dan kelas sosial. realitas sosial, politik, dan ekonomi
Termasuk dalam pedagogi ini adalah yang dialami oleh masing-masing
penggunaan beragam gaya mengajar individu dalam pertemuan manusia
yang konsisten dengan banyaknya gaya yang kompleks dan beragam secara
belajar di dalam berbagai kelompok kultur, dan merefleksikan pentingnya
budaya dan ras. (4) Prejudice Reduction; budaya, ras, seksualitas dan gender,
Teachers must work to shift students’ etnisitas, agama, status sosial, ekonomi,
prejudices regarding race and ethnicity. dan pengecualian-pengecualian dalam
Prejudice reduction may also encompass proses pendidikan.
teaching the tolerance of various religions,
sexual preferences, and disabilities. Sementara itu, Robin L. Danzak
Mengurangi prasangka; dimensi ini dalam artikelnya ‘Sometimes the
fokus pada karakteristik dari sikap rasial Perspective Changes’: Reflections on a
siswa dan bagaimana sikap tersebut Photography Workshop with Multicultural
dapat diubah dengan metode dan materi Students in Italy (2015:56-75) mengkaji
pembelajaran. (5) Empowering school Pendidikan Multikultural sebagai suatu
culture: Schools must identify those aspects pendekatan dinamis, fleksibel, progresif
of education that hinder learning and then dan untuk melakukan transformasi
empower families and students from all pendidikan yang secara holistik
backgrounds, so that the full development of memberikan kritik dan menunjukkan
students is achieved. Budaya sekolah dan kelemahan-kelemahan, kegagalan-
struktur sekolah yang memberdayakan; kegagalan dan diskriminasi yang
praktik pengelompokan dan penamaan terjadi di dunia pendidikan. Sebagai
partisipasi olah raga, prestasi yang tidak suatu gerakan pembaharuan dan
proporsional, dan interaksi staf, dan proses untuk menciptakan lingkungan
siswa antar etnis dan ras adalah pendidikan yang setara untuk seluruh
beberapa dari komponen budaya siswa, Pendidikan Multikultural
sekolah yang harus diteliti untuk memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut
menciptakan budaya sekolah yang
memberdayakan siswa
: (1) Gerakan politik yang bertujuan untuk menjadikan warga masyarakat
menjamin keadilan sosial bagi seluruh lebih memiliki dinamis, progresif,
warga masyarakat tanpa memandang fleksibel, toleran, bersifat inklusif,
latar belakang yang ada; (2) dan memiliki jiwa kesetaraan dalam
Mengandung dua dimensi: hidup bermasyarakat, serta senantiasa
pembelajaran (kelas) dan kelembagaan berpendirian suatu masyarakat secara
(sekolah) dan antara keduaanya tidak keseluruhan akan lebih baik, manakala
bisa dipisahkan, tetapi justru harus siapa saja warga masyarakat
ditangani lewat reformasi yang memberikan kontribusi sesuai dengan
komprehensif; (3) Menekankan kemampuan dan kesempatan yang
reformasi pendidikan yang dimiliki bagi masyarakat sebagai
komprehensif dapat dicapai hanya keutuhan.
lewat analisis kritis atas sistem
Pendidikan Multikultural dan
kekuasaan dan privileges untuk dapat
dilakukan reformasi komprehensif Pencapaian Kompetensi Integratif
dalam pendidikan; (4) Menyediakan Peran Pendidikan Multikultural
bagi setiap siswa jaminan memperoleh sangat esensial dalam membentuk
kesempatan guna mencapai prestasi kompentensi dalam diri peserta
maksimal sesuai dengan kemampuan didik. Dalam aktivitas Pendidikan
yang dimiliki; (5) Pendidikan yang baik Multikultural selain siswa diarahkan
untuk seluruh siswa, tanpa memandang untuk mencapai kompetensi kultural,
latar belakangnya. tetapi juga kompetensi lain seperti
Prinsip dinamis, progresif dan sosial, personal dan pedagogic serta
fleksibel Pendidikan Multikultural juga kompetensi-kompetensi lain yang
disarankan Marianne Modica dalam dapat mendukung keterampilan dalam
artikelnya “My Skin Color Stops Me from menjalani kehidupan sebagai anggota
Leading”: Tracking, Identity, and Student masyarakat. Secara intruksional, semua
Dynamics in a Racially Mixed School kompetensi itu dapat terintegrasi
(2015:76-78). Ia menegaskan bahwa dalam rumusan tujuan atau dampak
sangat keliru kalau melaksanakan instruksional (instructional effect)
pendidikan multikultural harus dalam maupun dalam dampak penggiringnya
bentuk mata pelajaran yang terpisah (nurturant effect).
atau monolitik. Sebaliknya, dia Monica (2015:89-90) merekomen-
mengusulkan agar pendidikan dasikan agar pendidikan yang berba-
multikultural diperlakukan sebagai sis multikultural bersifat integrative, di
pendekatan untuk memajukan mana selain memberi kesempatan bagi
pendidikan secara utuh, menyeluruh siswa untuk mempelajari bagaimana
dan terintegratif. Pendidikan suatu kultur masyarakat bisa berperan
multikultural juga dapat diberlakukan dalam upaya peningkatan kemakmuran
sebagai alat bantu
dan kesejahteraan bagi warganya, tetapi dan sosial; (2) kebutuhan vokasi dan
juga memahami bagaimana menganali- karier; (3) kebutuhan psikologi dan
sis dan memecahkan berbagai masalah perkembangan moral spiritual. Pada
sosial yang timbul akibat perubahan dan level masyarakat, yang perlu dipenuhi
perkembangan (bdk. Rochiati, 2015:84- kebutuhannya adalah mencakup : (1)
85). Karenanya, Pendidikan Multikul- kebutuhan akademik; (2) kebutuhan
tural diusulkan untuk dapat dijadikan psikologis; (3) kebutuhan kebersamaan,
instrumen rekayasa sosial lewat pendi- dan (4) kebutuhan rasa aman.
dikan formal, artinya institusi sekolah Pendidikan harus dapat memenuhi
harus berperan dalam menanamkan ke- kebutuhan tersebut. Sekolah harus dapat
sadaran hidup dalam masyarakat mul- dijadikan tempat yang aman, memiliki
tikultural dan mengembangkan sikap suasana kekerabatan dan juga terdapat
tenggang rasa, bekerjasama, toleransi semangat saling dukung mendukung.
dan memecahkan masalah yang terjadi Berkaitan dengan itu, maka prosses
dalam kehidupan masyarakatnya. pembelajaran diarahkan pada
pengembangan individu secara utuh
Secara kelembagaan, sekolah harus
yang mencakup intelektual, sosial, dan
dipandang sebagai suatu masyarakat,
moral spiritual.
masyarakat kecil; artinya, apa yang ada
di masyarakat harus ada pula di Dari perspektif hasil pembelajaran,
sekolah. Perspektif sekolah sebagai Pendidikan Multikultural memiliki tiga
suatu masyarakat kecil ini memiliki sasaran pemberdayaan kompetensi
implikasi bahwa siswa dipandang dalam diri siswa (Banks, 2007:11), yaitu:
sebagai suatu individu yang memiliki (1) Pengembangan identitas kultural
karakteristik yang terwujud dalam bakat (cultural identity development). Dalam
dan minat serta aspirasi yang menjadi pengembangan ini siswa diarahkan
hak siswa. untuk mengidentifikasi dirinya dengan
suatu etnis tertentu. Kompetensi ini
Dalam bukunya Making Choices for
mencakup pengetahuan, pemahaman
Multicultural Education: Five Approaches
dan kesadaran akan kelompok etnis
to Race, Class, and Gender, Sleeter, C., &
dan menimbulkan kebanggaan
Grant, (199:31) memberi arahan tentang
serta percaya diri sebagai warga
kebijakan sekolah dan kurikulum
kelompok etnis tertentu. (2) Hubungan
multicultural yang mengintegrasikan
interpersonal (Interpersonal Relationship).
berbagai kompetensi dengan tetap
Pemberdayaan kompetensi ini berkaitan
memperhatikan berbagai perbedaan
dengan upaya melakukan hubungan
yang dimiliki masing-masing individu.
dengan kelompok etnis lain, dengan
Adabeberapahalyangperludiperhatikan
senantiasamendasarkanpadapersamaan
sekolah, yaitu: (1) setiap siswa memiliki
dan kesetaraan, serta menjauhi sifat
kebutuhan perkembangan yang
syakwasangka dan stereotip; (3)
berbeda- beda, termasuk kebutuhan
personal
Memberdayakan diri sendiri (self lain agar dia bisa hidup damai dengan
Empowerment). Siswa diarahkan untuk sekelilingnya. Kemudian diwujudkan
mampu mengembangkan secara terus dalam tata tutur dan tata perlakunya
menerus apa yang dimiliki berkaitan di lingkungan sekolah dan berlanjut
dengan kehidupan multikultural. hingga di masyarakat. Karena sekolah
merupakan agen perubahan, maka
Hal ini sejalan dengan fungsi Pen-
diharapkan ada perubahan yang
didikan Multikultural yang dikemuka-
terjadi di masyarakat seiring dengan
kan oleh The National Council for Social
terjadi perubahan yang terdapat dalam
Studies sebagaimana yang dikutip Hil-
lingkungan persekolahan.
da Hernandez (1989:17) dalam bukunya
Multicultural Education: A Teacher Selanjutnya, adapun kompetensi
Guide to Linking Context, Process, and kultural yang hendak dicapai dalam
Content. Fungsi Pendidikan proses berlangsungnya Pendidikan
Multikultural ada- lah sebagai berikut: Multikultural ini (Gorski, 2001), sebagai
(1) Memberi kon- sep diri siswa yang berikut: (1) Kompetensi individu
jelas; (2) Membantu memahami untuk menerima, menghormati
pengalaman kelompok etnis dan budaya dan membangun kerjasama dengan
ditinjau dari sejarahnya; (3) Membantu siapapun juga yang memiliki perbedaan-
memahami bahwa konflik antara ideal perbedaan dari dirinya; (2) Kompetensi
dan realitas itu memang ada pada setiap kultural merupakan hasil dari kesadaran
masyarakat; (4) Membantu atas pengetahuan dan “bias kultural”
mengembangkan pembuatan keputusan yang dimilikinya atau sebagai faktor
(decision making), partisipasi sosial dan yang mempengaruhi perbedaan kultur;
ketrampilan kewarganegaraan (citizen- (3) Proses pengembangan kompetensi
ship skills); (5) Mengenal keberagaman kultural memerlukan pengembangan
dalam penggunaan bahasa. Pendidikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
Multikultural memberi tekanan bahwa perilaku yang memungkinkan seseorang
sekolah pada dasarnya berfungsi men- memahami dan berinteraksi secara
dasari perubahan masyarakat dan me- efisien dengan orang yang memiliki
niadakan penindasan dan ketidakadilan. perbedaan kultur.
Fungsi Pendidikan Multikultural Wahab (2014) dalam artikelnya
yang mendasar adalah mempengaruhi Multicultural Education: Its Implication For
perubahan sosial (Gorski, 2001), yang General Education And Gifted Education
menyangkut: (1) perubahan diri; (2) In Indonesia, memberi arahan tentang
perubahan sekolah dan persekolahan; pengembangan kompetensi kultural
(3) perubahan masyarakat. Perubahan dalam Pendidikan Multikultrual.
diri dimaknai sebagai perubahan Menurutnya, kompetensi kultural
dimulai dari diri siswa sendiri itu dibentuk oleh berbagai factor, antara
sendiri yang lebih menghargai orang
lain: penguasaan pengetahuan, critical mengaplikasikan ilmu pengetahuan
thingking, daya kritis, kemampuan yang dimiliki dalam kehidupan; (5)
mengembangkan sesuatu, dan Peserta didik merasa terdorong untuk
kemampuan praktis. Keempat faktor terus belajar guna mengembangkan
tersebut tidak statis melainkan dinamis, ilmu pengetahuan yang dikuasainya;
terus bergerak dalam membentuk (6) Peserta didik memiliki cita-cita
kompetensi kultural. Ia kemudian posisi apa yang akan dicapai sejalan
menambahkan bahwa Pendidikan dengan apa yang dipelajari; (7) Peserta
Multikultural juga sangat relevan didik dapat memahami keterkaitan
dengan pendidikan demokrasi di apa yang dilakukan dengan berbagai
masyarakat plural seperti Indonesia, permasalahan dalam kehidupan
yang menekankan pada pemahaman masyarakat dalam berbangsa.
akan multi etnis, multi ras, dan
Untuk itu, para guru yang
multikultur yang memerlukan
memberikan pendidikan multibudaya
konstruksi baru atas keadilan,
harus memiliki keyakinan bahwa
kesetaraan dan masyarakat yang
perbedaan budaya memiliki kekuatan
demoktratis.
dan nilai, sekolah harus menjadi teladan
Menurut Wahab (2014) Pendidikan untuk ekspresi hak-hak manusia dan
multikultural merupakan suatu penghargaan untuk perbedaan budaya
proses transformasi yang tentunya dan kelompok, keadilan dan kesetaraan
membutuhkan waktu panjang untuk sosial harus menjadi kepentingan
mencapai maksud dan tujuannya. utama dalam kurikulum, sekolah
Ada beberapa tujuan yang akan dapat menyediakan pengetahuan,
dikembangkan pada diri siswa dalam keterampilan, dan karakter yaitu nilai,
proses Pendidikan Multikultural, yaitu: sikap, dan komitmen, untuk membantu
(1) Peserta didik memiliki kemampuan siswa dari berbagai latar belakang,
berpikir kritis atas apa yang telah sekolah bersama keluarga dan
dipelajari; (2) Peserta didik memiliki komunitas dapat menciptakan
kesadaran atas sifat sakwasangka lingkungan yang mendukung
atas fihak lain yang dimiliki, dan multibudaya.
mengkaji mengapa dan dari mana
Dalam konteks praksis pendidikan
sifat itu muncul, serta terus mengkaji
dan pembelajaran yang berpusat pada
bagaimana cara menghilangkannya;
siswa (student center learning), peran
(3) Peserta didik memahami bahwa
guru dan lingkungan sangat vital dan
setiap ilmu pengetahuan bagaikan
menentukan dalam aktivitas pendidikan
sebuah pisau bermata dua: dapat
multikultural. Menurut Hernandez
dipergunakan untuk menindas atau
(1989:21) peran guru dan lingkungan
meningkatkan keadilan sosial; (4)
sekolah, antara lain: (1) Each student must
Peserta didik memahami bagaimana
have equal opportunities to achieve his or her
full potential (Setiap siswa harus Multikultural bagi Kehidupan
memiliki Kebangsaan Indonesia; (3) Tantangan
kesempatan yang sama untuk mencapai Praksis Pendidikan Multikultural Bagi
kepenuhan potensinya).; (2) Every Kekinian Nasionalisme Masyarakat
student must be able to participate in an Indonesia
increasingly multicultural society (Setiap
siswa harus mampu berpartisipasi Pendidikan Multikultural dalam
dalam masyarakat yang semakin Konteks Keindonesiaan
multikultural); (3) Teachers must be able to
Pendidikan merupakan bagian
facilitate learning for every student, no
dari kegiatan kehidupan bermasyarakat
matter how similar or different each student
dan berbangsa. Oleh sebab itu kegiatan
is from the teacher (Guru harus mampu
pendidikan merupakan perwujudan
memfasilitasi pembelajaran bagi setiap
dari cita-cita bangsa. Dengan demikian
siswa, tidak peduli seberapa sama atau
kegiatan pendidikan nasional perlu
berbeda setiap siswa dari guru); (4)
diorganisasikan dan dikelola sedemikian
Schools must actively work towards ending
rupa supaya pendidikan nasional
oppression of all types, by ending it
sebagai suatu organisasi dapat menjadi
within their own walls (Sekolah harus
sarana untuk mewujudkan cita-cita
secara aktif bekerja untuk mengakhiri
nasional. Secara rinci cita-cita
penindasan dari semua jenis, dengan
nasional yang terkait dengan kegiatan
mengakhiri itu dalam dinding mereka
pendidikan telah dituangkan dalam
sendiri); (5) Education must include the
Undang-Undang Sisdiknas No. 20
voices and experiences of all students;
Tahun 2003, bahwa tujuan pendidikan
(Pendidikan harus mengakomodasi dan
nasional adalah untuk berkembangnya
memfasilitasi suara-suara (aspirasi) dan
potensi peserta didik agar menjadi
pengalaman dari semua siswa)
manusia yang beriman dan bertkwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
DAN RELEVANSINYA BAGI
kreatif, mandiri, dan menjadi warga
PENGUATAN NASIONALISME
Negara yang demokraatis serta
BANGSA INDONESIA bertanggung jawab.
Selanjutnya prinsip
Dalam membahaspenyelenggaraan pendidikan
bagian secara
‘Pendidikan Multikultural dan
Relevansinya Bagi Penguatan jelas juga telah diuraikan dalam
Nasionalisme Bangsa Indonesia’, kami Undang-Undang Sisdiknas tersebut,
akan membahas secara eksplisit maupun yaitu tercantum pada pasal 4, bahwa :
implisit dalam sub bagian, antara lain: (1) Pendidikan diselenggarakan secara
(1) Pendidikan Multikultural dalam demokratis dan berkeadilan serta tidak
Konteks Keindonesiaan; (2) Tujuan diskriminatif dengan mejunjung tinggi
Pendidikan
hak asasi manusia, nilai keagamaan, warga Negara, pengembangan
nilai kebudayaan dan pengembangan bangsa.
cultural, dan kemajemukan bangsa; (2)
Bangsa Indonesia adalah bangsa
Pendidikan diselenggarakan sebagai
yang masyarakatnya sangat majemuk
satu kesatuan yang sistemik dengan
atau pluralis. Kemajemukan sudah
system terbuka dan multimakna; (3)
menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Pendidikan diselenggarakan sebagai
Kemajemukan ini dapat dilihat dari dua
suatu proses pembudayaan dan
perspektif, yaitu: perspektif horisontal
pemberdayaan peserta didik yang
dan dan vertikal. Dalam perspektif
berlangsung sepanjang hayat; (4)
horisontal, kemajemuan bangsa kita
Pendidikan diselenggarakan dengan
dapat dilihat dari perbedaan agama,
memberi keteladanan, membangun
etnis, bahasa daerah, geografis, dan
kemauan, dan mengembangkan
budayanya. Sedangkan dalam perspektif
kreativitas peserta didik dalam
vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia
proses pembelajaran; (5) Pendidikan
dapat dilihat dari perbedaan tingkat
diselenggarakan dengan
pendidikan, ekonomi, dan tingkat sosial
mengembangkan budaya membaca,
budayanya.
menulis, dan berhitung bagi segenap
warga masyarakat; (6) Pendidikan Dari paparan tersebut
diselenggarakan dengan mengindikasikan bahwa Pendidikan
memberdayakan semua komponen Multikultural menjadi sesuatu
masyarakat melalui peran serta dalam yang sangat penting dan mendesak
penyelenggaraan dan pengendalian untuk diimplementasikan dalam
mutu layanan pendidikan. praksis pendidikan di Indonesia.
Karena pendidikan multikultural
Adapun fungsi pendidikan
dapat berfungsi sebagai sarana
nasional sebagaimana tercantum
alternatif pemecahan konflik. Melalui
pada Bab II pasal 3 disebutkan bahwa
pembelajaran yang berbasis multikultur,
fungsi pendidikan nasional adalah
siswa diharapkan tidak tercerabut dari
mengembangkan kemampuan dan
akar budayanya, dan rupanya diakui
membentuk watak serta peradaban
atau tidak pendidikan multikultural
bangsa yang bermartabat dalam rangka
sangat relevan di praktekkan di alam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
demokrasi seperti saat ini.
Selain itu, fungsi pendidikan juga dapat
dilihat dalam dua perspektif. Pertama, Spektrum kultur masyarakat
secara mikro (sempit), pendidikan Indonesia yang amat beragam memang
berfungsi untuk membantu secara sadar merupakan tantangan tersendiri bagi
perkembangan jasmani dan rohani dunia pendidikan untuk mengolah
peserta didik. Kedua, secara makro bagaimana ragam perbedaan tersebut
(luas), pendidikan berfungsi sebagai justru dapat dijadikan asset, bukan
pengembangan pribadi, pengembangan
sumber perpecahan. Di era globalisasi merupakan suatu proses internalisasi
ini pendidikan multikultural memiliki nilai-nilai multikultur itu sendiri dalam
tugas ganda, yaitu selain menyatukan institusi pendidikan.
bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai
Dalam konteks pendidikan
macam budaya tersebut, juga harus
Indonesia, konstruksi Pendidikan
menyiapkan bangsa Indonesia untuk
Multikultural perlu mempertimbangkan
siap menghadapi arus budaya luar
beberapa peran (Zamroni, 2011:67),
yang masuk ke negeri ini. Pendidikan
antara lain: (1) Sebagai jantung untuk
multikultural juga dapat dimanfaatkan
menciptakan kesetaraan pendidikan
untuk membina siswa agar tidak
bagi seluruh warga masyarakat; (2)
tercerabut dari akar budayanya, sebab
Bukan sekedar perubahan kurikulum
pertemuan antar budaya di era globalisasi
atau perubahan metode pembelajaran;
ini bisa jadi dapat menjadi ancaman
(3) Mentransformasi kesadaran yang
serius bagi anak didik kita. Dalam kaitan
memberikan arah kemana tujuan
ini siswa perlu diberi penyadaran akan
transformasi praktik pendidikan; (5)
pengetahuan yang beragam, sehingga
Membangun jembatan antara kurikulum
mereka memiliki kompetensi yang luas
dan karakter guru, pedagogi, iklim
akan pengetahuan global, termasuk
kelas, dan kultur sekolah guna
aspek kebudayaan (Yaqin, 2005:12).
membangun visi sekolah yang
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menjunjung kesetaraan.
Pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional
Pendidikan multikultural adalah
berfungsi mengembangkan kemampuan
merupakan suatu gerakan pembaharuan
dan membentuk watak serta peradaban
dan proses untuk menciptakan
bangsa yang bermartabat dalam rangka
lingkungan pendidikan yang setara
mencerdaskan kehidupan bangsa,
untuk seluruh siswa. Oleh karenanya
bertujuan untuk berkembangnya potensi
praktek pendidikan multikultural di
peserta didik agar menjadi manusia
Indonesia dapat dilaksanakan secara
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
fleksibel dengan mengutamakan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
prinsip-prinsip dasar multikultural.
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Apapun dan bagaimanapun bentuk
menjadi warga negara yang demokratis
dan model pendidikan multikultural,
serta bertanggung jawab. Untuk
mestinya tidak dapat lepas dari tujuan
membangun masyarakat yang
umum pendidikan multikultural, yaitu
mengakui dan menghargai perbedaan
: (1) Mengembangkan pemahaman
diperlukan proses pendidikan.
yang mendasar tentang proses
Pendidikan Multikultural menjadi
menciptakan sistem dan menyediakan
sangat strategis untuk dapat mengelola
pelayan pendidikan yang setara. (2)
kemajemukan secara kreatif, dan
Menghubungkan kurikulum dengan
hendakannya
karakter guru, pedagogi, iklim kelas,
budaya sekolah dan konteks lingkungan mengerti, menerima dan menghargai
sekolah guna membangun suatu visi orang dari suku, budaya, dan nilai yang
“lingkungan sekolah yang setara” berbeda.
Menurut Tilaar (2004:181) Pendidikan Multikultural sangat
bahwa pendidikan multikultural penting untuk melatih dan membangun
dalam konteks keindonesiaan adalah karakter siswa agar mampu bersikap
bagaimana membentuk peserta didik demokratis, humanis, dan pluralis
yang memiliki konsep, ide atau falsafah, dalam lingkungan mereka
kepercayaan dan pengakuan terhadap (Koentjaraningrat,
pentingnya keragaman budaya dan etnis 2000:63). Dengan kata lain, melalui
di dalam membentuk dan membangun pendidikan multikultural peserta didik
kehidupan bangsa dan bernegara, yang diharapkan dapat dengan mudah
teraktualisasi dalam bentuk gaya hidup, memahami, menguasai, memiliki
pengalaman sosial, interaksi dan kerja kompetensi yang baik, bersikap dan
sama serta saling menghargai satu menerapkan nilai-nilai demokratis,
dengan yang lainnya. Menurutnya, humanisme dan prularisme baik di
Pendidikan Multikultural bertujuan sekolah maupun luar sekolah. Oleh
untuk mempersiapkan peserta didik karena itu, tujuan pokok dari
dengan sejumlah sikap dan pendidikan multikultural adalah untuk
keterampilan yang diperlukan dalam menerapkan prinsip-prinsip keadilan,
lingkungan budaya entik mereka, demokrasi dan sekaligus humanisme.
budaya nasional dan antar budaya
lainnya. Seorang peserta didik dari Irian Tujuan dan Manfaat Pendidikan Mul-
Jaya misalnya, bukan hanya harus tikultural bagi Kekinian Kebangsaan
akrab dengan budaya kelompok Indonesia
etniknya sendiri, tetapi juga harus
Pendidikan Multikultural di alam
mampu membaur dan akrab dengan
demokrasi Indonesia harus berorientasi
budaya etnik lain di luar kelompoknya.
pada kepentingan bangsa yang berlatar
Pendidikan Multikultural belakang multi etnik, multi agama, multi
menjadi proses penanaman cara bahasa, dan sebagainya. Hal ini berarti
hidup menghormati, tulus dan toleran bahwa penyelenggaraan pendidikan ha-
terhadap keragaman budaya yang rus memperhatikan kondisi bangsa yang
hidup di tengah-tengah masyarakat heterogen. Pendidikan multikultural
plural. Dengan demikian, pendidikan menjadi upaya terdepan dalam memba-
muktikultural menjadi sangat strategis ngun manusia Indonesia menjadi manu-
untuk dapat mengelola kemajemukan sia yang sebenarnya, manusia yang
secara kreatif. Pendidikan Multikultural men- gakui adanya perbedaan,
dapat membantu peserta didik untuk persamaan hak dan keadilan sosial.
Semua manu- sia memperoleh hak
yang sama untuk
menjadi manusia seutuhnya, karena itu siswa. Siswa merasa baik tentang
semuanya memiliki hak yang sama un- dirinya
tuk mendapatkan pendidikan yang lay- sendiri karena lebih terbuka dan reseptif
ak. (menerima) dalam berinteraksi dengan
orang lain dan menghormati budaya
Menurut Zamroni (2011:87-93),
dan identitasnya. Peserta didik dapat
dalam konteks pendidikan Indonesia,
Pendidikan Multikultural memiliki memaksimalkan potensi kemanusiaan,
tujuan dan manfaat eksplisit dan dengan memenuhi kebutuhan individu,
implisit, sebagai berikut: dan mengajar siswa seutuhnya dengan
mempertinggi rasa penghargaan pribadi,
Pengembangan Literasi Etnis dan kepercayaan dan kompetensi dirinya.
Budaya
Klarifikasi Nilai dan Sikap
Peserta didik dapat mempelajari
tentang latar belakang sejarah, bahasa, Peserta didik dapat menghayati
karakteristik budaya, sumbangan, peris- nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip
tiwa kritis, individu yang berpengaruh, martabat manusia (human dignity),
dan kondisi sosial, politik, dan ekonomi keadilan, persamaan, kebebasan,
dari berbagai kelompok etnis mayoritas dan demokrasi. Peserta didik dapat
dan minoritas. Informasi ini yang kom- menghargai dan menerima pluralisme
prehensif, analistis, dan komparatif, dan etnis, menyadarkan bahwa perbedaan
memahami persamaan dan perbedaan budaya tidak sama dengan kekurangan
di antara kelompok-kelompok, akan atau rendah diri, dan untuk mengakui
membangun kemampuan literasi yang bahwa keragaman merupakan
baik dalam diri peserta didik. Jelasnya, bagian integral dari kondisi manusia.
pengetahuan tentang pluralisme budaya Pengklarifikasian sikap dan nilai etnis
merupakan dasar yang diperlukan un- didesain untuk membantu peserta didik
tuk menghormati, mengapresiasi, me- memahami bahwa berbagai konflik nilai
nilai dan memperingati keragaman, baik dan berupaya mengelolanya dengan
lokal, nasional dan internasional. baik demi kemajuan sosial dan
penguatan pluralisme etnis dan budaya,
Pengembangan Diri
serta menjaga kesetiaan etnis (ethnic
Peserta didik memiliki allegiance) dan loyalitas nasional (national
pemahaman diri yang lebih besar, loyalty). Menganalisa dan
konsep diri yang positif, dan mengklarifikasi sikap dan nilai etnis
kebanggaan pada identitas pribadinya, merupakan langkah kunci dalam proses
yang pada akhirnya berkontribusi melepaskan potensi kreatif individu
terhadap keseluruhan prestasi untuk memperbarui diri dan masyarakat
intelektual, akademis, dan sosial untuk tumbuh-kembang lebih lanjut.
Kompetensi Multikultural Hal ini bisa terbangun apabila
guru merespon kebutuhan ini dengan
Peserta didik dapat berinteraksi
memasukkan simbol, gambar, dan
dengan dan memahami orang yang
informasi etnis dalam dekorasi ruang
secara etnis, ras, dan kultural berbeda
kelas, isi kurikulum dan interaksi
dari dirinya. Peserta didik dapat rampil
interpersonal. Perasaan nyaman
dalam komunikasi lintas budaya,
ini menciptakan latar belakang
hubungan antar pribadi, pengambilan
perspektif, analisis kontekstual, keterhubungan pribadi yang merupakan
pemahaman sudut pandang dan esensi rasa kepemilikan dalam belajar
kerangka berpikir alternatif, dan yang pada gilirannya lebih membimbing
menganalisa bagaimana kondisi budaya ke arah perhatian, upaya, dan waktu
mempengaruhi nilai, sikap, harapan, yang lebih terarah pada tugas, dan
dan perilaku. Pendidikan Multikultural memperbaiki penguasaan tugas dan
dapat membantu siswa mempelajari prestasi akademik.
bagaimana memahami perbedaan
budaya tanpa membuat pertimbangan Kesadaran dan Keadilan Sosial
nilai yang semena-mena tentang nilai
Peserta didik dapat
intrinsiknya. Untuk mencapai tujuan ini
mengembangkan rasa kesadaran sosial
anak dapat diberi pengalaman belajar
(a sense of social consciousness and justice),
dengan memberi berbagai kesempatan
keberanian moral, dan komitmen
pada siswa untuk mempraktekkan
terhadap persamaan; dan terampil
kompetensi budaya dan berinteraksi
dengan orang, pengalaman, dan situasi dalam memecahkan masalah-masalah
yang berbeda. sosial.

Kemampuan Keterampilan Dasar Menjadi Agen Perubahan Sosial

Memfasilitasi pembelajaran untuk Peserta didik memiliki sikap,


melatih kemampuan ketrampilan dasar nilai, kebiasaan dan ketrampilan dan
dari peserta didik yang berbeda secara memiliki komitmen yang tinggi untuk
etnis. Pendidikan Multikultural dapat menjadi agen perubahan sosial (social
memperbaiki penguasaan membaca, change agents) demi memberantas
menulis dan ketrampilan matematika; perbedaan (disparities) etnis dan rasial.
materi pelajaran; dan ketrampilan Peserta didik dapat mengembangkan
proses intelektual seperti pemecahan kemampuan pengambilan keputusan,
masalah, berpikir kritis, dan pemecahan ketrampilan tindakan sosial,
konflik dengan memberi materi dan kemampuan kepemimpinan, dan
teknik yang lebih bermakna untuk komitmen moral atas harkat dan
kehidupan dan kerangka berpikir dari persamaan. Mereka tidak hanya perlu
siswa yang berbeda secara etnis. memahami dan mengapresiasi mengapa
pluralisme etnis dan budaya itu ada, berpikir tentang apa yang ada di sekitar
namun juga bagaimana menterjemahkan lokalnya. Peserta didik diarahkan untuk
pengetahuan kepada keputusan dan berpikir secara internasional dan tetap
tindakan yang berhubungan dengan isu, peduli dengan situasi yang ada di seki-
peristiwa dan situasi sosiopolitis yang tarnya (think globally, act locally).
esensial. Peserta didik dapat menjadi
Hidup Damai
kritikus sosial (social critics), aktivis
politik (political activists), agen Berangkat dari kesadaran bahwa
perubahan (change agents), dan perbedaan adalah sebuah keniscayaan,
pemimpin yang berkompeten dalam peserta didik senantiasa menjunjung
masyarakat dan yang berbeda secara tinggi nilai kemanusian, menghargai
etnis dan pluralistik persamaan, semakin bertumbuhnya
secara kultural. Pendidikan Multikultural sikap toleran terhadap kelompok
juga membantu siswa mempelajari lain dan pada gilirannya dapat hidup
ketrampilan yang dibutuhkan untuk berdampingan secara damai.
berpartisipasi di dalam tindakan
kewarganegaraan (a civic action), yang Tantangan Praksis Pendidikan Multi-
merupakan bagian integral dari negara kultural Bagi Nasionalisme Masyarakat
yang berlandaskan Pancasila. Indonesia

Memiliki Wawasan Kebangsaan/ Menurut Anita Lie (Tilaar, 2002:54),


Kenegaraan yang kokoh. Pendidikan Multikulktural dalam era
globalisasi di Indonesia menghadapi
Dengan mengetahui kekayaan bu- tiga tantangan mendasar secara internal
daya bangsa itu akan tumbuh rasa ke- dalam bidang pendidikan, yaitu:
bangsaan yang kuat. Rasa kebangsaan Pertama, fenomena hegemonisasi yang
itu akan tumbuh dan berkembang terjadi di dunia pendidikan akibat tarik
dalam wadah negara Indonesia yang ulur antara keunggulan dan
kokoh. Untuk itu Pendidikan keterjangkauan. Peserta didik
Multikultural per- lu menambahkan tersegregasi dalam sekolah-sekolah
materi, program dan pembelajaran yang sesuai latar belakang sosial ekonomi,
memperkuat rasa kebangsaan dan agama dan etnisitas. Kedua, Kurikulum
kenegaraan dengan menghilangkan yang masih berdasarkan gender, status
etnosentrisme, prasang- ka, diskriminasi ekonomi sosial, kultur lokal dan
dan stereotipe. geografis. Hal ini menunjukkan
ketidakseimbangan dan bias yang
Memiliki Wawasan Hidup yang Luas
membatasi kesadaran multikultural
Peserta didik dapat memiliki wa- peserta didik. Ketiga, guru. Kelayakan
wasan sebagai warga dunia (world citi- dan kompetensi guru di Indonesia
zen). Namun siswa harus tetap dikenal- pada umumnya masih di
kan dengan budaya lokal, harus diajak
bawah standar apalagi untuk mengelola Dalam mengantisipasi hal itu,
pembelajaran multikulturalisme. keragaman yang ada harus diakui sebagai
Keempat, politik pendidikan yang belum sesuatu yang mesti ada dan dibiarkan
sepenuh hati mendukung konsep dan tumbuh sewajarnya. Selanjutnya,
praksis pendidikan multicultural, baik diperlukan suatu manajemen konflik
dari tingkat pusat sampai pada tingkat agar potensi konflik dapat terkoreksi
lokal. secara dini untuk ditempuh langkah-
langkah pemecahannya, termasuk
Empat tantangan di atas berkaitan
di dalamnya melalui Pendidikan
masalah kebijakan internal praktis
Multikultural. Dengan adanya
pendidikan. Namun, masih adalah
Pendidikan Multikultural itu diharapkan
beberapa realitas mendasar kebangsaan
masing-masing warga daerah tertentu
yang menjadi tantangan eksternal
bisa mengenal, memahami, menghayati
dalam penerapan konsep dan praksis
dan bisa saling berkomunikasi.
Pendidikan Multikultural (Zamroni,
2011:96-99; bdk. Mahfud, 2008:-89-90). Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke
Realitas-realitas mendasar tersebut, Daerah
antara lain:
Sejak dilanda arus reformasi dan
Keragaman Identitas Budaya Daerah demokratisasi, Indonesia dihadapkan
pada beragam tantangan baru yang
Keragaman ini menjadi modal
sangat kompleks. Satu di antaranya
sekaligus potensi konflik. Keragaman
yang paling menonjol adalah persoa-
budaya daerah memang memperkaya
lan budaya. Dalam arena budaya, ter-
khasanah budaya dan menjadi modal jadinya pergeseran kekuasaan dari pu-
yang berharga untuk membangun sat ke daerah membawa dampak besar
Indonesia yang multikultural. Namun terhadap pengakuan budaya lokal dan
kondisi aneka budaya itu sangat keragamannya. Bila pada masa Orba,
berpotensi memecah belah dan kebijakan yang terkait dengan kebu-
menjadi lahan subur bagi konflik dan dayaan masih tersentralisasi, maka kini
kecemburuan sosial. Masalah itu tidak lagi. Kebudayaan, sebagai sebuah
muncul jika tidak ada komunikasi antar kekayaan bangsa, tidak dapat lagi diatur
budaya daerah. Tidak adanya oleh kebijakan pusat, melainkan dikem-
komunikasi dan pemahaman pada bangkan dalam konteks budaya lokal
berbagai kelompok budaya lain ini masing-masing. Ketika sesuatu bersen-
justru dapat menjadi konflik. Sebab tuhan dengan kekuasaan maka berbagai
dari konflik-konflik yang terjadi hal dapat dimanfaatkan untuk merebut
selama ini di Indonesia dilatarbelakangi kekuasaan ataupun melanggengkan
oleh adanya keragaman identitas etnis, kekuasaan itu, termasuk di dalamnya
isu kedaerahan.
agama dan ras, seperti peristiwa Sampit,
poso, dll.
Konsep “putra daerah” untuk pandangan hidup bangsa, kepribadian
menduduki pos-pos penting dalam nasional dan ideologi negara merupakan
pemerintahan sekalipun memang harga mati yang tidak bisa ditawar lagi
merupakan tuntutan yang demi dan berfungsi sebagai kekuatan penyatu
pemerataan kemampuan namun tidak (integrating force). Saat ini Pancasila
perlu diungkapkan menjadi sebuah kurang mendapat perhatian dan
ideologi. Tampilnya putra daerah kedudukan yang semestinya sejak isu
dalam pos-pos penting memang kedaerahan semakin semarak. Persepsi
diperlukan agar putra-putra daerah
sederhana dan keliru banyak dilakukan
itu ikut memikirkan dan berpartisipasi
orang dengan menyamakan antara
aktif dalam membangun daerahnya.
Pancasila itu dengan ideologi Orde Baru
Harapannya tentu adalah adanya asas
yang harus ditinggalkan. Pada masa
kesetaraan dan persamaan. Namun
Orde Baru kebijakan dirasakan terlalu
bila isu ini terus menerus dihembuskan
tersentralisasi. Sehingga ketika Orde
justru akan membuat orang terkotak
oleh isu kedaerahan yang sempit. Orang Baru tumbang, maka segala hal yang
akan mudah tersulut oleh isu menjadi dasar dari Orde Baru dianggap
kedaerahan. Faktor pribadi (misalnya iri, jelek, perlu ditinggalkan dan diperbarui,
keinginan memperoleh jabatan) dapat termasuk di dalamnya Pancasila.
berubah menjadi isu publik yang Tidak semua hal yang ada pada Orde
destruktif ketika persoalan itu muncul di Baru jelek, sebagaimana halnya tidak
antara orang yang termasuk dalam semuanya baik. Ada hal-hal yang tetap
putra daerah dan pendatang. perlu dikembangkan. Nasionalisme
Konsep pembagian wilayah perlu ditegakkan namun dengan cara-
menjadi propinsi atau kabupaten baru cara yang edukatif, persuasif dan
yang marak terjadi akhir-akhir ini manusiawi bukan dengan pengerahan
sengaja dihembuskan oleh kalangan kekuatan. Sejarah telah menunjukkan
tertentu agar mendapatkan simpati dari peranan Pancasila yang kokoh untuk
warga masyarakat. Mereka menggalang menyatukan kedaerahan ini. Kita sangat
kekuatan dengan memanfaatkan isu membutuhkan semangat nasionalisme
kedaerahan ini. Warga menjadi mudah yang kokoh untuk meredam dan
tersulut karena mereka berasal dari menghilangkan isu yang dapat
kelompok tertentu yang tertindas dan memecah persatuan dan kesatuan
kurang beruntung. bangsa ini.

Kurang Kokohnya Nasionalisme Fanatisme Sempit

Keragaman budaya ini Fanatisme dalam arti luas memang


membutuhkan adanya kekuatan yang diperlukan. Namun yang salah adalah
menyatukan (integrating force) seluruh fanatisme sempit, yang menganggap
pluralitas negeri ini. Pancasila sebagai bahwa kelompoknyalah yang paling
benar, paling baik dan kelompok lain
harus dimusuhi. Gejala fanatisme mempertahankan kesatuan bangsa
sempit dengan berorientasi pada stabilitas
yang banyak menimbulkan korban ini nasional. Namun dalam penerapannya,
banyak terjadi di tanah air ini. Gejala
kita pernah mengalami konsep stabilitas
Bonek (bondo nekat) di kalangan suporter
nasional ini dimanipulasi untuk
sepak bola nampak menggejala di tanah
mencapai kepentingan-kepentingan
air. Kecintaan pada klub sepak bola
politik tertentu. Adanya Gerakan Aceh
daerah memang baik, tetapi kecintaan
yang berlebihan terhadap kelompoknya Merdeka di Aceh dapat menjadi contoh
dan memusuhi kelompok lain secara ketika kebijakan penjagaan stabilitas
membabi buta maka hal ini justru tidak nasional ini berubah menjadi tekanan
sehat. Terjadi pelemparan terhadap dan pengerah kekuatan bersenjata. Hal
pemain lawan dan pengrusakan mobil ini justru menimbulkan perasaan anti
dan benda-benda yang ada di sekitar pati terhadap kekuasaan pusat yang
stadion ketika tim kesayangannya kalah tentunya hal ini bisa menjadi ancaman
menunjukkan gejala ini. bagi integrasi bangsa. Untunglah
Kecintaan dan kebanggaan perbedaan pendapat ini dapat
pada korps memang baik dan sangat diselesaikan dengan damai dan beradab.
diperlukan. Namun kecintaan dan Kini, semua pihak yang bertikai sudah
kebanggaan itu bila ditunjukkan dengan bisa didamaikan dan diajak bersama-
bersikap memusuhi kelompok lain dan
sama membangun daerah yang porak
berperilaku menyerang kelompok lain
poranda akibat peperangan yang
maka fanatisme sempit ini menjadi hal
berkepanjangan dan terjangan Tsunami
yang destruktif. Terjadinya perseteruan
dan perkelahian antara oknum aparat ini.
kepolisian dengan oknum aparat tentara Di sisi multikultural, kita melihat
nasional Indonesia yang kerap terjadi adanya upaya yang ingin memisahkan
di tanah air ini juga merupakan contoh diri dari kekuasaan pusat dengan dasar
dari fanatisme sempit ini. Apalagi bila
pembenaran budaya yang berbeda
fanatisme ini berbaur dengan isu agama
dengan pemerintah pusat yang ada di
(misalnya di Ambon, Maluku dan Poso,
Jawa ini. Contohnya adalah gerakan
Sulawesi Tengah), maka akan dapat
OPM (Organisasi Papua Merdeka) di
menimbulkan gejala ke arah disintegrasi
bangsa. Papua. Namun ada gejala ke arah
penyelesaian damai dan multikultural
Konflik Kesatuan Nasional dan
yang terjadi akhir-akhir ini. Salah
Multikultural
seorang panglima perang OPM yang
Ada tarik menarik antara menyerahkan diri dan berkomitmen
kepentingan kesatuan nasional dengan terhadap NKRI telah mendirikan
gerakan multikultural. Di satu sisi ingin Kampung Bhineka Tunggal Ika di Nabire,
Irian Jaya.
Tidak adil dan Tidak Meratanya beritaan. Mereka juga perlu mewaspa-
Kebijakan Ekonomi dai adanya pihak-pihak tertentu yang
pandai memanfaatkan media itu untuk
Kejadian yang nampak bernuansa
SARA seperti Sampit beberapa waktu kepentingan tertentu,yang justru dapat
yang lalu setelah diselidiki ternyata merusak budaya Indonesia. Kasus perse-
berangkat dari kecemburuan sosial lingkuhan artis dengan oknum pejabat
yang melihat warga pendatang memiliki pemerintah yang banyak dilansir media
kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik
massa dan tidak mendapat “hukuman
dari warga asli. Jadi beberapa peristiwa
yang setimpal” baik dari segi hukum
di tanah air yang bernuansa konflik
budaya ternyata dipicu oleh persoalan maupun sangsi kemasyarakatan dapat
kesejahteraan ekonomi. Keterlibatan menumbuhkan budaya baru yang mer-
orang dalam demonstrasi yang marak usak kebudayaan yang luhur. Memang
terjadi di tanah air ini, apapun kejadian berita semacam itu sangat layak jual dan
dan tema demonstrasi, seringkali terjadi
selalu mendapat perhatian publik, tetapi
karena orang mengalami tekanan
hebat di bidang ekonomi. Bahkan ada kalau terus-menerus diberitakan setiap
yang demi selembar kertas duapuluh hari mulai pagi hingga malam hari maka
ribu orang akan ikut terlibat dalam hal ini akan dapat mempengaruhi orang
demonstrasi yang dia sendiri tidak untuk menyerap nilai-nilai negatif yang
mengetahui maksudnya. Sudah banyak bertentangan dengan budaya ketimuran.
kejadian yang terungkap di media
Kasus perceraian rumah tangga para
massa mengenai hal ini. Orang akan
dengan mudah terintimidasi untuk artis yang tiap hari diudarakan dapat
melakukan tindakan yang anarkis ketika membentuk opini publik yang negatif.
himpitan ekonomi yang mendera Sehingga kesan kawin cerai di antara ar-
mereka. Mereka akan menumpah tis itu sebagai budaya baru dan menjadi
kekesalan mereka pada kelompok-
trend yang biasa dilakukan. Orang men-
kelompok mapan dan dianggap
jadi kurang menghormati lembaga per-
menikmati kekayaan yang dia tidak
mampu meraihnya. kawinan. Sebaiknya isu kekayaan tidak
menjadi isu yang selalu menjadi tema
Peran Media Massa yang Belum Cerdas sinetron karena dapat mendidik orang
untuk terlalu mengagungkan materi dan
Di antara media massa tentu ada
menghalalkan segala cara. Begitu juga
ideologi yang sangat dijunjung ting-
tampilan yang seronok mengundang bi-
gi dan dihormati. Persoalan kebebasan
rahi, pengudaraan modus kejahatan
pers, otonomi, hak publik untuk men-
baru atau pun iklan yang bertubi-tubi
getahui hendaknya diimbangi dengan
dapat
tanggung jawab terhadap dampak pem-
menginspirasi orang melakukan ses- upaya meminimalisasi dan mereduk-
uatu yang tidak pantas dilakukan. Tele- si kecenderungan berprasangka dalam
visi dan media massa harus membantu menjalankan kehidupan bersama. Pen-
memberi bahan tontonan dan bacaan didikan Multikultural juga dapat dijad-
yang mendidikkan budaya yang baik. ikan instrumen strategis untuk mengem-
Karena menonton televisi dan membaca bangkan kesadaran atas kebanggaan

koran sudah menjadi tradisi yang kuat seseorang terhadap bangsanya. Dalam
menghadapi pluralisme budaya, diper-
di negeri ini. Sehingga tontonan menjadi
lukan paradigma pendidikan multi-
tuntunan, bukan tuntunan sekedar men-
cultural yang lebih toleran dan elegan
jadi tontonan.
untuk mencegah dan memecahkan mas-
alah benturan-benturan budaya tersebut.
PENUTUP
Dengan demikian, Pendidikan Multikul-
tural sangat relevan dan urgen sesuai
Perubahan dan perkembangan
dengan situasi dan kondisi multi etnis,
yang begitu cepat, tiba-tiba dan
multi ras, dan multikultur yang riil dan
mengejutkan dalam arus globalisasi
factual dalam konteks kebangsaan Indo-
menuntut masyarakat dunia pada
nesia dewasa ini.
umumnya, dan masyarakat Indonesia
khususnya, untuk memiliki karakter
DAFTAR
budaya yang kuat. Bila masyarakat
PUSTAKA
tidak memiliki karakter budaya yang
Azra, Azyumardi. 2007. “Identitas
kuat, maka akan menyebabkan tergerus dan Krisis Budaya, Membangun
dan terdegradasinya kehidupannya Multikulturalisme Indonesia”,
http://ww w.kongresbud.budpa r.
masyarakat dalam segala bidang
go.id/58%20ayyumardi%20azra .
kehidupannya. Salah satu yang bisa html.
diandalkan untuk bisa memberi Banks, J.A. 1993. Multicultural Education:
penguatan terhadap karakter budaya Issues and Perspectives. Needham
Heights, Massachusetts : Allyn and
adalah dengan mengeksplorasi kembali Bacon. https://faculty.washington.
nilai-nilai budaya melalui paradigm edu/jbanks/, diakses, 21 Februari
2016.
pendidikan. Untuk itu, Pendidikan
.2002. An introduction to
Multikultural di Indonesia perlu Mul- ticultural Education, Boston-
direspon untuk menjaga keutuhan Lon- don: Allyn and Bacon Press.
https://
bangsa yang kaya akan multi kultur. facult y. washington.edu/jbanks/ ,
diakses, 21 Februari 2016.
Pendidikan Multikultural mer-
.2007. Educating citizens in
upakan manifestasi kesadaran tentang multicultural society. Second edition.
keanekaragaman kultural, HAM serta New York: Teachers College Co-
lumbia University. .
https://faculty.
washington.edu/jbanks/, diakses,
21 Februari 2016.
Danzak, Robin L. 2015. “Sometimes the Lubis, Akhyar Yusuf, 2006. Deskontruksi
Perspective Changes”: Reflections on Epistemologi Modern. Jakarta: Pusta-
a Photography Workshop with Multi- ka Indonesia Satu.
cultural Students in Italy, by Inter- Outhwaite, William. 2008. Ensiklopedi
national Journal of Multicultural Pemikiran Sosial Moderen. Jakarta;
Education, http://ijme-journal.org/ Kencana.
index.php/ijme, Diakses, 26 Febru-
ari 2016. Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Mul-
tikultural, Yogyakarta : Pustaka Pe-
Delors. 1996. Learning: The Treasure With- lajar.
in, New York: Random House.
Modica, Marianne. 2015. “My Skin Col-
Djohar. 2003. Pendidikan Strategik, Alter- or Stops Me from Leading”: Track-
natif untuk Pendidikan Masa Depan, ing, Identity, and Student Dynamics
Yogyakarta : LESFI. in a Racially Mixed School, http://
ijme-journal.org/index.php/ijm e ,
Fukuyama, Francis & Samuel P. Hun-
by International Journal of Mul-
tington, The Future of The World
ticultural Education, Diakses, 26
Order (Masa Depan Peradaban dalam
Februari 2016.
Cengkeraman Demokrasi Liberal ver-
sus Pluralisme), Yogyakarta:IRCi- Rochiati W. 2015. Filsafat Ilmu; Relevan-
Sod, 2005. sinya Dengan Pendidikan IPS, Band-
ung:Rizqi Press.
Gorski. 2001. http://www.aaanet.org/cae/
aeq/br/gorski.htm Sleeter, C., & Grant, C. 1993. Making
Choices for Multicultural Ceducation:
Hernandez, Hilda. 1989. Multicultural Five Approaches to Race, Class, and
Education: A teacher Guide to linking Gender (2nd ed.). http://ijme-jour-
Context, Process, and Content, New nal.org/index.php/ijme, by Interna-
Jersy & Ohio : Prentice Hall. tional Journal of Multicultural Ed-
ucation, Diakses, 24 Februari 2016.
Jones, Joseph R. 2015. Infusing Multicul-
tural Education into the Curriculum: Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebu-
Preparing Pre-Service Teachers to Ad- dayaan dan Masyarakat Madani Indo-
dress Homophobia in K-12 Schools, nesia. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
http://ijme-journal.org/index.php/ 2004. Multikulturalisme :
ijme, by International Journal of Tantangan Global Masa Depan dalam
Multicultural Education, Diakses, Transformasi Pendidikan Nasional. Ja-
26 Februari 2016. karta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Koentaraningrat. 2000. Kebudayaan, Men-
talitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Yaqin, M.Ainul 2005.
Gramedia Pustaka Utama. Pendidikan Multikul- tural: Cross-
cultural Understanding untuk
Kompas, 24 Agustus 2015. Demokrasi dan Keadilan. Yog-
yakarta: Pilar Media.
Wahab, Rochmat 2014. Multicultural Education: Its Implication For General Education
And
Gifted Education In Indonesia, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/
EDUCATION/INDONESIA.pdf, Diakses, 26 Februari 2016.
Zamroni. (2010a). The Implementation of Multicultural Education. A Reader. Yogyakarta:
Graduate Program The State University of Yogyakarta.
, 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakar-
ta: Gavin Kalam Utama.
Zarate, Eneviève Danielle Levy; Claire Kramsch. 2011. Handbook of Multilingualism and
Multiculturalism. Archives contemporaines, http://ijme-journal.org/index.php/ijme,
by International Journal of Multicultural Education, Diakses, 24 Februari 2016.

You might also like