Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

JURNAL VISIONER & STRATEGIS

Volume 10, Nomor 1, Maret 2021


ISSN : 2338-2864
p. 29-36

Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika


Gayo Aceh

Coffee is one of the important export potentials in world trade. Emmia Tambarta
Indonesia is classified as the fourth largest coffee exporting country in the Kembaren1, Muchsin2
world after Brazil, Vietnam, and Colombia. (AEKI, 2020). Aceh province is
1
one of the producers of gayo arabica coffee centers in Indonesia. There are Dosen Fakultas Pertanian
three main production areas for gayo arabica coffee, namely the districts of Universitas Malikusaleh
2
Central Aceh, Bener Meriah and Gayo Lues. Coffee is the main agricultural Dosen Fakultas Ekonomi dan
commodity for the people in the three districts. Post-harvest processing is the Bisnis Universitas Malikusaleh
second stage after the coffee cultivation process or production management.
This stage is important because the final result in the post-harvest processing Corresponding Author
determines the added value or selling value of the harvest. The post-harvest emmia.tambarta@unimal.ac.id
processing aspect is also an important aspect in the development of coffee
farming in Bener Meriah Regency. After harvesting, the next process is post-
harvest processing, so that to support good coffee quality is the correct
processing. In general, coffee processing can be divided into two, namely wet
processing and dry processing. Arabica coffee produced in the Gayo Highlands
(Central Aceh and Bener Meriah districts) is generally processed by wet
processing. The processing process of coffee beans in Aceh Tengah and Bener
Meriah districts consists of harvesting, peeling fruit skins, fermentation,
washing, drying, peeling the coffee grain husk, sifting (grinding) and polishing,
roasting process, manual sorting, warehousing, packaging and packing and
process control and quality control. The quality of coffee is largely determined
by its handling during harvest and post-harvest. Coffee that is picked when it is
old, is coffee with high quality, otherwise coffee that is not red but has been
picked will result in less aroma and taste. General standards of testing on
coffee beans are carried out in two ways, namely physical tests and
organoleptic tests. There are two standards that serve as guidelines for physical
tests, namely the Indonesian National Standard (SNI) and the Specialty Coffee
Association of America (SCAA) Standard.

Keywords: Gayo Arabica Coffee, Arabica Coffee Quality, Post Harvest


Process.

29 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor 1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

PENDAHULUAN Secara umum pengolahan kopi dapat dibagi


menjadi dua, yaitu pengolahan basah (wet processing)
Latar Belakang Masalah dan pengolahan kering (dry processing). Kopi Arabika
Kopi merupakan salah satu potensi ekspor yang yang di produksi di Dataran Tinggi Gayo (Kabupaten
penting dalam perdagangan dunia. Indonesia Aceh Tengah dan Bener Meriah) umumnya diolah
tergolong sebagai Negara pengekspor kopi keempat dengan pengolahan basah. Secara garis besar,
terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan pengolahan basah dapat dogolongkan ke dalam dua
Kolombia.(AEKI,2020). Provinsi Aceh adalah salah metode, yaitu pengolahan basah dengan cara gerbus
satu produsen centra kopi arabika gayo di Indonesia. (giling kulit tanduk) basah (wet hulling) dan gerbus
Terdapat tiga daerah produksi utama kopi arabika kering (dry hulling). Manajemen pasca panen akan
gayo yakni kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah sangat menentukan kualitas mutu yang dihasilkan oleh
dan Gayo Lues. Kopi merupakan komoditas pertanian biji kopi arabika Gayo. Manejem yang baik akan
utama bagi masyarakat di tiga kabupaten tersebut. menghasilkan mutu biji kopi arabika yang baik pula.
Banyaknya jumlah petani kopi di Dataran Tinggi Selama ini, fokus utama yang ada di Kabupaten Bener
Gayo juga membuktikan bahwa kopi merupakan Meriah dan Kabupaten Aceh tengah hanya berfokus
sector mata pencaharian utama bagi masyarakat Gayo. pada aspek budi daya. Hal ini sejalan dengan
Ketiga kabupaten ini memiliki perkebunan kopi penelitian tambarta (2016) yang menyebutkan bahwa
terluas di Indonesia, yakni seluas 94.800 ha. Di fokus utama pengembangan kopi arabika Gayo hanya
Kabupaten Bener Meriah misalnya, terdapat berpusat pada peningkatan jumlah produksi dengan
perkebunan kopi seluas 45.316,15 ha yang lebih dari menggunakan pupuk kimia. Hal ini tentu akan
setengahnya merupakan areal perkebunan yang masih menyebabkan penurunan kualitas dan mutu biji kopi
produktif (BPS Bener Meriah, 2020). arabika Gayo karena adanya kandungan zat kimia
yang tinggi. Proses budidaya dengan pupuk kimia
Perkebunan kopi bagi masyarakat di dataran tinggi
juga akan merusak cita rasa dari biji kopi tersebut.
Gayo Aceh merupakan pusat perekonomian yang
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan adanya
paling utama, selain perdagangan sayur mayur
kajian mengenai penanganan pasca panen sebagai
seperti kentang, kol/kubis, wortel, cabai, dan kakao.
dasar pertimbangan dalam menentukan langkah
Sumbangan kopi arabika terhadap pendapatan
pengembangan biji kopi pada masa yang akan datang.
keluarga bervariasi mulai dari 50-90%. Budidaya kopi
umumnya dilakukan secara monokultur dengan
penaung lamtoro. Petani juga melakukan penanaman
sistem tumpang sari dengan tanaman semusim seperti
METODE PENELITIAN
sayur mayur, cabai, jahe dan lain lain atau tanaman
tahunan lainnya seperti jeruk (sekaligus penaung),
Penelitian berlokasi di daerah centra produksi kopi
alpukat (di batas kebun), dan kayu manis (untuk
arabika ayo di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Bener
pematah angin) (KP Gayo, 2020).
Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan
pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data
yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen
dilakukan dengan cara observasi dan wawancara
sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah
mendalam dengan pihak pengambil kebijakan di
tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca
Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah seperti
produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam
pihak Kebun Percobaan Gayo, Dinas Perkebunan,
dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
Dinas Perindustrian dan petani yang ada di kedua
(postharvest) dan pengolahan (processing).
Kabupaten Centra kopi tersebut. Data yang digunakan
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
juga sebagai pengolahan primer (primary processing)
adalah data yang dikumpulkan dan memerlukan
merupakan istilah yang digunakan untuk semua
pengkajian khusus yang diperoleh dari observasi dan
perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat
wawancara mendalam. Metode pengumpulan data
dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan
yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan
berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak
wawancara mengenai manajemen produksi yang
mengubah bentuk penampilan atau penampakan,
dilaksanakan di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh
kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran
Tengah.
dan distribusi. Pengolahan (secondary processing)
merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat
tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan
Pengolahan pasca panen merupakan tahapan kedua
yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain.
setelah proses budidaya kopi atau manajemen
Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan
produksi. Tahap ini menjadi penting karena hasil akhir
pengolahan industri (Raharjo, 2013).

30 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

dalam proses pengolahan pasca panen menentukan pemetikan ini pada umumnya dilakukan oleh petani
nilai tambah atau nilai jual hasil panen. Aspek kopi. Sistem pemanenan yang umum dilakukan oleh
pengolahan pasca panen juga menjadi aspek penting petani di dataran tinggi Gayo adalah sistem petik dan
dalam pengembangan usahatani kopi di Kabupaten sortasi buah hijau.Buah merah dpetik secara pilih
Bener Meriah. Setelah melakukan panen proses dipohon. Buah hijau yang terpetik dipisahkan secara
selanjutnya adalah pengolahan pasca panen, sehingga manual dari buah yang merah. Pemanenan biasa
untuk mendukung kualitas kopi yang baik adalah dilakukan oleh petani atau buruh tani dimana kopi
pengolahan yang benar. tersebut akan di proses.
Secara umum pengolahan kopi dapat dibagi Panen buah merah harus selalu ditekankan kepada
menjadi dua, yaitu pengolahan basah (wet processing) petani, dan juga buruh tani yang membantu pemetikan
dan pengolahan kering (dry processing). Kopi Arabika kopi. Panen harus dilakukan dengan cara sangat
yang di produksi di Dataran Tinggi Gayo (Kabupaten berhati-hati dan secara manual yaitu pemetikan
Aceh Tengah dan Bener Meriah) umumnya diolah dengan tangan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
dengan pengolahan basah. Secara garis besar, minimal 85% gelondong merah, maksimal 15%
pengolahan basah dapat dogolongkan ke dalam dua gelondong kuning, dengan tanpa ada gelondong hijau
metode, yaitu pengolahan basah dengan cara gerbus atau hitam. Persentase ini sebaiknya menjadi acuan
(giling kulit tanduk) basah (wet hulling) dan gerbus setiap unit pulping, baik yang diusahakan oleh petani
kering (dry hulling). Perbedaan utama dari kedua atau oleh pengusaha. Harga jual/beli juga sebaiknya
prses tersebut adalah hanya pada tahap pengupasan dikaitkan dengan kualitas/jumlah gelondong hijau
kopi berkulit tanduk atau gabah kopi. Pengolahan yang terikut. Jika buah hijaunya diprediksi melibihi
basah juga memerlukan air dalam jumlah yang relatif 15%, maka sortasi sangat dianjurkan unuk dilakukan.
banyak terutama dalam proses pengupasan kulit Karena hanya gelondong yang disortasi secara benar
merah dan proses pencucian setelah fermentasi untuk yang akan menghasilkan kualitas prima dan sesuai
membersihkan lendir yang menempel dipermukaan dengan persyaratan kopi IG.
gabah kopi. Hal ini biasanya menjadi pertimbangan Bahan baku utama industri adalah buah kopi
dalam menempatkan lokasi pulping (penggilingan (gelondongan merah) yang baru. Dipetik maupun
gelondong merah). Tujuan utama pengolahan kopi gabah kering yang dikumpulkan oleh kolektor dari
adalah mendapatkan kualitas kopi biji yang prima. kelompok petani binaan yang ada di daerah Aceh
Langkah perbaikan dan pengendalian kualitas harus Tengah. Buah kopi segar hasil ini kemudian disortir
selalu diusahakan pada setiap tingkatan. Usaha (yang diambil buah merah segar dan buah jelek
tersebut harus ditunjang oleh seluruh Stake holder dipisahkan) oleh kolektor dan langsung diserahkan
terkait. Masing-masing bisa memainkan peran sesuai kepada pihak industri pengolah untuk diolah menjadi
dengan tugas pokoknya. Dalam pengolahan kopi yang biji beras kopi untuk di ekspor. Penyortiran bertujuan
paling penting adalah cara mendapatkan hasil akhir untuk memilih biji yang baik dari segi mutu (terutama
yang diakui konsumen dengan mutu yang baik dan citarasa). Pensortiran buah merah yang terbaik adalah
citarasa yang tinggi. dilakukan di dalam bak berisi air. Di dalam bak ini
Teknis pengolahan yang dilakukan industri kopi diaduk sehingga buah yang berisi penuh akan
pengolah lebih banyak menggunakan mesin, hanya 1 mengendap kebawah dan yang ringan akan terapung
atau 2 saja menggunakan tenaga manusia untuk di permukaan air. Buah kopi yang tidak berisi penuh
mengendalikan mesin.Teknologi pada pengolahan biji karena terserang hama akan mengambang dan harus
kopi yang dilakukan oleh industri pengolah ini dipisahkan, untuk diproses secara terpisah.
sebahagian kecil dibeli dari dalam negri dan
sebahagian besar diimpor, seperti mesin grider II. Pengupasan kulit buah
(pengayak), mesin pengupas kulit gabah (huller) dan Proses pengolahan semi basah diawali dengan
mesin lainnya. Untuk proses sortasi biji kopi secara pengupasan kulit buah dengan mesin mengupas
manual dilakukan oleh kolektor yang merupakan (pulper). Mesin pengupas yang biasanya digunakan
pedagang pengumpul binaan industri pengolah itu industri pengolah digerakkan menggunakan bensin.
sendiri. Penyortiran biji kopi dilakukan oleh kolektor Pengupasan buah kopi umumnya dilakukan dengan
setelah mengumpulkan biji kopi yang berbentuk menyemprotkan air ke dalam silinder bersama dengan
gelondongan merah dari petani. Adapun proses pasca buah yang akan dikupas. Penggunaan air sebaiknya
panen kopi arabika Gayo adalah sebagai berikut: diatur sehemat mungkin disesuaikan dengan
ketersediaan air dan mutu hasil. Aliran air berfungsi
I. Panen untuk membantu mekanisme pengaliran buah kopi di
Buah yang hijau diproses secara terpisah. Buah dalam silinder dan sekaligus membersihkan lapisan
kopi yang tidak berisi penuh karena terserang hama, lendir. Lapisan air juga berfungsi untuk mengurangi
dipisahkan di dalam bak yang berisikan air. Di dalam tekanan geseran silinder terhadap buah kopi sehingga
bak ini kopi diaduk sehingga buah yang berisi penuh kulit tanduknya tidak pecah.
akan kebawah dan yang ringan akan terapung di Kinerja mesin pengupas sangat tergantung pada
permukaan air. Buah kopi yang terapung dipisahkan kemasakan buah, keseragaman ukuran buah, jumlah
dan diproses secara terpisah. Di dataran tinggi Gayo air proses dan celah (gap) antara rotor dan stator.

31 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

Mesin akan berfungsi dengan baik jika buah yang tutup silinder dibuka dan air yang telah kotor dibuang.
dikupas sudah cukup masak karena kulit dan daging Proses ini diulang 2 sampai 3 kali tergantung pada
buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya, kebutuhan atau mutu biji kopi yang diinginkan.
buah muda relatif sulit dikupas. Buah kopi hasil panen
sebaiknya dipisahkan atas dasar ukurannya sebelum IV. Pengeringan
dikupas supaya hasil kupasan lebih bersih dan jumlah Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi
biji pecahnya sedikit. Buah kopi Robusta relatif lebih kandungan air dari dalam gabah kopi yang semula 60
sulit dikupas dari pada kopi Arabika karena kulit - 65 % sampai menjadi 12-16 %. Pada kadar air
buahnya lebih keras dan kandungan lendirnya lebih ini,gabah kopi relatif aman untuk dikemas dalam
sedikit. Untuk mendapatkan hasil kupasan yang sama, karung dan disimpan di dalam gudang pada kondisi
proses pengupasan kopi Robusta harus dilakukan lingkungan tropis. Proses pengeringan dapat
berulang dengan jumlah air yang lebih banyak dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan
dibandingkan jenis kopi arabika. Ini sebabnya jenis kombinasi keduanya.Penjemuran merupakan cara
kopi arabika lebih memiliki mutu yang baik dalam yang paling mudah dan murah untuk pengeringan biji
pengolahannya. kopi. Jika cuaca memungkinkan, proses pengeringan
sebaiknya dipilih dengan cara penjemuran penuh (full
III. Fermentasi sun drying).Penggunaan media penjemuran ada yang
Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan menggunakan para-para dan ada juga yang langsung
untuk pengolahan kopi Arabika dan tidak banyak dijemur pada lantai jemur.Pada industri pengolahan
dilakukan untuk pengolahan kopi Robusta. Tujuan kopi lokal pengeringan (penjemuran) dilakukan
proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir menggunakan sinar matahari langsung dengan
yang tersisa di permukaan kulit tanduk biji kopi intensitas cahaya yang cukup, karena apabila terlalu
setelah proses pengupasan. Pada kopi Arabika, panas maka ultraviolet dari sinar matahari dapat
fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit membuat mutu kopi tersebut menurun. Selain itu kopi
dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada dijemur ada yang menggunakan para-para dari
citarasa seduhannya. Prinsip fermentasi adalah anyaman bambu maupun kawat ayakan yang disangga
peruraian senyawa-senyawa yang terkandung di dalam dengan kaki-kaki lebih kurang 1 meter dari
lapisan lendir oleh mikroba alami dan dibantu dengan permukaan lantai.
oksigen dari udara. Ketebalan hamparan biji kopi di atas para-para
Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah maupun lantai jemur nilainya bervariasi tergantung
(merendam gabah kopi di dalam genangan air) dan pada kondisi cuaca dan frekuensi pembalikan
secara kering (tanpa rendaman air). Pada industri hamparan bijinya. Pada saat masih kondisi basah,
pengolahan kopi lokal dilakukan fermentasi secara pembalikan biji kopi dilakukan secara lebih intensif,
basah. Lama fermentasi bervariasi tergantung pada yaitu setiap 1 jam sekali agar laju pengeringan lebih
jenis kopi, suhu dan kelembaban lingkungan serta cepat dan merata. Pada areal kopi Arabika yang
ketebalan tumpukan biji kopi di dalam bak. Tingkat umumnya di dataran tinggi, kondisi cuaca tidak selalu
kesempurnaan fermentasi diukur secara visual dari mendukung untuk proses penjemuran secara optimal.
kenampakan lapisan lendir di permukaan kulit tanduk Untuk mencapai kisaran kadar air antara 12 - 16 %,
atau dengan mengusap lapisan lendir dengan jari. Jika waktu penjemuran dapat berlangsung sampai 2
lendir tidak lengket, maka fermentasi diperkirakan minggu.
sudah selesai. Umumnya, waktu fermentasi biji kopi
Arabika berkisar antara 12 sampai 46 jam tergantung V. Pengupasan Kulit Gabah Kopi
permintaan konsumen. Pengupasan ditujukan untuk memisahkan biji kopi
dengan kulit tanduk. Hasil pengupasan disebut biji
IV. Pencucian kopi beras. Mesin pengupas kulit gabah (huller) yang
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa digunakan adalah tipe silinder dengan kapasitas 600
lendir hasil fermentasi yang masih menempel di kulit kg/jam atau tergantung pada kadar air biji kopinya.
tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat Jika kadar air makin tinggi, kapasitas pengupasannya
dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, turun dan jumlah biji pecahnya sedikit meningkat.
sedang untuk kapasitas besar perlu dibantu dengan Kadar air berpengaruh pada ukuran biji kopi. Makin
mesin. Ada dua jenis mesin pencuci yaitu tipe batch tinggi kadar air biji kopi, ukuran bijinya semakin
dan tipe kontinyu. Industri pengolah menggunakan besar. Oleh karena itu, lebar celah dan ukuran
tipe batc yang mana mesin pencuci tipe batch saringan perlu dimodifikasi jika mesin pengupas
mempunyai wadah pencucian berbentuk silinder tersebut akan dipakai untuk mengupas biji kopi
horisontal bulat yang di putar. Mesin ini dirancang dengan kadar air yang masih tinggi. Hal lain yang
untuk kapasitas kecil dan konsumsi air pencuci yang perlu diperhatikan adalah pengupasan sebaiknya
terbatas. Gabah kopi sebanyak 50 – 70 kg dimasukkan dilakukan pada biji kopi yang telah dingin karena sifat
ke dalam silinder lewat corong dan kemudian fisiknya telah stabil. Pada proses pengupasan biji kopi
direndam dengan sejumlah air. Silinder ditutup rapat HS (kopi gabah) diumpankan ke dalam silinder lewat
dan diputar selama 2 – 3 menit. Motor dimatikan, corong pemasukkan dan kemudian masuk celah antara

32 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

permukaan rotor dan saringan. Kulit tanduk akan baik jika biji kopi yang digunakan telah diolah secara
terlepas karena gesekan antara permukaan rotor dan baik. Dari aspek kebersihan, biji kopi harus bebas dari
terpecah menjadi serpihan ukuran kecil. Permukaan jamur dan kotoran yang mengganggu kesehatan.
rotor mempunyai ulir dan mampu mendorong biji Kontaminasi jamur juga akan menyebabkan rasa
kopi ke luar silinder, sedangkan serpihan kulit lolos tengik atau apek. Sedang dari aspek efisiensi produksi,
lewat saringan dan terhisap oleh kipas. biji kopi dengan ukuran yang seragam akan mudah
Rendemen hasil pengolahan dihitung dari diolah dan menghasilkan mutu produk yang seragam
perbandingan antara berat biji kopi beras hasil pula. Kadar kulit, kadar kotoran dan kadar air akan
pengupasan dengan berat buah kopi hasil panen yang berpengaruh pada rendemen hasil. Kadar air yang
diolah. Rendemen hasil pengolahan kopi Arabika tinggi juga menyebabkan waktu sangrai lebih lama.
berkisar antara 16 – 20 % artinya setiap 1 kg biji kopi Penggudangan bertujuan untuk menyimpan biji
beras dibutuhkan buah kopi gelondong basah antara 5 kopi yang telah disortasi dalam kondisi yang aman
sampai 6 kg. Sedang, Faktor yang berpengaruh sebelum di pasarkan ke konsumen. Beberapa faktor
terhadap nilai rendemen antara lain tingkat penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air,
kematangan buah, komposisi senyawa kimia kelembaban relatif udara dan kebersihan gudang.
penyusun buah dan jenis proses. Kadar air biji kopi akan naik selama disimpan di
dalam gudang yang lembab (kelembaban relatif udara
VI. Pengayakan (grinding) dan pemolesan > 95%). Untuk itu, gudang penyimpanan biji kopi di
Biji kopi beras harus disortasi secara fisik atas daerah tropis sebaiknya dilengkapi dengan sistem
dasar ukuran dan cacat bijinya. Kotoran-kotoran non penyinaran dan sirkulasi udara dalam jumlah yang
kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi, harus cukup.
juga dipisahkan. Sortasi ukuran dilakukan dengan Ruang terbaik untuk menyimpan kopi biji adalah
ayakan. mekanis tipe silinder berputar atau tipe getar. ruang yang khusus yang terpisah dari bahan lain yang
Pada industri Pengolahan kopi menggunakan ayakan sifatnya dapat mengeluarkan bau seperti cengkeh,
mekanis tipe getar.Untuk keperluan tertentu, mesin bawang putih, karet, kulit manis dan lain-lain, karena
pengayak diberi alat umpan elevator timba (bucket kopi dapat menyerap bau asing yang ada disekitarnya.
elevator) untuk pengumpanan biji kopi yang akan Penggabungan dengan komoditas lain selama
disortasi. Kapasitas ayakan antara 500 –1.250 kg per penyimpanan akan sangat mempengaruhi citarasa kopi
jam tergantung pada ukurannya. Mesin sortasi pada saat disedu. Karung tempat penyimpanan juga
mempunyai tiga saringan dengan ukuran lubang 5,50; harus bersih dan terhindar dari bau asing, serta tidak
6,50 dan 7,50 mm. Untuk mesin sortasi tipe getar, menggunakan karung bekas yang sudah pernah
ketiga ayakan disusun bertingkat. Masing-masing dipakai untuk barang lain.
tingkat atau seri ayakan dilengkapi dengan kanal Kopi arabika di dataran tinggi Gayo pada
untuk mengeluarkan biji dengan ukuran yang sesuai umumnya disimpan oleh padagang dan eksportir
dengan lubang ayakannya.Selain itu mesin ini juga sebelum di ekspor, pada tempat dan ruang (gudang)
dilengkapi dengan kipas untuk memisahkan kulit ari yang sudah cukup memadai, namun dari segi jumlah
dari biji. masih belum mampu menampung seluruh produksi
yang ada. Untuk petani yang menyimpan kopi berkulit
VII. Sortasi Manual tanduk/gabah kering, ruang tempat penyimpanan
Setelah sortasi menggunakan mesin grider, harus kering. Ruang yang digunakan harus bersih,
selanjutnya dilakukan sortasi manual oleh pekerja memiliki lantai (tidak ada kontak langsung dengan
industri pengolah. Sortasi ini berfungsi untuk tanah), dan bebas dari bahan kimia (salah satu
memisahkan biji yang cacat dengan yang bagus serta penyebab terjadinya kontaminasi bau asing).
memisahkan jenis biji long berry dengan pea berry. Kopi berkulit tanduk/ Gabah kering yang
Setelah sortasi ini kemudian dilakukan penjemuran dihasilkan harus disimpan di karung yang baru selama
lagi, dan sesekali biji kopi ditampih untuk minimal 2 (dua) bulan di tempat pengolahan (dimana
menghilangkan kulit ari yang masih menempel pada gelondong merah diolah), oleh kelompok atau unit
biji kopi. Biji hasil sortasi atas dasar kelompok ukuran pengolahan swasta. Penyimpanan ini harus dilakukan
dan jenis biji yang telah dijemur, kemudian dikemas di dalam ruang kering dan bersih (tidak ada kontak
di dalam karung goni. langsung dengan tanah), dan di dalam ruang simpan
yang bebas dari bahan kimia (penyebab terjadinya
VIII. Penggudangan kontaminasi bau asing). Setelah penyimpanan ini,
Biji kopi merupakan bahan baku minuman kopi gabah bisa dijual langsung atau dilakukan
sehingga aspek mutu (fisik, kimiawi, kontaminasi dan penggerebusan. Penggerebusan (menggunakan mesin
kebersihan) harus diawasi dengan baik karena huller) dapat dilakukan oleh unit pengolahan atau
menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil pembeli kopi gabah, di seluruh daerah dataran tinggi
(rendemen) dan efisiensi produksi. Untuk Gayo.
mendapatkan hasil pengolahan yang optimal, syarat
mutu biji kopi beras sebagai bahan baku utama. Dari IX. Pengemasan dan pengepakan
aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat

33 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

Tujuan pengemasan adalah untuk Selain menggunakan tester, kadar air juga dapat
mempertahankan aroma dan citarasa kopi sampai di diuji dengan cara manual yakni dengan
distribusikan ke konsumen, demikian halnya selama menggunakan oven pengering dengan metode
disimpan oleh pemakai. Jika tidak dikemas secara timbangan. Kadar air biji kopi yang
baik, kesegaran, aroma dan citarasa kopi akan direkomendasikan oleh SNI maupun SCAA adalah
berkurang secara signifikan setelah satu atau dua 12-13% dengan ketentuan jika kadar air biji kopi
minggu. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap lebih besar dari kadar air standar SNI maka
keawetan biji kopi selama dikemas adalah kondisi kualitas dikatakan jelek, sebaliknya jika kadar air
penyimpanan (suhu lingkungan), tingkat sangrai, biji kopi lebih kecil dari kadar air standar SNI
kadar air kopi di dalam kemasan. maka kualitas dikatakan baik.
Potensi diversifikasi produk kopi arabika Gayo di b. Test Trase
Aceh Tengah sebenarnya sangat besar, namun Test trase dilakukan untuk mengetahui persentase
teknologi dan modal masih menjadi kendala yang ada biji cacat dalam 100 gram biji kopi. Pengujian
dimasyarakat Aceh Tengah. Petani kopi biasanya trase dilakukan dengan cara menimbang biji secara
tidak mengenyam pendidikan yang tinggi sehingga terpisah antara biji cacat dan biji normal. Hasil
kemampuan untuk menyerap teknologi (inovasi) yang timbangan biji cacat itu lah yang disebut sebagai
ada tidak dapat berkembang secara cepat. Sampai saat persentase trase. Test trase dilakukan pada tahap
ini produk kopi arabika Gayo yang dihasilkan masih green bean. Tingginya trease menunjukkan
berupa kopi biji dan sebahagian kecil kopi. rendahnya kualitas biji kopi.
c. Test Defect
X. Proses kontrol dan pengawasan mutu Decect adalah jumlah dari nilai cacat pada biji
Untuk mendapatkan mutu biji kopi yang kopi. Test ini biasa dilakukan pada biji ready
memenuhi standar, seragam dan konsisten, setiap ekspor dan specialty . SOP yang digunakan adalah
tahapan pengolahan harus diawasi secara teratur dan SNI dan SCAA. Menurut sistem SNI biji kopi
berkelanjutan sehingga pada saat terjadi grade 1 hanya memiliki nilai cacat maximum 11.
penyimpangan, suatu tindakan koreksi yang tepat
sasaran dapat segera dilakukan. Sedangkan menurut SCAA adalah sebagai berikut:
a. Untuk grade 1 (premium): jumlah nilai cacat
Standart umum pengujian pada biji kopi dilakukan
maximum 8, boleh ada cacat nilai utama, pada biji
dengan dua cara yakni uji fisik dan uji organoleptik.
roasted maximum tampak 3 biji cacat, dan Cup
Uji fisik adalah suatu sistem yang digunakan untuk
Evaluation max 79
menilai kualitas dari biji kopi berdasarkan fisiknya,
b. Untuk specialty : jumlah nilai cacat maximum 5,
baik menggunakan alat bantu atau menggunakan indra
bebas dari nilai cacat utama, pada roasted tidak
manusia sesuai dengan standar yang berlaku. Standar
tampak biji muda (quacker), Cup Evaluation
yang menjadi pedoman pada uji fisik ada dua yakni
minimal 80.
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar
Biji cacat terbagi menjadi biji cacat primer dan
specialty Coffee Association of Amerika (SCAA).
skunder. Biji cacat primer terdiri dari: biji hitam,
Standart Kopi specialty : biji coklat, gelondongan, biji berjamur, biji
1. Kadar air 10-12 % berlubang banyak, bahan selain kopi
2. Jumlah nilai cacat (Defect) maximum 5 dan bebas (batu,kayu,ranting, dan lainnya). Biji cacat
dari defect primer sekunder terdiri dari biji hitam sebahagian, biji
3. Pada biji roasting tidak terdapat Quicker coklat sebahagian, gabah, biji putih, biji muda, biji
4. Cupping score minimal 80 keriput, biji berlubang satu, biji pecah, dan kulit
5. Keseragaman biji mencapai 95% kopi (Hull).
c. Test Warna/Bau
Standart biji kopi premium:
Test ini dilakukan dengan menggunakan indra
1. Kadar air 10-12%
berupa kejelian dalam melihat dan membau. Biji
2. Jumlah nilai cacat (Defect) maximum 8 terdiri
kopi yang baik memiliki bau yang segar dan warna
dari defect primer dan skunder
yang cerah serta tidak terkontaminasi dengan
3. Pada biji roasting tidak terdapat maximal 3 biji bahan asing yang menimbulkan perubahan warna
Quicker (Biji Muda) dan bau.
4. Cupping score dibawah 80
d. Test Ukuran Biji
5. Keseragaman biji mencapai 95%
Test ini dilakukan untuk menentukan ukuran biji
Untuk memastikan mutu yang baik secara merata kopi yaitu ukuran biji besar (L), biji sedang (M),
pada jenis produk kopi yang akan diperdagangkan biji kecil (S). Test ini dilakukan dengan
dibutuhkan adanya uji fisik. Tahapan uji fisik yang menggunakan Screen yang terdiri dari beberapa 4
dilakukan pada biji kopi terdiri dari: tingkat minimum. Tingkatan tersebut memiliki
a. Test Kadar Air ukuran lubang 18 inch, 16 inch, 14 inch, dan 13
Kadar air dalam biji kopi dapat diukur dengan inch. Biji kopi yang baik adalah yang memiliki
menggunakan alat pengukur kadar air atau tester. keseragaman ukuran sesuai dengan ukurannya

34 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

masing-masing. Hal ini untuk memastikan biji setelah proses pengupasan. Pencucian bertujuan untuk
matang secara merata pada saat proses roasting. menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang
masih menempel di kulit tanduk. Proses pengeringan
bertujuan untuk mengurangi kandungan air dari dalam
PENUTUP biji kopi yang semula 100% - 65 % sampai menjadi
12-16 %. Pada kadar air ini,biji kopi relatif aman
Proses pengolahannya biji kopi di Kabupaten Aceh untuk dikemas dalam karung dan disimpan di dalam
Tengah dan Bener Meriah terdiri dari , panen, gudang pada kondisi lingkungan tropis.
pengupasan kulit buah, fermentasi, pencucian, Biji kopi beras harus disortasi secara fisik atas
pengeringan, pengupasan Kulit Gabah Kopi, dasar ukuran dan cacat bijinya. Kotoran-kotoran non
pengayakan (grinding) dan pemolesan, proses kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi, harus
penyanggraian, sortasi Manual, penggudangan, juga dipisahkan. Penggudangan bertujuan untuk
pengemasan dan pengepakan dan proses kontrol dan menyimpan biji kopi yang telah disortasi dalam
pengawasan mutu. Mutu dari kopi sangat ditentukan kondisi yang aman sebelum di pasarkan ke konsumen.
oleh penanganannya selama panen dan pasca panen. Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan
Kopi yang dipetik saat tua, merupakan kopi dengan aroma dan citarasa kopi sampai di distribusikan ke
mutu tinggi sebaliknya kopi yang belum merah namun konsumen, demikian halnya selama disimpan oleh
sudah dipetik akan mengakibatkan aroma dan rasa pemakai. Standart umum pengujian pada biji kopi
kurang. Proses pengolahan semi basah diawali dengan dilakukan dengan dua cara yakni uji fisik dan uji
pengupasan kulit buah dengan mesin mengupas organoleptik Standar yang menjadi pedoman pada uji
(pulper). Proses fermentasi umumnya hanya fisik ada dua yakni Standar Nasional Indonesia (SNI)
dilakukan untuk pengolahan kopi Arabika. Tujuan dan Standar specialty Coffee Association of Amerika
proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir (SCAA).
yang tersisa di permukaan kulit tanduk biji kopi

35 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021


Pengelolaan Pasca Panen Kopi Arabika Gayo Aceh Emmia Tambarta Kembaren, Muchsin

REFERENSI
[AEKI] Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2020. Laporan pasar kopi. Edisi Juli. Jakarta (ID): AEKI.
[BPS] Badan Pusat Statistik Aceh. 2020. Aceh Dalam Angka. Provinsi Aceh: BPS.
Kebun Percobaan Kopi Gayo. 2020. Kopi Gayo. Modul. Bener Meriah
Rahardjo P. 2013. KOPI. Bogor (ID): Penebar Swadaya.
Tambarta, Emmia. 2016. Analysis Added-Value And Development Strategic of Gayo Coffe Products in Bener
Meriah Aceh. IJSR Vol (5).

36 Jurnal Visioner & Strategis, Volume 10, Nomor1, Maret 2021

You might also like